Anda di halaman 1dari 119

DASAR DASAR

THERMODINAMIKA

POLITEKNIK TRANSPORTASI SUNGAI DANAU


PENYEBERANGAN PALEMBANG

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan modul Thermodinamika untuk Ahli Teknika
Tingkat – III.

Modul ini disusun berdasarkan kurikulum dan silabus dari International Maritime
Organisation sebagaimana termuat dalam IMO Model Course 7.04 tentang
Officer in Charge of an Engineering Watch. Materi yang disusun dalam modul ini

2
dibuat ringkas tetapi lengkap dan disertai contoh-contoh soal dengan
penyelesaiannya supaya memudahkan pembaca untuk memahami materi.

Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi pengajar, siswa/taruna dan para
pembaca untuk memahami dan menguasai konsep-konsep dasar mekanika
maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam
mempelajari materi-materi produktif teknika kapal. Semoga modul ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, khususnya para peserta didik.

Penyusun

3
DAFTAR ISI

Bab I Pengertian Dasar 3

Bab II Sifat-Sifat Thermodinamika 7


1. Umum 7
2. Massa 8
3. Gaya 9
4. Tekanan 10
5. Temperatur 12
6. Kalori 13
7. Usaha (Work) 13

Bab III Energi dan Panas 16


1. Panas dan Panas Jenis 16
2. Perubahan Panas 17
3. Konversi Panas dan Usaha Mekanikal 20
4. Panas Laten 22
5. Pemuaian Panas 24
6. Transfer Panas 27

Bab IV Persamaan Keadaan 29

Bab V Energi Thermodinamika 39


1. Hukum Thermodinamika ke-NOL 39
2. Hukum Thermodinamika PERTAMA 40
3. Energi dan Jenis-Jenis Energi 41
4. Aliran Energi 42
5. Hukum Thermodinamika KEDUA 45
6. Proses-proses dan Diagram 46

Bab VI Uap dan Sistem Dua Fase 46


1. Pendahuluan 46
2. Pembentukan Uap dan Entalpi 46
3. Tekanan dan Temperartur Jenuh 48
4. Titik Tripel 49
5. Entalpi dan Pembentukan Uap pada Tekanan 50
Tetap 51
6. Diagram Temperatur – Entalpi
Bab VII 51
Pemindahan Usaha dan Mesin-Mesin Panas
1. Pemindahan Usaha 55
2. Mesin-Mesin Panas 58

 Daftar Pustaka 87
 Satuan Standar Internasional

LATIHAN SOAL
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I
PENGERTIAN DASAR

Bahwa Termodinamika adalah cabang ilmu fisika yang harus dipelajari


oleh siswa-siswa Ahli Tehnika Kapal agar memiliki pengetahuan teori
hal-hal yang berkaitan dengan panas sebagai energi dan perubahan-
perubahannya, secara mendalam untuk menunjang fungsinya sebagai
ahli mesin kapal yang bertugas jaga, khususnya yang berkaitan dengan
mesin-mesin panas. Bab pertama ini dimaksudkan untuk memberikan
gambaran secara menyeluruh dasar-dasar panas dan perubahan-
perubahannya, dimana pada akhirnya panas dapat dimanfaatkan
sebagai sumber energi / tenaga.

Seperti diketahui, panas adalah salah satu bentuk dan/atau sumber energi, yang mulai
dimanfaatkan orang sejak abad 18, yaitu sejak ditemukannya mesin uap. Sejak itu orang
mulai menyadari bahwa ternyata panas memiliki tenaga yang sangat besar dan dengan
merubahnya menjadi tenaga mekanis, dapat dimanfaatkan untuk membantu manusia dalam
berbagai kebutuhan, terutama yang memerlukan tenaga besar. Air yang tenaganya terbatas,
setelah berubah menjadi uap, ternyata mempunyai tenaga yang sangat luar biasa dan
mampu menggerakkan benda-benda yang sangat berat. Dengan temuan ini, dalam
perkembangan selanjutnya, orang segera menyadari bahwa energi yang terkandung dalam
uap adalah “panas” yang mempunyai tenaga atau energi yang sangat besar. Dan seperti
suatu lomba, para ilmuwan dan ahli-ahli tehnologi mencari alternatif dalam memanfaatkan
energi panas yang terkandung dalam “zat-zat” atau gas-gas selain uap air. Sekarang,
hampir semua mesin yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, sampai ke mesin-mesin
ruang angkasa, memanfaatkan panas. Jadi, pengetahuan dasar dalam hal panas sangat
penting bagi mereka yang berkecimpung dalam dunia tehnologi dan permesinan. Dan inilah
yang menjadi pembahasan utama dalam Termodinamika.

Pada dasarnya, setiap perubahan panas memerlukan energi. Sebagai contoh, untuk
merubah sejumlah air menjadi uap memerlukan pula sejumlah panas atau energi tertentu,
yaitu dengan membakar sejumlah bahan bakar. Demikian juga sebaliknya, untuk merubah
uap kembali menjadi air, diperlukan energi panas. Prinsip inilah yang digunakan untuk
membuat “mesin panas”, istilah yang digunakan untuk membedakan mesin-mesin yang
menggunakan panas dengan mesin-mesin yang tidak menggunakan energi panas seperti
kincir angin, turbin air, kapal layar, kereta kuda, dll. Jadi, pelajaran Thermodinamika adalah
pelajaran mengenai proses-proses yang terjadi didalam mesin panas, misalnya bagaimana
suatu “zat” di proses didalam suatu sistem sehingga menghasilkan energi, yang selanjutnya
energi ini dirubah menjadi tenaga mekanis.

Panas memang tidak berwujud dan tidak dapat dilihat, namun bisa dirasakan, bahkan diukur
tinggi dan besar/jumlahnya. Untuk mengetahui seluk beluk panas, pertama-tama kita harus
bisa membedakan secara jelas antara tinggi dan jumlah panas, dengan demikian akan lebih
mudah memahami proses-proses yang terjadi dan membuat perhitungan-perhitungan yang
diperlukan. Banyak kesulitan yang timbul akibat salah mengerti antara kedua ukuran panas

5
tadi, lebih-lebih dengan masih adanya beberapa ukuran panas lain yang harus dipahami
secara tepat, termasuk ukuran-ukuran yang berkaitan dengan energi, yang akan dibahas
kemudian.

Tinggi atau derajad panas diukur berdasarkan temperatur atau suhu suatu benda atau zat.
Ada beberapa jenis standar yang digunakan untuk ukuran tinggi rendahnya panas, karena
di-temukan oleh beberapa ahli/ilmuwan secara hampir bersamaan dari beberapa negara
berbeda.

Yang paling banyak digunakan adalah standar yang dibuat oleh Celcius, Fahrenheit dan
Reamur. Sesudah itu ditemukan ukuran temperatur mutlak / absolut oleh Kelvin dan
Rankine. Itulah sebabnya dalam menentukan tinggi rendahnya panas, untuk mengetahui
standar mana yang digunakan, dibelakang angka derajad panasnya dituliskan singkatan dari
salah satu nama-nama tersebut, misalnya OC, OF, OR dll .

Adapun nilai besar atau jumlah panas yang dikandung atau dimiliki suatu zat, diukur
dengan kalori. Tetapi ini adalah standar ukuran lama, sekarang, dengan diberlakukannya
satuan Standar Internasional (SI), satuan yang digunakan adalah Joule. Dari pelajaran
fisika diketahui, 1 kalori (atau kilo kalori) adalah jumlah panas yang dibutuhkan untuk
memanaskan air murni 1 gram (atau 1 kilogram) agar temperaturnya naik sebesar 1 0, yaitu
dari 15,50C menjadi 16,50C.

Biasanya, suatu zat yang temperaturnya tinggi, jumlah panasnya, atau kalorinya, juga besar.
Tetapi hal ini tidak selamanya berlaku, karena masih ada beberapa kondisi yang
mempengaruhi nilai panas suatu zat. Panas selalu berubah atau dinamis. Jumlah panas
inilah yang dicari dan yang mempunyai hubungan erat dengan energi atau tenaga. Dengan
mengetahui jumlah panas suatu zat, melalui suatu sistem atau mekanisme tertentu, kita
dapat memanfaatkan panas untuk menggerakkan mesin sesuai kebutuhan.

Bukti bahwa panas adalah salah satu bentuk energi adalah ditemukannya persamaan
antara panas dan energi. Energi atau tenaga dinyatakan dengan kilogram meter (dulu) atau
Newton meter atau Joule (standar SI), sedangkan panas dinyatakan dengan kalori (dulu)
atau Joule (standar SI). Persamaan tersebut adalah :

1 kalori = 427 gm = 4,186 Joule


atau
1 kilo kalori = 427 kgm = 4186 Joule = 4,186 kilo Joule

Jika persamaan tersebut diterapkan pada per satuan waktu, dalam hal ini detik, maka
diperoleh persamaan panas dengan tenaga :

1 kalori/detik = 427 gm/detik = 4,186 Joule/detik = 4,186 watt


atau
1 kilo kalori/detik = 427 kgm/detik = 4,186 kilo Joule/detik = 4,186 kW

6
Persamaan ini merupakan salah satu pernyataan Hukum Thermodinamika Pertama, dan
menjadi dasar dari hampir semua perhitungan dalam Thermodinamika. Walaupun terlihat
sederhana, namun dalam perkembangan selanjutnya akan menjadi sangat rum it dan luas.
Karena itu, disamping kita harus memahaminya secara mendasar, juga diperlukan
keterampilan dalam matematika serta pemahaman yang matang mengenai satuan
Standar Internasional (SI).

Berdasarkan persamaan diatas, secara teoritis, jika kita memilki panas 1 kalori (atau 1 kkal)
per detik, maka kita mampu menghasilkan tenaga gerak sebesar 4186 Joule/detik atau watt
(atau kW). Tinggal bagaimana kita mewujudkannya dalam sebuah mesin yang nyata.

Disinilah kita akan menemui berbagai sistem dengan proses-proses yang terjadi
didalamnya, dimana kita dapat menghitung panasnya, usaha yang dihasilkan serta
kerugian-kerugian atau efisiensi yang terjadi, dan lain-lain yang berkaitan.

Banyak jenis zat atau gas yang berpotensi menjadi sumber energi, yaitu jika dilakukan
proses-proses tertentu terhadap zat tersebut. Proses-proses dapat terjadi atau dilakukan
didalam sistem, sedemikian rupa, tergantung pada sifat / karakteristik zat yang digunakan,
sehingga panas dapat dirubah menjadi tenaga mekanis atau jenis tenaga lain.

Proses adalah perubahan dari satu keadaan ke keadaan yang lain. Keadaan suatu zat atau
sistem dan perubahan-perubahannya dinyatakan melalui sifat atau kandungan atau
properties zat tersebut, seperti volume, tekanan, temperatur, dan lain-lain. Melalui proses-
proses inilah akan diketahui bagaimana hasil perubahan keadaannya dan berapa panas dan
usaha / tenaga yang dihasilkan.

Selanjutnya, jika proses-proses tersebut dibuat sedemikian rupa, sehingga terjadi secara
berulang-ulang dan terus-menerus, akan dihasilkan tenaga yang dibutuhkan untuk
menggerakkan sesuatu. Proses-proses yang berulang ini, disebut dengan siklus. Dengan
pengertian lain, siklus adalah proses-proses yang terjadi secara terus menerus dan
berkesinambungan, sehingga kembali ke keadaan semula, dan yang selanjutnya terjadi
proses-proses yang sama seperti sebelumnya. Kalau proses-proses ini digambarkan dalam
suatu diagram, dimana setiap proses diwakili dengan garis-garis tertentu, maka garis-garis
ini akan membentuk suatu bidang yang tertutup. Akan ternyata kemudian bahwa tenaga
yang dihasilkan akan tergantung pada luas bidang yang terjadi dari siklus ini, dan tergantung
dari frekuensi siklus tersebut per satuan waktunya (misalnya per detik), maka kita akan
dapat menghitung tenaga atau powernya.

Pembahasan dalam buku yang sederhana ini memang sengaja ditekankan hanya terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan mesin-mesin panas yang praktis-praktis, terutama yang
banyak digunakan di kapal. Hal ini sesuai dengan tujuan penulisan buku ini, yaitu untuk
membantu para siswa dan/atau para perwira mesin di kapal untuk memahami dasar-dasar
permesinan kapal. Boleh dikatakan bahwa setiap mesin yang ada dikapal selalu berkaitan
dengan dinamika panas yang menghasilkan tenaga gerak. Tenaga gerak inilah yang
diperlukan, baik untuk menggerakkan kapal itu sendiri maupun untuk menunjang
pengoperasian kapal yang lain seperti memuat / membongkar muatan, menggerakkan daun
kemudi, bahkan sangat penting untuk kehidupan sehari-hari bagi para awak kapal. Adapun

7
proses dinamika panas yang terjadi secara molekuler, yang biasa dibahas dan penting untuk
pelajaran di perguruan tinggi / universitas umum, tidak dibahas dalam buku ini.

8
BAB II

SIFAT-SIFAT THERMODINAMIKA

Bab ini bertujuan untuk memberikan pengertian dasar mengenai sifat, atau
kandungan atau properties, yang “dimiliki” oleh setiap zat dan/atau suatu sistem
sekaligus dengan satuan-satuannya, yang akan diperlukan oleh siswa untuk
mengetahui perbedaan sifat, kandungan atau properties serta nilai-nilai dan
satuannya dan yang menjadi dasar dari semua formula dan perhitungan-
perhitungan yang diperlukan dalam pelajaran kita, sehingga hasil-hasil atau
akibat-akibat dari setiap perubahan (panas) ini dapat diketahui.

1. U m u m

Yang dimaksud dengan sifat-sifat (properties) atau kandungan dalam thermodinamika


adalah besaran-besaran yang menjadi “milik” atau yang terkandung dalam suatu zat
atau benda atau suatu sistem. Nilai ini akan menggambarkan keadaan tertentu dari
suatu zat / benda / sistem tersebut. Termasuk properties adalah, apakah keadaan zat /
benda / sistem tersebut dalam bentuk padat, cair atau gas, dan bagaimana jika
keadaannya berubah (bentuknya). Dengan mengetahui hal ini, kita dapat mengetahui
apakah pada saat-saat lain zat tersebut berubah atau terjadi perubahan. Kita tidak tahu
adanya suatu perubahan jika kita tidak tahu keadaan awalnya. Demikian juga dengan
hal-hal apa yang akan terjadi sebagai akibat perubahan tersebut, jika kita tidak
mengetahui secara tepat seberapa besar perubahan yang terjadi. Di halaman berikut
disajikan tabel yang berisi sifat-sifat / kandungan / properties dimaksud disertai satuan-
satuannya.

Sifat-sifat dan besaran-besaran yang disajikan dalam bentuk tabel tersebut berlaku
untuk semua materi cabang pengetahuan fisika, yang walaupun tidak khusus untuk
thermodinamika, tetapi sangat penting untuk dipahami dengan lebih mendalam, lebih-
lebih yang berkaitan dengan satuan-satuannya. Dan sifat-sifat yng ada dalam tabel
tersebut adalah baru sebagian saja, masih banyak lagi yang akan ditemui dalam
pembahasan kita, misalnya energi dalam (internal energy), energi kinetik (kinetic
energy) dan lain-lain, yang akan dibahas dalam bab-bab selanjutnya.

Tabel 2-1

Properti Simbol Satuan Keterangan


2
SI lain
Energi E kwh HPh Tenaga x waktu
Power/Tenaga P J/s = Watt kg.m/s = Usaha per satuan waktu
(kW) TK (HP) (s=sekon=detik)

9
Massa m kg lbs Besaran materi yang nilainya
konstan
Berat / Bobot G kg lbs Massa yang menerima gravitasi (=
kg.m/s 2)
Gaya (Force) F Newton kg Massa yang mendapat percepatan
(N) (F=m.a); satuan sebenarnya kg.x
m/dt2
0 0
Temperatur t C F, 0R Derajad / tinggi rendahnya panas
0 0
Temperatur Mutlak T K Rankin Suhu yang diukur dari Nol derajad
e mutlak
Tekanan / pressure p bar / N/m 2 kg/cm 2 Gaya terhadap suatu
pernukaan/luas
Volume V m3 ft3 Besarnya suatu benda dalam
ukuran kubik
Volume Jenis v m 3 / kg ft3/lbs Volume pada bobot tertentu
Usaha W Joule=Nm kg.m Massa yang bekerja pada suatu
jarak atau tekanan pada volume
tertentu
Panas (kalori) q Joule cal. Jumlah panas yang dikandung 1 kg
(kcal) zat
Jumlah Panas Q Joule cal. Jumlah panas yang dikandung
(kcal) suatu zat
Ketetapan Gas R J/kg0C cal/kg.0 Usaha yang dapat dilakukan zat
C pada setiap perubahan panas
sebesar 10C (R=pV/T)
Panas Jenis c J/kg0C cal/kg.0 Jumlah panas yang dibituhkan
C suatu zat
 Tekanan Tetap cp J/kg0C cal/kg.0 agar suhunya naik sebesar 10C,
C baik pada
 Temp. Tetap cv J/kg0C cal/kg.0 tekanan tetap atau pada volume
C tetap
Entalpi J/kg cal/kg Panas yang dimiliki zat pada
temperatur tertentu, atau energi
dalam + Usaha
Entropi J/kg0C cal/kg.0 Perubahan jumlah panas pada suhu
C tertentu per kg zat

Berikut ini adalah kajian secara singkat beberapa properti yang sangat penting dan yang
sangat berkaitan dengan pembahasan selanjutnya. 1)

2. Massa

Massa adalah besaran suatu benda atau zat, baik yang berbentuk padat, cair maupun
gas. Besarnya sebanding dengan bentuk dan volumenya, satuannya gram (gr) atau
kilogram (kg). Nilai besarannya tetap, dimanapun lokasinya, termasuk di lokasi yang
hampa udara sekalipun. Nilainya hanya akan berubah jika zat tersebut bertambah atau

10
berkurang. Berbeda dengan berat atau bobot suatu benda yang dikenal dalam
kehidupan sehari-hari yang satuannya juga gram atau kilogram.

Massa berbeda dengan berat atau bobot yang walaupun sehari-hari mempunyai satuan
yang sama (gram atau kilogram), tetapi sebenarnya berat adalah gaya, yang arah
gayanya menuju pusat bumi sebagai akibat adanya gravitasi. Nilai berat atau bobot
dapat berubah walaupun tidak ditambah atau dikurangi, atau jika dipindahkan ke suatu
lokasi lain yang mempunyai gravitasi berbeda.

1) Baca juga Lampiran khusus mengenai Satuan SI yang menjadi bagian dari buku ini.
Untuk membedakan massa dan berat yang mempunyai satuan sama, pada satuan
massa ditambahkan dengan kata-kata massa, sehingga menjadi kg massa (misalnya 2
kg massa), dan untuk berat satuannya kilogram gaya.

Berat = massa x gravitasi atau G = m kg x g m/s 2 satuan kg.m/s2

Jadi, sebenarnya satuan berat atau bobot adalah kg.m/s 2 (atau Newton), tetapi sehari-
hari hanya disebut kg (kilogram) saja. Kita tahu gravitasi adalah gaya tarik bumi
terhadap semua benda disekeliling bumi, dan besarnya gravitasi di bumi tidak sama di
semua tempat. Itulah sebabnya, tanpa menambah atau mengurangi benda tersebut,
nilai berat atau bobot suatu benda dapat saja berbeda jika berada di lokasi yang tidak
sama, misalnya jika berada di daerah tropis dengan di daerah kutub, karena
gravitasinya berbeda. Bahkan jika benda tersebut berada di ruang angkasa, benda
tersebut tidak mempunyai berat sama sekali atau nol, karena diruang angkasa
gravitasinya nol.

3. GAYA

Gaya adalah suatu massa yang mendapat percepatan, kemanapun arahnya. Jika
percepatannya mengarah ke pusat bumi, yaitu akibat pengaruh gravitasi bumi, gaya ini
disebut berat atau bobot. Dan jika arahnya sembarang, maka:

Gaya = massa x percepatan atau F = m kg x a m/s 2 satuan kg.m/s2

Dimana F = gaya
m = massa dalam kilogram (kg)
a = percepatan dalam meter per sekon kuadrat (m/s 2)

Karena satuan gaya kg.m/s 2 dianggap tidak praktis, maka digunakan satuan Newton,
mengikuti nama penemu formula ini, dan disingkat N. Untuk nilai-nilai yang sangat besar
atau sangat kecil digunakan istilah-istilah perkalian seperti kilo, mega, giga dll., atau
pembagian seperti desi, centi, mili dll.

Karena nilai berat atau G = m x g (dalam kg) sedangkan nilai gaya F = m x a (dalam
Newton), maka jika suatu benda dikatakan mempunyai berat 1 kg, berarti mempunyai
gaya sebesar g Newton, atau :

11
1 kg berat = g x Newton, dan jika g diambil 10 m/s2, maka 1 kg = 10 N

4. Tekanan

Tekanan adalah besarnya gaya yang bekerja pada suatu permukaan atau luas tertentu.
Yang harus dipahami adalah, walaupun gaya ini bekerja pada suatu permukaan, bukan
berarti hanya terhadap suatu permukaan tertentu saja tekanan ini bekerja. Udara luar
atau udara atmosfir yang bebas juga mempunyai tekanan, sama dengan suatu zat
(dalam hal ini gas) yang berada dalam suatu ruangan tertutup. Seperti diketahui, didalam
sutau ruangan, gaya bekerja ke semua arah, dan besarnya gaya yang bekerja adalah
sama, bahkan disemua titik dan lokasi dalam ruangan yang sama mempunyai gaya
sama. Dan hal ini juga berlaku di udara bebas (atmosfir), besarnya gaya dianggap sama
di semua lokasi dan tempat.
Jika ada perbedaan antara satu lokasi dengan lokasi lain (antara satu titik dengan titik
lain) dalam ruangan yang sama, maka akan terjadi arus atau gerakan tekanan, dari lokasi
yang tekanannya lebih besar ke lokasi yang tekanannya rendah, sehingga akhirnya
semua tekanan di semua titik akan sama. Dalam kehidupan sehari-hari, hal ini dikenal
dengan timbulnya angin sebagai akibat perbedaan tekanan udara di satu lokasi dengan
lokasi lain.

Dimasa dahulu tekanan dihitung dengan satuan kg/cm 2, tetapi sekarang dengan
berlakunya standar internasional (SI), satuan tekanan adalah N/m 2 (Newton per meter
kuadrat). Sebenarnya satuan untuk tekanan sangat beragam, tergantung
penggunaannya. Satuan tekanan yang paling kecil misalnya, adalah dyne, yang nilainya
sama dengan 1 gr.cm/s2(satu gram centimeter per detik kuadrat). Sedangkan untuk
udara luar / bebas digunakan satuan atmosfir (atm), atau bar (singkatan dari barometer).

Besarnya tekanan yang diukur dengan satuan kg/cm 2, sebenarnya nilainya hampir sama
dengan 1 atmosfir atau sama dengan 1 bar, tepatnya 1 bar = 1,02 kg.cm 2. Ini adalah
besarnya tekanan udara luar atau udara atmosfir rata-rata dimuka bumi. Untuk tekanan
udara luar atau suatu zat didalam suatu ruangan atau tabung tertutup, yang mempunyai
nilai dibawah 1 bar, menggunakan tekanan vakum. Tekanan vakum biasanya diukur
dalam persen (%). Tekanan vakum 50% artinya tekanan tersebut besarnya = 50% x 1 bar
= 0,5 bar, tetapi tekanan vakum 90%, sama dengan 0,1 bar. Ukuran tekanan vakum ini
digunakan untuk mengukur tekanan didalam tabung atau ruangan yang “divakumkan”,
atau dikosongkan tekanannya, dimana jika sama sekali tidak ada tekanan, atau
tekanannya = 0 bar, maka dikatakan tekanan vakumnya adalah 100%.

Jenis pengukuran tekanan lainnya adalah yang disebut dengan tekanan manometer,
yaitu tekanan yang diperoleh dari hasil pembacaan alat pengukur tekanan atau
manometer. Seperti diketahui, alat pengukur suatu ruangan tertutup akan menunjukkan
angka nol jika tekanan didalam ruangan tersebut sama dengan tekanan udara luar. Jika
alat pengukur tekanan tersebut menunjukkan angka 5 bar, maka sebenarnya tekanannya
adalah 5 bar diatas tekanan udara luar. Sedangkan tekanan udara luar itu sendiri adalah
1 bar diatas tekanan nol, atau dari sama sekali tidak ada tekanan. Dari sinilah kemudian
muncul pengertian tekanan nol mutlak atau absolut.

12
Yang dimaksud dengan tekanan nol mutlak adalah, dimana tidak ada tekanan sama
sekali atau hampa udara, atau vakum. Dengan demikian, terdapat jenis tekanan lain,
yaitu tekanan absolut atau tekanan mutlak. Adapun yang dimaksud dengan tekanan
absolut, adalah, tekanan yang dihitung dari tekanan nol mutlak. Oleh karena itu,
sekarang,

Tekanan Mutlak = Tekanan Manometer + Tekanan Atmosfir

Tekanan MUTLAK
Tekanan Manometer

Tekanan atmosfir / udara luar = 1 atm =


1 bar

Tekanan NOL mutlak

Gambar 2-1

Contoh:
Tekanan uap didalam Ketel sebagaimana terbaca di alat pengukur tekanan
(manometer) adalah 12 bar. Jika tekanan atmosfir = 1 bar, maka tekanan uap absolut
didalam Ketel adalah 12 + 1 bar = 13 bar.

Dalam berbagai hitungan thermodinamika, satuan yang sering digunakan adalah kN/m 2.
Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, 1 newton = 1 kg.m/s 2 dimana jika diterapkan
untuk benda-benda atau zat-zat tertentu, percepatannya adalah sama dengan gravitasi
bumi, yang biasa disingkat dengan g, yang besarnya lk. 9,81 m/s 2.

Jika dianggap 1 bar = 1 atm. = 1 kg/cm 2 , maka 1 bar = 98,1 kN/m 2, karena 1 bar = 1x104
kg/cm 2 x 103 N/m 2. Atau, untuk menyederhanakan perhitungan, jika nilai g dianggap = 10
m/s 2 , maka:

1 bar = 100 KN/m2.

Persamaan tersebut hanyalah untuk memudahkan kita dalam mengkonversikan


beberapa jenis tekanan seperti yang diuraikan diatas, bukan untuk perhitungan yang
sesungguhnya, yang nantinya akan sangat tergantung pada nilai dari masing-masing
unsur yang terkait.

5. Temperatur (Suhu)
Seperti dijelaskan diatas, temperatur adalah ukuran tinggi rendahnya panas, atau derajat
panas yang dimiliki suatu benda/zat. Disamping kalori yang menyatakan besar kecilnya
panas, properti ini sangat penting dan mempunyai peran dominan dalam

13
thermodinamika. Beberapa ahli dan ilmuwan fisika dari berbagai negara dalam waktu
hampir bersamaan membuat ukuran suhu ini, sehingga sulit bagi kita, yang mana harus
digunakan.

Dengan adanya SI, dimana yang dipilih adalah satuan Celcius, telah memudahkan kita
dalam penggunaannya, dan lebih sederhana. Seperti diketahui, menurut Celcius, es yang
membeku dan mulai mencair mempunyai temperatur 0 derajat, dan sewaktu air mendidih
dan akan berubah menjadi uap semua, mempunyai temperatur 100 derajat. Selanjutnya
temperatur diantara kedua patokan tersebut dibagi menjadi 100 tingkat atau derajat.
Inilah yang kemudian dikenal dengan skala temperatur Celcius. Jadi jika suatu benda
dikatakan mempunyai temperatur 400C, berarti temperaturnya sama dengan 40/100 x
tingginya temperatur air mendidih.

Skala yang dibuat oleh Celcius ini paling banyak digunakan orang, disamping skala-skala
lain yang misalnya dibuat oleh Reamur dan Fahrenheit. Salah seorang pengguna ukuran
ini, yaitu Kelvin, menemukan bahwa temperatur paling rendah yang dapat dicapai di bumi
ini adalah –273,160C, atau lk. 273,16 derajad dibawah 00C, dan membuat skala yang
berbeda, tetapi juga ada persamaannya.

