Anda di halaman 1dari 96

SKRIPSI

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN LOYALITAS PASIEN


DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM
MUHAMMADIYAH BABAT

FEBY DITASYA PUTRI


NIM 18.02.01.2547

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2022

i
HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN LOYALITAS PASIEN
DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM
MUHAMMADIYAH BABAT

SKRIPSI

Diajukan kepada Prodi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Lamongan Sebagai Salah Satu
Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Keperawatan

FEBY DITASYA PUTRI


NIM 18.02.01.2547

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2022

i
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

NAMA : FEBY DITASYA PUTRI

NIM : 1802012579

TEMPAT, TANGGAL LAHIR : Tuban, 26 Januari 2001

INSTITUSI : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

LAMONGAN

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: ”Hubungan Komunikasi

Terapeutik Dengan Loyalitas Pasien Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum

Muhammadiyah Babat” adalah bukan skripsi orang lain baik sebagian maupun

keseluruhan, kecuali dalam bantuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan

apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sangsi akademis.

Lamongan, Juli 2022

yang menyatakan

FEBY DITASYA PUTRI


NIM 18.02.01.2547

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi Oleh : FEBY DITASYA PUTRI

NIM : 1802012579

Judul : HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN

LOYALITAS PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP

RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH BABAT

Telah disetujui untuk diujikan di hadapan Dewan Penguji skripsi pada

bulan Juli 2022

Oleh :

Mengetahui :

Pembimbing I Pembimbing II

Suratmi, S.Kep., Ns., M.Kep H. M. Bakri Priyodwi Atmadji, S.Kep,. M.Kep.


NIK. 19840127 2009 09 2048 NIK. 19610923 200509 1 001

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi Oleh : FEBY DITASYA PUTRI


NIM : 1802012579
Judul : HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN
LOYALITAS PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP
RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH BABAT

Telah Diuji Dan Disetujui Oleh Tim Penguji Pada Ujian Skripsi
Di Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi S1-Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Lamongan
Tanggal : Juli 2022

PANITIA PENGUJI
Tanda Tangan

Ketua : Nurul Hikmatul Qowi, S.Kep., Ns., M.Kep ………………

Anggota : 1. Suratmi, S.Kep., Ns., M.Kep ………………

2. H. M. Bakri Priyodwi Atmadji, S.Kep,. M.Kep ………………

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Lamongan

Arifal Aris, S. Kep., Ns., M. Kes


NIK. 19878 08 21 2006 01 015

iv
KURIKULUM VITAE

Nama : FEBY DITASYA PUTRI

Tempat, Tanggal Lahir : Tuban, 26 Januari 2001

Alamat : Desa Cendoro, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban

Pekerjaan : Mahasiswa

Riwayat Pendidikan :

1. TK ABA Cendoro : Lulus Tahun 2006

2. MI Muhammadiyah 02 Cendoro : Lulus Tahun 2012

3. MTs Muhammadiyah 02 Palang : Lulus Tahun 2015

4. SMK Muhammadiyah Tuban : Lulus Tahun 2018

5. Prodi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Lamongan mulai tahun

2018 - sekarang.

v
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Semua sudah tertulis, lambungkan doamu dan biarkan dia bertarung dengan
takdir. Hatimu hanya butuh berprasangka dengan baik, karena siapa yang
bertawakkal kepada Allah tidak menemukan kekecewaan di akhir”

Persembahan

Skripsi ini saya persembahkan kepada kedua orang tua saya, yang telah berjuang
mencari nafkah, memberikan semangat serta yang selalu mendo’akan dengan
ikhlas, menyemangati, memberikan kasih sayang yang luar biasa kepada saya.

Terimakasih untuk sahabat-sahabat dan teman-teman yang sudah memberikan


dukungan dan motivasi serta membantu disaat susah.

Terimakasih kepada dosen pembimbing yang selalu memberikan nasehat dan


bimbingan dengan penuh kesabaran.

Terimakasih kepada seluruh dosen Universitas Muhammadiyah Lamongan yang


telah memberikan ilmunya dan mendidik dengan keikhlasan dan kesabaran.

vi
ABSTRAK

Putri, Feby Ditasya. 2022. Hubungan Komunikasi Terapeutik Dengan


Loyalitas Pasien Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Babat. Skripsi Universitas Muhammadiyah Lamongan.
Pembimbing: (1) Suratmi, S.Kep., Ns., M.Kep. (2) H. M. Bakri Priyodwi A,
S.Kep., Ns., M.Kes

Kualitas jasa pelayanan kesehatan rumah sakit ditentukan dari informasi yang
diperoleh dari pasien atau masyarakat yang mendapakan pelayanan yang
memuaskan atau tidak. Hal ini akan menjadi informasi yang dapat digunakan
sebagai referensi untuk menggunakan atau memilih jasa pelayanan kesehatan
sehingga mempengaruhi loyalitas pasien. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
hubungan komunikasi terapeutik dengan loyalitas pasien di instalasi rawat inap
Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Babat.
Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan pendekatan crossectional,
dengan teknik consecutive sampling didapatkan 85 pasien. Variabel independen
adalah komunikasi terapeutik dan variabel dependen adalah loyalitas pasien.
Instrumen yang digunakan adalah kuisioner tertutup. Analisa data dengan
menggunakan uji chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir sebagian pasien menilai komunikasi
terapeutik perawat baik yaitu sebanyak 42 pasien (49,4%), dan hampir seluruhnya
pasien loyal dengan rumah sakit umum Muhammadiyah Babat yaitu sebanyak 70
pasien (82,4%), Dari Hasil SPSS menunjukkan uji chi square diketahui nilai p-
value = 0,00 dan rs=0,0437 berarti p < 0.05, maka H1 diterima atau H0 ditolak
sehingga terdapat terdapat hubungan komunikasi terapeutik dengan loyalitas
pasien di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Babat.
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan rumah sakit diharapkan meningkatkan
komunikasi terapeutik perawat sehingga loyalitas pasien yang tinggi dapat
dipertahankan.

Kata kunci: komunikasi terapeutik perawat, loyalitas pasien.

vii
ABSTRACT

Putri, Feby Ditasya. 2022. The Relationship Between Therapeutic


Communication And Patient Loyalty In The Inpatient Installation
Of The General Hospital of Muhammadiyah Babat.Skripsi
Universitas Muhammadiyah Lamongan. Pembimbing: (1) Suratmi,
S.Kep., Ns., M.Kep. (2) H. M. Bakri Priyodwi A, S.Kep., Ns., M.Kes

The quality of hospital health services is determined from information obtained


from patients or the public who get satisfactory service or not. This will be
information that can be used as a reference for using or choosing health services
so that it affects patient loyalty. The purpose of this study was to determine the
relationship between therapeutic communication and patient loyalty in the
inpatient installation of the General Hospital of Muhammadiyah Babat.
This study used an analytic design with a cross-sectional approach, with a
consecutive sampling technique of 85 nurses. The independent variable is
therapeutic communication and the dependent variable is patient loyalty. The
instrument used is a closed questionnaire. Data analysis using chi square test.
The results showed that almost most of the patients rated the nurse's therapeutic
communication as good as many as 42 patients (49.4%), and almost all of the
patients were loyal to the general hospital of Muhammadiyah Babat as many as 70
patients (82.4%). It is known that the chi square value of p-value = 0.00 and rs =
0.0437 means p < 0.05, then H1 is accepted or H0 is rejected so that there is a
relationship between therapeutic communication and patient loyalty in the
inpatient installation of the General Hospital of Muhammadiyah Babat.
Based on the results of the study, it is expected that the hospital is expected to
improve nurse therapeutic communication so that high patient loyalty can be
maintained.

Keyword: Therapeutic Communication, Patient Loyalty

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat

dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyeleseikan Skripsi yang berjudul

”Hubungan Komunikasi Terapeutik Dengan Loyalitas Pasien Di Instalasi Rawat

Inap Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Babat” sesuai waktu yang ditentukan.

Skripsi ini penulis susun sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan

gelar sarjana keperawatan di Universitas Muhammadiyah Lamongan.

Dalam penyusunan, penulis mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan

dari berbagai pihak, untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih

kepada yang terhormat Bapak/ Ibu :

1. Dr.A.Aziz Alimul Hidayat, S.Kep., Ns., M.Kes., selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Lamongan

2. dr. Fara Nurdiana, M.Kes., selaku direktur RSU Muhammadiyah Babat yang

telah memberikan ijin survey awal

3. Arifal Aris, S.Kep., Ns., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan di

Universitas Muhammadiyah Lamongan

4. Suratmi, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Kaprodi S1 Keperawatan Universitas

Muhammadiyah Lamongan serta pembimbing I, yang telah banyak

memberikan petunjuk, saran dan dorongan moril selama penyusunan Skripsi

ini.

ix
5. H. M. Bakri Priyodwi Atmadji, S.Kep,. M.Kep., selaku pembimbing II, yang

juga banyak memberikan pengetahuan baru, referensi baru juga aplikasi baru

yang dapat mempermudah penulis dalam Skripsi ini.

6. Kedua orang tua saya yang selalu memberikan semangat, motivasi, serta doa

di setiap sujudnya.

7. Semua pihak yang secara tidak langsung banyak membantu penulis yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT, memberi balasan pahala atas semua amal kebaikan

yang di berikan. Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk

itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun semangat penulis harapkan,

akhirnya penulis berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya

dan bagi semua pembaca pada umumnya.

Lamongan, Maret 2022

Penulis

x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN................................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ iv
CURRICULUM VITAE.................................................................................. v
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................ vii
ABSTRACT ............................................................................................ viii
KATA PENGANTAR.................................................................................... ix
DAFTAR ISI................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL...................................................... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN …..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 6
2.1 Konsep Komunikasi terapeutik......................................................... 6
2.2 Konsep Loyalitas Pasien................................................................... 19
2.3 Kerangka Konsep ............................................................................. 29
2.4 Hipotesa Penelitian ........................................................................... 30
BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................. 31
3.1 Desain Penelitian............................................................................... 31
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian........................................................... 31
3.3 Kerangka Kerja................................................................................. 32
3.4 Sampling Desain............................................................................... 33
3.5 Indentifikasi Variabel........................................................................ 34
3.6 Definisi Operasional.......................................................................... 35
3.7 Pengumpulan Data dan Analisi Data................................................ 37
3.8 Etika Penelitian................................................................................. 42

xi
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 44
4.1 Hasil Penelitian................................................................................ 44
4.2 Pembahasan....................................................................................... 49
BAB 5 PENUTUP .......................................................................................... 54
5.1 Kesimpulan........................................................................................ 54
5.2 Saran ............................................................................................ 54
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 56
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Definisi Operasional Hubungan Komunikasi Terapeutik Dengan


Loyalitas Pasien Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Babat
.......................................................................................................
.......................................................................................................
36

Tabel 3.1 Blueprint Kuesioner Komunikasi Terapeutik


.......................................................................................................
.......................................................................................................
38

Tabel 3.2 Blueprint Kuesioner Loyalitas


.......................................................................................................
.......................................................................................................
38

Tabel 4.1 Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin di Instalasi


Rawat Inap Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Babat Tahun
2022.
.......................................................................................................
.......................................................................................................
45

Tabel 4.2 Karakteristik Pasien Berdasarkan Umur di Instalasi Rawat Inap


Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Babat Tahun 2022
.......................................................................................................
.......................................................................................................
45

Tabel 4.3 Karakteristik Pasien Berdasarkan Pendidikan di Instalasi Rawat


Inap Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Babat Tahun 2022
.......................................................................................................
.......................................................................................................
46

Tabel 4.4 Karakteristik Pasien Berdasarkan Pekerjaan di Instalasi Rawat


Inap Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Babat Tahun 2022
.......................................................................................................

xiii
.......................................................................................................
46

Tabel 4.5 Distribusi Komunikasi Terapeutik di Instalasi Rawat Inap


Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Babat Tahun 2022
.......................................................................................................
.......................................................................................................
47

Tabel 4.6 Distribusi Loyalitas Pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Muhammadiyah Babat Tahun 2022.
.......................................................................................................
.......................................................................................................
47

Tabel 4.6 Tabel Silang hubungan komunikasi terapeutik dengan dengan


loyalitas pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Babat Tahun 2022.
.......................................................................................................
.......................................................................................................
48

xiv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Hubungan Komunikasi Terapeutik Dengan


Loyalitas Pasien Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Babat
...................................................................................................
...................................................................................................
29

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Hubungan Komunikasi Terapeutik Dengan


Loyalitas Pasien Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Babat
...................................................................................................
...................................................................................................
32

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden


Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 Lembar Kuisioner
Lampiran 4 Surat Ijin Melakukan Survey Awal dan Balasan
Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian dan Balasan
Lampiran 6 Tabulasi Data
Lampiran 7 Hasil SPSS
Lampiran 8 Lembar Konsultasi

xvi
DAFTAR SINGKATAN DAN DAFTAR SIMBOL

DAFTAR SINGKATAN
WHO : World Health Organization
RSU : Rumah Sakit Umum
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

DAFTAR SIMBOL
- : Sampai
% : Persen
= : Sama dengan
≤ : Kurang dari sama dengan
∑ : Jumlah responden
N : Banyaknya responden

xvii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit dihadapkan pada tuntutan peningkatan pelayanan publik dan

ancaman bisnis pada layanan kesehatan di Indonesia, hal ini menjadikan rumah

sakit harus memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat lebih

professional dan terbuka menghadapi globalisasi dan perdagangan bebas yang

nantinya akan berdampak besar bagi selurus sektor industri rumah sakit di

Indonesia sehingga rumah sakit harus memiliki pasien yang loyal (Setianingsih,

2017). Kualitas jasa pelayanan kesehatan rumah sakit ditentukan dari informasi

yang diperoleh dari pasien atau masyarakat yang mendapakan pelayanan yang

memuaskan atau tidak. Hal ini akan menjadi informasi yang dapat digunakan

sebagai referensi untuk menggunakan atau memilih jasa pelayanan kesehatan

sehingga mempengaruhi loyalitas pasien (Handayani, 2019).

