Anda di halaman 1dari 8

PENERAPAN PENGAWASAN KREDIT USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM

UPAYA MENEKAN TUNGGAKAN KREDIT


(Studi pada PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Cabang, Tbk Pasuruan Periode
2011-2013)

M. Aditya Jaya Perdana


Topowijono
Zahroh Z. A.
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya
Malang
Email: aditya_medjaya@yahoo.com

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengawasan Kredit Usaha Kecil dan Menengah pada PT. Bank
Pembangunan Daerah Jawa Timur Cabang Pasuruan dan mengetahui pengawasan Kredit Usaha Kecil dan
Menengah yang dilakukan dalam upaya menekan tunggakan kredit. Metode penelitian yang digunakan pada
penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini
difokuskan pada: 1) Kredit Bermasalah pada Kredit Usaha Kecil dan Menengah, 2) Pengawasan Kredit Usaha
Kecil dan Menengah yang dilakukan dengan cara preventive control of credit dan repressive control of credit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kredit Usaha Kecil dan Menengah selama tahun 2011-2013 tidak stabil.
NPL pada tahun 2011 mencapai 5,54%, pada tahun 2012 mencapai 4,63% namun pada tahun 2013 kembali
meningkat yaitu sebesar 6,72%.

Kata kunci: Kredit, Pengawasan Kredit, NPL

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the supervision of Credit Small and Medium Enterprises in PT.
Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Branch Pasuruan and knowing the supervision of Credit Small and
Medium Enterprises in an effort to suppress credit arrears. The method used in this study is a descriptive study
using a quantitative approach. This study focused on: 1) Non-performing Loans to Small and Medium Business
Credit, 2) Credit Monitoring Small and Medium Enterprises conducted by means of preventive control of credit
and repressive control of credit. The results showed that small and medium enterprises credit during the year
2011-2013 unstable. NPL in 2011 reached 5.54%, in the year 2012 reached 4.63% in 2013 but increased again
in the amount of 6.72%.

Keywords: Credit, Supervision Credit, NPL

PENDAHULUAN penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam


Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam
mempunyai peran yang strategis dalam krisis ekonomi yang terjadi di negara kita sejak
pembangunan ekonomi nasional, oleh karena itu beberapa waktu yang lalu, dimana banyak usaha
selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan berskala besar yang berhenti aktifitasnya sektor

