Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

“PENEGAKAN HUKUM DAN BERBAGAI PERMASALAHAN DI


DALAMNYA”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

1. Adam Fikri (F1D018001)

2. Fikri Rahman (F1D018017)

3. Lalu Rozi Wardiman (F1D018033)

4. Ni Kadek Chintya Dwi Andayani (F1D018045)

5. Valia Adri Choirunnisa (F1D018059)

6. Dika Adrian Farazi (F1D018071)

7. Nadratul Naim (F1D018087)

TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur atas kehadirat Tuhan YME karena atas


limpahan rahmat-Nyalah , kami para penulis Makalah “PENEGAKAN HUKUM
DAN BERBAGAI PERMASALAHAN DI DALAMNYA”dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan Makalah ini jauh dari kesempurnaan,
hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kesulitan yang dihadapi penulis.
Namun berkat bimbingan dan petunjuk dari dosen mata kuliah  dan dari berbagai
pihak, maka keterbatasan dan kesulitan tersebut dapat diatasi.

Oleh karena itu, kami para penulis mengharapkan para pembaca sekalian
dapat mengambil manfaat dari makalah ini. Kami mohon maaf jika terdapat kesalahan
penulisan nama, atau tempat, kritikdan saran yang membangun akan selalu kami
terima. Terima kasih.

Mataram, 17 April 2019

                      

                        Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Perumusan Masalah........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
A. Pengertian Penegakan Hukum........................................................................................2
B. Teori Penegakan Hukum.................................................................................................3
C. Faktor-Faktor Penegakan Hukum...................................................................................4
C. Kondisi Hukum Dan Penegakan Hukum Di Indonesia...............................................6
BAB III.......................................................................................................................................9
PENUTUP..................................................................................................................................9
Kesimpulan.............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu indikator negara hukum adalah keberhasilan dalam penegakan
hukumnya. Dikatakan berhasil karena hukum yang telah diaturnya, sudah seharusnya
dan sudah waktunya, dijalankan dan ditaati oleh seluruh elemen masyarakat.
Ketiadaan dan kurang maksimalnya penegakan hukum dapat berimplikasi terhadap
kredibilitas para pembentuk aturannya, pelaksana aturan dan masyarakat yang terkena
aturan itu sendiri, sehingga seluruh elemen akan terkena dampaknya. Untuk itulah,
maka menjadi penting untuk diketahui apakah penegakan hukum itu sesungguhnya.
Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk dapat tegak atau
berfungsinya norma-norma hukum yang berlaku dan telah diatur sebagai pedoman
perilakunya dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan
manusia bermasyarakat dan bernegara. Untuk itulah, maka ketentuan yang telah
mengaturnya tidak akan berhenti dalam arti aturan yang tidak bergerak atau mati,
tetapi tetap akan tegak bediri dan berjalan ke depan sebagaimana yang ditentukan oleh
lembaga resmi dan diakui negara untuk mengaturnya. Secara luas, proses dalam
penegakan hukum itu melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan
hukum. Siapa sajakah yang menjalankan aturan normatif atau melakukan atau tidak
melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku,
maka hal itu berarti telah menjalankan atau menegakkan aturan hukum.

B. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulian ini yaitu:
1. Apa itu penegakan hukum?
2. Apa saja teori penegakan hukum ?
3. Apa saja faktor-faktor penegakan hukum ?
4. Bagaimana hukum dan kondisi penegakan hukum di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulian ini yaitu:
1. Mengetahui arti dari penegakan hukum.
2. Mengetahui teori penegakan hukum.
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum.
4. Mengetahui kondisi hukum juga penegakan hukum di Indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penegakan Hukum
Penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide
keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan. Jadi
penegakan hukum pada hakikatnya adalah proses perwujudan ide-ide. Penegakan
hukum adalah proses dilakukannya upaya tegaknya atau berfungsinya norma-norma
hukum secara nyata sebagai pedoman pelaku dalam lalu lintas atau hubungan-
hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Penegakan hukum
merupakan usaha untuk mewujudkan ide-ide dan konsepkonsep hukum yang
diharapakan rakyat menjadi kenyataan. Penegakan hukum merupakan suatu proses
yang melibatkan banyak hal.
Menurut Soerjono Soekanto, penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan
hubungan nilai-nilai yang terjabarkan didalam kaidah-kaidah/pandangan nilai yang
mantap dan mengejewantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai
tahap akhir untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian
pergaulan hidup.
Penegakan hukum secara konkret adalah berlakunya hukum positif dalam
praktik sebagaimana seharusnya patut dipatuhi. Oleh karena itu, memberikan
keadilan dalam suatu perkara berarti memutuskan hukum in concreto dalam
mempertahankan dan menjamin di taatinya hukum materiil dengan menggunakan
cara procedural yang ditetapkan oleh hukum formal.
Menurut Satjipto Raharjo penegakan hukum pada hakikatnya merupakan
penegakan ide-ide atau konsep-konsep tentang keadilan , kebenaran, kemamfaatan
sosial, dan sebagainya. Jadi, penegakan hukum merupakan usaha untuk mewujudkan
ide dan konsep-konsep tadi menjadi kenyataan. Hakikatnya penegakan hukum
mewujudkan nilai-nilai atau kaedah-kaedah yang memuat keadilan dan kebenaran,
penegakan hukum bukan hanya menjadi tugas dari para penegak hukum yang sudah
di kenal secara konvensional , tetapi menjadi tugas dari setiap orang. Meskipun
demikian, dalam kaitannya dengan hukum publik pemerintahlah yang bertanggung
jawab.

2
Penegakan hukum dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Ditinjau dari sudut subyeknya: Dalam arti luas, proses penegakkan hukum
melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa saja
yang menjalankan aturan normative atau melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang
berlaku, berarti dia menjalankan atau menegakkan aturan hukum. Dalam arti
sempit, penegakkan hukum hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan
hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum
berjalan sebagaimana seharusnya.
2. Ditinjau dari sudut obyeknya, yaitu dari segi hukumnya: Dalam arti luas,
penegakkan hukum yang mencakup pada nilai-nilai keadilan yang di
dalamnya terkandung bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang
ada dalam bermasyarakat. Dalam arti sempit, penegakkan hukum itu hanya
menyangkut penegakkan peraturan yang formal dan tertulis.
B. Teori Penegakan Hukum
Penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide
keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan. Jadi
penegakanhukum pada hakikatnya adalah proses perwujudan ide-ide.Penegakan
hukum adalah proses dilakukannya upaya tegaknya atau berfungsinyanorma-
norma hukum secara nyata sebagai pedoman pelaku dalam lalu lintas atau
hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.Penegakan hukum merupakan usaha untuk mewujudkan ide-ide dan
konsepkonsep hukum yang diharapakan rakyat menjadi kenyataan. Penegakan
hukum merupakan suatu proses yang melibatkan banyak hal.
Joseph Goldstein membedakan penegakan hukum pidana menjadi 3 bagian yaitu :
1. Total enforcement, yakni ruang lingkup penegakan hukum pidana
sebagaimanayang dirumuskan oleh hukum pidana substantif (subtantive law of
crime). Penegakan hukum pidana secara total ini tidak mungkin dilakukan
sebab para penegak hukum dibatasi secara ketat oleh hukum acara pidana
yang antara lain mencakup aturan-aturan penangkapan, penahanan,
penggeledahan, penyitaandan pemeriksaan pendahuluan. Disamping itu
mungkin terjadi hukum pidana substantif sendiri memberikan batasan-batasan.
Misalnya dibutuhkan aduan terlebih dahulu sebagai syarat penuntutan pada

