DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IMAM BONJOL
1. Adzra Nadhillah
2. Alya Joana Zahwa
3. Fadil Hadzy
4. Muhammad Imam Alfaiz
5. Ulfa Hanum Pratiwi
6. Witri Putri Apriani
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Krisis finansial Asia yang terjadi sejak tahun 1997 menyebabkan ekonomi Indonesia
melemah. Keadaan memburuk. Adanya sistem monopoli di bidang perdagangan, jasa, dan
usaha. Pada masa orde baru orang-orang dekat dengan pemerintah akan mudah
mendapatkan fasilitas dan kesempatan bahkan mampu berbuat apa saja demi keberhasilan
usahanya. Krisis tersebut membawa dampak yang luas bagi kehidupan manusia dan bidang
usaha. Banyak perusahaan yang ditutup sehingga terjadi PHK dimana-mana dan
menyebabkan angka pengangguran meningkat tajam serta muncul kemiskinan dimana-
mana dan krisis perbankan. KKN semakin merajalela, ketidakadilan dalam bidang hukum,
pemerintahan orde baru yang otoriter (tidak demokrasi) dan tertutup, besarnya peranan
militer dalam orde baru, adanya 5 paket undang-undang serta memunculkan demonstrasi
yang digerakkan oleh mahasiswa. Tuntutan utama kaum demonstran adalah perbaikan
ekonomi dan reformasi total.
Demonstrasi besar-besaran dilakukan di Jakarta pada tanggal 12 Mei 1998. Pada saat
itu terjadi peristiwa Trisakti, yaitu meninggalnya empat mahasiswa Universitas Trisakti akibat
bentrok dengan aparat keamanan. Empat mahasiswa tersebut adalah Elang Mulya Lesmana,
Hery Hariyanto, Hendriawan, dan Hafidhin Royan. Keempat mahasiswa yang gugur tersebut
kemudian diberi gelar sebagai “Pahlawan Reformasi”. Menanggapi aksi reformasi tersebut,
presiden Soeharto berjanji akan mereshuffle kabinet pembangunan VII menjadi Kabinet
Reformasi. Selain itu juga akan membentuk Komite Reformasi yang bertugas menyelesaikan
Undang-Undang Pemilu, Undang-Undang Kepartaian, Undang-Undang Susduk MPR, DPR,
dan DPRD,Undang-Undang Anti Monopoli, dan Undang-Undang Anti Korupsi. Dalam
perkembangannya, komite reformasi belum bisa terbentuk karena empat belas menteri
menolak untuk diikutsertakan dalam Kabinet Reformasi. Adanya penolakan tersebut
menyebabkan presiden Soeharto mundur dari jabatannya. Akhirnya pada tanggal 21 Mei
1998 presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden RI dan
menyerahkan jabatannya kepada wakil presiden B.J. Habibie. Peristiwa ini menandai
dimulainya orde reformasi.
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian demokrasi?
2. Apa pengertian reformasi?
3. Bagaimana demokrasi pada era reformasi?
4. Bagaimana sistem pelaksanaan UUD 1945 pada era reformasi?
5. Bagaimana sistem pemerintahan pada era reformasi?
BAB II
PEMBAHASAN
Reformasi secara etimologis berasal dari kata “reformation” dengan akar kata
“reform” yang secara semantik bermakna “make or become better by removing or putting
right what is bad or wrong”. Reformasi merupakan bagian dari dinamika masyarakat, dalam
arti bahwa perkembangan akan menyebabkan tuntutan terhadap pembaharuan dan
perubahan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan tersebut. Reformasi
juga bermakna sebagai suatu perubahan tanpa merusak (to change without destroying) atau
perubahan dengan memelihara (to change while preserving). Dalam hal ini, proses reformasi
bukanlah proses perubahan yang radikal dan berlangsung dalam jangka waktu singkat, tetapi
merupakan proses perubahan yang terencana dan bertahap.
Makna reformasi dewasa ini banyak disalah artikan sehingga gerakan masyarakat yang
melakukan perubahan yang mengatas namakan gerakan reformasi juga tidak sesuai dengan
gerakan reformasi itu sendiri. Hal ini terbukti dengan maraknya gerakan masyarakat dengan
mengatas namakan gerakan reformasi, melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan makna
reformasi itu sendiri. Secara harfiah reformasi memiliki makna suatu gerakan untuk
memformat ulang, menata ulang atau menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk
dikembalikan pada format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-
citakan rakyat.