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 11 No. 1 Juni 2014| 1


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) terbukti lebih Tingkat kolektabilitas PT. Bank
tangguh dalam menghadapi krisis tersebut. Pembangunan Daerah Jawa Timur Cabang Pasuruan
Mengingat pengalaman yang telah dihadapi oleh periode tahun 2011-2013 mengalami fluktuasi
Indonesia selama krisis, kiranya tidak berlebihan pemberian kredit yaitu tahun 2011 dengan total Rp
apabila pengembangan sektor swasta difokuskan 33.136.377.870 tahun 2012 naik dengan total Rp
pada UKM. Terlebih lagi unit usaha ini seringkali 65.605.318.903 dan tahun 2013 turun dengan total
terabaikan hanya karena hasil produksinya dalam Rp 30.179.608.520. Dengan adanya pemberian
skala kecil dan belum mampu bersaing dengan unit kredit tersebut diikuti dengan meningkatnya kredit
usaha lainnya. bermasalah selama tahun 2011-2013.
Pada perkembangan saat ini kredit yang Kategori kredit bermasalah di PT. Bank
sangat familiar di masyarakat adalah kredit UKM. Pembangunan Daerah Jawa Timur Cabang Pasuruan
Kredit UKM adalah kredit yang diberikan oleh dibedakan menjadi Kurang Lancar, Diragukan dan
pemerintah melalui dunia perbankan dengan tujuan Macet. Tingkat kolektabilitas kredit kurang lancar
untuk mendorong tumbuhnya usaha manufaktur dan mengalami fluktuasi untuk tahun 2011 dengan total
sektor riil sehingga tercipta iklim usaha yang sehat Rp 488.628.427 turun menjadi Rp 109.015.600
dan mendorong investasi. Dengan tumbuhnya untuk tahun 2012 sedangkan tahun 2013 naik
investasi diharapkan dapat meningkatkan menjadi Rp 850.687.689 sedangkan kategori
pendapatan nasional yang pada akhirnya akan kolektabilitas yang diragukan juga mengalami
meningkatkan kesejahteraan rakyat. fluktuasi selama tahun 2011-2013 yang semula Rp
(www.infoukm.wordpress.com) 1.176.641.998 turun menjadi Rp 325.210.914 dan
Hal itu dikarenakan dengan kredit UKM turun menjadi Rp 221.669.232. Dari kategori
maka akan memberikan tambahan modal dan kolektabilitas macet selama tahun 2011-2013 yang
investasi sehingga mendorong tumbuhnya usaha semula Rp 171.579.185 naik menjadi Rp
manufaktur dan sektor riil, dengan meningkatnya 2.604.132.951 dan turun menjadi Rp 956.179.663.
sektor riil maka pendapatan nasional akan Dengan adanya tingkat kolektabilitas kredit
meningkat, dengan pendapatan per kapita yang bermasalah tersebut PT. Bank Pembangunan Daerah
meningkat maka secara otomatis akan meningkatkan Jawa Timur Cabang Pasuruan harus memberikan
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat karena pengawasan kredit yang baik sehingga dapat
pendapatan per kapita merupakan salah satu menekan tunggakan kredit bermasalah yang terjadi.
indikator tingkat kemakmuran suatu negara. Pengawasan kredit perlu untuk dilakukan guna
Namun dalam pemberian kredit UKM ini harus mendukung pemberian kredit yang sehat dalam
dilakukan manajemen yang baik, terutama kegiatan perkreditan agar kredit yang diberikan tetap
manajemen berbasis resiko, karena dengan adanya lancar, produktif dan tidak terjadi tunggakan kredit.
manajemen yang baik maka diharapkan tidak terjadi
kredit UKM yang macet. Kredit UKM macet tidak KAJIAN PUSTAKA
akan terjadi jika proses pemberian kredit UKM Kredit
berjalan secara professional dan memenuhi prosedur Menurut Undang–Undang Perbankan
yang berlaku. Nomor 10 Tahun 1998 dalam (Kasmir, 2008:96)
Pemberian kredit usaha kecil dan menengah, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang
PT. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jawa Timur, dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
Tbk Cabang Pasuruan sering kali mengahadapi persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
resiko berupa kredit bermasalah yang antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
mengakibatkan terjadinya tunggakan kredit. pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka
Tunggakan kredit jika tidak segera diatasi akan waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan
berakibat buruk terhadap kondisi keuangan bank pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau
tersebut. Penerapan pengawasan kredit sangat tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu
penting dilakukan secara rutin agar tunggakan kredit berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
tidak semakin meningkat. bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 11 No. 1 Juni 2014| 2


