METODE E-LEARNING
BAHAN AJAR
Oleh:
WISNU NUGRAHINI
ICHSAN NAFARIN
i
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (E-Learning)
DAFTAR ISI
1
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
KEGIATAN BELAJAR 1
KONSEP NILAI-NILAI
INDIKATOR
1. PENGERTIAN NILAI-NILAI
Nilai adalah prinsip umum tingkah laku yang merupakan komitmen yang
positif dan standar untuk melakukan tindakan. Nilai dalam bahasa inggris disebut
value, dalam bahasa latin disebut valere, dan secara bahasa dapat diartikan
sebagai harga. Sesuatu dikatakan mempunyai nilai apabila mempunyai kegunaan,
kebenaran, kebaikan dan keindahan, contohnya emas dianggap bernilai karena
bermanfaat, berguna serta berharga. Sedangkan limbah dianggap tidak bernilai
karena sifatnya buruk, jelek dan merugikan. Maka nilai adalah konsep umum
tentang sesuatu yang dianggap baik dimana keberadaannya diharapkan,
diinginkan, dihayati dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari hari dan menjadi
tujuan kehidupan bersama di dalam organisasi atau kelompok masyarakat
tersebut, mulai dari lingkup terkecil hingga yang terbesar, mulai dari lingkup suku,
bangsa hingga masyarakat internasional. Sumber-sumber nilai adalah agama,
budaya, pendidikan, keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitar.
Para pakar memiliki pendapat yang berbeda beda dalam menerangkan
definisi nilai. Menurut Spranger, nilai adalah suatu tatanan yang dijadikan
panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih alternatif keputusan dalam
situasi sosial tertentu. Definisi yang hampir sama dengan definisi nilai dari
Spranger diantaranya adalah definisi menurut Horrocks, yang mendefinisikan
nilai sebagai sesuatu yang memungkinkan individu atau kelompok sosial membuat
keputusan mengenai apa yang ingin dicapai atau sebagai sesuatu yang
dibutuhkan. Sementara itu nilai menurut Antony Giddens (1995),
2
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
adalah suatu gagasan yang dimiliki seseorang maupun kelompok mengenai apa
yang layak, apa yang dikehendaki, serta apa yang baik dan buruk. Definisi yang
hampir sama dengan Horton & Hunt (1987) Nilai adalah suatu gagasan mengenai
apakah suatu tindakan itu penting ataukah tidak penting. Definisi yang lain
disampaikan oleh Richard T. Schaefer dan Robert P. Lmm (1998) yang
menyatakan nilai adalah suatu gagasan bersama-sama (kolektif) mengenai apa
yang dianggap penting, baik, layak dan diinginkan. Sekaligus mengenai yang
dianggap tidak penting, tidak baik, tidak layak dan tidak diinginkan dalam hal
kebudayaan. Nilai merujuk kepada suatu hal yang dianggap penting pada
kehidupan manusia, baik itu sebagai individu ataupun sebagai anggota
masyarakat. Pendapat-pendapat yang sudah dirangkum diantaranya
sebagaimana tertera pada tabel berikut
Luar Negeri
3
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
yang memiliki nilai tersebut. Nilai ini menjadi
ceriminan serta menjadi pedoman tata tertip
kehidupan masyarakat.
5 Karel J. Veeger Nilai adalah suatu kiteria yang dberikan kepada
individu ke individu lain berdasarkan dengan
perbuatan yang dilakukan. Pengertian ini
secara langsung juga dapat diberikan
pemahaman bahwa dipertimbangkan
berdasarkan moral.
6 Kimball Young Pengertian nilai adalah asumsi abstrak dan
sering kali tidak disadari apa sebenarnya yang
penting dalam masyarakat.
7 AW Green Nilai adalah kesadaran berlangsung dengan
disertai emosi terhadap suatu objek.
Nursal Luth dan
Dainel
Fernandez
Nilai adalah perasaan-perasaan tentang apa
yang diinginkan atau tidak diinginkan yang
memengaruhi perilaku sosial dari orang yang
memiliki nilai itu.Nilai bukanlah soal benar atau
salah,tetapi soal dikehendaki atau
tidak,disenangi atau tidak.Nilai merupakan
kumpulan sikap dan perasaan-perasaan yang
selalu diperlihatkan melalui perilaku oleh
manusia.
Sidi Gazalba Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia
ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta,
tidak hanya persoalan benar dan salah yang
menuntut pembuktian empirik, melainkan
penghayatan yang dikehendaki dan tidak
dikehendaki.
4
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
Wikipedia Nilai adalah alat yang menunjukkan alasan
dasar bahwa “cara pelaksanaan atau keadaan
akhir tertentu lebih disukai secara sosial
dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan
akhir yang berlawanan. Nilai memuat elemen
pertimbangan yang membawa ide-ide seorang
individu mengenai hal-hal yang benar, baik,
atau diinginkan
Wood Nilai adalah petunjuk umum yang telah
berlangsung lama, petunjuk ini bahkan
dianggap mampu mengarahkan tingkah laku
dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karenannya nilai dalam ketegori ini terbagi
menjadi dua, yakni nilai baik dan buruk.
Dalam Negeri
No. Nama Pakar Pendapat
1. Mulyana Nilai adalah suatu keyakinan dan rujukan untuk
menentukan sebuah pilihan.
2. Danandjaja Nilai adalah sebuah pengertian yang dimiliki
seseorang akan sesuatu yang lebih penting
maupun kuran penting, apa yang lebih baik dan
kuran baik, dan juga apa yang lebih benar dan
apa yang salah.
5
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
sesuai taksiran, angka kepandaian, suatu
kualitas, dan juga sifat-sifat penting.
3 Simanjuntak Nilai adalah ide-ide yang berkembang pada
masyarakat mengenai sesuatu yang baik.
Hendropusptio Nilai adalah segala sesuatu yang masyarakat
dapat hargai karena nilai mempunyai daya
guna yang fungsional dan berpengaruh dalam
perkembangan kehidupan manusia.
Bambang Nilai adalah suatu kualitas atau pengahargaan
Daroeso
terhadap sesuatu, yang menjadi dasar penentu
tingkah laku seseorang.
Koentjaraningrat Nilai adalah suatu bentuk budaya yang memiliki
fungsi sebagai sebuah pedoman bagi setiap
manusia dalam masyarakat. Bentuk budaya ini
dikehandaki dan bisa juga dibenci tergantung
daripada anggapan baik dan buruk dalam
masyarakat.
Chabib Thoha Nilai merupakan sifat yang melekat pada
sesuatu (sistem kepercayaan) yang telah
berhubungan dengan subjek yang memberi arti
(manusia yang meyakini). Jadi nilai adalah
sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi
manusia sebagai acuan tingkah laku
Laboratorium Pengertian nilai adalah sesuatu yang berharga,
Pancasila IKIP
berguna, indah, yang memperkaya batin, dan
Malang
menyadarkan manusia akan harkat dan
martabatnya. Nilai bersumber pada budi yang
berfungsi mendorong,mengarahkan sikap, dan
perilaku manusia.
Notonagoro Nilai terdiri dari tiga nilai pokok, yaitu nilai vital,
materil, dan rohani.Nilai vital artinya nilai yang
meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan
6
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
dengan segala sesuatu yang berguna bagi
manusia dalam melaksanak berbagai aktivitas.
Nilai materiil artinya nilai yang meliputi berbagai
konsepsi mengenai segala sesuatu yang
berguna bagi jasmani manusia. Nilai rohani
artinya nilai yang meliputi berbagai konsepsi
yang berkaitan dengan segala sesuatu yang
berhubungan dengan kebutuhan rohani
manusia.
Dictionary dalam Pengertian nilai adalah harga atau kualitas
Winataputra
sesuatu.
(1989)
2. CIRI-CIRI NILAI
7
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
ucapan-ucapan, tulisan dan tingkah laku seseorang atau kelompok
masyarakat. Dia merupakan pengarah atau pedoman yang lebih konkrit
karena nilai bersifat abstrak sehingga diperlukan definisi atau contoh
operasional atau tuntunan implementasinya.
8
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
namun nilai kebahagiaan juga dianggap lebih penting yang membuat
orang mengutamakan hubungan baik dengan sesame.
