Anda di halaman 1dari 12

BERKACA PADA NEGARA KECIL DI AMERIKA TENGAH

(COSTA RICA)

Rahmat Saiful

42118023

Tema :

Keberlangsungan Energi untuk generasi mendatang

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

MAKASSAR

2020
BAB I

PENDAHULUAN

Pandemi Covid-19 telah berlangsung selama setengah tahun. Kurangnya


kesadaran masyarakat akan pandemi ini mengakibatkan terus melonjaknya
angka pasien terinfeksi dan kematian di Indonesia dan di seluruh dunia.
Berdasarkan laman Wikipedia, per tanggal 28 September 2020 tercatat sekitar
33,1 juta kasus positif dengan 998 ribu angka kematian. Peningkatan angka
kasus Covid-19 ini berbanding terbalik dengan kondisi perekonomian dunia.
Penurunan kondisi perekonomian dunia ini menumbuhkan kesadaran bersama
mengenai pentingnya pembangunan berkelanjutan jangka panjang. Pemerintah
di seluruh dunia sangat berupaya membangun ekonomi dan infrastruktur yang
berkelanjutan untuk masa depan.
Lembaga-lembaga dunia seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan
International Renewable Energy Agency (IRENA) menekankan pentingnya
ekonomi berkelanjutan dalam pemulihan ekonomi paska pandemi. Salah satu
program yang ditekankan dalam pemulihan perekonomian di dunia adalah
pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) di sektor kelistrikan. Institute
for Essential Services Reform (IESR) juga menyarankan peralihan
pembangunan energy fosil ke pembangkit energy baru terbarukan (EBT) dapat
segera direalisasikan di Indonesia.
Beberapa alasan dibalik keinginan masyarakat global mempercepat
penerapan EBT yaitu yang pertama, peningkatan EBT akan menjadi solusi
pengembangan energi berkelanjutan yang sejalan dengan upaya memperkuat
ekonomi di masa depan. Kedua, EBT berpotensi memberikan return lebih
tinggi dari investasi awal. Menurut Kajian IRENA, dengan skenario ambisius-
realistis, transformasi energi dunia akan menelan investasi US$ 19 triliun,
namun akan memberikan manfaat senilai US$ 50142 triliun hingga 2050.
Ketiga, investasi EBT akan mencegah kenaikan suhu global dan mengurangi
risiko dampak perubahan iklim berupa banjir di wilayah perkotaan. Keempat,
investasi EBT bertujuan untuk mengurangi risiko dari fluktuasi harga bahan
bakar fosil. Saat ini terbukti, industri migas dan batubara sangat terpukul oleh
virus korona akibat anjloknya permintaan dan penurunan harga minyak mentah
seaborne thermal coal secara global.
Terdapat beberapa Negara yang telah sukses dalam penggunaan energy
baru terbarukan (EBT). Salah-satunya adalah negara Costa Rica. Termasuk ke
dalam negara terkecil di Amerika Tengan, Kosta Rika berhasil menggunakan
energy baru terbarukan (EBT) dengan persentase mendekati 100%. Negara ini
bahkan telah berinvestasi pada sektor energi air sejak tahun 1950-an.
Kesuksesan negara ini patut dicontoh oleh Indonesia dalam meningkatkan
penggunaan energi baru terbarukan (EBT).
BAB II
PEMBAHASAN

Kosta Rika adalah sebuah Negara yang terletak di Benua Amerika


tepatnya di Amerika Tengah. Negara ini merupakan negara terkecil ketiga di
Amerika Tengah setelah Belize dan El Salvador dan berbatasan dengan Nikaragua
di sebelah utara, Panama di sebelah selatan tenggara, Samudra Pasifik di barat dan
selatan, serta Laut Karibia di timur. Termasuk negara terkecil di Amerika Tengah
tidak membuat Kosta Rika termasuk ke dalam negara terbelakang. Bahkan pada
tahun 2016, Happy Planet Index (HPI) menobatkan Kosta Rika sebagai negara
dengan penduduk paling bahagia di dunia. Salah satu sektor yang sangat sukses
dikembangkan di negara ini adalah sektor energi.

