Anda di halaman 1dari 3

Sitotoksisitas

Sitotoksisitas dinilai berdasarkan International Organization for Standardization (ISO) 10993-5


(Biological evaluation of medical devicesd Part 5: Tests for in vitro cytotoxicity) specifications.
Garis sel NIH3T3 dan L929 digunakan untuk pengujian. Viabilitas sel dianggap sebagai
sitotoksisitas potensial jika turun di bawah 70% (vs. RC). Parameter dan prosedur sepenuhnya
sesuai dengan spesifikasi ISO 10993-5.

Penelitian Liu CF dkk memperoleh hasil viabilitas sel di antara garis sel L929 dan NIH3T3
ketika dikultur bersama dalam media yang mengandung ekstrak spesimen TiOH, TiG, dan
TiGC. Kelompok kontrol positif menunjukkan respon sitotoksik penting, seperti yang
ditunjukkan oleh viabilitas sel yang rendah. Kelompok kontrol reagen dan kontrol negatif
menunjukkan respons yang berpotensi non-sitotoksik (negatif), seperti yang ditunjukkan oleh
viabilitas sel yang baik. Sel L929 yang diinkubasi dalam media yang mengandung ekstrak
menunjukkan viabilitas yang sama seperti sel yang diinkubasi dalam media bebas ekstrak
(kontrol reagen). Viabilitas sel dalam garis sel NIH3T3 adalah sekitar 82-91% (vs. kontrol
reagen) ketika dikultur bersama dengan salah satu media yang mengandung ekstrak. Oleh
karena itu, hasil menunjukkan bahwa tidak ada sampel uji yang memiliki potensi sitotoksisitas.

Adhesi dan migrasi sel

Adhesi sel dipantau menggunakan human bone marrow mesenchymal stem cells (hMSCs) yang
ditransduksi menggunakan gen protein fluoresen hijau (GFP) melalui retroviral delivery.
Mikroskop fluoresensi digunakan untuk mengamatidi tempat migrasi sel pada berbagai titik
waktu (0, 6, dan 12 jam).

Perlekatan awal sel osteogenik pada permukaan biomaterial diyakini sebagai langkah penting
dalam interaksi sel material, dengan efek mendalam pada migrasi, proliferasi, dan diferensiasi.
Pada masa inkubasi 2 jam awal, tidak ada perbedaan signifikan dalam jumlah sel yang
menempel. Namun, setelah 24 jam, sel-sel pada permukaan Titanium yang tidak dimodifikasi
berbentuk spindel dan tumbuh paralel di sepanjang groove permukaan implan, sedangkan sel-
sel pada permukaan Titanium yang permukaannya dimodifikasi, khususnya permukaan TiGC,
menunjukkan morfologi penyebaran dan interaksi sel-sel yang baik.

Penelitian rezvanian dkk, menunjukkan bahwa adhesi sel pada biomaterial dapat dikendalikan
oleh kekasaran permukaan atau lapisan kolagen. Penyebaran sel yang paling jelas dan interaksi
antar sel diamati dalam spesimen TiGC, terlihat pada permukaan jaringan berpori berskala
nano/submikron dengan kombinasi kekasaran sedang (Ra ~ 0,1mm), hidrofilisitas tinggi (sudut
kontak <22º), dan imobilisasi kolagen tipe I sangat cocok untuk adhesi hMSCs.

Perbedaan Distribusi vinculin (protein terkait kompleks adhesi fokal) dan nuclei pada implan
yang tidak dimodifikasi dan spesimen Ti yang dimodifikasi permukaan setelah 2 jam inkubasi
dapat diamati di sepanjang tepi sel pada permukaan Ti dan TiGC yang tidak diberi perlakuan,
namun ekspresi vinculin tidak diamati secara luas pada permukaan TiOH atau TiG. Dalam hal
pengaturan cytoskeletal, menunjukkan bahwa, setelah inkubasi selama 2 jam, ekspresi F-aktin
(protein cytoskeletal) lebih tersebar luas pada permukaan Ti dan TiGC daripada permukaan
TiOH dan TiG. Setelah inkubasi selama 6 jam diamati perpanjangan searah F- aktin pada
permukaan Ti yang tidak dimodifikasi, tetapi perlekatan nondirectional pada permukaan TiOH,
TiG, dan TiGC. Khususnya, susunan F-aktin menunjukkan morfologi yang diperluas lebih baik
pada permukaan TiGC.

