DINDING SEL
ITP/1-C
DISUSUN OLEH:
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 3
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 4
C. Tujuan .................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 5
A. Dinding Sel............................................................................................................. 5
B. Dinding Sel Prokariotik ........................................................................................ 6
1. Komponen Dinding Sel Bakteri ....................................................................... 6
2. Struktur Dinding Bakteri ................................................................................. 8
C. Dinding Sel Eukariotik ..................................................................................... 111
1. Fungi............................................................................................................... 111
a. Struktur Dinding Sel Fungi ........................................................................... 11
b.Komponen Dinding Sel Fungi ........................................................................ 12
c.Fungsi Dinding Sel Fungi................................................................................ 12
2. Tumbuhan .............................................................................................................. 13
a. Struktur Dinding Sel Tumbuhan .................................................................. 13
b. Komponen Dinding Sel Tumbuhan .............................................................. 13
c. Pertumbuhan Dinding Sel Tumbuhan ......................................................... 19
d. Fungsi Dinding Sel Tumbuhan ..................................................................... 21
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 222
Kesimpulan ................................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 23
D i n d i n g S e l 2 | 23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biologi sel adalah ilmu yang mempelajari sel, baik pengertiannya
maupun organella yang ada di dalam sel serta fungsinya. Tubuh organisme hidup
tersusun oleh sel, apabila organisme hidup tersebut hanya memiliki satu sel, maka
termasuk dalam organisme uniseluler seperti yeast, protozoa, dan bakteri.
Organisme yang tersusun dari banyak sel dikenal dengan istilah organisme
multiseluler, contohnya adalah manusia, hewan dan tumbuhan.
Sel adalah unit terkecil dari kehidupan, yang memiliki bentuk dan ukuran
yang berbeda-beda tergantung tempat dan fungsi dari jaringan yang disusunnya.
Sel pertama kali yang ditemukan oleh Robert Hooke pada tahun 1665. Sel dalam
bahasa Latin adalah cellula yang artinya bilik kecil. Karena pada awal sel
ditemukan, yang terlihat adalah sel gabus yang tampak hanya seperti bilik, karena
sel gabus yang diamati adalah benda mati.
Sel terdiri dari organel-organel sel yang masing-masing memiliki tugas
khusus. Salah satu organel sel yang memiliki tugas penting tersebut adalah
Dinding sel. Dinding sel merupakan sebuah membran yang terbentuk pada bagian
luar dari membran sel yang berperan sangat penting dalam membentuk struktur
sel yang kaku, memberi kekuatan dan perlindungan kepada sel terhadap tekanan
mekanik.
Dinding sel adalah struktur di luar membran plasma yang membatasi
ruang bagi sel untuk membesar. Dinding sel merupakan ciri khas yang dimiliki
tumbuhan, bakteri, fungi (jamur), dan alga, meskipun struktur penyusun dan
kelengkapannya berbeda. Hewan dan protista kebanyakan tidak memiliki dinding
sel.
Pada dinding sel ada bagian yang tidak menebal, yaitu bagian yang
disebut noktah. Melalui noktah ini terjadi hubungan antara sitoplasma satu
dengan yang lain yang disebut plasmodesmata. Plasmodesmata berupa juluran
plasma, yang berfungsi menjadi pintu keluar masuknya zat.
Sesuai dengan materi Biologi Sel, kajian dari mata kuliah ini adalah
mengenai aktivitas metabolisme yang terjadi dalam sel. Pembahasan tersebut
berkenaan dengan struktur, komponen penyusun dari organel tersebut, fungsi,
dan mekanisme kerja, khusunya pada Dinding sel, maka makalah ini disusun
D i n d i n g S e l 3 | 23
dengan tujuan meningkatkan pemahanan mahasiswa tentang Metabolisme yang
terjadi di Dinding Sel.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam pembahasan mengenai dinding sel ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan dinding sel?