Dengan ditemukannya temperatur paling rendah oleh Kelvin (–273,160C), selanjutnya


temperatur ini disebut temperatur nol absolut, dan semua nilai temperatur dihitung dari
sini, atau dari 00 Kelvin. Dengan demikian maka nol derajat mutlak atau nol derajad
Kelvin sama dengan –273,160C. Namun pembagian skala antara Celcius dan Kelvin
tetap sama, walaupun tinggi rendahnya berbeda. Kelihatannya hal ini membingungkan,
tetapi contoh berikut mungkin dapat lebih menjelaskan.
Sejumlah air yang mempunyai temperatur 200 C, dipanaskan hingga temperaturnya
menjadi 400 C. Disini terjadi kenaikan suhu sebesar 200. Sebelum dipanaskan suhu air
200C dan ini sama dengan 20 + 273 = 2930 Kelvin , dan sesudah dipanaskan suhunya
menjadi 400 + 2730 = 3130 Kelvin. Jadi jelas tinggi temperaturnya berbeda, tetapi selisih
kedua suhu tersebut sama, yaitu 400 - 200 = 200 C, sedangkan selisih suhu dalam Kelvin
juga 200, yaitu selisih antara 2930 Kdan 3130 K.

Untuk lebih mudah membedakan kedua jenis temperatur tersebut, untuk derajad celcius
digunakan kode huruf t (kecil) sedangkan untuk kelvin digunakan huruf T (besar).
Catatan khusus :

Dalam uraian mengenai tekanan dan temperatur diatas, kita menemukan istilah
mutlak atau absolut. Karena itu perlu ditegaskan bahwa dalam semua
perhitungan Thermodinamika, semua nilai dari properti ini menggunakan nilai
mutlak. Jadi, walaupun dalam soal diketahui dalam nilai-nilai yang bukan nilai
mutlak, semua nilainya harus dirubah menjadi nilai mutlak, baru dimasukkan
dalam formula yang terkait dan dihitung hasilnya. Jelasnya,
 untuk temperatur, suhu dalam celcius harus dirubah menjadi nilai kelvin
karena derajad kelvin adalah temperatur mutlak;
 untuk tekanan, baik tekanan vakum, tekanan manometer, dll., harus dirubah
dulu menjadi tekanan mutlak.
 Untuk volume dan massa nilainya memang sudah mutlak, karena kalau
volume nol, atau massanya nol, berarti zat atau bendanya memang tidak ada,
dan jelas ini tidak bisa dihitung.

14
6. Kalori atau Jumlah Panas

Kalori atau jumlah panas adalah besar kecilnya panas yang dimiliki oleh suatu zat atau
benda, dan jumlah panasini dapat dipindahkan, baik diberikan kepada zat lain, atau
sebaliknya yang diterima oleh zat itu. Ini adalah pengertian umum, tetapi apa yang
disebut sebagai 1 (satu) kalori, atau satu kilo kalori ?

Standar kalori dibuat berdasarkan referensi hasil percobaan yang dilakukan terhadap air
murni, yang jika air tersebut berjumlah 1 gram (atau 1 kilogram), dan temperaturnya
dinaikkan sebesar 10C, yaitu dari dari 15,50C menjadi 16,50 C, maka dikatakan, air
tersebut akan memerlukan panas sebesar 1 kalori (atau 1 kilokalori).

Karena untuk menaikkan temperatur air sebesar 10C memerlukan panas sebesar satu
kalori, maka jika memanaskan 1 kg air yang tadinya mempunyai temperatur 20 0C sampai
mulai mendidih (1000C), maka dibutuhkan panas sebesar 1 x (100-20) kilokalori = 80 kilo
kalori.

Pengertian lain dari standar kalori adalah, karena untuk menaikkan temperatur 1 kg air
sebesar 10C adalah 1 kkal, maka panas jenis air murni = 1 kkal/kg0C (atau 1 kal/gr0C).
Ini juga berarti, air 1 kg yang mempunyai temperatur 600C dianggap memiliki kandungan
panas sebesar 60 kilokalori. Kandungan panas inilah yang kemudian biasa disebut
entalpi.

Disini akan timbul keraguan pengertian antara istilah kalori dengan entalpi. Keduanya
berarti jumlah panas, dimana sebenarnya kalori mempunyai dua arti. Kalori bisa berarti
satuan panas, juga berarti jumlah panas. Karena itu, untuk memudahkan pemahaman
ini, selanjutnya istilah kalori hanya digunakan untuk satuan panas, sedangkan jumlah
panas, yang dimiliki oleh suatu benda, dan bisa dipindahkan, disebut entalpi.

Dengan digunakannya satuan SI, dimana untuk panas dipakai satuan Joule (J), maka
satuan kalori selanjutnya tidak dipakai lagi, diganti Joule (J). Yang harus diingat,
walaupun satuan kalori diganti Joule, tidak berarti nilai 1 kalori sama dengan 1 Joule.
Masalah ini akan dibahas lebih lanjut dalam bab-bab selanjutnya (Bab III – Panas).

Properties lainnya, seperti entalpi, entropi dan lainnya, akan dibahas dalam bab-bab
selanjutnya sesuai dengan penggunaannya.

7. USAHA (WORK)

Usaha (work) adalah gaya yang diberikan kepada suatu benda, sedemikian rupa
sehingga benda tersebut bergerak atau berpindah tempat yang dihitung berdasarkan
besarnya gaya dikalikan jarak yang ditempuh benda yang menerima gaya tersebut.

Dengan demikian maka:

Usaha (W) = Gaya x jarak W = F (N) x s (m) satuan W Nm.

15
Dimana W = usaha atau work (Nm)
F = gaya dalam Newton (N)
s = jarak dalam meter (m)

Disamping gaya x jarak, yang merupakan formulasi linear, usaha juga diformulasikan
dalam bentuk kubik. Dalam praktek, yang menerima usaha adalah benda yang
mempunyai besaran volume. Demikian juga didalam mesin-mesin panas, usaha ini
diperoleh dari dalam suatu ruangan yang mempunyai volume, bukan hanya panjang
atau lebar saja. Oleh karenanya, usaha juga diformulasikan sebagai:

Usaha = Tekanan x volume W = p x V.

Satuan tetap sama, yaitu Newton meter.


Satuan newton meter atau Nm untuk usaha ini disamakan dengan Joule, dengan
demikian disamping Nm, satuan usaha juga Joule atau disingkat J. Sama seperti yang
lain, nilai Joule juga dapat menggunakan nilai-nilai perkalian (kilo, mega, dll) atau
pembagian (mili, micro, dll), sesuai nilai yang diperoleh. Dengan demikian:

1 Nm = 1 Joule, atau 1 kNm = 1 kJ atau 1 MNm = 1 MJ.

Selanjutnya adalah tenaga atau Power (disingkat P), yang diformulasikan sebagai
usaha per satuan waktu, atau jumlah usaha yang dapat dilakukan per satuan waktu
tertentu, dalam hal ini adalah detik (sekon) disingkat s. Jadi :

W (J )
Tenaga = Usaha per waktu P= satuan P adalah J/s
det ik ( s )

Satuan J/s (atau kJ/s) ini juga disamakan dengan watt (atau kW), oleh karena itu,

J Nm
1 watt = 1 = 1
s s
atau

kNm kJ
1 kW = 1 = 1
s s

Energi juga dapat diformulasikan sebagai usaha (W) yang dilakukan, juga diukur dengan
satuan usaha (J), dan ini berarti energi sama dengan usaha. Satuan lain untuk energi
adalah watt-jam atau kilowatt-jam (kWH), yang berarti terdapat sejumlah energi dalam
kilowatt yang digunakan atau diperoleh secara terus menerus selama satu jam.

Energi = tenaga x waktu

16
J
1 kWH = 1.000 watt x 3.600 detik = 1.000 x 3.600 s = 3.600.000 J
s
= 3.600 kJ = 3.6 MJ

17
BAB III

ENERGI dan PANAS

Setelah menyelesaikan bab ini yang mmberikan penjelasan tentang panas dan
kaitannya dengan energi serta pengaruh-pengaruhnya terhadap zat-zat atau
benda-benda,diharapkan para siswa mempunyai pengetahuan teori yang
mendalam mengenai bagaimana energi panas dapat dirubah dalam berbagai
bentuk sehingga akan menghasilkan usaha dan tenaga melalui berbagai proses
didalam mesin-mesin panas.

1. Panas dan Panas Jenis

Telah dijelaskan dalam bab-bab sebelumnya bahwa panas adalah salah satu bentuk energi.
Secara molekuler, panas akan mempengaruhi molekul-molekul yang akan mengembang
atau menyusut, tergantung apakah zat tersebut menerima atau melepaskan panas. Panas
dapat atau akan berpindah dari satu zat ke zat yang lain jika terdapat perbedaan temperatur
diantara zat-zat tersebut, sama halnya dengan peristiwa terjadinya arus listrik yang akan
timbul jika terdapat perbedaan potensial antara dua zat yang terhubung.

Panas diukur dengan temperatur (tinggi rendahnya panas) dengan satuan derajad, atau
dengan jumlah panas (kalori) yang sekarang menggunakan satuan Joule (J), atau kilo Joule
(kJ) atau Mega Joule (MJ). Kode untuk jumlah panas adalah Q (huruf besar), sedangkan
untuk temperatur t (huruf kecil) yang mewakili derajad celcius) atau T (huruf besar) yang
mewakili derajad Kelvin (suhu absolut/mutlak).

Sifat / properti dari panas yang sangat penting dan akan sering dijumpai adalah panas jenis
(specific heat). Yang dimaksud adalah, jumlah panas yang dibutuhkan oleh suatu zat
dengan massa tertentu (misalnya kilogram) untuk menaikkan atau menurunkan suhunya
sebesar satu derajad (10C). Kode untuk panas jenis adalah c (huruf kecil). Dengan demikian
maka satuan panas jenis adalah joule (atau KJ) per kilogram per derajad celcius (J/kg0C
atau kJ/kg0C). Dalam perhitungan umumnya yang digunakan adalah kJ/kg.0C, yang
nilainya sama dengan J/gr.0C. Dengan pengertian ini, kita mempunyai definisi atau
persamaan umum antara jumlah panas dengan suhu dan massa zat terkait, yaitu:

Q=m x c x

dimana 2 –T 1 atau perbedaan suhu sebelum dan sesudah perubahan.

Setiap zat mempunyai panas jenis yang berbeda, dan disamping itu, nilai panas jenis ini
tidak selamanya tetap, tergantung pada rentang tinggi rendahnya temperatur zat tersebut.

Sebagai contoh,
kJ
 pada suhu 00C, panas jenis air adalah 4,21
kg O K

18
kJ
 pada suhu 350C berubah turun menjadi 4,178
kg O K
kJ
 dan pada suhu 1000C meningkat menjadi 4,219 kK
kg O K

Untuk memudahkan perhitungan, rentang antara suhu 00C hingga 1000C diambil nilai
panas jenis rata-rata yaitu 4,2 kJ/kg.0K.

Contoh 1 :

Hitung jumlah panas yang dibutuhkan oleh 2,25 kg kuningan agar temperaturnya naik
dari 200C menjadi 2400C, jika panas jenis kuningan adalah 0,394 kJ/kg.0K

Jawab : – 20 = 2200C = 2200K.


0
K x 2200K = 195 kJ

Gas mempunyai karakteristik yang unik dimana jika temperatur dan tekanan berbeda, akan
mempunyai kondisi yang berbeda, sehingga panas jenisnyapun mempunyai nilai yang
sangat berbeda. Perbedaan yang menyolok adalah jika terjadi perpindahan panas pada
proses tekanan tetap dan volume tetap. Itulah sebabnya, pada gas dibedakan antara panas
jenis pada proses tekanan tetap dan pada proses volume tetap, dan diberi kode :

 cp = panas jenis pada proses tekanan tetap


 cv = panas jenis pada proses volume tetap
adapun satuannya tetap sama, yaitu kJ/kg.0K

2. PERUBAHAN PANAS

Seperti diketahui benda-benda atau zat-zat dapat berbentuk sebagai padat, cair atau gas.
Tidak semua, tetapi zat-zat tertentu dapat berbentuk padat, kemudian berubah menjadi cair
dan selanjutnya berubah lagi menjadi gas. Air yang dingin yang biasa disebut es berbentuk
padat. Apabila kepadanya diberikan panas, maka es akan menjadi cair. Dan jika dipanaskan
terus, air tersebut akan berubah menjadi gas, atau yang biasa disebut uap. Dalam
perubahan ini, mulai dari es hingga menjadi uap, terjadi “perubahan panas” terhadap es dan
air. Selain bentuknya berubah, temperaturnya juga berubah, demikian juga volume, masa
jenis, dan lain-lain.

19
Gambar 3-1
Perubahan panas pada es / air / uap
C D

A B

Es mencair air menguap uap

Panas uap (D s/d …)


Panas es
(s/d A) Panas pencairan
(A-B) Panas cair (B-C). Panas penguapan (C-D)
Skema diatas menunjukkan perubahan keadaan dari es hingga menjadi uap. Es yang pada
tekanan atmosfir mempunyai temperatur dibawah nol, dipanaskan hingga menjadi 0o C (titik
A). Pada posisi ini es mulai mencair, dan jika terus dipanaskan, semua es akan mencair
pada posisi B, namun temperatur es/air tetap 0o C. Panas yang diberikan dari A-B disebut
panas cair. Selanjutnya jika dipanaskan terus, temperatur air kembali naik hingga mencapai
100o C (titik C) dimana air mulai mendidih dan menjadi uap. Temperatur disini akan tetap
hingga semua air berubah menjadi uap (D).

Demikian juga zat-zat lainnya, jika dipanaskan, atau kepada zat tersebut diberikan panas,
akan terjadi perubahan keadaan atas properti atau kandungan zat tersebut, baik tekanan,
temperatur, masa jenis, gaya yang dapat dihasilkan, energi dan lain-lainnya. Disinilah peran
thermodinamika, yang membuat analisa atas perubahan-perubahan tersebut, hingga dapat
dicari kaitannya dengan energi serta tenaga yang diinginkan. Namun untuk itu diperlukan
sarana dimana proses perubahan tersebut terjadi. Untuk memudahkan pembahasan kita,
maka proses dimana perubahan tersebut terjadi disebut sistem.

Walaupun sistem mempunyai makna yang universal, namun didalam thermodinamika,


sistem adalah wadah yang mempunyai batas-batas tertentu (walaupun sering tidak nyata),
dimana didalamnya terjadi suatu proses (atau proses-proses) yang melibatkan zat (zat-zat)
tertentu. Suatu sistem biasanya menjadi bagian dari sistem lain yang lebih besar, namun
seringkali sistem tersebut mempunyai sistem-sistem lain, biasa disebut sebagai sub-sistem,
yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari sistem itu.

Jadi dalam suatu sistem terdapat :

20
 Garis-garis (yang menentukan batas tertentu dari sistem tersebut, termasuk garis
yang membatasi sistem dengan dengan sistem dimana sistem tersebut menjadi
salah satu bagiannya, dan/atau yang membatasinya dengan sub-sub sistemnya)
 Zat atau zat-zat (yang ber-proses atau mengalami proses)
 Proses (dimana terjadi perubahan keadaan)
 Surrounding atau sekelilingnya, baik yang akan mempengaruhi atau dipengaruhi
sistem tersebut

sub-sistem
Surrounding (sekeliling)
sub-sistem
Didalam sistem ada zat-zat Zat-zat yang melakukan
proses
dan proses

batas

Gambar 3-2 Sistem

Jenis-jenis sistem, antara lain :

 Sistem tertutup, dimana tidak ada pengaruh atau aliran / perubahan panas / energi
ke maupun dari sistem tersebut ke/dari sistem lain atau sekelilingnya (surrounding).
 Sistem terbuka, searah, dimana terjadi pengaruh atau aliran panas atau energi dari
sistem tersebut ke sistem / sekelilingnya, atau sebaliknya.
 Sistem terbuka, dua arah, dimana terdapat pengaruh atau aliran panas / energi dari
maupun ke sistem tersebut yang terjadi dalam waktu yang sama.

Sistem tertutup, tidak ada aliran panas / energi dari/ke


luar

Sistem terbuka searah, hanya


ada aliran masuk atau keluar
saja.

Sistem terbuka dua arah, dimana


sekaligus
ada aliran yang masuk maupun yang
keluar
Gambar 3-3

21
Dalam prakteknya, setiap mesin adalah suatu sistem, dimana batas-batasnya dapat
ditentukan sendiri, misalnya setiap silinder merupakan sub-sistem dari sistem mesin
tersebut, sedangkan mesin itu sendiri menjadi bagian dari sistem penggerak kapal yang
terdiri dari poros propeler, blok pendorong, propeler dan lain-lain.

Perubahan panas adalah suatu proses yang terjadi didalam suatu sistem yang melibatkan
satu atau beberapa zat. Adapun yang dimaksud dengan proses adalah perubahan keadaan
dari keadaan awal atau pertama menjadi keadaan lain atau keadaan kedua. Keadaan
pertama maupun keadaan kedua ditentukan oleh nilai dari “properti” atau kandungan zat-zat
didalam sistem tersebut, yaitu antara lain temperatur, tekanan, volume, massa dan lain-lain.
Dengan perkataan lain, kita mengetahui ada “perubahan keadaan” jika sebagian atau
seluruh nilai dari properti zat tersebut berubah. Dengan “menghitung” nilai-nilai properti zat
tersebut sebelum dan sesudah perubahan, termasuk nilai panas atau energinya, kita dapat
menghitung, berapa energi panas yang dapat dimanfaatkan, termasuk mendapatkan
efisiensi dan lain-lain. Disini kita dapat membuat analisa suatu proses, atau proses-proses,
dan kita dapat merancang dan membuat mesin yang bukan saja efektif, tetapi juga efisien.
Sekurang-kurangnya kita mampu mengetahui, apakah mesin yang sedang berjalan itu
masih normal atau sudah tidak dapat berfungsi secara maksimal.

3. Konversi Panas dengan Usaha Mekanikal

Persamaan atau konversi antara energi panas dengan energi mekanikal telah ditemukan
atau diperkenalkan oleh Dr. Joule, yang adalah ilmuwan pertama yang menyatakan bahwa
panas adalah salah satu bentuk energi, melalui hasil uji cobanya.

Dalam unit satuan Inggris, diketahui konversi antara usaha dan panas adalah 778 ft.lbf
usaha = 1 BTU panas. Tetapi dalam satuan SI, semua bentuk energi mempunyai satuan
yang sama yaitu Joule. Seperti diketahui, 1 joule adalah gaya (force = F) sebesar 1 newton
yang bekerja sepanjang jarak 1 meter ke arah dimana gaya tersebut bekerja, dan dengan
demikian maka 1 Joule = 1 Nm, yang juga berarti ekivalen antara panas dan usaha =
1Nm/J = 1.

Dalam suatu gesekan, diperlukan usaha untuk mengatasi gesekan tesebut, dimana energi
mekanis atau usahanya akan berubah menjadi energi panas. Dalam mekanika kita
mengetahui bahwa gaya yang dibutuhkan untuk mengatasi gesekan antara dua benda
adalah koefisien gesekan ( micro) dikalikan gaya normal yang bekerja diantara kedua
permukaan benda yang bergesekan, atau:

Gaya gesekan = koefisien gesekan x gaya antara dua permukaan yang bergesekan

22
Contoh - 2

Sebuah poros berputar dengan kecepatan 50 putaran/detik dalam bearing (bantalan)


yang didinginkan dengan minyak pelumas, mempunyai diameter 178 mm. Gaya yang
bekerja antara permukaan poros dan bantalan = 2,67 KN dan koefisien gesekan 0,04.
Hitunglah:
a. Gaya gesekan pada permukaan poros
b. Energi mekanis akibat gesekan untuk setiap putaran
c. Tenaga yang hilang akibat gesekan
d. Kenaikan temperatur minyak lumas jika volumenya 18 liter per menit, panas
jenisnya = 2 kJ/kg0K dan berat jenisnya 0,9 gr/ml.

Jawab:

a. 106,8 N.
b. Energi mekanis atau usaha yang dibutuhkan untuk mengatasi gesekan per putaran =
gaya gesekan x keliling poros =
Fgesekan 59,7 J.
c. Tenaga yang dibutuhkan : W/s = Usaha/putaran x putaran/s = 59,7 x 50 = 2985 J/s =
2985 watt = 2,985 kW.
d. Dalam volume, dengan berat jenis 0,9 gr/ml = 0,9 kg/liter
Massa minyak lumas = volume/detik x berat jenis = 18/60 x0,9 = 0,27 kg/s
Q = massa x panas jenis x
2,985 kJ/s = 0,27 kg/s x 2 kJ/kg0 0
K
Jadi kenaikan temperatur = 5,527 0K

Untuk air atau zat cair lain yang berada dalam suatu tabung atau bak, jika terjadi perubahan
temperatur, akan menerima panas yang sama dengan panas yang dipindahkan dari/oleh
tabung / baknya.

Contohnya, jika suatu tabung alumunium yang mempunyai massa 2 kg dengan panas jenis
0,912 kJ/kg0K, akan menerima panas sebesar:

Q = massa x panas jenis x perubahan temperatur,

Dimana untuk air Qw = mw x cw x w dan untuk tabung Qa = ma x ca a

dimana Qw = Qa, dengan demikian maka:

mw x cw w = ma x ca a w a

sehingga: mw x cw = ma x ca atau mw = ma x ca / cw

Jika panas jenis air dianggap = 4,2 kJ/kg0K, maka:

mw = ma x ca / cw = 2 x 0,912 / 4,2 = 0,4343 kg.

23
Ini berarti, 0,4343 kg air membutuhkan sejumlah panas yang sama dengan panas yang
dibutuhkan oleh tabung alumunium untuk menaikkan temperaturnya dengan jumlah
kenaikan suhu yang sama ( w = a). Adalah perlu untuk mengetahui ekuivalen dari
kalorimeter laboratorium. Jika air berada didalam tabung, temperatur tabung akan sama
dengan air yang berada didalamnya, dan jika temperatur airnya berubah, maka temperatur
tabungpun akan berubah juga. Itulah mengapa tambahan masa air sebanding dengan
ekuivalen air tabungnya.

Contoh 3 :

Massa kalorimeter tembaga 0,28 kg dan berisi air o,4 kg pada suhu 15 0C. Jika panas
jenis tembaga 0,39 kJ.kg0K, hitung panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur
hingga 200C.

Jawab: Ekuivalen air dari kalorimeter = 0,28 x 0,39 / 4,2 = 0,026 kg.
Panas yang diterima oleh air dan kalorimeter = Q = m x c x (T 2 – T1)
= (o,4 + 0,026) x 4,2 x (20-15) = 0,426 x 4,2 x 5 = 8,94 kJ.

Jika dua zat yang berbeda suhunya dicampur, panas akan dipindahkan dari zat yang
suhunya lebih tinggi ke zat yang suhunya lebih rendah, hingga keduanya mempunyai suhu
yang sama. Kecuali dinyatakan lain, dianggap bahwa tidak ada panas yang dipindahkan,
baik dari luar maupun dari dalam selama proses berlangsung. Dengan demikian jumlah
panas yang diserap oleh zat yang lebih rendah suhunya sama dengan panas yang hilang
atau diambil dari zat yang lebih tinggi suhunya.

Contoh 4.
Dalam suatu percobaan untuk mencari panas jenis timbel, 0,5 kg timbel dengan suhu
510C dimasukkan kedalam kalorimeter yang diisolasi yang berisi air 0,25 kg pada suhu
13,50C dan resultante suhu campurannya 15,50C. Jika ekuivalen air kalorimeter 0,02 kg,
berapa panas jenis timbelnya ?

Jawab:
Panas yang diterima air dan kalori meter waktu suhunya naik dari 13,5 – 15,50C :
Q = m x c (T2 – T1) = (0,25+ 0,02) x 4,2 x (15,5 – 13,5) = 0,27 x 4,2 x 2 kJ.

Panas yang hilang dari timbel yang didinginkan dari 51 – 15,50C:


Q = m x c (T2 – T1) = 0,5 x c (51-15,5) = 0,5 x c x 35,5 kJ.

Panas yang diambil dari timbel dan diterima air dan kalorimeter sama, sehingga:
Q = 0,27 x 4,2 x 2 kJ. = 0,5 x c x 35,5 kJ, sehingga

c = 0,27 x 4,2 x 2 kJ. = 0,1278 kJ/kg0K.


0,5 x 35,5

4. Panas Laten

Panas laten adalah panas yang yang diperlukan untuk mengatasi besarnya gaya tarik-
menarik diantara molekul-molekul suatu zat dan yang menyebabkan perubahan bentuk

24
zat dari padat ke cair maupun ke gas atau uap, dimana perubahan yang terjadi tanpa
adanya kenaikan temperatur. Proses perubahan keadaan zat dari padat ke cair disebut
pencairan atau fusi, dan jumlah panas yang dibutuhkan untuk merubah sejumlah zat
dari padat ke cair pada temperatur tetap disebut panas laten pencairan atau panas
laten fusi.

Contohnya, panas laten fusi untuk es adalah 335 kJ/kg pada 00C. Ini berarti bahwa 1kg
es pada suhu 00C membutuhkan panas 335 kJ agar seluruhnya es berubah menjadi air
1kg. Sebaliknya, air harus kehilangan panas sebesar 335 kJ agar seluruh 1kg air
membeku menjadi es 1 kg pada suhu 00C.

Proses perubahan bentuk dari cair menjadi gas disebut evaporasi atau penguapan dan
jumlah panas yang dibutuhkan agar perubahan yang terjadi pada suhu tetap dan massa
tertentu ini disebut panas laten evaporasi atau penguapan. Panas laten penguapan air
pada tekanan atmosfir adalah 2256,7 kJ/kg. Ini artinya, 1 kg air pada suhu 100 0C akan
membutuhkan panas 2256,7 kJ agar seluruh air berubah menjadi uap. Demikian juga
sebaliknya untuk merubah seluruh uap menjadi air.

Suhu dimana zat cair mendidih dan panas laten penguapan tergantung sepenuhnya
pada tekanan, lebih tinggi tekanannya, titik didih akan menjadi lebih tinggi juga, tetapi
panas laten yang dibutuhkan jumlahnya lebih sedikit. Misalnya pada tekanan atmosfir,
air mendidih pada suhu 1000C tekanan dan panas laten penguapannya 2256,7 kJ.
Tetapi pada tekanan 15 bar (=1500 kN/m 2), titik didihnya 198,30C, dan panas laten
penguapan yang dibutuhkan hanya sebesar 1947 kJ/kg., dan pada tekanan 30 bar, titik
didihnya 233,80C dan panas laten penguapannya 1795 kJ/kg. Nilai-nilai ini didapat dari
tabel uap.

Pada bab-bab selanjutnya kita akan mengetahui bahwa pada proses tekanan tetap,
energi panas yang dipindahkan ke suatu zat disebut entalpi, hingga selanjutnya panas
laten fusi akan disebut entalpi fusi, dan panas laten penguapan disebut entalpi
penguapan dst.nya.

Contoh 5 Hitunglah panas yang dibutuhkan agar 2 kg es pada suhu -150C, berubah
menjadi uap pada tekanan atmosfir. Ambil nilai-nilai berikut:

panas jenis es = 2,04 kJ/kg


panas laten fusi = 335 kJ/kg
panas jenis air = 4,2 kJ/kg
panas laten evaporasi = 2256,7 kJ/kg
Jawab:
Panas untuk menaikkan suhu es menjadi 0OC adalah:
Q1 kJ.
Panas laten pencairan untuk merubah seluruh es menjadi air:
Q2 = m x 335 = 670 kJ.
Panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu air dari 0-1000C adalah:
Q3 kJ.
Panas laten penguapan untuk merubah seluruh air menjadi uap:
Q4 = 2 x 2256,7 = 4513,4 kJ.

25
Dengan demikain maka seluruh panas yang dibutuhkan oleh es tersebut
adalah:

Q1 + Q2 + Q3 + Q4 = 61,2 + 670 + 840 + 4513,4 = 6084,6 kJ.