3. IMPLEMENTASI NILAI
9
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
tidak patut pula diperlakukan terhadap orang lain. Senantiasa memberi
dengan kecintaan tanpa pamrih dan membalas kebaikan pihak lain dengan
yang lebih baik hanya karena kecintaan. Setiap individu mempunyai
kewajiban saling tolong menolong dalam melaksanakan kebaikan dan
dilarang tolong menolong dalam berbuat kejelekan dan dosa. Dalam hal ini
Tuhan memerintahkan seluruh manusia saling memberik semangat terhadap
pekaksanaan apa yang Tuhan perintahkan kepada setiap individu.
Selanjutnya adalah Kekeluargaan, rasa kekeluargaan dalam rumah/keluarga
memang lebih terasa atau mudah dirasakan, akan tetapi ketika sudah berada
di luar lingkup keluarga sepertinya rasa tersebut sulit untuk didapatkan.
Memang rasa kekeluargaan tidak mudah untuk dirasakan, orang sering
bertanya pada diri mereka masing-masing apakah telah tumbuh rasa
kekeluargaan kepada individu di luar rumahnya, individupun tidak dapat
menjelaskan tentang bagaimana bentuk kekeluargaan yang dinginkan
olehnya. Meski demikian, intinya keleluargaan sangat dibutuhkan bagi setiap
individu. Dengan terjalinnya hubungan kekeluargaan orang akan merasakan
kedamaian dan kebahagiaan, karena bagaimanapun juga dalam keluarga ada
kasih saying yang lebih dari pada kepada bukan keluarga. Jika
diimplementasikan dalam organisasi maka semua anggota organisasi
dianggap sebagai keluarga sehingga akan ada di antara anggota orgnainsasi
saling mengasihi, menyayangi,memiliki, saling menghormati, membantu
bekerja sama dalam kebaikan dan dalam menuju tujuan organisasi.
Berikutnya adalah Kesetiaan, kesetian adalah sikap loyal atau setia, taat,
tunduk dan patuh pada pasangan, pada pimpinan atau pada ketentuan
organisasi. Perwujudan dari nilai kesetiaan adalah dia berucap, bersikap,
berbuat atau bertindak sesuai ketentuan organisasi dan hanya untuk
organisasi. Terakhir sebagai contoh konkret nilai kasih saying adalah
kepedulian, peduli kepada orang lain, kepada organisasi.
10
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
sopan santun, memiliki cita rasa, mampu menghargai diri sendiri dan orang
lain, bersikap hormat terhadap keluhuran martabat manusia, memiliki cita rasa
moral dan rohani. Demikian juga untuk kedisiplinan, oeang tua harus sejak
dini memberikan pembelajaran dan contoh kedisiplinan kepada anak,
termasuk tentang moralitas yang dapat diterima oleh masyarakat. Tujuan
utamanya adalah memberitahu dan menanamkan pengertian dalam diri anak
tentang perilaku yang baik yang harus dibiasakan dan perilaku buruk yang
harus dihindari sesusai dengan standar disiplin itu sendiri. Dalam disiplin, ada
tiga unsur yang penting, yaitu hukum atau peraturan yang berfungsi sebagai
pedoman penilaian, sanksi atau hukuman bagi pelanggaran peraturan itu, dan
hadiah untuk perilaku yang baik. Sementara itu empati adalah kemampuan
individu dalam menyelami perasaan orang lain tanpa harus tenggelam di
dalamnya. Empati adalah kemampuan individu dalam merasakan perasaan
orang lain tanta harus larut. Empati adalah kemampuan dalam merespon
keinginan orang lain yang tidak verbalistik. Kemampuan ini dipandang sebagai
kunci menaikkan intensitas dan kedalaman hubungan dengan orang lain.
11
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
menhirup udara kebebasan dan bersifat egalitarian, sebuah masyarakat di
mana individu begitu dihargai dan diakui oleh suatu masyarakat dengan tidak
memandang pada perbedaan keturunan, kekayaan, atau bahkan kekuasaan
tertinggi (Ahsin, 2006:106). Salah satu ciri akan pentingya demokrasi sejati
adalah adanya jaminan terhadap hak memilih dan kebebasan menetukan
pilihan.
4. Nilai k e r o h a n i a n
Nilai kerohanian adalah nilai yang meliputi berbagai konsepsi yang
berkaitandengan segala sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan
rohani manusia. Nilai kerohanian dibedakan menjadi empat macam yaitu : 1.
Nilai kebenaran(kenyataan)yaitu nilai yang bersumber dari unsur akal
manusia (ratio, budi, cipta), 2. Nilai keindahan yaitu nilai yang bersumber dari
unsur rasa manusia perasaan, estetis, 3. Nilai moral yaitu nilai yang
bersumber dari (kebaikan), yang bersumber dari unsur kehendak atau
kemauan/karsa, etika 4. Nilai kerohanian yaitu nilai yang merupakan nilai
ketuhanan, kerohanian yang tinggidan mutlak.
Contoh nilai-nilai yang banyak atau sering diimplementasikan dalam
suatu organisasi diantaranya adalah :
1) Nilai Kejujuran adalah perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya
dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan, baik diri sendiri maupun
kepada pihak lain.
2) Nilai Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang
seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, Negara, Tuhan YME,
lingkungan dan masyarakat.
3) Nilai Kedisiplinan adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib
dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
4) Nilai Kesetiaan adalah sikap loyal atau setia, taat, tunduk dan patuh
pada pasangan, pada pimpinan atau pada ketentuan organisasi.
Perwujudan dari nilai kesetiaan adalah dia berucap, bersikap,
12
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
berbuat atau bertindak sesuai ketentuan organisasi dan hanya
untuk organisasi.
Sumber-sumber nilai
AGAMA
BUDAYA
PENDIDIKAN
KELUARGA
MASYARAKAT
LINGKUNGAN SEKITAR
13
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
KEGIATAN BELAJAR 2
NILAI-NILAI KEMENTERIAN KEUANGAN
INDIKATOR
1. PENGERTIAN MORAL
Moral berasal dari bahasa Latin "mos" (jamak: mores) yang berarti Tata
cara, kebiasaan, adat. Kata "mos" (mores) dalam bahasa Latin sama artinya
dengan etos dalam bahasa Yunani. Di dalam bahasa Indonesia, kata moral
diterjemahkan dengan arti susila. Adapun pengertian moral yang paling umum
adalah tindakan manusia yang sesuai dengan ide-ide yang diterima umum, yaitu
berkaitan dengan makna yang baik dan wajar. Dengan kata lain, pengertian
moral adalah suatu kebaikan yang disesuaikan dengan ukuran-ukuran tindakan
yang diterima oleh umum, meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu. Kata
moral selalu mengacu pada baik dan buruknya perbuatan manusia sebagai
manusia. Perilaku moral berarti perilaku yg sesuai dengan kode moral kelompok
social. Perilaku moral dikendalikan konsep konsep moral Seperti apa pengertian
moral menurut mereka?
Perkembangan moral menurut teori psikoanalisa adalah proses
internalisasi norma-norma masyarakat dan kematangan organic-biologik.
Seseorang telah mengembangkan aspek moral bila telah menginternalisasikan
aturan2 or kaidah2 kehidupan di dalam masyarakat, dan dapat
mengaktualisasikan dalam perilaku yang terus menerus, atau dengan kata lain
telah menetap. Menurut teori psikoanalisa perkembangan moral dipandang
sebagai proses internalisasi norma-norma masyarakat dan sebagai kematangan
dari sudut organic-biologik. Sedangkan menurut teori psikologi belajar
perkembangan moral dipandang sebagai hasil rangkaian stimulus respons yang
dipelajari oleh anak, antara lain berupa hukuman (punishment) dan
14
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
pujian (reward) yang sering dialami oleh anak. Menurut konsep kedua teori
tersebut, (psikoanalisa dan psikologi belajar), proses perkembangan moral adalah
bahwa seseorang telah mengalami perkembangan moral apabila ia
memperlihatkan adanya perilaku yang sesuai dengan aturan-aturan yang ada di
dalam masyarakatnya. Dengan kata lain perkembangan moral berkorelasi dengan
kemampuan penyesuaian diri individu. Menurut Piaget dan Kohlberg
perkembangan moral berkorelasi dengan perkembangan kecerdasan individu,
sehingga seharusnya bila perkembangan kecerdasan telah mencapai
kematangan, maka perkembangan moral juga harus mencapai tingkat
kematangan.