Bahan bakar untuk kebutuhan energi listrik di Kosta Rika pada tahun 2016
(sumber: ICE, 2016)
Energi terbarukan di Kosta Rika memasok sekitar 98,1% dari keseluruhan
energi listrik di negara ini pada tahun 2016. Sebagai sebuah negara, Kosta Rika
memiliki keunggulan geografis dibandingkan negara lain karena konsentrasi
sungai, bendungan, dan gunung berapi per kapita yang tinggi memungkinkan
keluaran energi terbarukan yang tinggi. Selain itu, Kosta Rika adalah negara
keempat tertinggi dalam hal curah hujan per kapita: ia menerima curah hujan rata-
rata 2.926 mm per tahun. Sebagai negara yang lebih kecil dengan populasi hanya
5 juta dan tidak ada industri besar, kebutuhan akan infrastruktur energi yang kuat
lebih sedikit daripada negara-negara besar dengan kepadatan populasi yang lebih
tinggi. Penghapusan militer Kosta Rika pada tahun 1948 membebaskan jutaan
dolar dari anggaran pertahanan pemerintah yang sekarang diinvestasikan dalam
program sosial dan pembangkit energi terbarukan.

Sumber energi terbesar Kosta Rika adalah pembangkit listrik tenaga air ,
sumber lainnya termasuk energi panas bumi , biomassa , tenaga surya , dan tenaga
angin.

Konsumsi energi komersial di Kosta Rika telah tiga kali lipat dari tahun
1980 hingga 2009. Konsumsi listrik telah meningkat sebesar 4,2 kali lipat karena
tingkat elektrifikasi yang tinggi. Menurut Bank Dunia, 99,5% penduduk negara
dari Kosta Rika memiliki akses untuk terhubung ke listrik. Sementara konsumsi
bahan bakar fosil meningkat 2,4 kali lipat yang disebabkan oleh pertumbuhan
jumlah kendaraan yang signifikan.

Pertumbuhan tahunan rata-rata konsumsi hidrokarbon dalam 20 tahun


terakhir sekitar 4,7% dan listrik 5,3%. Pada tingkat ini, permintaan listrik akan
berlipat ganda dalam 13 tahun dan hidrokarbon dalam 15 tahun kedepan.
Penggunaan bahan bakar fosil Kosta Rika pada 2009 yaitu sekitar 64% untuk
energi komersial sedangkan untuk listrik sekitar 22%. Sisanya digunakan untuk
biomassa (12%) dan produk energi lainnya (2%). Menurut Bank Dunia, pada
2013, penggunaan energi per kapita Kosta Rika adalah 1.029 kg minyak dan
konsumsi daya listrik 1955 kWh per kapita.

Kosta Rika menerima sekitar 65% energinya dari pembangkit listrik


tenaga air karena curah hujannya yang ekstrem dan banyaknya sungai. Sebagai
sumber energi terbesar, tenaga air merupakan sumber energi terpenting di negara
ini. Kosta Rika juga memanfaatkan tenaga panas bumi. Tenaga panas bumi adalah
sumber energi alam yang menyediakan panas dan tenaga bawah tanah sebagai
hasil dari energi vulkanik. Kosta Rika memiliki enam gunung berapi yang saat ini
aktif dan puluhan gunung berapi yang tidak aktif. Tidak seperti banyak bentuk
energi terbarukan lainnya, panas bumi dapat terus menerus dihasilkan dan tidak
tergantung pada cuaca. Energi panas bumi menyumbang sekitar 15% energi di
negara ini.

Bedasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa pemerintah Kosta Rika


sangat mementingkan sektor energi di negara mereka. Penghapusan militer Kosta
Rika pada tahun 1948 membebaskan jutaan dolar dari anggaran pertahanan
pemerintah yang sekarang diinvestasikan dalam program sosial dan pembangkit
energi terbarukan. Pemanfaatan sumber daya alam juga sangat maksimal di negara
ini. Sungai dan panas bumi dari gunung merapi dimanfaatkan secara maksimal
sebagai sumber energi pembangkit listrik yang dapat diperbarui dibandingkan
dengan penggunaan minyak bumi. Kesuksesan Kosta Rika dalam sektor energi
patut ditiru oleh negara kita Indonesia. Penggunaan energi baru dan terbarukan di
indonesia masih tergolong sangat rendah. Ditahun 2018, penggunaan energi baru
dan terbarukan baru mencapai angka 14% yang diikuti penggunaan batu bara
sebesar 50%, penggunaan gas sebesar 29%, dan minyak bumi sebesar 7%. Data
ini menunjukkan penggunaan EBT di Indonesia perlu ditingkatkan.

Sumber energi di Indonesia

EBT
Barubara
Gas
Minyak

Terdapat beberapa tantangan dalam perealisasian EBT di indonesia.


Konsumsi listrik yang masih rendah dan kualitas jaringan yang belem merata
menjadi tantangan utama bagi Indonesia. Meski terus meningkat dalam beberapa
tahun terakhir, tingkat konsumsi listrik di Indonesia belum sesuai dengan yang
diharapkan PLN. Pada 2019, PLN menargetkan konsumsi per kapita sebesar 1.200
kWh, namun realisasinya hanya mencapai 1.084 kWh. Untuk menyesuaikan
dengan pencapaian tersebut, untuk target tahun 2020, PLN menurunkannya
menjadi 1.142 kWh.

Selain masih di bawah target PLN, Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) mengakui bahwa konsumsi listrik per kapita Indonesia jauh
tertinggal dibandingkan negara ASEAN lainnya. Dari data terakhir yang terlampir
di situs Indeks Mundi, konsumsi listrik per kapita di Indonesia menempati urutan
ke-5 terendah di antara 10 negara ASEAN. Secara berurutan tiga posisi teratas
diraih oleh Brunei Darussalam, Singapura, dan Malaysia.

Pada tahun 2018, konsumsi listrik masih berpusat di Jawa dan Bali hingga
mencapai 75,29 persen dari total penjualan tenaga listrik. Konsentrasi industri di
pulau ini menyebabkan tingkat konsumsi listrik masih jauh lebih tinggi
dibandingkan regional lainnya. Untuk mendorong investasi dan pertumbuhan
kegiatan perekonomian di luar Jawa, maka pasokan dan ketersediaan listrik yang
handal perlu menjadi perhatian pemerintah dan PLN.

Keandalan pasokan listrik memberikan jaminan kenyamanan dan


meningkatkan produktivitas dalam menunjang aktivitas sehari-hari. Kualitas
jaringan listrik ini biasa diukur dengan melihat seberapa sering dan seberapa lama
arus listrik dialiri oleh PLN. Dalam RUPTL 2019-2028, indikator tingkat
keandalan jaringan distribusi tenaga listrik diukur dengan System Average
Interruption Duration Index (SAIDI) atau rata-rata lama padam per pelanggan per
tahun dan System Average Interruption Frequency Index (SAIFI) atau rata-rata
jumlah gangguan per pelanggan per tahun. Semakin besar angka SAIDI dan
SAIFI, maka semakin buruk kualitas sistem distribusi listriknya.

Mengacu pada kedua indikator tersebut, performa keandalan listrik


nasional pada tahun 2016 masih kurang baik yang terlihat dari angka SAIDI dan
SAIFI, masing-masing sebesar 25,53 dan 15,09. Tahun 2018, performa listrik
mulai membaik dengan angka SAIDI dan SAIFI mencapai 9,88 dan 7,12.
Pengamatan tersebut baru dilihat secara nasional, namun kesenjangan keandalan
kelistrikan masih terjadi di daerah-daerah.

