KUTIPAN
a. Pengutipan sumber rujukan karya ilmiah tidak diperkenankan berasal dari
wordpress.com, wikipedia, blogspot.com, dan sumber internet lainnya yang tidak memiliki
kejelasan validitas data;
b. Cara Menulis Kutipan Langsung
1. Kutipan langsung adalah kutipan dari sumber rujukan yang ditulis sama persis
seperti sumber aslinya, baik mengenai bahasa maupun ejaannya;
2. Kutipan pendek, kutipan yang panjangnya maksimal empat baris dimasukkan ke
dalam teks menyatu dengan alinea yang bersangkutan, dua spasi, diawali dan
diakhiri dengan tanda petik (“...”);
3. Kutipan panjang, kutipan yang terdiri lebih dari empat baris, diketik satu spasi,
dimulai tujuh ketukan dari margin kiri, tanpa diawali dan diakhiri dengan tanda
petik;
4. Apabila dalam pengutipan dipandang perlu untuk menghilangkan beberapa kata,
maka pada bagian itu diberi titik-titik sebanyak tiga buah (...). Tetapi, apabila
dalam pengutipan dipandang perlu untuk menghilangkan beberapa kalimat, maka
pada bagian itu diberi titik-titik panjang satu baris
(.........................................................). Bila pengutip ingin memberikan keterangan,
maka keterangan tersebut berada dalam tanda kurung, misalnya (garis bawah dari
pengutip);
5. Di akhir kutipan harus menyebutkan sumber rujukan dalam bentuk catatan kaki
(footnote).
Contoh penulisan kutipan langsung pendek dan panjang:
Terkait dengan tujuan pendidikan Islam, Dr. KH. Safradji, M.Pd.I mengatakan
sebagai berikut:
“Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam
yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertaqwa
kepadaNya...........................” 4
Setelah menganalisa pendapat Abu Zahrah dan Abdul Wahab Khalaf, kemudian Amir
Syarifuddin menyatakan:
Penulis dan ahli ushul kontemporer seperti Abu Zahrah dan Abdul Wahab
Khalaf memandang kajian ushul fiqh itu begitu luas dan tidak hanya terbatas
pada sumber- sumber hukum saja tapi lebih melihat pada hukum syara’ itu
sendiri dan cara-cara menghasilkan hukum dari sumber-sumbernya itu. Oleh
karena itu, mereka memberikan definisi yang lebih lengkap dari yang
dikemukakan ulama ushul fiqh mutaqaddimin…5
Safradji, Pendidikan Islam dalam Menyiapkan Generasi Muda di Era Tantangan Global, cet. 1
4
NASKAH ASLI
Namun harus digarisbawahi pula bahwa betapa pun mereka begitu intens
menyuarakan keinginan untuk kembali ke khazanah tradisi Islam dan begitu kritis terhadap
ekses-ekses yang ditimbulkan dan proses modernisasi, bukan berarti mereka antimodernitas.
Sebab, pada dasarnya mereka juga adalah “anak” dari modernisasi yang dilakukan negara
dengan kebijakan membuka akses yang besar bagi kaum Muslimin untuk melanjutkan
pendidikan di dalam dan di luar negeri. Karena itu, dalam takaran tertentu para pemimpin
gerakan inijuga dengan semangat menyerukan keinginan untuk membawa kaum Muslimin ke
arah masyarakat industrial modern yang mengakar pada teknologi maju. Hal ini tentu tidak
mengherankan, sebab kebanyakan para aktifis itu memang lulusan fakultas teknologi dan
ilmu-ilmu alam dari Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut
Teknologi Bandung (ITB), atau Institut Pertanian Bogor (IPB) maupun universitas-
universitas di Barat.
5
Jajat Burhanudin dan Oman Fathurahman (ed.), Tentang Perkembangan lslam: Wacana dan Gerakan
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), 157-158.
H. Buku Terjemahan/Saduran:
8
Gary Goodpaster, Panduan Negosiasi dan Mediasi, terj. Nogar Simanjuntak (Jakarta:
Proyek ELIPS, 1999), 41.
I. Bab/chapter dari buku yang merupakan kumpulan karangan dari satu penulis:
9
Mardjono Reksodiputro, “Masih Adakah Harapan Reformasi di Bidang Hukum?”
dalam Pembaharuan Hukum Kumpulan Karangan Alumni FHUI (Jakarta: ILUNI-FHUI,
2004), 197.
14
A. B. Lubis, Perbuatan Melawan Hukum [s.l.: s.n., s.a.], 5.
2. ARTIKEL
A. Jurnal:
Uswatul Jannah, “Kim Knot; Studi Agama Perspektif Insider/Outsider,” Jurnal
15
B. Jurnal Online:
1
Moh. Haris, “Potret Keber-Agamaan Masyarakat Sumenep,” Jurnal Tafhim al-‘Ilmi
12, No. 1 (September 2020): 123, diakses 12 November 2020,
https://doi.org/10.37459/tafhim.v12i1.4031.
