Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KESELAMATAN KESEHATAN KERJA LINGKUNGAN INDUSTRI MARITIME


(K3L)
ANALISIS KEGIATAN DI ATAS KAPAL DENGAN METODE HAZARD AND
OPERABILITY STUDY (HAZOP)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Keselamatan Kesehatan Kerja Lingkungan Industri Maritime (K3L)

Rizky Adriyan Indra Prasetyo 40040420650040


Abdurrahman 40040420650042
Wahyu Ramadhan 40040420650048
Ade Putra Nanda Muas Eza 40040420670001

SEMESTER V
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV
TEKNOLOGI REKAYASA KONSTRUKSI PERKAPALAN
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami mampu menyelesaikan makalah
mengenai “Analisis kegiatan di atas kapal dengan metode hazard and operability study
(HAZOP)”. Pada kesempatan ini, penulis menyadari bahwa sulit untuk menyelesaikan
makalah ini tanpa bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan rasa hormat
kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak konstribusi bagi kami, kepada
Bapak Sarwoko, A.T., M.Kes., selaku dosen mata kuliah Keselamatan Kesehatan Kerja
Lingkungan Industri Maritime (K3L) yang senantiasa bersabar menuntun Menyusun makalah
ini.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau
pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik, saran dan masukan agar
bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Semarang, 3 Oktober 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG...........................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................2
1.3 TUJUAN PENULISAN.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
2.1 HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................................3
BAB III PENUTUP...............................................................................................................................8
3.1 KESIMPULAN......................................................................................................................8
3.2 SARAN..................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Keselamatan kerja merupakan salah satu faktor utama yang harus dipenuhi agar awak
kapal dapat bekerja dengan aman dan mendapatkan hasil yang maksimal. Kecelakaan
bukanlah suatu peristiwa tunggal, tetapi merupakan hasil dari serangkaian penyebab yang
saling berkaitan yang disebabkan oleh kelemahan pimpinan, pekerja, prosedur kerja yang
tidak memadai, serta tindakan para pekerja yang tidak aman sehingga berakibat pada
turunnya tingkat produktivitas kerja. Peralatan pelindung diri merupakan elemen yang
penting untuk semua aktivitas yang melibatkan manusia atau sebuah lokasi dengan
aktivitas manusia di dalamnya. Peralatan pelindung diri merupakan perlindungan pertama
jika terjadi sebuah kecelakaan atau keadaan darurat, sehingga dapat meminimalkan risiko
yang ada. Berdasarkan aturan Internasional Code of Safe Working Practice for Merchant
Seafarers 2015 edition – Amandment 2, December 2017 8.3 Regulation 10 bahwa pelaut
harus mengenakan alat pelindung diri yang disediakan saat mereka melaksanakan tugas,
dan mengikuti instruksi penggunaan yang tepat.

Penyebab dari kecelakaan didasari oleh beberapa faktor, yaitu faktor yang paling
dominan adalah sebab langsung (direct cause) yaitu faktor yang diakibatkan oleh
perbuatan manusia yang salah (unsafe human act), misalnya :
1) Tidak mengikuti standar operasional proedur yang ada
2) Kurang hati-hati dalam melaksanakan suatu pekerjaan
3) Tidak tahu menggunakan alat keselamatan
4) Tidak mampu melaksanakan suatu pekerjaan
Proses identifikasi dan analisis potensi bahaya dapat dilakukan dengan menggunakan
metode hazard and operability study (hazop). Menurut Hendro Nurcahyono (2013),
Hazop adalah standar teknik analisis bahaya yang di gunakan dalam persiapan penetapan
keamanan dalam sistem baru atau modifikasi untuk suatu keberadaan potensi bahaya atau
masalah operabilitasnya. Hasil tersebut digunakan sebagai dasar pertimbangan
menentukan strategi pengendalian risiko dan mengurangi kecelakaan di kapal. Oleh
karena itu, kejadian ini perlu adanya penelitian menggunakan metode Hazop Analysis

