METODE PENELITIAN
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Profitabiltas Rasiountuk mengukur Besarnya Profitabilitas Data diperoleh dari jawaban Rasio
(Y) efektivitas operasi (ROE) pengrajin dalam responden mengenaibesarnya
perusahaan dalam 1 bulan terakhir profitabilitas yang diperoleh
menghasilkan dalam satu bulan terakhir.
keuntungan atau laba Rasio yang digunakan adalah
Return On Equity (ROE)
Machfoed (1996:93)
ROE = x 100%
- Persaingan dalam
perbedaan pola
jenisproduk bola sepak
yang dijual.
b. Kualitas produk :
Perilaku Suatu kemampuan Perilaku kewirausahaan Data diperoleh dari responden Ordinal
kewirausahaan untuk menciptakan meliputi : mengenai :
(X2) sesuatu yang baru
berbeda (ability to Inovasi Pengetahuan/cara baru
yang ditemukan
create the new and
pengusaha mengenai
different thing). (Peter pembukuan keuangan,
Drucker dalam Pengetahuan/cara baru
suryana, 2003:10) yang ditemukan
pengusaha dalam proses
memproduksi barang, dan
Pengetahuan/cara baru
untuk meningkatkan
kualitas barang yang
Kreativitas dihasilkan
kreativitas dalam
membuat jenis/bentuk
produk lain dari bahan
baku yang sama,
kreativitas dalam mencari
jejaring pasar, kreativitas
dalam mencari sumber
modal,untuk
mengembangkan usaha,
kreativitas dalam
memasarkan produk,
kreativitas dalam
perbaikan kualitas
pelayanan terhadap
konsumen.
Kepemimpinan :
Kemampuan memimpin
dan memotivasi semangat
kerja karyawan ,
kemampuan dalam
menyusun perencanaan
perusahaan,
Keberanian dalam kemampuan dalam
menanggung resiko membuat perhitungan
laba/rugi,
kemampuan mengamati
pasar.
perilaku mengambil
resiko keuangan,
perilaku mengambil
resiko dalam melakukan
kreativitas,
perilaku dalammengambil
resiko waktu
3.4.2 Sampel
Sampel menurut Suharsimi Arikunto (2010:174) adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti. Sedangkan menurut Sugiyono (2007:62)yang
dimaksud dengan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian ini mempergunakan pengambilan sampel
dengan teknik sampling jenuh, karena populasinya kurang dari 100 maka teknik
sampling yang diambil adalah semua anggota populasi sebanyak 30 pengrajin
kuesioner tertutup atau jawaban telah disediakan oleh peneliti, yang disebarkan
kepada 30pengrajin bola sepak di Kecamatan Parakansalak, Kabupaten Sukabumi.
Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner kombinasi tertutup-
terbuka, di mana alternatif jawaban sudah ada serta sudah ditentukan peneliti dan
alternatif jawaban tidak ditentukan terlebih dahulu di mana responden bebas
memberikan jawaban. Untuk data yang bersifat ordinal, agar setiap jawaban
responden dapat dihitung, maka diperlukan alat ukur yang tepat dalam
memberikan skor pada setiap jawaban responden. Instrumen dalam penelitian ini
menggunakan skala Likert. Ketentuan berdasarkan skala Likert yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3
Skor Jawaban berdasarkan Skala Likert
a. Tes Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih memiliki
validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki
validitas rendah. Tes validitas instrumen dilakukan dengan teknik analisis item
instrumen, yaitu dilakukan dengan mengkorelasikan masing-masing pertanyaan
dengan jumlah skor untuk masing-masing variabel. Dalam uji validitas ini
digunakan teknik korelasi product moment dengan rumus :
N XY X Y
rxy
N X X N Y Y
2 2 2 2
b. Tes Reliabilitas
Setelah dilakukan pengujian validitas, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan pengujian reliabilitas. Suharsimi Arikunto (2010:221) menyatakan
bahwa reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut telah baik. Reabilitas menunjuk pada tingkat keteramdalan
sesuatu. Reliabel artinya, dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan. Sugiyono (2007
: 354)menyatakan bahwa pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara
eksternal mapun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-
retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas
instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada
dengan teknik tertentu.
Tes Reliabilitas bertujuan untuk mengenal apakah alat pengumpul data
tersebut menunjukkan tingkat ketepatan, kaekuratan, kestabilan atau konsistensi
dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu walaupun
dilaksanakan pada waktu yang berbeda. Pengujian Reliabilitas pada penelitian ini
menggunakan rumus Spearman-Brown dengan teknik belah dua ganjil-genap.
Adapun langkah-langkah yang digunakan adalah :
1. Mengelompokkan skor butir bernomor ganjil sebagai belah pertama dan
kelompok skor butir bernomor genap sebagai belah kedua.
