Anda di halaman 1dari 14

BAHAN AJAR

Pernahkah kalian membaca sebuah cerita lucu sekaligus mengandung kritik atas fenomena
sosial yang terjadi di masyarakat? Teks seperti itu disebut dengan anekdot. Di balik humor atau
kelucuan yang ditampilkan, anekdot memiliki pesan yang diharapkan dapat memberikan pelajaran
kepada khalayak. Oleh karena itu, isi cerita sebuah anekdot harus mengangkat tema atau masalah
yang benar-benar terjadi dan dirasakan masyarakat. Anekdot dapat berupa teks tertulis, audio,
maupun grafik. Dalam bentuk grafik, teks anekdot salah satunya dapat diungkapkan berupa komik.
1. Bentuk-Bentuk/Pola Penyajian Anekdot
Anekdot dapat disajikan dalam berbagai bentuk, mulai dari berbentuk narasi (cerita),
drama, dan bahkan dalam bentuk komik/karikatur. Sebagai bahan perbandingan, berikut saya
sajikan beberapa bentuk dari teks anekdot:
a) Narasi (cerita)
Anekdot dalam bentuk ini umumnya sering kita temui, dan bentuk narasi adalah bentuk
penulisan cerita yang banyak hadir bukan hanya pada anekdot, tetapi juga pada Cerpen,
novel, maupun cerita rakyat.
b) Drama
Selain bentuk narasi seperti di atas, penulisan teks ankedot dalam bentuk drama juga sering
kita jumpai, temasuk pada buku paket, atau media-media yang ada.
c) Komik/karikatur
Bentuk ketiga ini yang saat ini sedang banyak/ramai digunakan dalam penyampaian sebuah
anekdot. Berikut saya sajikan contoh teks anekdot dalam bentuk komik.
2. Struktur Teks Anekdot
Suatu anekdot dibentuk oleh struktur teks yang mengatur urutan dari yang pertama sampai
yang terakhir. Struktur teks ini pun dapat berbeda pembahasaanya dari beberapa buku atau pakar,
tetapi pada dasarnya kesemuanya adalah sama. Misalkan pada buku . Cerdas Cergas Berbahasa
dan Bersastra Indonesia untuk SMA/SMK Kelas X 2021 (buku kurikulum merdeka), struktur teks
anekdot berupa orientasi, komplikasi, dan evaluasi. Ketiga bagian itulah yang menjadi bentuk
sederhana dari sebuah anekdot. Namun bila kita melihat pada buku Bahasa Indonesia Kelas X 2017
(kurikulum 2013), struktur teks anekdot terdiri atas 5 bagian, yaitu abstrak, orientasi, krisis, reaksi,
dan koda.