Rumah sakit yang memperhatikan loyalitas pasien akan memperoleh

beberapa manfaat pokok yaitu reputasi rumah sakit yang makin positif dimata

pasien dan masyarakat, meningkatkan keuntungan, terciptanya hubungan yang

harmonis antara rumah sakit dengan pelanggannya, serta mendorong setiap orang

dalam rumah sakit untuk bekerja dengan lebih baik (Tjiptono, 2014). Loyalitas

pasien memiliki peran penting dalam sebuah rumah sakit, mempertahankan pasien

berarti meningkatkan kinerja keuangan dan mempertahankan kelangsungan hidup

rumah sakit, hal ini menjadi alasan utama bagi sebuah rumah sakit untuk menarik

1i
2

dan mempertahankan pasiennya. Usaha untuk memperoleh pasien yang loyal

tidak bisa dilakukan sekaligus, tetapi melalui beberapa tahapan, mulai dari

mencari pasien potensial sampai memperoleh partners (Hurriyati, 2015).

Berdasarkan data rekam medik jumlah kunjungan rawat inap RSU

Muhammadiyah Babat pada tahun 2021 mengalami penurunan dengan jumlah

kunjungan rawat inap 2.086 pasien kemudian menjadi 623 pasien RSU

Muhammadiyah Lamongan angka kunjungan rawat inap cenderung fluktuatif.

Kondisi menurunnya jumlah kunjungan pasien umum pada instalasi rawap inap

RSU Muhammadiyah Babat menjadi permasalahan yang harus diperhatikan oleh

pihak Rumah sakit karena menurunnnya loyalitas pasien dapat menyebabkan

menurunnya angka kunjungan pasien. Jumlah pasien yang menurun akan

mempengaruhi pemasukan RSU Muhammadiyah Babat.

Menurut Utari (2018) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

loyalitas pasien diantaranya komunikasi terapeutik perawat, komunikasi dokter,

dan responsive (daya tanggap) perawat. Komunikasi terapeutik merupakan salah

satu bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan didasarkan

pada suatu standar kualitas untuk pemenuhan kebutuhan dan keinginan pasien.

Komunikasi terapeutik keperawatan dilakukan dalam lima tahap yaitu tahap pra-

interaksi, tahap perkenalan, tahap orientasi, tahap kerja, dan tahap terminasi.

Komunikasi yang dilakukan oleh perawat secara terapeutik bertujuan untuk

menjalin hubungan rasa percaya pada pasien, mencegah terjadinya masalah legal,

memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan

meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit, sehingga dapat
3

meningkatkan kepercayaan pasien dan loyalitas pasien terhadap rumah sakit

(Putra, 2013).

Komunikasi yang berpusat pada pasien penting untuk perawatan pasien.

Komunikasi yang dipusatkan pada pasien mendorong rencana perawatan melalui

penyampaian informasi, menyediakan terapi dan lingkungan yang mendukung

bagi pasien. Selain itu, empati sangat penting khususnya dalam melakukan

komunikasi efektif yang berpusat pada pasien. Kemampuan seorang perawat

untuk mengenali maslah pasien, empati dan menanggapi dengan sabar,

berkomunikasi untuk mengert keinginan pasien, dapat membantu pasien

memahami dan mengatasi penyakit mereka secara efektif (Putu, Ayu & Dewi,

2017). Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fitri dkk (2016)

menunjukkan ditemukannya hubungan antara interaksi petugas dengan pasien

dengan loyalitas pasien di Instalasi rawat jalan RSKM Provinsi Sumatera Selatan.

Komunikasi terapeutik merupakan tanggung jawab moral bagi perawat.

Apabila tidak terbentuknya komunikasi yang baik antara perawat dan pasien atau

keluarga pasien maka tidak akan terciptanya hubungan saling percaya antara

perawat dengan pasien. Keadaan ini akan membuat perawatan yang diberikan

tidak diterima dengan optimal dan angka ketidakpuasan pasien terhadap layanan

keperawatan akan meningkat. Selanjutnya, hal tersebut akan berdampak pada

keinginan pasien atau keluarga untuk menggunakan layanan secara berulang,

tentunya hal ini akan memengaruhi loyalitas pasien dan jumlah kunjungan pasien

ke rumah sakit (Meikayanti, 2020).


4

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang hubungan komunikasi terapeutik dengan dengan loyalitas

pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Babat

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan komunikasi terapeutik dengan dengan loyalitas

pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Babat?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis hubungan komunikasi terpeutik perawat dengan loyalitas

pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Babat.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi komunikasi terapeutik perawat di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Babat

2) Mengidentifikasi loyalitas pasien di di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Umum Muhammadiyah Babat

3) Menganalisis hubungan kemampuan komunikasi terpeutik perawat dengan

loyalitas pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Muhammadiyah

Babat.
5

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan untuk menentukan kebijakan dalam meningkatkan

loyalitas pasien, khususnya dalam penerapan komunikasi terapeutik kepada

pasien.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan pada mata ajar manajemen keperawatan, tidak

hanya dengan teori-teori saja tetapi manajemen keperawatan juga dapat

ditambahkan dengan skill pada setiap mahasiswa.

1.4.3 Bagi Peneliti

Sebagai dasar masukan untuk penelitian berikutnya dan juga sebagai acuan

untuk melengkapi penelitian yang selanjutnya agar lebih baik. Dengan adanya

penelitian ini diharapkan peneliti dapat meningkatkan kemampuan dalam

mencapai penerapan praktek.

1.4.4 Bagi Perawat

Sebagai masukan agar lebih meningkatkan komunikasi terapeutik sehingga

dapat meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam hal ini akan dibahas tentang beberapa konsep dasar yang berkaitan

dengan penelitian yaitu : 1) Konsep Dasar komunikasi terapeutik, 2) Konsep

Dasar Loyalitas Pasien, 3) Kerangka Konsep. 4) Hipotesis Penelitian

2.1 Konsep Komunikasi Terapeutik

2.1.1 Pengertian

Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin yakni communicatio yang

artinya pemberitahuan atau pertukaran ide. Pemberitahuan atau pertukaran ide

dalam suatu proses komunikasi akan ada pembicara yang menyampaikan

pernyataan ataupun pertanyaan yang dengan harapan akan ada timbal balik atau

jawaban dari pendengarnya. Terapeutik merupakan suatu hal yang diarahkan

kepada proses dalam memfasilitasi penyembuhan pasien. Sehingga komunikasi

terapeutik itu sendiri merupakan salah satu bentuk dari berbagai macam

komunikasi yang dilakukan secara terencana dan dilakukan untuk membantu

proses penyembuhan pasien (Suryani, 2015). Komunikasi Terapeutik merupakan

hubungan interpersonal antara konselor dan klien melalui hubungan ini, konselor

dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki

pengalaman emosional klien (Nasir, 2014).

Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan konselor

untuk membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan


7

psikologis, serta belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain (Fitriarti,

2017). Dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik adalah hubungan antara

konselor dan klien untuk membantu klien mengatasi gangguan psikologis dan

memperoleh pengalama belajar bersama untuk memperbaiki emosional klien.

2.1.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik

Menurut Suryani (2015), komunikasi terapeutik bertujuan untuk

mengembangkan pribadi klien kearah yang lebih positif atau adaktif. Adapun

tujuan lain dari Komunikasi terapeutik itu yaitu:

1) Realisasi diri, penerimaan diri, dan peningkatan penghormatan komunikasi

terapeutik diharapkan dapat mengubah sikap dan prilaku klien. Klien yang

merasa rendah diri, setelah berkomunikasi terapeutik dengan konselor akan

mampu menerima dirinya.

2) Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak super fsisial dan

saling bergantung dengan orang lain melalui komunikasi terapeutik, klien

belajar cara menerima dan diterima orang lain.

3) Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta

mencapai tujuan yang realistik klien terkadang menetapkan standar diri terlalu

tinggi tanpa mengukur kemampuannya sehingga ketika tujuannya tidak

tercapai klien akan merasa rendah diri dan kondisi nya memburuk.

4) Peningkatan identitas dan integritas diri keadaan sakit terlalu lama cenderung

menyebabkan klien mengalami gangguan identitas dan integritas dirinya

sehingga tidak memiliki rasa percaya diri dan merasa rendah diri.
8

2.1.3 Karakteristik Komunikasi Terapeutik

Tiga hal mendasar dari citi-ciri komunikasi terapeutik menurut Carl Rogerb

dalam Nasir (2014) adalah sebagai berikut:

1) Keikhlasan

Dalam hal keikhlasan perawat diharapkan untuk tetap bersikap secara baik

sehingga perawat dapat mengeluarkan segala perasaan yang dimiliki secara tepat

dalam menyikapi segala sikap dan perilaku pasien tanpa menyalahkan atau

menghukum pasien. Dengan demikian hubungan saling menguntungkan akan

meningkat secara bermakna.

2) Empati

Empati merupakan suatu perasaan yang jujur, sensitif, dan tidak dibuat-buat

(Objektif). Dalam proses keperawatan tentu saja ada suka maupun duka, hal

tersebut yang ditekankan kepada perawat agar bisa mengendalikan emosinya

secara baik, sehingga tidak terlihat oleh pasien. Perasaan yang timbul akibat

mengetahui keadaan pasien dalam kondisi yang buruk pun diharapkan perawat

bisa mengontrolnya dengan baik. Perawat yang empati dengan orang lain dapat

menghindari perasaan dri kata hati tentang seseorang pada umumnya, dengan

empati perawat akan lebih sensitif dan ikhlas. Sikap empati memperbolehkan

perawat untuk berpartisipasi terhadap sesuatu yang terkait dengan emosi pasien.

3) Kehangatan

Hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien akan membuat rasa

keterbukaan terhadap pasien. Suasana yang hangat dalam komunikasi anatara

perawat dengan pasien akan menunjukan rasa penerimaan perawat terhadap


9

pasien. Sehingga pasien akan mengeksplor perasaannya secara mendalam. Pada

saat ini perawat lebih mudah mengetahui segala kebutuhan pasien. Kehangatan

juga dapat dikomunikasikan secara nonverbal. Dengan penampilan yang tenang,

suara yang menyakinkan, dan pegangan tangan yang halus menunjukkan rasa

kasih sayang terhadap pasien.

2.1.4 Prinsip-prinsip Komunikasi Terapeutik

Menurut Handayani (2014), prinsip-prinsip komunikasi terapeutik yang

harus di terapkan agar mendapatkan hasil yang memuaskan yaitu dengan

memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1) Menjadikan klien sebagai fokus yang utama dalam interaksi.

2) Mengkaji kualitas intelektual untuk menentukan pemahaman.

3) Mempergunakan sikap membuka diri hanya untuk tujuan terapeutik.

4) Menerapkan perilaku profesional dalam mengatur hubungan terapeutik.

5) Menghindari hubungan sosial dengan klien.

6) Harus betul-betul menjaga lerahasiaan klien.

7) Mengimplementasikan intervensi berdasarkan teori .

8) Mengobservasi respon verbal klien melalui pernyataan klarifikasi dan hindari

perubahan subjek atau perubahan topik jika perubahan isi topik bukan sesuatu

yang menarik bagi klien.

9) Memelihara hubungan atau interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat

penilaian tentang tingkah laku dan memberi nasehat klien.

10) Berikan petunjuk klien untuk menginterprestasikan kembali pengalaman

secara rasional.
10

2.1.5 Jenis komunikasi yang dimanifestasikan secara terapeutik

Menurut Cangara Hafied dalam Roudhonah (2019), ada dua jenis

komunikasi yaitu verbal dan non verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.

1) Komunikasi Verbal

Jenis komunikasi verbal yang paling lazim digunakan dalam pelayanan

keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama

pada saat berbicara tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan

tepat waktu. Kata-kata yang digunakan adalah alat atau simbol yang dipakai untuk

mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional.

Keuntungan dalam komunikasi verbal tatap muka yaitu memungkinkan tiap

individu untuk berespon secara langsung.Komunikasi verbal yang efektif :

(1) Jelas dan ringkas

Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Kejelasan

dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas.

Ulangi bagian penting dari pesan yang di sampaikan.

(2) Perbendaharaan Kata (Mudah dipahami)

Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu

menerjemahkan kata dan ucapan. Istilah teknis yang digunakan dalam

keperawatan dan kedokteran tidak dapat dimengerti pasien, hal ini membuat

perawat perlu menggunakan istilah yang dimengerti pasien.

(3) Denotatif dan Konotatif

Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang

digunakan, sedangkan arti konotatif adalah pikiran, perasaan atau ide yang
11

terdapat dalam suatu kata. Ketika berkomunikasi dengan pasien harus hati-hati

memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan, terutama penting

ketika menjelaskan tujuan terapi dan kondisi pasien.

(4) Selaan dan kesempatan dalam berbicara

Kecepatan serta tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan

komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada suatu

pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang

menyembunyikan sesuatu terhadap pasien. Perawat sebaliknya tidak berbicara

dengan cepat sehingga kata-kata yang diucapkan menjadi jelas.

(5) Waktu dan Relevansi

Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang

menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan. Pesan diucapkan secara

jelas dan singkat, tetapi jika waktu yang tidak tepat dapat menghalangi

penerimaan pesan secara akurat. Oleh sebab itu perawat harus peka terhadap

waktu untuk berkomunikasi.

2) Komunikasi Non verbal

Komunikasi non verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-

kata. Komunikasi non verbal merupakan cara yang meyakinkan untuk

menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal

dan non verbal yang di sampaikan pasien mulai dan saat pengkajian sampai

evaluasi asuhan keperawatan karna isyarat non verbal menambah arti terhadap

pesan verbal. Perawat yang mendeteksi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan

asuhan keperawatan. Komunikasi non verbal dibagi menjadi enam bagian yakni :
12

(1) Kinesik

Kinesik adalah pesan non verbal yang diimplementasikan dalam bentuk

bahasa isyarat tubuh atau anggota tubuh. Perhatikan bahwa dalam pengalihan

informasi mengenai kesehatan, para penyuluh tidak saja menggunakan kata-kata

secara verbal tetapi juga memperkuat pesan-pesan itu dengan bahasa isyarat

seperti, cara mengaduk obat, dll.