1
untuk mengelompokan bahaya-bahaya yang mungkin terjadi sehingga bisa dilakukan
penanganan yang lebih agar bisa menanggulangi keadaan berbahaya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dengan rumusan latar belakang masalah yang telah dijabarkan, maka rumusan
masalah dalam penulisan makalah ini, antara lain:
1) Bagaimana risiko kegiatan diatas kapal jika menerapkan metode Hazop Analysis?
2) Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mencegah dan meminimalisir potensi
bahaya pada saat melakukan pekerjaan di atas kapal?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Dengan adanya makalah ini, penulis berharap pembaca dapat memahami dan
mengerti dari penulisan makalah ini, Adapun tujuan dari penulisan makalah, antara
lain:
1) Untuk mengetahui risiko kegiatan diatas kapal dengan metode hazop analysis.
2) Serta mengetahui pencegahan yang dapat meminimalisir potensi bahaya pada saat
melakukan pekerjaan diatas kapal sesuai dengan aturan yang berlaku.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 HASIL DAN PEMBAHASAN
Keselamatan dan keamanan kerja merupakan faktor penting dalam melaksanakan
kegiatan berkerja. Menurut Simanjuntak (1994), keselamatan kerja adalah kondisi
keselamatan yang bebas dari risiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang
mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan dan kondisi
pekerja. Sehubungan dengan itu maka awak kapal mempunyai tugas dan tanggung jawab
yang besar dalam mencegah kecelakaan yang dapat menyebabkan kerugian dan
penderitaan bagi semua pihak mulai dari awak kapal itu sendiri sampai pada tingkat
perusahaan yaitu melalui usaha keselamatan kerja yang baik. Penulis mencoba
menggambarkan permasalahan yang pernah dialami sewaktu melaksanakan praktek laut
yaitu, kurang adanya kedisiplinan pada awak kapal untuk menggunakan peralatan
keselamatan sesuai SOP yang ada pada saat melakukan pekerjaan.
Penelitian ini dilaksanakan dengan observasi lapangan secara langsung dan
membagikan kuesioner untuk memperoleh temuan potensi bahaya (hazard). Kuesioner
disebar kepada crew deck yang ada di atas kapal. Penulis mengidentifikasi adanya potensi
bahaya yang terjadi di atas kapal dengan begitu penulis dapat mengelompokan bahaya -
bahaya yang terjadi di atas kapal dan mengurangi jatuhnya korban jiwa
Untuk menunjukan penentuan nilai likelihood dan consequences dari masing-masing
sumber potensi bahaya sebagai berikut:
1) Likelihood (L) adalah kemungkinan terjadinya kecelakaan ketika terpapar dengan
bahaya.

Table 1.1 Kriteria Likelihood

Likelihood Deskripsi
No.
(Level Kriteria) Kualitatif Semi Kualitatif
Dapat dipikirkan
tetapi tidak hanya Kurang dari 1 kali
1. Jarang Terjadi saat keadaan dalam 1 tahun
ekstrim

2. Kemungkinan Kecil Belum terjadi Terjadi 1 kali per


tetapi bisa 1 tahun
muncul/terjadi
pada suatu waktu

3
Seharusnya
terjadi dan
mungkin telah 1 kali per 1 tahun
3. Mungkin menjadi/muncul
disini atau
ditempat lain

Dapat terjadi
dengan mudah, Lebih dari 1 kali
mungkin muncul per tahun
4. Kemungkinan Besar dalam keadaan hingga 1 kali per
yang paling bulan
banyak terjadi

Sering terjadi,
diharapkan
muncul dalam Lebih dari 1 kali
5. Hampir pasti keadaan yang per bulan
paling banyak
terjadi

Kriteria likelihood merupakan tabel yang menunjukan kemungkinan yang


akan terjadi di atas kapal dengan kemungkinan tersebut kita bisa mengantisipasi
risiko yang akan terjadi dengan tindakan - tindakan sesuai SOP.
2) Severity atau consequences (C) adalah tingkat yang menunjukkan keparahan
cidera dan kehilangan hari kerja.

4
Tabel 2.1 Kriteria Consequences
No Consequences/Severity Deskripsi
. (Level Uraian) Keparahan Hari Kerja
Cedera
1. Tidak Signifikan Kejadian tidak Tidak
menimbulkan menyebabkan
kerugian atau kehilangan hari
cidera pada kerja
manusia

2. Kecil Menimbulkan Masih dapat


cidera ringan, bekerja pada
kerugian kecil hari/shift yang
dan tidak
sama
menimbulkan
dampak serius
terhadap
kelangsungan
3. Sedang Cedera berat dan Kehilangan hari
dirawat dirumah kerja dibawah 3
sakit, tidak hari
menimbulkan
cacat tetap,
kerugian financial
sedang

4. Berat Menimbulkan Kehilangan hari


cidera parah dan kerja 3 hari atau
cacat tetap lebih

5. Bencana Mengakibatkan Kehilangan hari


korban meninggal kerja selamanya
dan kerugian
parah

Kriteria consequences adalah tabel yang menunjukan risiko yang akan terjadi
jika kita melakukan suatu kegiatan di atas kapal dengan tidak melakukan sesuai
SOP yang ada.
Setelah menentukan nilai likelihood dan consequences dari masing – masing
sumber hazard, langkah berikutnya adalah mengalikan nilai likelihood dan
consequences sehingga akan diperoleh tingkat bahaya/ risk level pada risk matrix

5
yang akan digunakan untuk melakukan perangkingan terhadap sumber hazard
yang nantinya akan dilakukan rekomendasi perbaikan.