Struktur Teks Anekdot berdasarkan buku Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk
SMA/SMK Kelas X 2021
a. Orientasi
Orientasi adalah bagian anekdot yang berisi pengenalan kondisi atau karakter tokoh,
penggambaran hal-hal terkait dengan apa, kapan, di mana, siapa, mengapa, bagaimana,
dan gambaran tentang masalah yang akan dihadapi tokoh.
Contoh:
Perkenalkan, saya Didi. Di sini ada kuli bangunan? Wah, berarti saya satu-satunya ya
di sini. Ngomong-ngomong soal liburan, buat kebanyakan orang, liburan itu obat stres,
tapi buat saya malah bikin stres. Datang liburan orang-orang sibuk nyiapin rencana
mau liburan ke mana. Saya malah sibuk nyari alasan.
b. Komplikasi
Komplikasi berisi masalah yang dihadapi tokoh. Pada bagian ini, penulis
menyampaikan puncak cerita yang mengundang tawa sekaligus kritikan terhadap topik
yang diangkat. Bagian ini disebut juga dengan krisis dan reaksi. Krisis atau komplikasi
merupakan bagian yang berisi kekonyolan yang menggelitik dan mengundang tawa.
Tanggapan atau respons atas krisis yang dinyatakan sebelumnya disebut sebagai
reaksi. Reaksi dapat berupa sikap mencela atau menertawakan.
Contoh:
Anak saya minta liburan, “Pak, ingin ke Dufan.”
“Nak, Jakarta banjir.”
“Ya udah Pak, ke Tangkuban Perahu.”
“Nak, perahunya bocor.”
“Ah bilang aja, Bapak gak punya uang.”
“Cerdas!”
c. Evaluasi
Evaluasi berisi komentar terhadap isi atau pesan dari fenomena yang telah diceritakan.
Bagian ini disebut juga sebagai koda. Namun, bagian ini bersifat pilihan; dapat ada
ataupun tidak ada.
Contoh:
Anak saya itu memang jarang liburan.
Struktur teks anekdot berdasarkan buku Bahasa Indonesia Kelas X 2017 (kurikulum 2013):
a. Abstrak
Abstrak atau abstraksi adalah bagian pemaparan isi teks secara umum, Supaya pembaca bisa
mendapat ilustrasi atau gambaran mengenai isi cerita. Pada dasarnya, anekdot termasuk
kategori teks narasi atau cerita. Oleh sebab itu, teks ini diawali dengan bagian abstrak yang
berisi uraian singkat mengenai obyek atau hal apa yang hendak dikritik.
Bagian abstrak ini biasanya hanya berjumlah satu paragraf dan berada pada paragraf pertama
dalam setiap teks. Abstrak sama seperti koda, yaitu bersifat opsional, artinya kehadirannya
dalam teks itu boleh ada maupun tidak, karena walapun tidak ada, tidak akan merusak isi dari
teks anekdot tersebut.
b. Orientasi
Bagian ini merupakan penjelasan awal kejadian cerita atau latar belakang mengapa sebuah
peristiwa utama dalam cerita dapat terjadi. Orientasi juga bisa berisi pengenalan pelaku,
peristiwa, atau obyek yang menjadi inti dari teks anekdot.
Orientasi biasanya berjumlah satu sampai dua paragraf dan posisinya berada setelah abstrak
(bila dalam teks terdapat bagian abstrak) atau bisa menjadi paragraf pertama (bila teks tidak
memiliki abstrak) pada teks anekdot.
c. Krisis
Dalam buku Strategi dan Inovasi Pembelajaran Bahasa Indonesia di Era Revolusi Industri 4.0
(2019) karya Ida Widaningsih, dituliskan bahwa krisis dalam teks anekdot memuat tahapan
peristiwa dan cerita. Mulai dari awal konflik yang memuncak hingga penyelesaian. Penulisan
bagian ini juga bisa dilakukan memakai kalimat menarik. Salah satunya dengan memasukkan
unsur humor, agar menarik minat pembaca.
Bagian krisis merupakan yang paling banyak dalam teks anekdot, jumlah tidak terbatas, dan
disesuikan dengan panjang dari teks yang ada.
d. Reaksi
Seusai masalah diceritakan hingga proses penyelesaiannya, teks anekdot memuat paragraf yang
berisikan reaksi. Bagian ini bisa memuat solusi atau penyelesaian masalah yang dialami tokoh.
Sama seperti bagian sebelumnya, penulis juga bisa menambah sedikit unsur humor dan kritikan
tajam kepada sosok yang dikritik
e. Koda
Koda sering juga disebut penutup cerita dalam teks anekdot. Umumnya struktur teks anekdot
ini memuat penegasan terhadap hal atau obyek yang dikritik. Adapun fungsi dari bagian koda
ialah mengakhiri sebuah cerita sesuai keinginan penulis. Seperti halnya abstrak, koda juga
bersifat opsional, jadi akan ada kalanya, sebuah teks anekdot tidak memiliki bagian koda.
Kedua pola struktur tersebut pada hal nya adalah samaa, hanya dibedakan oleh pembahasaan saja.
Misalkan bagian orientasi sama dengan bagian abstrak dan orientasi, komplikasi sama dengan krisis
dan reaksi, dan bagian evaluasi itu sama dengan evaluasi. Oleh karena itu, kalian tidak perlu terlalu
bingung bilamana menemui berbagai bentuk pola penyajian struktur teks anekdot, yang terpenting
kalian memahami pengertian/makna dari setiap struktur teks yang ada.
3. Kaidah Kebahasaan Teks Anekdot
Selain struktur teks, anekdot juga didukung oleh adanya kaidah kebahasaan yang menjadi
ciri khasnya. Kaidah teks anekdot berupa:
a. Pertanyaan Retoris
Apakah kalian pernah mendapatkan pertanyaan yang sudah jelas jawabannya? Itulah
yang dinamakan pertanyaan retoris. Pertanyaan retoris bisa dijawab oleh penanya itu
sendiri. Pertanyaan ini diberikan untuk menyindir, memberi nasihat, dukungan, atau
pesan terhadap orang lain secara halus.
Contoh:
• Siapa yang tidak ingin bahagia?
• Menurutmu, kamu tak pernah berdosa?
• Apakah setiap orang berhak berbuat baik?