5. PEMUAIAN PANAS

Kenaikan suhu sangat mempengaruhi suatu benda, terutama logam yaitu terhadap
volumenya. Artinya, jika suatu benda mengalami kenaikan suhu, maka volumenya akan
mengembang atau memuai. Demikian juga jika temperaturnya menurun, volumenya akan
berkurang atau menyusut. Besarnya pemuaian tidak sama untuk setiap benda atau zat.
Itulah sebabnya banyak pabrik mencoba membuat suatu logam agar mempunyai tingkat
pemuaian serendah mungkin, sesuai tingkat kenaikan suhu yang mungkin akan dialami oleh
logam tersebut.

Sebenarnya pemuaian benda tersebut akan terjadi kesemua arah (volume), tetapi dalam
prakteknya banyak yang hanya memperhitungkan ke satu arah saja (panjang), atau dua
arah (luas). Pemuaian satu arah disebut Linear Expansion (pemuaian linear), pemuaian
dua arah disebut superficial expansion (pemuaian permukaan atau bidang) dan pemuaian
ke semua atau tiga arah disebut cubical expansion (pemuaian kubik).

5.1 Pemuaian Linear (panjang)

Jika kita hanya memperhitungkan pemuaian suatu benda akibat panas dengan satu arah
saja, maka besarnya pemuaian benda akan dinyatakan oleh koefisien pemuaian linear.
Yang dimaksud adalah jumlah pertambahan panjang suatu benda setiap kenaikan satu
derajat pada panjang tertentu. Contohnya, koefisien pemuaian linear tembaga adalah 1,7 x
10-5 /0C, atau 0,000017 per derajat celcius. Ini berarti, jika tembaga yang panjangnya 1
meter dipanaskan satu derajat celcius, maka panjangnya akan bertambah menjadi 1 +
0,000017 = 1,000017 m. Koefisien ini diberi kode , huruf yunani. Jadi, jika
panjang sebenarnya = l, dan kenaikan suhu (t2 – t1), maka:
perpanjangan = 2 – t1),

dan panjang yang baru menjadi: l’ = l + a . l . (t2 – t1)

Contoh 6 Sebuah pipa uap panjang 6,5 meter sewaktu dipasang suhunya 15 0C, dan akan
digunakan pada untuk mengalirkan uap yang suhunya 3000C. Hitunglah berapa
banyak kelonggaran yang harus diberikan terhadap pipa tersebut jika koefisien
pemuaian linear pipa tersebut 1,2 x 10-5/0C.

Jawab: Perpanjangan pipa 2 – t1), = 1,2 x 10-5 x 6,5 x (300-15)


= 0,02223 meter

Contoh 7 Silinder kuningan mempunyai diameter 270 mm sewaktu suhunya 17 0C. Jika

26
koefisien pemuaian linear kuningan = 1,9 x 10-5/0C, hitunglah hingga suhu
berapa harus dipanaskan agar diameternya bertambah 2 mm.

Jawab Diameter silinder adalah ukuran linea, jadi berlaku sama dengan pemuaian satu
arah. Ingat bahwa satuan diameter dan perpanjangannya harus sama.
2 – t1), = 1,9 x 10-5 x 270 (t2 – t1),
5
Kenaikan suhu = (2 x 10 ) : (1,9 x 270) = 389,70C.
Suhu yang diharuskan = 17 + 389,7 = 406,70C.

5.2 Pemuaian permukaan (bidang)

Ini mengacu ke pemuaian luas permukaan, dimana koefisien pemuaiannya adalah


penambahan luas per unit luas per derajat panas. Jadi, jika A adalah luas benda yang
mendapat panas, dan (t2-t1) adalah kenaikan temperatur, maka:

Penambahan luasnya = koefisien pemuaian permukaan x A x (t 2-t1)

Perhatikan gambar di halaman berikut:

Panjang dan lebarnya


koefisien pemuaian linear (panjang).

Gambar III-4

Jika luas sebelumnya = l x l= l


Panjang dan lebar baru =
2 2
Luas baru .
2 2
Pertambahan luas -1

-5 2
akan menjadi
lebih kecil lagi sehingga untuk perhitungan praktis diabaikan. Dengan demikian maka yang

dengan 2 x pemuaian linear, jadi:

= 2 – t1)

27
5.3 Pemuaian Kubik (Volume)

Pemuaian kubik mengacu ke pemuaian volume. Koefisien kubik atau volumetrik adalah
pertambahan volume per unit volume per derajat kenaikan suhu. Jika V adalah volume awal,
dan (t2 – t1) adalah kenaikan suhu, maka :

(t2 – t1)

Perhatikan gambar dibawah ini:

Gambar III-5

1 1
1

Volume semula V = 1x1 x1


2 3
Volume baru
Pertambahan volume - volume awal
2 3
- 1
2 3

2 3
sangat kecil maka dapat diabaikan, sehingga pertambahan

Dengan demikian:

= 2 – t1)

Perlu diingat, bahwa linear mengacu ke ukuran linear yaitu panjang, lebar, tebal, diameter,
keliling dan lain-lain, dan koefisien pemuaian linear dapat diterapkan untuk setiap ukuran-
ukuran tersebut, baik ukuran dalam (internal) maupun luar (external). Adapun koefisien luas
atau permukaan juga berlaku untuk setiap luas permukaan benda padat, luas potongan,
luas suatu permukaan dll., baik internal maupun eksternal. Demikian juga koefisien untuk
kubikasi, berlaku untuk tabung-tabung yang berlubang.

Contoh 8:
Suatu bola dari logam mempunyai diameter 25 mm pada 20 0C. Berapa pemuaian
diameter, luas permukaan dan volumenya jika dipanaskan hingga 2600C., jika
koefisien pemuaian linearnya 1,8 x10-5 / 0C.

Kenaikan suhu = 260 – 20 = 2400C.


Pemuaian diameter = 1,8 x10-5x 25 x 240 = 0,108 mm
2
Luas permukaan (A)

28
Pemuaian permukaan 2 – t1) = 2 x 1,8 x10-5 2
x 240
2
= 16,96 mm
3
Volume =
Pemuaian volume 2 – t1)
-5 3
= 3 x 1,8 x 10 x 240
= 106 mm 3

5.4 Pemuaian Zat Cair

Zat cair tidak mempunyai bentuk tertentu, karena itu hanya berlaku pemuaian linear

(beta), jadi,
Pemuaian volume zat cair :
Pertambahan volume 2 – t1)

Contoh 9:
2500 lter minyak dipanaskan hingga suhunya naik sebesar 500C. Jika koefisien
pemuaian kubikasi minyak ini sebesar 0,0008 / 0C, berapa pertambahan volumenya
dalam meter kubik.

2500 liter = 2,5 m3


Pertambahan volume 2 – t1)
= 0,0008 x 2,5 x 50 = 0,1 m 3

Tangki atau tabung dimana minyak disimpan, juga akan ikut memuai jika dipanaskan.
Karena itu akan bermanfaat jika diketahui pemuaian relatif zat cair terhadap tangkinya
sehingga dapat dikoreksi dengan teliti jika terjadi perubahan temperatur.
Pemuaian relatif dalam volume zat cair adalah perbedaan antara pemuaian volumetris
zat cair dan pemuaian volume tangki / tabungnya. Jika keduanya mempunyai volume
awal yang sama dan kenaikan suhunya terjadi secara bersamaan, maka jika L adalah
cairannya dan C adalah tabungnya, maka:

Kenaikan vol. cairan yang terlihat = kenaikan vol. cairan – kenaikan vol. tabung
= L x V x (t2 – t1) - C x V x (t2 – t1)
= L - C ) x V x (t2 – t1)

Perbedaan antara koefisien pemuaian kubik dari cairan dan tabung dapat disebut
sebagai koefisien pemuaian kubik yang terlihat (apparent) zat cair.

Dalam kaitan ini, yang perlu diperhatikan adalah adanya keterbatasan kekuatan logam,
dimana logam-logam yang temperaturnya dinaikkan akan mengalami regangan (strain),
dan bila melewati batas tertentu akan terjadi tegangan (stress). Namun untuk
mengetahui detail dari masalah strain, stress dan kaitannya dengan modulus elastisitas,
tidak dibahas disini, dan diminta untuk mendalaminya dalam mata kuliah Mekanika.

6. TRANSFER PANAS

Transfer atau pemindahan panas dari satu sistem ke sistem lain dapat terjadi dengan tiga
cara:

a. Konduksi (conduction)
b. Konveksi (convection)

29
c. Radiasi (radiation)

6.1 Konduksi

Konduksi adalah aliran energi panas melalui badan, atau dari satu badan ke badan lain
yang kontak satu dengan lainnya, sebagai akibat perbedaan temperatur. Aliran terjadi
dari daerah yang temperaturnya lebih tinggi ke daerah yang temperaturnya lebih
rendah.
Umumnya, logam adalah konduktor panas yang baik. Udara, dan beberapa jenis bahan
seperti asbes, gabus, woll gelas, adalah jenis yang sangat tidak konduktor, atau disebut
isolator panas. Biasanya bahan-bahan ini digunakan untuk mengurangi kehilangan
panas, contohnya, asbes digunakan untuk menyelimuti pipa pada instalasi uap agar
panasnya tidak hilang. Air juga konduktor yang jelek.

Uap Contoh percobaan sebagaimana


digambarkan dalam gambar
Gambar 3-6 dibawah ini memperlihatkan tabung
gelas berisi air , dimana bagian
Air bawahnya ditaruh sepotong es batu.
Bagian atas tabung dipanaskan,
dekat permukaan airnya. Sewaktu
air bagian atas mulai mendidih pada
suhu 1000 C, es dibagian dasar
tabung tetap tidak meleleh, yang
menjadi bukti bahwa air bukan
Es konduktor panas yang baik.

Jumlah panas yang dikonduksikan melalui bahan pada waktu tertentu tergantung
konduktifitas panas bahan, dan sebanding dengan luas permukaan yang mendapat panas
dari sumbernya, dan sebanding pula dengan perbedaan suhu antara ujung-ujung terpanas
dan terdingin, dan berbanding terbanding terbalik dengan jarak atau ketebalan dimana
panas tersebut harus dikonduksikan, jadi:

Luas x waktu x perbedaan temperatur


Jumlah panas yang dikonduksikan Ketebalan
=

Konduktifitas panas selalu tergantung pada jenis bahan dan kemampuannya untuk
menghantarkan panas, dan juga tergantung pada rentang temperaturnya.

Koefisien Konduktifitas panas bahan, dengan kode lambda , adalah jumlah panas
yang dikonduksikan melalui suatu bidang dalam unit waktu tertentu dan perbedaan
temperatur antara dua bidang yang berlawanan pada jarak tertentu. Misalkan panas akan
dikonduksikan melalui dinding yang rata, sebagaimana terlihat pada gambar berikut:

30
Gambar 3-7
Q

Temp. bidang 1 T1

Area bidang A Perbedaan temperatur


T2

Dimana:
Q = jumlah energi panas yang dikonduksikan dalam Joules (J)
A = Area yang harus dilalui aliran panas, dalam m 2
t = waktu aliran energi panas yang diperlukan dalam detik (s = sekon)
T1-T2 = perbedaan temperatur antara bidang satu dan bidang dua
S = ketebalan dinding

Jm/m2.s0K. Untuk
memudahkan, biasanya disingkat dengan menghilangkan m menjadi m 2 dan memasukkan
W (watt) menggantikan J/s (Joule per sekon):

J.m/m2s0K = J / m.s.0K = W / m.0K

Dengan demikian maka jumlah energi panas yang dipindahkan secara konduksi menjadi:

 T1-T2)
Q =
S

Contoh - 10

Hitung pemindahan panas per jam melalui dinding bata yang solid sepanjang 6 meter,
tinggi 2,9 meter dan tebal 225 mm, jika bidang luar dinding temperaturnya 50C, dan
bagian dalamnya 170C, dimana diketahui konduktifitas panas bata adalah 0,6 W/m 0K.

31
Q = -T2)(0K)
S (m)
= 0,6 x 6 x 2,9 x 3600 x (17-5)
0,225
= 2,004 x 106 Joule
= 2,004 MJ atau 2004 kJ.

Dinding Komposit adalah dinding yang berlapis-lapis dan terdiri dari berbagai jenis bahan
yang berbeda. Lihat gambar dibawah ini:

Gambar III-8

T1 T2 T3 T4

T2 -T1

Total perbedaan
suhu
T2 -T1

s1 s2 s3

Untuk setiap ketebalan:

Q S
Q = Perbedaan suhu = T =
S

Total penurunan suhu melalui tiga ketebalan :

T1 – T 4 = Q1 S1 Q2 S2 Q 3 S3
A1 t1 + A2 t2 + A3t3

Jumlah panas yang ditransfer melalui setiap lapis melewati bidang yang sama dalam waktu
yang sama, karena itu Q, A, dan t menjadi:

T1 – T 4 = Q S1 S2 S3
At + +

Untuk setiap lapisan, jika TD adalah jumlah total penurunan temperatur, maka:

32
TD = (T1 – T2) + (T2 – T3) + (T3 – T4) + (T4 – T5) + (T5 – T6) + dst.nya.

Dan dengan menggunakan kode jumlah Sigma ( ), maka:

S S1 + S2 + S3 + dstny a


dan TD atau Q = A.t TD

Contoh - 11
Dinding yang diberi isolasi untuk kompartemen ruang pendingin mempunyai panjang 8
meter, tinggi 2,5 meter dan diluarnya dipasang pelat baja 18 mm, dinding bagian dalam
dibuat dari kayu dengan tebal 22,5 mm, baja dan kayu dipisahkan pada jarak 90 mm
dan membentuk rongga yang diisi dengan gabus. Jika temperatur antara bidang-bidang
komposit turun sebesar 150C, hitung panas yang dipindahkan per jam melalui dinding
dan penurunan temperatur pada gabus. Koefisien konduktifitas untuk baja, gabus dan
kayu adalah 45, 0,045 dan 0,18 W/m 0K.

Untuk seluruh dinding komposit,


T1 – T4 = Q / At (S1 / 1 + S2 / 3 / )

dimana T1 – T4 = 150K, A = 8 x 2,5 = 20 m 2 dan t = 3600 sekon

Jadi, 15 = Q / 20 x 3600 x 2,1254


Q = 15 x 20 x 3600 / 2,1254 = 5,082 x 105 Joule = 508,2 kJ.

= 5,082 x 105 x 0,09 / 20 x 3600 x 0,045 = 14,110C.

Pemindahan panas dari zat cair ke zat cair lain melalui dinding pemisah, banyak dijumpai
dalam tehnik permesinan. Gambar di halaman berikut memperlihatkan pemindahan panas
dari suatu zat cair ke pelat yang rata, melalui ketebalan pelat dan dari pelat ke cairan lain.
Pada setiap sisi pelat terdapat lapisan tipis yang hampir bersifat tetap didinding pelat,
dimana pemindahan panas melalui lapisan ini hanya secara konduksi saja.

Jumlah panas yang dikonduksikan melalui lapisan zat cair untuk setiap unit luas
permukaan, dalam unit waktu, untuk setiap penurunan temperatur pada ketebalan lapisan,
dinyatakan dengan koefisien pemindahan panas, dan ini tergantung pada kecepatan
cairan (seperti kecepatan air pendingin melalui pipa-pipa kondensor, dll.) dan kondisi
permukaannya.

Koefisien pemindahan panas ini dinyatakan dengan h, dan karena panas yang
dikonduksikan dalam waktu tertentu sebanding dengan luas bidang dan penurunan suhu,
maka satuan h adalah Joule per meter persegi per derajat Kelvin atau = J/m 2.s.0K, atau =
W/m 2 0K, sehingga:

33
Q (J) = h (W / m 2 0K) x A (m 2) x t (s) x (0K)

Gambar 3-9

Zat cair A pelat padat zat cair B

T1 – T2
Total Penurunan
temperatur
T2 – T3

T3 – T4 Q

Mengacu gambar diatas, panas dikonduksikan melalui lapisan cairan A:

Q = hA A t (T 1 – T 2) T 1 – T 2 = Q / hA A t

Panas konduksi melalui pelat padat:

Q = p A t (T 2 – T 3) T2 – T3 P p At
SP

Panas yang dikonduksikan melalui lapisan cairan B:

Q = hB A t (T 3 – T 4) T 3 – T 4 = Q / hB A t

Penurunan temperatur total:


T D = (T 1 – T 2) + (T 2 – T 3) + (T 3 – T 4) = Q / At ( 1/hA P + 1/hB )

Jumlah yang didalam tanda kurung (..) dapat diganti dengan dengan 1/U, dimana U
adalah keseluruhan koefisien pemindahan panas, sehingga:

1/U = 1/hA P + 1/hB

T D = Q / U.A.t atau Q = U.A. t. T D

34
Contoh 12

Tangki berbentuk kubus sisi-sisinya 2 meter dibuat dari logam dengan tebal 12 mm
berisi air yang suhunya 750C. Udara disekitarnya mempunyai suhu 160C. Hitunglah:
a. koefisien pemindahan panas total dari air ke udara
b. panas yang hilang setiap sisi tangki per menit.

Koefisien panas konduksi logam 48 M/m 0K, koefisien pemindahan panas air 2,5
kW/m 20K, dan koefisien pemindahan panas udara 16 W/m 30K.

3
Jawab: 1/ U = 1/hA + P + 1/hB = 1/2,5 .10 + 0,012/48 + 1/16
= 0,0004+0,00025+0,0625 = 0,06315

a. U = 1 / 0,06315 = 15,84 W/m 20K

b. Q = U A t TD = 15,84 x 22 x 60 x (75-16) = 2,234 x 105 MJ = 224,3 kJ.

Konveksi

Konveksi adalah metode pemindahan panas didalam cairan akibat gerakan partikel-partikel
zat cair yang dipanaskan. Gambar III-10-A dibawah ini memperlihatkan tabung air yang
mempunyai pipa miring dibawahnya. Jika air didalam tabung dipanaskan melalui pipa yang
miring, partikel-partikel air yang lebih ringan akan naik, dan partikel yang lebih berat akan
bergerak turun dan mengambil alih posisinya sehingga terjadi arus konveksi sampai seluruh
air didalam tabung menerima panas secara merata akibat sirkulasi air yang terus menerus.
Ini adalah prinsip kerja ketel pipa air.

Gambar III-10-B berikutnya memperlihatkan udara didalam ruangan yang dipanaskan


secara konveksi, dimana api, radiator atau sumber panas lain ditempatkan dibawah ruangan
tersebut. Adapun gambar III-10-C memperlihatkan kamar yang didinginkan dengan
konveksi, dimana pendingin (seperti pipa-pipa refrigerator) ditempatkan dekat bagian atas
kamar.

B
A

Gambar 3-10

35
C

Contoh-contoh diatas adalah sirkulasi natural dari suatu zat dan disebut sebagai konveksi
bebas. Jika gerakan zat dihasilkan secara mekanis (paksa), seperti dengan kipas angin
atau pompa, disebut konveksi paksa.

Radiasi

Radiasi adalah pemindahan panas dari satu badan ke badan lainnya melalui udara dengan
sinar gelombang magnit listrik. Sinar panas berjalan dalam garis-garis lurus ke semua arah
dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan sinar, yaitu hampir 300,000 kilometer per
detik, yang dalam tehnik praktis dianggap sekejap atau seketika.

Sebagian panas radiasi yang mengenai badan dipantulkan berupa pantulan yang juga sinar,
sebagian lagi terserap badan dan sebagian kecil lainnya menembus badan. Permukaan
gelap dan kasar baik sebagai penyerap panas radiasi, sementara permukaan yang terang
dan dipoles memantulkan sebagian besar panas dan hanya sedikit menyerap panas. Badan
yang jelek penyerapan panasnya juga tidak baik sebagai radiator dan sebaliknya. Penyerap
dan radiator panas yang sempurna disebut sebagai badan “hitam” sempurna.

Emisivitas dari badan yang menerima radiasi adalah perbandingan antara panas yang
diemisikan oleh badan hitam sempurna dari bidang permukaan dan temperatur yang sama
ilon), yaitu nilai radiator ideal.

Hukum Stefan Boltzmann menyatakan bahwa energi panas yang dipancarkan oleh
radiator sempurna adalah sebanding dengan empat kali tenaga temperatur mutlaknya.
Dengan demikian maka, jika Q = jumlah panas yang dipancarkan, A = permukaan panas
radiasi, t = waktu radiasi dan T = temperatur mutlak, maka :

Q = A.t.T 4 x nilai konstanta

Nilai konstanta tergantung pada unit yang digunakan, dan jika untuk unit bidang adalah m 2,
waktu dalam sekon, dan temperatur mutlak dalam Kelvin, maka nilai konstanta yang
diberikan untuk kilo joule energi panas adalah 5,67 x 10-11 kJ/m 2s 0K.

Jadi, jumlah energi panas yang diradiasikan dari badan yang panas dengan temperatur T 1
ke sekitarnya dengan T2 menjadi:

Q = 5,67 x 10-11 x A t (T 14 – T 24)

Contoh 13:

Temperatur nyala api dalam dapur adalah 12770C dan temperatur disekitarnya 2770C.
Hitunglah jumlah energi panas yang diradiasikan maksimum per menit per meter
persegi ke bidang-bidang sekeliling dapur.

T1 = 1277 C + 273 = 15500K


T2 = 277 C + 273 = 5500K.

36
Q = 5,67 x 10-11 x A t (T14 – T24) = 5,67 x 10-11 x 1 x 60 x (15504 - 5504)

Perhatikan, untuk memudahkan perhitungan pangkat 4 didalam tanda kurung, dapat


digunakan cara:

...... 15504 - 5504 = (15502 + 15502) (15502 – 5502) =


= (2 402 500 + 302 500) (2 402 500 - 302 500) = 270500 x 2100000
= 2705 x 2,1 x 1012

Jadi,Q = 5,67 x 10-11 x 1 x 60 x 2705 10112 = 1,933 x 104 kJ atau 19,33 MJ

37
BAB IV

PERSAMAAN KEADAAN dan GAS IDEAL

Tujuan bab ini adalah untuk membahas persamaan-persamaan keadaan


umum sebagai konsekuensi beberapa hukum dalam fisika, dan dimana
gas adalah zat yang paling banyak digunakan dalam proses-proses energi
panas dalam permesinan untuk memperoleh tenaga yang diperlukan.

Persamaan keadaan adalah hubungan antara properti-properti suatu zat pada keadaan
tertentu atau yang berlaku pada semua keadaan. Dalam thermodinamika, properti yang
paling sering digunakan adalah tekanan, volume atau volume jenis dan temperatur.
Ternyata, untuk hampir semua gas atau zat terdapat hubungan antara ketiga properti tadi
yang bersifat konstan.

Dalam pelajaran fisika, Boyle menyatakan bahwa dalam sebuah ruang tertutup yang
suhunya tidak berubah, jika tekanannya naik atau turun, maka volumenya akan berubah
sebanding dengan perubahan tekanan tersebut, atau dengan kata lain :

p1 x v 1 = p2 x v 2 atau p.v = C, p = tekanan; v = volume; C = constante

sedangkan Gay Lussac mengatakan bahwa jika suatu zat dipanaskan atau didinginkan
tetapi tekanannya tetap, maka volume akan naik atau turun sebanding dengan tingkat naik
turunnya temperatur; atau, jika volume dibuat tetap, maka tekanannya akan naik atau turun
sebanding dengan perubahan temperaturnya. Hal ini dinyatakan dalam bentuk persamaan
sbb. :

 Pada tekanan tetap v1 : T 1 = v2 : T2 atau v / T = C

 Pada volume tetap, p1 : T 1 = p2 : T 2 atau p / T = C

Jika hukum Boyle dan Gay Lussac digabung, maka akan terjadi persamaan :

p1 x V1 : T 1 = p2 x V2 : T 2 atau p .V / T = C atau
p .V = C . T
C atau constante yang nilainya tetap untuk gas-gas yang menjadi bahan pembahasan
dalam thermodinamika selanjutnya disebut sebagai konstanta gas dan kodenya dirubah
menjad R.
Dengan demikian, persamaan 4 menjadi :

p x v = R x T

38
Perlu diingat, v disini adalah volume untuk setiap satu satuan berat atau biasa disebut
sebagai volume jenis zat atau gas yang ada dalam sistem, oleh karenanya, untuk
perhitungan dimana diketahui volume dan massa atau berat keseluruhan zat tersebut, maka
v (huruf kecil) dapat diganti dengan V (huruf besar), namun harus dibagi dengan massanya
(m) (ingat v = Volume/massa).

Dengan demikian persamaan 5 menjadi :

p xV = m x R x T

Dimana : p = tekanan dalam bar, N/m 2


V = volume dalam m 3
R = ketetapan gas (boleh tanpa satuan atau Nm/kg. oK)
T = temperatur mutlak, dalam oK (kelvin) atau oC + 273
m = massa, dalam kg.

Persamaan 6 juga dapat dituliskan sbb. :

p1 x V1 = p2 x V2 = p3 x V3 = p4 x V4 dan seterusnya
T1 T2 T3 T4

Persamaan 5 atau 6 diatas merupakan bentuk lain dari Hukum Thermodinamika Pertama
dan akan menjadi dasar dari hampir semua perhitungan thermodinamika. Persamaan-
persamaan berikutnya yang dibuat menurut jenis proses yang terjadi, hanya merupakan
turunan dan variasi dari persamaan diatas.

Persamaan ini berlaku untuk semua gas ideal.

Tabel berikut menyajikan ketetapan gas R untuk beberapa jenis gas yang banyak
digunakan.

Tabel 4-1

No. Gas Rumus Berat Molekul R


kimia (BM) (J/kg.oK)

1 Udara - 28,964 291.94

2 Dioksida arang CO2 44,011 188.78


(Carbon dioxyde)
3 Zat air H2 2,0156 4125.66
(Hidrogen)

39
4 Zat lemas N2 28,016 296.75
(Nitrogen)
5 Zat Asam O2 32 259.78
(Oxygen)
6 Helium He 4,002 2079

7 Amoniak NH3 17,031 487.98

8 Methana CH4 16,043 518.67

9 Athylene C2H4 28,054 296.65

10 Argon A 39,944 208.19

Yang dimaksud dengan gas ideal dalam termodinamika adalah, zat-zat (substances)
berbentuk gas yang tenaga ikatan molekulnya dapat diabaikan. Walau dalam praktek sulit
menemukan gas ideal, namun dalam teori atau dalam perhitungan thermodinamika
dianggap semua gas adalah ideal. Masalah ini menjadi penting, karena dengan demikian
konstanta gas atau R dalam persamaan diatas dapat dicari dan ditetapkan, sehingga akan
mempermudah perhitungan-perhitungan selanjutnya.

Contoh – 14
Suatu gas yang awalnya tekanan, volume dan temperatur adalah 140 kM/m2, 0,1 m3 dan
250C, dikompresikan sehingga tekanannya menjadi 700 kN/m2 dan suhunya 60 0C. Berapa
volumenya sekarang ?

Jawab:
P1.V1 / T1 = p2. V2 / T2 V2 = p1.V1 / T1 x p2. / T2
V2 = (140 x 333 x 0,1) : (700 x 298)
= 0,0223 m 3.

Contoh 15
Sejumlah gas mempunyai tekanan 350 kN/m 2 waktu volumenya 0,03 m 3 dan suhunya 350C.
Jika R = 0,29 kJ/kg.0K, hitunglah massa gas. Jika tekanan gas ini dinaikk an menjadi 1,05
MN/m 2, sedangkan volumenya tetap, berapa suhu gas sekarang ?
Jawab:
PV = mRT

m = PV / RT = (350 x 103 x 0,03) : (0,29 x 103 x 308) kg

m = 0,118 kg.

P1.V1 / T1 = p2. V2 / T2 V1 = V2 P1/T1 = p2 / T2

T2 = 308 (105 x 106 / 0,35 x 106)


= 308 x 3 = 9240K. = 6510

40
BAB V

ENERGI TERMODINAMIKA

Bab ini membahas energi-energi termodinamika, termasuk hukum-


hukum thermodinamika yang menjadi dasar pengetahuan bagaimana
energi panas dapat dirubah menjadi mesin-mesin, sehingga, dengan
memahami hal ini, para kandidat akan mampu melaksanakan tugasnya
dalam mengoperasikan mesin-mesin secara lebih ber tanggungjawab.

Seperti halnya panas, tidak mudah untuk mendefinisikan apa yang dimaksud dengan energi
dalam kata-kata atau kalimat yang dapat dimengerti. Dalam pengertian umum, energi
dikatakan sebagai sumber kekuatan, atau yang dapat menimbulkan suatu kekuatan untuk
melakukan kerja atau usaha. Namun energi sebagai kandungan atau properti suatu zat,
merupakan sumber kekuatan atau tenaga yang dapat dikeluarkan dengan cara-cara
tertentu, dan hal ini akan lebih dimengerti jika diuraikan dalam bentuk rumus atau formula
yang akan disampaikan disini. Namun sebelumnya perlu disampaikan dulu hal yang menjadi
bahasan utama dalam buku ini, yaitu mengenai hukum-hukum Termodinamika yang menjadi
dasar dari seluruh pelajaran ini.

1. Hukum Termodinamika ke – NOL

Kedengarannya agak janggal jika hukum ini disebut sebagai hukum ke-nol, dan siapa
yang memulainya atau yang menamakannya tidak diketahui, namun hal ini sudah
menjadi terbiasa bagi mereka yang berkecimpung didunia fisika. Pada dasarnya hukum
ini menyatakan akan terjadinya suatu keseimbangan panas antara dua benda yang
bersinggungan. Jika benda A bersinggungan dengan benda B yang berbeda
temperaturnya, maka kedua benda tersebut akan mempunyai temperatur yang sama.
Demikian juga bila ada benda C yang dihubungkan dengan benda B, maka pada
akhirnya temperatur benda C juga akan sama dengan benda A.

Gambar V-1

A B C

Hukum inilah yang mendasari berbagai jenis alat-alat ukur temperatur yang dikenal
sebagai THERMOMETER. Dengan mengikuti hukum ini, maka alat-alat ukur temperatur
dibuat dan dikalibrasikan.

41
2. Hukum Thermodinamika Pertama

Hukum ini dapat dinyatakan dalam berbagai versi, namun pada dasarnya adalah bahwa
panas adalah bentuk energi. Pernyataan singkat ini sebagai hasil percobaan Joule
yang membuktikan adanya hubungan antara panas (Q) dan usaha (W).

Dibawah ini beberapa versi pernyataan hukum Thermodinamika pertama

a. Secara simbolik, pernyataan hukum ini dapat dikemukakan sebagai :

W / Q = Joule
(Usaha / Panas = Joule)

b. Panas (Q) dan Usaha (W) dapat saling dirubah (panas menjadi usaha, dan usaha
menjadi panas).
Pernyataan ini sepintas dapat menyesatkan, seolah-olah semua panas dapat dirubah
menjadi usaha, demikian pula sebaliknya. Padahal dalam kenyataannya tidak
demikian. Bahkan tidak mungkin merubah seluruh energi panas menjadi usaha. Oleh
karenanya, dalam bab-bab selanjutnya akan dibicarakan secara jelas bagaimana
kaitan antara kedua hal tersebut, yaitu mengenai hukum thermodinamika kedua,
dimana akan jelas bahwa tidak semua panas dapat dirubah dalam bentuk usaha,
demikian pula sebaliknya.

c. Dari hasil percobaan Joule, diperoleh konversi antara panas dan usaha, yaitu seperti
yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa :

1 kkal (Panas) = 4186 Joule (Usaha)

d. Jika dalam suatu sistem terjadi proses yang membentuk siklus, maka jumlah aljabar
panas (Q) dikurangi jumlah aljabar usaha (W) sama dengan NOL. Ini dapat ditulis
sebagai berikut :

- atau

Yang perlu diingat, bahwa :

dalam suatu siklus, keadaan awal dan keadaan akhir benar-benar


sama, untuk semua nilai kandungan atau properties sistem
dimana proses atau siklus terjadi.

e. Walaupun seperti dijelaskan diatas bahwa panas Q = Usaha/Kerja W, tidak


selamanya hal ini terjadi, karena seringkali Q tidak sama dengan W. Jika sejumlah
panas diberikan ke suatu sistem, tidak semua panas digunakan untuk usaha luar, dan
sebagian lagi tetap tinggal di sistem tersebut. Panas yang tinggal ini akan

42
mempengaruhi energi dalam energi tersebut, atau sistem tersebut menerima panas

Dengan demikian maka, persamaan akan menjadi :

3. Energi dan Jenis-Jenisnya

Jenis-jenis energi yang akan dibahas atau yang akan sering digunakan dalam
thermodinamika meliputi :

a. Energi Potensial (EP)

Jenis energi ini berkaitan dengan potensi benda yang terletak di ketinggian dengan
jarak relatif terhadap posisi tertentu. Misalkan sbenda berada di ketinggian z meter
dari suatu permukaan tanah, mempunyai massa m kg, maka benda tersebut
mempunyai :

Energi Potensial (EP) = m.g.z (kg. m/dt2.m = Nm)


(ingat 1 kg. m/dt2 = 1 newton)

dimana g adalah gravitasi, atau :

EP = m x g x z Joule

b. Energi Kinetik (EK)

Energi Kinetik atau kecepatan jelas berkaitan dengan kecepatan atau gerak suatu
benda yang relatif terhadap suatu titik atau posisi yang tetap, yang iasanya dari
pengamat disuatu tempat di bumi. Energi ini sangat penting bagi mesin-mesin tertentu
seperti jet, turbin uap, turbin gas dan lain-lain, dimana massa suatu zat yang bergerak
dengan suatu kecepatan tertentu akan menghasilkan usaha atau tenaga yang besar.
Energi kinetik dapat dihitung berdasarkan massa dan kecepatan zat yang bergerak,
yaitu :

EK = ½ m.c2 Nm. ( satuan kg.m2/dt2 = Nm.)


atau

EK = ½ m.c 2 Joule

c. Energi Dalam (Internal Energi = U)

Energi dalam adalah energi “diam” yang dikandung oleh suatu zat sebagai akibat
adanya gerakan atau perubahan diantara molekul-molekul-nya. Molekul-molekul gas
selalu bergerak dengan kecepatan tertentu, dimana sebagian saling berbenturan,
dan sebagian lagi diam.

43
Menghitung jumlah energi dalam sangat sulit, karena sulit mengukur “tekanan” atau
“volume” molekul-molekulnya. Tetapi, karena tekanan dan volume ini akan
terpengaruh oleh temperaturnya, maka menurut Joule, energi dalam ini dihitung
hanya berdasakan temperaturnya saja, yaitu:

v mcv (T2 – T1)

Cara lain adalah sebagaimana dijelaskan dalam hukum Thermodinamika I, dimana

(W) yang dilakukan atau

–W

d. Energi Mekanis

Jenis energi ini berkaitan dengan perpindahan atau aliran zat yang nilainya
tergantung dari tekanan dan volume yang dimiliki zat tersebut. Dalam aliran ini,
seperti halnya zat yang mengalir, setiap massa yang mengalir akan menggantikan
massa lain yang sama besarnya. Aliran atau perpindahan massa ini akan terjadi jika
ada usaha, yang besarnya tergantung dari tekanan dan volumenya. Jadi, misalkan
sejumlah zat masuk ke suatu sistem dengan tekanan p 1 dan volume v1, maka zat
tersebut akan memindahkan zat yang sebelumnya berada didalam sistem sebesar
p1 x v1. Demikian juga jika zat tersebut meninggalkan sistem, akan terjadi aliran
atau pemindahan yang besarnya p2 x v2. Dengan demikian maka formula energi
mekanik adalah besarnya tekanan dikalikan dengan volume zat atau benda
tersebut, atau

EM = pxV

Energi-energi sebagaimana dibahas diatas selalu ada dalam setiap zat atau sistem,
tergantung dari posisi dan perubahan yang terjadi. Dalam suatu sistem, zat-zat akan
“mengalir” didalam atau melalui sistem, atau masuk ke dalam sistem dan kemudian
meninggalkan sistem tersebut. Didalam sistem ini zat yang membawa serta energi-
energi tersebut mengalami proses, atau proses-proses, sehingga timbul suatu “usaha”
yang besarnya tergantung pada tekanan dan volume zat tersebut..

4. Aliran Energi

Selain energi-energi seperti dijelaskan diatas, energi juga dapat berbentuk aliran atau
pemindahan zat, dimana setiap massa yang mengalir atau berpindah selalu
menggantikan massa lain yang sama besarnya. Perpindahan massa ini akan terjadi jika
ada usaha, yang besarnya tergantung dari tekanan dan volumenya. Jadi, misalkan
sejumlah zat masuk ke suatu sistem dengan tekanan p 1 dan volume v1, maka zat
tersebut akan memindahkan zat yang sebelumnya berada didalam sistem jika ada
usaha sebesar p1x v1. Demikian juga zat yang meninggalkan sistem, akan terjadi aliran

44
atau pemindahan yang besarnya p2 dan v2. Usaha yang terjadi adalah usaha aliran atau
usaha pemindahan, dimana pada waktu masuk sebesar p 1. v1, sedangkan waktu
meninggalkan sistem sebesar p2. v2.

Sementara itu, dalam suatu sistem, jika ada aliran atau perpindahan energi, juga selalu
ada sejumlah panas (Q) yang diterima atau dikeluarkan. Untuk membedakan apakah
panas tersebut diterima atau dikeluarkan, untukmemudahkan perhitungan, maka jika
panas diterima oleh sistem, maka nilai Q positif, sebaliknya jika panasnya dikeluarkan
dari sistem, nilanya dianggap negatif.

Selama ada aliran zat didalam sistem, juga akan melibatkan Usaha Luar (W), dan
seperti halnya panas, maka untuk memudahkan perhitungan, usaha luar yang
dikeluarkan oleh sistem diberi nilai positif, sebaliknya W akan ditulis negatif jika usaha
diberikan ke sistem. (lihat juga hal. 44).

Perhatikan gambar di halaman berikut:

Gambar 5-2
W

Masuk P1 v1 u1 C1

keluar P2 v2 u2 C2

z1 Q z2

Garis patokan

Dengan menerapkan konservasi energi, dimana:

TOTAL ENERGI MASUK KE SISTEM = TOTAL ENERGI KELUAR DARI SISTEM

Maka untuk setiap unit massa suatu zat akan berlaku persamaan:

gZ1 + u1 + p1 v1 +C12/2 + Q = gZ2 + u2 + p2 v2 +C22/2 + W

Persamaan ini disebut Steady Flow of Energy Equation atau Persamaan Energi Aliran
Tetap

45
Seperti diketahui, entalpi (H) adalah jumlah antara energi dalam (u) dengan usaha = W =
pv, dengan demikian maka persamaan diatas dapat dirumuskan juga dengan:

gZ1 + (u1 + p1 v1) +C12/2 + Q = gZ2 + (u2 + p2 v2) + C22/2 + W

dimana h1 = u1 + p1 v1 dan h2 = u2 + p2 v2 maka:

gZ1 + h1 +C12/2 + Q = gZ2 + h2 + C22/2 + W

Contoh – 16

Dalam sistem aliran tetap (steady-flow),suatu zat mengalir dengan jumlah 4 kg/detik,
memasuki sistem dengan tekanan 620 KN/m 2, kecepatan 300 m /s, perubahan energi
dalam 2100 kJ.kg dan volume jenis 0,37 m 3/kg. Keluar dari sistem tekanannya 130
kN/m 2, kecepatan 150 m/s, energi dalam 1500 kJ/kg dan volume jenis 1,2 m 3/kg.
Selama mengalir melalui sistem zat tersebut kehilangan panas 30 kJ/kg yang berpindah
ke sekelilingnya. Hitunglah tenaga sistem dalam kilowatt, sebutkan apakah tenaganya
dihasilkan atau diberikan ke sistem. Abaikan semua kehilangan energi potensial.

Dengan mengabaikan energi potensial, persamaan aliran tetap per kg massa zat
tersebut,

U1 + p1v 1 +C12/2 – Q = U2 + p2v 2 +C22/2 + WQ

Q ditulis negatif karena panasnya hilang (keluar dari sistem) maka:


W = (u2 – u1) + (p1v 1 – p2v 2) + (C12- C22)/2 – Q

= (2100 – 1500) + (620 x 0,37 – 130 x 1,2) + (3002 – 1502)/2 - 30


= 600 + (229-156) + (90,000 – 22,500)/2 – 30 = 676,75 kJ/kg

karena massa zat 4 kg / s, maka output tenaga yang dihasilkan (hasilnya positif)
676,75 x 4 = 2.707 kJ/s = 2,707 KW

Contoh – 17
Uap memasuki turbin dengan kecepatan 16 m /s dan entalpi jenis 2990 kJ/kg. Uap
meninggalkan turbin dengan kecepatan 37 m/s dengan entalpi jenis 2530 kJ/k g, dan
panas yang hilang ke sekelilingnya 25 kJ/kg. Jumlah uap yang mengalir adalah 324.000
kg/jam. Hitunglah output usaha yang dihasilkan turbin dalam kilowatt.

Dari persamaan 2 diatas, dimana energi potensial diabaikan, persamaan menjadi:

h1 +C12/2 + Q = h2 + C22/2 + W

Jadi W = (h1 – h2 ) + (C12 - C22) / 2 - Q


= (2990 – 2530) + (162 – 372) – 25 = 460 + (256 – 1369) / 2x103 – 25
= 434,434 kJ/kg

46
Jumlah uap = 324000 / 3600 = 90 kg/s, jadi tenaga yang dihasilkan:

P = 434,434 x 90 = 39099,87 kJ/s = 39100 kW = 39,1 MW

Persamaan aliran tetap sebagaimana diuraikan sebelumnya adalah berlaku untuk sistem
terbuka, atau didalam prakteknya, berlaku untuk mesin-mesin pemabakaran luar (external
combustion engine) seperti turbin uap dan turbin gas. Sedangkan untuk sistem yang tertutup
seperti mesin-mesin pembakaran dalam (diesel, otto, dll.), persamaan diatas tidak berlaku,
karena nilai-nilai g.z, pv (usaha), C (kecepatan) harus diabaikan karena pada dasarnya,
mesinnya diam atau tidak bergerak.

Dengan diabaikannya energi-energi potensial dan kinetik, maka persamaannya menjadi:

u1 + Q = u2 + W atau
Q = u2 - u1 + W atau

Q = u + W

Persamaan ini sering disebut Non-Flow Energy Equation (Persamaan Energi Aliran
Tertutup)
Dengan kata lain, persamaan tersebut dapat dinyatakan sebagai:

Jumlah panas yang dipindahkan ke suatu sistem sama dengan perubahan energi
dalam ditambah dengan usaha yang dihasilkan sistem.

Contoh – 18

Selama langkah kompresi dari sebuah mesin, usaha yang dilakukan adalah 75 kJ/kg
dan panas yang keluar dari ke sekelilingnya 42 kj/kg. Berapa perubahan energi dalam
yang terjadi, dan sebutkan, apakah naik atau turun.
Jawab:

- W

-42) – (-75) (ingat: panasnya hilang, dan usaha negatif)

berarti energi dalamnya bertambah atau naik.

5. HUKUM TERMODINAMIKA KEDUA

Seperti halnya dengan hukum-hukum Thermodinamika ke-nol dan pertama, hukum


kedua thermodinamika ini juga hanya merupakan postulat, atau aksioma, yang berarti

47
pernyataan ini tidak dapat dibuktikan, tetapi kebenarannya tidak dapat dipungkiri.
Pengertian pertama dari hukum ini adalah, energi panas hanya dapat berpindah dari
sistem yang temperaturnya lebih tinggi ke temperatur yang lebih rendah. Jadi
pernyataan ini menunjukkan arah, kemana energi mengalir, dan arah ini tidak berlaku
sebaliknya. Hal ini bukan berarti arahnya tidak dapat dibalik sama sekali, hanya saja,
untuk membuat agar energi panas yang mempunyai temperatur yang lebih rendah
dapat diarahkan ke sistem yang temperaturnya lebih tinggi, dibutuhkan energi lain, yaitu
usaha luar yang harus diberikan ke sistem tersebut.

Hukum ini berasal dari pernyataan Clausius (1822-88), seorang filsuf dari Jerman yang
menyatakan bahwa tidak mungkin suatu mesin, tanpa bantuan energi luar, yang dapat
menyerahkan panas ke sistem yang temperaturnya lebih tinggi. Dan inilah yang
kemudian menjadi prinsip dari mesin pendingin (refrigerator) dan pompa-pompa panas.
Demikian juga yang dikatakan oleh William Thomson, kemudian Lord Kelvin (1824-
1907), seorang filsuf Irlandia, yang mengatakan bahwa:

“kita tidak dapat merubah panas menjadi usaha dengan mendinginkan sistem
yang temperaturnya sudah dibawah temperatur paling rendah dari obyek-obyek
yang ada disekelilingnya”

Ini berarti, jika sistem telah mencapai suhu terrendah disekitar sistem, tidak mungkin lagi
mengambil panas dan tidak ada lagi usaha yang dapat dilakukan. Selanjutnya hukum
kedua thermodinamika ini juga dapat dinyatakan dengan cara lain, yaitu jika ditinjau dari
pernyataan hukum thermodinamika pertama. Walaupun panas adalah energi dan dapat
dirubah menjadi usaha dan/atau tenaga, tetapi adalah kenyataan bahwa tidak semua
panas dapat dirubah menjadi energi. Panas yang diberikan oleh pembakaran bahan
bakar misalnya, tidak seluruhnya dapat dirubah menjadi usaha. Sebagian panas
digunakan untuk menaikkan energi dalam (
dan perlu didinginkan). Disinilah kemudian dalam praktek sehari-hari, timbulnya efisiensi
thermis atau panas.

Esensi lain dari hukum kedua Thermodinamika ini adalah, kita tahu bahwa untuk
menjalankan berbagai mesin dan alat-alat yang digunakan orang, dibutuhkan sumber
energi yang diperoleh dari bahan bakar. Tanpa adanya sumber panas ini, mesin-mesin
tidak dapat dijalankan. Sayangnya, bahan bakar yang ada didunia semakin lama
semakin berkurang, tidak dapat diciptakan lagi, baik itu minyak, batu bara, kayu dan
lain-lain. Hukum Thermodinamika Kedua secara tidak langsung juga memberi
peringatan untuk selalu menghemat bahan bakar, terutama minyak, yang suatu waktu
nanti, pasti habis. Atau, kita harus segera mencari bahan bakar alternatif, demi
kelangsungan hidup yang semakin mudah dan nyaman dengan semakin
berkembangnya tehnologi disegala bidang.

6. Proses-Proses dan Diagram

6.1 Proses Volume Tetap

Proses atau perubahan keadaan yang terjadi jika selama proses berlangsung
volumenya tetap, disebut proses volume tetap atau proses isovolume. Disini,

48
persamaan keadaan dimana p.v = m.R.T atau pv/T = C berlaku, dan jika proses berjalan
dari keadaan 1 ke keadaan 2, maka :

p1v 1/T 1= p2v 2/T 2 dan karena v 1 = v 2,

maka pada proses volume tetap, persamaannya menjadi :

p1/T1= p2/T2 5-14

Proses ini dapat diperlihatkan dalam diagram-diagram sbb.:

P P V
P1 1 P1 1 1 2
V1 = V2

P2 2 2

V1 = V2 V T1 T2 T T1
T2 T

Diagram P-V Diagram P-T Diagram V-T

Untuk mencari jumlah panas, energi dalam dan Usaha dalam proses volume tetap,
dapat ditunjukkan dengan persamaan-persamaan dibawah. Harus diingat, karena dalam
proses volume tetap usahanya tidak ada atau NOL, karenanya Q menjadi sama dengan
U, energi dalam. Dan dalam hal, panas jensnya adalah c v , sehingga:

Panas Q = m. cv .(T 2 - T 1)
v 5-14a

= m.cV. (T 2 – T 1) 5-14b

Usaha W = 0
5-14c

Contoh - 19

Dari alat pengukur tekanan (manometer), diketahui tekanan botol angin yang berisi
udara adalah 21 Bar dan temperaturnya 500C. Jika Ketetapan Gas udara R = 290 J/kg,
hitunglah massa udara tersebut jika volume botol udara 0,45 m 3. Setelah beberapa lama
ternyata temperaturnya turun hingga 250C. Berapa sekarang tekanannya dan berapa
panas yang hilang ke sekeliling botol udara tersebut.

49
Jawab:

Dianggap tekanan udara atmosfir = 1 Bar, maka:


tekanan absolut udara di botol = p = 21 + 1 Bar = 22 Bar = 22 x 100 kN/m 2.

a. PV = m R T m = PV / RT = 2200 x 0,45 / 0,290 x (50+273) kg


Massa udara m = 10,56 kg.
Volume botol udara tetap, sehingga p1/T1 = p2 /T2 atau p2 = P1 x T2/ T1

b. Tekanan sekarang P2 = 2200 x (273+25) / (273+50) = 2200 x 298/323 KN/m 2


atau p2 = 2030 KN/m 2 = 20,3 Bar

c. Panas yang hilang ke sekelilingnya Q =m x c v (T2-T1) dan jika c v = 0,720


KJ/kg0K,
maka :
Q = 10,56 x 0,720 x (50-25) = 190 KJ

6.2 Proses Tekanan Tetap

Proses atau perubahan keadaan berlangsung dalam kondisi tekanan tetapp, dan seperti
halnya dengan proses volume tetap, maka persamaan p1v1/T1= p2v2/T2 juga berlaku,
namun disini p1= p2, sehingga persamaannya menjadi :

v1 / T1 = v2 / T 2

Proses ini dapat diperlihatkan dalam diagram-diagram sbb.:

P P V

P1 1 2 p1 = p2 1 2 V2 2

P2 p2

V1 1

0
K
V1 V2 V T1 T2 T T1
T2 T

Diagram P-V Diagram P-T Diagram V-T

Untuk mencari jumlah panas, energi dalam dan Usaha dalam proses tekanan tetap,
dapat ditunjukkan dengan persamaan-persamaan berikut :

Panas Q = m. cp p .(T 2 - T 1)

50
= 0
Usaha W = p (V2-V1)

Contoh 19
Didalam sebuah silinder udara bertekanan 15 Bar mendorong torak kearah bawah
dengan tekanan tetap dari volume semula 0,015 m 3 hingga volumenya menjadi 0,040
m 3. Jika temperatur udara mula-mula 350C, berapa temperatur akhirnya ?. Hitung pula
berapa usaha luar yang dihasilkan dan massa udara jika panas jenis udara pada
tekanan tetap 1,02 KJ/kg0K, dan R udara = 291 J/kg0K.

Proses tekanan tetap, jadi V1/T1 = V2/T2 T2 = V1/V2 x T1


T2 = 308 x 0,040/0,015 = 308 x 8/3 = 821 K = 548 0C
0

Usaha luar W = p (V2 – V1) = 1500 x (0,040 – 0,015) = 37,5 KNm = 37,5 KJoule
PV = mRT m = PV/RT = 1500 x 0,015 / 0,291 x 308 = 0,25 kg
Panas Q = m,Cp (T2-T1) = 0,25 x 1,02 x (821 – 308) = 130,8 KJ.

6.3 Proses Temperatur Tetap

Jika selama proses berlangsung dari keadaan 1 ke keadaan 2 temperaturnya tetap,


seperti halnya dengan proses volume dan tekanan tetap, maka persamaan p 1v1 / T1 =
p2v2 / T2 juga berlaku, tetapi disini T1= T2, sehingga persamaannya menjadi :

p1v 1= p2v 2 (Bandingkan dengan hukum Boyle)

P P V
1 1 2
P1 P1 V2

P2 2 P2 2 V1 1

V1 V2 V T1 = T2 T T1=
T2 T

Diagram P-V Diagram P-T Diagram V-T

Untuk mencari jumlah panas, energi dalam dan Usaha dalam proses temperatur tetap,
dapat ditunjukkan dengan persamaan-persamaan berikut :

Panas Q = p1. v 1 ln (v 2/v 1)


= 0

51
Usaha W = p1 v 1 ln (v 2/v 1)

Contoh 20
Pompa sepeda yang diameter silindernya 4 cm dan langkahnya 60 cm, digunakan
dengan sangat pelan hingga temperaturnya tetap. Perbandingan kompresi pompa
adalah 20, dan jika udara yang dihisap pompa tekanannya 1 Bar dan suhunya 30 0C,
berapa tekanan akhirnya dan berapa massa udara yang dipompa setiap langkah
toraknya. Hitung juga usaha luar yang dibutuhkan setiap langkahnya.

Jawab:

2
x l = 0,785 x0,0042 x 0,060 = 753,6x10-6 m 3 = 753,6
cm 3
V1 = 20 V2, sedangkan volume langkah torak adalah V 1 – V2 = 753,6x10-6 m 3
V1 – V1/20 = 19/20 V1 = vol. langkah, jadi V1 = 20/19 x 753,6x10-6 = 793,1x10-6 m 3 .
jadi V2 = 793,1x10-6 – 753,6x10-6 = 39,5x10-6 m 3 = + 4 cm 3
Jika R udara diambil 290 J/kg0K, maka m udara = PV/RT
m = 100 x793,1x10-6 / 0,29x303 = 902,5x10-6 kg atau 0,925 gram tiap langkah

Usaha luar (W) = p1V1 ln V2/V1 = 100 x 793,1x10-6 x ln 1/20 = - 237591,5 x 10-6 KNM =
= - 237,6 x 10-3 KJ = - 237,6 Joule
(catatan : nilai negatif berarti usaha diberikan dari luar)

6.4 Proses Adiabatis

Yang dimaksud dengan proses adiabatis adalah perubahan keadaan dari keadaan 1 ke
keadaan 2, yang selama berlangsung tidak ada panas (Q) yang masuk maupun yang
. Walaupun demikian, persamaan p1v1/T1= p2v2/T2 tetap berlaku,
tetapi karena Q = 0, maka persamaannya antara masing-masing keadaan menjadi :

p1v 1 = p2v 2

-1
T 2/T 1 = (V1/V2) = (p2/p1)

disini disebut sebagai indek proses adiabatis

-W

dimana
W = p1v1 - p2 v2
1-

dan
U = p2v2 - p1 v1
1-

52
Diagram untuk proses adiabatis:

P P V
1 1 2
P1 P1 V2

1
P2 2 P2 2 V1

V1 V2 V T1 T2 T T1
T2 T

Diagram P-V Diagram P-T Diagram V-T

Contoh 21

Pompa sepeda mempunyai diameter silinder 4 cm dan langkah 60 cm, digunakan


dengan sangat cepat hingga tidak ada panas yang masuk maupun keluar.
Perbandingan kompresi pompa adalah 20, dan jika udara yang dihisap pompa
tekanannya 1 Bar dan suhunya 300C, berapa tekanan akhirnya dan usaha luar yang
dibutuhkan setiap langkahnya.

Jawab:

Karena gerakan pompa dilakukan sangat cepat, disini terjadi proses adiabatis, atau
tidak terjadi perpindahan panas dari maupun masuk pompa.

V1 = 793x10-6 m 3 dan V2 = 39,5 x 10-6 m 3 (lihat contoh soal 20)

Proses adiabatis. p1V1 = p2V2 p2 = p1. (V1/ V2) = 100 x 201,4 = 6629
KN/m 2
Usaha luar (W) -1) (p1. V1 - p2V2)
Jadi W = 1/(1,4-1) (100x793 – 6629x39,5)x10-6 = 2,5 x (79300 – 208150)x10-6
= - 322125 x 10-6 KNm = - 322 Nm = - 322 Joule
(catatan : nilai negatif berarti usaha diberikan dari luar)

6.5 Proses Politropis

Proses politropis adalah proses selain empat jenis proses yang telah dibahas diatas.
Jadi, sebenarnya proses politropis adalah suatu proses sembarang, dari keadaan 1 ke
keadaan 2. Jika digambarkan dalam diagram, maupun jika dilihat dari formula
persamaannya, tidak banyak berbeda dengan proses adiabatis dan proses isothermis,

53
hanya jika pada proses adiabatis indek prosesnya , maka pada proses politropis indek
prosesnya n.