(2) Haptik

Haptik artinya tidak ada lagi jarak diantara dua orang waktu berkomunikasi.

Atas dasar itu maka ahli komunikasi non verbal yang mengatakan haptik itu sama

dengan menepuk-neouk, meraba-raba, memegang, mengelus dan mencubit.

Haptik mengkomunikasikan relasi anda dengan seseorang.

(3) Paralingustik

Paralinguistik meliputi setiap penggunaan suara sehingga dia bermanfaat

jika hendak menginterprestasikan simbol verbal. Sebagai contoh orang-orang

jawa yang tidak mengungkapkan kemarahan dengan suara yang keras, berbeda

dengan orang Batak dan Timor yang mengungkapkan segala sesuatu dengan

menggunakan suara keras.

(4) Tampilan Fisik Tubuh

Seringkali pasien mempunyai kesan tertentu terhadap tampilan fisik tubuh

dari lawan bicara. Salam satu keutamaan pesan atau informasi kesehatan adalah

persuasive, artinya bagaimana perawat merancang pesan sedemikian rupa

sehingga mampu mempengaruhi orang lain (pasien) agar dapat mengetahui

informasi tersebut.
13

2.1.6 Teknik Komunikasi Terapeutik

Dalam sebuah komunikasi terapeutik dapat menerapkan beberapa teknik

tertentu. teknik- teknik tersebut antara lain:

1) Mendengarkan dengan penuh perhatian

Menurut Nasir (2014), mendengarkan merupakan hal yang utama dalam

komunikasi terapeutik. Dalam teknik ini, seseorang akan terlibat dalam proses

aktif dalam penerimaan informasi serta penelaahan reaksi seseorang terhadap

pesan yang diterima. Seseorang ahli terapi harus memberikan kesempatan seluas-

luasnya kepada klien untuk berbicara dan memposisikan dirinya sebagai

pendengar yang aktif yang penuh perhatian. Beberapa hal yang merupakan

keterampilan mendengarkan penuh perhatian :

(1) Tataplah klien ketika mereka berbicara

(2) Pertahankan kontak mata dengan klien yang memancarkan keinginan

untuk mendengarkan

(3) Tidak menyilangkan kaki atau tangan

(4) Hindarkan gerakan yang tidak perlu

(5) Anggukkan kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan

umpan balik.

(6) Condongkan tubuh ke arah lawan bicara, bila perlu duduk atau minimal

sejajar dengan klien.

2) Bertanya

Menurut Nasir (2014), bertanya adalah teknik untuk merangsang klien agar

mengungkapkan perasaan dan pikirannya. Beberapa model pertanyaan yang

mungkin diterapkan dalam situasi komunikasi terapeutik :


14

(1) Pertanyaan fasilitatif

Pertanyaan fasilitatif terjadi jika ahli terapi sensitif terhadap pikiran dan

perasaan serta secara langsung berhubungan dengan masalah klien. Adapun

pertanyaan non fasilitatif adalah pertanyaan yang tidak efektif karna

membericarakan pertanyaan yang tidak fokus pada masalah atau pembicaraan.

Pertanyaan ini bersifat mengancam dan mencerminkan situasi ketidak pengertian

terhadap klien.

(2)Pertanyaan terbuka (Open Question) atau pertanyaan tertutup (Closed

question).

Pertanyaan terbuka digunakan untuk menggali informasi yang banyak dari

klien. Dengan pertanyaan ini, semua ekspresi klien akan terlihat dihadapan ahli

terapi. Adapun pertanyaan tertutup digunakan untuk mendapatkan jawaban yang

singkat.

3) Penerimaan

Menurut Nasir (2014), penerimaan adalah kondisi dimana muncul situasi

mendukung dan menerima informasi serta tingkah laku dari klien. Dalam situasi

ini, penerapi tidak melakukan penilaian. Namun demikian penerimaan bukan

berarti persetujuan. Penerimaan berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain

tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju.

(1) Gerakan tubuh dan ekspresi wajah yang tidak menunjukkan kesetujuan

sebaiknya dihindarkan dalam situasi ini, seperti mengerutkan kening atau

menggelengkan kepala seakan tidak percaya.

(2) Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan


15

(3) Memberikan umpan balik

4) Mengulangi (Restating)

Mengulangi artinya mengulang pokok pikiran yang diiungkapkan klien

dengan menggunakan ungkapan klien sehingga menunjukkan bahwa ahli terapi

mengikuti proses komunikasi, memberikan perhatian dan mengharapkan

komunikasi bisa lanjut (Nasir, 2014).

5) Klarifikasi (Clarificion)

Klarifikasi adalah menjelaskan kembali ide-ide yang diungkapkan klien

klien yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti dari

ungkapannya. Hal ini dilakukan ketika penerapi ragu, tidak jelas, atau tidak

mendengar. Mungkin juga bisa terjadi klien merasa malu mengemukakan

informasi, sehingga informasi yang diungkapkan cenderung meloncat-loncat

(Nasir, 2014).

6) Mengulangi (Restating)

Mengulangi artinya mengulang pokok pikiran yang diiungkapkan klien

dengan menggunakan ungkapan klien sehingga menunjukkan bahwa ahli terapi

mengikuti proses komunikasi, memberikan perhatian dan mengharapkan

komunikasi bisa lanjut (Nasir, 2014).

7) Klarifikasi (Clarificion)

Klarifikasi adalah menjelaskan kembali ide-ide yang diungkapkan klien,

klien yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti dari

ungkapannya. Hal ini dilakukan ketika penerapi ragu, tidak jelas, atau tidak

mendengar. Mungkin juga bisa terjadi klien merasa malu mengemukakan


16

informasi, sehingga informasi yang diungkapkan cenderung meloncat-loncat

(Nasir, 2014).

8) Mengubah cara pandang (reframing)

Teknik ini memberikan pandangan pada klien untuk tidak saja melihat

permasalahnya sebagai seseuatu hal yang negatif semata. Sehingga klien

cenderung menyalahkan dirinya tetapi juga melihat persoalan dari aspek lainnya.

Teknik ini memungkinkan klien untuk melakukan perencanaan yang lebih baik

untuk mengatasi masalahnya (Nasir, 2014).

9) Humor

Dalam penelitian dalam bidang kesehatan, sebuah humor dapat merangsang

produksi catecholamine dan humor dapat menimbulkan perasaan sehat,

meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas, dan

memfasilitasi relaksasi pernafasan. Dengan demikian humor dalam teknik

terapeutik akan mampu mengatsi rasa takut dan tidak enak dan mengatasi

ketidakmampuan penerapi untuk berkomunikasi dengan klien (Nasir, 2014).

10) Memberikan pujian (reinforcement)

Pemberian pujian akan berguna meningkatkan diri dan menguatkan perilaku

klien. Teknik ini bisa diungkapkan dengan kata-kata maupun dengan komunikasi

non verbal, misalnya acungan jempol (Nasir, 2014).

2.1.7 Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik

Menurut Astutik (2018), dalam melakukan komunikasi, komunikasi

terapeutik dapat dipengaruhi beberapa hal sebagai berikut :


17

1) Perkembangan

Agar dapat berkomunikasi efektif tenaga kesehatan harus mengerti

pengaruh perkembangan usia baik dari sisi bahasa, cara berfikir dan proses

berfikir dari orang tersebut. Cara berkomunikasi pada usia dewasa dengan usia

balita tentunya berbeda, pada usia dewasa kita barangkali perlu belajar bahasa

“gaul” mereka sehingga yang kita ajak bicara akan merasa kita mengerti mereka

dan komunikasi diharapkan akan lancar.

2) Persepsi

Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang dalam mengenali suatu

kejadian atau peristiwa. Persepsi ini, dibentuk oleh pengalaman dan harapan.

Perbedaan suatu persepsi dapat mengakibatkan perdebatan dan terhambatnya

komunikasi.

3) Nilai

Nilai adalah sesuatu yang mempengaruhi perilaku sehingga penting bagi

perawat untuk menyadari nilai dari seorang pasien. Perawat perlu berusaha untuk

mengetahui dan mengklarifikasi nilai sehingga dapat membuat keputusan dan

interaksi yang tepat dengan pasien. Dalam hubungan profesionalnya diharapkan

tenaga ksesehatan tidak terpengaruh oleh nilai pribadinya.

4) Latar Belakang Sosial Budaya

Bahasa dan gaya komunikasi sangat dipengaruhi oleh faktor budaya.

Budaya juga akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi seseorang.


18

5) Emosi

Emosi merupakan perasaan subjektif terhadap suatu kejadian, seperti marah,

sedih, senang akan dapat mempengaruhi tenaga kesehatan dalam berkomunikasi

dengan orang lain. Perawat perlu mengkaji emosi pasien dan keluarga sehingga

perawat mampu memberikan asuhan keperawatan dengan tepat dan baik. Selain

itu perawat juga perlu mengevaluasi emosi pada dirinya sendiri agar dalam

memberikan asuhan keperawatan tidak terpengaruh oleh emosi dibawah sadarnya.

6) Jenis Kelamin

Setiap jenis kelamin mempunyai gaya berkomunikasi yang berbeda-beda.

pria dan wanita mempunyai perbedaan gaya komunikasi. Dari usia 3 tahun wanita

ketika bermain dalam kelompoknya menggunakan bahasa untuk mencari

kejelasan, meminimalkan sebuah perbedaan, serta membangun dan mendukung

keintiman, sedangkan laki-laki menggunakan bahasa untuk kemandirian aktifitas

bermainnya, dimana jika mereka ingin berteman maka mereka melakukannya

dengan cara bermain.

7) Pengetahuan

Tingkat pengetahuan sangat mempengaruhi komunikasi yang dilakukan.

Seseorang yang tingkat pengetahuannya rendah akan sulit merespon pertanyaan

yang mengandung bahasa verbal dibanding dengan seseorang yang memiliki

tingkat pengetahuan tinggi. Perawat perlu mengetahui tingkat pengetahuan pasien

sehingga perawat dapat berinteraksi dengan baik dan akhirnya dapat memberikan

suatu asuhan keperawatan yang tepat pada pasien.


19

8) Peran dan Hubungan

Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antar orang yang

terlibat komunikasi. Cara komunikasi seorang perawat dengan sejawatnya,

dengan cara komunikasi seorang perawat pada pasien akan berbeda tergantung

perannya. Demikian juga antara guru dengan muridnya.

9) Lingkungan

Lingkungan dapat mempengaruhi komunikasi yang efektif. Suasana

bising, ramai, tidak ada privasi yang tepat akan menimbulkan kerancuan,

ketegangan dan ketidaknyamanan dari pasien.

10) Jarak

Jarak akan mempengaruhi komunikasi. Jarak tertentu menyediakan rasa

aman dan kontrol tersendiri. Dapat dimisalkan dengan pasien yang merasa

terancam ketika seseorang tidak dikenal tiba-tiba berada pada jarak yang sangat

dekat dengan dirinya. Hal ini juga yang dialami oleh pasien pada saat pertama kali

berinteraksi dengan perawat. Untuk itu perawat perlu memperhitungkan jarak

pada saat melakukan hubungan dengan pasien.

11) Masa Kerja

Masa kerja adalah waktu dimana seseorang mulai bekerja disebuah tempat.

Semakin lama seseorang bekerja semakin banyak pengalaman yang dimilikinya

sehingga semakin baik pula komunikasinya.

2.2. Konsep Dasar Loyalitas Pasien

2.2.1 Definisi

Loyalitas secara umum dapat diartikan kesetiaan seseorang atas suatu

produk, baik barang maupun jasa tertentu. Loyalitas merupakan manifestasi dan
20

kelanjutan dari kepuasan konsumen dalam menggunakan fasilitas maupun jasa

yang diberikan oleh perusahaan, serta untuk tetap menjadi konsumen dari

perusahaan tersebut. Loyalitas adalah konsumen yang selalu menjaga pelanggan

yang memiliki kekuatan dan sikap positif atas perusahaan itu. Loyalitas dapat

didefinisikan pula sebagai pembelian yang disengaja dalam suatu kurun waktu

melalui serangkaian keputusan (Grifin, 2013). Pelanggan adalah customer yang

dalam kamus oxford disebutkan to render a thing customary or usual atau

topractice habitually. Maka loyalitas pelanggan dapat didefinisikan sebagai “suatu

kesetiaan pelanggan yang ditunjukkan dengan perilaku pembelian teratur yang

dalam waktu yang panjang melalui serangkaian keputusan-keputusan pelanggan”

(Grifin, 2013).

Maulinda (2014), mengatakan loyalitas di kelompokkan kedalam dua

kelompok yaitu loyalitas merek (Brand loyalty) dan loyalitas took (store loyalty).

Loyalitas konsumen dapat didefinisikan sebagai “sikap menyenangi terhadap

suatu merek yang direpresentasikan dalam pembelian yang konsisten terhadap

merek itu sepanjang waktu”.

Setiawan (2011), mengungkapkan loyalitas konsumen didefinisikan sebagai

suatu ukuran kesetiaan dari pelanggan dalam menggunakan suatu merek produk

atau merek jasa pada kurun waktu tertentu pada situasi dimana banyak pilihan

produk ataupun jasa yang dapat memenuhi kebutuhannya dan pelanggan memiliki

kemampuan mendapatkannya. Tingkat kesetiaan konsumen terhadap suatu barang

atau jasa tertentu tergantung pada beberapa faktor, seperti besarnya biaya untuk

berpindah ke barang atau jasa yang lain, adanya kesamaan mutu, kuantitas atau
21

pelayanan dari jenis barang atau jasa pengganti, adanya risiko perubahan biaya

akibat barang atau jasa pengganti. Oliver dalam Kotler dan Keller (2012)

mengatakan Loyalitas adalah sebuah komitmen yang dipegang teguh untuk

membeli kembali sebuah produk pilihan atau jasa di masa depan.

