Anda di halaman 1dari 63

Universitas Faletehan

INTERVENSI PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS


DALAM UNTUK MENINGKATKAN SATURASI OKSIGEN
PADA PASIEN ASMA DI RUANG IGD RSUD dr. DRAJAT
PRAWIRANEGARA SERANG TAHUN 2022

KARYA TULIS ILMIAH

IBNU HUMAM

3019041057

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
2021-2022
Universitas Faletehan

INTERVENSI PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAPAS


DALAM UNTUK MENINGKATKAN SATURASI OKSIGEN
PADA PASIEN ASMA DI RUANG IGD RSUD dr. DRADJAT
PRAWIRANEGARA SERANG TAHUN 2022

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar


Diploma Keperawatan Di Universitas Faletehan

IBNU HUMAM
3019041057

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


UNIVERSITAS FALETEHAN
SERANG 2022
HALAMAN PENGESAHAN

i
Tugas akhir ini diajukan oleh :
Nama : Ibnu Humam

Nim : 3019041057

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul Tugas Akhir : Intervensi Pemberian Teknik Relaksasi


Nafas Dalam untuk meningkatkan saturasi
oksigen pada pasien asma di ruang IGD dr.
Dradjat Prawiranegara Serang Tahun 2022

Telah berhasil dipertahakan dihadapan Penguji dan diterima sebagai bagian


persyaratan yang diperlukan untuk menyelesaikan Program Studi DIII
Keperawatan Universitas Faletehan.

DEWAN PENGUJI

Penguji I : Ns. H. Asra., S.Kep.,M.Kep ( )

Penguji II : Ns. Fatoni., S.Kep.,M.Kep ( )

Penguji III : Ns. Yuni Yati., S.Kep.,M.Kep ( )

Ditetapkan di : Universitas Faletehan Serang- Banten

Tanggal : 22 Juni 2022.

HALAMAN PERSETUJUAN

Tugas Akhir dengan Judul “Intervensi Pemberian Teknik Relaksasi Napas Dalam
untuk meningkatkan saturasi oksigen pada pasien Asma di Ruang Instalasi Gawat
Darurat RSUD dr. Dradjat Prawiranegara Serang Tahun 2022” telah di setujui

ii
untuk di presentasikan di hadapan Tim Penguji Tugas Akhir Penelitian Program
Studi Diploma III Keperawatan Universitas Faletehan

Serang, 31 Maret 2022

Pembimbing I

Ns. Fatoni, S.Kep., M.kep.


NIK. 02.98.025

Mengetahui

Ketua Program Studi


Diploma III Keperawatan

Agus Sustiyono S.Kp.,M.Kep


NIK. 12.02.067

iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan proposal Tugas Akhir dengan judul
“Intervensi Pemberian Teknik Relaksasi Napas Dalam Untuk Meningkatkan
Saturasi Oksigen Pada Pasien Asma”. Laporan studi Kasus ini disusun sebgai
syarat untuk menyelesaikan program Studi Diploma III Keperawatan Universitas
Faletehan. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari pihak,
sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan studi kasus ini. Penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada bapak Ns. Fatoni,
S.Kep,. M.Kep selaku pembimbing I dan bapak Ns. H. Asra, S.Kep,. M.Kep.
sebagai pembimbing II yang telah meluangkan waktu, memberi masukan,
bimbingan dan dukungan dengan penuh kesabaran. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Andiko Nugraha Kusuma, SKM.,M.KM selaku Rektor Universitas Faletehan
2. Dr. Rahmat Setiadi. MARS selaku Direktur Rumah Sakit Dradjat Prawira
Negara Serang
3. Ns. H. Asra, S.Kep., M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Faletehan, sekaligus selaku penguji ahli, yang juga dengan tekun
memberikan berbagai masukan secara ilmiah melalui pengarahan, sharing,
dan saran yang diberikan
4. Agus Sustiyono, S.Kep., M.Kep selaku Ka.Prodi Universitas Faletehan
5. Fatoni, S.Kep,Ners., M.Kep selaku pembimbing I, yang juga dengan tekun
memberikan berbagai masukan secara ilmiah melalui pengarahan, sharing,
dan saran yang diberikan
6. Pihak Rumah Sakit Umum Daerah dr. Dradjat Prawira Negara Serang yang
telah memfasilitasi penulis sehingga dapat melaksanakan penelitian dengan
baik.
7. Kedua Orangtua, Ending Royadi dan Tanti Rustanti yang selalu memberikan
doa, motivasi dan semangat setiap waktu
8. Dan Kakak perempuan saya serta kakak ipar saya Erna Zulia dan Bagus Wibi
Kusuma
9. Sahabat saya, Rama Septiana, Restu Repdiana, Adi Krisnawan, Endri
Mardiansyah, Dodi Albana, Riyadilani, Aldi Sutistna, Rapiudin, Herudin,
Agung Setiadi, Achmad Rifa’i, Deri Mahesa, Ari Zatnika, Cecep Fahrurozi,
Laila Az-zahra, Salma Ayu yang selalu menemani dalam proses pembuatan
proposal penelitian ini.
10. Teman seperjuangan Akper tahun 2019 khususnya kelas C yang telah
memberikan dukungan berharga
11. Last but not least, I wanna thank me for believing in me, I wanna thank me
for doing all this hard work, I wanna thank for me having no days off, I
wanna thank me never quitting, for just being me at all times.

iv
Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka masukan sangan diharapkan untuk untuk perbaikan Karya Tulis Ilmiah
selanjutnya. Semoga bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan
kebaikan dari Allah SWT. Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini
memberikan wawasan tentang Intervensi Pemberian Teknik Relaksasi Napas
Dalam Untuk Meningkatkan Saturasi Oksigen Pada Pasien Asma

Serang, Juni 2022

Ibnu Humam

v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Faletehan, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:

Nama : Ibnu Humam


NIM : 3019041057
Program Studi : Diploma III Keperawatan
Jenis Karya : Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Faletehan Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive
RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Intervensi Pemberian Teknik Relaksasi Napas Dalam untuk meningkatkan saturasi


oksigen pada pasien Asma di Ruang IGD RSUD dr. Dradjat Prawiranegara Serang
Tahun 2022.

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
ekslusif ini Universitas Faletehan berhak menyimpan, mengalih media/formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini
saya buat dengan sebenarnya.

Serang, Juni 2022

Yang menyatakan

Materai

(Ibnu Humam)

vi
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :


1. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim
Penguji
2. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah di tulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang
dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
3. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
berlaku di perguruan tinggi ini.

Serang, Juni 2022


Yang membuat pernyataan

Materai 6000

Ibnu Humam
NIM 3019041057

vii
ABSTRAK

Ibnu Humam
Diploma III Keperawatan

Intervensi Pemberian Teknik Relaksasi Napas Dalam untuk meningkatkan saturasi


oksigen pada pasien Asma di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD dr. Dradjat
Prawiranegara Serang Tahun 2022

5 BAB, 38 HALAMAN, 7 TABEL

Laporan studi kasus ini membahas tentang intervensi pemberian teknik relaksasi
napas dalam untuk meningkatkan saturasi oksigen pada pasien Asma di Ruang
IGD RSUD dr. Dradjat Prawiranegara Serang Tahun 2022. Studi kasus ini
bertujuan untuk menguji adanya pengaruh pemberian teknik relaksasi napas dalam
terhadap peningkatan saturasi oksigen. Metode yang digunakan adalah studi kasus
dengan pendekatan keperawatan dan sasaran studi kasus ini adalah 2 pasien
dengan masalah keperawatan yang sama. Hasil penelitian ini menujukan adanya
peningkatan saturasi oksigen dengan sebelum diberikan dan tidak diberikan teknik
relaksasi napas dalam. Sebelum diberikan intervensi SpO2 Pasien 1 yaitu 93%
sedangkan sesudah diberikan intervensi Spo2 pasien 1 menjadi 96% dan pasien 2
sebelum diberikan intervensi yaitu 99% setelah diberikan teknik relaksasi napas
dalam Spo2 meningkat menjadi 100%

Kata Kunci : Asma, saturasi oksigen, Teknik Relaksasi Napas Dalam


ABSTRACT

Ibnu Humam
Diploma III Nursing

Intervention of Deep Breathing Relaxation Technique as an effort to increase


oxygen saturation in Asthma patients in the Emergency Room of RSUD dr.
Dradjat
Prawiranegara Attack in 2022

viii
5 CHAPTER, 38 PAGES, 7 TABLES

This case study report discusses the intervention of deep breathing relaxation
techniques as an effort to increase oxygen saturation in Asthma patients in the
Emergency Room of RSUD dr. Dradjat Prawiranegara Serang in 2022. This case
study aims to examine the effect of giving deep breathing relaxation techniques to
increase oxygen saturation. The method used is a case study with a nursing
approach and the target of this case study is 2 patients with the same nursing
problem. The results of this study indicate an increase in oxygen saturation before
being given and not given deep breathing relaxation techniques. Before being
given the SpO2 intervention Patient 1 was 93% while after being given the Spo2
intervention patient 1 became 96% and patient 2 before the intervention was 99%
after being given the Spo2 deep breathing relaxation technique increased to
100%

Keywords: Asthma, oxygen saturation, Deep Breathing Relaxation Technique

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................ vii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................
viii ABSTRAK ...................................................................................................
ix ABSTRACT ..................................................................................................
x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1


A. Latar Belakang ....................................................................................
1
B. Rumusan Masalah...............................................................................
2
C. Tujuan Studi Kasus .............................................................................
3
D. Manfaat Studi Kasus ........................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 4
A. Asuhan Keperawatan Kebutuhan Oksigenasi pada Asma ..................
4
1. Pengkajian ....................................................................................
4
2. Diagnosis keperawatan .................................................................
7
3. Intervensi ......................................................................................
8
4. Implementasi ................................................................................
8
5. Evaluasi ........................................................................................ 9
B. Konsep Asma ......................................................................................
9
1. Definisi .........................................................................................
9
2. Klasifikasi ..................................................................................... 10

x
3. Etiologi ........................................................................................ 10
4. Manifestasi Klinis ........................................................................ 11
5. Pemeriksaan Penunjang ................................................................ 12
C. Konsep Relaksasi Napas Dalam ......................................................... 13
1. Definisi ........................................................................................ 13
2. Tujuan .......................................................................................... 14
3. Prosedur Relaksasi Napas Dalam ................................................. 14

D. Konsep Saturasi Oksigen (SpO2) ....................................................... 14


1. Definisi ........................................................................................ 14 2.
Nilai Normal Saturasi Oksigen .................................................... 15
3. Cara Pengukuran Saturasi Oksigen .............................................. 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 16


A. Rancangan Studi Kasus ...................................................................... 16
B. Subyek Studi Kasus ............................................................................ 16
C. Fokus Studi ......................................................................................... 17
D. Definisi Operasional ........................................................................... 17
E. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................. 17
F. Instrumen Penelitian Studi Kasus ....................................................... 18
G. Pengumpulan Data .............................................................................. 18
H. Analisa Data dan Penyajian Data ....................................................... 19
I. Etika Studi Kasus................................................................................ 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 21


A. Hasil .................................................................................................... 21
B. Pembahasan ........................................................................................ 32

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 37


A. Kesimpulan ......................................................................................... 37
B. Saran ................................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

xi
DAFTAR TABEL

Hal Tabel 2.1. rencana Tindakan Keperawatan................................8


Tabel 4.1. Identitas Pasien....................................................................................... 23
Tabel 4.2. Hasil Observasi dan Pemeriksaan Fisik............................................... 24
Tabel 4.3. Analisa Data............................................................................................ 30
Tabel 4.4. Diagnosis Keperawatan......................................................................... 32

Tabel 4.5. Gambaran Hasil Penelitian........................................................ 34


Tabel 4.6. Perbandingan Saturasi Oksigen ............................................... 39

xii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Asma merupakan kelainan berupa inflamasi kronik saluran napas yang
dapat menyebabkan hiperreaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan
yang dapat menimbulkan gejala seperti sesak napas , mengi , batuk dan
dada terasa berat terutama pada malam atau dini hari yang umumnya
bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan. Penyakit asma telah
menjadi masalah kesehatan global yang di derita oleh seluruh kelompok
usia (GINA, 2015).