b. Majas Sindiran
Majas sindiran merupakan kelompok majas yang mengungkapkan maksud atau
gagasan dengan cara menyindir. Tujuannya adalah meningkatkan kesan dan makna
kata terhadap pembaca. Majas sindiran terdiri tiga macam, yaitu ironi, sinisme, dan
sarkasme.
• Ironi
Ironi adalah gaya bahasa yang melukiskan suatu maksud dengan mengatakan
kebalikan dari keadaan yang sebenarnya dengan maksud menyindir.
Contoh:
Harga kedelai murah sekali sampai pabrik tahu dan tempe tutup karenanya.
• Sinisme
Sinisme adalah gaya bahasa berupa ejekan atau sindiran menggunakan kata-
katan kasar yang disampaikan secara langsung dengan setulus hati.
Contoh:
Untuk apa punya banyak uang jika makan saja harus diatur timbangannya.
Biar sewa, yang penting keren.
• Sarkasme
Majas sarkasme merupakan gaya sindiran yang paling keras di antara tiga
majas sindiran yang ada. Majas ini secara terang-terangan menyinggung,
menyindir, atau menyerang seseorang atau sesuatu secara langsung, bahkan
menggunakan kata-kata yang kasar.
Contoh:
Sudah tahu tidak punya uang, masih saja ingin pergi liburan. Jangan mimpi!

Dari ketiga majas sindiran di atas, majas ironi dan sinisme lebih diterima
untuk digunakan dalam teks anekdot. Hal tersebut terjadi karena kritik sosial
yang disampaikan dalam teks anekdot bersifat santun.
c. Kata Kerja Material
Teks anekdot banyak menggunakan kata kerja material, yakni kata yang menunjukkan
suatu aktivitas. Hal ini terkait dengan tindakan para tokohnya dan alur yang
membentuk rangkaian peristiwa ataupun kegiatan.
Contoh:
Tatkala melintasi jembatan kecil itu, tiba-tiba orang yang suku Kluet melihat seekor
ikan lele di antara bekas orang seumeukruep. Karena kaget, dia langsung berteriak,
“Itu!!!”

Anak suku Aceh langsung melompat ke dalam kolam bekas orang mencari ikan
tersebut.

4. Langkah-Langkah Menyusun Teks Anekdot


Sama halnya dengan karya tulis lainnya, teks anekdot tentunya juga memiliki langkah-langkah
utama dalam menyusun teks menjadi sebuah karya yang baik, sehingga menarik untuk dibaca.
Ada 6 langkah yang harus diperhatikan dalam menyusun teks anekdot, antara lain:
• Menentukan topik sebagai masalah yang akan disorot
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah menentukan topik yang hendak
diangkat menjadi anekdot. Usahakan memilih topik yang dekat dengan
lingkungan kita (kontekstual) agar lebih mudah ketika menyusunnya menjadi
teks.
• Menentukan tokoh terkait
Selanjutnya uraikan setiap tokoh yang hendak dihadirkan dalam ceerita
anekdot yang hendak dibuat.
• Menentukan peristiwa yang menjadi latar belakang
Kegiatan selanjutnya tentukan peristiwa utama yang menjadi latar belakang
masalah dalam cerita agar mudah dalam pengembangan paragraf.
• Merinci peristiwa dalam alur anekdot yang meliputi Orientasi, Komplikasi,
dan Evaluasi.
Setelah itu mulailah merinci setiap bagiannya kedalam struktur anekdot yang
ada (orientasi, komplikasi, evaluasi).
• Mengembangkan kerangka anekdot menjadi sebuah cerita yang utuh
Setelah dirincikan kedalam struktur teksnya, kemudian kembangkan menjadi
paragraf-paragraf utuh dan saling berkaitan. Jangan lupa dalam pengembangan
kalimat dan paragraf untuk menghadirkan kaidah kebahasaan teks anekdot
(kalimat retoris majas sindiran, dan kata kerja material).
• Penyuntingan
Tahap terakhir adalah penyuntingan, yaitu perbaikan terhadap hasil
pengembangan yang telah disusun, untuk diperbaiki penulisan, kalimat, dan
sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai