Anda di halaman 1dari 5

Perbandingan Artikel Ilmiah

Transisi Energi Indonesia Pasca Pandemi Covid-19 dan Konflik Militer Rusia-Ukraina

Dan

Transformasi Energi Indonesia : Konstelasi Geopolitik dan Pengaturan Untuk Energi Terbarukan

Oleh :
I Nyoman Satya Wicaksana
Teknologi Geologi 2022, inyomansatyaw@gmail.com

1. Perbandingan Objek Penelitian


 Alasan dan Latar Belakang
( Jurnal 1 )
Pada tahun 2020 suhu permukaan bumi naik sekitar 0,98 derajat celcius dari rata
rata suhu bumi 20 abad terakhir. hal ini menyebabkan adanya anomali yang
berakibat banyak dampak buruk seperti menyusutnya lapisan es di arktik dan
bencana alam. Hal itu berakibat dari meningkatnya emisi global. Asia pasifik
merupakan kawasan penyumbang emisi global tertinggi, Sektor Energi merupakan
sektor yang memiliki peran paling tinggi dalam penyumbangan emisi global.
Indonesia memiliki peran penting dalam penurunan emisi global melalui program
Net Zero Emission namun, wabah Covid-19 menyebabkan kebutuhan energi di
seluruh dunia termasuk Indonesia meningkat. Disamping itu adanya konflik antara
Rusia dan Ukraina menyebabkan isu krisis energi di beberapa negara. Penelitian
ini menganalisis fenomena yang terjadi dengan tujuan menghasilkan perencanaan
strategis dalam mendorong percepatan transisi energi dari fosil menjadi Energi
Baru Terbarukan. Selain itu pemulihan ekonomi dan stabilisasi pertumbuhan
ekonomi menjadi syarat utama dalam melangsungkan transisi energi dan Energi
Baru Terbarukan diharapkan dapat meningkatkan perekonomian Indonesia.

( Jurnal 2 )
Ketersediaan energi dunia merupakan titik sentral perhatian dari berbagai negara
sehingga berpengaruh terhadap geopolitik global. Konflik antar negara selalu
memiliki hubungan dengan isu energi karena terkait degan keberlanjutan hidup
dan kapasitas negara dalam melanjutkan pembangunan. Sumber energi
konvensional yang telah lama menjadi pilar pembentuk peta geopolitik dunia
berasal dari energi tak terbarukan, sehingga transformasi energi menjadi energi
terbarukan (renewable energy) tidak dapat dihindari. Indonesia masih baru
memenuhi target bauran energi sebesar 11,2% dari target sebesar 23% pada
tahun 2025.2 Penting bagi Indonesia untuk segera melakukan transisi menuju
energi terbarukan guna memperkuat ketahanan energi nasional. Posisi geopolitik
Indonesia yang memiliki kapasitas alamiah yaitu hampir semua faktor pembentuk
kekuatan belum dimanifestasikan untuk mempengaruhi penguasaan energi dunia
terutama di sektor energi hijau. Ketergantungan pasokan energi fosil di negara lain
tidak dapat dihindari oleh karena lifting minyak yang terus menurun dan memaksa
Indonesia mempertimbangkan aspek geopolitik sebelum menemukan alternatif
energi pengganti pada masa yang akan datang. Penguasaan energi menuju
transformasi energi terbarukan merupakan isu krusial yang penting serta menjadi
tantangan besar bagi Indonesia sehingga perlu diurai dalam suatu skema
transformasi energi yang kuat, melalui kapasitas hukum nasional dan
memanfaatkan posisi geopolitik Indonesia.
 Kepentingan Objek Penelitian
( Jurnal 1 )
Pertama kepentingan pada aspek Industri, banyak industri yang mengalami
kerugian dan kemunduran hingga gulung tikar. Pemutusan Hak Kerja (PHK)
diberlakukan berbagai sektor industri. Hal ini dinilai, karena sektor industri tidak
dapat memproduksi apapun dan hak pekerja tidak dapat dipenuhi. Sektor industri
merupakan konsumen terbesar untuk pemakaian listrik, adanya COVID-19
membalik keberlangsungan sektor industri hingga tidak dapat beroperasi secara
optimal. Lalu pentingnya penelitian ini ada pada bagian Transportasi, Komersial
dan Pemerintahan Perumusan regulasi secara cepat dan tepat diterapkan di
berbagai daerah. Pembatasan Sosial Berskala Besar atau dengan singkat biasa
disebut PSBB, merupakan istilah untuk mengkarantina kesehatan masyarakat di
Indonesia, upaya ini merupakan sebuah aksi pembatasan kegiatan tertentu yang
dilakukan masyarakat dalam suatu wilayah atau daerah yang diduga terinfeksi
wabah penyakit dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa, hal ini dilakukan untuk
mencegah kemungkinan adanya penyebaran wabah penyakit atau kemungkinan
terkontaminasi. Konsumsi listrik menurun akibat pembatasan sosial, diantaranya
adalah pasar raya, bioskop, kantor pemerintahan, hingga pariwisata dan
hiburan. Hampir seluruh sektor komersial juga mengalami kerugian yang cukup
besar akibat tidak adanya aktivitas industri berbasis Energi.

( Jurnal 2 )
Penting bagi Indonesia untuk segera melakukan transisi menuju energi terbarukan
guna memperkuat ketahanan energi nasional dengan mempertimbangkan peta
geopolik energi dunia. Akselerasi dalam melakukan transformasi akan semakin
banyak ruang inovasi terbuka dan meningkatkan daya saing global. Posisi
geopolitik Indonesia yang memiliki kapasitas alamiah yaitu hampir semua faktor
pembentuk kekuatan belum dimanifestasikan untuk mempengaruhi penguasaan
energi dunia terutama di sektor energi hijau. Program legislasi nasional Tahun
2021 melalui Rancangan Undang-Undang Energi Baru Terbarukan
mengkonfirmasi kesungguhan politik pengaturan menuju penguasaan energi
terbarukan. Politik pengaturan Energi Baru Terbarukan bukan saja menghadirkan
penegasan bahwa Indonesia akan menjadi salah satu potensi konsumen energi
karena pertumbuhan ekonomi yang relatif konstan 5%/tahun, jumlah penduduk
yang besar termasuk kapasitas sumber penguasaan energi terbarukan relatif
tersedia.

 Penentuan Waktu dan Lokasi Penelitian


( Jurnal 1 )
Pada jurnal tidak terdapat waktu dan Lokasi Penelitian

( Jurnal 2 )
Pada jurnal tidak terdapat waktu dan Lokasi Penelitian

 Pendapat Pribadi
Pada kedua jurnal yang ditulis sebagian besar memiliki poin yang sama yaitu
Transisi Energi dan Energi Baru Terbarukan, namun ada beberapa perbedaan yang
saya temukan. Pada jurnal 1 lebih mengaci pada pembahasan perkembangan
Transisi ditengah tengah peristiwa wabah Covid-19 dan Konflik Rusia-Ukraina
yang menyebabkan isu krisis Energi penanggapannya untuk menstabilkan industri
berbasis Energi dan perekonomian di Indonesia. Sedangkan pada jurnal kedua
lebih membahas Transisi Energi ke arah Geopolitik guna meningkatkan
kesejahteraan bangsa dan ketahanan Geopolitik nasional yang dimana tingkat
Geopolitik di Indonesia belum dapat dimanifestasikan dengan sempurna. Selain itu
pada jurnal kedua di bahas juga bagaimana kesiapan hukum di indonesia dalam
menyikapi akselerasi Transisi Energi di Indonesia.

2. Perbandingan Metode Penelitian


( Jurnal 1 )
Dalam penelian ini, penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif. Studi
kualitatif merupakan studi kepustakaan dengan menggunakan buku dan literatur
sebagai rujukannya. Penelitian ini pada dasarnya mendeskripsikan dan
menganalisis fenomena, peristiwa, hingga pemikiran orang secara individu
maupun kelompok. Menyikapi berakhirnya pandemi COVID-19 dan ditengah
adanya konflik militer Rusia-Ukraina, Indonesia menghadapi permasalahan terkait
perubahan kebutuhan dan konsumsi energi diberbagai sektor. Bahkan terjadinya
konflik militer juga menjadi suatu ancaman bagi beberapa negara akan terjadinya
krisis energi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa upaya dan perencanaan
strategis yang perlu dilakukan Indonesia pasca pandemi COVID-19 dan ditengah
terjadinya konflik militer Rusia-Ukraina.