2. SUMBER-SUMBER MORAL
Tidak ada kehidupan manusia tanpa tata nilai, norma dan moral karena
manusia dalam bertingkah laku dimasyarakat senantiasa berjalan diatas landasan
tata nilai, norma dan moral tertentu menurut pilihan bersama (masyarakat, suku
bangsa dan negara) dimana masyarakat bersangkutan berada. Martabat manusia
secara pribadi maupun sosial akan tetap terjunjung karena tata nilai, moral dan
norma tersebut yang disadarnya dan dilaksanakannya. Nilai sebagai keyakinan
hidup pribadi, norma sebagai pengendalian diri dan budi nurani adalah sebagai
subjek pengendalian secara terus menerus secara kodrati akan berlangsung
memberikan sanksi misalnya apabila kita melaksanakan nilai dan norma yang kita
yakini sebagaimana mestinya maka hati nurani akan merasa bahagia dan tentram,
sebaiknya apabila kita melanggar nilai-nilai norma yang kita yakini maka hati
nurani kita akan merasa resah, gelisah, menyesal, tertekan dan merasa berdosa.
Hati yang bahagia, tentram adalah mencerminkan pribadi yang sehat rohaninya,
sebaliknya hati yang resah, gelisah, menyesal mencerminkan konflik psikis
(kejiwaan) atau gangguan kesehatan mental. Konflik kejiwaan ini terjadi karena
adanya perbedaan antara kesadaran normatif (kesadaran akan keharusan)
dengan kenyataan tindakan (yang dilakukan) adapun perbedaan ini disebabkan
adanya dorongan aspek kejiwaan manusia antara hasrat luhur untuk selalu
menjunjung martabat kemanusiaannya (fitrah/potensi baik nurani manusia)
dengan keinginan (hasrat-hasrat) yang bersifat lahiriah, biologis dan egoistis
(fitrah/potensi nafsu nurani manusia).
15
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
Proses kejiwaan (mental) tersebut senantiasa berlangsung dalam segala
aktivitas manusia. Integritas seseorang, komitmen tingkah lakunya pada prinsip
menjunjung harkat martabatnya terhadap kesetiaan kepada Tuhan , ketaatan pada
nilai dan norma yang baik, luhur dan tinggi yang menunjukkan watak kepribadiaan
(citra pribadinya) itulah yang disebut moral (manusia yang bermoral). Interaksi
antar manusia dengan sesamanya dan lingkungannya dalam wujud kebersamaan
dengan segala identitas antar pribadi mereka tersebut “diikat” dalam tata nilai yang
menjadi sumber moralnya.
Ada 3 tata nilai utama yang dijadikan sumber moral dalam kehidupan
manusia yaitu :
a) Nilai Agama
Nilai agama dalam arti khusus adalah nilai yang bersumber dari Tuhan Yang
Maha Esa, diturunkan sebagai wahyu melalui para nabi / rasul.Hal ini
berdasarkan pengertian bahwa hakikat agama bukanlah kebudayaan, sebab
agama bukanlah ciptaan manusia, melainkan wahyu Tuhan.Karena itu sifat
nilai agama adalah mutlak, dalam artian kebenaran agama bersifat imani dan
mutlak.Hal ini berbeda dengan sifat nilai ilmu pengetahuan yang rasional dan
nisbi.
Berdasarkan pokok pikiran diatas, maka ketaqwaaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa merupakan perwujudan nilai agama dan menjadi sumber
pengamalan nilai-nilai agama yang lain. Seseorang yang bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa selalu berupaya melakukan semua perintah-Nya dan
menjauhi atau meninggalkan larangan-Nya. Seseorang yang bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka perilakunya tercermin pada
penampilan semua aspek nilai. Dalam hubungan ini dapat dikemukakan
bahwa butir-butir (nilai-nilai) didalam Pancasila yang berjumlah 36 itu pada
dasarnya sesuai dengan nilai-nilai agama., Sebagai contoh misalnya :
1) Sikap tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang
lain (butir 4 sila I). Hal ini sesuai dengan firman Tuhan yang menyatakan
bahwa “ Tidak ada paksaan untuk memeluk / memasuki agama (Islam),
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang sesat”.
2) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, tenggang rasa,
dan tidak semena mena terhadap orang lain (butir 2, 3, 4, sila II). Hal ini
16
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
sesuai dengan perintah Tuhan untuk jangan sekali-kali membenci kepada
sesama (sesuatu kaum) sehingga mendorong untuk berlaku tidak adil (tidak
semena-mena). Berlakulah adil, karena adil itu lebih dekat kepada Taqwa.
3) Mengembangkan rasa cinta tanah air dan Bangsa (butir 3 sila III). Tuhan
pun mengajarkan bahwa sesungguhnya Tuhan menciptakan manusia laki-
laki dan perempuan dan menjadikannnya berbangsa-bangsa supaya saling
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Tuhan ialah orang
yang paling bertaqwa. Disamping itu cinta Tanah air adalah sebagian dari
iman Demikian-lah sekedar beberapa contoh
Kesimpulan:
Nilai agama adalah nilai yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa,
sebagai wahyu Tuhan.Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan
perwujudan nilai agama dan menjadi sumber dari pengamalan nilai-nilai-
agama lain.
b) Nilai Filsafat
Perenungan dan pemikiran manusia untuk menjawab rahasia dan hakikat
sesuatu, melahirkan nilai filsafat. Nilai filsafat ini di yakini kebenarannya,
karena belum atau tidak adanya jawaban dan kesimpulan lain. Manusia
makin sadar akan kedudukan dirinya didalam masyarakat, Negara, budaya,
alam, dan di hadapan Tuhan. Manusia memiliki wawasan dari dalam
kesemestaannya. Manusia sadar akan kedudukan, hak dan kewajibannya
dalam rangka kebersamaan dengan sesama (masyarakat, Negara, dunia),
dengan alam dan sumber daya alam; dan dengan kehidupan dibalik dunia
ini dihadapan Tuhan Yang Maha Pencipta dan Maha Kuasa, Tuhan Yang
Maha Esa.
Tumbuhnya nilai filsafat adalah perwujudan kebutuhan rohani manusia yang
selalu mendesak terjawabnya rahasia dan hakikat sesuatu. Jawaban ini
demi ketenangan batin yang berpengaruh bagi kelesatarian hidupnya. Nilai-
nilai filsafat berkembang sepanjang sejarah budaya manusia; karena
perenungan ini berasal dari potensi daya cipta dan daya pikir manusia.
Nilai Filsafat sebagai perwujudan akal-budi mencakup segala sesuatu dalam
alam dan fikiran manusia.Filsafat merupakan perwujudan martabat luhur
17
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
manusia. Manusia dapat menghayati antar hubungan dengan dirinya, alam
dan budaya.; bahkan dengan bermacam bentuk dan jenis nilai dalam
kenyataan dan kesadarannya. Hubungan nilai demikian dibedakan oleh
filsafat sebagai :
1) Hubungan mendasar: tata hubungan dimana kenyataan yang satu
menjadi dasar untuk kenyataan yang lain, misalnya :ruangan
berdasarkan bilangan, ada ukurannyagerak berdasarkan ruangan (dari
sini, ke sana), psikis berdasarkan biotis
2) Hubungan transendensi: tata hubungan dimana pihak yang lebih tinggi
melebihi pihak yang lebih rendah, misalnya : agama melebihi perbuatan
baik, ethis melebihi perbuatan social, hukum melebihi perbuatan disiplin
dan sebagainya
Manusia dalam wawasan filsafat adalah subjek dalam kerangka
antarhubungan dengan sesama dan dengan alam; dengan budaya dan
sebagai tatanan kemasyarakatan, dan dengan Tuhan serta alam sesudah
dunia ini (alam metafisika).
Filsafat sebagai wujud hikmat kebijaksanaan manusia, kemudian dilengkapi
dan di tingkatkan ketinggiannya dengan nilai agama. Kesimpulan : Filsafat
adalah upaya manusia menjangkau hakikat semesta dan Tuhannya; upaya
sendiri manusia mengerti hidup dan menjalani kehidupan.