3
delik-delik aduan (klachtdelicten). Ruang lingkup yang dibatasi ini disebut
sebagai area of noenforcement.
2. Full enforcement, setelah ruang lingkup penegakan hukum pidana yang
bersifattotal tersebut dikurangi area of no enforcement dalam penegakan
hukum ini, para penegak hukum diharapkan melakukan penegakan hukum
secara maksimal.
3. Actual enforcement, menurut Joseph Goldstein full enforcement ini dianggap
“not a realistic expectation”, sebab adanya keterbatasan-keterbatasan dalam
bentuk waktu, personil, alat-alat investigasi, dana dan sebagainya, yang
kesemuanya mengakibatkan keharusan dilakukannya discretion dan sisanya
inilah yang disebut dengan actual enforcement.
Sebagai suatu proses yang bersifat sistemik, maka penegakan hukum pidana
menampakkan diri sebagai penerapan hukum pidana (criminal law application)
yang melibatkan pelbagai sub sistem struktural berupa aparat kepolisian,
kejaksaan, pengadilan,dan pemasyarakatan. Termasuk didalamnya tentu saja
lembaga penasehat hukum. Dalam hal ini penerapan hukum haruslah dipandang
dari 3 dimensi:
1. Penerapan hukum dipandang sebagai sistem normatif (normative system) yaitu
penerapan keseluruhan aturan hukum yang menggambarkan nilai-nilai sosial
yang didukung oleh sanksi pidana.
2. Penerapan hukum dipandang sebagai sistem administratif (administrative
system) yang mencakup interaksi antara pelbagai aparatur penegak hokum
yang merupakan sub sistem peradilan diatas.
3. Penerapan hukum pidana merupakan sistem sosial (social system), dalam
artibahwa dalam mendefinisikan tindak pidana harus pula diperhitungkan
pelbagai perspektif pemikiran yang ada dalam lapisan masyarakat.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
Faktor faktor yang mempengaruhi penegakan hukum menurut Soerjono Soekanto
adalah :
1. Faktor Hukum
Praktik penyelenggaraan hukum di lapangan ada kalanya terjadi
pertentanganantara kepastian hukum dan keadilan, hal ini disebabkan oleh
konsepsi keadilanmerupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak, sedangkan
kepastian hukum merupakan suatu prosedur yang telah ditentukan secara

4
normatif. Justru itu, suatu kebijakan atau tindakan yang tidak sepenuhnya
berdasar hukum merupakan sesuatu yang dapat dibenarkan sepanjang
kebijakan atau tindakan itutidak bertentangan dengan hukum. Maka
padahakikatnya penyelenggaraanhukum bukan hanya mencakup law
enforcement, namun juga peace maintenance,karena penyelenggaraan hukum
sesungguhnya merupakan proses penyerasianantara nilai kaedah dan pola
perilaku nyata yang bertujuan untuk mencapaikedamaian.
2. Faktor Penegakan Hukum
Fungsi hukum, mentalitas atau kepribadian petugas penegak hukum
memainkanperanan penting, kalau peraturan sudah baik, tetapi kualitas
petugas kurang baik,ada masalah. Oleh karena itu, salah satu kunci
keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitas atau kepribadian
penegak hukum.
3. Faktor Sarana atau Fasilitas Pendukung
Faktor sarana atau fasilitas pendukung mencakup perangkat lunak dan
perangkat keras, salah satu contoh perangkat lunak adalah pendidikan.
Pendidikan yang diterima oleh Polisi dewasa ini cenderung pada hal-hal yang
praktis konvensional, sehingga dalam banyak hal polisi mengalami hambatan
di dalam tujuannya, diantaranya adalah pengetahuan tentang kejahatan
computer, dalam tindak pidana khusus yang selama ini masih diberikan
wewenang kepada jaksa, hal tersebut karena secara teknis yuridis polisi
dianggap belum mampu dan belum siap.Walaupun disadari pula bahwa tugas
yang harus diemban oleh polisi begitu luas dan banyak.
4. Faktor Masyarakat
Penegak hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai
ke damaian di dalam masyarakat. Setiap warga masyarakat atau kelompok
sedikit banyaknya, mempunyai kesadaran hukum, persoalan yang timbul
adalah taraf kepatuhan hukum, yaitu kepatuhan hukum yang tinggi, sedang,
atau kurang. Adanya derajat kepatuhan hukum masyarakat terhadap hukum,
merupakan salah satu indicator berfungsinya hukum yang bersangkutan.
5. Faktor Kebudayaan
Berdasarkan konsep kebudayaan sehari-hari, orang begitu sering
membicarakan soal kebudayaan. Kebudayaan menurut Soerjono Soekanto,
mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat, yaitu

5
mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak,
berbuat, dan menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang
lain. Dengan demikian, kebudayaan adalah suatu garis pokok tentang
perikelakuan yang menetapkan peraturan mengenai apa yang harus dilakukan,
dan apa yang dilarang.

