Anda di halaman 1dari 18

PENILAIAN KUALITATIF

1
Referensi
 Prasetya Irawan, 2005, Metodologi Penelitian
Administrasi, buku materi pokok MAPU 5
103/4SKS/modul 1-12, Edisi 1,Universitas
Terbuka, Jakarta.

2
PENDAHULUAN

Penelitian kualitatif berbeda dari data kualitatif,


meskipun penelitian kualitatif sangat banyak menggunakan
data kualitatif. Sebutan "penelitian kualitatif" itu sendiri masih
dipertanyakan ketepatannya. Karena itu sebutan sebutan lain
juga digunakan, seperti etnografi, verstehen, participant
observation, etnometodologi, case study, interpretive inquiry,
natural inquiry, phenomenology,

3

CIRI-CIRI PENELITIAN KUALITATIF :
Dari beberapa sumber (Creswell, 1994, Denzin & Lincoln, 1994, Guba & Lincoln,
(1994), Mostyn (1985), Tashakkori dan Teddie (1998), Bogdan & Biklen (1982), kita
ketahui beberapa ciri penelitian kualitatif, yaitu:
1. Mengkonstruk realitas makna sosial dan budaya;
2. Tertarik pada interaksi peristiwa dan proses;
3. Variabel-variabel sangat kompleks dan sulit diukur;
4. Kontekstual;
5. Keterlibatan peneliti sangat penting;
6. Latar belakang alami (natural);
7. Sampel purposif,
8. Analisis induktif;
9. Mengutamakan “makna” di balik realitas
10. Tertarik pada “why” daripada “what”.

4
MENGKONTRUK REALITAS MAKNA SOSIAL
DAN BUDAYA

Penelitian kualitatif tidak hanya memetakan apa


yang ada secara nyata (eksplisit), tetapi justru
memetakan dan merekonstruksi realitas yang implisit,
nyata tapi tak kasat mata, dari berbagai faktor sosial
dan budaya. Penelitian Realitas Makna Sosial dan
Budaya kualitatif tidak “mengkonfirmasi” realitas
(seperti uji hipotesis), tetapi membangun realitas
yang sebelumnya "tersembunyi" (implisit), menjadi
nyata (eksplisit). 5
TERFOKUS PADA INTERAKSI PERISTIWA
DAN PROSES :

Hasil akhir suatu proses adalah penting. Tetapi


penelitian kualitatif lebih tertarik pada dinamika
terjadinya proses atau peristiwa yang
melatarbelakangi terjadinya hasil (produk) itu.

6
VARIABEL-VARIABEL KOMPLEKS DAN
SULIT DIUKUR:

Banyak variabel-variabel yang diteliti dalam


penelitian kualitatif sangn. bersifat abstrak, multi-
interpretasi, dan sulit diukur, Penelitian kualitatif tidak
membatasi jumlah variabel seperti dalam penelitian
kuantitatif, tetapi mengakomodasi variabel apa pun
yang mungkin muncul dalam proses penelitian.
Peneliti bahkan tidak tahu variabel apa yang bakal
muncul dalam penelitiannya.

7
KONTEKSTUAL

Kebenaran yang “diketemukan” melalui


penelitian kualitatif sering kali bersifat kontekstual,
tidak universal. Apa yang benar di satu tempat
(lokus) penelitian belum tentu benar dalam lokus
lain. Generalisasi menjadi tidak penting.
Generalisasi masih dapat tercapai, tetapi tidak
“menginfer” sampel ke dalam populasi.
Generalisasi dibuat dengan mencari persamaan
dan benang merah antara satu kasus dengan
kasus lain yang sejenis.

8
KETERLIBATAN PENELITI SANGAT PENTING

Dalam penelitian kualitatif, peneliti harus sedekat mungkin


dengan objek/subjek yang dikajinya. Bila perlu, ia ikut aktif di
semua kegiatan yang dilakukan para subjek penelitian. Karena
itu, peneliti ini lazim disebut sebagai “participant observer”.
Hanya dengan keterlibatan langsung seperti ini peneliti akan
benar-benar paham dengan apa yang terjadi dan “hidup“
dalam konteks penelitiannya.