Prevalensi asma saat ini masih tinggi, menurut data World Health
Organization ( WHO ) tahun 2017 diperkirakan penderita asma di seluruh
dunia mencapai 235 juta orang. Negara miskin dan negara berkembang
merupakan negara paling banyak kematian yang disebabkan oleh asma.
Berdasarkan data dari riset Kesehatan Dasar ( Risekdas ) tahun 2013
bahwa prevalensi asma di Indonesia adalah 4,5 %, dengan prevalensi asma
di bengkulu adalah 2,0%, sedangkan data dari Risekdas tahun 2018
menyebutkan bahwa prevalensi asma di seluruh Indonesia adalah 4,5%,
dengan prevalensi asma di Bengkulu berada pada angka 2,4%, hal ini
menunjukan adanya peningkatan prevalensi asma di provinsi Bengkulu.
Sedangkan Banten menduduki urutan ke 16 dari 34 provinsi di Indonesia
(RISEKDAS, 2018)

Pada saat terjadi serangan asma organ-organ dalam tubuh membutuhkan


suplai oksigen yang cukup agar fungsinya lebih optimal dan efektif. Jika
saturasi oksigen rendah, berbagai masalah kesehatan dapat terjadi seperti
hipoksemia. Salah satu indikator yang sangat penting dalam suplay
oksigen didalam tubuh adalah saturasi oksigen (SpO2). Saturasi oksigen
bisa menunjukkan apakah hemoglobin dapat mengikat oksigen atau tidak.
2

Universitas Faletehan Sehingga kekurangan oksigen yang beresiko pada


kerusakan organ-organ penting didalam tubuh dan kematian dapat
ditanggulangi (Sajidin, 2015).

Saturasi oksigen adalah ukuran seberapa banyak presentase oksigen yang


mampu dibawa oleh hemoglobin. Oksimetri nadi merupakan alat non
invasive yang mengukur saturasi oksigen darah arteri pasien yang dipasang
pada ujung jari, ibu jari, hidung, atau dahi dan oksimetri nadi dapat
mendeteksi hipoksenia sebelum tanda dan gejala klinis muncul. (Menurut
Kozir, 2010).

Gejala yang sering ditemukan pada penderita asma adalah hyperventilation


yang diikuti dengan kecemasan, sehingga mengakibatkan bronkokostriksi
jalan nafas (PDPI, 2014) selain itu gejala klasik pada penderita asma ini
adalah sesak nafas, mengi (wheezing), batuk, adanya cuping hidung dan
retraksi dada.

Dalam hal ini pengobatan asma dapat dilakukan dengan pengobatan non
farmakologi yaitu dengan teknik relaksasi nafas dalam. Teknik relaksasi
napas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan yang dalam hal
ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas
dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan napas secara perlahan, selain dapat menurunkan
intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan
ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare,
2009).

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengambil judul


karya tulis ilmiah “Intervensi Pemberian Teknik Relaksasi Napas Dalam
untuk Meningkatkan Saturasi Oksigen pada Pasien Asma”

B. Rumusan Masalah
Gambaran tentang bagaimana intervensi pemberian relaksasi napas dalam
untuk meningkatkan saturasi oksigen pada pasien asma?

Universitas Faletehan
3

C. Tujuan Studi Kasus


1. Tujuan Umum Studi Kasus
Menggambarkan tentang intervensi pemberian teknik relaksasi napas
dalam untuk meningkatkan saturasi oksigen pada pasien asma
2. Tujuan Studi Khusus Kasus
a. Untuk melakukan pengkajian keperawatan pada pasien asma
b. Untuk melakukan diagnosa keperawatan pada pasien asma
c. Untuk melakukan perencanaan keperawatan pada pasien asma
d. Untuk melakukan implementasi keperawatan pada pasien asma
e. Untuk melakukan evaluasi keperawatan pada pasien asma

D. Manfaat Studi Kasus


Karya tulis ilmiah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Masyarakat
Dapat meningkatkan pengetahuan baru kepada masyarakat dalam
upaya meningkatkan kemandirian pasien melalui intervensi pemberian
teknik relaksasi napas dalam untuk meningkatkan saturasi oksigen
pada pasien asma.
2. Pengembang Ilmu & teknologi keperawatan
Dapat menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang
keperawatan dalam meningkatkan kemandirian pasien melalui
intervensi pemberian teknik relaksasi napas dalam untuk meningkatkan
saturasi oksigenm pada pasien asma.
3. Penulis
Dapat memperoleh pengalaman baru dalam mengimplementasikan
prosedur teknik relaksasi napas dalam terhadap saturasi oksigen pada
pasien asma.

Universitas Faletehan
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Keperawatan Kesehatan pada Asma


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan pengumpulan informasi subjektif dan objektif,
dan juga peninjauan informasi riwayat pasien pada rekam medik.
Misalnya dengan wawancara pasien atau keluarga pasien adalah
informasi subjektif. Sedangkan informasi objektif, misalnya dengan
pengukuran tanda-tanda vital (Ttv) dan pemeriksaan fisik (Herdman,
2015)

Pengkajian pada asuhan keperawatan gawat darurat menggunakan


format sebagai berikut : a. Primary survey
Primary survey adalah mengatur pendekatan kepada klien sehingga
klien dapat segera diidentifikasi dan tertanggulangi dengan efektif.
Pemeriksaan primary survey berdasarkan standar A-B-C dan D-E,
dengan airway (A: jalan nafas), breathing (B: pernafasan), circulation
(C: sirkulasi), disability (D: ketidak mampuan), dan exposure (E:
penerapan) (Krisyanty, 2009)
1. Airway
Penumpukan sputum pada jalan nafas biasanya terjadi pada pasien
dengan status asmatikus. Hal ini menyebabkan pasien dengan
status asmatikus terlihat sesak karena karena kebutuhan akan
oksigen semakin sedikit yang dapat diperoleh, hal ini disebabkan
oleh penyumbatan jalan napas.
2. Breathing
Usaha napas pasien untuk memperoleh oksigen yang diperlukan
oleh tubuh bertambah ketika adanya sumbatan pada jalan nafas.
Namun pada pasien dengan status asmatikus ini, henti napas
terjadi pada pasien karena mengalami napas lemah. Sehingga hal

4
Universitas Faletehan
5

ini memungkinkan bisa saja bahwa usaha ventilasi pasien tidak


efektif. Disamping itu ditambah adanya suara mengi dan sesak
napas berat sehingga pasien tidak mampu mengucapkan atau
menyelesaikan satu kalimat dengan sekali napas, atau kesulitan
dalam bergerak. Pada pengkajian ini dapat diperoleh bahwa
frekuensi napas lebih dari 26x/ menit. Pantau adanya mengi dan
suara tambahan lainnya.
3. Circulation
Jantung akan berkontraksi lebih kuat karena pada kasus status
asmatikus ini terdapat adanya usaha yang kuat untuk memperoleh
oksigen, hal ini dapat ditandai dengan adanya peningkatan denyut
nadi lebih dari 110x/menit. Penurunan tekanan darah sistolik pada
waktu inspirasi, Arus puncak Ekspirasi kurang dari 50% nilai
dugaan atau nilai tertinggi yang pernah dicapai atau kurang dari
120 lt/menit juga dapat terjadi. Adanya kekurangan oksigen ini
dapat juga menyebabkan sianosis yang dikaji pada tahap
circulation ini.

b. Secondary survey
Secondary survey (pengkajian sekunder) umumnya bertujuan untuk
mengidentifikasi penyakit yang dikeluhkan oleh pasien
(Mardalena,
2017)
1) Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan biasanya digunakan untuk pasien rawat
jalan. Sedangkan, riwayat kesehatan pada pasien gawat darurat
tidak bisa cepat diperoleh dikarenakan hal tersebut hanya dapat
diperoleh dengan pendataan mnemonic SAMPLE. Mnemonic
berarti sign and symptoms (S), allergies (A), medications (M),
pertient medical history (P), last meal (L), dan events
surrounding this incident (E) (Mardalena, 2017)

Universitas Faletehan
6

Pedoman “SAMPLE” yang digunakan pada saat pengkajian


sekunder yaitu sebagai berikut :
a) S : sign and symptoms ( Tanda dan gejala )
Pengkajian dilakukan berdasarkan tanda dan gejala yang
dialami oleh pasien. Pada pasien asma biasanya tampak
sesak dan suara napas weezing.
b) M : Allegries ( Riwayat alergi )
Pengkajian dilakukan berdasarkan riwayat alergi.
c) M : Medications ( pengobatan )
Pengkajian dilakukan berdasarkan pengobatan yang pernah
dilakukan atau dijalani pasien.
d) P : Pertient Medical History ( Riwayat penyakit dahulu )
Pengkajian dilakukan berdasarkan riwayat penyakit dahulu
yang pernah dialami pasien.
e) L : Last Meal
Pengkajian dilakukan berdasarkan riwayat penyakit dahulu
yang pernah di alami pasien.
f) E : Events Surrounding This Incident ( keluhan utama )
Pengkajian berdasarkan keluhan utama pasien saat pertama
dibawa ke rumah sakit. Biasanya pada pasien asma
mengeluh sesak.

2) Pemeriksaan tanda-tanda vital


Pemeriksaan tanda-tanda vital (Ttv) terdiri dari pemeriksaan :
tekanan darah (TD), frekuensi nadi (N), respirasi (RR), dan
suhu (S). Pada pasien asma biasanya ditemukan peningkatan
respirasi.

3) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik bertujuan untuk membedakan temuan fisik
normal dan tidak normal (Joyce M. Black & Jane Hokanson
Hawks, 2014). Biasanya pada pasien asma akan ditemukan
ekspirasi memanjang, suara napas weezing, hiperinflasi dada,
pernapasan cepat.
Universitas Faletehan
7

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosa
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan (SDKI, 2017).
A. Jenis jenis Diagnosis
Jenis-jenis diagnosis keperawatan dapat diuraikan sebagai berikut
(Carpenito, 2013; Potter & Perry, 2013).
1) Diagnosis aktual
Diagnosis aktual ini menggambarkan respon klien terhadap
kondisi kesehatan atau proses kehidupannya yang mengalami
masalah kesehatan. Dapat ditemukan dan di validasi tanda atau
gejala mayor minor pada klien.
2) Diagnosis Risiko
Diagnosis risiko ini menggambarkan respon klien pada kondisi
kesehatan atau proses kehidupannya yang dapat menyebabkan
klien beresiko mengalami kesehatan. Tanda atau gejala mayor
minor tidak di temukan pada klien, tetapi klien memiliki faktor
risiko mengalami masalah kesehatan.
3) Diagnosis Promosi Kesehatan
Gambaran pada diagnosis ini adalah adanya motivasi dan
keinginan klien untuk meningkatkan kondisi kesehatannya ke
tingkat yang lebih baik.

B. Masalah Keperawatan
Umumnya masalah keperawatan yang sering muncul pada pasien
dengan asma (SDKI, 2017)
1) Bersihan jalan napas tidak efektif
2) Gangguan pertukaran gas
3) Pola napas tidak efektif
4) Anisetas

Universitas Faletehan
8

Diagnosis keperawatan yang diambil pada KTI adalah pola napas tidak
efektif berhubungan dengan hambatan jalan napas.