2.2.2 Aspek-aspek yang mempengaruhi loyalitas pasien

Menurut Putri (2014), aspek-aspek yang mempengaruhi loyalitas pasien

adalah:

1) Satisfaction (kepuasan) merupakan pembanding antara harapan sebelum

melakukan dengan kinerja yang dirasakan.

2) Emotional bonding (ikatan emosi), dimana pasien dapat terpengaruh dari

sebuah nama Rumah sakit yang memiliki daya tarik tersendiri, sehingga

pasien dapat diidentifikasikan dalam sebuah nama rumah sakit, sebuah nama

rumah sakit dapat mencerminkan karakteristik pelanggan tersebut.

3) Trust (kepercayaan), yaitu kemauan seseorang untuk mempercayakan

perusahaan atau sebuah nama Rumah sakit untuk melakukan dan menjalankan

sebuah fungsi.

4) Choice reduction anhabit (kemudahan), pasien akan merasa nyaman dengan

sebuah nama Rumah Sakit ketika dalam melakukan transaksi memberikan

kemudahan.

5) History with the company (pengalaman terhadap perusahaan), yaitu

pengalaman pasien terhadap perusahaan dapat membentuk perilaku.

Tjiptono (2014), mengemukakan enam indikator yang bisa digunakan untuk

mengukur loyalitas pasien yaitu: (1) Pembelian ulang, (2) Kebiasaan


22

mengkonsumsi merek tersebut, (3) Selalu menyukai merek tersebut, (4) Tetap

memilih merek tersebut, (5) yakin bahwa merek tersebut yang terbaik, dan (6)

Merekomendasikan merek tersebut pada orang lain.

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Pelanggan

Marconi (dalam Maulinda, 2014) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap suatu produk atau jasa adalah sebagai berikut:

1. Nilai (harga dan kualitas)

Penggunaan dalam waktu yang lama akan mengarahkan pada loyalitas,

karena itu pihak perusahaan harus bertanggung jawab untuk menjaga merek

tersebut. Perlu diperhatikan, pengurangan standar kualitas dari suatu merek akan

mengecewakan konsumen bahkan konsumen yang paling loyal sekalipun begitu

juga dengan perubahan harga. Karena itu pihak perusahaan harus mengontrol

kualitas merek beserta harganya.

2. Citra (baik dari kepribadian yang dimilikinya dan reputasi dari nama rumah

sakit tersebut) citra dari perusahaan dan nama Rumah Sakit diawali dengan

kesadaran. Produk yang memiliki citra yang baik akan dapat menimbulkan

loyalitas Pasien pada nama Rumah Sakit.

3. Kenyamanan dan kemudahan untuk mendapatkan.

Dalam situasi yang penuh tekanan dan permintaan terhadap pasar yang

menuntut akan adanya kemudahan, pihak perusahaan dituntut untuk menyediakan

produk yang nyaman dan mudah untuk didapatkan.

4. Kepuasan yang dirasakan oleh pasien.


23

5. Pelayanan.

Kualitas pelayanan yang baik yang ditawarkan oleh pihak perusahaan dapat

mempengaruhi loyalitas pasien pada perusahaan tersebut.

6. Garansi dan jaminan yang diberikan oleh pihak perusahaan.

Menurut Utari (2018) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

loyalitas pasien diantaranya komunikasi terapeutik perawat, komunikasi dokter,

dan responsive perawat. Sedangkan Menurut Sari (2018), faktor faktor yang

mempengaruhi loyalitas pasien dapat ditinjau dari lima dimensi kualitas pelayanan

yang meliputi reliability (kehandalan), responsiveness (daya tanggap), assurance

(jaminan), emphaty (empati), dan tangibles (bukti langsung).

2.2.4 Pentingnya Loyalitas

Persaingan yang semakin ketat antara institusi penyedia produk maupun jasa

menimbulkan kesulitan dalam meningkatkan jumlah pasien. Di pihak lain untuk

memasuki pasar baru memerlukan biaya yang cukup besar. Penelitian

menunjukkan bahwa biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan pelanggan baru 6

kali lebih besar dari biaya untuk mempertahankan pelanggan. Oleh karena itu

alternatif yang lebih baik adalah melakukan berbagai upaya untuk

mempertahankan pasar yang sudah ada, salah satunya adalah melalui usaha

meningkatkan kesetiaan pasien. Kunci keunggulan bersaing dalam situasi yang

penuh persaingan adalah kemampuan perusahaan dalam meningkatkan kesetiaan

pasien. Kesetiaan pasien akan menjadi kunci sukses, tidak hanya dalam jangka

pendek tetapi keunggulan bersaing yang berkelanjutan (Suryani, 2014).


24

Menurut Setiawan (2012), jumlah pasien yang banyak dalam waktu yang

lama akan memberikan profit yang besar dan berkesinambungan agar perusahaan

tetap bertahan dan berkembang. Di balik jumlah pasien, tersirat mutu pelayanan

yang berkaitan erat dengan kepuasan. Mutu yang baik akan memberikan

pengalaman bagi pasien dan akan mengundang mereka datang kembali untuk

kunjungan berikutnya dan menjadi pasien yang loyal. Pelayanan pasien

mempunyai pengaruh terhadap kelangsungan pasien dan profitabilitas

perusahaan. Keuntungan loyalitas dapat dikatakan bersifat jangka panjang dan

kumulatif, dimana meningkatnya loyalitas pasien dapat menyebabkan

profitabilitas yang lebih tinggi, retensi pegawai yang lebih tinggi, dan basis

keuangan yang lebih stabil. Selain itu perusahaan yang dapat mempertahankan

pasien, akan mendapatkan banyak keuntungan, seperti:

1) Menurunkan biaya pemasaran, karena biaya yang dibutuhkan untuk

mendapatkan pasien baru adalah jauh lebih mahal daripada mempertahankan

pasien yang sudah ada.

2) Mempersingkat waktu dan biaya transaksi.

3) Menurunkan biaya turn over.

4) Meningkatkan cross selling yang akan memperbesar pangsa pasar perusahaan.

5) Word of mouth positif, yang berarti pasien setia berarti puas terhadap produk

akan menjadi pemasar perusahaan.

6) Menurunkan biaya kegagalan, seperti biaya ganti rugi.

Imbalan yang diberikan oleh loyalitas pelanggan yang tinggi sangat besar

bagi perusahaan. Oleh karena itu perusahaan perlu memahami bagaimana dan
25

mengapa loyalitas tercipta, dimana terciptanya loyalitas dapat dilihat pada siklus

pembelian pelanggan, dan setiap langkah pada siklus pembelian merupakan

kesempatan untuk memupuk loyalitas (Setiawan, 2012).

2.2.5 Karakteristik Loyalitas

Menurut Astutik (2018), faktor-faktor yang menentukan loyalitas antara lain

adalah:

1) Keterikatan yang tinggi terhadap jasa pelayanan tertentu dibanding dengan jasa

pelayanan yang ditawarkan pesaing. Keterikatan yang dirasakan pasien

terhadap jasa pelayanan dibentuk oleh dua dimensi yakni tingkat preferensi

(seberapa besar keyakinan pasien terhadap jasa pelayanan tertentu) dan tingkat

deferensiasi jasa yang dipersepsikan (seberapa signifikan pelanggan

membedakan jasa pelayanan tertentu dari alternatif-alternatif lain).

2) Pembelian berulang. Empat jenis loyalitas yang berbeda muncul bila

keterikatan rendah dan tinggi diklasifikasi silang dengan pola pembelian ulang

yang rendah dan tinggi. Pada setiap pembelian kembali ada kesempatan untuk

memperkuat atau melemahkan ikatan dengan pasien.

Sedangkan pelanggan loyal menurut Griffin (2013), mempunyai karakter

sebagai berikut: (a) Melakukan pembelian secara teratur, (b) Membeli produk

selain lini produk atau jasa yang biasa dikonsumsi, (c) Memberi rekomendasi

pada pihak lain, (d). Menunjukkan resistensi atau daya tolak terhadap produk

pesaing.

Pelanggan yang loyal merupakan aset yang berharga bagi perusahaan.

Untuk mendapatkan pelanggan yang loyal, perusahaan harus dapat menawarkan


26

produk atau jasa dengan kualitas yang baik dan mengikuti perkembangan jaman

sehingga calon konsumen tertarik untuk melakukan tindakan pembelian.

Sedangkan Alma dalam Maulinda (2014) menyatakan karakteristik loyalitas

pelanggan adalah sebagai berikut:

1) Pelanggan mau melakukan pembelian ulang secara teratur atau reguler

2) Pelanggan mau membeli produk-produk lain dan bukan hanya satu produk

saja

3) Pelanggan bersedia merekomendasikan produk yang dibelinya kepada teman-

teman atau orang terdekatnya.

4) Pelanggan tidak mudah beralih pada produk pesaing

2.2.6 Manfaat Loyalitas

Manfaat Loyalitas Pelanggan dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk

perilaku, misalnya mengatakan hal-hal positif tentang perusahaan kepada orang

lain, merekomendasikan perusahaan pada orang lain, atau meningkatkan

pembelian. Di samping itu juga loyalitas merupakan aset strategis yang dimiliki

perusahaan dalam beberapa bentuk seperti yang dikemukakan oleh Aaker dalam

Maulinda (2014) sebagai berikut:

1). Mengurangi biaya pemasaran

Pada dasarnya akan lebih murah biaya untuk mempertahankan pelanggan

daripada mencari-cari pelanggan baru.

2) Meningkatkan arus transaksi.

Pelanggan akan lebih sering melakukan transaksi yang sama bila mereka

mendapatkan kepuasan.
27

3) Menarik minat pelanggan baru.

Pelanggan yang puas bisa menimbulkan keyakinan bagi pelanggan yang

baru.

4) Memberikan waktu untuk merespon ancaman-ancaman pesaing.

Jika salah satu kompetitor mengembangkan produk yang unggul, pelanggan

yang loyal akan memberi waktu pada perusahaan yang bersangkutan agar

memperbaiki produknya dengan cara menyesuaikan atau menetralkannya.

2.2.7 Tingkatan Loyalitas

Loyalitas mencerminkan seberapa besar kemungkinan seseorang akan

beralih ke perusahaan lain. Dengan tingkat loyalitas yang tinggi dari pelanggan,

maka akan mengurangi kerawanan dari persaingan karena perusahaan tidak perlu

melakukan promosi yang berlebihan untuk menjaga pelanggan tidak beralih ke

pesaing dan dapat menarik pelanggan yang baru. Pada umumnya pelanggan yang

loyal akan mempengaruhi kelompoknya untuk menggunakan produk atau jasa

yang sama dengannya atau paling tidak memberikan respon positif.

Menurut Kotler (2012) dalam tingkat kesetian pelanggan terhadap suatu

produk atau jasa terbagi menjadi empat tingkatan. Tingkatan tersebut adalah

sebagai berikut:

1) Sangat setia Konsumen yang membeli sesuatu merk sepanjang waktu. Karena

itu pola pembelian A, A, A, A, A, A dapat menunjukan seorang konsumen

dengan kesetian yang tidak terbagi pada merk A.


28

2) Kesetian yang terbagi Konsumen yang setia pada dua atau tiga merk. Pola

pembelian A, A, B, B, A, B menunjukan konsumen dengan kesetian yang

terbagi antara Adan B.

3) Kesetian yang berpindah dan menyukai satu merk menjadi merk yang lain.

Pola pembelian A, A, A, B, B, B menunjukan konsumen yang berpindah

kesetiaan merknya dari A ke B.

4) Berganti-ganti, Konsumen yang tidak memperhatikan kesetian merk apapun.

Pola pembelian A, C, E, B, D, B menunjukan konsumen yang tidak setia yang

cenderung mencari yang murah atau cenderung mencari variasi.

2.2.8 Dimensi Loyalitas

Di dalam dimensi loyalitas pelanggan menurut Baloglu dalam Maulinda

(2014) adalah:

1. Trust. Aspek ini merupakan tanggapan kepercayaan pelanggan terhadap

perusahaan.

2. Psychological (Emotion) Commitment. Aspek ini merupakan komitmepsikologi

pasien terhadap perusahaan.

3. Switching Cost. Aspek ini merupakan tanggapan pelanggan tentang beban yang

diterima ketika terjadi perubahan.

4. Word of mouth. Aspek ini merupakan perilaku publisitas yang dilakukan oleh

pelanggan terhadap perusahaan.

5. Cooperation. Aspek ini merupakan perilaku pelanggan yang menunjukkan

sikap dapat bekerja sama dengan perusahaan.


29

Indikator loyalitas pelanggan menurut Griffin (2013) berdasarkan perilaku

konsumen sebagai berikut:

1) Repeat Purchase, Melakukan pembelian berulang secara teratur

2) Pay More, Membeli antar lini produk dan jasa

3) Advocate, Mereferensikan kepada orang lain

4) Retention, Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari perusahaan lain

2.3 Kerangka Konsep

faktor yang
mempengaruhi loyalitas
pasien diantaranya
Komunikasi terapeutik Loyal
perawat Loyalitas Pasien
Komunikasi dokter,
Responsive perawat.
Kualitas pelayanan Tidak Loyal
Nilai Indikator loyalitas
Citra pasien:
Kenyamanan dan 1) Repeat Purchase
Kepuasan 2) Pay More
3) Advocate
4) Retention

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Konsep hubungan komunikasi terapeutik dengan dengan


loyalitas pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Babat.
30

Menurut Utari (2018) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

loyalitas pasien diantaranya komunikasi terapeutik perawat, komunikasi dokter,

dan responsive (daya tanggap) perawat. Sedangkan indikator loyalitas pasien

meliputi 1) Repeat Purchase, 2) Pay More, 3) Advocate, 4). Retention.

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian merupakan suatu jawaban sementara dari rumusan

masalah atau pertanyaan penelitian, tentang hubungan dua atau lebih variabel

yang diharapkan bias menjawab pertanyaan dalam penelitian (Nursalam, 2014).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1: Ada hubungan komunikasi terapeutik dengan dengan loyalitas pasien di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Babat.