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan Hasibuan (2005:113)
imbalan tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Kualitas Kredit
Unsur-unsur Kredit Dalam menentukan berkualitas atau
Menurut Kasmir (2008:98), maka unsur– tidaknya suatu kredit perlu diberikan ukuran-ukuran
unsur yang terkandung dalam pemberian suatu tertentu. Bank Indonesia menggolongkan kualitas
fasilitas kredit adalah sebagai berikut: kredit menurut ketentuan sebagai berikut. (Kasmir,
a. Kepercayaan 2008:123)
b. Kesepakatan 1. Lancar (pas)
c. Jangka Waktu 2. Dalam Perhatian Khusus (special mention)
d. Resiko 3. Kurang Lancar (substandard)
e. Balas Jasa 4. Diragukan (doubtful)
5. Macet (loss)
Prinsip Penilain Kredit
Kriteria penilaian yang umum dan harus Kredit Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah Beberapa pendekatan mencoba untuk
yang benar-benar layak untuk diberikan, dilakukan menyusun suatu kriteria bahwa suatu usaha termasuk
dengan analisis 5C dan 7P. penilaian dengan analisis kecil dan menengah, pendekatan tersebut antara lain:
5C adalah sebagai berikut (Kasmir, 2008:108-110) : a. Badan Pusat Statistik memandangnya dari
a. Kepribadian (character) jumlah tenaga kerja. Berdasarkan
b. Kemampuan (capacity) pendekatan tenaga kerja maka yang
c. Modal (capital) termasuk dalam pengertian usaha kecil dan
d. Jaminan (collateral) menengah adalah:
e. Kondisi (condition) 1) Usaha kecil tenaga kerja berjumlah 6
Sedangkan penilaian kredit dengan 7P adalah sampai 19 orang.
sebagai berikut (Kasmir, 2008:110-111): 2) Usaha menengah jumlah tenaga kerja 20
a. Kepribadian (personality) sampai 99 orang.
b. Penggolongan (party) b. Menteri Negara Koperasi dan Pengusaha
c. Tujuan (purpose) Kecil dan Menengah menekankan pada
d. Harapan (prospect) asset, yang dimaksud adalah:
e. Pembayaran (payment) 1) Usaha kecil yang memiliki asset di
f. Keuntungan (profitability) bawah Rp 200 juta di luar tanah dan
g. Perlindungan (protection) bangunan, atau omzet tahunan kurang
dari Rp 1 Milyar.
Kolektabilitas Kredit 2) Usaha menengah yang memiliki asset
Kolektibilitas kredit adalah “penggolongan Rp 200 juta sampai Rp 10 Milyar.
pinjaman berdasarkan keadaan pembayaran pokok
atau angsuran pokok dan bunga oleh nasabah serta Pengawasan Kredit
tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana Pengawasan kredit adalah usaha penjagaan dan
yang masih ditanamkan dalam surat-surat berharga pengamanan dalam pengelolaan kekayaan bank
atau penanaman lainnya” (Mahmoedin, 2002:10). dalam bentuk perkreditan yang lebih baik dan
Pengawasan kredit akan lebih mudah efisien, guna menghindarkan terjadinya
dilakukan apabila kredit tersebut diklasifikasikan penyimpanan dengan cara mematuhi kebijakan
atas dasar kelancaran pembayarannya, yaitu sebagai perkreditan yang telah ditetapkan serta
berikut: mengusahakan penyusunan administrasi perkreditan
a. Kolektibilitas A yang benar” (Arthesa. 2006:181).
b. Kolektibilitas B
c. Kolektibilitas C
d. Kolektibilitas D

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 11 No. 1 Juni 2014| 3


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Tunggakan Kredit akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat seta
Kredit bermasalah adalah kredit yang tingkat hubungan antar fenomena yang diselidiki.
ketertagihan atau kolektibilitasnya tergolong kurang Penelitian ini menggunakan pendekatan
lancar, diragukan dan macet, kredit ini disebut kuantitatif. Bersifat kuantitatif karena menggunakan
bermasalah dan beresiko karena terdapat keraguan data yang berbentuk angka dan melakukan
dalam pengambilannya. perhitungan menggunakan rumus. Penelitian
Pengertian resiko adalah suatu kerugian kuantitatif adalah penelitian dengan memperoleh
yang disebabkan oleh peminjam yang tidak mampu data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang
melunasi kewajibannya. Resiko bisa berasal dari diangkakan. (Sugiyono,2008:14).
berbagai kegiatan fungsional bank, seperti
perkreditan, treasury, investasi dan pembiayaan Langkah-langkah dalam analisis data yang
perdagangan yang tercatat dalam administrasi bank digunakan dalam penelitian ini adalah:
(Ghozali, 2006:121). 1. Menganalisis pengawasan kredit yang
dilakukan oleh PT. Bank Pembangunan
Non Performing Loan Daerah Jawa Timur Cabang Pasuruan.
NPL merupakan salah satu indikator a. Preventive Control of Credit
kesehatan kualitas asset bank. NPL yang digunakan 1) Penentuan plafon kredit
adalah NPL neto yaitu NPL yang telah disesuaikan. 2) Pemantauan debitur
Penilaian kualitas asset merupakan penilaian 3) Pembinaan debitur
terhadap kondisi asset bank dan kecukupan b. Repressive Control of Credit
manajemen risiko kredit (www.bi.go.id). Menurut 1) Rescheduling
Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 2) Reconditioning
tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian 3) Restructuring
Tingkat Kesehatan Bank Umum, semakin tinggi 4) Liquidation
nilai NPL (diatas 5% maka bank tersebut tidak 2. Menganalisis perkembangan Kredit
sehat). Bermasalah pada Kredit Usaha Kecil dan
NPL yang tinggi menyebabkan Menengah PT. Bank Pembangunan
menurunnya laba yang akan diterima oleh bank. Daerah (BPD), Tbk Cabang Pasuruan.
Jenis kolektibilitas yang termasuk dalam tunggakan NPL = x 100%
kredit atau kredit bermasalah adalah pada
kolektibilitas Kurang Lancar (KL), Diragukan (D)
dan Macet (M). Rumus perhitungan NPL adalah HASIL DAN PEMBAHASAN
sebagai berikut: Analisis Prosedur Pemberian Kredit PT. Bank
Rasio NPL = x 100% Pembangunan Jawa Timur Cabang Pasuruan
Prosedur pemberian kredit merupakan tahapan-
tahapan dalam memperoleh kredit pada PT. Bank
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
6/10/PBI/2004 Pembangunan Daerah Jawa Timur Cabang Pasuruan
dimulai dari pengajuan permohonan kredit oleh
METODE PENELITIAN calon debitur, kemudian dilanjutkan dengan
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis verifikasi data untuk menyelidiki kelengkapan
penelitian deskriptif. Adapun pengertian penelitian dokumen atau berkas-berkas berdasarkan
deskriptif menurut Nazir (2005:54) adalah suatu persyaratan yang telah ditetapkan. Selanjutnya
metode dalam meneliti status, sekelompok manusia,
suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran melakukan Sistem Informasi Debitur (SID) yang
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. bisa disebut juga BI Checking dilakukan untuk
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan mengetahui riwayat kredit calon debitur, sehingga
gambaran atau lukisan secara sistematis, aktual dan pihak Bank dapat menilai layak atau tidaknya
pemohon untuk diberikan kredit. Untuk tahap