C. Koran Harian:
17
Imam Prihadiyoko, “Pertanyaan Rakyat, untuk Siapa Pemilu Itu?” Kompas, (10
Maret 2009), 6.
D. Majalah:
18
Emily Macel, “Beijing’s Modern Movement,” Dance Magazine, Februari 2019, 35.
An-Nasa’i, Sunan Nasa’i, ed. Abu al-Fath Abu Guddah (Aleppo: Maktab al-
20
4. SKRIPSI /TESIS/DISERTASI
21
Siti Halimah, “Pengembangan Media Pembelajaran PAI Berbasis Macro Media
Flash untuk Siswa Kelas XI SMAN 1 Pasuruan,” (Disertasi Doktor, UIN Sunan Ampel,
Surabaya, 2015), 282.
23
Fifia Wandi, ”Pengembangan Pendidikan Agama Islam di Homeschooling,” (Skripsi
Sarjana, UIN, Malang, 2008), 30.
5. MAKALAH
24
Takdir Rahmadi, “Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 tentang
Mediasi di Pengadilan: Prosedur Penyusunan, Lingkup Muatannya dan Kaitannya dengan
Mediasi di Luar Pengadilan,” (makalah disampaikan pada Seminar Sehari tentang Legalisasi
Institusional Dewan Pers Sebagai Lembaga Mediasi Sengketa Pers, Jakarta, 5 Februari 2009),
8.
6. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
25
Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945, Ps. 33 ayat (3).
13
Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen IV, LN. No. 14 Tahun 2006,
Ps. 33 ayat (3).
7. INTERNET
49
D. T. Hartono, “Bisakah Pasar Modal Sebagai Lahan Money
Laundering?”http://www.bapepam.go.id/old/layanan/warta/2005pebruari/
money+laundering.pdf, diakses 22 Maret 2009.
8. PENGULANGAN:
Dalam menuliskan sumber kutipan pada catatan kaki, tidak jarang seorang penulis harus
mengambil dari beberapa sumber yang sama. Untuk itu, dalam edisi ke-17 tahun 2017,
Chicago Manual of Style menggunakan format yang berbeda dari sebelumnya yaitu
penggunaan Ibid. Adapun cara penggunaannya sebagai berikut:
A. Jika kutipan diambil dari sumber yang sama dengan sumber kutipan sebelumnya
tanpa disisipi sumber lain, maka yang ditulis hanya pengarang dan judul buku secara singkat:
Contoh:
1
Safradji, Pendidikan Islam dalam Menyiapkan Generasi Muda di Era Tantangan
Global, cet. 1 (Sampang: STAI NATA Press, 2016), 19.
2
Safradji, Pendidikan Islam, 20.
B. Jika sumber kutipan sama dengan sumber kutipan sebelumnya yang sudah disisipi
sumber lain, maka cara penulisannya juga sama hanya pengarang dan judul buku ditulis
secara singkat:
Contoh:
1
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, cet. 18 (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011),
27.
Safradji, Pendidikan Islam dalam Menyiapkan Generasi Muda di Era Tantangan
2
9. SUMBER WAWANCARA
1
Subhan Wahyudi, Wakil Ketua STITA, Wawancara, Sumenep, 1 Agustus 2020.
6. Buku Online
Nama Akhir pengarang, Nama awal. Judul Buku. Kota (meliputi negara, provinsi, jika
kota tidak dikenal): Penerbit, tahun terbit. Google Books. Web. Tanggal Bulan Tahun
Diakses.
Contoh:
Qomar, Mujamil. Epistemologi Pendidikan Islam. Jakarta: Erlangga, 2000. Google Books.
htt:/www.islam.edu/halsall/med/qomar.html (diakses 20 Juni 2013).
8. Artikel Jurnal
Nama akhir, Nama awal tengah pengarang pertama dan Nama awal tengah akhir
pengarang kedua. “Judul Artikel”. Judul Jurnal Volume. Issu (Tahun publikasi): halaman
awal-halaman akhir dari seluruh atrikel.
Contoh:
Hendriyadi, Imam. “Haji, Ibadah Holistik dan Unik.” Jurnal Tafhim al-‘Ilmi 11. No. 1
(September 2019): 49-60.
9. Artikel Majalah
Nama akhri pengarang, nama awal tengah. “Judul Artikel.” Judul Majalah Tanggal
Bulan. Tahun {tanggal publikasi}: halaman permulaan - halaman akhir dari seluruh artikel
{halaman permulaan + jika halaman-halaman tidak berlanjut}.
Contoh:
Kusumaryono, R. Suyato. “Mengembalikan Profesionalisme Guru.” Majalah Jendela 47
Nov. 2020: 26-30.