31

BAB 3

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan disajikan 1) Desain Penelitian, 2) Waktu dan Tempat

Penelitian, 3) Kerangka Kerja, 4) Populasi, Sampel dan Sampling Desain, 5)

Identifikasi Variabel, 6) Definisi Operasional, 7) Pengetahuan Data dan Analisa

Data serta 8) Etika Penelitian.

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan strategi untuk mencapai tujuan penelitian

yang telah ditetapkan dan digunakan untuk mendefinisikan struktur penelitian

yang akan dilaksanakan (Nursalam, 2014).

Desain penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian

analitik dengan pendekatan cross sectional. Pendekatan crosssectional yaitu jenis

penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi dari variabel

independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2014).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik

dengan dengan loyalitas pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum

Muhammadiyah Babat

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2022 dengan lokasi penelitian di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Babat.


32

3.3 Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka kerja penelitian merupakan bagan kerja terhadap kegiatan

penelitian yang akan dilakukan, meliputi siapa saja yang akan diteliti atau subjek

penelitian, variabel yang akan diteliti, dan variabel yang mempengaruhi dalam

penelitian (Hidayat, 2014). Kerangka kerja dalam penelitian ini dapat

digambarkan secara skematis sebagai berikut:

Populasi: Seluruh pasien rawat inap di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Muhammadiyah Babat pada bulan Juni 2022

Sampling: consecutive sampling

Sample: sebagian pasien rawat inap di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Muhammadiyah Babat pada bulan Juni 2022
pada bulan April 2022
Desain : analitik dengan pendekatan crossectional

Variabel Independen: Variabel Dependen:


Komunikasi terapeutik Loyalitas Kerja

Instrumen yang digunakan:


Kuesioner

Pengumpulan data dan analisa data: Editing, Coding, Entry, Tabulating,


Scoring kemudian di analisis dengan chi square

Penyajian data

Penarikan Kesimpulan

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Komunikasi Terapeutik


dengan Loyalitas Pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Muhammadiyah Babat.
33

3.4 Populasi, Sampel dan Sampling Desain

3.4.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan (Nursalam, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh pasien

rawat inap di RSU muhammadiyah Babat pada bulan Juni 2022

3.4.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek peneliti melalui sampling (Nursalam, 2014). Sampel

pada penelitian ini Sebagian pasien rawat inap di RSU muhammadiyah Babat

pada bulan Juni 2022

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu:

1) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subyek penelitian dapat

mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. Pada

penelitian ini sampel yang layak digunakan adalah: (1) Pasien rawat inap yang

berobat di rumah sakit umum Muhammadiyah Babat, (2) pasien yang dapat

membaca dan menulis, (3) pasien yang berusia minimal 20 tahun.

2) Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah kriteria dimana subyek penelitian tidak dapat

mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian, seperti

adanya hambatan etis, menolak menjadi responden atau suatu keadaan yang tidak

memungkinkan untuk dilakukan penelitian. Pada penelitian ini kriteria eksklusi


34

yaitu 1) pasien yang buta huruf, 2) pasien yang berusia < 20 tahun, 3) pasien yang

berusia > 65 tahun, 4) keluarga pasien yang mendampingi pasien berobat.

3.4.3 Sampling

Sampling merupakan proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi (Nursalam, 2014). Pada penelitian ini sampling yang

digunakan adalah non probability dengan jenis consecutive sampling. Consecutive

sampling yaitu dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian

dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu (Ismail, 2015). Cara

menentukan sampel tersebut dengan menentukan pasien yang memenuhi kriteria

penelitian di ruang rawat inap rumah sakit umum muhammadiyah Babat selama 1

bulan.

3.5 Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel merupakan perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai

berbeda terhadap sesuatu (Nursalam, 2014). Pada penelitian ini menggunakan dua

variabel yaitu:

3.5.1 Variabel Independen (Bebas)

Variabel independen merupakan variabel yang nilainya menentukan

variabel lain. Suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh penulis

menciptakan suatu dampak pada variabel dependen (Nursalam, 2014). Variabel

independen dalam penelitian ini adalah komunikasi terapeutik.


35

3.5.2 Variabel Dependen (Tergantung)

Variabel dependen merupakan variabel yang nilainya ditentukan oleh

variabel lain. Variabel respons akan muncul sebagai akibat dari manipulasi

variabel – variabel lain (Nursalam, 2014). Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah loyalitas pasien.

3.6 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel merupakan variabel yang telah didefinisikan

perlu dijelaskan secara operasional, sebab setiap istilah (variabel) dapat diartikan

secara berbeda-beda oleh orang yang berlainan. Penelitian adalah proses

komunikasi dan komunikasi memerlukan akurasi bahasa agar tidak menimbulkan

perbedaan pengertian antar orang dan orang lain dapat mengulangi penelitian

tersebut. Jadi definisi operasional dirumuskan untuk kepentingan akurasi,

komunikasi dan replikasi. Definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari

sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2014).


36

Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian hubungan komunikasi terapeutik


dengan dengan loyalitas pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Muhammadiyah Babat.

Definisi Skala
Variabel Indikator Alat Ukur Skor
Operasional Data
Variabel kemampuan 1. Tahap Kuesioner ordinal  Selalu skor 4
independen: atau Orientasi  Sering skor 3
Komunikasi keterampilan 2.Tahap  Kadang-kadang
terapeutik perawat dalam perkenalan skor 2
berinteraksi dan 3.Tahap kerja  Tidak pernah
penyampaian 4.Tahap skor 1
informasi serta terminasi Skala yg
keluhan yang digunakan adalah
dirasakan skala likert Jika
pasien nilai ≥ 76% maka
komunikasi Baik
kode 3
Jikanilai 56-75%
maka komunikasi
cukup Kode 2
Jika nilai < 56%
maka Kurang
kode 1
Variabel Kesediaan 1. Repeat Kuisoner Nomiinal  Sangat Setuju
dependen: responden Purchase (SS) skor 4
Loyalitas untuk tetap 2. Pay More  Setuju (S)
Pasien menggunakan 3. Advocate skor 3
layanan rawat 4. Retention  Tidak Setuju
inap di masa (TS) skor 2
yang akan  Sangat Tidak
datang, Setuju (STS)
menggunakan skor 1
layanan lain Loyal : skor ≥ 20
yang disediakan kode 2
RS, Tidak Loyal :
merekomendasi skor < 20 kode 1
kan RS kepada (Utari, 2018)
keluarga atau
orang lain, dan
tidak
terpengaruh
terhadap daya
tarik pesaing
37

3.7 Pengumpulan dan Analisa Data

3.7.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2014).

Peneliti melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing tentang topik

masalah yang telah dilakukan penelitian kemudian setelah mendapat persetujuan

mengenai topik penelitian peneliti mengajukan ke pihak LPPM (Lembaga

Pengabdian dan penelitian Mahasiswa) Universitas Muhammadiyah Lamongan

setelah mendapat persetujuan dari LPPM maka peneliti mengajukan permohonan

ke Instansi tempat penelitian, dalam penelitian ini adalah Rumah sakit umum

Muhammadiyah Babat untuk melakukan survey awal dan mendapatkan surat

balasan dari instansi terkait. Setelah itu peneliti melakukan ujian skripsi.

Penelitian dilakukan setelah peneliti mendapatkan izin dari rektor

Universitas Muhammadiyah Lamongan kemudian peneliti mengajukan surat ke

direktur Rumah sakit umum Muhammadiyah Babat untuk mendapatkan

permohonan izin penelitian. Peneliti kemudian mengadakan pendekatan kepada

pasien yang memililki kriteria inklusi penelitian untuk mendapatkan persetujuan

dari pasien sebagai responden.

3.7.2 Instrument dan Prosedur Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah alat yang dipilih dan digunakan oleh peneliti

dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis

dan lebih mudah (Nursalam, 2014). Pada variabel independen dan dependen

instrumen yang dipakai adalah kuesioner. Untuk kuesioner variabel komunikasi


38

terapeutik peneliti menggunakan kuesioner Suryani tahun 2015 yang berisi 20

item pertanyaan sedangkan kuesioner loyalitas kerja yang digunakan adalah

kuesioner Uleng Utari tahun 2018 yang berisi 8 item pertanyaan.

Tabel 3.2 Blueprint Kuesioner Komunikasi Terapeutik

Variabel independen Indikator Nomor Pertanyaan


Tahap Orientasi 1-5
Komunikasi Tahap Perkenalan 6-10
Terapeutik Tahap Kerja 11-15
Tahap Terminasi 16-20

Tabel 3.3 Blueprint Kuesioner Loyalitas Pasien

Variabel dependen Indikator Nomor Pertanyaan


Repeat Purchase 1-2
Loyalitas Pasien
Pay more 3-4
Advocate 5-6
Retention 7-8

3.7.3 Analisa Data

Menurut Nursalam (2014), analisa data merupakan proses penataan secara

sistematis atau transkrip wawancara, data hasil observasi, data dan daftar isian

serta materi lain untuk selanjutnya diberi makna, baik makna secara tunggal

maupun stimulant. Data yang dikumpulkan kemudian diolah dengan analisis

masalah penelitian dengan uji statistik. Adapun langkah-langkah analisa data

meliputi:

1) Editing

Yaitu merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

telah diperoleh atau dikumpulkan (Hidayat, 2014). Dalam penelitian ini peneliti

akan memeriksa kembali apakah lembar kuesioner diisi sesuai dengan petunjuk
39

sebelumnya, mungkin terdapat lembar kuesioner yang belum diisi atau pengisian

tidak sesuai dengan petunjuk. Semua kekurangan dan kerusakan akan diteliti oleh

penulis, sebaiknya diperbaiki dengan jalan menyuruh mengisi kembali lembar

observasi yang masih kosong pada responden semula.

2) Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik terhadap data yang

terdiri atas beberapa kategori (Hidayat, 2014). Jawaban dari responden

dikategorikan dengan cara memberi tanda atau kode berbentuk angka pada

masing-masing jawaban. Langkah ini dilakukan dengan memberi kode pada

variabel untuk memudahkan analisa data. Untuk variabel komunikasi terapeutik

jika Baik diberikan kode 3, Jika Cukup diberikan Kode 2, jika Kurang diberikan

kode 1. Sedangkan untuk variabel loyalitas kerja Jika Loyal diberikan kode 2, Jika

tidak loyal diberikan kode 1.

3) Scoring

Scoring merupakan menentukan skor atau nilai terhadap hasil pengamatan

yang diperoleh. Hasil presentase kemudian diinterpretasikan dengan modifikasi

kesimpulan menurut kriteria (Arikunto, 2014). Untuk variabel komunikasi

terapeutik jika jawaban kuesioner Selalu skor 4, Sering skor 3, Kadang-kadang

skor 2 dan jika jawaban Tidak pernah skor 1. Sedangkan untuk variabel loyalitas

kerja jika jawaban kuesioner Sangat Setuju (SS) skor 4, Setuju (S) skor 3, Tidak

Setuju (TS) skor 2 dan jika jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) skor 1.

4) Tabulating

Merupakan data yang telah terkumpul kemudian ditabulasi dalam bentuk

tabel sesuai dengan variabel yang akan diukur. Mengelompokkan data kedalam
40

suatu tabel sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, kemudian data yang

sudah dikelompokkan dan sudah diprosentasekan dimasukkan kedalam tabel

distribusi frekuensi dan dianalisa.

Setelah itu nilai yang diperoleh dijumlahkan dan dibandingkan dengan

jumlah skor maksimal kemudian dikalikan 100%. Adapun rumus prosentase yang

digunakan menurut Hidayat (2014) adalah sebagai berikut:

SpP = x 100%
Sm

Keterangan: P = Prosentase

Sp = Skor yang diperoleh

Sm = Skor maksimal

Kemudian data diinterprestasikan dengan modifikasi penarikan kesimpulan.

Menurut Arikunto (2014), sebagai berikut :

(1) 100 % : Seluruhnya

(2) 76-99 % : Hampir Seluruhnya

(3) 51-75 % : Sebagian besar

(4) 50 % : Setengahnya atau sebagian

(5) 26-49 % : Hampi setengahnya atau hampir sebagian

(6) 1-25 % : Sebagian kecil

(7) 0 % : Tidak satupun


41

2) Uji Statistik

Dari hasil pengisian kuesioner kemudian dilakukan proses pengolahan

data dengan bantuan lunak computer program statistical product and service

solution (SPSS) - personal computer (PC) for windows versi 20.0 menggunakan

uji chi square dengan taraf signifikasi (α)=0,05. Uji chi square atau disebut juga

uji kai kuadrat merupakan sebuah metode statistika nonparametric yang paling

terkenal dan banyak digunakan. Uji ini tidak dibatasi oleh asumsi-asumsi ketat

tentang jenis populasi maupun parameter populasi, adapun rumus Chi square

yang digunakan menurut Suharsimi Arikunto, (2014) adalah :

X2=
∑ (f o−f e )2
fe

Keterangan :

X2 : Chi square

ƒo : Frekuensi yang di operasi

ƒe : Frekuensi yang diharapkan

3) Pembacaan Uji Statistik dan Cara Penarikan Kesimpulan.

Hasil uji statistik dibaca dengan menggunakan perangkat lunak komputer

program Statistical Pruduct And Service Solutions (SPSS) 22.0 For Windows

dengan derajat kemaknaan P < 0,05, berarti H1 diterima atau terdapat hubungan

komunikasi terapeutik dengan dengan loyalitas pasien di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Babat

3.8 Etika Penelitian


42

3.8.1 Respect for person

1) Autonomy

Calon responden memiliki hak untuk memutuskan secara sukarela apakah

akan berpartisipasi dalam penelitian, tanpa resiko hukuman atau perlakuan yang

merugikan (Polit&Beck, 2012). Peneliti memberikan penjelasan kepada

responden dalam pelaksanan mengenai penelitian meliputi maksud dan tujuan

penelitian, kemudian responden berhak menerima atau menolak.