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 11 No. 1 Juni 2014| 4


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
selanjutnya pihak bank melakukan kegiatan on the tidak mengalami kolaps. Karena jika usahanya maju
spot atau pemeriksaan ke lapangan oleh pihak dan lancar maka pembayaran kredit akan lancar.
analisis Bank dengan meninjau berbagai objek yang Apabila plafond kredit ditetapkan secara
baik dan benar maka kredit diharapkan lancar karena
akan dijadikan usaha atau jaminan.
jika kredit macet akan tetap dapat ditarik dengan
cara menjual jaminan/agunan yang telah ada dalam
Analisis Pengawasan Kredit Usaha Kecil dan perjanjian sebelumnya.
Menengah PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa
Timur Cabang Pasuruan Analisis Pengawasan Kredit Usaha Kecil dan
Pengawasan yang dilakukan pihak bank Menengah secara Repressive
merupakan tindakan untuk meminimalisir kredit Pengawasan ini disebut dengan repressive
yang diberikan sehingga dapat membuat kredit control of credit yaitu tindakan pengamanan atau
tersebut menjadi lancar dan tidak macet. Berikut ini penyelesaian kredit macet dengan cara rescheduling,
pengawasan kredit yang dilakukan PT. Bank reconditioning, restructuring, dan liquidation.
Pembangunan Daerah Jawa Timur Cabang Pasuruan Tegasnya kredit yang telah macet harus diselesaikan
sebagai berikut: dengan cara menyita agunan kredit bersangkutan
untuk membayar pinjaman debitur. Pengawasannya
Analisis Kredit Usaha Kecil dan Menengah sebagai berikut:
(UKM) secara Preventive 1) Rescheduling
Pelaksanaan pengawasan kredit secara a) Memperpanjang jangka waktu kredit
preventive control of credit merupakan pengendalian Debitur diberi perpanjangan waktu
kredit yang dilakukan dengan tindakan pencegahan dalam pengembalian kredit
sebelum kredit tersebut macet. Preventive control of b) Memperpanjang jangka waktu angsuran
credit dilakukan dengan cara: Debitur diberi perpanjangan waktu yang
1) Penentuan Plafond Kredit diiringi dengan mengecilnya jumlah
Menurut Hasibuan (2009:106) plafond angsuran dalam setiap pengembalian.
kredit atau Batas Maksimum Pemberian Kredit Misalnya semula angsuran ditetapkan
(BMPK) atau Legal Lending Limit (L3) adalah batas setiap 1 bulan, kemudian menjadi 3
maksimum kredit diberikan bank yang dapat bulan.
dipinjam oleh debitur bersangkutan. Plafond kredit c) Penurunan jumlah untuk setiap angsuran
mutlak harus ditetapkan dan disetujui oleh kedua yang mengakibatkan perpanjangaan
belah pihak (bank dan nasabah) sebelum penyaluran jangka waktu kredit.
kredit dilakukan. Penentuan plafond kredit yang 2) Reconditioning
dilakukan PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Diadakannya perubahan persyaratan yang
Timur Cabang Pasuruan menggunakan analisis 5C, ada dalam perjanjian kredit, seperti:
7P, dan 3R. a) Kapitalisasi bunga, yaitu bunga
2) Pemantauan debitur dijadikan utang pokok sehingga nasabah
Pemantauan debitur ini dimaksudkan bank untuk waktu tertentu tidak perlu
harus memonitoring perkembangan usaha debitur membayar bunga, tetapi nanti utang
setelah kredit diberikan, apakah maju atau menurun. pokoknya dapat melebihi plafon yang
Jika usahanya maju pembayaran kredit tersebut akan disetujui. Di samping itu, atas bunga
lancar. Sebaliknya jika menurun, hendaknya yang terutang tersebut dihitung bunga
penagihan lebih ditingkatkan sebelum kredit tersebut yang pada dasarnya akan lebih
macet. memberatkan nasabah. Cara ini
3) Pembinaan debitur ditempuh dalam hal prospek usaha
Pembinaan debitur dimaksudkan nasabah yang baik.
memberikan penyuluhan kepada debitur mengenai b) Penundaan pembayaran bunga sampai
manajemen dan administrasi agar debitur lebih waktu tertentu, yaitu bunga tetap
mampu mengelola usahanya sehingga usahanya dihitung tetapi penagihan atau