3. Intervensi
Intervensi Keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang berdasar pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Tindakan keperawatan
adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat
untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan (SIKI, 2018)

Table 2.1 Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosis keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

Setelah dilakukan Manajemen jalan napas


Pola napas tidak efektif
berhubungan dengan tindakan intervensi selama
hambatan jalan napas 1x24 jam, maka pola - Monitor jalan napas
napas membaik dengan - Monitor bunyi napas
kriteria hasil : - Posisikan fowler atau
1. Wheezing menurun semi fowler
2. Dispnea menurun - Ajarkan terapi
3. Penggunaan bantu relaksasi napas dalam

napas menurun
4. Frekuensi napas
membaik

SUMBER: SDKI,SIKI,SLKI

4. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Ukuran
intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan
dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan
untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan
yang muncul dikemudian hari. Untuk kesuksesan pelaksanaan intervensi
keperawatan agar sesuai dengan rencana keperawatan, perawat harus
mempunyai kemampuan kognitif atau intelektual, kemampuan dalam
hubungan interpersonal, dan kemampuan melakukan tindakan. (Lestari,
C.E, dan Rosyidah, 2011)

Universitas Faletehan
9

5. Evaluasi
Keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan
keperawatan pasien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku pasien
yang tampil adalah definisi dari evaluasi. Menentukan perkembangan
kesehatan pasien, menilai efektifitas dan efisiensi tindakan keperawatan
mendapatkan umpan balik dari respon pasien, dan sebagai tanggung
jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan
merupakan tujuan dari evaluasi (Dermawan, 2012)

A. Konsep asma
1. Definisi
Asma merupakan penyakit kronis yang menganggu jalan napas
akibat adanya inflamasi dan perkembangan dinding dalam saluran
napas sehingga menjadi sangat sensitif terhadap masuknya benda
asing yang menimbulkan reaksi berlebihan. Akibatnya saluran
napas menyempit dan jumlah udara yang masuk dalam paru paru
berkurang, hal ini menyebabkan timbulnya napas berbunyi, batuk,
dada sesak, dan gangguan napas terutama pada malam dan dini hari
(Soedarto, 2012)
Jenis kelamin, umur pasien, faktor keturunan, faktor lingkungan,
serta status atopi merupakan beberapa faktor penyebab asma.
2. Klasifikasi
Asma dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Asma bronkiale merupakan penyakit hiperaktif dan
hipersensitif terhadap rangsangan dari luar, contohnya seperti
debu rumah, bulu binatang, asap, dan bahan lain penyebab
alergi. Gangguan asma bisa datang secara tiba-tiba, karena
gejala kemunculan sangat mendadak. Jika tidak mendapatkan
pertolongan secepatnya, resiko kematian bisa datang. Adanya
radang yang mengakibatkan penyempitan saluran pernafasan
dibagian bawah salah satu penyebab gangguan asma bronikal
bisa muncul. Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos
saluran pernafasan, pembengkakan selaput lendir, dan

Universitas Faletehan
10

pembentukan timbunan lendir yang berlebih (Iman Soemantri,


2012)
b. Asma kardial yaitu asma akibat terdapatnya kelainan jantung.
Gejala asma kardial ini biasanya muncul pada malam hari,
berbarengan dengan sesak nafas yang hebat. Biasanya terjadi
pada saat penderita sedang tidur. Kejadian ini disebut nocturnal
paraxymul dyspnea.
3. Etiologi
Faktor yang mempengaruhi terjadinya asma dibagi mennjadi faktor
yang menyebabkan perkembangan asma dan faktor yang memicu
gejala asma
1. Faktor host
a.) Genetik
Kecenderungan untuk menghasilkan kadar serum IgE total
yang meningkat bersamaan dengan 10 terjadinya
hiperresponsif jalan napas merupakan salah satu contoh
penyebab terjadinya asma yang disebabkan oleh faktor
genetic
b.) Obesitas
Efek obesitas pada mekanisme paru berpengaruh pada jalan
napas sehingga mengakibatkan penurunan fungsi paru,
dalam hal ini pasien obesitas memiliki pengurangan volume
cadangan respirasi dan pola napas yang berpengaruh
terhadap elastisitas otot polos dan fungsi saluran napas
lainnya
c.) Jenis kelamin beberapa penelitian menyebutkan bahwa di
usia dewasa perempuan cenderung lebih berisiko mengalami
asma dibandingkan laki-laki

2. Faktor lingkungan
a.) Alergan
Kekambuhan pada penyakit asma dapat disebabkan oleh
alergan. Alergan sendiri dibagi menjadi dua yaitu alergan
indoor dan outdoor. Alergan indoor adalah faktor pencetus

Universitas Faletehan
11

asma yang didapatkan dari dalam ruangan seperti debu


rumah dan bulu pada binatang. Sedangkan alergi yang
didapatkan dari luar rumah seperti serbuk pohon, gulma,
rumput, jamur merupakan alergi outdoor.
b.) Asap rokok penyebab penderita asma kurang responsif
terhadap pengobatan yang diberikan sehingga
mengakibatkan rendahnya kemungkinan dapat terkontrolnya
suatu penyakit asma pada penderita adalah asap rokok pada
perokok aktif maupun pasif. Hal ini menyebabkan
penurunan fungsi paru, meningkatkan keparahan asma.
(Gina, 2012)

4. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala Asma menurut Zulies (2016), tanda dan gejala
pada penderita asma dibagi menjadi dua yaitu :
1. Stadium dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol :
a.) Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
b.) Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga,
sifatnya hilang timbul
c.) Wheezing belum ada
d.) Belum ada kelainana bentuk thorak
e.) Ada peningkatan eosinofil darah dan IGE
f.) Blood gas analysis (BGA) belum patologis

Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan : a.


Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
b. Wheezing
c. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
d. Penurunan tekanan parial O2

2. Stadium lanjut/kronik
a.) Batuk, ronchi
b.) Sesak nafas berat dan dada seolah-olah tertekan
c.) Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
Universitas Faletehan
12

d.) Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)


e.) Thorak seperti barel chest
f.) Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
g.) Sianosis
h.) Blood gas analysis (BGA) Pa O2 kurang dari 80 %
i.) Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler
kanan dan kiri
j.) Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis repiratorik Bising
mengi (wheezing) yang terdengar dengan/ tanpa stetoskop,
batuk produktif, sering pada malam hari, nafas atau dada
seperti tertekan, ekspirasi memanjang.

5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien Asma Bronkhialie yaitu : a.
Pemeriksaan Radiologi
Pada asma gambaran radiologi umumnya normal. Pada saat
waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada
paruparu yakni radioulsen yang bertambah dan peleburan
rongga intercostialis, serta diafragma yang menurun.
b. Pemeriksaan darah
Pada saat pemeriksaan darah terkadang terdapat peningkatan
SGOT dan LDH, leukosit kadang-kadang diatas 15.000/mm3
dimana menandakan adanya suatu infeksi.
c. Pemeriksaan Tes Kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergan
yang dapat menimbulkan reaksi yanag positif pada pasien
asma.
d. Scanning Paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa
redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada
paru-paru
e. Spirometri
Untuk menunjukan adanya obstruksi jalan nafas reversible.
Pemeriksaan spirometri dilakukan sebelum dan sesudah

Universitas Faletehan
13

pemberian bronkodilator aerosol (Inhaler atau Nebulizer)


golongan adrenergik.

B. Konsep Relaksasi Napas Dalam


1. Definisi
Teknik relaksasi napas dalam merupakan bentuk asuhan keperawatan
untuk mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas
dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan
bagaimana menghembuskan napas secara perlahan. Selain dapat
menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam ini juga
dapat membuat hati terasa tentram dan berkurangnya rasa cemas
(Arfa, 2013).
Latihan napas dalam yaitu bentuk latihan napas yang terdiri dari
pernapasan abdomial (Diafragma) dan pursed lip breathing (lusinah,
indriyani, & suratun, 2012)

1. Tujuan
Tujuan teknik relaksasi napas dalam yaitu untuk meningkatkan
efesiensi batuk, memelihara pertukaran gas, mencegah atelekasi
paru, dan mengurangi tingkat stress yang baik itu stress fisik
maupun emosional sehingga dapat menurunkan intensitas nyeri
yang dirasakan oleh individu (Oliver, 2013)

2. Prosedur Relaksasi Napas Dalam


Bentuk pernafasan pada prosedur ini adalah pernafasan diafragma
selama inspirasi yang mengakibatkan pembesaran abdomen bagian
atas sejalan dengan desakan udara masuk selama inspirasi. Adapun
langkah-langkah nafas dalam adalah secara berikut : a. Ciptakan
lingkungan yang tenang dan nyaman
b. Atur posisi klien duduk atau tidur
c. Atur posisi klien agar rileks, tanpa beban fisik. Posisi dapat
duduk atau atau jika tidak mampu dapat berbaring ditempat
tidur.

Universitas Faletehan
14

d. Instrusikan klien untuk menarik atau menghirup napas dalam


dari hidung sehingga rongga paru-paru terisi oleh rongga udara
dari hitungan 1,2,3,4 kemudian ditahan 3-5 detik.
e. Instrusikan klien untuk menghembuskan napas, hitung sampai
3 secara perlahan. Hembuskan napas melalui mulut.
f. Ulangi sampai 10 kali , dengan selingi istirahat singkat setiap 5
kali
g. Lakukan maksimal 5-10 menit

C. Konsep Saturasi Oksigen (Sp0)


1. Definisi
Menurut Kozier (2011) saturasi oksigen merupakan seberapa banyak
presentase oksigen yang mampu dibawa oleh hemoglobin. Presentase
hemoglobin yang terikat dengan oksigen tersebut disebut saturasi
hemoglobin (Guyton & hall, 2012).
Oksimetri nadi merupakan alat non invasive yang mengukur
saturasi oksigen darah arteri pasien yang dipasang pada ujung jari,
ibu jari, hidung, atau dahi dan oksimetri nadi dapat mendeteksi
hipoksemia sebelum tanda dan gejala klinis yang muncul. Faktor
yang mempengaruhi saturasi O2 yaitu Hemoglobin.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa saturasi oksigen adalah seberapa banyak total oksigen yang
diikat oleh hemoglobin. Nilai normal saturasi oksigen yang diukur
menggunakan oksimetri nadi berkisaran antara 95-100%
(Septia, 2016)

2. Nilai Normal Saturasi Oksigen


Nilai normal saturasi oksigen yang diukur menggunakan oksimetri
nadi berkisaran antara 95-100% (Septia, 2016)

3. Cara Pengukuran Saturasi Oksigen


Pada penelitian ini menggunakan pulse oksimetri sebagai alat
pengukuran saturasi oksigen a. Alat
1.) Pulse oximetry beserta sensornya

Universitas Faletehan
15

b. Prosedur
1.) Cuci tangan
2.) Lokasi tempat sensor dibersihkan dari darah atau kotoran
lain
3.) Pilih sensor yang tepat sesuai tempat sensor
4.) Sambungkan oksimeter dengan menekan tombol power
on/off
5.) Set alarm secara tepat dan cek fungsi lainnya
6.) Sambungkan sensor lempeng / klip pada tangan / kaki /
telinga
7.) Untuk mematikan tekan kembali power on/off (tematik
intergratif, t.t)

Universitas Faletehan
16

BAB III
METODOLOGI PENELTITIAN

A. Rancangan Studi Kasus


Penelitian studi kasus adalah studi yang mengekplorasi suatu masalah
keperawatan dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang
mendalam dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian studi
kasus dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus yang dipelajari berupa
peristiwa, aktifitas atau individu.

Studi kasus merupakan metode penelitian yang cocok digunakan bilamana


pokok pertanyaan suatu penelitian berkaitan dengan “bagaimana” dan
“mengapa”, dimana fokus penelitiannya terletak pada fenomena
kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata, dan peneliti
hanya memiliki sedikit peluang atau tak mempunyai peluang sama sekali
untuk mengontrol peristiwa yang akan diselidiki. Kekuatan yang unik dari
metode studi kasus adalah kemampuannya untuk berhubungan dengan
berbagai jenis bukti yaitu dokumen, peralatan, wawancara, dan observasi.

Penelitian studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah


intervensi pemberian teknik relaksasi napas dalam untuk meningkatkan
saturasi oksigen pada pasien asma.

B. Subyek Studi Kasus


Pada sub bab ini dideskripsikan tentang karakteristik subyek penelitian
atau kasus yang akan diteliti. Subyek penelitian yang akan diggunakan
adalah 2 pasien (2kasus) dengan masalah pola napas tidak efektif, sesuai
dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
1. Kriteria inklusi
a. Pasien asma diruang IGD RSUD dr. Drajat Prawinegara Serang
b. Bersedia menjadi responden
c. Pasien dewasa

16

Universitas Faletehan
17

2. Kriteria Ekslusi
a. Terjadi Perubahan Diagnosa Medis
b. Ada Komplikasi
c. Klien pulang saat dilakukan penelitian pada hari pertama.

