Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ahmad Ahsanul Musyafa'

NIM. : 19032024

Matkul : BIPA

Dospen : Hendrik furkon, M.Pd.

1. Golongan orang master atau orang asing yang belajar BIPA dengan tujuan yang lebih
mendalam seperti penelitian, studi banding dan malakukan hal yang memerlukan
cakupan bahasa indonesia yang lebih banyak. Karena dengan belajar BIPA pada
tingkatan ini akan lebih menunjang keberhasilan tercapainya tujuan ia belajar BIPA.

Kedua, golongan orang yang belajar BIPA hanya sesuai dengan tujuannya dalam hal ini
terkhusus saja tidak secara luas. Pengajar disini harus mengerti kebutuhan pembelajar
dalam memenuhi kebutuhannya contoh seperti ketika akan bekerja direstoran atau dll.
Maka pembelajar cukup difokuskan belajar BIPA nya sesuai dengan keperluannya saja.
Karena dengan begitu pembelajar akan merasa senang dan cepat bisa mengaplikasikan
langsung karena sesuai dengan kebutuhannya.

Ketiga, golongan orang yang belajar BIPA untuk keperluan sehari hari, disini pembelajar
tidak terpaku pada rencana pembelajaran BIPA. dan tidak terprogram hanya sesuai
perjanjian sesuai apa yang diperlukan pembelajar sesuka hati. Karena pembelajar disini
terkadang membutuhkan belajar secara non formal biasanya sesama teman yang telah
saling kenal sebelumnya dengan begitu pembelajar akan merasa mampu dan dapat
belajar BIPA tergantung pada keinginannya sendiri.

2. Konteks pembelajaran BIPA sebagai bahasa kedua, yaitu dimana bahasa indonesia
itu dianggap sebagai bahasa asing yang akan dipelajari sebagai tambahan bahasa yang
dikuasai sebelumnya. Jadi jika bahasa pertama itu bukan bahasa indonesia maka
disanalah pembelajaran BIPA dikenal sebagai bahasa kedua. Seperti orang yang tadinya
berbahasa sesuai dengan bahasa asal negaranya sendiri.

3. Prinsip pembelajaran BIPA adalah sebagai pedoman atau dasar pegangan seorqng
pembelajar BIPA yang nantinya akan mengajar BIPA. seperti pembelajaran yang akan
diberika haruslah sistematis, relevan dalam artian bahasa yang digunakan cocok
dengan kondisi saat ini, faktual dan aktual secara nyata dapat dipraktekan dan aplikatif,
fleksibel dengan kebutuhan pembelajar terkait apa yang akan diajarkan. Teruji dan
terpercaya yakni ketika pembelajar telah mempunyai murid yang lulus dan cakap
berbahasa indonesia dan berlisensi resmi seperti sertifikat.

4. Aspek intruksional adalah aspek yang harus diikuti oleh pembelajar BIPA yang
terprogram dan susunan rencana pembelajarannya telah ada dan tujuannya telah
dimengerti oleh pembelajar yang sebelumnya telah disetujui oleh pengajar dan
pembelajar BIPA, Aspek ini biasanya terdapat pada naungan lembaga perguruan tinggi
dan sering bertempat didalam forum.

Aspek non instruksional adalah aspek yang perlu diperhatikan dan dikerjakan oleh
pengajar dan pembelajar BIPA ketika melaksanakan proses belajar untuk hasil belajar
yang baik, aspek non intruksional ini biasanya menyangkut kegiatan yang tidak secara
langsung didalam forum atau kelas lebih fleksibel dan menyenangkan, tetapi perlu
diingat bahwa kedua aspek pembelajaran BIPA diatas dapat saling mendukung untuk
mencapai tujuan pembelajaran BIPA dengan hasil belajar yang memuaskan.

5. Karakter pembelajar BIPA dan kaitannya dengan pembelajaran andragogi sangatlah


dekat, karena pada umumnya pembelajar BIPA itu sudah mencapai usia dewasa yang
mana karakter pembelajar sangatlah beda dengan anak-anak SD yang masih nurut dan
tidak membantah ketika tidak sesuai dengan kemauannya. Pembelajar BIPA dengan
tipikalnya masing-masing cenderung mengungkapkan langsung keinginannya bahkan
menegur pengajar ketika penjelasannya terlalu melebar dan tidak sesuai dengan
keinginannya yang diperlukan. Maka kemudian pengajar disinilah dituntut harus
mengerti bahwa pembelajaran andragogi diperlukan yakni pembelajaran untuk peserta
didik yang sudah dewasa yang mana pengetahuan akan dibersamai dengan aktualisasi
dan praktek langsung dan didukung dengan kemampuan yang dimilik pembelajar
sebelumnya yang didapat dari pengalamannya masing2.

Anda mungkin juga menyukai