Agama merupakan berkat- rahmat Tuhan dalam pengayoman-Nya kepada
umat manusia dan semesta sebagai perwujudan kasih Tuhan atas ciptaan-
Nya.Agama seakan uluran tangan Tuhan dalam membimbing jalan hidup
manusia.
c) Nilai Budaya
Nilai dalam dimensi sosial budaya bertolak dari ‘pengandaian” bahwa
manusia adalah individu yang secara hakiki memiliki sifat sosial, maka
sebagai individu manusia adalah makhluk yang bermasyarakat. Manusia
dengan individualitanya menurut Franz Magnis Suseno (2000:15) adalah
makhluk bebas yang harus menentukan sendiri apa yang dilakukannya dan
apa yang tidak dilakukannya, mau tidak mau ia harus mengambil sikap
terhadap alam dan masyarakat di sekelilingnya, ia dapat menyesuaikan diri
18
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
dengan harapanharapan orang lain, tetapi juga dapat bertindak melawan
mereka. Manusia hanya memiliki eksistensi karena ada orang lain dan hanya
dapat hidup dan berkembang karena ada orang lain. Dengan demikian maka
nilai dari setiap individu ada karena adanya orang lain yang menilai kita.
Dalam kehidupan sehari-hari terkadang kita menjadi bisa dengan nilai-nilai
yang tidak jelas asal mulanya, apakah nilai-nilai yang kita gunakan hasil dari
budaya kita atau merupakan hasil yang diadopsi dari budaya luar, setiap nilai
atau norma yang dihasilkan dari komunitas tertentu belum tentu sesuai pada
komunitas lain, ada perbuatan yang dianggap baik oleh suatu masyarakat,
tapi dinilai buruk oleh masyarakat lainnya. Kondisi inilah yang memperkuat
aliran relativisme, dan orangorang menyebutnya Relativisme dalam
kebudayaan.
Menurut Muh said (1980:99) norma-norma yang mutlak tidak ada, semua
norma bersifat nisbi, relatif dalam waktu dan tempat. Dengan adanya
interaksi antara manusia yang satu dengan lainnya, dengan beragam
keinginan, adat istiadat, kebisaaan, maka lahirlah nilai-nilai insaniah yang
beragam pula. Sehingga pada akhirnya nilai yang bersumber pada budaya
ini sangat bersifat subjektif dan hanya berlaku pada komunitas tertentu.
Erich Fromm (1999:86) mengatakan bahwa relativisme murni mengklaim
bahwa semua nilai adalah masalah selera pribadi dan tidak ada yang
melebihi selera itu. Dasar Filsafat Sartre tidak berbeda darai relativisme ini
karena manusia bebas memilih proyek apapun, sejauh nilai itu adalah
otentik. Erich lebih jauh mendeskripsikan bahwa disamping relativisme ada
konsep lain, yang diyakini oleh manusia yakni konsep nilai-nilai pengabdian
secara sosial. Para penganut konsep ini memulai dengan suatu pernyataan
bahwa kelangsungan hidup suatu masyarakat dengan bermacam
kontradiksinya menjadi tujuan utamanya dan dengan demikian norma-norma
sosial yang kondusif bagi kelangsungan hidup masyarakat merupakan nilai-
nilai yang tertinggi dan mengikat individu.
Kehidupan manusia berbeda dengan kehidupan makhluk Tuhan lainnya,
karena kehidupan manusia tumbuh dan berkembang dari kebudayaan.
Kebudayaan hanyalah dikenal dalam kehidupan manusia.
19
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
Menurut wujudnya kebudayaan terdiri atas: 1) Sistem nilai, yaitu yang berupa
gagasan, cita-cita, pandangan hidup, dan nilai kehidupan. 2) Sistem
masyarakat, yaitu sekumpulan aturan-aturan, adat istiadat, norma hukum,
kaidah, yang mengatur kehidupan manusia. 3) Hasil karya, yaitu hasil karya
yang berupa benda sebagai buatan manusia, yaitu memenuhi kebutuhannya
baik kebutuhan yang bersifat jasmaniah maupun yang bersifat rohaniah.
Menurut isinya kebudayaan itu meliputi 1) Bahasa 2) Religi 3) Sistem
kekerabatan 4) Sistem ekonomi 5) Sistem teknologi 6) Kesenian 7) Ilmu
pengetahuan. Ketujuh isi kebudayaan itu bersifat universal, artinya terdapat
dalam masyarkat manapun dan dikenal dalam kebudayaan bangsa
manapun.Oleh sebab itu tujuh unsur kebudayaan umum dikenal dengan
istilah “universal traits of culture”.Setiap unsur budaya didalamnya terdapat
sistem nilai, sistem sosial dan karya budaya.
Nilai budaya adalah nilai yang abstrak yang berupa paduan dari budaya
sebagai sistem nilai, sistem sosial, dan karya manusia. Hubungan ketiganya
adalah hubungan sibernetik, sehingga wujud kebudayaan itu menjadi
keseluruhan dari ketiganya.Nilai budaya tampak dalam wujud tujuh unsur
budaya yang universal itu. Dalam kehidupan manusia, nilai-nilai budaya
tersebut selain menjadi sumber tata kelakuaan atau tata-kehidupannya, juga
berperan sebagai pedoman, pandangan, kebenaran atas nilai-nilai yang
dikembangkan dalam kehidupan manusia.
Kehidupan manusia dapat dibedakan menurut tujuannya, yaitu melakukan
sesuatu atas dasar bahwa manusia itu sekedar menjalankan suratan takdir.
Manusia tidak dapat menolaknya kecuali berusaha mengubahnya menurut
kodrat. Sebaliknya manusia sadar akan keberadaannya ditengah alam
ciptaan Tuhan, berusaha untuk menguasainya dan membudayakannya.
Tujuan hidup manusia adalah mengabdi dan berbakti. Manusia melalui
pengalamannya berusaha untuk mandiri dan kreatif sebagai wujud
kesadaran atas kemampuan akal dan budinya untuk membudayakan
lingkungan hidupnya.
Nilai budaya selalu berkembang, dan bersifat nisbi. Kebenaran nilai budaya
dipengaruhi oleh penyikapan manusia dan tantangan yang di hadapinya,
Sebab itu nilai budaya selalu berada dalam bingkai hubungan waktu dan
20
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
tempat. Nilai budaya lahir dan berkembang dalam konteks masyarakat
pendukungnya. Sebab itu keberadaan nilai budaya itu berkembang bukan
menurut hukum alam, tetapi menurut apa adanya pelesatarian dari
pendukunganya.
Kehidupan sebagai wujud keseluruhan kegiatan sosial budaya berarti bahwa
ada hubungan antara masyarakat dan nilai-nilai budaya. Hubungan itu
bersifat saling bergantung sesamanya (kovariable). Hubungan itu berarti
faktor sosial budaya mengalami perubahan, masyarakat pun ikut berubah.
Nilai-nilai sosial budaya tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, oleh
karena itu kelangsungan sosial budaya ditentukan pula oleh keadaan yang
hidup dalam masyarakat. Kehidupan masyarakat adalah merupakan
antarahubungan orang–orang yang terikat tata-nilai yang tercipta dalam
kebudayaan masyarakat. Nilai-nilai yang dianutoleh masyarakat dipelihara,
dikembangkan sebagai milik budaya masyarakat. Oleh sebab itu terdapat
kecenderungan bahwa nilai-nilai sosial budaya dipertahankan adanya demi
kelangsungan hidup masyarakat itu sendiri. Kehidupan meliputi aspek yang
luas, berupa nilai nilai kemasyarakatan dan budaya. Nilai-nilai antara lain
nilai keTuhanan, yang mengatur hubungan anatar manusia, dan pribadi
dengan masyarakat. Kedua nilai itu hidup dan berakar dalam jaringan sosial
budaya sepanjang sejarah. Keanekaragaman suku bangsa, adat-istiadat,
kesenian, agama, sistem kehidupan setempat, adalah unsur-unsur sosial
budaya yang hidup dan berkembang dalam proses sejarah pertumbuhan
serta pembentukan bangsa Indonesia. Kemajemukan ini bukan hanya
nampak sebagai kondisi objektif, melainkan sebuah konfigurasi kebudayaan
yang diidealkan dalam sesanti Bhineka Tunggal Ika.Dalam rangka
pembentukan bangsa, unsur–unsur sosial budaya yang bersifat integratif
harus dikembangkan. Pengalaman sejarah bangsa telah membentuk watak
bangsa untuk menjunjung tinggi nilai kemanusiaan yang dikembangkan atas
dasar persamaan drajat dan rasa keadilan. Penindasan, penjajahan pada
hakikatnya bertentangan dengan rasa kemanusiaan. Nilai kemanusiaan
yang bersumber dari dari kesadaran bahwa manusia sebagai makhluk
Tuhan, tidak dapat membenarkan penindasan dalam bentuk apapun.
