Anda di halaman 1dari 8

PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

Bab VII
K EBIJAKAN PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN

Terhambatnya pergerakan arus barang dan jasa maupun pergerakan orang akibat
banjir dan genangan air permukaan yang secara periodik melanda kota Sibuhuan,
mempunyai dampak sosial dan ekonomi yang cukup luas. Secara ekonomi, dampak
banjir terhadap aktifitas sosial ekonomi masyarakat dapat dijelaskan dengan teori
eksternalitas, yaitu kerugian yang harus ditanggung oleh masyarakat baik secara
ekonomi maupun sosial.

Berdasarkan hasil studi yang dilakukan, banjir dan genangan air tersebut salah satu
penyebabnya adalah disfungsi sistem drainase perkotaan. Atas dasar itu, maka guna
mengantisipasi penurunan produktifitas sosial ekonomi masyarakat yang lebih luas lagi,
maka Bappeda Sibuhuan sangat berkepentingan untuk segera mereview sistem
drainase perkotaan dan selanjutnya membuat perencanaan sistem drainase baru yang
terintegrasi dengan tata ruang kota.

7.1. LATAR BELAKANG

Lahirnya Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagai


pengganti Undang-Undang 24 tahun 1992, membawa perubahan yang cukup mendasar
bagi pelaksanaan kegiatan penataan ruang, salah satunya pada aspek pengendalian
pemanfaatan ruang, selain pemberian insentif dan disinsentif juga pemberian sanksi
yang merupakan salah satu upaya sebagai perangkat tindakan penertiban atas
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi.

1|BAB VII
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

Berdasarkan PP No. 26 tahun 2008 tentang RTRWN mengenai arahan pengendalian


ruang terdiri dari indikasi arahan peraturan zonasi, arahan perijinan, arahan pemberian
insentif dan disinsentif serta arahan sanksi.
Pemberian sanksi ini tidak hanya diberikan kepada pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai dengan ketentuan perijinan pemanfaatan ruang, tetapi juga dikenakan kepada
pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan ijin pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang. Diharapkan rencana tata ruang yang telah disusun
dapat dijadikan pedoman untuk:
a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah;
b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;
c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kota;
d. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antar sektor;
e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;
f. Penataan ruang kawasan strategis kota.

Disamping itu dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 memberikan


kejelasan tugas dan tanggung jawab serta pembagian wewenang antara pemerintah
pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah Kabupaten/Kota di dalam
penyelenggaraan penataan ruang.

Sejalan dengan perubahan mendasar tersebut di atas, maka di dalam Undang - Undang
Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang diamanatkan ketentuan bahwa
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota diberikan waktu selama 3 (tiga) tahun untuk
melakukan penyesuaian terhadap rencana tata ruangnya, yaitu dengan melakukan
peninjauan kembali atau penyempurnaan rencana tata ruang agar sesuai dengan apa
yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007.

7.2. ARAHAN PERIZINAN

Upaya pengendalian pemanfaatan ruang selain dilakukan melalui pengawasan dan


penertiban, juga dilakukan melalui mekanisme perizinan yang berlaku. Secara umum,
mekanisme perizinan yang diterapkan pada masing-masing daerah terkait dengan jenis
perizinan yang berlaku di daerah yang bersangkutan. Namun, secara garis besar

2|BAB VII
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

konsepsi sistem perizinan berkaitan dengan kegiatan pemanfaatan ruang adalah


sebagaimana dapat dilihat pada diagram berikut ini.

Kegiatan
Usaha

Persyaratan Pemanfaatan Ruang Pengolahan Lahan Konstruksi Bangunan


Lingkungan
Kegiatan
Khusus

Perijinan Kegiatan / Khusus Perijinan LingkunganPerijinan Pemanfaatan Ruang Perijinan Lahan Perijinan Konstruksi

Gambar 7.1 Diagram Konsepsi Sitem Perizinan

7.2.1. Perizinan Penunjukan Penggunaan Tanah (SIPPT)


Bagi warga masyarakat dan instansi-instansi yang akan memanfaatkan lahan, misalnya
untuk kawasan perumahan, industri perdagangan, pariwisata, dan lain lain, terlebih
dahulu harus memperoleh izin penunjukan dan penggunaan lahan ( site plan).
Kewajiban untuk memperoleh izin ini dimaksudkan agar Pemerintah Daerah dapat
mengendalikan rencana penggunaan lahan oleh masyarakat sesuai dengan rencana
peruntukan lahan yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Kota.

Untuk memperolah izin penunjukan penggunaan lahan tersebut, masyarakat perlu


membayar sejumlah uang retribusi yang besarnya bervariasi antara daerah yang satu
dengan daerah lainnya. Adapun instansi yang memberikan pelayanan berkaitan dengan
pemberian izin ini pada umumnya adalah Bappeda, dan di daerah tertentu ada pula
yang ditangani oleh Dinas PU.