Oleh karena itu suatu gerakan reformasi memiliki kondisi syarat-syarat sebagai
berikut:
1. Reformasi dilakukan karena adanya suatu penyimpangan-penyimpangan
Masa pemerintahan ORBA banyak terjadi suatu penyimpangan-penyimpangan,
misalnya asas kekeluargaan menjadi “nepotisme” kolusi dan korupsi yang tidak sesuai
dengan makna dan semangat pembukaan UUD 1945 serta batang tubuh UUD 1945.
2. Reformasi dilakukan harus dengan suatu cita-cita yang jelas (landasan ideologis)
tertentu
Dalam hal ini Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia. Jadi reformasi
pada prinsipnya suatu gerakan untuk mengembalikan pada dasar nilai-nilai sebagaimana
dicita-citakan oleh bangsa Indonesia. Tanpa landasan visi dan misi ideologi yang jelas maka
gerakan reformasi akan mengarah anarkisme, disintegrasi bangsa dan akhirnya jatuh pada
kehancuran bangsa dan negara Indonesia, sebagaimana yang telah terjadi di Uni Soviet dan
Yugoslavia.
3. Reformasi dilakukan dengan berdasar pada suatu acuan reformasi
Reformasi pada prinsipnya gerakan untuk mengadakan suatu perubahan untuk
mengembalikan pada suatu tatanan struktural yang ada, karena adanya suatu
penyimpangan. Maka reformasi akan mengembalikan pada dasar serta sistem negara
demokrasi, bahwa kedaulatan adalah ditangan rakyat sebagaimana terkandung dalam pasal
1 ayat (2) UUD 1945. Reformasi harus mengembalikan dan melakukan perubahan ke arah
sistem negara hukum dalam arti yang sebenarnya sebagaimana terkandung dalam
penjelasan UUD 1945, yaitu harus adanya perlindungan hak hak asasi manusia, peradilan
yang bebas dari pengaruh penguasa, serta legalitas dalam arti hukum.
Oleh karena itu reformasi itu sendiri harus berdasarkan pada kerangka hukum yang
jelas. Selain itu reformasi harus diarahkan pada suatu perubahan ke arah transparansi dalam
setiap kebijaksanaan dalam penyelenggaraan negara karena hal ini sebagai manifestasi
bahwa rakyatlah sebagai asal mula kekuasaan negara dan rakyatlah segala aspek kegiatan
negara. Atau dengan prinsip, bahwa “Tiada reformasi dan demokrasi tanpa supremasi
hukum dan tiada supremasi hukum tanpa reformasi dan demokrasi”.
4. Reformasi dilakukan ke arah suatu perubahan
Reformasi dilakukan ke arah suatu perubahan ke arah kondisi serta keadaan yang
lebih baik dalam segala aspeknya antara lain bidang politik, ekonomi, sosial budaya, serta
kehidupan keagamaan. Dengan lain perkataan reformasi harus dilakukan ke arah
peningkatan harkat dan martabat rakyat Indonesia sebagai manusia demokrat, egaliter, dan
manusiawi.
5. Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etik
Sebagai manusia yang berketuhanan Yang Maha Esa, serta terjaminnya persatuan dan
kesatuan bangsa. Atas dasar lima syarat-syarat di atas, maka gerakan reformasi harus tetap
diletakkan dalam kerangka perspektif Pancasila sebagai landasan cita-cita dan ideologi,
sebab tanpa adanya suatu dasar nilai yang jelas, maka reformasi akan mengarah kepada
disintegrasi, anarkisme, brutalisme, dengan demikian hakikat reformasi itu adalah
keberanian moral untuk membenahi yang masih terbengkalai, meluruskan yang bengkok,
mengadakan koreksi dan penyegaran secara terus-menerus, secara gradual, beradab dan
santun dalam koridor konstitusional dan atas pijakan/tatanan yang berdasarkan pada moral
religius.