Penelitian oleh Kado, formetin dkk melaporkan bahwa permukaan Ti yang diimobilisasi
kolagen tipe I memfasilitasi pertumbuhan sel yang merata sambil meningkatkan ekspresi
vinculin dan proliferasi sel. Kolagen tipe I juga telah terbukti menguntungkan modifikasi
permukaan bahan implan lain (misalnya, alumina anodik atau silikon) dalam hal adhesi sel,
morfologi, dan proliferasi. Adhesi sel yang baik dikaitkan dengan komunikasi sel, regulasi sel,
dan pemeliharaan jaringan.

Penelitian Liu CF dkk menunjukkan tingkat migrasi rata-rata sel hMSC berlabel GFP pada
permukaan TiGC adalah sekitar 10mm/ jam, yang jauh melebihi yang ada di permukaan uji
lainnya (<5mm/ jam).

Proliferasi sel dan mineralisasi

Proliferasi sel selama 7 hari inkubasi dianalisis menggunakan uji MTT. Hasil mengungkapkan
perbedaan signifikan diantara spesimen implan titanium. Proliferasi sel pada spesimen TiOH
dan TiG secara nyata lebih rendah daripada pada spesimen Ti dan TiGC. Secara keseluruhan,
proliferasi sel lebih tinggi pada spesimen Ti yang tidak dimodifikasi daripada spesimen uji
lainnya. Hasil analisis pewarnaan Alizarin red S untuk mineralisasi sel digunakan dalam
mendeteksi komponen kalsium, setelah inkubasi sel selama 7 dan 14 hari. Setelah inkubasi 7
hari dalam kultur osteogenik, mineralisasi sel jauh lebih jelas pada spesimen TiGC daripada
yang lain. Ini tampaknya menunjukkan bahwa perlambatan proliferasi sel pada permukaan
TiGC menunjukkan sel-sel bergerak lebih cepat ke tahap pertumbuhan berikutnya (yaitu
mineralisasi) di daerah proliferasi sel dihambat, penanda osteogenik cenderung memulai
mineralisasi. Hasil serupa telah dilaporkan di penelitian lain bahwa permukaan kolagen yang
diimobilisasi tipe I akan berjalan lebih cepat ke tahap mineralisasi sel, meskipun sedikit
kurangnya proliferasi sel pada permukaan.

Referensi

1. Liu CF, Chang KC, Sun YS, Nguyen DT, Huang HH. Immobilizing type I collagen via
natural cross-linker genipin to enhance the osteogenic responses to titanium implant
surface. J Mater Res Technol 2021;15:885-900.
2. Rezvanian P, Daza R, Lopez PA, Ramos M, Gonzalez-Nieto D, Elices M, et al.
Enhanced biological response of AVS- functionalized Ti-6Al-4V alloy through covalent
immobilization of collagen. Sci Rep 2018;8:3337.
3. Kado T, Aita H, Ichioka Y, Endo K, Furuichi Y. Chemical modification of pure
titanium surfaces to enhance the cytocompatibility and differentiation of human
mesenchymal stem cells. Dent Mater J 2019;38:1026e35.
4. Formentin P, Catalan U, Pol L, Fernandez-Castillejo S, Sola R, Marsal LF.
Collagen and fibronectin surface modification of nanoporous anodic
alumina and macroporous silicon for endothelial cell cultures. J Biol Eng
2018;12:21.

Anda mungkin juga menyukai