C. Fokus Studi
Penerapan intervensi pemberian teknik relaksasi napas dalam untuk
meningkatkan saturasi oksigen pada pasien asma

D. Definisi Operasional
1. Teknik relaksasi napas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klkien
bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan
ispirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara
perlahan, selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi
napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan
oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2009)
2. Saturasi oksigen adalah ukuran seberapa banyak presentase oksigen
yang mampu dibawa oleh hemoglobin. Oksimetri nadi merupakan alat
non invasive yang mengukur saturasi oksigen darah arteri pasien yang
dipasang pada ujung jari, ibu jari, hidung, atau dahi dan oksimetri nadi
dapat mendeteksi hipoksemia sebelum tanda dan gejala klinis muncul.
Faktor yang mempengaruhi saturasi O2 yaitu Hemoglobin (Kozir,
2010).

E. Tempat dan Waktu Penelitian


Peneliti mengambil lokasi di ruang IGD RSUD dr. Drajat Prawiranegara
Serang sedangkan waktunya pada bulan Juni 2022

F. Instrument Penelitian Studi Kasus


Menguraikan tentang alat yang digunakan dalam mengumpulkan data,
bagaimana cara menggunakannya dan seperti apa kriterianya.
Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam hal ini adalah pedoman
observasi, alat tulis dan pedoman wawancara.

Universitas Faletehan
18

1. Pedoman wawancara
Secara umum, penyusunan instrumen pengumpulan data berupa
pedoman wawancara dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut :
a. Mengadakan identifikasi terhadap faktor studi yang ada di dalam
rumusan judul penelitian
b. Melengkapi instrumen dengan pedoman atau instruksi dan kata
pengantar lebih lanjut.
c. Sebelum melakukan wawancara peneliti lebih dulu membuat
kisikisi pedoman wawancara
2. Pedoman Observasi
Instrumen kedua dalam penelitian ini adalah observasi. Secara umum,
penyusunan instrumen pengumpulan data berupa pedoman observasi
dilakukan dengan tahap sebagai berikut :
a. Mengadakan identifikasi terhadap fokus studi yang ada di dalam
rumusan judul penelitian
b. Melengkapi instrumen dengan pedoman atau instruksi
3. Alat tulis
Berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data
4. Nursing Kit
Berfungsi untuk mengukur tanda-tanda fital dengan fokus studi

G. Pengumpulan Data
Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang
digunakan :
1. Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas pasien, keluhan
utama, riwayat penyakit sekarang, dahulu, keluarga, dll) sumber data
dari pasien, keluarga, perawat lainnya.
2. Observasi dan pemeriksaan fisik ( dengan pendekatan IPPA : inspeksi,
palpasi, perkusi, askultasi) pada sistem tubuh pasien
3. Studi dokumentasi dan angket (hasil dari pemeriksaan diagnostik dan
data lain yang relevan).

Universitas Faletehan
19

H. Analisis data dan Penyajian Data


Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan
data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan
cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang
ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis
yang digunakan dengan cara Menarasikn jawaban-jawaban dari peneliti
yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang
dilakukan untuk menjawab rumusan masalah penelitian.

Teknik analisis yang digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan
studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya
diinterprpetasikan oleh peneliti dibandingkan teori yang ada sebagai bahan
untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, dan teks naratif. Kerahasiaan
dari responden dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari
responden. Data yang dikumpulkan terkait dengan pengkajian, diagnosis,
perencanaan, tindakan, dan evaluasi.

I. Etika Studi Kasus


Etika penelitian meliputi:
1. Informed Consent (informasi untuk responden)
Informed consent merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan
informan dengan memberikan persetujuan kepada responden sebelum
penelitian dilakasanakan. Setelah calon responden memahami atas
penjelasan peneliti terkait penelitian ini, selanjutnya peneliti
memberikan lembar informed consent untuk ditandatangani oleh
sample penelitian.

2. Anominity (tanpa nama)


Merupakan usaha menjaga kerahasiaan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan data responden. Pada aspek ini peneliti tidak mencantumkan
nama responden pada kuisioner dan hanya diberikan kode atau nomor
responden.

Universitas Faletehan
20

3. Confidentiality (kerahasiaan informasi)


Semua informasi yang telah dikumpulkan dari responden ddijamin
kerahasiaannya oleh peneliti. Pada aspek ini, data yang sudah
terkumpul dari responden benar-benar bersifat rahasia dan
penyimpanannya dilakukan difilrr khusus yang benar-benar milik
pribadi

Universitas Faletehan
21

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Pada bab ini akan menjelaskan hasil penelitian yang telah dilakukan
bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai penatalaksanaan
intervensi teknik relaksasi napas dalam untuk meningkatkan saturasi
oksigen pada pasien asma diruang IGD RSUD dr. Dradjat Prawinegara
Serang tahun 2022 sebanyak 2 pasien dengan pasien asma bronkial yang
memenuhi syarat dan berpartisipasi dalam penelitian ini

Analisis data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya


dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis data yang digunakan
dengan cara menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil
interprestasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab
rumusan masalah. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh
peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data. Untuk selanjutnya
diinterprestasikan dan dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk
memberikan rekomendasi dan intervensi tersebut.

Penyajian data yang akan dilakukan berupa dengan tabel atau teks naratif.
Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis,
perencanaan, tindakan dan evaluasi.

Penyajian dan penjelasan hasil dibagi dalam 2 bagian yaitu, pertama


penyajian data karakteristik pasien meliputi data pengkajian. Data
demografi meliputi inisial pasien, umur, status pernikahan, pendidikan,
pekerjaan, agama, bahasa, suku bangsa dan alamat dilanjutkan dengan
keluhan utama, Riwayat penyakit sekarang, Riwayat penyakit dahulu,
Riwayat keluarga, Hasil observasi, pemeriksaan fisik (sesuai kebutuhan),
Analisa data dan diagnosa keperawatan. Bagian kedua memaparkan hasil
penelitian berupa intervensi, implementasi dan evaluasi.

21
Universitas Faletehan
22

1. Karakteristik pasien
a. Identitas pasien
Tabel 4.1 Identitas pasien
IDENTITAS PASIEN 1 (P1) PASIEN 2 (P2)

Inisial Pasien Ny. S Ny. S


Umur 22 tahun 36 tahun
Status Pernikahan Belum Menikah Sudah Menikah
Pendidikan SLTA SLTA
Pekerjaan Buruh Ibu rumah tangga
Agama Islam Islam
Bahasa Sunda Jawa Serang
Suku Bangsa Indonesia Indonesia
Alamat Cigadung, Pandeglang Kragilan, Serang
6 Juni 2022
Tanggal MRS 7 Juni 2022 10 Juni 2022
Tanggal Pengkajian 10 Juni 2022

keluhan utama penyakit Sesak napas dan mual Sesak napas dan mual

Riwayat Pasien datang ke IGD Pasien datang ke IGD


sekarang dengan keluhan sesak datang keluhan sesak
napas sejak pagi hari napas 1 bulan yang
dan tidak nafsu makan lalu, memberat
karena mual 2minggu MRS. pasien
penyakit juga
mengeluh ulu hati

Riwayat Pasien sebelumnya

dahulu sudah mengalami Pasien mengatakan


keluhan yang sama sebelumnya tidak
sejak kecil dan pernah mempunyai riwayat
dirawat dirumah sakit infeksi paru , hipertensi
yang sama dengan dan DM
diagnose asma
bronchial

Universitas Faletehan
23

Riwayat penyakit Pasien mengatakan Klien mengatakan tidak


keluarga tidak ada riwayat
mempunyai riwayat
penyakit infeksi paru
didalam keluarganya penyakit keluarga

b. Hasil Observasi, Pemeriksaan Fisik


Tabel 4.2 Hasil Observasi, Pemeriksaan Fisik
Observasi Pasien 1 (P1) Pasien 2 (P2)

Suhu 36, 5 C 37,7 C


Nadi 109x/ menit 102x/ menit
Respirasi 30x/menit 24x/menit
TD 129/79 mmHg 110/72
GCS 15 15
SpO2 93% 99%

Primary survey
Airway jalan napas bebas tidak jalan napas bebas tidak
ada sumbatan, namun ada sumbatan, namun
pasien tampak sesak pasien tampak sesak

Breathing Respirasi 30x/menit, Respirasi 24x/menit,


SpO2 93%, pasien SpO2 99%, pasien
tampak sesak saat tampak sesak saat
bernapas TD bernapas TD
Circulation = 129/79 = 110/72
N = 109x/menit N = 102x/menit
S = 36,5 C S = 37,7 C
CRT < 2 detik, akral CRT < 2 detik, akral
hangat, turgor kulit hangat, turgor kulit
kembali dalam 1 detik kembali dalam 1 detik

Keadaan umum baik, Keadaan umum baik,


Disability
kesadaran kesadaran
composmentis, dengan composmentis, dengan
nilai GCS 15 ( E :4 , M nilai GCS 15 (E : 4, M :
:6 , V : 5 ) 6, V :5)

Observasi Pasien 1 (P1) Pasien 2 (P2)

Universitas Faletehan
24

Secondary
survey
Pengkajian dan data Pengkajian dan data
Sign and
simptomps yang didapatkan pada yang didapatkan pada
pasien Ny. S dengan pasien Ny. S dengan
asma diantaranya : asma diantaranya :
Respirasi 30x/menit, Respirasi 24x/menit,
kesulitan tidur, mual kesulitan tidur, mual
muntah, tekanan darah muntah, tekanan darah
129/79 mmHg, Nadi 110/72 mmHg, Nadi
109x/menit, Saturasi 102x/menit,
Oksigen 93%, pucat Saturasi Oksigen 99%
mukosa bibir, CRT < 2 pucat mukosa bibir, CRT
detik < 2 detik

Keluarga pasien Keluarga pasien


mengatakan bahwa Ny. mengatakan bahwa Ny.
Allergies S alergi terhadap bulu S alergi dengan debu
binatang

Pasien mengatakan Pasien mengatakan


sebelumnya pernah sebelumnya belum
Medications dirawat dirumah sakit pernah dirawat dirumah
dengan penyakit yang sakit dengan penyakit
sama yang sama

Keluarga Ny. S Keluarga Ny. S


mengatakan bahwa Ny. mengatakan bahwa Ny.

Pertinent S mempunya riwayat S tidak mempunyai

history penyakit asma sejak riwayat asma


kecil

Keluarga pasien Keluarga pasien


mengatakan bahwa
mengatakan bahwa
pasien tidak nafsu
makan sebelum masuk pasien tidak nafsu
Last meal
rumah sakit
makan sebelum masuk
rumah
sakit

medical

Universitas Faletehan
25

Events Surrounding Pasien mengatakan Pasien mengatakan


dibawa kerumah sakit dibawa kerumah sakit
This Incident
karena sesak selama karena sesak selama 3
satu hari yang lalu, hari yang lalu disertai
dengan mual muntah, mual muntah
tidak nafsu makan,
demam, nyeri dada
sebelah kanan, lemas.

Observasi Pasien 1 (P1) Pasien 2 (P2)

Pemeriksaan fisik
Kepala Inspeksi : Inspeksi :
Bentuk kepala bulat, Bentuk kepala bulat,
pertumbuhan rambut pertumbuhan rambut
lebat, rambut terlihat lebat, rambut terlihat
bersih. Palpasi : bersih Palpasi :
Saat di palpasi pasien Saat dipalpasi pasien
mengatakan tidak ada mengatakan tidak ada
nyeri tekan nyeri tekan

Inspeksi : Inspeksi :
Mata simetris, sklera Mata simetris, sklera
Mata
anikterik, konjungtiva anikterik, konjungtiva
ananemis, pupil isokor, ananemis, pupil isokor,
reflek mengedip baik, reflek mengedip baik,
lapang pandang baik, lapang pandang baik,
pergerakan bola mata pergerakan bola mata
baik. baik.

Inspeksi : Inspeksi :
Bentuk simetris Bentuk simetris, tidak
Telinga terdapat serumen terdapatserumen
sedikit, pendengaran baik
pendengaran Palpasi :
kurang baik Tidak ada nyeri tekan
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan Inspeksi :

Universitas Faletehan
26

Bentuk simetris, tidak


Hidung Inspeksi : ada secret, fungsi
Bentuk simetris, tidak penciuman baik
ada secret, fungsi Palpasi :
penciuman baik Palpasi Tidak ada nyeri tekan
:
Tidak ada nyeri tekan Inspeksi :
Bentuk mulut simetris,
Inspeksi : mukosa bibir lembab,
Mulut
Bentuk mulut simetris, kebersihan mulut bersih,
mukosa bibir lembab, indra perasa baik.
kebersihan mulut Palpasi:
bersih, indra Kekuatan otot lidah baik,
perasa baik. tidak ada nyeri tekan
Palpasi:
Kekuatan otot lidah
baik, tidak ada nyeri
tekan Inspeksi :
Tidak terdapat benjolan,
Inspeksi : reflek menelan baik,
Leher Tidak terdapat tidak ada pembesaran
benjolan, reflek kelenjar tiroid Palpasi
menelan baik, tidak ada :
pembesaran Tidak ada nyeri tekan
kelenjar tiroid Palpasi
: Inspeksi :
Tidak ada nyeri tekan Bentuk dada simetris,
sesak napas, frekuensi

Dada Inspeksi : napas 24x/menit.