2. Bagaimana struktur dinding sel pada organisme prokariotik?
3. Bagaimana struktur dinding sel pada organisme eukariotik?
C. Tujuan
Penulisan makalah ini ditujukan untuk:
1. Memahami apa yang dimaksud dengan dinding sel
2. Memahami struktur dinding sel pada organisme prokariotik
3. Memahami struktur dinding sel pada organisme eukariotik
D i n d i n g S e l 4 | 23
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dinding Sel
Gambar 1.1 Perbandingan Sel Hewan dan Tumbuhan bila Ditempatkan dalam Berbagai Jenis Larutan
(http://www.glenbrook.k12.il.us/gbssci/bio/apbio/HTML%20Presentation%20f
older3/chap%208/Lecture%203,%20Ch.%208.ppt)
D i n d i n g S e l 5 | 23
tertarik dari dinding sel. Jika konsentrasi larutan di dalam media lebih rendah
daripada cairan intraselulernya (hipotonis), maka air akan masuk ke dalam sel
dan akibatnya sel-sel menggelembung dan akhirnya pecah (De Robertis et al.,
1975). Dengan demikian, adanya dinding sel menyebabkan suatu sel dapat
survive dan tidak pecah dalam lingkungan hipotonis dan dapat mencegah
terjadinya dehidrasi (Thorpe, 1984).
D i n d i n g S e l 6 | 23
Gambar 1.4 Struktur kimia peptidoglikan Tipe I (Thorpe, 1984)
b. Asam Teichoat
Asam teichoat adalah kelompok polimer poliofosfat, terdapat di dalam
dinding sel dan juga pada membran sitoplasma. Asam teichoat di dalam
dinding sel kurang lebih 2050% berat kering dinding sel. Asam teichoat
berperan untuk mengikat Mg dari lingkungan untuk digunakan dalam
reaksireaksi metabolisme sel.
Ada dua klas poliofosfat yang menonjol yaitu ribitol fosfat dan
gliserolfosfat. Gliserolfosfat lebih tersebar dari pada poliribitolfosfat.
D i n d i n g S e l 7 | 23
c. Asam Teichuronat
Polimer lain dari karbohidrat yang dijumpai pada setiap bakteri adalah
asam teikuronat yang terikat secara kovalen pada peptidoglikan dan kedua
asam tersebut dapat dipisahkan dari peptidoglikan dengan cara hidrolisis.
D i n d i n g S e l 8 | 23
Gambar 1.8. Struktur Dinding Bakteri Gram Positif
D i n d i n g S e l 9 | 23
Gambar 1.9. Model Umum Dinding Sel Bakteri Gram Negatif (Thorpe, 1984
Gambar 1.10. Bayer’s Junction Pada Dinding Bakteri gram Negatif (Smith & Wood,
1992).
D i n d i n g S e l 10 | 23
Salah satu kelompok protein periplasma yang penting adalah hidrolase.
Hidrolase berfungsi (i) menguraikan molekul besar menjadi molekul yang
lebih sederhana sebelum memasuki sel melalui membran plasma serta (ii)
melindungi diri dengan cara menguraikan asam-asam nukleat yang berasal
dari bakteriofage. Kelompok protein periplasma yang lain ada yang berfungsi
dalam proses transportasi molekul-molekul tertentu, misalnya asam-asam
amino dan gula (Thorpe, 1984).
D i n d i n g S e l 11 | 23
b. Komponen Dinding Sel Fungi
Sebagian besar dinding sel fungi mengandung khitin dan glukan. Kitin
yang merupakan polimer glukosa derivatif dari N-acetylglucosamine.
Khitin tersusun pada dinding sel dalam bentuk ikatan mikrofibrillar yang
dapat memperkuat dan mempertebal dinding sel. Beberapa polisakarida
lainnya, seperti manann, galaktosan, maupun selulosa dapat menggantikan
khitin pada dinding sel fungi.
Komponen lain penyusun dinding sel fungi yaitu glukan yang
strukturnya mirip selulosa pada dinding sel tumbuhan tingkat tinggi.
Beta-glukan merupakan polimer D-glukosa dengan ikatan ß-1,3 dan ß-
1,6 yang berfungsi sebagai skelet sel pada fungi.