D. Kondisi Hukum Dan Penegakkan Hukum Di Indonesia.


Indonesia adalah negara hukum yang senantiasa mengutamakan hukum
sebagai landasan dalam seluruh aktivitas negara dan masyarakat. Komitmen Indonesia
sebagai negara hukum pun selalu dan hanya dinyatakan secara tertulis dalam pasal 1
ayat 3 UUD 1945 hasil amandemen. Dimanapun juga, sebuah Negara menginginkan
Negaranya memiliki penegak- penegak hukum dan hukum yang adil dan tegas dan
bukan tebang pilih. Tidak ada sebuah sabotase, diskriminasi dan pengistimewaan
dalam menangani setiap kasus hukum baik PIDANA maupun PERDATA. 

Seperti istilah di atas, 'Runcing Kebawah Tumpul Keatas' itulah istilah yang
tepat untuk menggambarkan kondisi penegakkan hukum di Indonesia. Apakah kita
semua merasakannya? Apakah kita bisa melihat kenyataanya? Saya yakin pasti
seluruh masyarakat Indonesia juga melihat kenyataanya. Kondisi Hukum di Indonesia
saat ini lebih sering menuai kritik daripada pujian. Berbagai kritik diarahkan baik
yang berkaitan dengan penegakkan hukum, kesadaran hukum, kualitas hukum,
ketidakjelasan berbagai hukum yang berkaitan dengan proses berlangsungya hukum
dan juga lemahnya penerapan berbagai peraturan. 

Kritik begitu sering dilontarkan berkaitan dengan penegakan hukum di


Indonesia. Kebanyakan masyarakat kita akan bicara bahwa hukum di Indonesia itu
dapat dibeli, yang mempunyai jabatan, nama dan kekuasaan, yang punya uang banyak
pasti aman dari gangguan hukum walau aturan negara dilanggar. 

Ada pengakuan di masyarakat bahwa karena hukum dapat dibeli maka aparat
penegak hukum tidak dapat diharapkan untuk melakukan penegakkan hukum secara
menyeluruh dan adil.  Sejauh ini, hukum tidak saja dijalankan sebagai rutinitas belaka
tetapi tetapi juga dipermainkan seperti barang dagangan .

6
Hukum yang seharusnya menjadi alat pembaharuan masyarakat, telah berubah
menjadi semacam mesin pembunuh karena didorong oleh perangkat
hukumyangmorat-marit.

Praktik penyelewengan dalam proses penegakan hukum seperti, mafia hukum


di peradilan, peradilan yang diskriminatif atau rekayasa proses peradilan merupakan
realitas yang gampang ditemui dalam penegakan hukum di negeri ini.  Orang biasa
yang ketahuan melakukan tindak pencurian kecil, seperti anak dibawah umur saudara
Hamdani yang 'mencuri' sandal jepit bolong milik perusahaan di mana ia bekerja di
Tangerang, Nenek Minah yang mengambil tiga butir kakao di Purbalingga, serta
Kholil dan Basari di Kediri yang mencuri dua biji semangka langsung ditangkap dan
dihukum seberat beratnya.  Sedangkan seorang pejabat negara yang melakukan
korupsi uang milyaran rupiah milik negara dapat bebas berkeliaran dengan bebasnya.
Berbeda halnya dengan kasus-kasus yang hukum dengan tersangka dan
terdakwa orang-orang yang memiliki kekusaan, jabatan dan nama. Proses hukum
yang dijalankan begitu berbelit-belit dan terkesan menunda-nuda.  Seakan-akan
masyarakat selalu disuguhkan sandiwara dari tokoh-tokoh Negara tersebut. Tidak ada
keputusan yang begitu nyata. Contohnya saja kasus Gayus Tambunan, pegawai Ditjen
Pajak Golongan III menjadi miliyader dadakan yang diperkirakan korupsi sebesar 28
miliar, tetapi hanya dikenai 6 tahun penjara, kasus Bank Century dan yang masih
hangat saat ini Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Akhil Mochtar ditangkap dalam
Operasi Tangkap Tangan. 