( Jurnal 2 )
Dalam penelitian ini, penulis juga menggunakan metode kualitatif deskriptif.
Penulis memanfaatkan studi kepustakaan dengan enggunakan buku dan literatur
sebagai rujukannya. Penelitian ini mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,
peristiwa yang terjadi. Penelitian ini menganalisis mengenai ketidakstabilan
geopolitik global dalam menjamin ketersediaan energi nasional dan bagaimana
situasi geopolitik yang ada di Indonesia. Geopolitik memiliki empat unsur utama
yaitu konsepso ruang, konsepsi frontier, konsepsi kekuatan politik, dan konsepsi
keamanan bangsa. Penelitian ini bertujuan untuk membahas bagaimana strategi
yang dapat dilakukan dalam menghadapi ketidakstabilan geopolitik dalam
menjamin ketersediaan energi dan kesiapan hukum nasional dalam menghadari
akselerasi transisi energi di Indonesia.

Pada metode penelitian kedua jurnal memiliki metode yang sama yaitu kualitatif
deskriptif namun perbedaan terletak pada jurnal pertama fokus meneliti literatur
mengenai keadaan dan peristiwa transisi Energi pada masa Covid-19 dan Konflik
Rusia-Ukraina sedangkan pada Jurnal kedua fokus meneliti literatur pada aspek
geopolitik indonesia dan meneliti tatanan Hukun mengenai geopolitik Indonesia

3. Perbandingan Hasil Penelitian


( Jurnal 1 )
Penurunan kebutuhan energi dan konsumsi listrik diperkirakan akan terus terjadi
selama pandemi COVID-19 masih ada, Namun, pertengahan 2022 pandemi COVID-
19 telah mengalami kasus penurunan yang cukup signifikan, dampak yang
ditimbulkan juga berkurang, serta adanya kelonggaran terkait kebijakan yang
berlaku sebelumnya. Perubahan kebutuhan energi di sektor penggerak ekonomi
Indonesia juga perlahan berubah. Sektor sektor yang sebelumnya berhenti, kini
sudah mulai beroperasi kembali. Biaya yang akan dikeluarkan akan lebih tinggi,
adanya penundaan pada perencanaan konstruksi PLTS, karena sulitnya mobilisasi.
Dampak lebih lanjut ialah pada investasi dan pengembaliannya akan memakan
waktu yang cukup lama. Hal ini dialami tidak hanya pada Pembangkit Listrik Tenaga
Surya , Jurnal Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 September 2022 P-ISSN: 1978-0184 E-
ISSN: 2723-2328 Nurus Shofiyana, dkk. – Universitas Pertahanan Republik
Indonesia 3385 pembangkit dari tenaga EBT lain juga mengalami hal sama. Dalam
Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional,
menetapkan upaya untuk memenuhi Net Zero Emission, bahwa pada tahun 2025
hingga 2050, akan melakukan bauran pasokan energi primer, dengan target
sedikitnya mencapai bauran 23% pada tahun 2025 dan paling sedikit 31% pada
tahun 2050. Menilik bauran energi primer Nasional, hingga tahun 2020 masih
didominasi oleh energi fosil, yaitu; batubara mendominasi sebesar 38%, minyak
bumi 31,6%, gas alam 19,2% dan EBT sebesar 11,2%.