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 11 No. 1 Juni 2014| 5


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
pembebanannya kepada nasabah tidak kualitas asset bank. Sistem penilaian tingkat
dilaksanakan sampai nasabah kesehatan bank umum menyatakan bahwa semakin
mempunyai kesanggupan atas bunga tinggi nilai NPL (diatas 5%) maka bank tersebut
yang terutang tersebut tidak dikenakan tidak sehat. Dibawah ini merupakan data tunggakan
bunga dan tidak menambah plafon kredit usaha kecil dan menengah serta jumlah kredit
kredit. yang disalurkan selama 3 periode, sebagai berikut:
c) Penurunan suku bunga, yaitu dalam
hal nasabah dinilai masih mampu Tabel 1: Laporan Jumlah Tunggakan Kredit UKM
membayar bunga pada waktunya Terhadap Jumlah Kredit Yang Telah
tetapi suku bunga yang dikenakan Disalurkan PT. Bank Pembangunan Daerah
terlalu tinggi untuk tingkat aktivitas Jawa Timur Cabang Pasuruan Periode
dan hasil usaha pada waktu itu. Cara 2011-2013
ini ditempuh jika hasil operasi nasabah
memang menunjukkan laba Tunggakan Jumlah Kredit
memungkinkan untuk membayar Kredit yang
Tahun % NPL
bunga. Disalurkan
(Rp) (Rp)
d) Pembebasan bunga, yaitu dalam hal
nasabah memang dinilai tidak sanggup 2011 1.836.849,6 33.136.377,83 5,54%
membayar bunga karena usaha
nasabah hanya mencapai tingkat 2012 3.038.359,47 65.605.318,91 4,63%
kembali pokok. Pembebasan bunga ini
dapat sementara, selamanya, ataupun 2013 2.028.536,58 30.179.608,52 6,72%
seluruh utang bunga.
3) Restructuring Sumber: Data diolah
Tindakan bank kepada nasabah
dengan cara menambah modal Dari data tabel di atas Non Performing
nasabah dengan pertimbangan nasabah Loan (NPL) PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa
memang membutuhkan tambahan Timur Cabang Pasuruan selama periode 2011-2013
dana dan usaha yang dibiayai memang mengalami ketidakstabilan. Indikator bank dikatakan
masih layak. sehat jika Non Performing Loan (NPL) di bawah 5%
4) Liquidation untuk PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur
Penjualan barang-barang yang Cabang Pasuruan presentase NPL tahun 2011 yaitu
dijadikan agunan dalam rangka sebesar 5,54% selanjutnya tahun 2012 sebesar 4,63%
pelunasan utang. Pelaksanaan likuidasi sedangkan untuk tahun 2012 yaitu sebesar 6,72%.
dilakukan terhadap kategori kredit Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia jika NPL
yang menurut bank benar-benar sudah lebih dari 5% akan mempengaruhi tingkat kesehatan
tidak dapat dibantu untuk disehatkan bank. Untuk tahun 2011 dan 2013 presentase NPL
kembali, atau usaha nasabah sudah lebih dari 5% maka dapat disimpulkan bahwa PT.
tidak memiliki prospek untuk Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Cabang
dikembangkan. Pasuruan tidak sehat.
Dari data di atas memperlihatkan bahwa
Analisis Jumlah Tunggakan Kredit UKM pengawasan yang dilakukan oleh PT. Bank
Terhadap Jumlah Kredit Yang Telah Disalurkan Pembangunan Daerah Jawa Timur Cabang Pasuruan
dalam pelaksanaanya kurang baik. Pada dasarnya
PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur
tunggakan kredit merupakan kondisi umum yang
Cabang Pasuruan Periode 2011-2013 sering kali terjadi pada dunia perbankan yaitu
Non Performing Loan (NPL) atau kredit sebagai resiko dari penyaluran kredit bank yang
bermasalah merupakan salah satu indikator kunci bersangkutan. Walaupun tunggakan kredit sulit
untuk menilai kinerja fungsi bank dan kesehatan dihindari akan tetapi bank harus tetap mengelola