2) Informed Consent

Informed consent berarti bahwa responden memiliki informasi yang cukup

sehubungan dengan penelitian, memahami informasi dan memiliki kekuasaan

untuk bebas memilih, memungkinkan mereka untuk menyetujui atau menolak

partisipasi secara sukarela (Polit&Beck, 2012). Peneliti memberikan lembar

persetujuan kepada responden dan menjelaskan tentang maksud dan tujuan

penelitian. Jika responden bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar

persetujuan. Jika responden tidak bersedia, peneliti harus menghormati keputusan

responden.

3) Anonymity

Merupakan sarana paling aman untuk melindungi kerahasiaan, berlangsung

bahkan saat peneliti tidak dapat mencantumkan responden dengan data mereka

(Polit&Beck, 2012). Peneliti tidak memberikan atau mencantumkan nama

responden pada lembar alat ukur, tetapi hanya mencantumkan nomor responden.

4) Confidentiality
43

Confidentiality adalah bahwa informasi apapun mengenai responden tidak

akan dipublikasikan dengan cara yang mengidentifikasi responden dan tidak akan

dapat diakses oleh orang lain (Polit&Beck, 2012). Peneliti merahasiakan berbagai

informasi mengenai privasi responden. Semua informasi yang telah dikumpulkan

dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.

3.8.2 Beneficience

Salah satu prinsip etika yang paling mendasar dalam penelitian adalah

beneficence, yang menentukan kewajiban pada peneliti untuk meminimalkan

bahaya dan memaksimalkan manfaat (Polit&Beck, 2012). Peneliti melakukan

penelitian sesuai prosedur semaksimal mungkin agar memberikan manfaat bagi

responden.

3.8.3 Justice

Salah satu aspek dari prinsip keadilan menyangkut distribusi manfaat yang

adil dan beban penelitian. Pemilihan responden harus didasarkan pada persyaratan

penelitian dan bukan pada kerentanan atau posisi yang membahayakan dari orang-

orang tertentu (Polit&Beck, 2012). Peneliti memberikan hak yang sama kepada

semua responden termasuk hak mendapatkan informasi dan hak untuk bertanya.
44

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dengan pengumpulan data

pasien di Klinik Rumah Sakit Muhammadiyah Babat meliputi data umum yaitu:

jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan serta data khusus yang meliputi

komunikasi terapeutik perawat dan loyalitas pasien.

4. 1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah sakit Umum Muhammadiyah Babat merupakan rumah sakit tipe C

yang terletak di jln. Babat - Surabaya Km 4, Babat Kabupaten Lamongan . RS

Muhammadiyah Babat lahir dari perjuangan penuh dedikasi dari para aktivis

Muhammadiyah Babat. Menurut situs resmi, RS ini bermula dari Balai

Pengobatan yang diprakarsai Pimpinan Ranting Muhammadiyah Babat Barat

tahun 1968, bertempat di rumah alm. H. Abdur Rosyid. Pada 1970, Aisyiyah

Cabang Babat mendirikan Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak (BKIA) di jalan

Raya 168 Babat. Seiring permintaan dan kepercayaan masyarakat supaya

pelayanan tidak hanya anak dan bersalin, maka pada pertengahan 1997, berdiri

RSIA Muhammadiyah Babat dengan direktur dr. H. Moh Thohir, HS. Usaha

tersebut juga dibarengi dengan perluasan lahan dan perbaikan fasilitas kesehatan.

Setelah melalui proses panjang yang penuh liku, pembangunan RSU

Muhammadiyah Babat selesai di awal tahun 2020, dan diresmikan pada 2 Maret

2020. Acara peresmian itu dibarengi dengan kegiatan sosial pemeriksaan dan
45

pengobatan gratis bagi para lansia. Sejak hari itu, RSU Muhammadiyah Babat

memulai pengabdian bagi masyarakat di bidang kesehatan.

4.1.2 Data Umum

1) Karakteristik Pasien berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.1 Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin di Instalasi Rawat


Inap Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Babat Tahun 2022.

No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)


1. Laki-laki 29 34,1
2. Perempuan 56 65,9
Jumlah 85 100

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar pasien berjenis

kelamin perempuan yaitu sebanyak 56 pasien (65,9%), sedangkan hampir

sebagian pasien berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 7 pasien (7,8%).

2) Karakteristik Pasien berdasarkan Umur

Tabel 4.2 Karakteristik Pasien Berdasarkan Umur di Instalasi Rawat Inap


Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Babat Tahun 2022

No Umur Frekuensi Presentase (%)


1. 20-30 Tahun 27 31,8
2. 31-40 Tahun 21 24,7
3. >40 Tahun 37 43,5
Jumlah 85 100

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa hampir sebagian pasien berumur

> 40 tahun yaitu sebanyak 37 pasien (43,5%), sedangkan sebagian kecil pasien

berumur 21- 40 tahun yaitu sebanyak 21 pasien (24,7%).


46

3) Karakteristik Pasien Berdasarkan Pendidikan

Tabel 4.3 Karakteristik Pasien Berdasarkan Pendidikan di Instalasi Rawat Inap


Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Babat Tahun 2022

No Pendidikan Frekuensi Presentase (%)


1. SD 2 2,4
2. SMP 15 17,6
3. SMA 49 57,6
4. PT 19 22,4
Jumlah 85 100

Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar pasien

berpendidikan SMA yaitu sebanyak 49 pasien (57,6%) sedangkan sebagian kecil

pasien berpendidikan SD yaitu sebanyak 2 pasien (2,4%).

4) Karakteristik Pasien Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 4.4 Karakteristik Pasien Berdasarkan Pekerjaan di Instalasi Rawat Inap


Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Babat Tahun 2022

No Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)


1. IRT 20 23,5
2. Wiraswasta 36 42,4
3. Swasta 16 18,8
4. PNS 13 15,3
Jumlah 90 100

Berdasarkan tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa hampir sebagian pasien

bekerja sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 36 pasien (42,4%) sedangkan sebagian

kecil pasien bekerja sebagai PNS yaitu sebanyak 13 pasien (15,3%).


47

4.1.3 Data Khusus

1) Komunikasi Terapeutik

Tabel 4.5 Distribusi Komunikasi Terapeutik di Instalasi Rawat Inap Rumah


Sakit Umum Muhammadiyah Babat Tahun 2022

No Komunikasi Terapeutik Frekuensi Presentase (%)


1. Kurang 6 7,1
2. Cukup 37 43,5
3. Baik 42 49,4
Jumlah 85 100

Berdasarkan tabel 4.5 di atas diperoleh hampir sebagian pasien menilai

komunikasi terapeutik perawat baik yaitu sebanyak 42 pasien (49,4%), dan

sebagian kecil pasien menilai komunikasi terapeutik perawat kurang yaitu

sebanyak 6 pasien (7,1%).

2) Loyalitas Pasien

Tabel 4.6 Distribusi Loyalitas Pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Muhammadiyah Babat Tahun 2022.

No Loyalitas Pasien Frekuensi Presentase (%)


1. Tidak Loyal 15 17,6
2. Loyal 70 82,4
Total 85 100

Berdasarkan tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa hampi seluruhnya pasien

loyal dengan rumah sakit umum Muhammadiyah Babat yaitu sebanyak 70 pasien

(82,4%), dan sebagian kecil pasien tidak loyal dengan rumah sakit umum

Muhammadiyah Babat yaitu sebanyak 15 pasien (17,6%).


48

3) Hubungan hubungan komunikasi terapeutik dengan dengan loyalitas pasien di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Babat..

Tabel 4.6 Tabel Silang hubungan komunikasi terapeutik dengan dengan


loyalitas pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Babat Tahun 2022.

Loyalitas Pasien Jumlah


Komunikasi
Tidak Loyal Loyal
Terapeutik N %
Ʃ % Ʃ %
Kurang 4 66,7 2 33,3 6 100
Cukup 10 27 27 73 37 100
Baik 1 2,4 41 97,6 42 100
Jumlah 15 17,6 70 82,4 85 100
Uji chi square p=0,000 < 0,05

Berdasarkan tabel silang 4.6 menunjukkan bahwa dari 42 pasien yang

komunikasi terapeutik perawat rumah sakit umum muhammadiyah Babat baik

hampir seluruhnya (97,6%) pasien loyal terhadap rumah sakit yaitu sebanyak 41

pasien dan sebagian kecil (2.4%) pasien tidak loyal terhadap rumah sakit yaitu

sebanyak 20 pasien. Sedangkan dari 37 pasien yang komunikasi terapeutik

perawat rumah sakit umum muhammadiyah Babat cukup sebagian besar (73%)

pasien loyal terhadap rumah sakit yaitu sebanyak 27 pasien dan hampir sebagian

(27%) pasien tidak loyal terhadap rumah sakit yaitu sebanyak 10 pasien.

Sedangkan dari 6pasien yang komunikasi terapeutik perawat rumah sakit umum

muhammadiyah Babat kurang sebagian besar (66,7%) pasien tidak loyal terhadap

rumah sakit yaitu sebanyak 4 pasien dan hampir sebagian (33,3%) pasien loyal

terhadap rumah sakit yaitu sebanyak 2 pasien.

Dari Hasil SPSS menunjukkan uji chi square diketahui nilai p-value = 0,000

berarti p < 0.05, maka H1 diterima atau H0 ditolak sehingga terdapat hubungan
49

komunikasi terapeutik dengan dengan loyalitas pasien di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Babat.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Komunikasi terapeutik Perawat Rumah Sakit Umum Muhammadiyah

Babat.

Berdasarkan tabel 4.5 di atas diperoleh hampir sebagian pasien menilai

komunikasi terapeutik perawat baik yaitu sebanyak 42 pasien (49,4%), dan

sebagian kecil pasien menilai komunikasi terapeutik perawat kurang yaitu

sebanyak 6 pasien (7,1%). Hal ini dapat dilihat pada tahap orientasi perawat selalu

memberikan salam dan senyuman ketika masuk kamar rawat inap, perawat juga

menanyakan kondisi pasien dengan menggunakan bahasa yang sederhana, namun

masih ada hal lain yang tidak dilakukan yaitu pada fase orientasi yang masih

jarang dilakukan perawat adalah menanyakan perasaan pasien sebelum dilakukan

tindakan, pada tahap perkenalan yang jarang dilakukan adalah membuat

kesepakatan waktu pelaksanaan tindakan, sedangkan pada tahap terminasi yang

jarang dilakukan adalah membuat kesepakatan untuk kunjungan berikutnya.

Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan atau

dirancang untuk tujuan terapi. Seorang perawat dapat membantu klien mengatasi

masalah yang dihadapinya melalui komunikasi, karena melalui komunikasi

terapeutik perawat bisa membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi

gangguan psikologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain

(Suryani, 2015).
50

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat telah konsisten menerapkan

komunikasi terapeutik. Penerapan komunikasi terapeutik oleh perawat yang

efektif ini disebabkan karena kesadaran perawat yang makin meningkat tentang

pentingnya membina komunikasi yang efektif dan terbuka sehingga tercapai

hubungan yang saling percaya dengan pasien untuk dapat memahami

permasalahan pasien dan tepat dalam menanganinya.

Dalam melakukan komunikasi atau memberikan informasi kepada pasien,

perawat harus melakukannya dengan efektif dan terapeutik sehingga tercipta

hubungan yang harmonis dan terhindar dari komplain dari pasien. Komunikasi

terapeutik merupakan hal yang sangat penting bagi perawat untuk mendukung

proses keperawatan yang meliputi pengkajian diagnosa keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan dan penilaian.

4.2.2 Loyalitas Pasien di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Babat.

Berdasarkan tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa hampir seluruhnya pasien

loyal dengan rumah sakit umum Muhammadiyah Babat yaitu sebanyak 70 pasien

(82,4%), dan sebagian kecil pasien tidak loyal dengan rumah sakit umum

Muhammadiyah Babat yaitu sebanyak 15 pasien (17,6%). Hal ini dapat diketahui

bahwa pasien bersedia untuk melakukan kunjungan ulang ke rumah sakit dan

melakukan pemeriksaan tambahan jika diperlukan serta merekomendasikan rumah

sakit kepada keluarga terdekat maupun kepada teman.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Putra (2013) yang

menunjukkan bahwa sebanyak 70% responden merupakan pasien yang loyal

terhadap Poliklinik Eksekutif dilihat dari kesediaannya untuk terus berkunjung


51

saat membutuhkan pelayanan kesehatan, kesediaan merekomendasikan rumah

sakit, serta kesediaan terus berkunjung walaupun tarif telah naik.

Loyalitas pasien merupakan keputusan atau komitmen pasien untuk

melakukan pemanfaatan ulang di masa yang akan datang pasca penggunaan

sebuah pelayanan kesehatan dan pasien tersebut mau untuk mereferensikan atau

merekomendasikan pelayanan yang telah dirasakannya kepada orang lain.

Sedangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi loyalitas pelanggan antara lain

nilai yang meliputi harga dan kualitas, citra, kenyamanan dan kemudahan,

kepuasan pelanggan, pelayanan, dan jaminan atau garansi (Vigaretha, 2018).

Pasien yang loyal sudah pasti merupakan pasien yang puas baik pada jasa

atau barang. Untuk meningkatkan loyalitas pada pelanggan, maka dibutuhkan

strategi untuk memuaskan pasien karena kepuasan pasien yang tinggi akan

meningkatkan loyalitas pasien. Loyalitas pada penelitian ini tidak hanya muncul

karena adanya komunikasi terapeutik, namun juga terdapat hal lain yang

mempengaruhi loyalitas tersebut, yaitu sebagian besar responden yang loyal

merupakan pasien yang telah melakukan kontrol kesehatan dengan minimal waktu

1 tahun dan sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah anggota BPJS

yang mengikuti alur rujukan fasilitas kesehatan yang telah ditentukan.

4.2.3 Hubungan komunikasi terapeutik dengan dengan loyalitas pasien di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Babat.

Berdasarkan tabel silang 4.6 menunjukkan bahwa dari 42 pasien yang

komunikasi terapeutik perawat rumah sakit umum muhammadiyah Babat baik

hampir seluruhnya (97,6%) pasien loyal terhadap rumah sakit yaitu sebanyak 41
52

pasien dan sebagian kecil (2.4%) pasien tidak loyal terhadap rumah sakit yaitu

sebanyak 20 pasien.

