0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
7 tayangan3 halaman
Budidaya laut merupakan kontributor terbesar untuk produksi perikanan budidaya Indonesia dengan kontribusi 65-75% antara tahun 2015-2019, dimana rumput laut dan kekerangan adalah komoditas utama. Potensi budidaya laut sangat besar karena luas lahan yang tersedia namun tingkat pemanfaatannya rendah, selain itu memiliki prospek pembukaan lapangan kerja dan peningkatan permintaan pasar global.
Budidaya laut merupakan kontributor terbesar untuk produksi perikanan budidaya Indonesia dengan kontribusi 65-75% antara tahun 2015-2019, dimana rumput laut dan kekerangan adalah komoditas utama. Potensi budidaya laut sangat besar karena luas lahan yang tersedia namun tingkat pemanfaatannya rendah, selain itu memiliki prospek pembukaan lapangan kerja dan peningkatan permintaan pasar global.
Budidaya laut merupakan kontributor terbesar untuk produksi perikanan budidaya Indonesia dengan kontribusi 65-75% antara tahun 2015-2019, dimana rumput laut dan kekerangan adalah komoditas utama. Potensi budidaya laut sangat besar karena luas lahan yang tersedia namun tingkat pemanfaatannya rendah, selain itu memiliki prospek pembukaan lapangan kerja dan peningkatan permintaan pasar global.
Komoditas unggulan marikultur bernilai ekonomis dan berdaya saing tinggi, seperti kerapu, lobster, kakap putih, kekerangan, bawal bintang, rumput laut, king cobia, dan ikan hias laut. Potensi Lahan Marikultur Luas lahan marikultur sangat luas, 12,3 juta hektar danpotensi pengembangan yang besar, karena tingkat pemanfaatan lahan marikultur hanya 2,25%. Peningkatan Permintaan Pasar Pertumbuhan populasi penduduk berimplikasi pada permintaan ikan/rumput laut di pasar global dan domestik, yang sebagian besar dipenuhi dari hasil perikanan budidaya laut Penciptaan Lapangan Kerja Akuakultur berpotensi menyerap banyak tenaga kerja dan memunculkan wirausahawan baru karena memiliki karakteristik kerakyatan, mudah diaplikasikan, dan cepat dipanen Digitalisasi Usaha Marikultur Marikultur memanfaatkan teknologi 4.0 melalui automatisasi sistem produksi dan digitalisasi tata niaga, sehingga rantai pasok semakin efisien dan keuntungan pembudidaya meningkat. Produksi Budidaya Laut Indonesia 2015-2019 Budidaya laut merupakan penyumbang produksi perikanan budidaya terbesar, dengan share 65-75% dari total produksi nasional periode 2015-2019. Rumput laut merupakan komoditas utama budidaya laut, dengan produksi 9,3 juta ton pada 2019. Kekerangan adalah komoditas budidaya laut terbesar kedua, dengan tren kenaikan 4,3% per tahun, dari 43.304 ton pada 2015 menjadi 48.912 ton pada 2019. Arah Kebijakan Pengembangan Marikultur Berbasis WPP Pengelolaan Sumberdaya Marikultur di Setiap WPP Alokasi Pemanfaatan Sumberdaya Lahan dan Input Produksi (Induk dan Benih) Berbasis Daya Dukung Peningkatan Produksi Marikultur di Setiap WPP Intensifikasi teknologi budidaya untuk komoditas unggulan di masing-masing WPP Peningkatan Kesejahteraan Pembudidaya di Setiap WPP Fasilitasi Permodalan, Stimulus Usaha, Perlindungan Usaha Akses Pasar Bagi Produk Marikultur di Setiap WPP Pengolahan, Distribusi, Pemasaran, Promosi, Standar, Sertifikasi, Traceability Marikultur yang Ramah Lingkungan di Setiap WPP Pengelolaaan dan pemanfaatan lingkungan perairan laut yang bertanggung jawab dan ramah lingkungan dan Manajemen Kesehatan Ikan/Rumput Laut Integrasi Intra dan Lintas Sektoral Regulasi, Perizinan, Program, Pendanaan, Eco-mariculture Konsepsi Marikultur WPP Integrasi spasial pengelolaan sumberdaya marikultur yang terintegrasi hulu-hilir dan ramah lingkungan (berkelanjutan) Menciptakan Lapangan Kerja Meningkatkan Kesejahteraan Ketahanan Pangan Peningkatan Ekspor Target Produksi Perikanan Budidaya 2020-2024 Pada periode 2020-2024, kekerangan tetap diproyeksikan sebagai komoditas marikultur terbesar kedua, setelah rumput laut. Tren kenaikan target produksi kekerangan sebesar 12% per tahun, dari 87.000 ton pada 2020 menjadi 137.000 ton pada 2024 Budidaya Tiram Mutiara (Pinctada maxima) Sistem Longline Hewan uji : juvenil abalon (aklimatisasi di bak: 1 minggu) Ukuran awal : Panjang cangkang > 2,5 cm Dipelihara pada wadah jaring berukuran 1 x 1 x 1,25 m3 , dilengkapi shelter PVC pada KJA di laut, Kepadatan tebar juvenil yaitu 200 ekor/m2. Juvenil diberi pakan rumput laut sebagai perlakuan (Gracillaria sp; E. cottonii dan Kombinasi G+E) Lama ujicoba : 3 bulan. Potensi Terumbu Karang dan Ikan Karang Bawah Laut Keanekaragaman hayati terumbu karang sebagai potensi sumber daya laut di Indonesia juga yang tertinggi di dunia. Di dalamnya terdapat 2.500 jenis ikan, 1.500 jenis moluska, 1.500 jenis udang-udangan, dan 590 jenis karang. Terumbu karang akan tumbuh dengan baik pada suhu perairan laut antara 21-29 derajat Celcius. Pemeliharaan Calon Induk Kerapu Pada Karamba Jaring Apung di Laut Keramba jaring apung (KJA) merupakan wadah yang ideal bagi pembesaran kerapu karena proses budi dayanya langsung di laut dan hasilnya pun lebih baik. Kerapu yang dipelihara hampir sesuai dengan habitat aslinya dan diberikan pakan sesuai dengan proporsinya dapat memacu pertumbuhan bobot yang cukup signifikan. Itulah yang menyebabkan kerapu banyak dipelihara di keramba jarring apung (KJA) daripada di tambak karena hasilnya lebih baik. Kepadatannya pun bisa lebih tinggi daripada media lain sehingga produktivitasnya juga lebih tinggi. Hanya saja, wadah ini membutuhkan konstruksi yang kuat dan biaya investasi yang cukup tinggi. Selain itu, tidak semua tepi pantai dapat digunakan sebagai lokasi pemeliharaan dengan KJA.