Disusun Oleh:
Yudistiro Prayoga
D1091181009
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2019
A. PENDAHULUAN
Adanya suatu pengendalian pemanfaatan ruang dirasa perlu, hal ini dilatar belakangi
dengan berdasarkan Undang-Undang No 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang, serta
Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2010 disebutkan bahwa Pengendalian
pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang yang merupakan
salah satu aspek utama dalam penataan ruang, yang berarti secara langsung dapat
dikatakan bahwa pengendalian pemanfaatan ruang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari proses penataan ruang.
a. Peraturan zonasi
Instrumen ini telah lama digunakan di negara lain seperti Amerika Serikat,
Jerman, Singapura dan Jepang. Di Indonesia sendiri, secara legal peraturan zonasi
merupakan instrumen yang baru dipakai yaitu sejak diundangkannya UU Penataan
Ruang No.26/2007. Sesuai UU ini, peraturan zonasi disusun berdasarkan rencana rinci
tata ruang untuk setiap zona pemanfaatan ruang. Selanjutnya peraturan zonasi
ditetapkan dengan:
(b) peraturan daerah provinsi untuk arahan peraturan zonasi sistem provinsi; dan
b. Perizinan
(a). Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan masing-
masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
(b) Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan tidak
melalui prosedur yang benar, batal demi hukum;
(c) Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi
kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, dibatalkan
oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya;
(e) Dapat dimintakan penggantian yang layak kepada instansi pemberi izin;
f) Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan
rencana tata ruang wilayah dapat dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah
daerah dengan memberikan ganti kerugian yang layak ;
(h) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan izin dan tata cara
penggantian yang layak sebagaimana dimaksud diatur dengan peraturan
pemerintah.
(a) pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang
dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang;
dan/atau
d. Pengenaan Sanksi.
(b) memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang
berwenang;
(c) mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang;
(d) memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang-
undangan dinyatakan sebagai milik umum.
Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana kewajiban diatas, dikenai sanksi
administratif dapat berupa:
Pengendalian pemanfaatan ruang oleh pemerintah tidak akan berhasil bila tanpa
didukung oleh masyarakat dan semua pihak yang berperan dalam pembangunan.
Instrumen pengendalian hanyalah alat, alat akan berfungsi sebagaimana mestinya bila
semua pihak berkeinginan menggunakannya dengan benar. Pemerintah dengan
kesadaran penuh mengawal setiap kegiatan agar sesuai dengan rencana yang
ada. Masyarakat juga bisa membantu pemerintah dalam mengontrol pemanfaatan
ruang, yaitu dengan mengadukan kepada pemerintah setiap kegiatan pemanfaatan
ruang yang tidak sesuai dengan rencana ruang. Pemerintah pun harus mengambil
tindakan tegas terhadap setiap kegiatan yang melanggar.
Salah satu kritik yang sering dilontarkan masyarakat dalam penataan ruang adalah
bahwa rencana tata ruang belum cukup efektif sebagai alat kendali pembangunan,
terbukti dengan maraknya berbagai macam penyimpangan. Sebetulnya ada beberapa
faktor yang menyebabkan terjadinya penyimpangan tata ruang dan semua punya andil
dalam hal tersebut , yakni sebagai berikut :
Prasyarat pengendalian berjalan efektif dan efisien yaitu dengan produk rencana
yang baik dan berkualitas serta informasi yang akurat terhadap praktek-praktek
pemanfaatan ruang yang berlangsung. Adapun ketentuan atau prosedur pengendalian
pemanfaatan ruang dilakukan melalui ketentuan umum peraturan zonasi; ketentuan
perizinan; kententuan insentif dan disinsentif; dan arahan sanksi. Sementara proses
penyelenggaraan pemanfaatan ruang yaitu dapat berupa proses pengaturan;
pembinaan; pelaksaanaan; pengawasan; pengendalian; dan evaluasi.
Setiap orang yang tidak menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf a yang mengakibatkan perubahan fungsi
ruang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud di atas mengakibatkan kerugian terhadap
harta benda atau kerusakan barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama
8 (delapan) tahun dan denda paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus
juta rupiah). Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud di atas mengakibatkan kematian
orang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan
denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Setiap orang yang memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang
dari pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf b, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan perubahan
fungsi ruang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud di atas mengakibatkan kerugian terhadap
harta benda atau kerusakan barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama
5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus
juta rupiah).
Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud di atas mengakibatkan kematian orang,
pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda
paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Ketentuan Pidana
Setiap orang yang tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud di atas, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah). Setiap orang yang tidak memberikan akses terhadap kawasan yang oleh
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum sebagaimana
dimaksud di atas, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda
paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Setiap pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin tidak sesuai
dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud di atas , dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
Selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud di atas pelaku dapat dikenai pidana
tambahan berupa pemberhentian secara tidak dengan hormat dari jabatannya.
Selain itu, bentuk peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang lainnya
dapat berupa pemberian masukan mengenai arahan zonasi dan/atau peraturan zonasi,
perizinan, pemberian insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi; keikutsertaan
dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang, rencana
tata ruang yang telah ditetapkan, dan pemenuhan standar pelayanan minimal di bidang
penataan ruang; pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal
menemukan kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah
ditetapkan dan adanya indikasi kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan, tidak
memenuhi standar pelayanan minimal dan/atau masalah yang terjadi di masyarakat
dalam penyelenggaraan penataan ruang; pengajuan keberatan terhadap keputusan
pejabat publik yang dipandang tidak sesuai dengan rencana tata ruang; dan pengajuan
gugatan pembatalan izin dan/atau penghentian pembangunan yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang.
Yang dimana semua peran tersebut dapat disampaikan secara langsung dan/atau
tertulis, serta juga dapat disampaikan kepada Gubernur yang mengoordinasikan
penataan ruang provinsi melalui SKPD terkait. Dalam rangka meningkatkan peran
masyarakat, pemerintah daerah juga diharapkan dapat membangun sistem informasi
dan dokumentasi penyelenggaraan penataan ruang yang dapat diakses dengan mudah
oleh masyarakat.
C. KESIMPULAN