D i n d i n g S e l 12 | 23
2. Tumbuhan
a. Struktur Dinding Sel Tumbuhan
Lamela tengah terdapat di antara dinding primer 2 sel yang berdakatan,
terutama tersusun dan air dan pektin. Zat pektin ini memungkinkan
gerakan-gerakan antar sel dan penyesuaian yang diperlukan sebelum sel-sel
dapat mencapai bentuk dewasa. Pada jaringan yang berkayu lamela tengah
mengandung lignin. Lemela tengah sebagian besar terdiri dan air,
mempunyai sifat lentur. Lamela tengah juga berfungsi sebagai perekat
antar sel satu dengan sel lainnya.
Dinding sel memungkinkan sel tumbuhan yang sedang berkembang
untuk membesar karna bentuknya yang tipis dan fleksibel. Sel tumbuhan
dengan hanya dinding sel primer dapat berubah bentuk saat perkembangan.
Saat matang, sel dibeberapa jaringan tumbuhan berhenti membesar dan
mulai menyekresikan materi ke bagian dalam dinding sel primer.
Simpanan materi tersebut membentuk dinding sekunder. Satu dari materi
ini ialah lignin. Bagian tumbuhan yang berlignin ini lebih kuat, lebih kedap
air, dan lebih tahan terhadap organisme penyerang tumbuhan daripada
jaringan muda. Kultikula ialah badan pelindung yang terbuat dari sekresi
materi. Pada tumbuhan kutikula semitransparan membantu untuk
melindungi permukaan bagian luar dan membatasi kehilangan air pada
cuaca panas.
D i n d i n g S e l 13 | 23
Komponen utama dinding sel tumbuhan adalah polisakarida yang terdiri
atas tiga tipe utama yaitu Selulosa, Hemiselulosa, Polisakarida pektat.
o Selulosa
Selulosa pada kayu kurang lebih 45% dari berat keringnya, sedangkan
pada kapas kurang lebih 98%. Selulosa adalah polimer lurus yang terdiri atas
unit-unit glukosa yang membentuk rantai yang saling berhubungan melalui
ikatan glikosida (3 1-4 . Satu molekul selulosa terdiri atas 8.000-15.000 unit
glikosa. Dalam satu mikrofibril, setiap rantai glukosa membentuk ikatan
hidrogen dengan rantai glukosa yang ada didekatnya sehingga secara
struktural mikrofibril menjadi lebih stabil.
CH OH CH OH CH OH CH OH
2 2 2 2
CH OH
2
D i n d i n g S e l 14 | 23
o Hemiselulosa
Galaktoglukomannan
D i n d i n g S e l 15 | 23
Xylan
Arabinogalaktan
o Pektin
Pektin adalah suatu famili dari polisakarida dan memiliki struktur yang
sangat bervariasi. Satu ciri utama yang dimilikinya adalah adanya gugus
asam yang disebabkan oleh adanya residu asam glukoronat dan galaktoronat.
Hemiselulosa berfungsi melapisi mikrofibril sekaligus sebagai perekat.
Pektin mempunyai struktur yang sangat bervariasi dengan ciri utama adanya
gugus asam yang merupakan residu asam glukoronat dan galaktoronat
(Gambar 6).
D i n d i n g S e l 16 | 23
Gambar 1.18. Struktur Pektin, Thorpe 1984.
Selain itu, terdapat plastik biologi, yaitu lignin dan kutin. Lignin
biasanya mengisi dinding sekunder dan menyebabkan dinding menjadi
kaku. Lignin dibentuk dari hasil polimerisasi prekuersor lignin. Lignin
berfungsi sebagai bahan pengisi dinding sel. Ada tiga tipe prekuersor lignin,
yaitu (i) Coumaril alkohol (R1=H dan R2= H); (ii) Cineferil alkohol =H dan
R2=OCHs); dan (iii) Synapyl alkohol
Kutin biasanya terdapat pada permukaan dinding sel dan berfungsi agar
permukaan sel resisten terhadap dehidrasi dan juga sebagai proteksi sel
terhadap luka. Struktur kitin belum jelas, namun ia mengandung asam lemak
hidroksi (C16-C18) yang terikat secara kovalen satu dengan yang lain
melalui ikatan ester.