Bentuk dada simetris,
sesak napas, frekuensi
napas 30x/menit. Palpasi :
Taktil fremitus
seimbang kiri dan kanan
Palpasi : Perkusi :
Taktil fremitus Suara resonan pada
seimbang kiri dan kanan seluruh lapang paru
Perkusi : Auskultasi :

Universitas Faletehan
27

Suara resonan pada Suara napas wheezing


seluruh lapang paru
Auskultasi : Inspeksi :
Suara napas wheezing Bentuk abdomen

Abdomen simetris, warna


Inspeksi : sama dengan
Bentuk abdomen anggota tubuuh lain.
simetris, warna sama Auskultasi :
dengan anggota tubuh Bising usus 5x/menit
lain. Palpasi :
Auskultasi : Tidak terdapat
Bising usus 5x/menit pembesaran hepar, limfa,
Palpasi : dan ginjal
Tidak terdapat
pembesaran hepar, Terpasang infus
limfa, dan ginjal di tangan
sebelah kanan, kekuatan
Ekstremitas atas Terpasang infus di otot baik,
tangan sebelah kanan, rentang gerak baik, tidak
kekuatan otot baik, ada nyeri tekan
rentang gerak baik,
tidak ada nyeri tekan Kekuatan otot
ekstremitas bawah baik
rentang gerak baik, tidak
Ekstremitas bawah Kekuatan otot ada nyeri tekan
ekstremitas bawah baik,
rentang gerak baik, tidak
ada nyeri tekan.

c. Analisa Data

Tabel 4.3 Analisa Data


DATA ETIOLOGI MASALAH
Pasien 1 infeksi , polusi, alergen, Pola napas tidak
genetic
masuk
efektif
DS : saluran
Pasien mengatakan sesak pernapasan
napas dan nyeri dada

Universitas Faletehan
28

DO : iritasi saluran mukosa


Pasien terlihat kesulitan pernapasan

untuk bernapas,
terdengar suara wheezing reaksi inflamasi
TTV : hipertropi
TD : 129/79 dan
hiperplasia mukosa
N : 109x/menit
bronkus
S : 36,5 C
RR : 30x/menit metaplasia sel golbet
SPO2 : 93%
penyempitan saluran
pernapasan

pola napas tidak efektif

Pasien 2 inspeksi , polusi, Pola napas tidak


alergen, genetic
efektif

masuk saluran
pernapasan
DS :
Pasien mengatakan sesak iritasi mukosa saluran
napas pernapasan

reaksi inflamasi

DO :
Pasien terlihat kesulitan hiperterapi dan
hiperplasia mukosa
untuk bernapas,
bronkus
terdengar suara wheezing
TTV :
TD : 110/72 mmHg metaplasia sel globet

N : 102x/menit
S : 37,7
RR : 24x/menit penyempitan saluran
SPO2 : 99% pernapasan

pola napas tidak efektif

Universitas Faletehan
29

d. Diagnosis Keperawatan
Tabel 4.4 Diagnosis Keperawatan
DATA DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Pasien 1 pola napas tidak efektif berhubungan


dengan hambatan jalan napas
DS :
Pasien mengatakan sesak napas

DO :
Pasien terlihat kesulitan untuk
bernapas terdengar suara wheezing

TTV :
TD : 129/79 mmHg
N : 109x/menit
S : 36,5 C
RR : 30x/menit
SPO2 : 93%

Pasien 2 pola napas tidak efektif berhubungan


dengan hambatan jalan napas
DS :
Pasien mengatakan sesak napas

DO :
Pasien terlihat kesulitan untuk
bernapas terdengar suara wheezing

TTV :
TD : 110/72 mmHg
N :102x/menit
S : 37,7 C
RR :24x/menit
SPO2 : 99%

Universitas Faletehan
30

e. Gambaran Hasil Penelitian


Hasil penelitian ini merupakan hasil analisa dari tindakan yang
dilakukan oleh perawat dalam rangka memenuhi kebutuhan
saturasi oksigen dengan cara tindakan teknik relaksasi napas dalam
dengan prosedur sebagai berikut :
1.) Ciptakan lingkungan yang tenang
2.) Usahakan tetap rileks dan tenang menarik napas dari dalam
hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui hitungan
1,2,3.
3.) Perlahan lahan udara dihembuskan melalui sambil merasakan
ekstremitas atas dan ekstremitas bawah rileks
4.) Anjurkan bernapas dengan irama normal 3 kali.
5.) Menarik napas lagi melalui hidung dan menghembuskan
melalui mulut secara perlahan-lahan.
6.) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks. Usahakan agar
tetep konstentrasi / mata sambil terpejam.
7.) Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri.
8.) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa
berkurang.
9.) Ulangi sampai 15 kali,dengan selingi istirahat singkat setiap
5 kali.
10.) Bila nyeri menjadi hebat,seseorang dapat bernapas secara
dangkal dan cepat.

Teknik penyajian data tentang pelaksanaan dapat dibuat dalam bentuk


tabel, dapat memuat informasi/ catatan terintegrasi disesuaikan dengan
waktu tindakan

Universitas Faletehan
31

Tabel 4.5 Gambaran hasil Penelitian


Implementasi
pasien Intervensi Evaluasi
(p) Tanggal Pelaksanaan dan respon

P1 1. Monitor pola napas 7 Juni 1. Memonitor pola S : pasien


2. Monitor bunyi 2022 napas R/S : pasien mengatakan
napas 11.15 mengatakan sesak napas
3. Ukur saturasi WIB sesak napas sedikit
oksigen R/O : pasien terlihat berkurang O
menggunakan kesulitan : spo2 96%
oksimetri nadi 2. untuk bernapas A : masalah
4. Ajarkan terapi Memonitor bunyi belum teratasi
relaksasi napas napas R/S : - R/O : tindakan
dalam terdengar suara dilanjutkan P
: intervensi
3. wheezing
dilanjutkan
Mengukur saturasi
oksigen
menggunakan
oksimetri nadi
5. Ukur saturasi R/S : -
oksigen 4. R/0 : SPO2 93%
menggunakan Mengajarkan teknik
oksimetri nadi relaksasi
napas dalam
R/S : pasien
mengatakan
sesak napas
sedikit
berkurang
R/O : pasien tampak
5. mengikuti
arahan teknik
relaksasi
napas dalam
Mengukur saturasi
oksigen
menggunakan
oksimetri nadi

R/S : -
R/O : SPO2 96%
P2 1. Monitor pola napas 10 juni 1. Monitor pola napas S : pasien
2. Monitor bunyi napas 2022 R/S : pasien mengatakan
Ukur saturasi 11.35 mengatakan sesak sesak napas
3. oksigen WIB napas sedikit
menggunakan R/O : pasien terlihat berkurang
oksimetri nadi kesulitan O : spo2
Ajarkan terapi untuk A : masalah
4. relaksasi napas bernafas belum teratasi
2.
dalam Memonitor bunyi tindakan
napas R/S : - dilanjutkan

Universitas Faletehan
32

5. Ukur saturasi 3. R/O : terdengar suara P : intervensi


oksigen wheezing dilanjutkan
menggunakan Mengukur saturasi
oksimetri nadi oksigen
menggunakan
4. oksimetri nadi R/S :-
R/O : SPO2 99%
Mengajarkan
terapi
relaksasi
napas dalam
R/S :
pasien
mengatakan
sesak napas
sedikit
5. berkurang
R/O : pasien tampak
mengikuti
arahan teknik
relaksasi
napas dalam
Mengukur saturasi
oksigen
menggunakan
oksimetri nadi R/S : -
R/O : SPO2 100%

B. Pembahasan
Pembahasan dalam hal ini berisi perbandingan antara tinjauan pustaka
dengan tinjauan kasus yang disajikan untuk menjawab tujuan khusus.
Setiap temuan perbedaan diuraikan dengan konsep pembahasan disusun
sesuai dengan tujuan khusus. Pembahasan berisi tentang mengapa (why)
dan bagaimana (how). Urutan penulis berdasarkan paragraph adalah F-
TO (Fakta-Teori-Opini)

Isi pembahasan dengan tujuan khusus yaitu :


1. Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada pasien 1 dan 2
ditemukan data sebagai berikut :
Pasien 1 dengan inisial Ny. S adalah seorang perempuan berusia 22
tahun, pasien seorang buruh, pasien beragama Islam, pasien bersuku
Sunda, bangsa Indonesia, pasien bertempat tinggal di cigadung
pandeglang banten, tanggal pengkajian 7 juni 2022 pukul 11.15
WIB.
Universitas Faletehan
33

Dengan diagnosis medis asma. Keluhan utama pasien yaitu sesak


napas setelah dilakukan pengkajian pasien mengatakan sesak napas
dan napas cepat dan bunyi napas wheezing. Dan setelah dilakukan
pemeriksaan fisik dengan metode ABC dan didapatkan hasil nadi
109x/menit, Respirasi 30x/menit, tekanan darah 129/79 mmHg, suhu
36,5 ℃, SPo2 93% kesadaran composmentis dan keadaan umum
baik.

Pada pasien 2 dengan inisial Ny. S adalah seorang perempuan


dengan usia 36 Tahun seorang ibu rumah tangga, pasien beragama
islam, bersuku jawa, bangsa Indonesia, pasien bertempat tinggal di
Kragilan, serang. Tanggal pengkajian 10 juni 2022 pukul 11.35
WIB. Dengan Diagnosis medis asma. Keluhan utama pasien yaitu
sesak napas. Setelah dilakukan pengkajian pasien mengatakan sesak
napas dan napas cepat dan bunyi napas wheezing. Dan setelah
dilakukan pemeriksaan fisik dengan menggunakan metode ABC dan
didapatkan hasil nadi 102 x/menit respirasi 24x/menit, tekanan darah
110/72 mmHg, Suhu 37,7 C, SpO2 99%. Kesadaran composmentis
kesadaran umum baik.

Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk


mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah kebutuhan kesehatan
dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan.
Tujuan dari pengkajian adalah untuk memperoleh informasi tentang
keadaan kesehatan pasien, menentukan masalah keperawatan dari
kesehatan pasien, menilai keadaan kesehatan pasien, membuat
keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah berikutnya
(Dermawan, 2012).

Pada kasus ini penulis melakukan pengkajian sesuai teori dengan


mnggunakan metode anamnesa/wawancara, setiap pasien
mengatakan sesak napas. Pada tahap ini penulis tidak menemukan
kesenjangan data karena menurut teori dan data hasil pengkajian
hampir sama yaitu keduanya merasakan sesak napas.
Universitas Faletehan
34

2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai


respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan
yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial.
Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons
klien individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (SDKI, 2017).

Diagnosis yang dirumuskan pada kasus ini yaitu, pada pasien 1


dan pasien 2 terdapat masalah keperawatan yang sama yaitu
Pola napas tidak efektif. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan tidak ditemukan adanya perbedaan diagnosis antara
kedua pasien karena pasien 1 dan pasien 2 mengalami keluhan
yang sama.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tidak


ditemukan adanya perbedaan diagnosis antara kedua pasien
karena kedua pasien mengatakan sesak, pernapasan 30x/menit
dan SpO2 93% pada pasien 1, sedangkan pasien 2 mengatakan
sesak napas, pernapasan 24x/menit dengan SpO2 99%.

3. Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu proses didalam pemecahan
masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa
yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan,
siapa yang melakukan dari semua Tindakan keperawatan.
(Deden,2012)

Pada penelitian ini penulis menyususn intervensi teknik relaksasi


napas dalam berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Anita yulia, Dahrizal, Widia Lestari (2019) yang
berjudul “Pengaruh Nafas Dalam dan Posisi Terhadap Saturasi
Oksigen dan Frekuensi Nafas Pada Pasien Asma”
menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pemberian
intervensi nafas dalam dan posisi terhadap nilai saturasi oksigen

Universitas Faletehan
35

dan frekuensi nafas pada pasien asma. Intervensi nafas dalam


dan posisi dapat diterapkan pada pasien asma

4. Implementasi
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan
rencana asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi
keperawatan untuk membantu pasien mencapai tujuan yang
ditetapkan. Implementasi tindakan keperawatan dibedakan
menjadi 3 kategori yaitu : independent (suatu kegiatan yang
dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk dari dokter atau tenaga
kesehatan lainnya), interdependent (suatu kegiatan yang
memerlukan kerjasama dari tenaga kesehatan lain) dan
dependent (berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan
medis atau instruksi dari tenaga medis) (Asmadi, 2008).

Penulis melaksanakan implementasi selama 1 hari saat pasien


berada di IGD. Untuk pasien 1 (Ny.S) dan pasien 2 (Ny. S)
implementasi dilakukan pada tanggal 7 Juni 2022 .

Implementasi yang diberikan berdasarkan intervensi yang telah


disusun yaitu Teknik Relaksasi Napas Dalam dan Posisi Semi
Fowler.

5. Evaluasi

Evaluasi telah dilakukan sesuai dengan konsep evaluasi sumatif


yaitu dengan metode SOAP. Evaluasi dilakukan selama 1 hari
dengan hasil pasien 1 (Ny.S) dan pasien 2 (Ny. S) yang
menggunakan Teknik relaksasi napas dalam pasien mengatakan
merasa lebih tenang tetapi masih merasa sesak, dan masalah
sedikit teratasi.

Dengan hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti tidak


menemukan adanya kesenjangan antara teori dan hasil peneliti
dilakukan oleh penliti saat ini.

Universitas Faletehan
36

Tabel 4.6 Perbandingan Saturasi Oksigen


Pasien Status pernapasan Sebelum Sesudah
diberikan Teknik diberikan Teknik
(P) relaksasi relaksasi
napas napas
dalam dalam
P1 SPO2 93% 96%

P2 SP02 99% 100%

Universitas Faletehan
37

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. S dan Ny. S
dengan Asma diruang instalasi gawat darurat (IGD) RSUD dr. Dradjat
Prawiranegara serang dari tanggal 7 Juni 2022, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian tidak dapat kesenjangan antara teori dan kasus,
dimana pada kasus ditemukan penurunan saturasi oksigen, penggunaan
otot bantu napas, penulis mendapatka data dari hasil wawancara
dengan pasien Ny. S dan Ny. S Dan observasi langsung pada pasien
yang kemudian dianalisis dan ditegakan menjadi suatu diagnosis
2. Diagnosis keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian pada Ny. S dan Ny. S ditemukan
diagnosa keperawatan pola napas tidak efektif berhubungan dengan
hambatan jalan napas
3. Intervensi
Intervensi yang disusun oleh penulis dengan diagnosis diatas adalah
metode meningkatkan saturasi oksigen pada pasien asma non
farmakologi yaitu teknik relaksasi napas dalam. Rencana keperawatan
yang disusun penulis sesuai dengan etiologi dan masalah keperawatan
yang muncul, serta disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pasien.
4. Implementasi
Dalam tahap implementasi, penulis melakukan semua rencana
keperawatan yang telah dibuat. Tidak terdapat kesenjangan antara
rencana keperawatan secara teori dengan rencana keperawatan yang
dilakukan
5. Evaluasi
Tahap evaluasi yang dilakukan yaitu bertujuan untuk menilai sejauh
mana keberhasilan yang dicapai. Tahap evaluasi ini merupakan tahap

37

Universitas Faletehan
38

akhir dari proses keperawatan yang berguna untuk menilai kemajuan


pasien. Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diagnosis Asma
sebagian sudah teratasi, pola napas tidak efektif yang berhubungan
dengan hambatan jalan napas sudah teratasi sebagian dan terjadi
peningkatan saturasi oksigen pada pasien pada kedua pasien. Pasien
masih dalam pemantauan dokter dan perawat, maka intervensi
dilanjutkan oleh perawat ruangan

B. Saran
Setelah penulis melakukan tindakan keperawatan intervensi pemberian
teknik relaksasi napas dalam pada pasien Ny. S dan Ny. S maka penulis
menyampaikan saran yang menjadikan bahan pertimbangan kearah yang
lebih baik, yaitu sebagai berikut :
1. Bagi Rumah Sakit dr. Dradjat Prawiranegara
Bagi rumah sakit dr. Dradjat Prawiranegara khusus nya diruang IGD,
agar bisa mempertimbangkan pemberian terapi non-farmakologis
seperti intervensi pemberian teknik relaksasi napas dalam untuk
membantu permasalahan yang dialami pasien dengan masalah
penurunan saturasi.
2. Bagi Universitas Faletehan
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi literature ilmiah di bidang
keperawatan. Disarankan untuk lebih meningkatkan pengetahuan
mahasiswa mengenai terapi non-farmakologis yang dimana hasilnya
bisa diaplikasikan tidak hanya dilahan praktik
3. Bagi penelitian selanjutnya
Diharapkan penelitian ini bisa dijadikan literature untuk penelitian
selanjutnya yang akan datang. Dan dikembangkan dan atau
diaplikasikan tidak hanya pada pasien Asma saja tetapi pasien dengan
diagnosis medis lain yang mengalami penurunan saturasi oksigen

Universitas Faletehan
39

DAFTAR PUSTAKA

Arfa, 2013 Pengaruh Teknik RElaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan


NyeriPada Pasien Post-Oprasi Appendisitis Di Ruangan Bedah RSUD
Prof. Dr. Hi Aloei Saboe Kota Gorontalo, Tesis. Universitas Negeri
Gorontalo
Black, Joyce M. & Jane Hokanson Hawks. (2009). Keperawatan Medikal Bedah.
Singapura: Elsevier
Dermawan, D. (2010). Proses Keperawtan Perencanaan Konsep dan Kerangka
Kerja. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Dermawan, D. (2012). Proses Keperawatan Penerapan Konsep & Kerangka
Kerja (1st ed.). Yogyakarta: Gosyen Publishing.
GINA (Global Initiative for Astma), 2015, Pocket Guide For Asthma Management
and Prevention
Herdman. 2015. NANDA international inc nursing diagnoses:definitions &
classification 2015-2017.jakarta: EGC
Kozier. (2010). Buku Ajar Praktik Keperwatan klinis. Edisi 5. Jakarta: EGC
Mardalena, I. (2017). Asuhan keperawatan Gawat Darurat. PUSTAKA BARU
PRESS.
RISKESDAS.(2018).Hasil Utama RISKESDAS. (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia).
Smeltzer & Bare. (2009). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth . Jakarta: EGC
Somantri, Iman. (2012). Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan
pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba
Medika.

Universitas Faletehan
FORMAT TUGAS AKHIR
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2021-2022

Nama : Ibnu Humam

NIM : 3019041057

Judul : Intervensi Pemberian Teknik Relaksasi Napas Dalam Untuk


Meningkatkan Saturasi Oksigen Pada Pasien Asma Diruang
Instalansi Gawat Darurat (IGD) RS dr. Dradjat Prawiranegara
Serang Tahun 2022

Pembimbing : Ns. Fatoni., S.Kep.,M.Kep

No Tanggal Kegiatan Paraf


Bimbingan Pembimbing
1. 11 Februari 2022 Konsul Judul KTI

2. 08 Maret 2022 Konsul Bab 1 sampai Bab 3

3. 15 Maret 2022 Revisi Bab 1 sampai Bab 3

4. 22 Maret 2022 Acc Sempro

5. 18 Juni 2022 Konsul Bab 4 – 5

6. 20 Juni 2022 Acc Sidang KTI

7. 22 Juni 2022 Sidang Akhir

Serang , juni 2022


Ketua program studi DIII
Keperawatan

Agus SustiyonoS.Kep.,M.Kep
Nik : 12.02.057
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI Nama : Ibnu Humam


Tempat, Tanggal Lahir : Lebak, 14 februari 2001
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Golongan Darah :-
Alamat : Kp. Citeras Mulyasari Desa. Cemplang Kec. Jawilan
Serang-Banten
No. Hp : 0878-1306-7280
Email : Ibnuhumam97@gmail.com

II. RIWAYAT PENDIDIKAN


1. SD : SD Negeri Citeras (2007-2013)
2. SMP : SMP Negeri 2 Rangkasbitung (2013-2016)
3. SMA : SMA Negeri 2 Rnngkasbitung (2016-2019)
4. Diploma III Universitas Faletehan Serang

III. PENGALAMAN ORGANISASI


1. Pramuka SD
2. Pramuka SMP
3. Olahraga SMP
4. Pramuka SMA
5. Olahraga SMA
Pengaruh Nafas Dalam dan Posisi Terhadap Saturasi Oksigen
dan Frekuensi Nafas Pada Pasien Asma

Anita Yulia1, Dahrizal2, Widia Lestari3


1
Prodi DIV Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Bengkulu, Indonesia
2,3
Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Bengkulu, Indonesia anitayulia06@gmail.com

Abstract

Asthma is a disorder of chronic inflammation of the airways which causes shortness of breath so that
in clinical conditions there will be a decrease in oxygen saturation. One intervention that can be done
in asthma patients to maximize pulmonary ventilation is diaphragmatic breathing exercises. This
study aimed to determine the effect of deep breath and position on the oxygen saturation (SpO2) and
respiratory rate (RR)in asthma patients. This study used a quasi-experimental design with
pretestposttest with control group. In this study the sample was taken using consequtives sampling
with 15 people in one group and the entire study sample was 30 people. Measuring the SpO2 value of
patients using Oxymetri and the frequency of breathing using a stopwatch for one minute. Intervention
of deep breathing techniques and positioning and after observation for 30 minutes. The analysis used
the Mann Whitney test. The results of the study showed the influence of deep breathing intervention
and position on the SpO2 value of asthma patients (P Value = 0.001) and there was influence of deep
breathing intervention and position on the RR value of asthma patients (P Value = 0.001). Asthma can
be realized by proper management of asthma. Appropriate management includes making lung
function close to normal, preventing recurrence of the disease to prevent death.

Keyword: asthma, diaphragmatic breathing, position, relaxation tehnic

Abstrak

Asma adalah kelainan inflamasi kronik saluran napas yang menyebabkan sesak napas sehingga dalam
keadaan klinis dapat terjadi penurunan saturasi oksigen. Salah satu intervensi yang dapat dilakukan
pada pasien asma untuk memaksimalkan ventilasi paru adalah latihan pernapasan diafragma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intervensi nafas dalam dan posisi terhadap nilai
saturasi oksigen dan frekuensi nafas pada pasien Asma. Desain yang digunakan dalam penelitian ini
adalah quasi eksperimen dengan rancangan pretest-posttest with control group. Dalam penelitian ini
sampel diambil menggunakan consequtive sampling dengan 15 orang dalam satu kelompok dan
seluruh sampel penelitian adalah 30 orang. Pengukuran nilai SpO2 pasien dengan menggunakan
oxymetri dan frekuensi nafas menggunakan stopwatch selama satu menit. Intervensi teknik nafas
dalam dan pengaturan posisi dan setelah observasi selama 30 menit. Analisis yang digunakakan uji
mann whitney. Hasil penelitian ada pengaruh intervensi nafas dalam dan posisi terhadap nilai SpO2
pasien asma (P Value = 0,001) dan ada pengaruh intervensi nafas dalam dan posisi terhadap nilai RR
pasien asma (P Value = 0,001). Peningkatan kualitas hidup pasien asma dapat diwujudkan dengan
penatalaksanaan asma yang tepat. Penatalaksanaan yang tepat diantaranya membuat fungsi paru
mendekati nilai normal, mencegah kekambuhan penyakit hingga mencegah kematian.