Tabel 1.2 Risk Matrix

KEPARAHAN
SKALA
1 2 3 4 5
5 5 10 15 20 25
4 4 8 12 16 20
KEMUNGKINAN 3 3 6 9 12 15
2 2 4 6 8 10
1 1 2 3 4 5

Dari risk matrix di atas kemudian dapat dihitung skor risiko dan prioritas untuk
melakukan tindakan perbaikan. Untuk menghitung skor risiko adalah sebagai
berikut:
Skor risiko = likelihood x consequences ... (1)
Contoh perhitungan pada skor risiko pertama diketahui nilai likelihood sebesar 4
dan nilai consequences sebesar 3, maka perhitungan adalah sebagai berikut:
Skor risiko = 4 x 3 = 12
KETERANGAN
1. Ekstrim
2. Risiko Tinggi
3. Risiko Sedang
4. Risiko Rendah
Risiko bahaya yang ditimbulkan pada area proses pembuatan kaca pengaman
(safety glass) antara lain adalah:
1) Risiko ekstrim, yaitu pada area waterjet dimana terdapat panel listrik yang
terbuka dan kabel yang berserakan dijalan yang sangat membahayakan para
pekerja.

6
2) Risiko tinggi, yaitu pada beberapa area kerja dengan uraian risiko, sebagai
berikut:
1. tertimpa kaca akibat tatanan kaca yang terlalu tinggi dan tidak ada
penyangga khusus,
2. tertimpa kaca karena dalam proses pengangkatan dilakukan secara
manualtanpa alat bantu,
3. terpeleset genangan air yang licin,
4. gangguan pernafasan akibat udara terkena bahan kimia yang berbahaya,
5. terpeleset dan terkena pecahan kaca yang ada pada lantai,
6. gangguan kesehatan pendengaran dan salah dalam menangkap
komunikasi,
7. gangguan mata dari bahan kimia dan serpihan kaca,
8. tangan terkena kaca yang panas.
3) Risiko sedang, terdapat dari beberapa area kerja dengan uraian risiko,
sebagaiberikut:
1. pendarahan pada kaki akibat terkena pecahan kaca yang berserakan,
2. kurang pencahayaan sehingga pekerjaan yang dilakukan kurang fokus
dan tidak tepat pada sasaran obyek pekerjaan.
4) Risiko rendah, terdapat pada beberapa area kerja dengan uraian risiko, sebagai
berikut:
1. tersandung kabel yang berserakan dilantai sehingga dapat menghambat
jalannya proses produksi jika terjadi kecelakaan kerja pada pekerja,
2. udara terlalu panas sehingga mengakibatkan ketidaknyamanan pada
pekerja,
3. tersandung dengan material yang berserakan di lantai.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dengan memperhatikan permasalahan yang telah dijabarkan diatas, penulis dapat
menyimpulkan dari studi kasus ini sebagai berikut:
1) Risiko bahaya yang meliputi risiko ekstrim, risiko tinggi, risiko sedang, dan risiko
rendah.
2) Rekomendasi yang diberikan kepada perusahaan, berdasarkan sumber bahaya yang
ada, meliputi sikap pekerja dan kondisi lingkungan kerja. untuk memperbaiki sikap
pekerja, perlu dibuat prosedur operasional baku untuk keselamatan dan kesehatan
kerja industri maritime (K3L). Untuk memperbaiki kondisi lingkungan kerja, perlu
dilakukan perbaikan sesuai kondisi yang dihadapi.

3.2 SARAN
Dari kesimpulan diatas, saran yang diharapkan dapat menjadi masukkan bagi
pembaca maupun perusahaan galangan ini adalah sebagi berikut:
1) Perilaku. K3 harus ditingkatkan lagi dengan berbagai jenis promosi dan
pelatihan-pelatihan K3 secara rutin.
2) Tingkatan risiko dapat diminimalisir dengan cara pembuatan Standar Operasional
Prosedur (SOP) pada. setiap bagian pekerjaan dan monitoring pelaksanaan
standar keselamatan kerja secara rutin.
3) Dalam upaya peningkatan rasa aman dalam bekerja diperlukannya evaluasi yang
bersifat rutin untuk selalu mengingatkan pentingnya bekerja dalam keadaan sehat
dan aman, seperti siklus aktivitas penanganan K3 secara berkala harian,
mingguan, dan evaluasi bulanan dapat dimulai dari kelompok-kelompok kecil
pekerja yang menangani pekerjaan sejenis, dipimpin langsung oleh kepala
proyek.

8
DAFTAR PUSTAKA
Ashfal, R.C. 1999. Industrial Safety and Health Management. Fourth Edition. New
Jersey: Prentice Hall, Inc.
Dunjo, J.; Fthenakis, V.; Vilchez, J.A.; Arnaldos, J. 2009. “Hazard and operability
(HAZOP) analysis. A literature review”. Hazardous Materials. Vol. 173 (1),
pp. 19 – 32.
Kotek, L.; Tabas, M. 2012. “HAZOP study with qualitative risk analysis for
prioritization of corrective and preventive actions”. Procedia Engineering. Vol.
42 (4), pp. 808-815.
Pujiono, B.N.; Tama, I.P.; Efranto, R.Y. 2013. “Analisis potensi bahaya serta
rekomendasi perbaikan dengan metode Hazard and Operability Study (HAZOP)
melalui perangkingan OHS risk assessment and control”. Jurnal Rekayasa dan
Manajemen Sistem Industri. Vol. 1 (2), pp. 253-264.

9
10

Anda mungkin juga menyukai