(Jurnal 2 )
Dalam pemikiran geopolitik, terciptanya interaksi antara ruang dan manusia yang
melahirkan kesadaran ruang , baik langsung maupun tidak langsung terkait dengan
kepentingan kemanan dan kesejahteraan bagi manusia dan mengacu pada teori
geopolitik. Ruang hidup merupakan inti dari geopolitik, sehingga senantiasa ada
upaya suatu negara untuk memperluas wilayah meskipun jauh melampaui wilayah
kedaulatannya. Geopolitik energi oleh Chevalier mendeskripsikan sebagai
perimbangan kekuasaan di antara negara dan perusahaan-perusahaan dalam
rangka mengakses sumber daya energi membuat regulasi terhadap sumber daya
dan isu-isu terkait energi. Dalam perspektif global, mitigasi atas ancaman
kelangkaan energi fosil mulai diadopsi dalam skema perubahan iklim, yaitu upaya
transisi energi fosil ke energi terbarukan termasuk alasan perlindungan lingkungan.
Sesama G-20 mendiskusikan cara dan tujuan menciptakan lingkungan yang lebih
kondusif terhadap volatilitas harga minyak dengan prioritas stabilisasi sistem
ekonomi global sebagai stimulus efektif terhadap permintaan energi, termasuk
penghapusan subsidi energi untuk mendorong efisiensi energi. Keterbatasan energi
dari sumber yang tidak dapat diperbaharui akan melemahkan daya kompetitif di
berbagai sektor kehidupan, di satu sisi ada potensi solusi dari sumber daya alam
Indonesia memungkinkan tarnsformasi energi dapat segera dilakukan. Solusi
tersebut membuahkan hasil contohnya pada program net zero emission, namun
solusi tersebut belum konsisten akibat beberapa kendala. Transformasi energi yang
belum konsisten dan berbagai kendala akan terus memperlambat bauran energi dan
akan membenarkan kondisi lemahnya daya tawar dalam pentas geopolitik energi
dunia. Kesiapan hukum nasional dalam menghadapi akselerasi transformasi energi
belum memiliki basis yang kuat oleh karena kelambatan dari sisi penyediaan
ketentuan mengenai energi baru dan terbarukan. Politik pengaturan untuk isu
transformasi energi masih lebih mengakomodasi aktivitas ekonomi yang memiliki
ketergantungan dengan penggunaan energi fosil, termasuk keterbatasan teknologi
sebagai instrumen transisi dari energi fosil ke energi hijau.

Pada kedua jurnal memiliki perbedaan hasil masing masing karena subjek yang
dibahas juga berbeda, pada jurnal pertama telah dibahas keadaan Transisi Energi di
Indonesia dari masa Covid-19 dan Konflik Rusia – Ukraina hingga perkiraan
presentase penggunaan jenis energi pada tahun tahun mendatang yang telah
didapat dari sumber literatur yang telah diteliti. Pada jurnal kedua kurang
mendapat hasil yang memuaskan karena dari hasil penelitian belum menemukan
titik terang apa solusi selanjutnya yang diperlukan untuk menanggapi peristiwa
Geopolitik di masa mendatang guna menindaklanjutii Transisi Energi dan hanya
menjelaskan solusi yang telah ada serta lebih pada menjelaskan teori teori dari
beberapa ahli terkemuka. pada tatanan hukum Geopolitik yang telah dijelaskan
pada jurnal didapat hasil bahwa tatanan hukum di Indonesia belum sepenuhnya
siap untuk mempersiapkan akselerasi Transisi Energi di Indonesia

4. Kesimpulan Pribadi
Dari kedua jurnal yang telah dibahas diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kedua
jurnal tersebut memiliki beberapa persamaan mulai dari topik yang ddibahas yaitu
Transisi Energi di Indonesia dan metode penelitian yang digunakan juga
menggunakan metode yang sama yaitu kualitatif deskriptif. Namun perbedaan
terletak pada subjek yang di bahas, pada jurnal pertama fokus pada penelitian
Transisi Energi di Indonesia pada masa wabah Covid-19 dan Konflik Rusia-Ukraina
dengan menjelaskan persentase penggunaan jenis energi dari tahun ke tahun yang
telah dipaparkan pada pembahasan jurnal. Sedangkan pada jurnal kedua lebih fokus
pada penelitian Transisi Energi di Indonesia pada aspek Geopolitik dimana pada
jurnal kedua membahas tentang strategi penyelesaian masalah Geopolitik di
Indonesia contohnya program net zero emmision, dan penjelasan pada kesiapan
hukum di indonesia yang masih belum memiliki basis yang kuat untuk menghadapi
akselerasi Transisi Energi di Indonesia termasuk keterbatasan teknologi di
Indonesia sebagau instrumen transisi dari Energi fosil ke Energi hijau atau Energi
Baru Terbarukan

Anda mungkin juga menyukai