Integrasi Sapi Jagung
Integrasi Sapi Jagung
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat karunia-Nyalah laporan akhir kegiatan Integrasi Sapi dengan Jagung
pada lahan suboptimal di Provinsi Bengkulu, dapat diselesaikan. Laporan ini berisi
tentang hasil keseluruhan selama satu tahun (dari Januari sampai dengan bulan
Desember 2015) pelaksanaan kegiatan Sistem Integrasi Sapi dengan Jagung
pada Lahan Suboptimal di Provinsi Bengkulu yaitu di Kabupaten Bengkulu Utara.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Kepala BPTP Bengkulu atas
bimbingan dan arahan-arahannya dalam kegiatan ini, demikian juga kepada
rekan-rekan anggota tim yang telah memberikan tenaga dan pikiran sehingga
kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik. Harapan kami semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
ii
LEMBAR PENGESAHAN
iii
13. Biaya Kegiatan : Rp. 81.590.000 (Delapan puluh satu juta
lima ratus sembilan puluh ribu rupiah)
Mengetahui
Kepala BBP2TP, Kepala BPTP Bengkulu,
iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii
RINGKASAN ............................................................................................ viii
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2. Dasar Pertimbangan ................................................................. 2
1.3. Tujuan ..................................................................................... 5
1.4. Keluaran yang Diharapkan ......................................................... 5
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak ................................................ 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7
III. METODOLOGI ................................................................................... 9
3.1. Pendekatan .............................................................................. 9
3.2. Ruang Lingkup Kegiatan ............................................................ 9
3.3. Perencanaan ............................................................................ 9
3.4. Persiapan ................................................................................. 10
3.5. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan ................................... 10
3.5.1. Metode .......................................................................... 11
3.5.2. Parameter yang diamati .................................................. 13
3.5.3. Analisis Data .................................................................. 13
3.5.4. Temu Lapang ................................................................. 13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 14
4.1. Karakteristik Lokasi Pengkajian .................................................. 14
4.2. Koordinasi dengan Stakeholders ................................................. 15
4.3. Sosialisasi Rencana Kegiatan ...................................................... 15
4.4. Peningkatan Kualitas Lahan Suboptimal melalui Integrasi Sapi
dengan Jagung ......................................................................... 16
4.5. Produksi Jagung Manis dan Jerami Jagung Manis ........................ 17
4.6. Pertambahan Bobot Badan Induk Sapi Bali .................................. 19
4.7. Analisis Usahatani Sebelum dan Sesudah Integrasi ...................... 20
4.8. Temu Lapang ........................................................................... 22
V. KESIMPULAN .................................................................................... 23
KINERJA HASIL PENGKAJIAN .................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 25
ANALISIS RESIKO .................................................................................... 27
JADWAL KERJA ........................................................................................ 28
PEMBIAYAAN .......................................................................................... 29
PERSONALIA ........................................................................................... 31
LAMPIRAN .............................................................................................. 32
v
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Formula Pakan Pengkajian ................................................................. 11
2. Komponen Teknologi Budidaya Tanaman Jagung ................................. 12
3. Hasil analisis tanah sebelum integrasi ................................................. 17
4. Hasil analisis tanah setelah integrasi ................................................... 17
5. Produksi jagung manis sebelum dan setelah pengkajian (kg/ha) ........... 18
6. Produksi jerami jagung manis sebelum dan setelah pengkajian
(kg/ha) ............................................................................................. 18
7. Pertambahan Bobot Badan Induk Sapi Bali .......................................... 19
8. Hasil Penimbangan Bobot Badan selama 3 Bulan ................................. 20
9. Analisis Usahatani Sebelum dan Sesudah Integrasi pada Tanaman
Jagung ............................................................................................. 21
10. Rata-rata biaya dan pendapatan pemeliharaan satu ekorsapi Bali
induk selama 3 bulan ......................................................................... 21
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Hasil analisa limbah jagung ................................................................ 32
2. Foto-foto pelaksanaan kegiatan ......................................................... 33
vii
RINGKASAN
viii
kelembagaan integrasi sapi jagung.
8. Hasil yang : 1. Pendapatan petani meningkat.
diharapkan 2. Gairah usaha ternak meningkat.