3|BAB VII
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

7.2.2. Perizinan Lokasi

Izin lokasi merupakan salah satu alat pengendalian pemanfaatan lahan agar sesuai
dengan tata guna tanah. Perizinan ini dilayani oleh Kantor Pertanahan (BPN).
Diharapkan dengan penerapan perizinan lokasi ini arah penataan dan pengembangan
kota dapat diarahkan sesuai dengan rencana tata ruang yang ada. Dalam hubungannya
dengan kebijakan pengelolaan drainase perkotaan perizinan ini dikendalikan secara
ketat terutama dilokasi sepanjang aliran sungai dan disekitar situ dan atau danau.
Perizinan lokasi ini dirasa sangat relevan dengan kebijakan pengelolaan drainase
perkotaan terutama dalam upaya mereduksi tingkat pencemaran, sedimentasi, dan
penyempitan palung sungai.

7.2.3. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

IMB merupakan salah satu persyaratan yang perlu dipenuhi untuk pendirian suatu
bangunan. IMB tersebut baru dapat diberikan oleh Pemda apabila bangunan yang akan
didirikan memenuhi persyaratan teknis dan administratif. Persyaratan teknis bangunan
tersebut antara lain bahwa bangunan tersebut :
 Tidak mengganggu ketertiban umum dan memenuhi persyaratan teknis planologis.
 Tidak mengganggu kelestarian lingkungan dan sesuai persyaratan arsitektur yang
baik.
 Aman bagi jiwa manusia, dilengkapi dengan peralatan keamanan, konstruksinya
kuat/sesuai persyaratan, dan sebagainya.
 Fungsional, dilengkapi dengan peralatan bangunan yang memungkinkan bangunan
tersebut dapat berfungsi dengan baik, misalnya dapat dilihat dari bentuk dan jumlah
ruangan, instalasi listrik, air, dan lain-lain.
 Tidak melanggar garis sempadan jalan (SPJ), garis sempadan bangunan (SPB),
koefisien dasar bangunan (KDB), dan koefisien lantai bangunan (KLB).

Di samping aspek tertib bangunan, IMB diharapkan pula menjadi alat kendali bagi laju
pertumbuhan fisik kota, pencegahan terhadap bahaya kerusakan dan pencemaran
lingkungan, pengurangan nilai-nilai estetika, kenyamanan dan keamanan bangunan,
sehingga berbagai investasi fisik dapat mencapai nilai manfaat sebesar-besarnya,

4|BAB VII
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

terlindung dari berbagai rasa kurang aman, serta terhindar dari berbagai ancaman
bahaya, terlebih bila dikaitkan dengan kondisi DAS yang telah terdegradasi sedemikian
rupa, maka apabila kerusakan kawasan DAS dibiarkan terus serta tidak ada upaya
pengendalian pembangunan sarana prasarana fasilitas umum, industri dan pemukiman,
dikhawatirkan akan terjadi bahaya banjir dan genangan air permukaan yang lebih besar
dan meluas yang berdampak pada penurunan fungsi tata kehidupan sosial ekonomi
masyarakat yang semakin sulit ditangani. Oleh sebab itu penerbitan SIMB perlu
dikontrol dan dikendalikan secara konsisten.

7.3. ARAHAN PEMBERIAN INSENTIF DAN DISINSENTIF

Seluruh jenis perangkat insentif dalam pemanfaatan ruang selalu mempunyai sifat
memberikan kemudahan-kemudahan bagi terlaksananya pemanfaatan ruang sesuai
rencana yang ada, khususnya melalui pengaturan:
a. Di bidang ekonomi melalui tata cara pemberian kompensasi, imbalan, dan tata cara
penyelenggaraan sewa ruang dan urun saham; atau
b. Di bidang fisik melalui pembangunan serta pengadaan sarana dan prasarana seperti
jalan, listrik, air minum, telepon, dan sebagainya untuk melayani pengembangan
kawasan sesuai dengan rencana tata ruang.

Di lain pihak, seluruh jenis perangkat disinsentif dalam pemanfaatan ruang adalah
selalu ditujukan untuk mempersulit munculnya pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
atau tidak sejalan dengan rencana tata ruang yang ada. Contoh penerapan disinsentif
misalnya adalah:
a. Pengenaan pajak atau retribusi tinggi; atau
b. Ketidaktersediaan sarana dan prasarana.