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 11 No. 1 Juni 2014| 6


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
tunggakan tersebut secara hati-hati dan harus dapat karena adanya musibah yang dapat
meminimalisir resikonya sehingga dapat mengakibatkan usaha debitur mengalami masalah,
memberikan keuntungan bagi PT. Bank seperti: kebakaran, usaha debitur mengalami
Pembangunan Daerah Jawa Timur Cabang kebangkrutan sehingga debitur tidak bisa
Pasuruan. Dalam hal ini pengawasan kredit harus memenuhi kewajibannya dalam membayar kredit
lebih di tingkatkan agar bisa menekan tunggakan dan karakter dari nasabah, jadi setelah realisasi
kredit yang sudah terjadi. karakter menjadi berubah dan tidak mempunyai
itikad lagi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang Berdasarkan kesimpulan di atas, maka
telah dilakukan pada PT. Bank Pembangunan peneliti mengemukakan beberapa saran yang dapat
Daerah Jawa Timur Cabang Pasuruan, maka dapat bermanfaat bagi perkembangan dan kemajuan PT.
disimpulkan sebagai berikut: Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Cabang
1. Pengawasan kredit usaha kecil dan menengah Pasuruan, sebagai berikut:
yang dilakukan PT. Bank Pembangunan Daerah 1. Dengan relatif besarnya NPL PT. Bank
Jawa Timur Cabang Pasuruan kurang baik Pembangunan Daerah Jawa Timur Cabang
dikarenakan Non Performing Loan (NPL) selama Pasuruan yang di atas ketentuan yang diberikan
3 (tiga) periode yaitu pada tahun 2011 mencapai Bank Indonesia yaitu di atas 5% bank harus
5,54% kemudian pada tahun 2012 mencapai melakukan pengawasan sebelum menjadi
4,63% sedangkan pada tahun 2013 yang nasabah, pengawasan setelah menjadi nasabah,
mencapai 6,72%. Berdasarkan keputusan Bank yaitu: pemeriksaan secara fisik atau inspeksi on
Indonesia sistem penilaian tingkat kesehatan bank the spot, pembinaan terhadap debitur dan
umum menyatakan bahwa semakin tinggi nilai pemantauan atau memonitoring terhadap debitur
NPL (diatas 5%) maka bank tersebut tidak sehat. sehingga dapat mengurangi besarnya NPL (Non
Dapat dilihat untuk tahun 2011 dan 2013 NPL Performing Loan) di tahun berikutnya.
PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur 2. Berdasarkan pengawasan dari PT. Bank
Cabang Pasuruan diatas 5%, maka dapat Pembangunan Daerah Jawa Timur Cabang
disimpulkan bahwa bank tersebut tidak sehat dan Pasuruan dapat dilakukan pelaksanaan
perlu pengawasan yang semakin ketat. pengawasan kredit secara preventive control of
2. Tindakan pengawasan yang dilakukan PT. Bank credit yaitu pengendalian kredit yang dilakukan
Pembangunan Daerah Jawa Timur Cabang dengan tindakan pencegahan sebelum kredit
Pasuruan yaitu pengawasan sebelum menjadi tersebut macet. Preventive control of credit
nasabah, setelah menjadi nasabah yaitu dengan dilakukan dengan cara: penentuan plafond kredit,
pemeriksaan secara fisik atau inspeksi on the pemantauan debitur dan pembinaan debitur
spot, pembinaan terhadap nasabah, dan selanjutnya dilakukan pengawasan secara
pemantauan atau memonitoring terhadap nasabah. repressive control of credit dalam penyelesaian
Semua tahapan tersebut dilakukan ketika nasabah kredit macet. Pengawasan ini disebut dengan
masih memiliki harapan untuk melunasi hingga repressive control of credit yaitu tindakan
nasabah tidak bisa melunasi tunggakan kredit pengamanan atau penyelesaian kredit macet
tersebut dan dilakukannya penyitaan jaminan dengan cara rescheduling, reconditioning,
berupa agunan oleh pihak bank. restructuring, dan liquidation. Tegasnya kredit
3. Faktor-faktor penyebab tunggakan kredit pada yang telah macet harus diselesaikan dengan cara
PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur menyita agunan kredit bersangkutan untuk
Cabang Pasuruan yang pertama adalah faktor dari membayar pinjaman debitur.
Bank karena kesalahan analisa di awal dalam 3. Berdasarkan beberapa faktor penyebab kredit
menentukan plafond kredit dan kegiatan macet yang dilakukan PT. Bank Pembangunan
kunjungan terhadap debitur hanya dilakukan Daerah Jawa Timur Cabang Pasuruan solusi yang
setelah terjadi kredit macet, faktor dari debitur dapat digunakan untuk mengatasi faktor-faktor