o Mikrofibril
Dinding primer tersusun atas selulosa, yaitu suatu polimer pglukosa
dengan ikatan p 1-4. Kurang lebih 8.00015.000 gugus pglukosa secara
bersama-sama membentuk satu rantai selulosa. Kurang lebih 40-70 tantai
molekul selulosa terdapat dalam kelompokkelompok yang sejajar
membentuk mikrofibril. Mikrofibrilmikrofibril saling berkelompok
membentuk mikrofibril dengan diameter ± 0,5 ¡1 dan tampak dengan
mikroskop cahaya (Thorpe, 1984) . Di dalam dinding sel, mikrofibril dilapisi
oleh hemiselulosa yang selanjutnya dihubungkan ke hemiselulosa lain oleh
pektin dan polisakarida lain (Albert et al., 1983).
D i n d i n g S e l 17 | 23
Gambar 1.19. Ikatan Antara Mikrofibril pada Dinding Sel (Albert et al,1983)
(a) (b)
Gambar Dinding sel primer (a), Dinding sel sekunder (b)
D i n d i n g S e l 18 | 23
Pada dinding primer, mikrofibril tersebar dalam suatu matriks , bersifat
lentur, dan memanjang bersama-sama dengan pemanjangan protoplasma,
kadar hemiselulosa tinggi dan hemiselulosa relatif rendah. Dinding primer
merupakan struktur yang pertama kali diletakkan pada lamella tengah. Pada
dinding sekunder, mikrofibrilnya tersusun sejajar, kaku dan tidak dapat
memanjang, kadar hemiselulosa relatif rendah dan selulosanya lebih banyak.
Dinding sekunder dibentuk setelah sel mencapai ukuran yang maksimum.
Dinding sekunder merupakan suatu struktur multilamella yang terdiri atas
tiga lapisan yang disebut S1, S2, dan S3. Mikrofibril pada lapisan ini terletak
sejajar tetapi menurut arah yang berbeda pada lapisan yang berbeda.
D i n d i n g S e l 19 | 23
Gambar 1.20. Pertumbuhan multinet (Thorpe, 1984)
D i n d i n g S e l 20 | 23
Gambar 1.21. Mekanisme Pemnajangan Dinding Sel (Thorpe, 1984)
D i n d i n g S e l 21 | 23
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dinding sel sebagai bagian terluar dari sel memiliki peran dan fungsi
khusus terutama berkaitan dengan transportasi zat masuk dan keluar sel,
memberikan bentuk pada sel, melindungi keseluruhan bagian dalam sel. Dinding
sel merupakan ciri khas yang dimiliki tumbuhan, bakteri, fungi (jamur), dan alga,
meskipun struktur penyusun dan kelengkapannya berbeda. Hewan dan protista
kebanyakan tidak memiliki dinding sel. Dinding sel Tumbuhan memiliki
komponen penyusun yang utama berupa selulosa, hemiselulosa, lignin dan kutin,
serta protein non struktural lainnya.
D i n d i n g S e l 22 | 23
DAFTAR PUSTAKA
Albert, B., D. Bray, J. Lewis, M. Raff, K. Roberts, and J. D. Watson. 1983. Molecular
Biology of The Cell. 3rd Edition. Garland Publishing. New York.
Campbell N.A. dan Reece J.B. 2005. Biology Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Eduardo D. P. DeRobertis, E. M. 1975. Cell and Molecular Biology. New Delhi: B.I.
Waverly.
Kavanagh, K. & Sullivan, D., 2011, Fungi, dalam Denyer. S. T., Hodges, N. A., &
Gorman, S. P., Hugo and Russell’s Pharmaceutical Microbiology, Seventh Edition,
Blackwell Publishing Company, UK.
Madigan M.T., Martinko J.M., Stahl D.A., Clark D.P. 2012. Biology of Microorganism.
13th ed. San Francisco: Pearson. P.
D i n d i n g S e l 23 | 23