Tentunya definisi yang sesungguhnya dari perangkat insentif dan disinsentif itu tidak
sesederhana versi UU Penataan Ruang tersebut, karena secara prinsipil terdapat
perangkat-perangkat di luar dari perangkat ekonomi (pajak, retribusi, subsidi, atau
pengenaan tarif pemakaian/user charge) dan perangkat fisik (pengadaan dan/atau
pemilikan langsung oleh pemerintah atas ruang tertentu, pelayanan umum, dan

5|BAB VII
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

prasarana umum), yaitu perangkat politik dan/atau


hukum/perundang-undangan/regulasi.
Dengan demikian dalam konteks ini yang disebut dengan perangkat insentif dan
disinsentif adalah perangkat-perangkat atau instrumen-instrumen ekonomi/keuangan,
fisik, politik, regulasi/kebijaksanaan, yang dapat mendorong atau menghambat
pemanfaatan ruang agar tetap sesuai dengan rencana tata ruang.
Jenis perangkat/mekanisme insentif dan disinsentif dikelompokkan menjadi:
a. Pengaturan/regulasi/kebijaksanaan
b. Ekonomi/keuangan
c. Pemilikan/pengadaan langsung oleh pemerintah

7.4. KEBIJAKAN PENGELOLAAN DRAINASE

Mengacu pada ketentuan umum sebagaimana diuraikan di atas, maka kebijakan


tentang pengelolaan drainase tidak dapat ditetapkan secara parsial, tetapi menjadi
bagian yang terintegrasi sebagimana tertuang dalam rancangan peraturan daerah,
sebagai berikut:

7.4.1. Kebijakan Pengelolaan Kawasan Lindung.

Kawasan hutan lindung adalah kawasan yang memiliki sifat khas yang mampu
memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahannya sebagai
pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah.
Rancangan peraturan daerah tentang pengelolaan hutan lindung menjadi sangat
relevan, mengingat bahwa kawasan resapan air adalah daerah yang mempunyai
kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian
air bumi yang berguna sebagai sumber air, terlebih lagi bila dikaitkan dengan fakta di
lapangan yang mengindikasikan menurunnya tingkat resapan air terutama di kawasan
bawahannya.

7.4.2. Kebijakan Pengendalian Kawasan Sempadan Sungai

Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai
buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Untuk menjaga kelestariannya dibuat
peraturan perundangan daerah tentang pembersihan sempadan sungai dari bangunan

6|BAB VII
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

liar dan sosialisasi tentang larangan mendirikan bangunan disepanjang sempadan


sungai.
.
Dalam mengendalikan kawasan ini, Pemda Kab. Palas tidak akan menerbitkan Surat Ijin
Mendirikan Bangunan (SIMB) pada kawasan sempadan sungai (drainase) yang belum
terbangun, sehingga arah dan intensitas aliran sungai tidak akan terhambat oleh
bangunan baru, sementara kegiatan masyarakat yang mengarah pada peningkatan
fungsi perlindungan sempadan sungai boleh dilaksanakan dengan kontrol yang ketat
agar tidak berubah fungsi dikemudian hari, seperti kegiatan pertanian dengan jenis
tanaman tertentu.

7.4.3. Kebijakan Pengelolaan Fungsi Pelayanan DAS

Makin meluasnya lahan kritis disepanjang daerah aliran sungai serta perilaku
masyarakat yang masih saja menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan limbah
rumahtangga maupun industri, menyebabkan terdegradasinya hampir seluruh daerah
aliran sungai (DAS). Hal inilah antara lain yang disinyalir sebagai penyebab terjadinya
penyempitan palung sungai yang pada akhirnya menjadikan tersumbatnya sistem
drainase perkotaan.

7.4.4. Kebijakan Pengendalian Banjir dan Drainase

Terkait dengan Pengelolaan daerah aliran sungai (DAS), peraturan tentang pendidikan
lingkungan sebagai upaya mengubah paradigma serta meningkatkan peran serta
masyarakat dalam pengelolaan lingkungan perlu dipertimbangkan secara seksama dan
dimasukan dalam program secara terpadu, mengingat bahwa selama ini tingkat
kepedulian masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya masih sangat rendah. Melalui
pendidikan lingkungan yang terprogram diharapkan membuka wawasan dan
pemahaman masyarakat tentang fungsi sungai dan air, sehingga mampu melihat dan
turut serta berperan aktif dalam mangelola DAS mulai dari hulu sampai kehilir, serta
memandangnya sebagai kesatuan ekosistem dimana masyarakat sendiri sebagai unsur
utama disamping hewan, tumbuhan, air, dan udara. Saatnya masyarakat membuka hati
bahwa masing-masing unsur tadi memilki fungsi penting dalam tata kehidupan sosial
ekonomi sehingga perlu dijaga keseimbangannya. Sehubungan dengan itu, Pemda

7|BAB VII
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

Kabupaten Padang Lawas harus merancang program pengendalian banjir dan drainase
wilayah kota Sibuhuan, antara lain :
a. Penyusunan rencana teknis pengembangan drainase.
b. Optimalisasi fungsi saluran primer.
c. Rehabilitasi saluran sekunder.
d. Pemeliharaan dan pengembangan saluran tersier.
e. Pengembalian fungsi situ-situ sebagai sistem retensi dan pengisian air tanah.
f. Perencanaan DED.
g. Pembangunan sistem pounding disepanjang saluran primer dan sekunder.
h. Pengembangan sumur resapan di kawasan pemukiman, dan pembuatan sumur-
sumur resapan air hujan.

8|BAB VII
Laporan Akhir

Anda mungkin juga menyukai