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 11 No. 1 Juni 2014| 7


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
tersebut yaitu dari pihak bank putusan besarnya Hasibuan, Malayu. 2009. Dasar-Dasar Perbankan.
kredit disesuaikan dengan agunan atau jaminan Jakarta: Bumi Aksara.
yang diberikan oleh debitur, dimana nilai agunan
Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan
atau jaminan tersebut jumlah nilainya dapat
mengcover pinjaman yang telah diajukan dan Lainnya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
kunjungan terhadap debitur tidak hanya dilakukan
setelah terjadi kredit macet tetapi kunjungan _______. 2005. Pemasaran Bank. Cetakan Kedua.
harus dilakukan secara rutin dengan waktu Jakarta: Prenada Media.
kunjungan tiap 1 bulan atau 2 bulan sekali. Faktor Muljono, Teguh Pudjo. 2001. Manajemen
dari debitur, pihak bank melakukan penyelamatan Perbankan Bagi Bank Komersil. Yogyakarta:
kredit dengan menggunakan cara rescheduling BPFE.
(memperpanjang jangka waktu kredit) jika debitur
tersebut mengalami bencana, seperti: kebakaran, Nazir, Mohammad. 2003. Metode Penelitian.
Melakukan tindakan penyelamatan kredit dengan Jakarta: Ghalia Indonesia.
cara restructuring yaitu tindakan bank kepada Pandia, Frianto dkk. 2005. Lembaga Keuangan.
nasabah dengan cara menambah modal nasabah Cetakan Pertama. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
dengan pertimbangan nasabah memang
membutuhkan tambahan dana dan usaha yang Sunarti. 2008. Sistem dan Manajemen Perbankan
dibiayai memang masih layak, tindakan terakhir Indonesia. Malang: NN Press.
yang dilakukan melakukan penyitaan jaminan Suyatno, Thomas. 2003. Dasar-Dasar Perkreditan.
(agunan) setalah itu di klaim ke asuransi tahap Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
selanjutnya jaminan di lelang kepada PT.
Balangan Lelang hasil dari lelang akan digunakan
untuk menutup sisa kredit yang tertunggak.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Faisal. 2005. Manajemen Perbankan:
Teknik dan Analisis Kinerja Keuangan Bank.
Cetakan Ketiga. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang.
Arikunto, Suharsimi, Prof. Dr. 2007. Manajemen
Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Anonim. 2014. Sejarah, Struktur Organisasi, Visi
dan Misi Bank Jatim,
(http://www.bankjatim.co.id/prestasi/index/vi
ew/7), diakses pada Tanggal 15 Februari
2014.
Dendawijaya, Lukman. 2003. Manajemen
Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Firdaus, Rachmat dan Maya Arianti. 2009.
Manajemen Perkreditan Bank Umum.
Bandung: Alfabeta.
Gandapraja, Permadi. 2004. Dasar dan Prinsip
Pengawasan Bank. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 11 No. 1 Juni 2014| 8


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

Anda mungkin juga menyukai