3. Populasi ternak meningkat.
4. Membuka lapangan kerja baru.
5. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
9. Perkiraan manfaat : 1. Meningkatkan gairah petani untuk memperluas
usaha.
2. Mendorong jumlah populasi sapi potong di
lokasi pengkajian sejalan dengan peningkatan
gairah usaha petani.
3. Pendapatan petani meningkat seiring dengan
peningkatan produksi dan efisiensi usaha
10. Perkiraan dampak : 1. Membuka lapangan kerja baru bagi
masyarakat setempat khususnya yang
berkaitan dengan aktifitas di bidang
perternakan sapi potong dan pertanian
tanaman jagung.
2. Mendorong penentu kebijakan setempat untuk
meningkatkan pengembangan usaha
perternakan sapi potong dan pertanian
tanaman jagung yang lebih luas.
3. Memberi kontribusi terhadap peningkatan
pendapatan asli daerah (PAD).
11. Metodologi : Kegiatan penelitian ini akan dimulai bulan Januari
sampai Desember 2015 di Kabupaten Bengkulu
Utara. Penanaman tanaman jagung manis dengan
menggunakan PTT tanaman jagung. Pengkajian
menggunakan ternak sapi bali berjumlah 21 ekor
yang di bagi menjadi 3 perlakuan pakan dan
dilakukan pengulangan sebanyak 7 kali pada
masing-masing perlakuan. Perlakuan 1 (P1) =
jerami jagung non fermentasi 10% dari BB,
mineral 0,01% dari BB. Perlakuan 2 (P2) jerami
jagung fermentasi 10% dari BB, dan mineral
0,01% dari BB. Perlakuan 3 (P3) = hijauan
rumput lapangan 10% dari BB dan mineral 0,01%
dari BB. Data kesuburan tanah dan pertumbuhan,
produktivitas tanaman jagung dan ternak yang
terkumpul akan dianalisis dengan analisis of
variant (ANOVA), uji lanjut dengan Duncan
Multiple Range Test (DMRT) (Gomez dan Gomez,
1984). Analisis finansial dilakukan untuk
menentukan kelayakan usahatani.
12. Jangka Waktu : 2 tahun (2015-2016)
13 Biaya tahun 2015 : Rp. 81.590.000 (Delapan puluh satu juta lima
ratus sembilan puluh ribu rupiah).
ix
I. PENDAHULUAN
1
produktivitas lahan, rendahnya efisiensi pemupukan, tingginya serangan
penyakit, serta rendahnya efisiensi pemasaran hasil pertanian.
Sistem integrasi tanaman-ternak dengan pendekatan zero waste
merupakan penyempurnaan dari sistem intensifikasi padi yang telah berkembang
di kalangan masyarakat pedesaan. Ada tiga komponen teknologi utama yaitu:
1. Teknologi budidaya ternak, terdiri atas sistem perkandangan ternak secara
berkelompok, teknologi peningkatan frekuensi kelahiran anak melalui
aplikasi teknologi inseminasi buatan (IB) dan teknologi pemberian pakan.
2. Teknologi budidaya jagung melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman dan
Sumberdaya Terpadu (PTT).
3. Teknologi pengolahan pakan ternak dan kompos serta teknologi
penyimpanan dan peningkatan mutu gizi pakan.
Populasi ternak sapi di Provinsi Bengkulu pada tahun 2012 berjumlah
105.550 ekor dengan produksi daging 3.759,88 ton/tahun. Sedangkan populasi
sapi potong di Kabupaten Bengkulu Utara adalah 36.206 ekor dengan produksi
daging sebesar 471,08 ton (BPS 2013). Sistem pemberian pakan cukup beragam
di masing-masing kawasan. Ternak sapi mempunyai prospek dan potensi pasar
yang cerah. Selain memberikan tambahan pendapatan bagi petani peternak,
usaha ternak sapi juga merupakan sumber pendapatan daerah melalui
perdagangan antarprovinsi, antara lain ke Sumatera Barat, Sumatera Selatan,
dan Jambi.