9
LATAR BELAKANG ALAMI (NATURAL)

Tidak seperti dalam penelitian kuantitatif, di mana


pengontrolan
(variabel, objek, instrumen, dan sebagainya) sangat
penting dan ketat, dalam penelitian kualitatif
semuanya harus dibiarkan eperti apa adanya.
Peneliti tidak mengontrol atau merekayasa apapun.
Ia membiarkan apapun yang ditelitinya berproses
secara alamiah, wajar, tanpa intervensi.

10
SAMPEL PURPOSIF

Sampel yang dikaji akan dipilih secara sengaja


(purposiſ) oleh peneliti, dengan pertimbangan
tertentu. Maka, sampel seperti ini, tidak perlu mewakili
(tidak representatif) populasinya. Anggota sampel
(biasa disebut informan penelitian) yang dipilih
adalah anggota yang diperkirakan paling
mengetahui objek yang diteliti.

11
ANALISIS INDUKTIF
 Analisis induktif berarti, peneliti memulainya dari
pengumpulan data dilapangan, dan sedikit demi
sedikit ia bergerak “ke atas” ke arah yang lebih
umum, abstrak, konseptual. Pada akhirnya, ia akan
sampai pada puncak tertinggi dari penelitiannya,
dan saat itulah ia telah menemukan pola, konsep
konsep, teori, kesimpulan akhir penelitiannya. Proses
seperti ini kadang kala disebut "grounded”.
Bandingkan dengan metode deduktif yang
berproses sebaliknya. Hipotesis ada lebih dulu,
kemudian dikonfirmasi dengan data dari lapangan.

12
TERFOKUS PADA “MAKNA” DI BALIK
REALITAS
Peneliti kualitatif tidak sekadar memotret realitas seperti
apa adanya. Tetapi ia berusaha memahami apa makna
di balik realitas itu. Ia tidak tertarik menghitung korelasi
antara agama yang dianut seseorang dengan pilihan
parpol di dalam pemilu. Tetapi ia mempertanyakan
“mengapa" seseorang dengan agama tertentu
cenderung memilih parpol tertentu. Peneliti tidak sekadar
memotret upacara sekaten di Yogyakarta, tetapi ia
mencoba memahami apa artinya sekaten bagi orang
Yogyakarta, mengapa mereka melakukan ritual semacam
itu, untuk apa, apa dasar filosofinya, dan seterusnya.

13
PERTANYAAN “WHY” LEBIH PENTING
DARIPADA "WHAT"

Peneliti kualitatif tidak puas dengan jawaban “apa


adanya”. Ia lebih tertarik pada alasan mengapa
yang ada itu “mengada” seperti itu. Benar,
“extended family" sangat penting bagi rakyat
Indonesia, tetapi mengapa begitu? Kenapa
masyarakat Barat lebih mementingkan “keluarga
inti”?

14
ETNOMETODOLOGI

 Setiap
masyarakat mempunyai kebiasaan, aturan,
konsensus, untuk mengatur kehidupan sehari-hari
mereka. Maka penelitian kualitatif dengan
etnometodologi mengharuskan peneliti mengamati
dan mencatat yang dapat dia lihat seperti apa
adanya (naturalistik),

15
FENOMENOLOGI

 Teori ini percaya bahwa tingkah laku manusia


merupakan akibat dari konsep, makna, yang hidup
di dalam kepalanya. Maka, realitas yang kasat
mata ini adalah bersifat subjektif dan multi
interpretasi, Maka, untuk memahami perilaku
manusia, kita harus berusaha memahami apa yang
sebenarnya “ada” di dalam benak mereka.

16
BUDAYA
Setiap masyarakat mempunyai sistem budaya yang khas
milik mereka. Sistem budaya ini menjadi acuan dan tolok
ukur dalam perilaku mereka sehari-hari. Maka, dengan
pendekatan budaya, seorang peneliti pertama-tama
harus memahami perilaku-perilaku yang nyata di dalam
masyarakat itu, Tetapi ia tidak boleh berhenti di sini. Ia
harus terus meneliti lebih jauh dan lebih dalam untuk
makna tersirat yang berada di balik perilaku nyata itu.
Misalnya, apa makna perilaku wanita India yang memberi
suatu tanda di keningnya? Mengapa ada suatu jenis
tarian (Jawa) yang hanya boleh dilakukan pada waktu
tertentu saja?

17
TERIMAKASIH

18

Anda mungkin juga menyukai