Kata kunci: asma, nafas dalam, posisi, teknik relaksasi


Jurnal Keperawatan Raflesia, Volume 1 Nomor 1, Mei 2019
ISSN: 2656-6222, DOI 10.33088/jkr.vlil.398
Available online: https://jurnal.poltekkes-kemenkes-bengkulu.ac.id/index.php/jkr
67
PENDAHULUAN pasien asma, dan pada tahun 2017 dari
JanuariOktober terdapat 312 pasien asma.
Asma merupakan kelainan berupa
inflamasi kronik saluran napas yang dapat Keluhan utama yang sering terjadi pada
menyebabkan hiperreaktivitas bronkus penderita asma adalah sesak napas, sesak
terhadap berbagai rangsangan yang dapat napas dapat terjadi karena disebabkan oleh
menimbulkan gejala seperti mengi, batuk, adanya penyempitan saluran napas karena
sesak napas dan dada terasa berat terutama hiperreaktivitas dari saluran napas
pada malam dan atau dini hari yang sehingga dapat menyebabkan
umumnya bersifat reversibel baik dengan bronkospasme, infiltrasi sel inflamasi yang
atau tanpa pengobatan (Depkes RI, 2009). menetap, edema mukosa, dan hipersekresi
Penyakit asma telah menjadi masalah mukus yang kental (Price & Wilson,
kesehatan global yang diderita oleh 2006). Hal tersebut menyebabkan
seluruh kelompok usia (GINA, 2015). penurunan kapasitas vital paru diikuti
dengan peningkatan residu fungsional dan
Data dari WHO (2017) bahwa prevalensi volume residu paru yang menyebabkan
asma saat ini masih tinggi, diperkirakan konsentrasi oksigen dalam darah akan
panderita asma di seluruh dunia mencapai berkurang serta dalam keadaan klinis akan
235 juta orang dan kematian yang menyebabkan terjadinya penurunan
disebabkan oleh asma paling banyak saturasi oksigen (Guyton, 2007). Saturasi
terjadi pada negara miskin serta negara oksigen (SpO2) merupakan ukuran
berkembang. Berdasarkan data dari Riset seberapa banyak presentase oksigen yang
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 dapat dibawa oleh hemoglobin yang
bahwa prevalensi asma di Indonesia diukur dengan menggunakan oximetri.
adalah 4,5%, dengan prevalensi asma di Menurut Sudoyo et al (2009) pengukuran
propinsi Bengkulu adalah 2,0%, saturasi oksigen perlu dilakukan pada
sedangkan data Riskesdas tahun 2018 seluruh pasien dengan asma untuk
menyebutkan bahwa prevalensi asma pada mengekslusi hipoksemia. Saturasi oksigen
penduduk semua umur di Indonesia adalah yang rendah di dalam tubuh (<94%) dapat
4,5%, dengan prevalensi asma di propinsi menimbulkan beberapa masalah kesehatan
Bengkulu berada pada angka 2,4%. Hal diantaranya hipoksemia, yang ditandai
ini menunjukkan adanya peningkatan dengan sesak napas, peningkatan frekuensi
prevalensi asma di propinsi Bengkulu. pernapasan menjadi 35 x/menit, nadi cepat
Berdasarkan survey awal di IGD RSUD dan dangkal, sianosis serta penurunan
Dr. M. Yunus penderita asma pada tahun kesadaran (Potter & Perry, 2006).
2015 terdapat sebanyak 339 pasien asma,
pada tahun 2016 terdapat sebanyak 383 Salah satu intervensi yang dilakukan pada
pasien asma untuk memaksimalkan
ventilasi paru adalah latihan pernapasan kelainan bawaan seperti deformitas dinding
diafragma yang dilakukan dengan inspirasi dada yang tidak memungkinkan dilakukan
maksimal melalui hidung dan mengurangi penelitian, pasien asma dengan penurunan
kerja otot pernapasan, sehingga dan posisi terhadap nilai saturasi oksigen
meningkatkan perfusi dan perbaikan kinerja dan frekuensi nafas pada pasien asma di
alveoli untuk mengefektifkan difusi oksigen RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
yang akan meningkatkan kadar O2 dalam
paru dan meningkatkan saturasi oksigen
(Zega et al dalam Mayuni et al, 2015).
Selain itu intervensi yang dapat dilakukan
untuk mengatasi masalah ketidakefektifan kesadaran. Instrumen yang digunakan
pola nafas adalah dengan pengaturan posisi dalam penelitian ini berupa lembar
pada klien asma (Black & observasi nilai
Yulia, dkk, Pengaruh Nafas Dalam dan Posisi Terhadap Saturasi Oksigen... | 69 saturasi
oksigen dan frekuensi nafas pasien asma.
Hawks, 2010). Berdasarkan uraian diatas, Diukur menggunakan alat Standar
maka mendorong peneliti untuk melakukan Operasional Prosedur (SOP), stopwatch dan
penelitian mengenai pengaruh nafas dalam pulse oximeter.

Prosedur penelitian di awali dengan


METODE melakukan pengukuran nilai SPO2 pasien
dengan menggunakan oxymetri dan
Desain penelitian yang digunakan adalah frekuensi nafas menggunakan stopwatch
quasi eksperimen dengan rancangan selama satu menit. Setelah itu pasien di
pretest-posttest with control group. berikan intervensi nafas dalam dan
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 7 pengaturan posisi semi fowler dan setelah
Februari s.d. 9 Maret 2018 di ruang IGD observasi selama 30 menit, dilakukan
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Populasi kembali pengukuran SpO2 dengan
pada penelitian ini seluruh pasien Asma di menggunakan alat oxymetri yang sama dan
IGD RSUD Dr. M. Yunus. Pengambilan pengukuran frekuensi nafas selama satu
sampel menggunakan teknik non menit. Uji yang digunakan ialah Wilcoxon
probability sampling yaitu dengan untuk menguji nilai sebelum dan setelah
consecutive sampling. Sampel penelitian intervensi di dalam masing-masing
keseluruhan berjumlah 30 orang. kelompok itu sendiri pada variabel SpO2
Responden dibagi menjadi 2 kelompok, maupun variabel RR. Untuk
yaitu kelompok kontrol dan kelompok membandingkan variabel SpO2 maupun
intervensi. variabel RR antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol digunakan uji mann
Pada penelitian ini yang menjadi kriteria whitney.
inklusi yaitu, pasien dengan kondisi sadar
dan kooperatif, mampu berkomunikasi
dengan baik dan mempunyai pendengaran
yang baik, bersedia menjadi responden dan
mengikuti prosedur penelitian sampai
dengan tahap akhir. Kriteria eksklusi yaitu,
Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil analisis
HASIL yang didapatkan bahwa rata-rata usia
responden pada kelompok intervensi adalah

Tabel 1. Karakterisik Responden Di IGD 40,80 tahun dengan SD 18,218 hasil


RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu estimasi interval dapat disimpulkan bahwa
Tahun 2018 95% diyakini rata-rata usia responden pada
Karakteristik Intervensi Kontrol penelitan ini 30,71-50,89, sedangkan pada
kelompok kontrol rata-rata usia responden
Usia adalah 42,87 tahun dengan SD 21,83
Mean 40,80 42,87 dengan 95% diyakini rata-rata usia
Median 42,00 48,00 responden pada penelitan ini 30,78-54,96.
SD 18,218 21,83
Min-Maks 11-70 9-81
Hasil analisis jenis kelamin menunjukkan
CI for Mean 95% 30,71-50,89 30,78-54,96 bahwa pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol responden penelitian ini
Jenis Kelamin Laki- mengidentifikasi bahwa lebih dari sebagian
laki 6 (40%) (60%) responden pada penelitian ini adalah
Perempuan 9 (60%) 6 (40%)
9 (60%) perempuan.

posisi untuk kelompok intervensi adalah


Dari tabel 2 didapatkan hasil analisis rerata 30,00 dengan standar deviasi 1,36 serta
nilai SpO2 responden sebelum diberikan 95% diyakini rata-rata nilai RR pada
nafas dalam dan pengaturan posisi untuk kelompok kontrol sebelum diberikan
kelompok intervensi adalah 94,00 dengan intervensi 29,25 sampai 30,75, sedangkan
standar deviasi 1,81 serta 95% diyakini untuk kelompok kontrol didapatkan hasil
rata-rata nilai SpO2 pada kelompok kontrol analisis rerata nilai responden sebelum
sebelum diberikan intervensi 93 sampai 95, diberikan pengaturan posisi adalah 30,93
sedangkan untuk kelompok kontrol dengan standar deviasi 2,18 serta 95%
didapatkan hasil analisis rerata nilai diyakini rata-rata nilai RR pada kelompok
responden sebelum di berikan pengaturan kontrol sebelum diberikan intervensi 29,72
posisi adalah 93,13 dengan standard deviasi sampai 32,14.
2,29 serta 95% diyakini rata-rata nilai
SpO2 pada kelompok kontrol sebelum
diberikan intervensi 91,86 sampai 94,40.

Tabel 2 juga menggambarkan hasil


analisis rerata nilai RR responden sebelum
diberikan nafas dalam dan pengaturan
Tabel 2. Distribusi Rata-rata SpO2 dan RR Sebelum Intervensi pada Kelompok
Intervensi dan Kontrol di IGD RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2018
Variabel Kelompok n Mean SD 95% CI for Mean

SpO2 Intervensi 15 94,00 1,81 93 – 95


Kontrol 15 93,13 2,29 91,86 - 94,40
RR Intervensi 15 30,00 1,36 29,25 - 30,75
Kontrol 15 30,93 2,18 29,72 - 32,14
Tabel 3 didapatkan hasil analisis SpO2
untuk kelompok intervensi menunjukkan
nilai P value = 0.001< 0.05 sehingga dapat
disimpulkan ada beda rata rata antara nilai
SpO2 sebelum dan setelah diberikan
intervensi nafas dalam dan pengaturan

Yulia, dkk, Pengaruh Nafas Dalam dan Posisi Terhadap Saturasi Oksigen... | 71

Tabel 3. Perbedaan Rata-rata Nilai SPO2 Sebelum dan Setelah Intervensi pada Kelompok
Intervensi dan Kontrol di IGD RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2018

Kelompok Intervensi (n=15) Kelompok Kontrol (n=15)


SpO2 Mean Sum of Mean Sum of
P value P value
Rank Rank Rank Rank
Negative Rank 0,00 0,00 0,00 0,00
0,001 0,001
Positive Rank 8,00 120,00 8,00 120,00

*Wilcoxon

Tabel 4. Perbedaan Rata-rata Nilai RR Sebelum dan Setelah Intervensi pada


Kelompok Intervensi dan Kontrol di IGD RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2018

Kelompok Intervensi (n=15) Kelompok Kontrol (n=15)


RR Mean Sum of Mean Sum of
Rank Rank P value Rank Rank P value
Negative Rank 8,00 120,00 8,00 120,00
0,001 0,001
Positive Rank 0,00 0,00 0,00 0,00
*Wilcoxon
posisi. Sementara hasil analisis SpO2 untuk
kelompok kontrol menunjukkan nilai P
value = 0.001< 0.05 sehingga dapat
disimpulkan ada beda rata rata antara nilai
SpO2 sebelum dan setelah diberikan
pengaturan posisi.
Tabel 4 didapatkan hasil analisis RR untuk RR sebelum dan setelah diberikan
kelompok intervensi menunjukkan nilai P intervensi nafas dalam dan pengaturan
value = 0.001< 0.05 sehingga dapat posisi. Sementara hasil analisis RR untuk
disimpulkan ada beda rata rata antara nilai kelompok kontrol menunjukkan nilai P
value = 0.001< 0.05 sehingga dapat
disimpulkan ada beda rata rata antara nilai
Tabel 5. Perbedaan Rata-rata Nilai SpO2 dan RR Setelah Intervensi antara
Kelompok Intervensi dan Kontrol di IGD RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2018