21
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
Pengakuan atas dasar kemerdekaan bagi semua bangsa, berakar dari
kesadaran akan adanya asas persamaan serta sikap menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan. Nilai-nilai sosial budaya yang hidup dalam masyarakat
bangsa seperti: nilai persatuan, persamaan, kebebasan, gotong royong, rela
berkorban, cinta bangsa dan tanah air adalah terbentuk dalam proses
sejarah. Proses sejarah nasib yang sama membentuk kesadaran
kebangsaan (nasionalisme), kesatuan dan persatuan. Nilai-nilai ini adalah
hakikat kekeluargaan dan keberamaan. Kekeluargaan dan kebersamaan
inipula yang membentuk kebudayaan; yakni demi kehidupan dan
kesejahtraan bersama.Bukankah budaya ini sarana dan kelengkapan hidup
lahir dan bathin manusia?
Karena itu, nilai kehidupan dihubungkan dengan perkembangan iptek yang
amat pesat, benar-benar telah mengubah tatanan hidup yang serba mudah
dan nyaman. Namun dibalik perubahan tatanan hidup yang serba mudah
dan nyaman. Namun dibalik perubahan tatanan kehidupan yang bersifat
materil itu sering melahirkan konflik nilai yang berkepanjangan. Konflik nilai
terjadi terjadi dalam beragam jenis dan kompleksitasnya. Konflik nilai terjadi
sebagai akibat adanya perubahan perilaku manusia yang terkadang bertolak
belakang dengan nilai-nilai kehidupan yang semestinya menjadi rujukan
kebajikan manusia. Tidak sedikit manusia menapaki kehidupannya dengan
berusaha mengejar kesenangan materi dan kepuasan lahiriah. Dalam
kondisi itu maka nilai bergerak mengikuti riak perubahan. Terkadang
peruabahan kehidupan dan pergeseran nilai itu terjadi jauh melampaui
dugaan normal manusia, sehingga akhirnya, menyeret manusia pada
situasi, yang dalam istilah David peat yang diungkapkan oleh Rohmat
Mulyana (2004) dalam bukunya Mengartikulasikan pendidikan nilai (2004)
sebagai Chaos and complexity. Dalam situasi seperti itu manusia
dihadapkan pada persoalan rumit yang menuntut dirinya untuk segera
menentukan identitas dirinya dan menetapkan posisinya sebagai manusia
yang berbudaya dan berkesadaran agama.
22
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
3. PERKEMBANGAN MORAL
Menurut Piaget dan Kohlberg perkembangan moral berkorelasi dengan
perkembangan kecerdasan individu, sehingga seharusnya bila perkembangan
kecerdasan telah mencapai kematangan, maka perkembangan moral juga harus
mencapai tingkat kematangan. Perkembangan moral berlangsung dalam 2 (dua)
tahap, yaitu:
1. Tahap Realisme Moral : Moralitas oleh pembatasan (<12thn)
- Usia 0 – 5 tahun: pada tahap ini perilaku anak ditentukan oleh
ketaatan otomatis terhadap peraturan tanpa penalaran / penilaian.
Anak menilai tindakan berdasar konsekuensinya.
- Usia 7/8 – 12 tahun: pada tahap ini anak menilai perilaku atas dasar
tujuan. Konsep tentang benar/salah mulai dimodifikasi (lebih luwes /
fleksibel). Konsep tentang keadilan mulai berubah.
2. Tahap Operasional Formal : Moralitas dengan analisis (> 12th)
Anak mampu mempertimbangkan segala cara untuk memecahkan
masalah dan Anak bernalar atas dasar hipotesis dan dalil, melihat
masalah dari berbagai sudut pandang.
Perkembangan moral berdasar teori Piaget, dengan pendekatan
organismik (melalui tahap-tahap perkembangan yang memiliki urutan
pasti dan berlaku secara universal). Selain itu Kohlberg juga menyelidiki
struktur proses berpikir yang mendasari perilaku moral (moral behavior).
Tahap-tahap perkembangan moral terdiri dari 3 tingkat, yang masing-
masing tingkat terdapat 2 tahap, yaitu:
I. Tingkat Pra Konvensional (Moralitas Pra-Konvensional) yaitu
perilaku anak tunduk pada kendali eksternal
- Tahap 1: Orientasi pada kepatuhan dan hukuman : anak
melakukan sesuatu agar memperoleh hadiah (reward) dan tidak
mendapat hukuman (punishment)
- Tahap 2: Relativistik Hedonism : anak tidak lagi secara mutlak
tergantung aturan yang ada. Mereka mulai menyadari bahwa
setiap kejadian bersifat relative, dan anak lebih berorientasi pada
prinsip kesenangan. Menurut Mussen, dkk. Orientasi moral anak
masih bersifat individualistis, egosentris dan konkrit.
23
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
II. Tingkat Konvensional (Moralitas Konvensional) yaitu fokusnya
terletak pada kebutuhan social (konformitas).
- Tahap 3: Orientasi mengenai anak yang baik, anak
memperlihatkan perbuatan yang dapat dinilai oleh orang lain.
- Tahap 4: Mempertahankan norma2 sosial dan otoritas,
menyadari kewajiban untuk melaksanakan normanorma yang
ada dan mempertahankan pentingnya keberadaan norma,
artinya untuk dapat hidup secara harmonis, kelompok sosial
harus menerima peraturan yang telah disepakati bersama dan
melaksanakannya.
III. Tingkat Post-Konvensional (Moralitas Post-konvensional) yaitu
individu mendasarkan penilaian moral pada prinsip yang benar
secara inheren.
- Tahap 5: Orientasi pada perjanjian antara individu dengan
lingkungan sosialnya. Pada tahap ini ada hubungan timbal balik
antara individu dengan lingk sosialnya, artinya bila seseorang
melaksanakan kewajiban yang sesuai dengan tuntutan norma
social, maka ia berharap akan mendapatkan perlindungan dari
masyarakat.
- Tahap 6: Prinsip Universal pada tahap ini ada norma etik dan
norma pribadi yang bersifat subjektif. Artinya: dalam hubungan
antara seseorang dengan masyarakat ada unsur2 subjektif yang
menilai apakah suatu perbuatan/perilaku itu baik/tidak baik;
bermoral/tidak bermoral. Disini dibutuhkan unsur etik/norma etik
yang sifatnya universal sbg sumber utk menentukan suatu
perilaku yang berhubungan dengan moralitas.
24
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
KEGIATAN BELAJAR 3
KONSEP ETIKA
INDIKATOR
1. PENGERTIAN ETIKA
25
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
salah secara moral, tentang bagaimana harus bertindak dalam sebuah
situasi konkret tertentu.
Etika merupakan filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar
tentang ajaran dan pandangan moral. Etika adalah sebuah ilmu bukan
ajaran. Yang mengatakan bagaimana manusia harus hidup adalah
ajaran moral. Sedangkan yang dimaksudkan dengan ajaran moral
adalah ajaran, pedoman agama, peraturan, ketetapan baik lisan
maupun tertulis, tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak
agar dia menjadi manusia yang baik.
Pendidikan tentang etika telah dikemukakan oleh Aristoteles
(384-322
SM), dalam bukunya “Ethica Nicomacheia” yang ditulis untuk
putranya Nikomachus (buku Etika Profesi Departemen Keuangan, Ucok
Sarimah, MM). Buku tersebut memuat tentang tata pergaulan, dan
penghargaan seorang manusia kepada manusia lainnya yang tidak
didasarkan pada sikap egoisme atau kepentingan individu, akan
tetapi didasarkan atas hal-hal yang bersifat altruistik, yaitu peduli
dengan kepentingan dan atau kebutuhan orang lain dalam pengertian
siap untuk memberikan bantuan apabila diperlukan.
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat
dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan
sistematis dalam melakukan refleksi.Karena itulah etika merupakan
suatu ilmu.Sebagai suatu i l m u , objek dari etika adalah tingkah laku
manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga
tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang
normatif.Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap
perbuatan manusia.