Persamaan p1v1/T1= p2v2/T2 tetap berlaku, tetapi untuk mendapatkan persamaan antara
masing-masing properti, maka persamaan yang berlaku disini menjadi :

p1v 1n = p2v 2n

T 2/T 1 = (V1/V2)n-1 = (p2/p1)(n-1)/n

Q = (– n ) x W = cv (-n/1-n) (T 2 – T 1)


U = cv (T2 – T1) = ( p1v1 - p2 v2)


1-n

W = p1v1 - p2 v2
n- 1

Dalam proses politropis, panas jenis suatu zat mempunyai nilai sendiri, yaitu cn , yang
besarnya:
cn = cv - -1)
xW
Diagram untuk proses politropis:

P P V
1 1 2
P1 P1 V2

P2 2 V1
P2 2 1

V1 V2 V T1 T2 T T1
T2 T

Diagram P-V Diagram P-T Diagram V-T

54
Contoh soal 22:

Satu kilogram gas mengembang sesuai formula pV 1,3 = C dari tekanan 1 MN/m 2 dan
volume 0,003 m3 menjadi tekanan 0,1 MN/m2. Berapa panas yang diterima atau dibuang
selama proses ini, dan berapa panas jenis politropis dari gas ini (c n)

Jawab:

Karena belum diketahui, nilai diambil = 1,4 dan cv = 0,718 kJ.kg.0K.

p1v1n = p2v2n ------- formula 19-a ------ v 2 = v 1n (p1 / p2)1/ n

v2 = v 1 (p1 / p2)1/1-3 = 0,003 (1 / 0,1) 1/1-3


= 0,003 x 5,87 = 0,0176 kJ.kg.0K

Q - - - -1) x (p1v 1 - p2v 2 ) / n-1


= ((1,4–1,3) / (1,4-1)) x (1x0,003 – 0,1x0,0176) / (1,4-1)
= 0,1 / 0,4 x 0,003 – 0,00176 / 0,3 = 0,00103 MJ = 1,03 KJ

cn = c v - -1) = 0,718 x (1,4–1,3 /1,4–1) = 0,718 x 0,1/0,3 = 0,239 kJ.kg.0K.

6.6 Persamaan dan Perbedaan Proses-Proses

Untuk membedakan dan memudahkan dalam membuat analisa proses-proses tersebut


diatas, skema dibawah ini akan memberikan gambaran yang lebih jelas persamaan dan
perbedaan yang khas dari masing-masing proses:

Proses T=C (n=1) Proses Politropis (n=n)

55
P

Proses V=C (n = ~)

Proses P=C (n = 0)

T=C
Politropis

Adiabatis

Gambar 5-3 Proses-proses Termodinamika

Seperti dijelaskan diatas, proses politropis adalah proses sebarang, yang berarti semua
proses adalah politropis. Yang membedakan masing-masing proses adalah indek
politropisnya, yaitu nilai n, dimana pada semua proses sebenarnya berlaku pv n = C.
Keempat proses lainnya, mempunyai nilai n yang berbeda, yaitu:

 Proses Temperatur tetap atau T=C n = 1


 Proses adiabatis (Q=0) n =
 Proses Tekanan tetap atau p=C n = 0
 Proses Volume tetap atau v=C n = ~

Disamping itu, arah proses akan menentukan, apakah hasil panas (Q), dan usaha (W)
negatif atau positif. Pemberian nilai positif dan negatif hanyalah untuk membedakan apakah
sistem tersebut menerima atau menghasilkan panas dan usaha.

Jelasnya, jika suatu sistem menerima panas, maka dikatakan nilai Q positif, sebaliknya jika
panas meninggalkan sistem tersebut atau sistem kehilangan panas, nilai Q menjadi negatif.
Namun harus dimengerti bahwa jika Q mempunyai nilai positif panasnya juga negatif. Hal ini
hanya untuk membedakan arah dari panas tersebut.

Demikian juga halnya dengan usaha (W), jika suatu sistem menghasilkan usaha, dikatakan
nilai usahanya positif, sebaliknya jika sistem menerima usaha, maka nilai W menjadi negatif.
Sekali lagi, bukan berarti usahanya negatif, hanya arahnya terhadap sistem yang membuat
usaha tersebut menjadi negatif. Contoh yang jelas, mesin diesel menghasilkan usaha
didalam silinder yang kemudian akan memutar poros, karenan itu mesin diesel sebagai
suatu sistem yang menghasilkan usaha dengan nilai positif. Adapun kompresor udara,
karena memerlukan tenaga untuk menggerakkan piston didalam silindernya, memerlukan
usaha dari motor listrik.
Maka, dikatakan kompresor mempunyai nilai usaha (W) negatif.

56
Perhatikan gambar berikut:

Q masuk (positif) Q keluar (negatif)

Sistem

W diberikan W dihasilkan (positif)


(negatif)

Jadi
 Panas (Q) mempunyai nilai + (positif) jika panas masuk ke dalam sistem
 Usaha (W) mempunyai nilai + (positif) jika usaha dilakukan oleh sistem

Sebaliknya:
 Panas (Q) mempunyai nilai - (negatif) jika panas keluar dari sistem
 Usaha (W) mempunyai nilai - (negatif) jika sistem menerima usaha dari luar

57
Tabel – 2
PERSAMAAN KEADAAN

Proses Kode Tekanan Tetap Volume Tetap Temperatur Tetap Adiabatis Politropis

Indek n atau  n=0 n= ~ n=1 n= n=n


Proses

P, V, T
p1.v1 = p2 .v2  p1.v1 n = p2 .v2 n
V/T = C P/T = C PV = C
Keadaan T2/T1= (v1/v2)-1= T2/T1 = (v1/v2)n-1 =
T2/T1= v2/v1 T2 / T1= p2 / p1 p1.v1 = p2 .v2 (p2 / p1)(n-1)/n
(p2 / p1)(-1)/

Q
m.c n (T2 - T1) =
m.c p (T2 - T1) m.cv (T2 - T1) (p1 .v1) ln v2/v1 0 m.c v (-n) (T2 - T1)
Panas
(1-n)

Energi U m.c v (T2 - T1) m.cv (T2 - T1) 0 p2.v2 - p1 .v1 n (p2.v2 - p1 .v1)
Dalam  n

Usaha W p1 (v2 - v1) 0 (p1 .v1 ) ln v2/v1 (p1.v1 - p2 .v2) 1 (p2.v2 - p1 .v1)
  n - 1

c cp cv 0 cn = c v{(-n) / (1-n)}
Panas Jenis
~

45
Q = m.c p.T
Q = U + W U = m.c v.T
W = p. V

p.V / T = C
P.V = m.R.T R = cp - cv

 = cp / cv

46
BAB IV

UAP dan SISTEM DUA FASE

1. Pendahuluan

Seperti diketahui, setiap zat dapat berbentuk padat, cair dan gas. Zat padat yang
dipanaskan hingga temperatur tertentu akan berubah menjadi cair. Bila pemanasan
diteruskan, zat yang berbentuk cair ini pada temperatur tertentu akan berubah lagi menjadi
gas. Hal sebaliknya dapat terjadi, yaitu dari bentuk gas, zat dapat dirubah menjadi bentuk
cair, dan seterusnya menjadi bentuk padat.

Perubahan bentuk zat yang akan terjadi jika zat tersebut menerima atau kehilangan energi
panas, dan perubahan ini disebut perubahan fase. Jadi, sewaktu berbentuk padat, zat
berada dalam fase padat, dan jika berubah menjadi cair, fasenya berubah menjadi fase cair,
dan selanjutnya menjadi fase gas.

Jumlah panas yang diperlukan untuk merubah bentuk zat-zat tersebut berbeda antara satu
zat dengan zat lain. Demikian juga dengan jumlah panas yang dibutuhkan dalam setiap
tahap perubahan. Tahap-tahap perubahan ini meliputi:
 Tahap pemanasan fase padat hingga temperatur pencairan. Disini jumlah panas
yang dibutuhkan disebut panas fase padat, sedangkan temperatur pencairannya
tergantung pada tekanan zat.
 Tahap pencairan, dimana temperaturnya tetap, tetapi jumlah panas yang dibutuhkan
bertambah, hingga seluruh zat tersebut berubah menjadi cair. Panas yang
dibutuhkan disebut sebagai panas cair. Pada tahap ini zat berbentuk padat dan cair,
artinya mempunyai dua bentuk, yaitu padat dan cair. Ini yang disebut sebagai zat
berada dalam sistem dua-fase, yaitu padat dan cair.
 Tahap cair, dimana zat yang sudah berubah seluruhnya menjadi cair ini akan naik
temperaturnya hingga pada temperatur tertentu zat tersebut mulai berubah menjadi
gas. Temperatur ini juga tergantung pada tekanannya.
 Tahap perubahan atau pembentukan gas, temperaturnya tidak naik lagi atau tetap.
Disini zat juga berada dalam sistem dua-fase, cair dan gas. Temperaturnya akan
naik lagi jika seluruhnya telah berubah menjadi gas.
 Tahap terakhir adalah tahap gas, dimana temperaturnya akan naik lagi.

Peristiwa tersebut hampir berlaku untuk semua zat, termasuk air, yang pada temperatur
dibawah 00C, berbentuk padat (es), dan pada temperatur diatas 1000C, pada tekanan 1 bar,
berubah menjadi uap. Pada kedua temperatur tersebut, (0 dan 100 0C), air berada dalam
sistem dua fase, yaitu padat-cair dan cair-uap.

2. Pembentukan Uap dan Entalpi

Dari gambar 3-1 di halaman 13 terlihat skema pembentukan uap, walaupun sebenarnya
tidak dimulai dari bentuk padat atau es. Temperatur air umumnya sama dengan temperatur

46
udara luarnya, yaitu sekitar 20-250C, sehingga untuk membentuk uap (yaitu di ketel atau
boiler) tidak memerlukan panas sebesar jika air berbentuk padat. Bahkan biasanya airnya
dipanaskan dulu dengan sisa-sisa panas yang dapat dimanfaatkan untuk itu demi efisiensi
panas.

Didalam ketel uap, air mempunyai dua bentuk, yaitu cair dan uap, termasuk gelembung-
gelembung yang terjadi. Karena itu ketel juga disebut sebagai sistem dua fase karena
didalamnya selalu ada zat yang mempunyai dua fase, yaitu cair dan gas (uap).

Dari pembahasan sebelumnya mengenai sifat-sifat termodinamika (Bab II-6 kalori) dan Bab
III mengenai panas laten, telah diketahui bahwa air dan mempunyai entalpi atau jumlah
panas yang terkandung dalam air atau uap. Entalpi ini tergantung pada temperatur dan
tekanannya. Dan entalpi dapat dipindah, atau air / uap dapat menerima atau melepaskan
entalpinya ke zat atau sistem lain. Dan dengan mengetahui berapa entalpi yang dimiliki uap,
kita dapat menghitung pula berapa panas yang dipindahkan atau dirubah menjadi tenaga.

Dalam pembentukan uap, terdapat tiga tahap dan tiga jenis panas yang perlu dibahas:

 Tahap pertama, air dipanaskan hingga temperatur jenuh (saturation temperature)


dan panas yang dibutuhkan disebut entalpi cair (liquid enthalpy). Pada tahap ini
tekanan tetap, temperaturnya naik.
 Tahap kedua, air mulai berubah menjadi uap atau sehari-hari disebut mendidih,
namun tekanan dan temperaturnya tidak berubah sampai semua air menjadi uap.
Atau dengan istilah lain, perubahan dimulai dari temperatur jenuh air dan diakhiri
pada temperatur jenuh uap (dry saturated steam). Panas yang dibutuhkan untuk ini
disebut Entalpi penguapan (evaporation enthalpy).
 Tahap ketiga, dimulai dari uap jenuh kering hingga uap menjadi uap panas lanjut
(superheat steam), dimana temperaturnya akan naik walaupun tekanannya tetap.
Panas yang dibutuhkan disebut entalpi panas lanjut (superheat enthalpy).

Dengan demikian, jelas bahwa temperatur hanya akan naik (atau turun) pada kondisi
dimana zatnya berada pada tahap fase tunggal (padat saja, cair saja atau gas saja). Dan
pada kondisi dua-fase, temperaturnya tetap, hingga seluruh zat menjasi fase tunggal.

Perubahan bentuk dari padat, cair dan gas (atau uap), sebenarnya adalah kegiatan
molekuler, dimana jika menerima panas, terjadi tarik menarik atau pengembangan /
penyusutan diantara molekul-molekul zat. Semakin tinggi “panas laten” yang dimiliki zat,
pengembangan molekul semakin bebas atau lebih mudah berubah satu sama lain,
walaupun masih terikat pada massa utamanya. Itulah sebabnya air mudah berubah bentuk,
dan uap bahkan sangat cepat mengembang dan berpindah, bukan hanya mengalir dari
atas ke bawah, bahkan dapat bergerak keatas. Dapat dikatakan, semakin tinggi panas
suatu zat, volume jenisnya akan semakin besar atau berat jenisnya semakin kecil.

Dari sini juga dapat diambil kesimpulan, bahwa entalpi suatu zat tergantung dari energi
dalam (U) yang juga tergantung temperaturnya, tekanan serta massa atau volume zat itu
sendiri. Dengan istilah lain:

47
H= atau h = u + pv

Dimana H = entalpi
= energi dalam
p = tekanan
v = volume (jenis)

3. Tekanan dan Temperatur Jenuh

Apa yang dimaksud dengan “jenuh” atau saturated adalah suatu kondisi zat dimana terjadi
keseimbangan diantara tekanan dan temperaturnya. Artinya, temperatur tertentu tidak
terjadi penguapan jika tekanan dan temperaturnya seimbang, tetapi jika dipanaskan lagi,
sehingga temperaturnya naik, akan terjadi penguapan lagi hingga tekanann tertentu.
Kondisi ini digambarkan dalam gambar 6-1 dibawah ini.

Gambar 6-1

375 Area uap panas lanjut

300
Garis keseimbangan cair-uap
Temperatur jenuh 0 C

250
Area cair

200

150

100

50

5 10 15 20

Tekanan Mutlak MN/m2

48
4. Titik Tripel

Jika grafik / gambar 6-1 diatas diperbesar pada bagian temperatur yang rendah, akan
terlihat grafik seperti gambar 6-2 dibawah ini.

Gambar 6-2 t
Garis keseimbangan
Cair – gas 2

Titik Triple
Garis keseimbangan padat - cair
3 1

p4 pif g p1 p
Garis yang membatasi garis cair dan gas (atau uap) adalah garis keseimbangan cair –
gas (atau juga garis jenuh cair dan gas). Selanjutnya terdapat garis lain, yang disebut
garis keseimbangan padat – cair, yaitu yang membatasi garis padat dan cair. Kedua
garis ini saling bertemu di titik 3, yang disebut Titik Triple.

Garis padat-cair memanjang sejajar garis tekanan karena secara fisik, pada perubahan
dari padat ke cair atau titik leleh, tekanannya hanya sedikit atau bahkan tidak berubah.
Seperti diketahui, perubahan tekanan pada titik beku (freezing point) air hanya sedikit
berubah sampai sekitar tekanan 200 MN/m2. Berbeda dengan garis keseimbangan
cair-gas dimana kenaikan temperatur pada kondisi jenuh (saturation) dimana terlihat
dalam grafik tekanannya juga ikut naik.

Dari gambar 6-2, kita dapat melihat, pada tekanan p1 dan temperatur dibawah titik 1,
zat berbentuk padat (es). Pada titik 1 terjadi perubahan dari padat ke cair (zat meleleh /
melebur – titik lebur) dan disini disebut padat seimbang dengan cair. Pada temperatur
diatas titik 1 dan dibawah titik 2, seluruh zat berbentuk cair, sedangkan pada titik 2
terjadi perubahan dari cair ke uap (gas), atau mendidih, dan disebut cair seimbang
dengan gas. Pada temperatur diatas 2, semua zat berbentuk gas.

Pada titik triple, tekanannya Pif g dan temperatur dibawah titik 3, titik triple, semua zat
berbentuk padat. Pada titik 3, titik triple, semua bentuk zat, baik padat, cair maupun gas
terjadi, atau ketiga bentuk zat terjadi secara bersamaan dalam keadaan seimbang.
Diatas titik 3, semua zat berbentuk gas. Pada tekanan p4 (< pif g), pada temperatur
dibawah titik 4, semua zat berbentuk padat. Pada titik 4, terjadi perubahan langsung
dari padat ke gas (uap), dan pada kondisi ini disebut padat seimbang dengan gas.

49
Perubahan langsung dari padat ke gas / uap disebut Sublimasi. Temperatur diatas titik
4 semua zat berbentuk gas.

5. Entalpi dan Pembentukan Uap pada Tekanan Tetap

Entalpi adalah jumlah panas yang dimiliki oleh suatu zat, yang diformulasikan sbb.:

H = U + PV

sedangkan, Q = = (U2 – U1) + p (V2 – V1) = (U2 + pV2) – (U1 + pV1)


maka:
Q = H2 – H1 perubahan entalpi, atau
Q = h2 – h1 perubahan entalpi jenis (spesifik – per kg massa)

Nilai atau besarnya entalpi untuk uap, atau untuk gas-gas lainnya pada tekanan tetap dapat
diketahui dari tabel-tabel yang sudah disusun dalam bentuk tabuler. Tabel-tabel ini disusun
berdasarkan praktek / pengalaman sejak tahun 1900, dan yang terkenal dibuat oleh
Callendar, Keenan dan Keyes.

Untuk zat cair, misalnya air, untuk menaikkan suhu hingga suhu tertentu, disebut entalpi
cair, ditulis dengan kode hf dan satuannya kJ/kg. Nilai entalpi cair, dapat dilihat dalam
tabel air, tetapi jika tidak ada maka nilainya dapat dicari dengan rumus:

hf = 4,1868 x tf kJ/kg, dimana tf dalam 0C (khusus untuk air).

Persamaan ini hanya mendekati tepat pada temperatur dan tekanan rendah, semakin tinggi
temperatur dan tekanannya, perbedaan nilainya dibanding dengan yang terdapat dalam
tabel semakin besar. Sebagai contoh, hf pada tekanan atmosfir dan temperatur 1000C
adalah 417,5 kJ/kg, tetapi jika dihitung menurut formula diatas,
hf = 4,1868 x 100 = 418,68 kJ/kg.

Contoh lain, pada tekanan 1 MN/m 2, temperatur 179,90C, entalpinya =


hf = 4,1868 x 179,9 = 753,2 kJ/kg.

sedangkan dalam tabel ditemukan entalpinya = 762,2 kJ/kg.

Untuk mendapatkan entalpi penguapan, biasa ditulis hfg , nilainya hanya dapat diperoleh
dari tabel, yang kemudian ditambahkan pada nilai entalpi cair jenuh. Entalpi penguapan
dulu disebut sebagai panas laten yang sekarang istilah tersebut sudah tidak digunakan.
Selanjutnya adalah entalpi uap jenuh yang biasa ditulis hg . Nilai entalpi uap jenuh didapat
dari penjumlahan entalpi cair (hf ) dengan entalpi penguapan (hf g), atau:

hg = hf + hfg kJ/kg.

50
Untuk entalpi uap panas lanjut (superheated vapour), atau entalpi untuk uap yang
mempunyai temperatur diatas temperatur uap jenuh, adalah entalpi yang ditambahkan
sewaktu uap dalam fase panas lanjut dimana nilai totalnya adalah :

h = hg + entalpi panas lanjut

Adapun entalpi panas lanjut itu sendiri dapat dihitung dengan formula cp (tup l – tf), dimana
c p adalah panas jenis uap panas lanjut dan t adalah temperatur uap panas lanjut.
Dengan demikian maka nilai seluruh entalpi untuk uap panas lanjut adalah:

h = hg + cp (tupl – tf)

dimana nilai rata-rat c p untuk uap panas lanjut adalah 2.0934 kJ/kg0K. Adapun nilai h yang
akurat dapat diperoleh dari tabel uap panas lanjut, sedangkan nilai yang didapat dari
formula diatas hanya nilai perkiraan saja.

Keadaan uap selain uap jenuh dan uap panas lanjut adalah UapBasah. Yang dimaksud
adalah keadaan dimana sebagian uap tersebut terdiri dari butir-butir air. Jumlah butir-butir
air atau keadaan uap basah ini dinyatakan dalam persen (%).

Misalkan uap basah mempunyai kekeringan 90%, artinya, dari seluruh jumlah uap tersebut
90% adalah massa uap kering, dan 10% sisanya terdiri dari butir-butir air. Atau, jika
dikatakan uap basah mempunyai derajat kekeringan (dryness fraction) x, maka uap
tersebut mengandung (1-x) air.

Nilai entalpi uap basah dapat dihitung sbb.:

h = hf + x.hfg

Contohnya, diketahui uap basah pada tekanan 70 kN/m2 mempunyai entalpi cair 376,8
kJ/kg dan derajat kekeringan 0,85, maka entalpi uap basahnya:

h = hf + x hfg = 376,8 + 0,85 x 2283.3 = 2321,8 kJ/kg.

6. Diagram Temperatur – Entalpi (T-S Diagram)

Gambar 6.3 dibawah ini memperlihatkan kurva yang terjadi dalam temperatur uap yang
dikombinasikan dengan entalpi, dimana formasi uap terjadi pada tekanan tetap.

51
Temperatur 0 C K G D

Garis cair jenuh

H J

E F

tf
B C

0,01 0C
A

Entalpi
Hf Hf g panas lanjut

hg
h

Gambar 6-3

Disini air pada temperatur 273,150K atau 0,010C, dianggap mempunyai entalpi NOL.
Dari titik A pada garis temperatur, dilukiskan fase cair yang jika temperaturnya
dinaikkan, akan membentuk kurva A-B. Di titik B, dimana air mendidih, entalpinya
dianggap hf dengan temperatur jenuh tf . Dari sini dapat ditarik garis BC yang
merupakan garis temperatur tetap hingga C dimana seluruh air telah berubah bentuk
menjadi uap. Disini BC menggambarkan besarnya entalpi penguapan (evaporation
enthalpy) dan jika diteruskan pemanasannya, akan terbentuk garis CD yang merupakan
garis uap panas lanjut. Dengan demikian terlihat ketiga tahap atau fase dari air, yang
dimulai dari padat (sebelum titik A), fase cair (AB) dan fase uap (CD) serta garis BC
dimana air berada sekaligus dalam dua fase. Disamping itu, selain temperaturnya, juga
dapat dilihat berapa entalpi air (atau uap) pada tiap-tiap keadaan atau jumlah panas
yang dibutuhkan untuk mencapai keadaan yang diperlukan tersebut.

52
Keadaan yang tergambar menurut garis ABCD adalah garis yang terjadi pada tekanan
tertentu (misalnya 1 bar atau tekanan atmosfir). Jika tekanannya dinaikkan, maka
garisnya akan menjadi AEFG atau AHJK. Disini garis ABEH adalah garis cair jenuh
(saturation evapor(saturation liquid line) sedangkan JKC, jika dihubungkan, akan
membentuk garis uap jenuh (saturation vapour line).
Selanjutnya, dapat dibuat suatu grafik yang lebih lengkap yang menggambarkan
keadaan-keadaan suatu zat (disini dibuat untuk air), yaitu gambar 6-4, termasuk angka-
angka yang terkait sehingga memudahkan bagi pada ahli tehnika untuk mendapatkan
data-data atau nilai-nilai yang dibutuhkan seperti temperatur, tekanan, entalpi dan lain-
lain.

J H G F
Temperatur (T) 0 C

Titik Kritis GAS


22,12 MN/m2
374,15 0C

A
344.8 UAP

318 B

Garis uap basah (%)

287.7 C Daerah uap panas lanjut

Garis cair jenuh Daerah uap basah

D
137.9
daerah cair

Garis uap jenuh


65.9

0,01

Entropi (S)

Gambar 6-4
Disamping data-data diatas, pada grafik ini juga terlihat suatu titik yang disebut TITIK
KRITIS, yaitu titik pertemuan antara garis cair jenuh dengan garis uap jenuh. Pada air,
titik ini terjadi pada tekanan 22,12 MN/m 2 dan temperatur 374,150C. Titik ini sangat

53
unik, dimana suatu gas yang dikompresikan tidak akan bisa berubah menjadi cair, dan
sebaliknya, zat tersebut tidak akan bisa mempunyai temperatur diatas temperatur titik
ini dalam bentuk cair.

54
BAB VII

PEMINDAHAN USAHA DAN MESIN-MESIN PANAS

1. PEMINDAHAN USAHA

Seperti telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya, Usaha atau Work (W) adalah gaya yang
bekerja dengan jarak tertentu, atau gaya x jarak. Namun usaha ini lebih banyak digunakan
dalam Mekanika, dan dalam keadaan sesungguhnya, atau dalam pembahasan permesinan,
usaha ini menjadi tekanan x volume. Perhatikan sketsa dan diagram berikut:

P
Diagram P-V Torak pompa bergerak dari TMB
2 1 (titik mati bawah, ke TMA (titik
P1 mati atas) untuk menekan air
keluar dari silinder, dari titik 1 ke
titik 2. Usaha pompa adalah gaya
3 4 yang didapat torak dari energi
luar. Gaya ini bekerja pada
P2
permukaan seluas permukaan
bagian atas torak, jadi gaya ini
adalah tekanan. Sedangkan jarak
V 3
yang ditempuh oleh torak adalah
sepanjang jarak dari TMB ke
V2 V1 TMA, yang sebenarnya adalah
volume langkah silinder. Jadi,
gaya x jarak disini menjadi
Usaha = Tekanan x volume
atau W=pxV

TMA TMB

Dalam diagram P-V diatas, usaha ini digambarkan dengan luas bidang yang dibatasi
dengan titik-titik V1-1-2-V2, dimana usaha (W) merupakan perkalian antara p1 dan jarak titik
1-2. Jarak 1-2 adalah langkah torak dari TMB ke TMA. Ini adalah usaha yang diperoleh dari
luar, jadi sesuai ketentuan sebelumnya, nilainya negatif. Disini usaha yang didapat adalah :
p1 1 x (V1 – V2)

Selanjutnya, torak akan kembali ke TMB karena masih ada tekanan p 1 yang turun menjadi
p2 dari titik 3 bergerak ke titik 4. Disini juga timbul usaha, yang nilainya positif. Dalam
keadaan sebenarnya ini adalah langkah isap, sedang sebelumnya adalah langkah tekan.

Usaha isap ini besarnya p2 2 x (V1 – V2)

55
Jika kedua usaha ini dijumlahkan, akan terjadi selisih “luas” diagram diatas, atau selisih
usaha yang besarnya sama dengan luas bidang 1-2-3-4. Luas bidang ini sama dengan luas
bidang siklus yang dibatasi dengan garis-garis proses yang terjadi didalam sistem. Ini
berarti yang terjadi.
Semakin luas bidang yang diperoleh sistem, semakin besar usaha yang didapat.

Formula untuk mendapatkan usaha diatas juga berlaku untuk siklus-siklus yang
menggunakan gas maupun uap untuk media yang diproses didalamnya, termasuk siklus -
siklus dalam motor pembakaran dalam seperti mesin otto dan diesel.

P Diagram disamping in memperlihatkan proses-


proses yang membentuk siklus 1-3-2-4 dan
2
kembali ke 1.
4
Jumlah usaha yang diperoleh adalah luas
diagram 1-3-2-4-1, sebagai selisih dari usaha
3 yang masuk yang diperlihatkan oleh luas
1 bidang 5-6-1-4-2-5 dikurangi dengan luas
bidang usaha keluar 5-6-1-3-2-5.

5 6 V

56
Berikut adalah Perhitungan usaha proses adiabatis, politropis dan temperatur tetap yang
sebenarnya sudah diberikan pada bab sebelumnya, agar kita lebih terbiasa dengan
perhitunganu ini, yang menjadi dasar untuk mencari tenaga, yang akan dibahas kemudian.