Dari Hasil SPSS menunjukkan uji chi square diketahui nilai p-value = 0,000

berarti p < 0.05, maka H1 diterima atau H0 ditolak sehingga terdapat hubungan

komunikasi terapeutik dengan dengan loyalitas pasien di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Babat.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri dkk

(2016) menunjukkan ditemukannya hubungan antara interaksi petugas dengan

pasien dengan loyalitas pasien di Instalasi rawat jalan RSKM Provinsi Sumatera

Selatan.

Komunikasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan

pasien, yang mana komunikasi merupakan suatu informasi yang diberikan pihak

penyediaan jasa dan keluhan-keluhan yang didapatkan dari pasien dengan cepat

oleh penerima penyedia jasa terutama perawat dalam memberikan bantuan

terhadap keluhan pasien, dalam hal ini komunikasi terapeutik merupakan suatu

proses penyampaian nasehat kepada pasien untuk mendukung upaya

penyembuhan yang direncanakan (Handayani, 2019).

Loyalitas pasien merupakan awal dari peluang bagi suatu bidang usaha

salah satunya pada sektor klinik kesehatan. Hal tersebut disebabkan karena

dengan keloyalan pasien atas suatu rumah sakit yang dipakai jasanya, akan

memberikan informasi-informasi mengenai kelebihan yang ada didalam rumah

sakit ataupun klinik kesehatan tersebut. Oleh karenanya dalam menghadapi

persaingan rumah sakit harus memiliki keahlian untuk meraih loyalitas pasien.
53

Loyalitas bisa berupa kesetiaan pada orang, pekerjaan, maupun produk yang bisa

berupa barang atau jasa (Iswara, 2012).

Komunikasi terapeutik merupakan tanggung jawab moral bagi perawat.

Apabila tidak terbentuknya komunikasi yang baik antara perawat dan pasien atau

keluarga pasien maka tidak akan terciptanya hubungan saling percaya antara

perawat dengan pasien. Keadaan ini akan membuat perawatan yang diberikan

tidak diterima dengan optimal dan angka ketidakpuasan pasien terhadap layanan

keperawatan akan meningkat. Selanjutnya, hal tersebut akan berdampak pada

keinginan pasien atau keluarga untuk menggunakan layanan secara berulang,

tentunya hal ini akan memengaruhi loyalitas pasien dan jumlah kunjungan pasien

ke rumah sakit.

Komunikasi yang dilakukan perawat dalam menyampaikan informasi sangat

berpengaruh terhadap loyalitas pasien. Hasil penelitian didapatkan, bahwa ada

hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan loyalitas pasien. Perawat

merupakan kunci yang dapat mempengaruhi kepuasan loyalitas pasien, hal ini

disebabkan karena seringnya interaksi antara perawat dan pasien selama menjalani

masa perawatan.
54

BAB 5

PENUTUP

Pada Bab ini akan disajikan kesimpulan dan saran hasil penelitian mengenai

hubungan komunikasi terapeutik dengan dengan loyalitas pasien di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Babat.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan serta tujuan dari penelitian maka

yang dapat disimpulkan, sebagai berikut:

1) Hampir sebagian pasien menilai komunikasi terapeutik perawat di rumah sakit

umum Muhammadiyah Babat baik

2) Hampir seluruhnya pasien loyal dengan rumah sakit umum Muhammadiyah

Babat

3) Ada hubungan komunikasi terapeutik dengan dengan loyalitas pasien di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Babat.

5.2 Saran

Dengan melihat kesimpulan di atas, adapun saran yang dapat penulis

sampaikan terkait dengan hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu sebagai

berikut

5.2.1 Bagi Akademis

Dari hasil penelitian ini diharapkan peneliti selanjutnya dapat menggunakan

penelitian ini sebagai rujukan atau referensi untuk penelitian-penelitian


55

selanjutnya yang memiliki konsep yang sama tentang loyalitas pasien di rumah

sakit.

5.2.2 Bagi Praktisi

1) Bagi Rumah sakit

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai upaya peningkatan pelayanan dalam

komunikasi terapeutik dan sebagai masukan serta evaluasi terhadap loyalitas

pasien.

2) Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan bisa meningkatkan profesionalisme dalam

kinerja perawat dalam melakukan tindakan keperawatan yang baik.

3) Bagi Penulis

Dapat menambah pengalaman dalam melakukan penelitian dan sebagai

referensi pengembangan ilmu pengetahuan tentang loyalitas pasien di Rumah

sakit.

4) Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai referensi dan dasar dalam melakukan penelitian selanjutnya yang

berkaitan dengan loyalitas pasien di Rumah sakit.


56

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2014). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta : PT Rineke Cipta

Astutik, Ayu reni. (2018). Komunikasi Terapeutik Dengan Tingkat Kepuasan


Pasien. Skripsi STIKES insan Cendekia Jombang

Fitri, A., Najmah., Ainy A., (2016). Hubungan Kualitas pelayanan dengan
Loyalitas Pasien di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Khusus Mata
Provinsi Sumatera Selatan., Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret
2016, 7(1)

Griffin, Jill. (2013) Customer Loyality, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Handayani. Hanifah. (2019). Model Hubungan Komitmen Karyawan


keOrganisasinya Terhadap Loyalitas dan Kualitas Kerja Karyawan, Skripsi
tidak di publikasikan, Jakarta: Universitas Indonesia

Hidayat. (2014). Metode Penelitian, Orddinal, Penjelasan, Teori, Uji Korelasi.


Jakarta: Salemba Medika.

Hurriyati. (2015). Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Bandung: CV


Alfabeta.

Kotler, Philip. (2012). Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan dan


Pengendalian. (Terjemahan Ancella Anitawati Hermawan). Jilid Kedua.
Edisi 9. Jakarta: Prehallindo.

Maulinda, S. (2014). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Pasien


Terhadap Perilaku Berobat di Puskesmas Susoh Kabupaten Aceh Barat
Daya. Skripsi Fakultas KesehatanMasyarakat Universitas Teuku Umar.

Meikayanti, Ni Made kristina. (2020). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat


Dengan Kepuasan Pasien. Nursing Current Vol. 8 No. 2.

Nasir, A., Muhith, A., Sajidin, M., dan Mubarak, W. I. (2014). Komunikasi dalam
Keperawatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Selemba


Medika.

Polit, & Beck. (201). Resource Manual for Nursing Research, Generating and
Assessing Evidence for Nursing Practice (Ninth Edit). Lippincott.
57

Putra, Ahmad. (2013). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan


Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Zainoel Abidin. Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN : 2338-6371. Vol 1 No. 2:
148-154.

Putri. (2014). Hubungan Efikasi Diri Dan Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi
Belajar Mata Kuliah Statistika Ekonomi Mahasiswa. Skripsi Jurusan
Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Medan

Roudhonah. (2019). Ilmu Komunikasi. Depok: PT Rajagrafindo Persada

Sangadji,M dan Sopiah. (2014). Perilaku Konsumen Pendekatan Praktis Disertai


Jurnal Penelitian. Yogyakarta: Cv Andi Offset;

Sari, M. (2018). Analisis Tingkat Kepuasan Pada Pasien Poloklinik Penyakit


Dalam RSUD DR.Rasidin Padang Tahun 2017. Skripsi Universitas
Andalas.

Setianingsih, Ajeng. (2018) ‘Hubungan Bauran Pemasaran dan Layanan


Pelanggan dengan Loyalitas Pasien’, Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat,
0701, pp. 51 –62

Setiawan. (2012). Hubungan Bauran Pemasaran Dengan Minat Kembali Pasien


Rawat Inap RSUDTenriawaru Bone. Jurnal http://repositoy.unhas.ac.id.

Suryani. (2015). Komunikasi Terapeutik: Teori & Praktik, Ed. 2. Jakarta: EGC.

Tjiptono, Fandy. (2014). Strategi Pemasaran Edisi 2. Yogyakarta: Andi Offset.

Utari, Uleng. (2018). Pengaruh Pengalaman Pasien Terhadap Loyalitas Pasien Di


Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar. JKMM 18, Vol. 2 No. 1.
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN DENGAN
LOYALITAS PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT
UMUM MUHAMMADIYAH BABAT

Kepada Yth.
Calon Responden

Sebagai syarat tugas akhir mahasiswa Universitas Muhammadiyah


Lamongan, saya akan melakukan penelitian dengan judul “hubungan komunikasi
terapeutik dengan dengan loyalitas pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Muhammadiyah Babat”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan komunikasi
terapeutik dengan dengan loyalitas pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Muhammadiyah Babat sehubungan dengan hal tersebut saya mohon
kesedian para pasien untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Kami akan
menjamin kerahasiaan data yang diberikan
Demikian atas bantuan dan partisipasinya disampaikan terima kasih

Lamongan, Maret 2022


Hormat Saya,

FEBY DITASYA PUTRI


NIM 18.02.01.2579
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN DENGAN
LOYALITAS PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT
UMUM MUHAMMADIYAH BABAT

Oleh :
FEBY DITASYA PUTRI
NIM 18.02.01.2579

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya responden yang berperan serta
dalam penelitian yang berjudul “hubungan komunikasi terapeutik dengan dengan
loyalitas pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Muhammadiyah
Babat”.
Saya telah mendapat penjelasan tentang tujuan penelitian, kerahasiaan
identitas dan informasi yang saya berikan serta hak saya untuk mengundurkan diri
dari keikutsertaan saya dalam penelitian ini jika saya merasa tidak nyaman.
Tanda tangan saya dibawah ini merupakan tanda tangan kesediaan saya
sebagai responden dalam penelitian ini.

Tanda Tangan :

Tanggal :

No. Responden
LEMBAR KUESIONER

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN DENGAN


LOYALITAS PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT
UMUM MUHAMMADIYAH BABAT

A. Petunjuk Pengisian
1. Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk
menjawab seluruh pertanyaan yang ada
2. Pokok berikut ini adalah pernyataan mengenai sistem antrian dan kepuasan
pasien, responden diminta menanggapi setiap pokok dengan tanda checklist
(√) pada tabel untuk jawaban yang bapak/ibu pilih sesuai dengan kriteria
kriteria penilaian

B. Data Umum
1. Jenis Kelamin: LK P
2. Berapa usia anda saat ini?
a. 20-35 tahun
b. 36-45 tahun
c. > 45 tahun
3. Apakah Pendidikan Terakhir anda?
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. PT
4. Apakah pekerjaan anda saat ini?
a. Ibu Rumah Tangga
b. Wiraswasta
c. Swasta
d. PNS
c. Data Khusus
1. Komunikasi Terapeutik

Jawaban
No Pertanyaan Kadang Tidak
Selalu Sering
-kadang Pernah
A Tahap Orientasi
1. Apakah perawat mengucapkan salam
ketika masuk kamar rawat inap?
2. Apakah perawat memberikan senyuman?
3. Apakah perawat menanyakan kondisi
anda?
4. Apakah perawat menanyakan perasaan
anda sebelum melakukan tindakan?
5. Apakah perawat menggunakan bahasa
yang sederhana?
B Tahap Perkenalan
6. Apakah perawat memperkenalkan diri?
7. Apakah perawat menyebut nama anda
ketika sebelum melakukan tindakan?
8. Apakah perawat menanyakan keluhan
yang anda dirasakan?
9. Apakah perawat menyampaikan tindakan
yang akan dilakukan?
10 Apakah perawat membuat kesepakatan
waktu pelaksanaan tindakan?
C Tahap Kerja
11 Apakah perawat menanyakan obat yang
sudah diminum?
12. Apakah perawat menanyakan
perkembangan penyakit setelah dirawat?
13. Apakah perawat menjelaskan alasan
kepada keluarga kenapa tindakan itu
dilakukan?
14. Apakah perawat mampu membuat anda
bercerita dan tenang pada saat tindakan
dilakukan?
15. Apakah perawat memberikan pujian pada
anda?
D Tahap Terminasi
16. Apakah perawat menanyakan perasaan
anda setelah dilakukan tindakan?
17. Apakah perawat mengecek keadaan anda
setelah tindakan keperawatan selesai?
18. Apakah perawat menganjurkan untuk
istirahat?
19. Apakah perawat membuat kesepakatan
untuk kunjungan berikutnya?
20. Apakah perawat mengingatkan untuk
menghubungi perawat jika ada keluhan

2. Kuesioner Loyalitas Pasien


Penilaian
No Pertanyaan
SS S TS STS
Repeat Purchase
1. Saya bersedia memeriksakan diri lagi di Rumah
Sakit Umum Muhammadiyah Babat bila suatu
saat saya memerlukan kembali
2. Saya akan menjadikan Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Babat menjadi pilihan utama
Pay More
3. Saya akan selalu mencari informasi mengenai
Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Babat
4. Bila dianjurkan, Saya bersedia melakukan
pemeriksaan tambahan di bagian lain di Rumah
Sakit Umum Muhammadiyah Babat misalnya
bagian Radiologi atau laboratorium
Advocate
5. Saya bersedia untuk tetap melakukan kunjungan
ke Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Babat,
walaupun ada rumah sakit yang lain.
6. Bagi saya, Rumah Sakit Umum Muhammadiyah
Babat ini merupakan tempat berobat yang terbaik.
Retention
7. Selama Rumah Sakit Umum Muhammadiyah
Babat ada, saya akan tetap Menggunakan jasa
rumah sakit
8. Apabila suatu saat keluarga atau teman saya
membutuhkan pelayanan kesehatan,saya bersedia
Merekomendasikan mereka untuk datang ke
Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Babat.
TABULASI KOMUNIKASI TERAPEUTIK