Dalam operasi itu, KPK telah menyita uang dollar Singapura senilai Rp 3
miliar yang menunjukkan penegakan hukum di bangsa Indonesia dalam kondisi awas,
hampir semua kasus diatas prosesnya sampai saat ini belum mencapai keputusan yang
jelas. Padahal semua kasus tersebut begitu merugikan Negara dan masyarakat kita.
Kondisi yang demikian buruk seperti itu akan sangat berpengaruh besar terhadap
kesehatan dan kekuatan demokrasi Indonesia. Mental rusak para penegak hukum yang
memperjualbelikan hukum sama artinya dengan mencederai keadilan. Merusak
keadilan atau bertindak tidak adil tentu saja merupakan tindakan gegabah melawan
kehendak rakyat. 

Pada kondisi tertentu, ketika keadilan terus menerus dihindari bukan tidak
tidak mungkin pertahanan dan keamanan bangsa menjadi taruhannya. Ketidakadilan

7
akan memicu berbagai tindakan alami berupa perlawanan-perlawanan yang dapat
terwujud ke dalam berbagai aksi-aksi anarkhis atau kekerasan yang kontra produktif
terhadap pembangunan bangsa.

Dengan kata lain, situasi ketidakadilan atau kegagalan mewujudkan keadilan


melalui hukum menjadi salah satu titik problem yang harus segera ditangani dan
negara harus sudah memiliki kertas biru atau blue print untuk dapat mewujudkan
seperti apa yang dicita citakan pendiri bangsa ini . 

Namun mental dan moral korup yang merusak serta sikap mengabaikan atau
tidak hormat terhadap sistim hukum dan tujuan hukum dari pada bangsa Indonesia
yang memiliki tatanan hukum yang baik , menurut penulis , sebagai gambaran bahwa
penegakkan hukum merupakan karakter atau jati diri bangsa Indonesia sesuai apa
yang terkandung dalam isi dari Pancasila dan Pembukaan Undang Undang Dasar
1945 .

Dengan situasi dan kondisi seperti sekarang ini norma dan kaidah yang telah
bergerasar kepada rasa egoisme dan individual tanpa memikirkan orang lain dan
inilah nilai ketidakadilan akan meningkatkan aksi anarkhisme, kekerasan yang jelas-
jelas tidak sejalan dengan karakter bangsa yang penuh memiliki asas musyawarah
untuk mufakat seperti yang terkadung dan tersirat dalam isi Pancasila . 

8
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Jadi, dapat disimpulkan bahwa penegakan hukum merupakan usaha untuk
mewujudkan ide-ide keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi
kenyataan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, dan di Indonesia penegakan hukum
telah sedikit demi sedikit dipengaruhi oleh rasa egoisme dan individual sehingga
dapat merusak upaya-upaya untuk menegakkan hukum.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. https://business-law.binus.ac.id/2018/12/26/penegakan-hukum-masalahnya-apa/

2. https://www.ayobandung.com/read/2018/11/12/40431/realita-penegakan-hukum-
di-indonesia

3. http://digilib.unila.ac.id/2827/12/BAB%20II.pdf

4.http://www.lsmlaw.co.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=197&Itemid=18&lang=en

5.https://www.kompasiana.com/tedaypramudia/5c775788aeebe15c304fe44c/
bagaimana-kondisi-hukum-dan-penegakan-hukum-di-indonesia
6. http://www.dpd.go.id/artikel-membangun-penegakan-hukum-yang-
mengakomodasi-keadilan-warga-tak-mampu

10

Anda mungkin juga menyukai