P PV = C
p1 2
Proses Temperatur Tetap - PV = C

W = (p1 .v1 ) ln v2/v1

1
p2

PV = C V2 V1 V
P 2
Proses adiabatic - PV = C
p1
(p1.v1 - p2 .v2)
1   
W =   

p2

V2 V1 V P
PVn = C
p1 2
P
r
o
s
e
1 s

a
d
i
a
Proses Politropis - PVn = C b
a
n (p1.v1 - p2 .v2) p2 P t
  n
W = i
r
o c
s
e -
V2 V1 s V
P
a V

d
57 i =
a
b C
2. MESIN-MESIN PANAS

Dalam thermodinamika jenis mesin ditentukan sesuai proses-proses yang terjadi, walaupun ada
yang hanya secara teori saja, dan sulit dikonstruksi menjadi mesin yang nyata, misalnya proses
Carnot. Selain itu, mesin-mesin panas lain dapat dikelompokkan menjadi:

1. Mesin Pembakaran Dalam (Internal Combustion Engines)


a. Mesin Otto
b. Mesin Diesel
2. Mesin Pembakaran Luar (External Combustion Engines)
a. Mesin Uap
b. Turbin Uap
c. Turbin Gas
3. Pompa Panas (Heat Pumps)
a. Kompresor Udara (Air Compressor)
b. Mesin Pendingin (Refrigerator)

1. Mesin / Siklus Carnot

Siklus Carnot terdiri dari 2 proses isothermis dan 2 proses adiabatis, seperti diagram PV
berikut:

P Proses 1-2 - proses isothermis


p3 1 PV=C
Proses 2-3 - proses adiabatic
Proses 3-4 - proses isothermis

2 Proses 4-1 - proses adiabatic


p2 
PV =C
T1 = T2
p4 4 T3 = T4

3
p1

V3 V4 V2 V1 V

Siklus Carnot ini dirancang berdasarkan asumsi untuk mendapatkan usaha terbaik, dimana
secara teori siklusnya akan terdiri dari 2 proses isotermis dan 2 proses adibatis. Disini terdapat
sumber panas yang mempunyai temperatur tinggi (T 1=T2) dan memberikan panas ini ke sistem
hingga temperaturnya menjadi rendah (T3 = T4). Secara teori, sistem ini terdiri dari silinder
tertutup dimana didalamnya terdapat torak yang dapat bergerak tanpa gesekan dan menerima
sejumlah media dari reservoir yang mengandung panas (Q 1) dengan temperatur T1. Dinding
silinder diberi isolator sempurna, demikian juga dengan kepala silindernya, diluarnya diberi
isolator, namun juga menjadi konduktor sempurna.

Perhatikan sketsa di halaman berikut. Siklus dimulai dari titik 1, dimana panas dari reservoir A
masuk hingga proses ekspansi ke titik 2 pada temperatur tetap, diteruskan dengan proses

58
usaha titik 3 secara adiabatis, karena sistem diisolasi, sehingga secara keseluruhan panas
menghasilkan usaha dari titik 1 ke 3. Selanjutnya proses kompresi dimana medianya dialirkan
ke reservoir B yang mempunyai temperatur sama dengan T 3, dan diteruskan hingga titik mati
atas silinder untuk menerima lagi media panas dari reservoir A.

A B

Karena silinder terisolasi sempurna, maka selruuh panas yang diberikan adalah Q 1– Q2 yang
seluruhnya digunakan untuk menghasilkan usaha W, jadi:

W = Q1– Q2

Dengan demikian maka efisiensi panas (thermal efficiency) mesin Carnot ( ) adalah = panas
yang berguna dibagi panas yang diberikan yaitu : Q1– Q2 / Q1 atau

1– Q2 / Q1

dimana
- efisiensi panas
Q1 - panas yang diberikan dari reservoir sumber panas (A)
Q2 - panas yang tersisa dan ditampung di reservoir B

Dengan menerapkan formula-formula proses-proses thermodinamika sebelumnya, maka


efisiensi tersebut juga akan sama dengan

1 – T2 / T1

dimana
T1 - temperatur media / sumber panas
T2 - temperatur media panas yang keluar dari sistem

59
2. Mesin Otto

Siklus pada mesin Otto atau dikenal dengan dengan motor bensin, terdiri dari empat proses
yaitu dua proses adibatis dan 2 proses volume tetap. Itulah sebabnya mesin jenis ini juga
dikenal dengan mesin dengan siklus volume tetap.

Pada mesin Otto yang menggunakan bahan bakar bensin, proses 1-2 adalah proses
kompresi adiabatis, dimana udara yang bercampur bahan bakar dimampatkan hingga titik
mati atas. Sesudah keadaan 2, suatu alat penyala elektris (busi) dinyalakan sehingga
campuran bahan bakar dan udara tersebut terbakar sehingga tekanannya naik namun
masih tetap pada volume yang sama dengan keadaan 2.

P
3 Proses 1-2 - proses adiabati s
p3
Proses 2-3 - proses volume tetap
PV = C
Proses 3-4 - proses adiabtis
Q (+) Proses 4-1 - proses volume tetap

2 V1 = V4
p3
V2 = V3
4
p3 Q(-)  th = (Q1 – Q2 ) / Q1

p3
1 Wadiabatis = (p2.v2 - p1.v1)/(
V
V3=V3 V1=V4

Disinilah panas dimasukkan hingga keadaan 3. Dengan tekanan dan temperatur yang tinggi
tersebut, proses ekspansi berjalan langsung dari titik mati atas dan keadaan 3, ke keadaan
4 dimana volumenya sama dengan keadaan 1. pada keadaan 4 masih terdapat sisa gas
pembakaran yang temperaturnya masih tinggi, yang pada proses selanjutnya dikeluarkan
dari silinder hingga kembali ke keadaan awal atau keadaan 1.

Usaha positif pada siklus Otto diperoleh dari proses adiabatis dari keadaan 3-4, sedangkan
usaha yang negatif dari proses 1-2. Total usaha yang diperoleh adalah selisih kedua proses
tersebut, dan pada diagram akan terlihat dari luas siklusnya.

Karena proses adiabatis, W 1 =(p2.v2 - p1.v1)/ W 2 = (p4.v4 -


p3.v3 1= p4 dan p2 = p3

W 1 - W 2 = ((p2.v2 - p1.v1 (p4.v4 - p3.v3

60
atau
(p2.v 2 - p1.v 1 4.v 4 - p3.v 3
W = W1 - W2 =

dalam prakteknya dikenal sebagai putaran mesin, maka tenaga yang dihasilkan oleh mesin
dapat dihitung.

Contoh soal
Satu kilogram udara digunakan dalam suatu siklus yang mengikuti siklus Otto atau volume
konstan, sebagai berikut:
 Dari keadaan awal tekanan 102 kN/m2 dan suhu 90 0C, udara ditekan dengan
perbandingan volume 7:1.
 Selanjutnya udara dipanaskan hingga tekanannya mencapai 3650 kN/m2
 Udara ekspansi hingga kembali ke volume semula
 Udara didinginkan hingga kembali ke keadaan semula.
Jika Rudara = 0,287 kJ/kg.OK dan
a. volume awal dan volume akhir
b. tekanan dan temperatur pada tiap-tiap keadaan (1,2,3, dan 4)
c. Panas yang diberikan dan panas yang hilang
d. Usaha total
e. Tenaga yang dihasilkan jika siklus berulang-ulang 20 x setiap sekon

Jawab:
a. pada titik awal, p1V1 = mRT1 V1 = mRT1 p1
V1 = 1 kg x 0,287 kJ/kg.OK x (90+273)OK : 102 kN/m 2
V1 = 1,02 m 3 V1 = V4 = 1,02 m 3
V2 = 7 x V 1 = 1,02 / 7 = 0, 146 m 3 V2 = V3 = 0, 146 m 3
7
b. Untuk mencari p2, pada proses 1-2, adiabatis, berlaku p1V1 = p2V2
Maka p2 = p1 V1 : V2 = 102 x 1,021,4 : 0,1461,4 = 1555 kN/m 2
 Untuk mencari T2, , dari rumus umum
pV/T = C, atau
p1V 1 =
p 2V 2 maka
T1 T2
T2 = p 2V 2 x T1 = ( 1555 x0,146 ) x 263 = 574OK.
p1V 1 102 x1,02
p 2 p3
 Untuk mencari T3 pada proses 2-3, volume tetap berlaku =
T2 T3
p3
T3 = x T2 = 3650/1555 x 574 = 1347OK.
T2
 Untuk mencari p4, pada proses 3-4, adiabatis, berlaku pV =C,
atau p3V3 = p4V4 =, maka
p4 = p3 V3 : V4 = 3650 x 0,1461,4 : 1,021,4 = 239 kN/m 2

61
p4 p1
 untuk mencari T4, melalui proses 4-1, V=C, dimana =
T4 T1
T4 = p4 / p1 x T1 = 239/102 x 263 = 616OK.

Berikut adalah tabel p,V dan T selengkapnya pada tiap-tiap keadaan :


Keadaan Tekanan ( kN/m 2) Volume (m 3) Temp. (()K)
1 102 1,02 263
2 1555 0,146 574
3 3650 0,146 1347
4 239 1,02 616

c. Panas yang diberikan adalah pada proses 2-3 (volume tetap), sehingga :
Q23 = m.c v . O
K x (1347 – 574)OK = 554 kJ.
Sedangkan panas yang hilang terjadi pada proses 4-1 isovolum, sehingga:
O
Q41 = m. c v K x (263 - 616)OK = - 253 kJ.

Catatan : nilai c v dicari dari R = c p – c v p/c v


nilai Q41 negatif, berarti panasnya meninggalkan sistem

d. Usaha total adalah jumlah aljabar W 12 + W 23 + W 34 + W 41, tetapi karena proses 2-3 dan 4-
1 isovolum, dalam kedua proses ini W = 0, sehingga usaha total hanya W 12 + W 34, atau:
p1V 1  p 2V 2 p 3V 3  p 4V 4
= W 12 + W 34 = +
 1  1
(102 x1,02)  (1555 x0,146) (3650 x1,02)  (239 x1,02)
=
1,4  1 1,4  1
104  227 533  244
= + = - 307,5 + 722,5 = 415 kJ.
0,4 0,4
Catatan : nilai W 12 negatif, karena usahanya dari luar sistem

e. Jika siklusnya berulang 20x setiap sekon, maka tenaganya menjadi


P = W/s = 415 x 20 kJ/s = 8300 kJ/s = 8300 kwatt.

3. Mesin Diesel

Pada mesin Diesel, siklus yang terjadi didalam silindernya terdiri dari 2 proses adibatis yaitu
sewaktu langkah kempresi (dari 1 ke 2) dan langkah ekspansi (dari 3 k3 4), ditambah 1
proses tekanan tetap dimana terjadi pembakaran bahan bakar dan terdapat sejumlah
panas masuk (Q) dan 1 proses volume tetap, yaitu pembuangan sisa-sisa gas pembakaran
dari keadaa 4 ke keadaan semula.

62
P
Proses 1-2 - proses adiabatis
Q1 (+)
p2 = p3 2 3 Proses 2-3 - proses tekanan tetap
(isobar)

PV=C Proses 3-4 - proses adiabatis


Proses 4-1 - proses volume tetap
(isovolume)

V1 = V4
p4 4 p2 = p3
Q2 (-)
p1 1  th = (Q1 – Q2 ) / Q1

Wadiabatis = (p2.v2 - p1.v1)/(


V2 V3 V1 V

Karena proses adiabatis, W 1 =(p2.v2 - p1.v1)/ W 2 = (p4.v4 -


p3.v3 1= V4 dan p2 = p3

W 1 - W 2 = ((p2.v2 - p1.v1 .v1 - p3.v2


4
Atau
(p2.v 2 - p1.v 1 .v 1 - p2.v 3
4
W = W1 - W2 =

Dan seperti halnya pada mesin Otto, maka untuk mencari tenaga mesin, perlu diketahui
frekuensi siklus ini per satuan waktu, misalnya dalam sekon. Seperti telah dijelaskan
sebelumnya, satuan usaha adalah Joule atau KM/m2, jika dikalikan dengan jumlah siklus
per sekon, maka akan didapat tenaga dalam Watt atau Kilowatt.

Contoh Soal :

Suatu mesin menggunakan udara sebagai zat kerjanya. Pada awal kompresi adiabatis,
tekanannya 90 kN/m 2 dan temperaturnya 40OC. Pada akhir kompresi, volumenya berkurang
hingga 1/16 dari volume semula, dimana pada proses selanjutnya diberikan panas pada
tekanan tetap hingga temperaturnya menjadi 1400OC. Proses selanjutnya ekspansi
adiabatis hingga volume semla, dilanjutkan dengan pembuangan sisa panas hingga
kembali keadaan semula.
a. Gambarkan siklus tsb. dalam diagram p-V.
b. Hitung temperatur, volume dan tekanan di empat titik keadaan, jika volume
keadaan 2 dianggap 0,03 m 3.
c. Efisiensi thermis.

63
Jawab:

P Siklus ini sama dengan siklus Diesel.


2 3
Dalam perhitungan ini, untuk udara
P2 =P3 diambil  = 1,4 dan cp = 1,005 kJ/kgOK.

adiabatic Pada proses 1-2, adiabatic berlaku:


p1V1 = p2V2

jadi p2 = p1 (V1 /V2 ) = 90x161,4


= 90x48,5 = 4365 kN/m2

T1/T2 = (V2/V1)-1
P4
T2 = T1 (V1 /V1 )-1 = 313x160,4 = 940OK
P1 V2 V3
4
V1 =V4
Jika volume di1titik 2 = V2 = 0,03 m 3, maka V1 = 16 x V2 = 16 x 0,03 = 0,48 m 3.
Adapun p3 = p2 karena proses isobar, dan berlaku (V 2/T2) = V3/T3), maka :
V3 = V2 x T3 /T2) = 0,03 x 1673/940 = 0,053 m 3

Pada proses ekspansi adiabatis, dari 3 ke 4, berlaku : P 3V3 = p4V4 Jadi,


p4 = p3 (V3 /V4) = 4365 x (0,053/0,48)1,4 = 4365/21,6 = 202,5 kN/m 2.
4
Untuk mencari T4, digunakan proses 4-1 isovolum, dimana berlaku p1/T1=p4/T4.,
jadi, T4 = T1 (p4/p1) = 313 x 202,5 / 90 = 705OK.

Dengan
1 demikian maka dapat disusun tabel sbb.:

p (kN/m 2) V (m 3) T (OK)
1 90 0,48 313
2 4365 0,03 1673
3 4365 0,053 940
4 202,5 0,48 705

Jika p = 1,005 kJ/kgOK, maka c v = 0,718 dan R= 0,288 kJ/kgOK, Selanjutnya


th = 1 – (T4-T1 3-T2)

th = 1 – (705-313) / 1,4(1673-940)
= 1 – 392/1,4x 733
= 1-0,382
= 0,618 = 61,8%

Contoh Soal no. 2

Sebuah mesin Diesel mempunyai perbandingan kompresi 11:1 dimana jumlah panas atau
energi yang masuk diperoleh dalam proses tekanan tetap (isobar) yang berlangsung
selama 10% dari langkah toraknya. Pada keadaan awal, tekanannya 96 kN/m 2 dan

64
temperaturnya 18OC. Mesin ini menghabiskan udara sebanyak 0,05 m 3 per sekon. Jika

d. Efisiensi thermis
e. Tenaga Indikator mesin

Jawab:
a. Perbandingan kompresi 11:1, berarti Jika V 2 = 1, maka V1 = 11xV2, dan volume
langkahnya menjadi 11 – 1 = 10 x V2.
Dengan demikian proses penambahan energi yang berlangsung secara isobar, akan
terjadi selama 10% volume langkah, atau
10% x 10 = 1 x V2 dan dengan demikian maka
V3 = 1 + 1 = 2 x V2
Sedangkan V4 sama dengan V1
th = 1- (T4-T1 3-T2 )
Jika 3 / V2 dan r = V 1/V 2 dan dalam hal ini:
dan r = 11. maka akan ternyata bahwa:
-1
th = 1- - -1))
sehingga
th = 1- (1/1,4) x (1/111,4) x (21,4 – 1)/ (2-1))
= 1- ((1/110,4 x (2,64 – 1) / 1,4)
= 1 – (1,64 / 2,61 x 1,4) = 1 – 0,45 = 0,55
th = 55%

b. Jika dianggap V1–V2 = 0,05 m 3, atau siklusnya terjadi 1 x per sekon, maka
V2 = 0,05 : 10 = 0,005 m 3 dan V1 = 11 x V2 = 11x0,005 = 0,55 m 3
V3 = 2 x V2 = 2 x 0,05 = 0,01 m 3 dan V4 = V1 = 0,55 m 3

Pada proses 1-2 (kompresi adiabatis), berlaku p1V1 = p2V2


sehingga p2 = p1 (V1/ V2) = 96 x 111,4 = 2760 kN/m2.
Dan pada proses 3-4 (ekspansi adiabatis), berlaku p3V3 4V4
Sedangkan p3 = p2, sehingga
sehingga p4 = p3 x (V3/V4) = 2760 x (2/11)1,4 = 256 kN/m2.

+W 2-3+W 3-4
1-2

hal ini s=1 sekon


Sehingga Tenaga Indikatornya adalah :
= (p1V1 - p2V2 -1 + p2 x (V3-V2) + (p1V1 - p2V2 -1
= ((2760x0,01)-(256x0,055))/(1,4-1) + 2760(0,0005) + ((2760x0,0005)
– (96x0,055)/(1,4-1)) =
= 2760 x 0,005 + ((27,6-14,1) – (13,8-5,3)/0,4))
= 13,8 + 5/0,4 = 13,8 + 12,5 = 26,3 kW.

65
4. Turbin Uap

Pada Turbin Uap, dikenal sebagai Proses Rankine, berbeda dengan jenias-jenis mesin
diatas, mesin ini termasuk jenis pembakaran luar, karena bahan bakar dibakar dilokasi yang
teroisah dengan mesinnya. Mencari usaha disini berbeda dengan mesin-mesin diatas, yang
dalam banyak hal, jauh lebih sederhana dibandingkan dengan mesin-mesin pembakaran
dalam.

Turbin Uap merupakan suatu instalasi yang cukup besar, lebih-lebih jika digunakan untuk
mesin penggerak utama kapal. Untuk menganalisa kinerja turbin uap, kita perlu mengetahui
semua bagiannya, yang secara sederhana digambarkan sbb.:

Turbin Uap
Generator

Katup Uap Utama


Kondensor

Ketel Uap

Pompa Pengisi Ketel Tangki Cascade

Dari sketsa terlihat “perjalanan” uap, mulai dari Ketel Uap dengan tekanan tinggi, kemudian
para tekanan tetap dimasukkan ke Turbin dan menghasilkan tenaga untuk menggerakkan
poros propeler. Uap masuk turbin dan menggerakkan sudu-sudu turbin melalui proses
entropi tetap, hingga tekanannya turun. Dan dengan tekanan rendah, uap dialirkan ke
kondensor untuk dijadikan air, selanjutnya dikirim ke ketel kembali dengan pompa air
pengisi. Di ketel uap, air dipanaskan hingga berubah menjadi uap, demikian seterusnya.
Sebenarnya, uap juga dialirkan ke pemakaian-pemakaian lain seperti generator yang
menggunakan uap, pemanas tangki, mesin jangkar, pompa pengisi ketel, dll. Dan sesudah
digunakan, uap dialirkan ke kondensor dan didinginkan.

Siklus uap demikian dikenal dengan Siklus Rankine, yang digambarkan dalam diagram PV
dan TS sebagai berikut. Dalam diagram PV digambarkan perjalanan uap dari ketel (titik A)
dengan tekanan tetap pA dialirkan ke Turbin hingga titik B yang selanjutnya diekspansikan

66
hingga titik C secara adiabatis. Dari titik C, dengan tekanan p, uap dialirkan ke kondensor
untuk diturunkan temperaturnya, hingga berubah menjadi air di titik D. Dari sini air
dipompakan ke ketel sekaligus dipanaskan hingga titik C pada proses volume tetap.

Usaha yang diberikan uap untuk Turbin adalah luas diagram F-A-B-C-D-E. Dan karena
untuk menaikkan tekanan air dibutuhkan usaha untuk menjalankan pompa, yang dilukiskan
dengan luas F-A-D-E. Dengan demikian usaha bersih Turbin adalah A-B-C-D.

Diagram PV untuk Instalasi Uap Diagram TS untuk Instalasi Uap


P T

F A B

adiabatis a b
Ta=Tb
d’

D C Tc =Td d g c
E V S

m k h

Diagram-diagram diatas dibuat dengan asumsi uap yang dihasilkan ketel adalah uap jenuh.
Jika uap yang dihasilkan adalah uap panas lanjut (superheat steam), bentuk diagramnya
berbeda, namun belum dibahas dalam bab ini. Yang perlu diperhatikan adalah, karena
kemungkinan air yang dihasilkan dari kondensor belum tentu seluruhnya berupa air, atau
masih mengandung butir-butir uap, maka harus dijaga agar airnya benar-benar cair hingga
memudahkan bagi pompa untuk mengkompresikannya kedalam drum uap ketel. Perlu
diingat, suatu pompa akan sulit bekerja sempurna jika zat yang dipompanya banyak
mengandung uap atau gas. Untuk ini, dalam diagram TS digambarkan dengan d’, yaitu
posisi dimana airnya murni cair, tidak tercampur dengan uap.

Yang digunakan untuk mencari usaha dalam Turbin (uap dan Gas), adalah jumlah panas
(Q) yang dikandung zat atau media yang digunakan. Dalam hal Turbin uap, usahanya
diperoleh dari selisih entalpi uap masuk Turbin dengan entalpi uap yang keluar dari Turbin.
Dengan diketahui selisih entalpi ini, serta diketahuinya massa uap yang mengalir didalam
Turbin, diperoleh tenaga Turbin.

Sebagai contoh, jika massa uap yang mengalir dalam Turbin setiap jam 10 ton atau 10,000
kg, entalpi uap masuk 7600 Joule/kg dan keluar dari Turbin entalpinya tinggal 6700
Joule/kg, maka tenaga Turbin:

67
(7600 – 6700) x 10,000 KJ/jam = 9.000.000 KJ/jam = 2,500 KJ/sekon = 2500 kW

Entalpi uap dapat dicari dari Tabel Uap, diagram Psychromatrik, yaitu diagram-diagram
yang dibuat untuk setiap jenis zat atau media yang biasa dipakai dalam mesin-mesin panas.
Rincian mengenai diagram ini akan dibahas dalam bab-bab selanjutnya.

Mesin-mesin lain yang belum dibahas disini meliputi:

 Kompresor Udara
 Mesin Pendingin
 Air Conditioning
 Pompa Panas
 Turbin Gas

Dan lain-lain, yang akan dibahas dalam buku Thermodinamika selanjutnya.

68
Sistem Unit Satuan Internasional

The International System of Units

S.I. Units
Satuan Standar Interbasional

Disusun oleh:

69
DAFTAR ISI

Hal

1 Sejarah Satuan Sistem Internasional 1

2 Definisi-Definisi 3

3 Faktor Konversi 7

4 Daftar Matrik Konversi 8

5 Daftar Sebutan Satuan 9

6 Daftar Uap Jenuh 9

7 Tabel Uap Panas Lanjut 10

8 Contoh Penggunaan 11

70
1. SEJARAH SINGKAT SATUAN SISTEM INTERNASIONAL

Sampai dengan medio abad XX ini, perhitungan-perhitungan yang dilakukan oleh ahli-ahli fisika
dan tehnik menggunakan berbagai jenis satuan units yang satu sama lain berbeda. Di Eropa
daratan menggunakan satuan metrik, sementara di Inggris menggunakan sistem unit yang
dikenal dengan sistem British., dan di Amerika, walau pada dasarnya menggunakan satuan
British, tetapi dalam beberapa hal menggunakan sistem sendiri.

Sebenarnya, sejak tahun 1875 sudah berdiri suatu lembaga internasional mengenai berat dan
ukuran yang bermarkas di dekat Paris, Perancis yang disebut International Bureau of
Weights and Measures (IBWM). Namun baru pada tahun 1971, yaitu pada konferensi umum
tentang berat dan ukuran ke-14 di Paris, panitia internasional berhasil menetapkan 7 (tujuh)
besaran sebagai dasar bagi sistem satuan internasional yang kemudian biasa disingkat sistem
SI, yang aslinya dalam bahasa Perancis disebut “Le Systeme International d’Unites”. Pada
dasarnya, sistem satuan lama disebut sebagai sistem satuan statis atau tehnis karena
digunakan dalam ilmu teknik. Sedangkan dalam fisika digunakan sistem dinamis atau sistem
praktis. Sistem praktis inilah yang juga menjadi dasar bagi sistem internasional. Bagaimanapun,
dengan hasil konferensi diatas, sistem ini sudah harus digunakan di seluruh dunia, dan kita
wajib menggunakannya secara benar.

Walaupun sejak dekade 70-an satuan SI sudah mulai digunakan secara internasional, namun
sampai akhir dekade 90-an di Indonesia masih banyak pihak, khususnya di kalangan
permesinan kapal belum menggunakannya secara penuh. Harus diakui tidak mudah untuk
merubah kebiasaan penggunaan satuan dalam perhitungan-perhitungan tehnik. Indonesia yang
bekas jajahan Belanda, sebelumnya menggunakan sistem metrik (Eropa daratan), dan
kemudian karena banyak buku-buku tehnik berbahasa Inggris, sebagian sekolah dan
universitas mulai beralih ke sistem British. Jadi sebelum satuan SI diberlakukan, penggunaan
satuan di Indonesia sudah tidak seragam, salah satu hal yang cukup menyulitkan pelajar /
mahasiswa, bahkan para dosen.

Sebagai contoh, dalam pengertian gaya (force) dan berat (weight), yang menurut rumus dasar
satuan sistem dinamis adalah F = m x a , dimana :
F = gaya, dengan satuan kilogram
m = massa, dengan satuan kilogram
a = akselerasi atau percepatan dengan satuan meter / detik pangkat dua

Bila rumus ini diterapkan terhadap benda yang jatuh bebas, maka satuan massa adalah

G = m x g, atau m = G / g

dimana: G = berat benda yang dipengaruhi oleh gaya tarik bumi (kg)
dan g = gravitasi (meter per detik pangkat dua).

Menurut pengertian diatas, seharusnya satuan gaya dan berat seharusnya kg.m/s2 , bukan kg.
Telah diketahui bahwa besarnya gravitasi tidak sama di setiap tempat, sehingga atas dasar
pengertian itulah satuan sistem dinamis atau yang sekarang dikenal sebagai sistem satuan

71
internasional digunakan. Namun, dalam penggunaan satuan kilogram, baik untuk berat (massa)
maupun gaya (force) sering rancu dan membingungkan, karenanya, sebagai pemecahannya,
untuk satuan berat (massa) dipakai satuan kilogram (kg) sedangkan untuk satuan gaya dipakai
kilogram-force (kgf) .

Pilihan lain penggunaan satuan gaya adalah Newton (N) dan dyne. Satuan Newton digunakan
untuk pengganti satuan gaya yang menurut rumus diatas adalah kilogram meter per detik
kwadrat (kg.m/s 2), dengan demikian maka untuk satuan gaya (force) digunakan :

1 kgf ~ 1 kg massa.m/s ~ 1 Newton


2

Catatan : konversi antara kgf dan Newton dijelaskan pada bab 2 (hal. 5)

Seperti dijelaskan diatas, ada 7 (tujuh) satuan dasar sistem SI, yaitu :

No. Besaran Nama Simbol

1 Panjang meter m

2 Massa Kilogram Kg

3 Waktu detik s

4 Arus Listrik Ampere A

5 Temperatur Celcius / Kelvin C/K

6 Jumlah zat Mole Mol

7 Intensitas Cahaya candela (lilin) cd

72
Berikut adalah besaran-besaran lain, yang merupakan turunan atau derivasi dari ke-7 satuan
dasar tersebut diatas, kecuali panas (kalori / kilokalori) dan sudut (radian).

No. Besaran Unit Simbol

1 Area / Luas meter persegi m2

2 Volume Meter kubik m3

3 Gaya (Force) Newton N


kilogram force Kgf

4 Usaha (Work) Newton meter = Joule Nm = J


kilogram meter Kgm

5 Tenaga / Daya (Power) Newton meter / sekon Nm/s


Joule/sekon J/s
kilogram meter / sekon Kgm/s
Tenaga Kuda TK (HP)

6 Volume Jenis (specific volume) Meter kubik / kilogram m 3/kg

7 Massa Jenis (densiy) kilogram/meter kubik Kg/m 3

8 Berat Jenis (Specific Gravity) Newton/meter kubik N/m 3


kilogram /liter Kg/ltr

9 Entalpi (Panas) Joule J


kalori Kal

10 Entalpi Jenis Joule / kilogram J/kg


kalori/kilogram kal/kg

11 Entropi Joule/kg OK elvin J/kgOK


kalori/kgOKelvin kal/kg. OK

12 Pemindahan panas watt/meter OKelvin watt/m. OK

13 Koefisien Pemindahan Panas watt/meter-persegi. OK watt/m 2. OK

14 Kekentalan (Kinematic Viscosity) Stokes; meter2/sekon *) m 2/s

15 Kecepatan (suara) (velocity) meter / sekon m/s

73
16 Kecepatan (kapal) (ships’ speed) Mil / jam knots

17 Konstanta gas (specific gas constant) Kilo Joule/kilogram OK KJ/kg. OK

18 Tekanan (pressure) Newton / meter-persegi N/m 2

74
2. DEFINISI-DEFINISI

Berikut adalah beberapa definisi yang berkaitan dengan nama dan istilah-istilah yang sering
digunakan dalam permesinan kapal (tehnik perkapalan), untuk mendapatkan pengertian
mendasar, terutama yang menyangkut satuan-satuannya.