Pada era reformasi demokrasi yang dikembangkan pada dasarnya adalah demokrasi
dengan berdasarkan kepada Pancasila dan UUD 1945. Pelaksanaan demokrasi Pancasila
pada masa Orde Reformasi dilandasi semangat Reformasi, di mana paham demokrasi
berdasar atas kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dilaksanakan dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa serta
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, selalu memelihara persatuan
Indonesia dan untuk mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pelaksanaan demokrasi Pancasila pada masa reformasi telah banyak memberi ruang gerak
kepada parpol dan komponen bangsa lainnya termasuk lembaga permusyawaratan rakyat
dan perwakilan rakyat mengawasi dan mengontrol pemerintah secara kritis sehingga dua
kepala negara tidak dapat melaksanakan tugasnya sampai akhir masa jabatannya selama 5
tahun karena dianggap menyimpang dari garis Reformasi. Ciri-ciri umum demokrasi
Pancasila pada masa orde reformasi yaitu:
1. Mengutamakan musyawarah mufakat.
2. Mengutamakan kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara.
3. Tidak memaksakan kehendak pada orang lain.
4. Selalu diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5. Adanya rasa tanggung jawab dalam melaksanakan keputusan hasil musyawarah.
6. Dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati yang luhur.
7. Keputusan dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
8. Penegakan kedaulatan rakyat dengan memperdayakan pengawasan sebagai lembaga
negara, lembaga politik dan lembaga swadaya masyarakat.
9. Pembagian secara tegas wewenang kekuasaan lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif.
10. Penghormatan kepada beragam asas, ciri, aspirasi, dan program parpol yang memiliki
partai.
11. Adanya kebebasan mendirikan partai sebagai aplikasi dari pelaksanaan hak asasi manusia.
Sistem pemerintahan masa orde reformasi dapat dilihat dari aktivitas kenegaraan
sebagai berikut:
1. Kebijakan pemerintah yang memberi ruang gerak yang lebih luas terhadap hak-hak untuk
mengeluarkan pendapat dan pikiran baik lisan atau tulisan sesuai pasal 28 UUD 1945
dapat terwujud dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang
Partai Politik yang Memungkinkan Multi Partai.
2. Upaya untuk mewujudkan pemerintahan yang bersuh dan berwibawa serta bertanggung
jawab dibuktikan dengan dikeluarkan ketetapan MPR Nomor IX/MPR/1998 yang ditindak
lanjuti dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.
3. Lembaga MPR sudah berani mengambil langkah-langkah politis melalui sidang tahunan
dengan menuntut adanya laporan pertanggung jawaban tugas lembaga negara, UUD 1945
diamendemen, pimpinan MPR dan DPR dipisahkan jabatannya, berani memecat presiden
dalam sidang istimewanya.
4. Dengan amandemen UUD 1945 masa jabatan presiden paling banyak dua kali masa
jabatan, presiden dan wakil presiden dipilih langsung oleh rakyat mulai dari pemilu 2000
dan yang terpilih sebagai presiden dan wakil presiden pertama pilihan langsung rakyat
adalah Soesilo Bambang Yodoyono dan Yoesuf Kala, MPR tidak lagi lembaga tertinggi
negara melainkan lembaga negara yang kedudukannya sama dengan presiden, MA, BPK,
kedaulatan rakyat tidak lagi ditangan MPR melainkan menurut UUD.
5. Di dalam amandemen UUD 1945 ada penegasan tentang sistem pemerintahan
presidensial tetap dipertahankan dan bahkan diperkuat. Dengan mekanisme pemilihan
presiden dan wakil presiden secara langsung.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Diharapkan kita sebagai generasi bangsa agar tetap menjunjung tinggi nilai-nilai
Pancasila dan merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari dan menghargai pendapat
orang lain serta menyelesaikan masalah secara musyawarah mufakat tanpa adanya
kekerasan sehingga negara kita tetap damai dan tenteram.
DAFTAR PUSTAKA
http://coretan-sma.blogspot.co.id/2012/10/pelaksanaan-demokrasi-era-reformasi-
1998.html
http://hz-whawanmpajo.blogspot.co.id/2011/11/makalah-pkn-demokrasi-reformasi.html
http://makalahcyber.blogspot.co.id/2012/09/makalah-demokrasi-pada-masa-reformasi.html
http://mobelos.blogspot.co.id/2014/02/pengertian-dan-pengertian-reformasi.html
http://www.edukasippkn.com/2015/10/pelaksanaan-demokrasi-di-masa-reformasi.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Reformasi