Kelompok (n=30) Mean Rank Sum of Rank P value


SPO2
Intervensi 19,60 294,0
Kontrol 0,009
11,40 171,0
RR
Intervensi 17,93 269,0
Kontrol 0,012
13,07 196,0
*Mann Whitney
RR sebelum dan setelah diberikan menimbulkan tanda dan gejala asma
pengaturan posisi. (Centers for Disease
Tabel 5 didapatkan hasil analisis SpO2 Control and
untuk kelompok intervensi menunjukkan Prevention, 2017).
nilai P value = 0.009 < 0.05 sehingga dapat
disimpulkan ada beda rata rata antara nilai Gambaran Rata-rata Perubahan Nilai
SpO2 sebelum dan setelah diberikan SPO2 dan Frekuensi Nafas Sebelum
intervensi nafas dalam dan pengaturan diberikan Intervensi Nafas Dalam dan
posisi. Didapatkan hasil analisis RR untuk Posisi.
kelompok intervensi menunjukkan nilai P
value = 0.012 < 0.05 sehingga dapat Hasil penelitian sebelum diberikan nafas
disimpulkan ada perbedaan rata rata antara dalam dan pengaturan posisi untuk
nilai RR sebelum dan setelah diberikan kelompok intervensi SpO2 mean 94,00
pengaturan posisi. dengan standar deviasi 1,81. Pada
kelompok kontrol sebelum di berikan
pengaturan posisi SpO2 mean 93,13
PEMBAHASAN dengan standar deviasi 2,29. Hasil
penelitian sebelum diberikan nafas dalam
Karakteristik Responden. dan pengaturan posisi untuk kelompok
intervensi RR mean 30,00 dengan standar
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa deviasi 1,36. Pada kelompok kontrol
usia rata-rata responden pada kelompok sebelum diberikan pengaturan posisi RR
kontrol 43 tahun dan pada kelompok mean 30,93 dengan standar deviasi 2,18.
intervensi 41 tahun. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Menurut analisa peneliti terhadap penelitian
sebelumnya oleh (Safiri, 2011) yang ini adalah di temukan tinggi respirasi
menyebutkan bahwa usia terbanyak pasien sebelum dilakukan nafas dalam dan posisi
penderita asma adalah 41 – 50 Tahun yaitu dan menurunnya saturasi oksigen sebelum
sebanyak (33%). diberikan terapi nafas dalam dan posisi.
Hal ini disebabkan karena asma dapat
Karakterisik kedua adalah jenis kelamin, menyebabkan terjadinya penyempitan
teridentifikasi pada kelompok intervensi saluran pernafasan yang di interpretasikan
dan kontrol adalah laki-laki 6 orang (40%) melalui sesak nafas dan penurunan saturasi
dan perempuan 9 orang (60%). Sejalan oksigen dalam tubuh. Menurut Price dan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Wilson (2006), secara teori, terdapat
Wedri (2013) menyatakan bahwa beberapa hal yang dapat menurunkan
perempuan lebih banyak mengalami asma. compliance dinding dada, sehingga
Menurut Zein dan Erzurum (2015), wanita kemampuan pengembangan dinding dada
lebih berisiko menderita asma menjadi turun, antara lain adanya
dibandingkan dengan laki-laki dikarenakan perubahan fungsi anatomi dan fisiologi
faktor hormonal pada wanita. Wanita yang terjadi pada sistem pernafasan pasien
dengan asma kronik mempunyai tantangan asma, termasuk adanya peningkatan
besar saat menstruasi, hamil ataupun kekakuan dinding dada dan peningkatan
menopause. Perubahan kadar estrogen diameter anterior-posterior dada yang
dapat memicu respon inflamasi yang dapat disebabkan oleh pendataran diafragma dan
elevasi iga. Hal tersebut
Yulia, dkk, Pengaruh Nafas Dalam dan Posisi Terhadap Saturasi Oksigen... | 73

Teori menyatakan bahwa Diaphragmatic


sesuai dengan pernyataan Weinner et al. Breathing Exercise dapat menyebabkan
(2004) yang menyatakan bahwa pasien pernapasan menjadi lebih efektif dengan
asma akan mengalami kelemahan pada menggunakan otot diafragma dan
otot-otot pernafasan. khususnya pada pasien asma teknik
pernapasan ini dapat mencegah terjebaknya
Gambaran Rata-rata Perubahan Nilai udara dalam paru dikarenakan adanya
SPO2 dan Frekuensi Nafas Setelah obstruksi jalan nafas (Price dan Wilson,
diberikan Intervensi Nafas Dalam dan 2006). Hal tersebut sesuai dengan
Posisi. pernyataan Weinner et al. (2004) yang
menyatakan bahwa dengan melatih otototot
Dari hasil penelitian ini dilakukan uji beda pernafasan akan meningkatkan fungsi otot
dua mean setelah dilakukan intervensi respirasi, beratnya gangguan pernafasan
posisi dan nafas dalam pada pasien asma akan berkurang, dapat meningkatkan
didapatkan nilai SpO2 post mean 98,33 toleransi terhadap aktivitas, serta dapat
median 99,00 dan standar deviasi 1,17 menurunkan gejala dispnea.
dengan nilai p value sebesar 0,001 < 0.05
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada Pengaruh Intervensi Nafas Dalam dan
perbedaan nilai SpO2 antara kelompok Posisi Terhadap Nilai SPO2 dan
intervensi yang diberikan Frekuensi Nafas.
intervensi melalui nafas dalam dan
pengaturan posisidengan kelompok kontrol Hasil penelitian (Singal dkk, 2013)
yang hanya diberikan pengaturan posisi. ditemukan 64% pasien lebih baik dalam
posisi 30-45°, 24% pada posisi 60°, dan
Nilai frekuensi nafas post mean 24,47 12% pasien lebih baik dalam posisi 90°.
median 25,00 dan standar deviasi 1,30 Sama dengan penelitian (Safiri, 2011)
dengan nilai p value sebesar 0,000 <0.05 menunjukkan bahwa ada pengaruh yang
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada signifikan pemberian posisi semi fowler
perbedaan nilai RR antara kelompok terhadap penurunan sesak napas pada
intervensi yang diberikan pasien asma dengan nilai sig. 0,006 (α
intervensi melalui nafas dalam dan 0,05). Secara teori, melalui latihan
pengaturan posisi dengan kelompok kontrol pernafasan akan menyebabkan peningkatan
yang hanya diberikan pengaturan peredaran darah ke otot-otot pernafasan.
posisi. Sejalan dengan penelitian Lancarnya aliran darah akan membawa
sebelumnya yang dilakukan oleh nutrisi (termasuk kalsium dan kalium) dan
(Susanto, 2015) mendapatkan hasil oksigen yang lebih banyak ke otot-otot
nilai saturasi perifer pada pasien asma pernafasan. Kekuatan otot pernafasan yang
sebelum dilakukan intervensi napas dalam terlatih ini akan meningkatkan compliance
dengan nilai rata rata 93,80% dan paru dan mencegah alveoli menjadi kolaps
setelah dilakukan intervensi napas (ateletaksis) (Guyton, 2007).
dalam didapatkan nilai rata rata 95,32%. Pernafasan diafragma yang dilakukan
berulang kali secara teratur dan rutin dapat
membantu seseorang menggunakan
diafragmanya secara benar maka ketika dia Peningkatan kualitas hidup pasien asma
bernafas akan terjadi peningkatan volume dapat diwujudkan dengan penatalaksanaan
tidal, penurunan kapasitas residu asma yang tepat dengan tujuan akhirnya
fungsional, dan peningkatan pengambilan adalah kualitas hidup penderita meningkat
oksigen yang optimal (Smith, 2004). dengan tingkat keluhan minimal, tetapi
Melatih otot-otot pernafasan dapat memiliki aktivitas yang maksimal.
meningkatkan fungsi otot respirasi, Penatalaksanaan yang tepat diantaranya
mengurangi beratnya gangguan pernafasan, membuat fungsi paru mendekati nilai
meningkatkan toleransi terhadap aktivitas, normal, mencegah kekambuhan penyakit
dan menurunkan gejala dyspnea, sehingga hingga mencegah kematian (Yunus, 2006).
terjadi peningkatan perfusi dan perbaikan
kinerja alveoli untuk mengefektifkan difusi
oksigen yang akan meningkatkan kadar O2 KESIMPULAN
dalam paru dan terjadi peningkatan pada
saturasi oksigen. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan dapat disimpulkan bahwa ada
Peningkatan frekuensi napas saat serangan pengaruh yang signifikan pemberian
asma dapat mengakibatkan peningkatan intervensi nafas dalam dan posisi terhadap
kerja otot-otot pernapasan, yang nilai saturasi oksigen dan frekuensi nafas
merupakan bentuk mekanisme tubuh untuk pada pasien asma. Intervensi nafas dalam
tetap mempertahankan ventilasi paru, pada dan posisi dapat diterapkan pada pasien
saat serangan asma, otot-otot yang lebih asma.
sering digunakan adalah otot-otot
interkostalis daripada otot-otot rektus
abdominis, sedangkan otot pernapasan DAFTAR PUSTAKA
yang paling utama adalah otot diafragma,
penggunaan otot-otot interkostalis secara Badan Penelitian dan Pengembangan
terus menerus akan menyebabkan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
(2013). Laporan riset kesehatan dasar
terjadinya kelemahan pada otot pernapasan (Riskesdas) 2013. Jakarta.
(Shaffer, Wolfson, & Bhutani, 2012).
Badan Penelitian dan Pengembangan
Modifikasi teknik relaksasi nafas dalam Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
dan posisi semi fowler merupakan suatu (2018). Laporan riset kesehatan dasar
bentuk asuhan keperawatan yang dapat (Riskesdas) 2018. Jakarta.
meningkatkan ventilasi paru dan Black, J. M. & Hawks, J. H. (2010). Medical
meningkatkan oksigen dalam darah surgical nursing: Clinical management
(Guyton, 2007). Setelah melakukan for positive outcomes. (8th ed.).
Diaphragmatic Breathing Exercise pasien Singapore: Elsevier.
asma diharapkan dapat mengkondisikan Centers for Disease Control and Prevention.
dirinya saat merasa akan terjadi serangan (2017). Asthma in women. Diunduh dari
maupun saat serangan asma, dengan begitu https://www.cdc.gov/healthcommunicati
diharapkan keluhan pasien akan menjadi on/toolstemplates/entertainmented/tips/
AsthmaWomen.html.
minimal dan dapat meningkatkan kualitas
hidup pasien asma. Departemen Kesehatan RI. (2009). Pedoman
pengendalian penyakit asma. Jakarta:
Depkes RI.
Global Initiative for Asthma (GINA). (2015).
Global strategy for asthma management
and prevention.
Yulia, dkk, Pengaruh Nafas Dalam dan Posisi Terhadap Saturasi Oksigen... | 75

Guyton, H. (2007). Buku ajar fisiologi


kedokteran. (edisi ke-1). Jakarta: EGC.

Mayuni, et al. (2015). Pengaruh diaphragmatic


breathing exercise terhadap kapasitas
vital paru pada pasien asma di wilayah
kerja puskesmas III denpasar utara.
COPING Ners Jurnal, 3(3), 31-36. Susanto, M., & Ardiyanto, T. (2015). Pengaruh
terapi nafas dalam terhadap perubahan
Potter & Perry. (2006). Buku ajar fundamental
saturasi oksigen perifer pada pasien
keperawatan. (edisi ke-4). Jakarta: EGC.
asma di rumah sakit wilayah Kabupaten
Price & Wilson. (2006). Patofisiologi: Konsep Pekalongan.
klinis proses penyakit. Jakarta: EGC.
Wedri, dkk. (2013). Saturasi oksigen perkutan
Shaffer, T., Wolfson, M., & Bhutani, V. dengan derajat keparahan asma.
(2012). Politeknik Kesehatan Denpasar. Bali.
Respiratory Muscle Function
Assesment And Training. United States Weinner, et al. (2004). Terapi pernapasan
Of America : Physical therapy journal pada penderita asma. Universitas
of the american physical therapy negeri: Yogyakarta.
association.
WHO. (2017). Asthma. Diunduh
dari
Safiri, R. (2011). Keefektifan pemberian posisi
https://www.who.int/news-room/factshe
semi fowler terhadap penurunan sesak
ets/detail/asthma.
napas pada pasien asma di ruang rawat
inap kelas III RSUD Dr. Moewardi. Yunus, F. (2005). Senam asma Indonesia.
Surakarta. Jakarta: Yayasan Asma Indonesia
FKUI.
Smith, J., F. (2004). Chest phisical therapi.
wausau: The thompson corporation. Zein, J. G., & Erzurum, S. C. (2015). Asthma is
(http://www.chclibrary.org/microed/ Different in Women. Current allergy
00042330.html). and asthma reports, 15(6),
28. doi:10.1007/s11882-015-0528-y.

Anda mungkin juga menyukai