Panjang

Standar satuan panjang adalah meter. Menurut sejarahnya, yang dimaksud dengan satu
meter adalah seper sepuluh juta kali jarak antara kutub utara dengan katulistiwa sepanjang
bujur (meridian) yang melalui Paris. Sedangkan ukuran panjang 1 meter standar disimpan di
markas IBWM (International Bureau of Weights and Measures) yang didefinisikan sebagai
jarak antara dua garis halus yang diguratkan pada keping emas dekat ujung-ujung batang
pada suhu 0OC dan ditopang secara mekanik dengan cara tertentu. Namun setelah diukur
secara teliti, ternyata ada perbedaan antara kedua standar tersebut sekitar 0,023%.

Standar ini kemudian dibuatkan turunan-turunannya yang dibuat sangat teliti dan disebar ke
berbagai laboratorium di seluruh dunia untuk dijadikan standar kalibrasi batang-batang
pengukur lainnya.

Definisi-definisi panjang tersebut ternyata masih dianggap kurang akurat, karena diperlukan
koreksi dalam mengukur misi perjalanan ruang angkasa. Karena itu pada tahun 1960
(konferensi ke-11 IBWM) ditetapkan definisi panjang satu meter yang sama dengan
1650763,73 kali panjang gelombang cahaya

Waktu

Satuan standar waktu adalah detik atau sekon. Satu detik adalah satu per 86.400 waktu
rata-rata yang dibutuhkan bumi berputar pada porosnya sewaktu bumi mengelilingi
matahari. Waktu ini diukur berdasarkan hasil pengamatan astronomi yang dilakukan
beberapa minggu. Metode ini dianggap kurang teliti, karena itu berbagai cara dilakukan
untuk mendapatkan standar sekon yang lebih baik. Sebagai contoh, jam atomik adalah
standar yang didasarkan atas frekuensi karakteristik isotop Cs 133 yang digunakan oleh
laboratorium Fisis Nasional di Inggris sejak tahun 1955.

Pada tahun 1967, detik yang didasarkan atas jam cesium diterima sebagai standar
internasional oleh IBWM yang didefinisikan sebagai 9 192 631 770 kali periode transisi Cs 133
tertentu. Hal ini meningkatkan ketelitian pengukuran waktu 1/1012, lebih baik 103 kali
dibandingkan dengan ketelitian metode astronomis.

Di halaman berikut hasil beberapa pengukuran selang waktu dalam sekon :

75
Umur bumi 1,3 x 1017
Umur piramid Cheops 1,2 x 1011
Waktu putaran bumi mengelilingi matahari (1 tahun) 3,1 x 107
Waktu rotasi bumi (1 hari) 8,6 x 104
Periode satelit 5,1 x 103
Waktu paro neutron bebas 7,0 x 102
Degup jantung normal 8,0 x 10-1
Periode garpu tala 2,3 x 10-3
Waktu paro Muon 2,2 x 10-6
Periode osilasi gelombang pendek 3 cm 1,0 x 10-10
Periode rotasi molekul 1 x 10-12

Massa

Standar untuk massa adalah sebuah silinder platinum-iridium yang disimpan di dibawah dua
kubah kaca berbentuk lonceng di IBWM, dekat Paris, yang disebut sebagai massa sebesar
satu kiligram. Seperti halnya standar panjang, turunan standar ini dikirim ke laboratorium
berbagai negara di dunia untuk menjadi alat penera (kalibrasi). Standar sekunder ini ini
ditentukan dengan menggunakan tehnik neraca berlengan-sama (equal-arm balance)
dengan ketelitian 2 / 108

Beberapa hasil pengukuran massa :

Galaksi Bima Sakti 2,2 x 1041 kilogram


Matahari 2,0 x 1030 kilogram
Bumi 6,0 x 1024 kilogram
Bulan 7,4 x 1022 kilogram
Air di lautan 1,4 x 1021 kilogram
Kapal laut 7,2 x 107 kilogram
Gajah 4,5 x 103 kilogram
Orang 5,9 x 101 kilogram
Anggur 3,0 x 10-3 kilogram
Sebintik tebu 6,7 x 10-10 kilogram
Virus mosaik tembakau 2,3 x 10-13 kilogram
Molekul penisilin 5,0 x 10-17 kilogram
Atom uranium 4,0 x 10-26 kilogram
Proton 1,7 x 10-27 kilogram
Elektron 9,1 x 10-31 kilogram

76
Berat / Bobot (Weight)

Berat atau bobot suatu benda yang kita kenal dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya
adalah “gaya” dalam pengertian satuan SI. Sebagaimana diuraikan sebelumnya, gaya atau
force adalah massa dikalikan percepatan, yang jika diterapkan terhadap benda jatuh bebas,
percepatannya diganti dengan gravitasi. Jadi, yang dimaksud berat atau bobot adalah
massa yang mendapat percepatan gravitasi, atau
G = m x g.

Jika g dianggap = 10 (dibulatkan dari 9,81) m/s 2, maka G = lk. 10 x massa, dengan satuan
kilogram.meter/sekon kwadrat. Pada awalnya hal ini akan membingungkan, dan
menimbulkan keragu-raguan, karenanya untuk membedakannya dengan satuan massa
yang juga menggunakan kilogram (kg) atau dengan satuan gaya Newton (yang sebenarnya
juga kg.meter/s 2), para ahli tehnik kebanyakan memakai satuan kilogram force (kgf) untuk
menyatakan berat suatu benda.

Gaya (Force)

Gaya adalah massa yang mendapatkan percepatan, atau dalam rumus


F=mxa
Satuan terkecil untuk gaya adalah dyne, yaitu gaya yang diberikan kepada 1 gram massa
untuk mendapatkan percepatan sebesar 1 cm/s 2. Jadi,
1 dyne = 1 gram.cm/s 2
Namun satuan ini dianggap terlalu kecil, sehingga dalam praktek satuan gaya menggunakan
Newton, yaitu gaya yang diberikan kepada 1 kilogram massa pada percepatan 1 m/s 2 .
Dengan demikian,

1 Newton = 1 kilogram.meter per sekon kwadrat = 105 dyne

Adapun definisi gaya adalah gaya tarik bumi terhadap 1 dm 3 air murni pada suhu 4OC.
Besarnya gaya ini di berbagai tempat berbeda, tergantung pada besarnya gravitasi,
karenanya :
1 Newton = 1 kgf
g

Tekanan (Pressure)

Tekanan adalah gaya (Newton atau kgf) yang bekerja pada satu satuan luas (cm 2 atau m 2).
Umumnya digunakan satuan N/m 2, namun menurut sistim SI, satuan tekanan adalah Bar,
dimana 1 Bar ~ 10 N/cm 2.

Dulu dikenal satuan atmosfir (atm) untuk tekanan udara “luar” atau atmosfir, dan juga
dikenal satuan cm.Hg atau m.Hg (Hg = air raksa). Pada tekanan udara atmosfir normal,

77
dihitung 1 atm. = 76 cm Hg. Sedangkan menurut Inggris, satuan tekanan = lbs per inch
persegi, atau psig.

Ada beberapa jenis tekanan, yaitu :

 Tekanan manometer, yaitu tekanan yang ditunjukkan oleh alat pengukur tekanan
atau manometer. Alat ini hanya mengukur tekanan diatas tekanan atmosfir, atau
menganggap tekanan atmosfir = nol, bukan 1 atmosfir. Hal ini disebabkan alat
pengukur tekanan atau manometer ini menunjukkan angka nol pada tekanan
atmosfir.

Pada satuan inchi (Inggris) dikenal satuan psig yang berarti pound per square inch
gauge.

 Tekanan mutlak atau absolut, yaitu tekanan yang dihitung mulai dari tekanan vakum,
dimana tekanan atmosfir dianggap = 1 atm. Berarti tekanan mutlak sama dengan
tekanan manometer ditambah dengan tekanan atmosfir. Jika manometer
menunjukkan 5 Bar, berarti tekanan mutlaknya adalah = 5 + 1 Bar = 6 Bar (jika
dianggap tekanan atmosfir = 1 Bar).
Dalam satuan inchi (Inggris) tekanan ini disebut psia atau pound per square inch
absolute.

 Tekanan Vakum, yaitu tekanan suatu ruangan tertutup yang mempunyai tekanan
dibawah tekanan atmosfir. Satuan tekanan vakum ini bisa saja meng-gunakan
satuan yang biasa (Bar, kg/cm 2), tetapi umumnya digunakan satuan prosen. Berarti,
jika tekanan suatu ruangan sama sekali nol atau vakum, maka tekanannya = 100%,
dan jika tekanan vakumnya menunjukkan 50%, maka sebenarnya tekanannya = 0,5
Bar. Demikian juga jika menunjukkan angka 0%, berarti tekanan ruangan tersebut
sama dengan tekanan atmosfir.

Dalam perhitungan-perhitungan thermodinamika, jika tidak disebutkan secara khusus,


maka tekanan yang dimaksud dianggap tekanan mutlak atau tekanan absolut.

Usaha (Work)

Usaha atau work, adalah gaya yang bekerja sepanjang jarak tertentu, atau dengan
satuan = Newton x meter atau Nm, atau tekanan dikalikan volume (N/m 2 x m 3 = Nm).
Pengertian lain dari usaha adalah ENERGI, dimana untuk satuan ini selanjutnya disebut
Joule, disingkat J.

1 Nm = 1 Joule

Sebelumnya digunakan satuan kilogram meter (kgm) dalam satuan metrik atau lb.in
dalam satuan inchi.

78
Tenaga (Power)

Tenaga adalah Usaha dalam satu satuan waktu. Satuannya adalah Nm/s atau Newton
meter per sekon (detik). Karena 1 Nm = 1 J, maka sering juga digunakan satuan J/s atau
Joule per sekon. Satuan ini selanjutnya disebutkan dengan nama lain yaitu Watt atau
Kilowatt, dimana
1 J/s = 1 watt.

Sebelumnya, dalam metrik dikenal satuan kg.m/s (kilogram meter per sekon) atau tenaga
kuda (TK) atau horse power (HP), dimana
1 TK = 1 HP = 75 kgm/s.

Dengan menggunakan konversi yang sudah dikenal, diketahui :


1 TK = 746 watt = 0,746 KW.

Panas (Heat)

Dalam bab pendahuluan dijelaskan bahwa panas adalah salah satu bentuk energi
disamping bentuk energi-energi lainnya seperti otot (manusia, hewan), alam (angin, air),
listrik, magnit, mekanis dan lain-lain. Panas tidak dapat diketahui keberadaannya melainkan
dari akibat-akibat yang ditimbulkannya, atau dari pengukuran-pengukuran yang dapat
dilakukan terhadap panas ini. Pengukuran-pengukuran yang dapat dilakukan terhadap
panas adalah :

 TEMPERATUR, atau tinggi rendahnya panas yang ada dalam suatu zat dan diukur
dengan satuan derajat. Dikenal beberapa satuan derajat panas, yang menggu-nakan
patokan air pada waktu mulai membeku dan mulai mendidih. Menurut Celcius, air mulai
membeku pada temperatur 0O dan mendidih pada suhu 100O, tetapi menurut Reamur,
walaupun suhu air membeku sama dengan 0O C, tetapi air sudah mendidih pada
temperatur 80O. Fahrenheit lain lagi, air membeku pada suhu 32O sedangkan
mendidihnya pada suhu 212O.

Dalam sistem SI, digunakan ukuran Celcius, walaupun bukan satu-satunya. Ada sistem
satuan yang diciptakan oleh Kelvin, yang menurutnya, suhu paling rendah di dunia ini
adalah 273O dibawah 0O Celcius, dan karenanya, dia menghitung derajat panas ini mulai
dari temperatur ini. Dengan demikian, maka air membeku pada suhu 273 O dan mendidih
pada 373O. Satuan inilah yang dikenal dengan temperatur mutlak atau temperatur Kelvin
yang juga digunakan dalam sistem SI.

 JUMLAH PANAS (HEAT), yang dulu dikenal sebagai kalori yang satuannya juga kalori
atau kilokalori, didefinisikan sebagai jumlah panas yang dikandung atau dimiliki oleh
suatu zat. Untuk lebih memahami pengertian jumlah panas, berikut adalah definisinya.

79
1 kalori (kilo kalori) adalah jumlah panas yang dibutuhkan oleh air murni sebesar
1 gram (kilogram), agar suhunya naik sebesar 1O C, yaitu dari 15,5OC menjadi
16,5OC.

Sementara itu dalam satuan SI jumlah panas ini diukur dengan satuan Joule, yang
berdasarkan hasil percobaannya, jumlah panas yang dibutuhkan air seperti disebutkan
diatas adalah 4,186 Joule, yang setara dengan 1 Nm. Disamping itu, Joule juga
membuktikan bahwa ada kaitan erat antara jumlah panas (heat) atau energi panas ini
dengan energi mekanis, atau
1 kilo kalori = 427 kgm = 4186 Joule atau = 4186 Nm.

Jadi, jika kita dapat menghasilkan sejumlah panas sebesar 1 kilo kalori dalam waktu satu
detik, maka kita mempunyai tenaga sebesar 4,186 Kilowatt. Untuk lebih memahaminya,
masalah ini akan dibahas lebih lanjut dalam Thermodinamika , khususnya dalam
Hukum-Hukum Thermodinamika.

 Panas Jenis, adalah kebalikan dari pengertian jumlah panas atau kalori. Yang dimaksud
dengan panas jenis adalah jumlah panas yang dibutuhkan oleh suatu “zat” agar suhunya
naik sebesar 1O C. Ini berarti panas jenis air murni adalah = 1, satuannya kkal/kg. OC
atau kilokalori per kilogram per derajat Celcius. Jika satuan ini dikonversikan ke satuan
SI, maka panas jenis air pada suhu antara 15,5 hingga 16,5OC sama dengan 4,186
kJ/kgOC.

Masih ada beberapa “ukuran” panas lain, seperti entalpi dan entropi, yang juga
merupakan satuan ukuran turunan, yang pada dasarnya juga menggunakan satuan
kalori yang selanjutya dapat dikonversikan ke satuan SI.

80
3. FAKTOR KONVERSI

Force atau Gaya 1 kgf = g.N dimana g(gravitasi)= 9,80665 m/s 2


Contoh : Berat sepotong kayu = 1 kg = 9,8 x 1 kN = 9,8 kN.

Pressure (tekanan) 1 Bar = 10 N/cm 2 = 10/g kgf/cm 2 = 1 kgf/cm 2


1 Bar = 10 x 10-3 x 104 KN/m 2 = 100 KN/m 2 ( jika g = 10 m/s 2 )

Atmospheric Pressure 1 atm = 1,01325 Bar = 1,033 kgf/cm 2

Energy, Work, Heat 1 Kcal = 427 kgf.m = 4186 Nm = 4186 Joule


1 Joule = 1 Nm = g-1 kgf.m = g-1 x 4186 kcal
Power 1 HP = 75 kgf.m/s = 736 watt = 0, 736 KW
1 watt = 1 Joule/detik = 1Nm/detik = 0,00135 HP
1 KW = 1000 J/s = 1000 Nm/s = 1.35 HP

4. DAFTAR MATRIK KONVERSI

A. ENERGI / USAHA / PANAS (Energy, Work, Heat)

Kilo Joule Kilo Kalori Kgf. m. HP. jam KW jam

KJ 1 103 103 103 1


g x 427 g g x 75 x 3600 3600

Kkal g x 427 x 10-3 1 427 427 G x 427 x 10-3


75 x 3600 g x 75 x 3600

Kgf.m g x 10-3 1 1 1 G x 10-3


427 75 x 3600 3600

HP.Jam Gx75x3600x10 75 x 3600 75 x 3600 1 g x 75 x 10-3


-3
427

KW.Jam 3600 3600 x 103 3600 x 103 1


g x 427 103 g x 75
g

81
B. DAYA (Power)

k.J / sec k.kal / sec kgf.m/sec HP KW

kJ/s 1 103 103 103 1


g x 427 g g x 75

kkal/s g x 427 x 1 427 427 G x 427 x 10-3


10-3 75 g x 75 x 3600

Kgf.m/s g x 10-3 1 1 1 G x 10-3


427 75 3600

HP. g x 75 x 10-3 75 75 1 g x 75 x 10-3


427

kW 1 103 103 103 1


g x 427 g g x 75

Catatan : g = gravitasi (9,80665) m/s 2

5. DAFTAR SEBUTAN ANGKA SATUAN

Faktor Awalan Simbol Faktor Awalan Simbol

101 deka da 10-1 desi d


2 -2
10 hekto h 10 senti c
3 -3
10 kilo k 10 mili m
106 mega M 10-6 mikro m
9 -9
10 giga G 10 nano n
1012 tera T 10-12 piko p
15 -15
10 peta P 10 femto f
1018 eksa E 1018 atto a

82
6. CONTOH PENGGUNAAN SATUAN “SI”

TABELUAP JENUH (Saterated Steam)

Pressure Oriented Temperature Oriented

Penguapan

Penguapan
Panas Cair

Panas Cair
Vol. Jenis

Vol. Jenis
Tekanan

Tekanan
Entropi

Entropi
Entalpi

Entalpi
Panas

Panas
Laten

Laten
Suhu

Suhu
p t v q r I S t p v q r I S
0 3 0 3
bar C m /kg kJ / kJ / C bar m /kg kJ / kJ /
kg kg0K kg kg0K
0,05 32,9 28,2 138 2423 2561 8,39 30 0,04 32,9 126 2430 2556 8,45
0,06 36,2 23,7 152 2415 2567 8,33 40 0,07 20,0 168 2406 2574 8,27
0,10 45,8 14,7 192 2392 2584 8,15 50 0,12 12,0 209 2383 2591 8,08
0,3 69,1 5,23 289 2336 2625 7,77 60 0,20 7,68 251 2358 2609 7,91
0,4 76 4,0 318 2318 2636 7,67 70 0,31 5,0 293 2333 2626 7,76
0,6 86 2,7 360 2293 2653 7,53 80 0,47 3,41 335 2308 2643 7,61
0,8 93,5 2,1 392 2273 2665 7,43 90 0,70 2,36 377 2283 2660 7,48
1 99,6 1,69 417 2258 2675 7,36 100 1,013 1,67 419 2257 2676 7,36
2 120,2 0,89 505 2202 2707 7,13 130 2,7 0,67 546 2174 2720 7,03
3 133,5 0,61 561 2164 2725 6,99 165 7 0,27 697 2067 2764 6,71
5 151,8 0,38 640 2109 2749 6,82 188 12 0,16 798 1986 2784 6,52
10 179,9 0,19 763 2015 2778 6,59 195 14 0,14 830 1960 2790 6,47
20 212,4 0,10 909 1890 2799 6,34 226 26 0,08 972 1831 2803 6,24
30 233,8 0,07 1008 1795 2803 6,19 230 28 0,07 991 1812 2803 6,21
40 250,3 0,05 1087 1714 2801 6,07 256 44 0,05 1115 1683 2798 6,03
60 275,6 0,03 1214 1570 2784 5,89 295 80 0,02 1317 1441 2758 5,74
100 311 0,018 1408 1317 2725 5,62 318 110 0,016 1450 1255 2705 5,55
150 342,1 0,01 1610 1001 2611 5,31 357 180 0,008 1732 778 2510 5,11
200 365,7 0,006 1827 584 2411 4,93 369 208 0,005 1874 479 2353 4,83

83
TABEL UAP PANAS LANJUT
( SUPERHEATED STEAM)
Tekanan

ENTALPI pada SUHU t0C (I upl)


Suhu

Kilo Joule / kg

0
Ba C 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 800
r1 99 267 277 287 297 307 317 327 338 348
6 7 6 5 5 6 8 2 8
5 15 285 296 306 316 327 337 348 359 370
2 7 2 5 8 2 7 4 3 2
10 18 282 294 305 315 326 337 347 358 369
0 9 4 2 8 4 0 8 8 8
15 19 279 292 303 314 325 336 347 358 369
8 6 5 9 8 6 4 3 3 4
20 21 290 302 313 324 335 346 357 369
2 4 5 8 8 7 7 8 0
30 23 285 299 311 323 334 345 356 368
4 8 5 7 1 3 6 9 2
40 25 296 309 321 333 344 355 267
0 3 4 4 0 5 9 4
50 26 292 307 319 331 343 354 366
4 7 0 6 6 3 9 6
60 27 288 304 317 330 342 353 365
6 7 5 7 1 1 9 7
70 28 284 301 315 328 341 352 364
6 1 8 8 7 0 9 9
80 29 299 313 327 339 351 364 376 388
5 0 9 2 8 9 1 1 1
90 30 295 311 325 338 350 363 375 397
3 9 8 6 5 9 3 3 4
10 31 292 309 324 337 349 362 374 386
0 1 6 7 1 3 8 4 6 8
11 31 288 307 322 336 348 361 373 386
0 8 9 5 5 0 8 6 9 2
12 32 284 305 320 334 347 360 373 385
0 4 9 2 9 8 7 7 1 6
14 33 275 300 317 332 345 359 371 384
0 6 3 3 3 2 6 0 6 3
16 34 261 294 313 329 343 357 370 383
0 7 7 9 9 5 4 3 2 1
18 35 288 310 326 341 355 368 381
0 7 8 2 8 1 5 6 8
20 36 281 306 323 338 352 366 380
0 6 9 2 9 3 7 6 6
225
37 271 300 320 335 351 365 379 392 405
5 5 6 9 3 8 4 2 0 2 5

Supercritical steam : p = > 221,2 bar

7. CONTOH PENGGUNAAN

84
1. Rumus Zeuner

Menghitung kecepatan uap keluar daru tabung pancar turbin uap, dimana tenaga
potensial dari uap dirubah menjadi tenaga kinetis.

Io – I1 = 0,5 m Co2 - 0,5 m C12 dimana Io – I1 = H = Jatuh kalor (kJ/kg)

Karena Co sangat kecil, maka diabaikan sehingga persamaan berubah menjadi

H = 0,5 m Co2 atau m Co2 = 2 H

Telah diketahui bahwa m = G/g dan 1 kJ = 103/g kgf.m, maka persamaan diatas berubah
menjadi :
G/g x C1 = 2 x 103 : g x H atau G.C1 = 2000 H

Untuk setiap kg. Uap nilai G =1, maka C 12 = 2000 H dan C 1 = V2000 H =
44,72 VH,
Jadi
C12 = 44,7 V H m/s

Rumus ini adalah pengganti rumus Zeuner pada satuan tehnis C 1 = 91,53 VH m/s, dimana
satuan H adalah kkal/kg.

Cara lain dapat diperoleh dengan merubah satuan jatuh kalor H kkal/kg menjadi kJ, dimana
1 kkal = g x 427 x 10-3 kJ = 4,18743955 ~ 4,187
Jadi C1 = 91,53 V H/4,187 = 91,53 x ½,046 VH = 44,736 VH ~ 44,7 VH.

2. Rumus menghitung DAYA TURBIN UAP

Power (P) = G (kg/s) x Ho (kJkg) karena 1 kJ/s = 1 kW.

Rumus ini lebih praktis dibandingkan dengang apbila menggunakan satuan tehnis sbb. :

G (kg/s) x Ho (kkal/kg) x 427 (kgm/kkal) HP


Power (P) =
75 (kgm/s/HP)

karena itu satuan sistem insternasional (SI) juga dinamakan satuan sistem praktis

Dari kedua contoh tersebut diatas, nilai jatuh kalor (h) dapat langsung diketahui
dari Mollier Diagram dengan mencar beda nilai entalpi (kJ/kg) dari keadaan awal
dan keadaan akhir uap yang masuk ke turbin.

85
3. MENGHITUNG DAYA MOTOR DIESEL

Rumus menghitung daya motor Diesel yang menggunakan satuan metrik adalah:


D 2 xSxpi xnxzxi
P = 4 HP, dimana D = diameter silinder (cm 2)
60 x75
S = langkah torak dalam (m)
Pi = tekanan rata-rata (kg/cm 2)
N = putaran permenit = rpm
Z = jumlah silinder
I = 1 (motor 4 tak), 2 (motor 2 tak)
Jika menggunakan satua SI, rumusnya menjadi:

P = D2 xSxpi xnxzxi kW dimana satuan D dan S meter, pi dalam kN/m 2
4

Terlihat disini bahwa rumus yng menggunakan satuan SI lebih sederhana

Menggunakan satuan SI lebih mudah


dan sederhana dibandingkan dengan
menggunakan satuan-satuan lain

86
HUKUM I T ERM ODINAM IKA.
KALOR JENIS GAS.
Suhu suatu gas dapat dinaikkan dalam kondisi yang bermacam-macam. Volumenya
dikonstankan, tekanannya dikonstankan atau kedua-duanya dapat dirubah-rubah menurut
kehendak. Pada tiap-tiap kondisi ini panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu sebesar satu
satuan suhu untuk tiap satuan massa adalah berlainan. Dengan kata lain suatu gas mempunyai
bermacam-macam kapasitas panas. Tetapi hanya dua macam yang mempunyai arti praktis
yaitu :
- Kapasitas panas pada volume konstan.
- Kapasitas panas pada tekanan konstan.

Kapasitas panas gas ideal pada tekanan konstan selalu lebih besar dari pada kapasitas panas
gas ideal pada volume konstan, dan selisihnya sebesar konstanta gas umum (universil)
0
yaitu : R = 8,317 J/mol K.
cp - cv = R
c p = kapasitas panas jenis ( kalor jenis ) gas ideal pada tekanan konstan.
c v = kapasitas panas jenis ( kalor jenis ) gas ideal pada volume konstan.

Berdasarkan teori kinetik gas kita dapat menghitung panas jenis gas ideal,sebagai berikut:
a. Untuk gas beratom tunggal ( monoatomik ) diperoleh bahwa :


5

3
  c P
 1,67
c P
2
R c V
2
R
c
V

b. Untuk gas beratom dua ( diatomik ) diperoleh bahwa :


7

5
  c P
 1,4
c P
2
R c V
2
R
c V

 = konstanta Laplace.

LAT IHAN SOAL


1. Hitunglah kalor jenis gas Oksigen pada volume dan tekanan tetap bila massa molekul gas
Oksigen 32 gram/mol.
2. Hitunglah kalor jenis gas-gas berikut ini pada volume dan tekanan tetap.
a. Gas Neon monoatomik, bila masa molekulnya 2,018 gram/mol
b. Gas Hidrogen diatomik, bila massa molekulnya 2,016 gram/mol
3. Kapasitas panas jenis Nitrogen pada volume tetap adalah 7,14 x 10 2 J/kg 0K. Carilah
kapasitas panas jenisnya pada tekanan tetap. Diketahui massa molekul Nitrogen 28
gram/mol dan konstanta umum gas R = 8,317 J/mol0K

87
4. Hitunglah kalor jenis gas Argon beratom satu pada volume tetap bila kalor jenisnya pada
tekanan tetap 5,23 x 102 J/kg 0K  = 1,67

5. Hitunglah kalor jenis pada tekanan tetap dari gas Oksida zat lemas beratom dua bila kalor
jenisnya pada volume tetap adalah 6,95 x 102 J/kg. 0K dan  = 1,4

USAHA YANG DILAKUKAN GAS .

Temodinamika merupakan cabang ilmu fisika yang mempelajari mengenai pengaliran panas,
perubahan-perubahan energi yang diakibatkan dan usaha yang dilakukan oleh panas.
1. Usaha luar ( W ) yaitu : Usaha yang dilakukan oleh sistem terhadap sekelilingnya terhadap
sistem. Misalkan gas dalam ruangan yang berpenghisap bebas tanpa gesekan dipanaskan (
pada tekanan tetap ) ; maka volume akan bertambah dengan V.