Etika terbagi menjadi tiga bagian utama:
1. meta-etika (studi konsep etika),
2. etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan
3. etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika).
Pengertian etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata
cara hidup yang baik pada diri seseorang atau suatu masyarakat.
26
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
Kebiasaan hidup yang baik ini lalu dibakukan dalam bentuk kaidah,
aturan atau norma selanjutnya dikenal, dipahami, disebarluaskan,
diajarkan, dianut dan diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Pada intinya norma, kaidah atau aturan ini merupakan apa
yang baik yang harus dilakukan dan apa yang buruk yang harus
dihindari. Sehingga etika seringkali dipahami sebagai ajaran yang
berisikan aturan tentang bagaimana manusia harus hidup baik sebagai
manusia.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,yang diterbitkan oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1989, etika berarti : ”ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk, hak dan kewajiban moral
(akhlak), kumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, nilai
mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat”.
27
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
melakukan apa yang seharusnya diperbuat oleh manusia” (buku Etika
Profesi Departemen Keuangan, Ucok Sarimah, MM).
Menurut Soegarda Poerbakawatja, “etika adalah filsafat nilai,
pengetahuan tentang nilai-nilai, ilmu yang mempelajari soal kebaikan
dan keburukan di dalam hidup manusia semuanya, terutama mengenai
gerak-gerik pikiran dan rasa, sampai mengenai tujuannya bentuk
perbuatan” (buku Etika Profesi Departemen Keuangan, Ucok Sarimah,
MM).
Etika dalam pengertian secara teoritis diartikan sebagai refleksi
kritis tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak dalam
suatu situasi khusus tertentu. Dalam pengertian ini etika adalah filsafat
moral, atau ilmu yang membahas dan mengkaji persoalan benar dan
salah secara moral, tentang bagaimana harus bertindak dalam sebuah
situasi konkret tertentu.
Etika sebagai filsafat moral, atau ilmu yang membahas dan
mengkaji persoalan benar dan salah secara moral, tentang bagaimana
harus bertindak dalam sebuah situasi kongkret tertentu. Atau dengan
bahasa sederhana etika adalah suatu cara berpikir dan bertindak tidak
hanya dalam situasi dan kondisi yang sudah jelas batasan yang benar
dan yang salah (ada norma, kaidah, dan aturan yang berlaku),
melainkan juga dalam situasi dan kondisi dimana belum ada batasan
yang jelas mana yang benar dan mana yang salah (amat dilematis).
Sehingga etika menurut pengertian ini lebih banyak terfokus kepada
keyakinan/pertimbangan moral dari si pengambil keputusan.
Dalam contoh realita kehidupan sehari-hari adalah situasi dimana
kita dihadapkan pada dua atau lebih pilihan nilai yang sama-sama
sahnya, dan kita hanya bisa memilih salah satu dari pilihan tersebut
yang itu juga berarti melanggar yang lain. Etika membahas tentang
perilaku menuju kehidupan yang baik. Di dalamnya dibahas aspek
kebenaran, tanggung jawab, peran, dan sebagainya.
28
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
2. MACAM-MACAM ETIKA
Etika secara umum dapat dibagi menjadi :
1. Etika Umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana
manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil
keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang
menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam
menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di
analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai
pengertian umum dan teori-teori.
2. Etika Khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam
bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud :
Bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang
kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh
cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan itu dapat
juga berwujud : Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain
dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh
kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis : cara bagaimana
manusia mengambil suatu keputusan atau tidanakn, dan teori serta
prinsip moral dasar yang ada dibaliknya.
Etika Khusus dibagi lagi menjadi dua bagian :
a. Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia
terhadap dirinya sendiri.
b. Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola
perilaku manusia sebagai anggota umat manusia.
Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat
dipisahkan satu sama lain dengan tajam, karena kewajiban manusia terhadap
diri sendiri dan sebagai anggota umat manusia saling berkaitan. Etika sosial
menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara langsung
maupun secara kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis
terhadpa pandangan-pandangana dunia dan idiologi-idiologi maupun
tanggung jawab umat manusia terhadap lingkungan hidup.
29
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
Dengan demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka etika sosial ini
terbagi atau terpecah menjadi banyak bagian atau bidang. Dan pembahasan
bidang yang paling aktual saat ini adalah sebagai berikut :
1.Sikap terhadap sesama
2.Etika keluarga
3.Etika profesi
4.Etika politik
5.Etika lingkungan
6.Etika idiologi
30
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
5) Menjalin kerjasama secara kooperatif dengan unit kerja lain yang
terkait dalam rangka pencapaian tujuan;
6) Memiliki kompetensi dalam pelaksanaan tugas;
7) Patuh dan taat terhadap standar operasional dan tata kerja;
8) Mengembangkan pemikiran secara kreatif dan inovatif dalam rangka
peningkatan kinerja organisasi; dan
9) Berorientasi pada upaya peningkatan kualitas kerja
31
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
4) Menghargai perbedaan pendapat;
5) Menjunjung tinggi harkat dan martabat PNS;
6) Menjaga dan menjalin kerjasama yang kooperatif sesama PNS; dan
7) Berhimpun dalam satu wadah Korps PNS Republik Indonesia yang
menjaminterwujudnya solidaritas dan soliditas semua PNS dalam
memperjuangkan hak-haknya.
3. MANFAAT ETIKA
Beberapa manfaat Etika adalah sebagai berikut ,
1. Dapat membantu suatu pendirian dalam beragam pandangan dan moral.
2. Dapat membantu membedakan mana yang tidak boleh dirubah dan mana
yang boleh dirubah.
3. Dapat membantu seseorang mampu menentukan pendapat.
4. Dapat menjembatani semua dimensi atau nilai-nilai.
Kode Etik ASN adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan pegawai
ASN dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi organisasi serta dalam
pergaulan hidup sehari-hari. Pembentukan Kode Etik ASN dimaksudkan untuk
32
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
meningkatkan etos kerja dalam rangka mendukung produktifitas kerja dan
profesionalitas pegawai.
Kode etik yang dapat berfungsi dengan baik ditandai dengan timbulnya
kesadaran pegawai untuk selalu lebih terpacu untuk bekerja secara produktif
dengan integritas yang tinggi dan mereka tidak melakukan pelanggaran terhadap
peraturan yang berlaku. Pemberlakukan kode etik ini dapat memainkan peranan
yang sangat penting sebagai pedoman kerja dalam praktek sehari-hari.
Efektifitas pemberlakuan kode etik ini adalah disatu sisi terdapatnya iklim
bekerja yang kondusif dan sistem kesejahteraan yang memadai, sedang di
sisi lain terdapat ancaman sanksi yang berat dan diterapkan secara konsisten
terhadap pelaku pelanggaran. Selain mekanisme pengawasan yang dilakukan
oleh atasan, sebagai tambahan terdapat cara pengawasan lain yang juga
terbukti sangat efektif adalah review atau pengawasan dan penilaian pekerjaan
yang dilakukan oleh sesama pegawai pada tingkatan yang sama.
PNS yang melakukan pelanggaran kode etik dikenakan sanksi moral secara
tertulis yang dinyatakan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian berupa pernyataan
tertutup atau terbuka dan menyebutkan jenis pelanggaran. Selain dikenakan
sanksi moral, dapat dikenakan tindakan administratif sesuai
peraturanperundangundangan atas rekomendasi Majelis Kode Etik. Majelis
Kehormatan Kode Etik PNS adalah lembaga non struktural instansi pemerintah
yang ditetapkan Pejabat Pembina Kepegawaian dan bertugas melakukan
penegakan pelaksanaan serta menyelesaikan pelanggarankode etik.Majelis
Kode Etik mengambil keputusan setelahmemeriksa PNS yang disangka
melanggar kode etik dengan diberi kesempatan membela diri.Keputusan Majelis
Kode Etik secara musyawarah mufakat, apabila tidak tercapai dengan suara
terbanyak danbersifat final. Majelis Kode Etik wajib menyampaikan keputusan
hasil sidang kepada Pejabat yang berwenang sebagai bahan dalam memberikan
sanksi moral dan/atau sanksi lainnya.