Pengembangan sektor kelistrikan bukan hanya ditujukan untuk menopang


pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan, namun juga pemenuhan
target bauran energi pembangkitan dengan percepatan peningkatan porsi energi
baru dan terbarukan (EBT).

Untuk memenuhi tujuan pembangunan kelistrikan dengan beragam


tantangan tersebut, Dalam konteks ini, melibatkan investor swasta dalam
pembangunan sektor kelistrikan menjadi penting karena nilai investasi yang
dibutuhkan sangat besar. Bahkan, PLN memperkirakan peran swasta akan cukup
dominan dalam pembangunan pembangkit di masa yang akan datang.

Dalam beberapa tahun terakhir, kontribusi swasta memang menunjukkan


tren peningkatan. Berdasarkan tren sejak 2015, serta perencanaan di RUPTL,
sekitar 70 persen kebutuhan investasi di sektor kelistrikan juga dipenuhi oleh
swasta. Saat ini, sebanyak 767 pembangkit (28 persen) dikelola oleh IPP dengan
total kapasitas mencapai 16,1 GW. Ke depan, dari hasil kajian IESR, lebih dari 70
persen dari total kebutuhan investasi pembangkit akan diisi oleh swasta (non-
APBN dan non-BUMN), yakni mencapai US$ 95 miliar hingga 2025 dan
mencapai US$ 420 miliar hingga 2050.

Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa kendala utama dari


pembangunan EBT adalah keterbatasan dana PLN. Pada kondisi saat ini, beban
biaya dan utang yang ditanggung PLN semakin besar. Tekanan semakin berat
lantaran biaya bahan bakar untuk pembangkit meningkat, sedangkan tarif listrik
untuk konsumen tidak bisa dinaikkan. Bahkan, pada 2017, Kementerian
Keuangan sempat khawatir dengan kemampuan PLN membayar utang-utangnya
yang jatuh tempo. Untuk membantu PLN, pemerintah bukan hanya memberikan
subsidi, melainkan juga dana kompensasi dan penyertaan modal negara.

Beragam tantangan dan kendala di sektor kelistrikan memang dihadapi


oleh pemerintah dan PLN dalam memenuhi target dan tujuan pembangunan
nasional di sektor kelistrikan, baik target elektrifikasi, menopang pertumbuhan
ekonomi hingga target bauran energi. Namun, pemenuhan kebutuhan listrik
nasional tersebut, tidak mungkin hanya mengandalkan APBN dan kemampuan
keuangan PLN. Apalagi, membangun infrastruktur di sektor kelistrikan,
membutuhkan investasi yang sangat besar.

Di sisi lain, agar Indonesia tidak tertinggal, dalam memenuhi kebutuhan


listrik nasional, para pemangku kepentingan di sektor kelistrikan tentu tidak bisa
mengabaikan mega trend yang berkembang di dunia menyusul adanya pandemi
Covid-19. Akibat pandemi, berbagai lembaga dunia, baik Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB), Dana Moneter Internasional (IMF), World Economic Forum
(WEF) hingga para investor global telah mendorong percepatan investasi EBT
sebagai bagian dari program pemulihan ekonomi. Tujuannya, agar pembangunan
ekonomi ditopang oleh infrastruktur energi yang tangguh dan berkelanjutan di
masa depan.

Untuk memenuhi kebutuhan pembangunan nasional, sekaligus


mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di sektor energi, ada sejumlah
langkah yang mendesak dilakukan. Indonesia dapat bercermin pada langkah-
langkah yang dilakukan oleh Kosta Rika dalam kesuksesannya dalam sektor
energi terutama dalam penggunaan energi baru terbarukan. Di antaranya adalah
meningkatkan investasi pada sektor energi, memanfaatkan sumber alam secara
maksimal, serta mendorong percepatan pembangunan pembangkit EBT.