Usaha yang dilakukan oleh gas terhadap udara luar :


W = p.  V

2. Usaha dalam ( U ) adalah : Usaha yang dilakukan oleh bagian dari suatu sistem pada
bagian lain dari sitem itu pula. Pada pemanasan gas seperti di atas, usaha dalam adalah
berupa gerakan-gerakan antara molekul-molekul gas yang dipanaskan menjadi lebih cepat.
3
Energi dalam suatu gas Ideal adalah : U n. R. T
2

HUKUM I T ERM ODINAM IKA.


Dalam suatu sistem yang mendapat panas sebanyak  Q akan terdapat perubahan energi
dalam (  U ) dan melakukan usaha luar (  W ).
Q = U+ W
 Q = kalor yang masuk/keluar sistem
 U = perubahan energi dalam
 W = Usaha luar.

PROSES - PROSES PADA HUKUM TERMODINAMIKA I.


1. Hukum I termodinamika untuk Proses Isobarik.
Pada proses ini gas dipanaskan dengan tekanan tetap.
( lihat gambar ).

sebelum dipanaskan sesudah dipanaskan

88
Dengan demikian pada proses ini berlaku persamaan Boyle-GayLussac
V1 V2

T1 T2
Jika grafik ini digambarkan dalam hubungan P dan V maka dapat grafik sebagai berikut :

Pemanasan Pendinginan

Usaha luar yang dilakukan adalah : W = p ( V2 - V1 ). karena itu hukum I termodinamika dapat
dinyatakan :
 Q =  U + p ( V2 - V1 )
Panas yang diperlukan untuk meningkatkan suhu gas pada tekanan tetap dapat dinyatakan
dengan persamaan :
 Q = m c p ( T2 - T1 )
Pertambahan energi dalam gas dapat pula dinyatakan dengan persamaan :
 U = m c v ( T2 - T1 )
Karena itu pula maka usaha yang dilakukan pada proses isobarik dapat pula dinyatakan
dengan persamaan :
 W =  Q -  U = m ( c p - c v ) ( T2 - T1 )
m = massa gas
c p = kalor jenis gas pada tekanan tetap
c v = kalor jenis pada volume tetap.

LAT IHAN SOAL.


1. Satu gram air ( 1 cc ) berubah menjadi 1,671 cc uap bila dididihkan pada tekanan 1 atm.
Panas penguapan pada tekanan ini adalah 539 kal/gram. Hitunglah usaha luar pada
penembakan energi dalam.
2. 1 liter air massanya 1 kg mendidih pada suhu 1000 C dengan tekanan 1,013 x 105 N/m 2
diubah menjadi uap pada suhu 1000 C dan tekanan 1,013 x 105 N/m 2 . Pada keadaan ini
volume uap air adalah 1,674 liter. Carilah usaha luar yang dilakukan dan dihitung
penambahan energi dalam. Panas penguapan air 2,26 . 106 J/kg.
3. Gas Nitrogen yang massanya 5 kg suhunya dinaikkan dari 10 0 c menjadi 1300 c pada
tekanan tetap. Tentukanlah :
a. Panas yang ditambahkan
b. Penambahan energi dalam
c. Usaha luar yang dilakukan.
4. Satu mol karbon monoksida dipanaskan dari 150 C menjadi 160 C pada tekanan tetap. Bila
massa molekul karbon monoksida adalah 28,01 gram/mol c p = 1,038 x
10 J/kg K dan  = 1,4
3 0

89
Tentukanlah :
a. Penambahan energi dalam.
b. Usah luar yang dilakukan.

2. Hukum I Termodinamika untuk Proses Isokhorik ( Isovolumik )


Pada proses ini volume Sistem konstan. ( lihat gambar )

Sebelum dipanaskan. Sesudah dipanaskan.

Dengan demikian dalam proses ini berlaku Hukum Boyle-Gay Lussac dalam bentuk :
P1 P2

T1 T2
Jika digambarkan dalam grafik hubungan P dan V maka grafiknya sebagai berikut :

Pemanasan Pendinginan
Karena  V = 0 maka W = p .  V
W = 0 ( tidak ada usaha luar selama proses )
 Q = U2 - U1
Kalor yang diserap oleh sistem hanya dipakai untuk menambah energi dalam (  U )
Q= U
 U = m . c v ( T2 - T1 )

LAT IHAN SOAL

1. Temperatur 5 kg gas Nitrogen dinaikkan dari 100 C menjadi 1300 C pada volume tetap. Bila
c v = 7,41 x 102 J/kg 0K , c p = 1,04 x 103 J/kg 0K, carilah :
a. Usaha luar yang dilakukan.
b. Penambahan energi dalam.
c. Panas Yang ditambahkan.
2. Suatu gas yang massanya 3 kg dinaikkan suhunya dari -200 C menjadi 800 C melalui
proses isokhorik. Hitunglah penambahan energi dalam gas tersebut, bila diketahui cp =
0 0
248 J/kg K, c v = 149 J/kg K
3. Satu mol karbon monoksida dipanaskan dari 150 C menjadi 160 C pada volume tetap.
Massa molekulnya 28,01 gram/mol. c p = 1,03 x 103 J/kg. 0 K dan  = 1,40 . Hitunglah
penambahan energi dalam.

90
4. Gas Ideal sebanyak 2 mol dengan tekanan 4 atsmosfer volumenya sebesar 8,2 liter. Gas ini
mengalami proses isokhorik sehingga tekanannya menjadi 8 atsmosfer. Bila diketahui : c v =
3 kal/mol. 0C dan R = 0,08207 liter. atm/mol. 0 C ; tentukanlah :
a. Usaha yang dilakukan.
b. Panas yang ditambahkan.

3. Hukum I termodinamika untuk proses Isothermik.


Selama proses suhunya konstan.
( lihat gambar )

Sebelum dipanaskan. Sesudah dipanaskan.


Oleh karena suhunya tetap, maka berlaku Hukum BOYLE.
P1 V2 = P2 V2
Jika digambarkan grafik hubungan P dan V maka grafiknya berupa :

Pemanasan Pendinginan
Karena suhunya konstan T2 = T1 maka :
 U = U2 - U1
= 23 n R T2 - 23 n R T1 = 0 ( Usaha dalamnya nol )
Kalor yang diserap sistem hanya dipakai untuk usaha luar saja.
V2 V
W  P1 V1 ( ln )  P2 V2 ( ln 2 )
V1 V1
P1 P
W  P1 V1 ( ln )  P2 V2 ( ln 1 )
P2 P2
V2 V
W  n R T1 ( ln )  n R T2 ( ln 2 )
V1 V1
P1 P
W  n R T1 ( ln )  n R T2 ( ln 1 )
P2 P2
ln x =2,303 log x

91
4. Hukum I Termodinamika untuk proses Adiabatik.
Selama proses tak ada panas yang masuk / keluar sistem jadi Q = 0
( lihat gambar )

Sebelum proses Selama/akhir proses


oleh karena tidak ada panas yang masuk / keluar sistem maka berlaku Hukum Boyle-Gay
Lussac
PV PV
1 1
 2 2
T1 T2
Jika digambarkan dalam grafik hubungan P dan V maka berupa :

Pengembangan Pemampatan
Karena  Q = 0 maka O =  U +  W
U2 -U1 = -  W
Bila  W negatif ( -W = sistem ditekan ) usaha dalam sistem (  U ) bertambah. Sedangkan
hubungan antara suhu mutlak dan volume gas pada proses adibatik, dapat dinyatakan dengan
persamaan :
T.V-1 = konstan atau T .V1-1 = T .V -1
1 2 2

Usaha yang dilakukan pada proses adiabatik adalah :


( V2 -1 - V1-1 )
P1 .V1
W = m . cv ( T1 - T2 ) atau W=
1

Juga berlaku persamaan : P1 .V1 = P2 .V2 

92
LAT IHAN SOAL.

V1
1. Perbandingan kompresi sebuah mesin disel kira-kira 156. Jika pada permulaan gerak
V2
pemampatan silindernya berisi udara sebanyak 2 mol pada tekanan 15 N/m 2 dan suhu 2470
c, hitunglah tekanan dan suhu pada akhir gerak. Andai kata udara sebagai gas ideal dan
pemampatanya secara adiabatik. massa molekul udara adalah 32 gram/mol. c v = 650
J/kg0K dan c p = 909 J/kg 0K. Hitunglah usaha luar yang dilakukan.
2. Suatu volume gas Nitrogen sebesar 22,4 liter pada tekanan 10 5 N/m 2 dan suhu 00 C
dimampatkan secara adiabatik sehingga volumenya menjadi 1/10 volume mula-mula.
Carilah :
a. Tekanan akhirnya.
b. Suhu akhirnya.
c. Usaha luar yang dilakukan.
Diketahui pula bahwa Mr = 28 gram/mol  = 1,4 c v = 741 J/kg 0K.
3. Lima molekul gas Neon pada tekanan 2 x 105 Nm -2 dan suhu 270 c dimampatkan secara
adiabatik sehingga volumenya menjadi 1/3 dari volume mula-mula. Bila  = 1,67
3 0
c p = 1,03 x 10 J/kg K Mr = 20,2 gram/mol. Tentukan :
a. Tekanan akhir pada proses ini.
b. Temperatur akhir.
c. Usaha luar yang dilakukan.

93
4. Suatu gas ideal dengan = 1,5 dimampatkan secara adiabatik sehingga volumenya menjadi
1
2 kali dari volume mula-mula. Bila pada awal proses tekanan gas 1 atm, tentukanlah

tekanan gas pada akhir proses.


5. Gas oksigen dengan tekanan 76 cm Hg dimampatkan secara adiabatik sehingga volumenya
menjadi 23 volume mula-mula. Bila gas Oksigen adalah gas diatomik dan R = 8,317 J/mol
0
K ; Tentukanlah tekanan akhir gas tersebut.
6. Volume gas pada suhu 200 C mengembang secara adiabatik sehingga volumenya menjadi
2 kali volume mula-mula. Tentukanlah temperatur akhirnya bila  =1,4.

94
PENERAPAN HUKUM I T ERM ODINAM IKA.

PENGERT IAN SIKLUS.


Suatu pesawat yang dapat mengubah seluruh kalor yang diserapnya menjadi usaha secara
terus menerus belum pernah kita jumpai. yang ada hanya pengubahan kalor menjadi usaha
melalui satu tahap saja. Misalnya : proses isothermis.
Agar sistem ini dapat bekerja terus-menerus dan hasilnya ada kalor yang diubah menjadi
usaha, maka harus ditempuh cara-cara tertentu. Perhatikan gambar di bawah ini.

- Mulai dari ( P1 , V1 ) gas mengalami proses isothermis sampai ( P 2 , V2 ).


- Kemudian proses isobarik mengubah sistem dari ( P 2 , V2 ) sampai ( P2 , V1 ).
- Akhirnya proses isobarik membuat sistem kembali ke ( P 1 , V1 ).
Usaha yang dilakukan sama dengan luas bagian gambar yang diarsir proses seperti yang
ditunjukkan pada gambar diatas disebut : SIKLUS. Pada akhir proses sistem kembali ke
keadaan semula. Ini berarti pada akhir siklus energi dalam sistem sama dengan energi dalam
semula. Jadi untuk melakukan usaha secara terus menerus, suatu siklus harus melakukan
usaha secara terus menerus, suatu siklus harus bekerja dalam suatu siklus.

LAT IHAN SOAL.


1. Gas sebanyak 2mol dengan c v = 12,6 J/mol 0K menjalani garis tertutup (1), (2) dan (3).
Proses 2-3 berupa pemampatan isotermik. Hitunglah untuk tiap-tiap bagian garis tertutup itu
:

a. Usaha oleh gas.


b. Panas yang ditambahkan pada gas.
c. Perubahan energi dalamnya.
2. Pada suatu prose tertentu diberikan panas sebanyak 500 kalori ke sistem yang
bersangkutan dan pada waktu yang bersamaan dilakukan pula usaha mekanik sebesar 100
joule terhadap sistem tersebut. Berapakah tambahan energi
dalamnya ?

95
3. Diagram di bawah ini menunjukkan tiga proses untuk suatu gas ideal, di titik 1
0 5 -2 -3 3
suhunya 600 K dan tekanannya 16 x 10 Nm sedangkan volumenya 10 m . Dititik 2
volumenya 4 x 10-3m 3 dari proses 1-2 dan 1-3 salah satu berupa proses isotermik dan yang
lain adiabatik.  = 1,5

a. Diantara proses 1-2 dan 1-3 yang manakah proses isotermik dan mana adiabatik ?
Bagaimana kita dapat mengetahui ?
b. Hitung tekanan di titik 2 dan 3
c. Hitung suhu dititik 2 dan 3
d. Hitung volumenya di titik 3 pada proses itu.
4. Pada permulaan 2 mol zat asam ( gas diatomik ) suhunya 270 c dan volumenya 0,02 m 3.
Gas disuruh mengembang secara isobaris sehingga volumenya menjadi dua kali lipat
kemudian secara adiabatik hingga suhunya mencapai harga yang seperti permulaan lagi. R
= 8,317 J/mol 0K. Tentukanlah :
a. Berapakah banyaknya energi dalam totalnya ?
b. Berapakah banyaknya panas yang ditambahkan ?
c. Berapakah usaha yang dilakukan ?
d. Berapakah volume pada akhir proses ?
5. Sebuah mesin pemanas menggerakkan gas ideal monoatomik sebenyak 0,1 mol menurut
garis tertutup dalam diagram P-V pada gambar di bawah ini. Proses 2-3 adalah proses
adiabatik.

a. Tentukanlah suhu dan tekanan pada titik 1,2 dan 3.


b. Tentukanlah usaha total yang dilakukan gas.

EFISIENSI M ESIN .

96
Mengubah tenaga panas menjadi tenaga mekanik pertama-tama selalu memerlukan sebuah
mesin, misalnya : mesin uap, mesin bakar atau mesin diesel. Pengalaman-pengalaman dengan
mesin-mesin yang terdapat dalam praktek membawa kita kepada hukum Termodinamika II
yang ringkasnya sebagai berikut :
“ Adalah Tidak M ungkin Dapat Suatu M esin Yang Bekerja Dalam Lingkaran Yang
Tidak M enim bulkan Efek Lain Selain Daripada M engam bil Panas Dari Suatu
Sum ber Dan M erubah Panas Ini Seluruhnya M enjadi Usaha “.

Siklus Carnot Dan Efesiensinya.

Siklus Carnot.
Siklus carnot yang disebut siklus ideal ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Siklus Carnot dibatasi oleh garis lengkung isotherm dan dua garis lengkung adiabatik. Hal ini
memungkinkan seluruh panas yang diserap ( input panas ) diberikan pada satu s uhu panas
yang tinggi dan seluruh panas yang dibuang ( panas output ) dikeluarkan pada satu suhu
rendah.
 Kurva ab dan cd masing-masing adalah kurva pengembangan dan pemampatan isoteremis.
 Kurva bc dan da masing-masing adalah kurva pengembangan dan pemampatan adiabatik.
Untuk bahan perbandingan, ditunjukkan beberapa siklus untuk berbagai jenis mesin.

SIKLUS MESIN BAKAR .


Siklus mesin bakar atau lebih umum disebut siklus Otto di tunjukkan pada gambar di bawah
ini.

Siklus Otto dibatasi oleh dua garis lengkung adiabatik dan dua garis lurus isokhorik. Dimulai
dari titik a, maka :
 Kurva ab dan cd masing-masing adalah kurva pemampatan dan pengembangan adiabatik.
 Garis lurus bc dan da masing-masing adalah garis lurus untuk pemanasan dan pendinginan
isokhorik.

97
SIKLUS MESIN DIESEL.
Siklus untuk mesin diesel ditunjukkan pada gambar di atas ini. Siklus pada mesin diesel dibatasi
oleh dua garis lengkung adiabatik dan satu garis lurus isobarik serta satu garis lurus isokhorik.

Dimulai dari titik a, maka :


 Kurva ab dan cd masing-masing adalah kurva pemampatan dan pengembangan adiabatik.
 Garis lurus bc adalah garis lurus pemanasan isobarik.
 Garis lurus cd adalah garis lurus pendinginan isokhorik..

SIKLUS MESIN UAP.


Siklus mesin uap yang juga disebut siklus Rankine ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Siklus ini dibatasi oleh dua garis lengkung adiabatik dan dua garis lurus isokhorik. hanya saja
pada mesin uap ini terdapat proses penguapan dan pengembunan.

Mula-mula air dalam keadaan cair dengan suhu dan tekanan rendah di titik a.
- kurva ab adalah kurva pemampatan secara adiabatik dengan tekanan yang sama dengan
tekanan di dalam periuk pendingin.
- garis cd adalah proses pengubahan air menjadi uap.
- Garis de adalah prosers pemanasan sehingga suhu uap sangat tinggi.
- Kurva ef adalah proses pengembangan secara adiabatik.
- garis fa adalah proses pengembunan sehingga kembali ke keadaan awalnya.

HUKUM II T ERM ODINAM IKA.

Effisiensi (daya guna mesin)


Dalam hukum II Termodinamika akan dibahas perubahan kalor menjadi energi mekanik melalui
sebuah mesin, dan ternyata belum ada sebuah mesinpun yang dapat mengubah sejumlah kalor
menjadi energi mekanik seluruhnya.

98
Sebuah mesin diberi energi berupa kalor Q 1 pada suhu tinggi T1, sehingga mesin melakukan
usaha mekanik W. Energi yang dibuang berupa kalor Q 2 pada suhu T2, maka effisiensi mesin
adalah :
Energi yang bermanfaat
 
Energi yang dim asukkan
W Q2  Q1
  
Q2 Q2
Q1
  ( 1 )  100%
Q2

Menurut Carnot untuk effisiensi mesin carnot berlaku pula :


T1
  ( 1 )  100%
T2
Sebenarnya tidak ada mesin yang mempunyai effisiensi 100 % dan dalam praktek effisiensi
mesin kurang dari 50 %.

99
LAT IHAN SOAL

1. Sebuah mesin Carnot yang reservoir suhu tingginya pada 127 oC menyerap 100 kalori
dalam tiap-tiap siklus pada suhu ini dan mengeluarkan 80 kalori ke reservoir suhu rendah.
Tentukanlah suhu reservoir terakhir ini.

2. Berapakah effisiensi suatu mesin yang menerima 200 kalori dari sebuah reservoir bersuhu
400 oK dan melepaskan 175 kalori ke sebuah reservoir lain yang bersuhu 320 oK. Jika
mesin tersebut merupakan mesin carnot berapakah effisiensinya.

3. Hitunglah effisiensi ideal dari suatu mesin Carnot yang bekerja antara 100 oC dan 400 oC.

4. Sebuah mesin carnot yang menggunakan reservoir suhu rendah pada 7 oC, daya gunanya
40 %. Kemudian daya gunanya diperbesar 50 %. Berapakah reservoir suhu tingginya harus
dinaikkan.

5. Mesin Carnot bekerja di antara dua reservoir panas yang bersuhu 400 oK dan 300oK. Jika
dalam tiap siklus, mesin menyerap panas sebanyak 1.200 kalori dari reservoir yang bersuhu
400 oK, maka berapakah panas yang dikeluarkan ke reservoir yang bersuhu 300 oK.

6. Sebuah mesin carnot bekerja diantara 450 oC dan 50oC. Berapakah effisiensinya ?

----o0o-----

100
PERUM USAN KELVIN-PLANK
T ENT ANG HUKUM II T ERM ODINAM IKA

Pada dasarnya perumusan antara Kelvin dan Plank mengenai suatu hal yang sama, sehingga
perumusan keduanya dapat digabungkan dan sering disebut : Perumusan Kelvin-Plank
Tentang Hukum Ii Term odinam ika.
Perumusan Kelvin-Plank secara sederhana dapat dinyatakan sebagai berikut :

“Tidak M ungkin M em buat Pesawat Yang Kerjanya


Sem ata-M ata M enyerap Kalor Dari Sebuah Reservoir
Dan M engubahnya M enjadi Usaha”

Sebagai contoh marilah kita perhatikan proses yang sebenarnya terjadi pada motor bakar dan
motor bensin.
 Mula-mula campuran uap bensin dan udara dimasukkan ke dalam silinder dengan cara
menarik penghisap.
 Kemudian penghisap ditekan, dengan demikian campuran tadi dimampatkan sehingga
temperatur dan tekanannya naik.
 Campuran tadi kemudian dibakar dengan loncatan bunga api listrik. Proses pembakaran ini
menghasilkan campuran dengan temperatur dan tekanan yang sangat tingi, sehinga volume
campuran tetap (proses isokhorik)
 Hasil pembakaran tadi mengembang, mendorong penghisap, sedangkan tekanan dan
temperaturnya turun, tetapi masih lebih tinggi dari tekanan dan temperatur di luar.
 Katub terbuka, sehingga sebagian campuran itu ada yang keluar sedangkan penghisap
masih tetap ditempatnya.
 Akhirnya penghisap mendorong hampir seluruhnya campuran hasil pembakaran itu keluar.

101
PERUM USAN CLAUSIUS
T ENT ANG HUKUM II T ERM ODINAM IKA.

Perumusan Clausius tentang hukum II Termodinamika secara sederhana dapat diungkapkan


sebagai berikut :

“Tidak M ungkin M em buat Pesawat Yang Kerjanya Hanya M enyerap Dari


Reservoir Bertem peratur Rendah Dan M em indahkan Kalor Itu Ke Reservoir
Yang Bersuhu Tinggi, Tanpa Disertai Perubahan Lain .

Sebagai contoh marilah kita lihat proses pada lemari pendingin (lemari es) yang bagannya pada
gambar di bawah ini.

 Zat cair di dalam wadahnya pada tekanan tinggi harus melalui saluran yang sempit, menuju
ke ruang yang lapang (Avoporator). Proses ini disebut : Proses Joule-Kelvin.
 Tiba di ruang yang lapang, temperatur dan tekanan zat cair tadi berkurang, dan zat cair juga
menguap. Untuk menguap maka zat cair ini memerlukan kalor yang diserap dari reservoir T 2
(suhu reservoir dingin = suhu benda yang akan didinginkan).
 Kemudian uap pada tekanan rendah ini masuk ke dalam kompresor, dimampatkan,
sehingga tekanannya dan temperaturnya naik. Temperatur uap ini lebih tingi dari temperatur
reservoir T1 (temperatur suhu tingi) dan T1 > T2
 Di dalam kondensor uap ini memberikan kalor pada reservoir T 1. Sebagai reservoir T1 dapat
digunakan udara dalam kamar atau air. Zat yang sering dipakai pada pesawat pendingin
adalah : Am oniak . Pada proses ini selain pemindahan kalor dari reservoir dingin T 2 ke
reservoir T1, terjadi pula perubahan usaha menjadi kalor yang ikut dibuang di T 1.

KUNCI JAWABAN.

102
Kalor Jenis Gas.
1. 6,5 x 102 joule/kg 0K
9,1 x102 J/kg 0K
2. a) 6,2 x 102 J/kg 0K
1,03 x 102 J/kg 0K
b) 1,03 x 104 J/kg 0K
1,44 x 104 J/kg 0K
3. 1,04 x 103 J/kg 0K
4. 3,13 x 102 J/kg 0K
5. 9,73 x 102 J/kg 0K
Hukum I Termodinamika
Untuk Proses Isobarik.
1. W = 0,0671 J;  U = 2389,7329 J
2. W = 68,3 J;  U =2,259932 x 106 J
3. a) Q = 6,23775 x105 J
b)  U = 4,45554 x105 J
c) W = 1,78221 x105 J
4. a)  U = 20,767 J
b) W = 9,0668 J
Hukum I Termodinamika
Untuk Proses Isokhorik ( Isovolumik )
1. a) W = 0
b) U  444.600 J
c)   444.600 J
2. U 44.700 J
3. U  20,61J
4. a) W=0
b)   1198,98kalori
Hukum I Termodinamika
Untuk Proses Adiabatik.
1. 663 N/m 2 ; 1.2620 C; -4,2 x 104 Joule
2. 2,5 x 106 N/m 2 ; 6860 K;
8,57 x 103 Joule
3. 1,25 x 106 N/m2; 6260 K;
2,02 x 104 Joule
4. 3 atm
5. 134,07 cmHg
6. 510 C
Penerapan Hukum I Termodinamika.
Siklus.
1. a) W 1-2 = 3,28 x 106 joule
W 2-3 = -1,97 x 106 joule
W 3-1 = 0
b) Q1-2 = 8,23 x 106 joule
Q2-3 = 0
Q3-1 = 4,96 x 106 joule

103
c) U1-2 = 4,96 x 106 joule
U2-3 = 0
U3-1 = 4,96 x 106 joule
2. 2 x 103 joule
3. a) 1-2 Proses adiabatik dan 1-3 proses
isotermik. Kurva adiabatik lebih
curam dari pada kurva isotermik.
b) P2 = P3 = 2 x 10-5 Nm-2
c) T2 = T1 = 6000 K
d) V3 = 8 x 10-3 m 3
4. a) 0 b) 1,7 x 104 joule
c) 1,7 x 104 joule
d) 0,23 m 3
5. a) T1 = 3000 K; P1 = 105 Nm -2
T2 = 6000 K; P2 = 2 x 105 Nm -2
T3 = 4550 K; P3 = 105 Nm -2
b) 52,34 Joule.
Hukum II Termodinamika
Efisiensi Mesin.
1. 470 c
2. 12,5 %; 20 %
3. 44,6 %
4. 93,1 %
5. 900 kalori
6. 59,4 %

104
DAFTAR PUSTAKA

1 FISIKA,Jilid I, Edisi ke-3, David Halliday dan Robert Resneck, alih bahasa
kedalam bahasa Indonesia oleh Pantur Silaban Ph.D dan Drs. Erwin Sucipto
MSc, Penerbit Erlangga Jakarta, 1985.

2 BASIC ENGINEERING THERMODYNAMICS in SI UNITS, Rayner Joel, Third


Edition, 1971, Longman London and New York ISBN 0 582 42424 0 Cased

3 HEAT and HEAT ENGINE for ENGINEERS, Volume 3, Second Edition, W.


Embleton, Thomas Reed Publications Limited, 1971, Reprinted in 1979,
ISBN 0 901281 25 5

4 APPLIED HEAT for ENGINEERS, Sneeden & Kerr, Fourth edition in SI Units,
Blackie and Son Limited – London Glasgow, 1969, reprinted in 1976.

5 PENERAPAN TERMODINAMIKA, Jilid I, Bernard D. Wood, alih bahasa Zulkifli


Harahap, Edisi kedua, Penerbit Erlangga Jakarta 10420, 1987

6 DASAR-DASAR THERMODINAMIKA TEKNIK, Ir. Achmad Sunjaya, Penerbit


M2S, Bandung, 1984,

7 DASAR-DASAR THERMODINAMIKA TEKNIK, Dr. Ir. Harijono Djojodihardjo,


Penerbit Gramedia Jakarta, 1985

8 THERMODINAMIKA, Teori - Soal – Penyelesaian, Werlin S Nainggolan,


Penerbit Armico Bandung, Cetakan ke empat, 1978

9 HULP EN BIJWERKTUIGEN, P. Gerritsen en C. Huvers, Nijgh & van Ditmar


S”GRAVENHAGE – ROTTERDAM

10 Petunjuk-Petunjuk Tehnik, TEHNIKI LISTRIK oleh S. Zeirudin, diusahakan dari


naskah R.C. VAN REE

11 Thermodynamic and Transport Properties of Fulids SI Units, Arranged by Y.R.


Mayhew and G.F.C. Rogers, Oxford, Basil Blackwell 1977, The Camelot Press
Ltd., Southampton

12 SISTEM SATUAN INTERNASIONAL, Disusun oleh Saleh Ibrahim AMK.C.

13 PENERAPAN TERMODINAMIKA – Edisi Kedua, Bernard D. Wood dan Zulkifli


Harahap, Penerbit Erlangga Jakarta 10420 1987

14 https://adiwarsito.wordpress.com/tag/termodinamika/ (diakses 5 April 2020)

105

Anda mungkin juga menyukai