Kode etik yang diatur dalam PP No. 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan
Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil :
33
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
a. Kode Etik Instansi Dan Kode Etik Profesi Selain Kode Etik PNS yang telah
diatur dalam Peraturan Pemerintah, berdasarkan ketentuan kode etik
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah:
1) Pejabat Pembina Kepegawaian masing-masing instansi dapat
menetapkan Kode Etik Instansi sesuai dengan sifat dan karakteristik
yang menjadi tugas dan fungsi instansinya.
2) Organisasi Profesi di lingkungan PNS dapat menetapkan kode etiknya
masing-masing, umpamanya Kode Etik Guru, Kode Etik Perawat, Kode
Etik Dokter dan sebagainya. Kode etik instansi dan kode etik profesi
ditetapkan berdasarkan karakteristik masing-masing instansi dan
organisasi profesi. Kode etik tersebut tidak boleh bertentangan dengan
kode etik sebagaimana yang diatur dalam PP No. 42 Tahun 2004 tentang
Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil.
34
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
PNS.Pejabat Pembina Kepegawaian dapat mendelegasikan
wewenangnya kepada pejabat lain di lingkungannya sekurang-
kurangnya pejabat struktural eselon IV. PNS yang melakukan
pelanggaran kode etik, selain dikenakan sanksi moral, tidak tertutup
kemungkinan yang bersangkutan dijatuhi hukuman disiplin PNS atau
tindakan administratif lainnya oleh Pejabat yang berwenang menghukum
berdasarkan rekomendasi dari Majelis Kode Etik. Penjatuhan hukuman
disiplin bagi PNS, harus berdasarkan ketentuan yang diatur di dalam
Peraturan Disiplin PNS.
c. Majelis Kode Etik Majelis Kehormatan Kode Etik PNS yang selanjutnya
disingkat Majelis Kode Etik adalah lembaga non struktural pada instansi
pemerintah yang bertugas melakukan penegakan pelaksanaan serta
menyelesaikan pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh PNS. Untuk
memperoleh obyektivitas dalam menentukan seorang PNS melanggar kode
etik, maka pada setiap instansi dibentuk Majelis Kode Etik. Majelis Kode Etik
bersifat temporer, yaitu hanya dibentuk apabila ada PNS yang disangka
melakukan pelanggaran terhadap kode etik.Untuk instansi Pemerintah yang
mempunyai instansi vertikal di daerah, maka Pejabat Pembina Kepegawaian
dapat mendelegasikan wewenangnya kepada pejabat lain di daerah untuk
menetapkan pembentukan Majelis Kode Etik. Pembentukan Majelis Kode
Etik ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian yang bersangkutan.
Keanggotaan Majelis Kode Etik, terdiri atas: 1) satu orang Ketua merangkap
Anggota; 2) satu orang Sekretaris merangkap Anggota; dan 3) Sekurang-
kurangnya 3 (tiga) orang Anggota. Apabila jumlah anggota Majelis Kode Etik
lebih dari 5 (lima) orang, maka jumlahnya harus ganjil. Jabatan dan pangkat
anggota Majelis Kode Etik tidak boleh lebih rendah dari jabatan dan pangkat
PNS yang diperiksa karena disangka melanggar kode etik. Majelis Kode Etik
mengambil keputusan setelah memeriksa PNS yang disangka melanggar
kode etik. Untuk mendapatkan objektivitas atas sangkaan pelanggaran kode
etik, Majelis Kode Etik di samping dapat memanggil dan memeriksa PNS
yang bersangkutan, juga dapat mendengar pejabat lain atau pihak lain yang
dipandang perlu. Majelis Kode Etik mengambil keputusan setelah PNS yang
35
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
MODUL ETIKA KERJA PEGAWAI DJBC
Etika kerja adalah aturan normatif yang mengandung sistem nilai dan
prinsip moral yang merupakan pedoman bagi pegawai dalam
melaksanakan tugas pekerjaannya dalam organisasi.
36
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
rahasia institusi, mencurahkan segenap tenaga dan pikirannya untuk
kelangsungan dan perkembangan institusi tempatnya bekerja. Namun,
semua kewajiban etis tersebut muncul dengan pengandaian bahwa
hak-hak pegawai juga telah dipenuhi secara memadai.
37
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
6. IMPELEMENTASI ETIKA
Etika Pergaulan
- Bersikap sopan santun dan ramah
- Perhatian terhadap orang lain
- Mampu menjaga perasaan orang lain
- Toleransi dan rasa ingin membantu
- Mampu mengendalikan emosi diri
Etika berbicara
- Bicara harus menatap lawan bicara
- Suara harus jelas terdengar
- Menggunakan tata bahasa yang baik
- Jangan menggunakan nada suara yang tinggi
- Pembicaraan mudah dimengerti
- Usahakan bernuansa simpatik dan tidak membicarakan kejelekan orang
lain
38
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
d. Etika Kerja Menuju Sukses
Bila Anda perhatikan sekitar Anda, banyak orang bekerja, namun hanya
segelintir orang yang mampu meraih prestasi dan mendapatkan promosi.
Tidak hanya melulu karena kepandaian, tetapi sebagian besar promosi
adalah hasil dari kepercayaan dari organisasi. Miliki etika kerja dan akan
membawa Anda menuju keberhsilan sesuai visi dan misi organisasi
maupun individu.
39
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
7. KONSEP ETIKET
Etiket berasal dari kata “etiquette” (bahasa Perancis) yang berarti label
atau tanda pengenal seperti pada etiket buku atau label pada barang.
Kemudian pengertian ini berkembang menjadi semacam persetujuan bersama
untuk menilai sopan tidaknya seseorang dalam (satu jenis) pergaulan. Dengan
pengertian ini maka dalam pergaulan hidup dapat diketahui bahwa: Etiket itu
merupakan sikap yang terkandung nilai sopan santun dalam pergaulan;
Etiket itu semacam pakaian terbatas yang hanya dipakai pada keadaan dan
situasi tertentu. Oleh karena itu, etiket banyak jenisnya seperti etiket masuk
kerja, etiket menjaga disiplin diri diri, etiket menelpon, dan lainnya. Disamping
itu mengingat etiket itu mengandung sopan santun dan sebagai salah satu
ajaran, maka etiket menjadi bagian dari ajaran etika terutama etika sosial dan
etika kerja. Etiket diperlukan dalam kehidupan-sehari-hari khususnya dalam
kegiatan kerja. Hal ini diajukan untuk dapat memberikan penampilan yang
penuh dedikasi, disiplin kerja, menjaga integritas diri, pergaulan kerja positif
dan kinerja pribadi yang baik.
40
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
Etiket masuk kantor
- Mengucapkan salam terlebih dahulu
- Tunjukkan wajah ceria
- Pandanglah semua orang yang ada di ruangan dengan senyum
- Tanyakan kabar baik pada teman disebelah
- Jika memungkinkan ucapkan salam pada atasan setiap pagi
41
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
KEGIATAN BELAJAR 4
KONSEP BUDAYA ORGANISASI
INDIKATOR
42
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
a. Budaya
Kroeber dan Kluchon tahun 1952 menemukan 164 definisi Budaya. Akan
tetapi pengertian yang dikemukakan di sini hanya yang terkait dengan
Budaya Organisasi.
Taliziduhu Ndraha dalam bukunya Budaya Organisasi mengemukakan
pendapat Edward Burnett dan Vijay Sathe, sebagai berikut :
- Edward Burnett
Culture or civilization, take in its wide technografhic sense, is that
complex whole which includes knowledge, bilief, art, morals, law,
custom and any other capabilities and habits acquired by men as a
member of society.(Budaya mempunyai pengertian teknografis yang
luas meliputi ilmu pengetahuan, keyakinan/percaya, seni, moral, hukum,
adat istiadat, dan berbagai kemampuan dan kebiasaan lainnya yang
didapat sebagai anggoa masyarakat).
- Vijay Sathe
Culture is the set of important assumption (opten unstated) that
members of a community share in common. (Budaya adalah
seperangkat asumsi penting yang dimiliki bersama anggota
masyarakat).
- Edgar H. Schein :
Budaya adalah suatu pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan
atau dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai pembelajaran untuk
mengatasi masalah adaptasi ekstrenal dan integrasi internal yang resmi
dan terlaksana dengan baik dan oleh karena itu diajarkan/diwariskan
kepada angota-anggota baru sebagai cara yang tepat memahami,
memikirkan dan merasakan terkait dengan masalah-masalah tersebut.