2. Mengkorelasikan skor belahan pertama dengan skor belahan kedua, dan akan
diperoleh harga rxy dengan menggunakan rumus korelasi product moment
dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson, yaitu :
∑ (∑ )(∑ )
( )
{ ∑ (∑ ) } { ∑ (∑ ) }
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi
N = Jumlah Responden
∑X = Jumlah skor X
∑Y = Jumlah skor Y
∑XY = Jumlah skor X dan skor Y
3. Menghitung indeks reliabilitas dengan menggunakan rumus Spearman-Brown,
yaitu :
⁄ ⁄
( )
( ⁄ ⁄
)
Keterangan :
r11 = Reliabilitas instrumen
r1/21/2 = rxy yang disebut sebagai indeks korelasi antara dua belahan
instrumen.
Kriteria keputusannya adalah sebagai berikut :
Jika r11> rtabel dikatakan reliabel.
Jika r11< rtabel dikatakan tidak reliabel.
Dimana :
Y adalah profitabilitas
bo adalah konstanta regresi
b1 adalah koefisien regresi X1
b2 adalah koefisien regresi X2
X1 adalah persaingan
X2 adalah perilaku kewirausahaan
e adalah Faktor pengganggu
Transformasi variable
Penambahan data
2. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidakmemiliki
varian yang sama. Heteroskedastisitas merupakan suatu fenomena dimana
estimator regresi bias, namun varian tidak efisien (semakin besar populasi atau
sampel, semakin besar varian). Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokesdasitas dan jika berbeda
disebut heteroskedasitas.
Jika ditemukan heteroskedastisitas, maka estimator OLS tidak akan efisien
dan akan menyesatkan peramalan atau kesimpulan selanjutnya. Ada beberapa cara
yang bisa ditempuh untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas (Yana Rohmana
2010:160), yaitu sebagai berikut :
(1) Metode grafik, kriteria yang digunakan dalam metode ini adalah :
a. Jika grafik mengikuti pola tertentu misal linier, kuadratik atau
hubungan lain berarti pada model tersebut terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika pada grafik plot tidak mengikuti pola atau aturan tertentu maka
pada model tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.
(2) Uji Park (Park test), yakni menggunakan grafik yang menggambarkan
keterkaitan nilai-nilai variabel bebas (misalkan X1) dengan nilai-nilai
taksiran variabel pengganggu yang dikuadratkan (^u2).
Ketentuan pengujian :
Apabila melalui pengujian hipotesis (lewat uji-t) ternyata signifikan secara
statistik, berarti x mempengaruhi ei2 , maka dalam data terjadi
heteroskedastisitas dan sebaliknya
(3) Uji Glejser (Glejser test), ini mirip dengan uji Park, namun perbedannya
hanya pada variabel dependennya. Jika pada uji park menggunakan
3. Uji Autokorelasi
Dalam suatu analisa regresi dimungkinkan terjadinya hubungan antara
variabel- variabel bebas atau berkorelasi sendiri, gejala ini disebut autokorelasi.
Istilah autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota
serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang.
Autokorelasi merupakan suatu keadaan dimana tidak adanya korelasi
antara variabel penganggu (disturbance term) dalam multiple regression. Faktor-
faktor penyebab autokorelasi antara lain terdapat kesalahan dalam menentukan
model, penggunaan lag dalam model dan tidak dimasukkannya variabel penting.
Adapun cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi pada model
regresi, (Yana Rohmana 2010: 194) pada penelitian ini pengujian asumsi
autokorelasi dapat diuji melalui beberapa cara di bawah ini:
1. Uji Durbin Watson (DW) untuk mendeteksi autokorelasi, yaitu dengan
cara membandingkan DW statistik dengan DW tabel.
Uji DW menurunkan nilai kritis batas bawah (dL) dan bataas atas (dU)
sehingga jika nilai d hitung terletak di luar nilai kritis ini maka ada tidaknya
autokorelasi baik positif atau negatif dapat diketahui. Penentuan ada tidaknya
autokorelasi dapat dilihat dengan jelas dalam tabel 3.4:
Tabel 3.4
Uji Statistik Durbin-Watson d
Gambar 3.1
Grafik Statistik Durbin Watson
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji Durbin-Watsondengan
bantuan program SPSS 21 for Windows. Uji ini mengahsilkan nilai DW hitung (d)
dan nilai DW table (dL dan dv).
Salah satu keuntungan dari uji DW yang didasarkan pada residual adalah
bahwa setiap program komputer untuk regresi selalu memberi informasi statistik
d, adapun prosedur dari uji DW sebagai berikut:
1. Melakukan regresi metode OLS dan kemudian mendapatkan nilai
residualnya
2. Menghitung nilai d dari persamaan regresi
3. Dengan jumlah observasi (n) dan jumlah variabel independen tertentu tidak
termasuk konstanta (k), kita cari nilai kritis dL dan dU di statistik Durbin
Watson.
4. Keputusan ada tidaknya autokorelasi didasarkan pada tabel 3.4 diatas.
Untuk lebih memudahkan menentukan autokorelasi dapat juga digunakan
gambar 3.1
Besarnya nilai R2berada diantara 0 (nol) dan 1 (satu) yaitu 0 <R2 < 1. Jika
nilai R2 semakin mendekati 1 (satu) maka model tersebut baik dan pengaruh
antara variabel bebas X dengan variabel terikat Y semakin kuat (erat
berhubungannya).