Dalam menyukseskan penggunaan EBT di indonesia, pemerintah harus


meningkatkan pendanaan pada sektor energi. Seperti halnya dengan negara Kosta
Rika, investasi pada sektor energi di negara ini sangat tinggi bahkan sejak tahun
1998. Dalam konteks ini, pemerintah harus melibatkan investor swasta dalam
pembangunan sektor kelistrikan. Hal ini sangat penting karena nilai investasi yang
dibutuhkan sangat besar. Pemanfaatan sumber daya alam juga harus
dimaksimalkan. Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam seperti sungai,
panas bumi, angin dan lain sebagainya bahkan dapat dikatakan indonesia
memiliki potensi sumber energi yang jauh lebih melimpah dibandingkan negara
Kosta Rika. Akan tetapi pemanfaatannya sumber daya tersebut masih sangat
rendah. Contohnya saja panas bumi. Panas bumi merupakan sumber energi yang
potensinya terbesar di dunia tetapi penggunaannya masih sekitar 4,9%. Hal
tersebut menunjukkan bahwa indonesia harus memaksimalkan kekayaan alam
yang ada. Percepatan pembangunan pembangkit EBT juga merupakan langkah
yang tepat dalam menyukseskan penggunaan energi ramah lingkungan di
Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Kosta Rika adalah sebuah Negara yang terletak di Benua Amerika


tepatnya di Amerika Tengah. Negara ini merupakan neara terkecil ketiga di
Amerika Tengah. Energi terbarukan di Kosta Rika memasok sekitar 98,1% dari
keseluruhan energi listrik di negara ini pada tahun 2016. Sebagai sebuah
negara, Kosta Rika memiliki keunggulan geografis dibandingkan negara lain
karena konsentrasi sungai, bendungan, dan gunung berapi per kapita yang
tinggi memungkinkan keluaran energi terbarukan yang tinggi. . Penghapusan
militer Kosta Rika pada tahun 1948 membebaskan jutaan dolar dari anggaran
pertahanan pemerintah yang sekarang diinvestasikan dalam program sosial dan
pembangkit energi terbarukan. Pemanfaatan sumber daya alam juga sangat
maksimal dinegara ini. Sungai dan panas bumi dari gunung merapi
dimanfaatkan secara maksimal sebagai sumber energi pembangkit listik yang
dapat diperbarui dibandingkan dengan penggunaan minyak bumi. Dalam sektor
energy, Indonesia seharusnya berkaca pada Negara Kosta Rika. Indonesia
memiliki kondisi geografis yang sama bahkan lebih kaya dibandingkan negara
Kosta Rika. Hal ini seharusnya dimanfaatkan secara maksimal agar
penggunaan energi baru dan terbarukan dapat lebih maksimal.

B. SARAN

Dalam memunuhi kebutuhan pembangunan nasional, sekaligus


mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di sektor energi, ada sejumlah
langkah yang dapat dilakukan yaitu :
1. Meningkatkan investasi pada sektor energy dengan cara bekerjasama
dengan perusahaan swasta
2. Memanfaatkan sumber alam secara maksimal
3. Mendorong percepatan pembangunan pembangkit EBT
DAFTAR PUSTAKA

‘Kolaborasi Menuju Transisi Energi Berkelanjutan‘.2020. Tentang Katadata


Insight Center (KIC) & Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia
(APLSI)
‘DISEMINASI RUPTL 2019-2028 PT PLN (Persero)’. 2019. Pembangkit Listrik
Negara (PLN)

Wikipedia 2020. Renewable Energy In Costa Rica. Wikipedia. Diakses 01


Oktober 2020. https://en.wikipedia.org/wiki/ Renewable_ energy_
in_Costa_Rica.

Setyorini Tantri 2016. Ini alasan kenapa Kosta Rika jadi negara paling bahagia
sedunia. merdeka.com. Diakses 01 Oktober 2020. https://
www.merdeka.com/gaya/ini-alasan-kenapa-kosta-rika-jadi-negara-paling-
bahagia -sedunia.html

Anda mungkin juga menyukai