Unsur-unsur Budaya:
1. Ilmu Pengetahuan
2. 2.Kepercayaan
3. Seni
4. Moral
5. Hukum
43
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
6. Adat-istiadat
7. Perilaku/kebiasaan (norma) masyarakat
8. Asumsi dasar
9. Konsep Nilai
10. Pembelajaran/Pewarisan
11. Masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal
b. Organisasi
Menurut J.R. Schermerhorn, Organization is a collection of people
working together in a division of labor to achieve a common purpose
(Organisasi adalah kumpulan orang yang bekerjasama untuk mencapai
tujuan bersama). Sedangkan menurut Philiph Selznick Organisasi adalah
pengaturan personil guna memudahkan pencapaian beberapa tujuan yang
telah ditetapkan melalui alokasi fungsi dan tanggung jawab.
Organisasi sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang
berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana,
terorganisasi, terpimpin danterkendali, dalam memanfaatkan sumber daya
organisasi ( uang, material, mesin, metode, lingkungan, sarana-parasarana,
data, dll ) secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Kerjasama dimaksud adalah kerjasama yang terarah pada
pencapaian tujuan. Kerjasama yang terarah tersebut dilakukan dengan
mengikuti pola interaksi antar setiap individu atau kelompok. Pola interaksi
tersebut diselaraskan dengan berbagai aturan, norma, keyakinan, nilai-nilai
tertentu sebagaimana ditetapkan oleh para pendiri organisasi itu.
Keseluruhan pola interaksi tersebut dalam waktu tertentu akan
membentuk suatu kebiasaan bersama atau membentuk budaya organisasi.
Unsur-unsur Organisasi :
1. Kumpulan orang
2. Kerjasama
3. Tujuan bersama
4. Sistem Koordinasi
5. Pembagian tugas adntanggung jawab
44
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
6. Sumber Daya Organisasi.
c. Budaya Organisasi
Budaya organisasi disebut juga Budaya perusahaan yang sering juga
disebut budaya kerja, karena buaya organisasi tidak bisa dipisahkan dengan
kinerja (performance) Sumber Daya Manusia (SDM); makin kuat budaya
perusahaan, makin kuat pula dorongan untuk berprestasi. Budaya
perusahaan (corporate culture) memang sulit didefinisikan secara tegas dan
sulit diukur, namun bisa dirasakan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) di
dalam organisasi tersebut. Suatu organisasi yang mempunyai budaya
organisasi yang kuat bahkan dapat terlihat atau teramati oleh peninjau dari
luar organisasi, yang mengamati. Pengamat tersebut akan merasakan
suasana yang khas dan lain dari pada yang lain, di dalam organisasi
tersebut, bila dibandingkan dengan organisasi lainnya. Oleh karena suatu
organisasi terbentuk dari kumpulan individu yang berbeda baik sifat,
karakter, keahlian, pendidikan, dan latar belakang pengalaman dalam
hidupnya, perlu ada pengakuan pandangan yang akan berguna untuk
pencapaian misi dan tujuan organisasi tersebut, agar tidak berjalan sendiri-
sendiri.
Sementara itu definisi budaya organisasi menurut para ahli diantaranya
adalah :
1. Peter F. Drucker yang menyatakan bahwa Budaya Organisasi adalah
pokok penyelesaian masalah-masalah ekternal dan internal yang
pelaksanaannya dilakukan secara konsisten oleh suatu kelompok yang
kemudian mewariskan kepada angota-anggota baru sebagai cara yang
tepat untuk memahami, memikirkan, dan merasakan terhadap masalah-
masalah terkait sepeti diatas.
2. Phithi Sithi Amnuai yang mendefinisikan Budaya Organisasi sebagai
seperangkat asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota-
angota organisasi, kemudian dikembangkan dan diwariskan guna
mengatasi masalah-masalah adaptasi eksternal dan masalah-masalah
integrasi internal.
45
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
3. Edgar H. Schein yang menyampaikan bahwa Budaya Organisasi adalah
mengacu ke suatu system makna bersama, dianut oleh anggota-
anggota yang membedakan organisasi itu terhadap organisasi lain.
4. Daniel R. Denison mengemukakan bahwa Budaya Organisasi adalah
nilai-nilai, keyakinan dan prinsip-prinsip dasar yang merupakan
landasan bagi system dan praktek-praktek manajemen serta perilaku
yang meningkatkan dan menguatkan prinsip-prinsip tersebut.
5. Sedangkan Kotter (1997:6) menyatakan bahwa budaya organisasi
adalah nilai dan praktik yang dimiliki bersama diseluruh kelompok dalam
satu organisasi, sekurang-kurangnya dalam manajemen senior.
Gagasan-gagasan dalam budaya organisasi yang kuat sering
dihubungkan dengan pendiri atau pemimpin awal, itupun lazin
diartikulasikan sebagai “visi”, “strategi bisnis”, “ folosofi” atau ketiga-
tiganya.
6. Menurut pendapat Tika ( 2006 : 1 ) Budaya Organisasi merupakan
bagian dari kuriukulum Manajemen Sumber Daya manusia dan Teori
Organisasi. Budaya organisasi dalam MSDM, ditemukan saat mengkaji
aspek prilaku, sedangkan Budaya Organisasi dalam Teori organisasi,
ditemukan saat mengkaji aspek sekelompok individu yang
berkerjasama untuk mencapai tujuan, atau organisasi sebagai wadah
tempat individu bekerjasama secara rasional dan sistematis untuk
mencapai tujuan.
7. Robbins, Menurutnya Budaya Organisasi dimaknai sebagai filosofi
dasar yang memberikan arahan bagi kebijakan organisasi dalam
pengelolaan karyawan dan nasabah. Lebih lanjut Robbins (2001)
menyatakan bahwa sebuah sistem makna bersama dibentuk oleh para
warganya yang sekaligus menjadi pembeda dengan organisasi lain.
Sistem pemaknaan bersama merupakan seperangkat karakter kunci
dari nilai-nilai organisasi.
8. Berdasarkan berbagai uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
Budaya Organisasi merupakan sistem nilai yang diyakini, dihayati, dan
diamalkan oleh seluruh anggota organisasi untuk melaksanakan tugas
dan dapat dipelajari, dapat diterapkan dan dikembangkan secara terus
46
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
menerus. Nilai-nilai luhur yang hidup dan tumbuh kembang dalam
organisasi menjadi semangat bagi seluruh anggota organisasi dalam
berkarsa dan berkarya.
47
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
Prinsip-prinsip budaya organisasi menurut University of Michigan Hospitals
& Health Centers:
1. Inisiatif Individual
2. Toleransi terhadap tindakan beresiko
3. Pengarahan
4. Integrasi
5. Dukungan manajemen
6. Kontrol
7. Identitas
8. Sistem Imbalan
48
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
9. Toleransi terhadap konflik
10. Pola komunikasi
49
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
Budaya organisasi juga dapat berfungsi sebagai perekat, pemersatu,
identitas, citra, brand, pemacu(motivator), pengembangan yang berbeda dengan
organisasi lain yang dapat dipelajari dan diwariskan kepada generasi berikutnya,
dan dapat dijadikan acuan prilaku manusia dalam organisasi yang berorientasi
pada pencapaian tujuan atau hasil/target yang ditetapkan.
Sementara itu Robbins, 2001 mengemukakan Fungsi BUDAYA ORGANISASI,
adalah sebagai berikut :
1. Pembeda antara satu organisasi dengan organisasi laiannya.
2. Membangun rasa identitas bagi anggota organisasi
3. Mempermudah tumbuhnya komitmen.
4. Meningkatkan kemantapan system social, sebagai perekat social,
menuju integrasi organisasi.
Peran budaya organisasi adalah
1. Budaya dan efektivitas organisasi
a. Budaya yang kuat dicirikan oleh dipegang teguhnya nilai inti
organisasi
b. Budaya yang lemah dicirikan dengan tingginya tingkat perubahan
komposisi dan pergantian anggota organisasi (turn over tinggi)
2. Budaya sebagai pengganti aturan formal
50
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
4. Ritual
5. Jaringan budaya
51
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)
Contoh budaya kerja organisasi di kementrian keuangan yaitu 5 nilai utama
Kemenkeu :
52
Pelatihan Budaya Organisasi DJBC (Elearning)