1 1 1 1
No Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 11 12 3 14 15 6 17 18 9 20 Jumlah % kode
1 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 67 83,75 3
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 79 98,75 3
3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 69 86,25 3
4 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 50 62,5 2
5 2 2 3 2 2 2 2 3 4 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 44 55 1
6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 59 73,75 2
7 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 65 81,25 3
8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 59 73,75 2
9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 58 72,5 2
10 2 2 1 2 1 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 43 53,75 1
11 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 45 56,25 1
12 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 63 78,75 3
13 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 65 81,25 3
14 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 77 96,25 3
15 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 76 95 3
16 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 38 47,5 1
17 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 65 81,25 3
18 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 61 76,25 3
19 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 59 73,75 2
20 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 6 3 3 3 3 69 86,25 3
21 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 80 100 3
22 3 4 4 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63 78,75 3
23 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63 78,75 3
24 2 3 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 42 52,5 1
25 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60 75 2
26 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 67 83,75 3
27 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 68 85 3
28 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 74 92,5 3
29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60 75 2
30 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 65 81,25 3
31 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 59 73,75 2
32 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 58 72,5 2
33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60 75 2
34 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 62 77,5 3
35 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 61 76,25 3
36 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 78 97,5 3
37 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 67 83,75 3
38 2 3 2 2 3 2 4 2 4 2 2 4 2 2 1 4 3 4 4 4 56 70 2
39 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 67 83,75 3
40 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 61 76,25 2
41 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60 75 2
42 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60 75 2
43 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60 75 2
44 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 66 82,5 3
45 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 59 73,75 2
46 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 1 3 4 4 3 4 72 90 3
47 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 79 98,75 3
48 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 2 4 3 4 4 4 73 91,25 3
49 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 77 96,25 3
50 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 66 82,5 2
51 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 65 81,25 3
52 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 58 72,5 2
53 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 57 71,25 2
54 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 79 98,75 3
55 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60 75 2
56 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60 75 2
57 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60 75 2
58 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60 75 2
59 3 2 3 3 4 2 2 2 3 3 3 3 3 4 2 3 3 4 3 4 59 73,75 2
60 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 80 100 3
61 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 62 77,5 3
62 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60 75 2
63 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60 75 2
64 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60 75 2
65 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 57 71,25 2
66 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 38 47,5 1
67 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 78 97,5 3
68 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 3 3 3 4 4 74 92,5 3
69 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 57 71,25 2
70 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 59 73,75 2
71 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 57 71,25 2
72 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 66 82,5 3
73 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 63 78,75 3
74 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60 75 2
75 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60 75 2
76 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 79 98,75 3
77 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 62 77,5 2
78 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 80 100 3
79 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 76 95 3
80 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 77 96,25 3
81 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 60 75 2
82 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 64 80 3
83 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 79 98,75 3
84 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60 75 2
85 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 59 73,75 2
TABULASI DATA

Data Umum Data Khusus


No
Resp Pendidika Komunikas Loyalitas
JK Usia Pekerjaan
n i Terapeutik Pasien
1 1 1 3 2 3 2
2 2 3 3 1 3 2
3 2 2 2 1 3 2
4 2 1 3 3 2 1
5 2 3 4 4 1 1
6 2 1 3 2 2 2
7 1 3 3 3 3 2
8 2 1 3 3 2 2
9 2 3 3 2 2 2
10 2 3 3 2 1 2
11 1 2 3 3 1 1
12 2 2 2 3 3 2
13 2 1 4 4 3 2
14 1 3 3 2 3 2
15 2 3 1 1 3 2
16 2 1 2 1 1 1
17 2 1 3 2 3 2
18 2 1 2 1 3 1
19 2 3 3 3 2 2
20 1 2 4 4 3 2
21 2 2 3 2 3 2
22 1 2 2 2 3 2
23 2 2 4 1 3 2
24 2 3 3 2 1 2
25 2 1 3 2 2 1
26 1 1 3 3 3 2
27 2 1 3 3 3 2
28 2 1 4 4 3 2
29 2 1 3 2 2 2
30 2 2 2 1 3 2
31 2 3 1 1 2 2
32 2 3 3 2 2 2
33 2 3 3 2 2 2
34 2 2 4 1 3 2
35 1 3 3 2 3 2
36 1 1 3 3 3 2
37 2 3 4 4 3 2
38 2 1 3 2 2 1
39 2 3 3 1 3 2
40 2 1 3 1 2 2
41 2 1 3 2 2 2
42 2 3 4 2 2 2
43 2 2 3 1 2 2
44 1 3 2 3 3 2
45 1 1 4 4 2 2
46 1 3 3 2 3 2
47 1 3 2 2 3 2
48 2 3 3 1 3 2
49 2 2 3 2 3 2
50 2 3 3 1 2 2
51 1 1 3 3 3 2
52 2 1 4 4 2 2
53 2 1 3 2 2 2
54 2 1 3 1 3 2
55 2 2 3 1 2 1
56 1 2 3 2 2 2
57 1 2 3 2 2 2
58 1 1 4 4 2 2
59 2 3 2 2 2 2
60 1 3 4 4 3 2
61 2 2 3 2 3 2
62 1 3 2 3 2 1
63 2 3 2 1 2 2
64 1 2 3 2 2 1
65 2 3 2 1 2 2
66 2 1 3 3 1 1
67 1 1 4 4 3 2
68 2 3 3 2 3 2
69 2 3 2 1 2 1
70 1 2 4 4 2 2
71 1 2 3 2 2 2
72 1 3 3 3 3 2
73 2 3 4 2 3 2
74 2 3 3 2 2 1
75 2 3 2 1 2 2
76 1 1 2 3 3 2
77 2 2 3 2 2 1
78 2 2 4 2 3 2
79 1 1 3 2 3 2
80 2 3 3 3 3 2
81 2 3 4 4 2 2
82 1 3 3 2 3 2
83 1 2 4 2 3 2
84 1 3 4 4 2 1
85 2 3 3 2 2 2

Keterangan

JK Umur: Pendidikan:
1: laki-laki 1: 20-30 tahun 1: SD
2: Perempuan 2: 31-40 tahun 2: SMP
3: > 40 tahun 3: SMA
4: PT

Komunikas Terapeutik Loyalitas Passien Pekerjaan:


1: Kurang 1: Tidak Loyal 1: IRT
2: Cukup 2: Loyal 2: Wiraswasta
3: Baik 3: Swasta
4: PNS
TABULASI LOYALITAS PASIEN

No Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah Kode


1 3 4 4 4 4 3 4 3 29 2
2 4 4 4 4 3 4 4 4 31 2
3 3 3 4 4 3 3 3 3 26 2
4 3 3 3 2 2 2 2 2 19 1
5 2 2 2 1 3 2 2 2 16 1
6 3 3 2 3 3 3 3 3 23 2
7 3 3 3 3 4 3 4 3 26 2
8 3 3 3 3 2 3 3 3 23 2
9 3 3 2 2 3 3 3 3 22 2
10 3 3 2 3 3 3 3 3 23 2
11 3 3 2 2 3 2 2 2 19 1
12 3 3 4 3 3 3 3 3 25 2
13 3 3 3 3 3 3 3 4 25 2
14 4 4 4 4 3 4 4 4 31 2
15 4 4 4 4 3 4 4 4 31 2
16 2 2 2 2 2 2 1 2 15 1
17 3 3 3 3 2 3 3 3 23 2
18 2 2 3 2 2 2 3 2 18 1
19 3 3 3 3 2 3 3 3 23 2
20 3 3 3 3 2 6 3 3 26 2
21 4 4 4 4 4 4 4 4 32 2
22 3 3 3 3 3 3 3 3 24 2
23 3 3 3 3 3 3 3 3 24 2
24 4 4 4 3 2 3 3 3 26 2
25 2 3 2 3 2 2 3 2 19 1
26 4 4 3 3 2 3 3 3 25 2
27 4 3 3 3 4 4 3 4 28 2
28 4 4 4 4 3 4 4 4 31 2
29 3 3 3 3 3 3 3 3 24 2
30 3 3 3 3 3 3 3 3 24 2
31 3 3 3 3 2 3 3 3 23 2
32 3 3 3 3 2 3 3 4 24 2
33 3 3 3 3 3 3 3 3 24 2
34 3 3 3 3 2 3 3 3 23 2
35 3 3 3 3 3 3 3 3 24 2
36 4 4 4 4 2 4 4 4 30 2
37 3 3 3 3 4 3 3 3 25 2
38 2 2 2 2 1 2 3 2 16 1
39 3 2 3 3 2 3 3 3 22 2
40 3 3 3 3 2 3 3 3 23 2
41 3 3 3 3 3 3 3 3 24 2
42 3 3 3 3 3 3 3 3 24 2
43 3 3 3 3 3 3 3 3 24 2
44 3 4 3 4 3 3 3 4 27 2
45 3 3 3 3 2 3 3 3 23 2
46 3 4 4 4 1 3 4 4 27 2
47 4 4 4 4 3 4 4 4 31 2
48 3 3 3 4 2 4 3 4 26 2
49 4 4 4 4 4 4 3 4 31 2
50 3 4 3 4 3 4 3 4 28 2
51 3 3 3 3 4 3 3 3 25 2
52 3 3 3 3 2 3 2 3 22 2
53 3 3 3 3 2 3 2 3 22 2
54 4 4 4 4 3 4 4 4 31 2
55 2 3 2 2 3 2 3 2 19 1
56 3 3 3 3 3 3 3 3 24 2
57 3 3 3 3 3 3 3 3 24 2
58 3 3 3 3 3 3 3 3 24 2
59 3 3 3 4 2 3 3 4 25 2
60 4 4 4 4 4 4 4 4 32 2
61 3 3 3 3 2 3 3 3 23 2
62 3 3 3 3 3 3 3 3 24 1
63 3 3 3 3 3 3 3 3 24 2
64 3 3 3 3 3 3 3 3 24 1
65 2 3 3 3 3 3 2 3 22 2
66 2 2 2 2 1 2 3 2 16 1
67 4 4 4 4 2 4 4 4 30 2
68 4 4 4 4 2 3 3 3 27 2
69 3 2 2 3 2 3 2 2 19 1
70 3 3 3 2 3 3 3 3 23 2
71 3 3 3 3 3 3 3 3 24 2
72 3 3 3 3 4 4 3 3 26 2
73 3 3 4 3 2 3 3 3 24 2
74 2 3 2 2 2 3 2 2 18 1
75 3 3 3 3 3 3 3 3 24 2
76 4 4 4 4 4 4 4 4 32 2
77 2 2 2 3 2 2 2 3 18 1
78 4 4 4 4 4 4 4 4 32 2
79 4 4 4 4 1 4 4 4 29 2
80 4 4 4 4 1 4 4 4 29 2
81 3 3 3 3 2 3 3 3 23 2
82 3 3 3 3 3 3 4 4 26 2
83 4 4 4 4 3 4 4 4 31 2
84 2 3 2 2 3 2 3 2 19 1
85 3 3 3 3 3 2 3 3 23 2
HASIL SPSS

Frequencies

Statistics
Komunikasi Loyalitas
JK Umur Pendidikan Pekerjaan Terapeutik Pasien
N Valid 85 85 85 85 85 85
Missing 0 0 0 0 0 0
Mean 1,6588 2,1176 3,0235 2,2588 2,4235 1,8235
Median 2,0000 2,0000 3,0000 2,0000 2,0000 2,0000
Mode 2,00 3,00 3,00 2,00 3,00 2,00
Std. Deviation ,47692 ,86481 ,65423 ,98986 ,62443 ,38348
Variance ,227 ,748 ,428 ,980 ,390 ,147
Range 1,00 2,00 2,00 3,00 2,00 1,00
Minimum 1,00 1,00 2,00 1,00 1,00 1,00
Maximum 2,00 3,00 4,00 4,00 3,00 2,00
Sum 141,00 180,00 257,00 192,00 206,00 155,00

Frequency Table

JK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 29 34,1 34,1 34,1
Perempuan 56 65,9 65,9 100,0
Total 85 100,0 100,0

Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 20-30 tahun 27 31,8 31,8 31,8
31-40 tahun 21 24,7 24,7 56,5
> 40 tahun 37 43,5 43,5 100,0
Total 85 100,0 100,0
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 2 2,4 2,4 2,4
SMP 15 17,6 17,6 20,0
SMA 49 57,6 57,6 77,6
PT 19 22,4 22,4 100,0
Total 85 100,0 100,0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid IRT 20 23,5 23,5 23,5
wiraswasta 36 42,4 42,4 65,9
Swasta 16 18,8 18,8 84,7
PNS 13 15,3 15,3 100,0
Total 85 100,0 100,0

Komunikasi Terapeutik
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kurang 6 7,1 7,1 7,1
Cukup 37 43,5 43,5 50,6
Baik 42 49,4 49,4 100,0
Total 85 100,0 100,0

Loyalitas Pasien
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Loyal 15 17,6 17,6 17,6
Loyal 70 82,4 82,4 100,0
Total 85 100,0 100,0
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Komunikasi Terapeutik *
85 100,0% 0 0,0% 85 100,0%
Loyalitas Pasien

Komunikasi Terapeutik * Loyalitas Pasien Crosstabulation


Loyalitas Pasien
Tidak Loyal Loyal Total
Komunikasi Kurang Count 4 2 6
Terapeutik % within Komunikasi
66,7% 33,3% 100,0%
Terapeutik
% within Loyalitas Pasien 26,7% 2,9% 7,1%
% of Total 4,7% 2,4% 7,1%
Cukup Count 10 27 37
% within Komunikasi
27,0% 73,0% 100,0%
Terapeutik
% within Loyalitas Pasien 66,7% 38,6% 43,5%
% of Total 11,8% 31,8% 43,5%
Baik Count 1 41 42
% within Komunikasi
2,4% 97,6% 100,0%
Terapeutik
% within Loyalitas Pasien 6,7% 58,6% 49,4%
% of Total 1,2% 48,2% 49,4%
Total Count 15 70 85
% within Komunikasi
17,6% 82,4% 100,0%
Terapeutik
% within Loyalitas Pasien 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 17,6% 82,4% 100,0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 18,896 a
2 ,000
Likelihood Ratio 18,949 2 ,000
Linear-by-Linear
18,162 1 ,000
Association
N of Valid Cases 85
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 1,06.

Anda mungkin juga menyukai