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu telah
melakukan berbagai langkah untuk mengembangkan peternakan di wilayah
tersebut. Salah satu kebijakan tersebut adalah memberikan bantuan ternak sapi
maupun modal kepada kelompok petani-peternak. Di Bengkulu, sapi dipelihara
secara terpadu dengan tanaman, yang dikenal dengan sistem integrasi tanaman
ternak (integrated farming system). Menurut Priyanti (2007), usaha ternak sapi
tanaman dapat memberikan dampak budidaya, sosial, dan ekonomi yang positif.
Potensi ketersediaan pakan dari limbah tanaman cukup besar sepanjang tahun.
Guna mewujudkan pembangunan pertanian yang maju, efisien dan
berkelanjutan diperlukan dukungan teknologi pertanian yang telah teruji sesuai
dengan kebutuhan pengguna dan kemampuan wilayah. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian telah banyak melakukan kegiatan penelitian yang
hasilnya sebagian besar telah diterapkan oleh pengguna secara luas. Namun
2
disadari bahwa masih banyak informasi teknologi hasil penelitian yang belum
diketahui oleh para pengguna dan pembuat kebijakan. Hal ini terlihat dari cukup
tingginya senjang hasil yang dicapai oleh pengguna dengan hasil yang dicapai
oleh lembaga penelitian, bahkan tingkat teknologi yang diterapkan oleh
pengguna masih relatif rendah. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa
informasi teknologi dari sumber inovasi ke pengguna belum berjalan lancar.
Peluang integrasi jagung dan sapi didukung oleh beberapa faktor internal
sebagai berikut:1) pertanian jagung menghasilkan pakan limbah pertanian yang
cukup besar, sebagai contoh total biomasa segar jagung varietas bima-1 sebesar
100,68 ton/ha, varietas semar-10 sebesar 99,15 ton/ha (Puslitbangtan, 2003),
2). Perumpasan daun jagung untuk pakan sapi dapat dilakukan sejak
pertumbuhan vegetasi sebagaimana yang sering dilakukan di Blora
(Puslitbangtan, 2003). 3). Sapi mampu memanfaatkan limbah jagung sebagai
pakan, 4). Tenaga kerja sapi dibutuhkan dalam sistem produksi jagung, 5).
Peternakan sapi mensuplai kotoran sebagai bahan baku pupuk organik, disatu
sisi jagung membutuhkan pupuk organik dalam pertumbuhannya.
Pengembangan kelembagaan merupakan salah satu komponen pokok
dalam keseluruhan rancangan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
(RPPK) tahun 2005 – 2025. Selama ini pendekatan kelembagaan baik formal
maupun informal telah menjadi komponen pokok dalam pembangunan pertanian
di perdesaan terutama dalam pengembangan inovasi spesifik lokasi.
Kelembagaan formal yang sudah terbentuk diantaranya adalah BP4K (Badan
Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan), BPP (Badan
Pelaksana Penyuluhan) dan Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan. Di
Provinsi Bengkulu nama kelembagaan formal ini berbeda pada beberapa
kabupaten seperti di Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Kepahiang.
Permasalahan kelembagaan tetap merupakan bagian yang esensial, baik
kelembagaan formal maupun kelembagaan informal. Pada kelembagaan formal
telah dibentuk kelembagaan baru yaitu Badan Koordinasi Penyuluhan sebagai
lembaga pemerintah non departemen, yang akan merumuskan secara terperinci
tentang metode penyuluhan, strategi penyuluhan, dan kebijakan penyuluhan.
Di tingkat kelembagaan informal telah dibentuk beberapa lembaga baru,
misalnya Pos Penyuluhan Desa dan gabungan kelompok tani (gapoktan).
Kementerian Pertanian menargetkan akan membentuk satu gapoktan di setiap
3
desa khususnya yang berbasis pertanian. Ini merupakan satu lembaga andalan
baru, meskipun semenjak awal 1990-an gapoktan telah dikenal. Saat ini
gapoktan diberi pemaknaan baru, termasuk bentuk dan peran yang baru.
Gapoktan menjadi lembaga gerbang (gateway institution) yang menjadi
penghubung petani satu desa dengan lembaga-lembaga lain di luarnya.Gapoktan
diharapkan berperan untuk fungsi-fungsi pemenuhan permodalan pertanian,
pemenuhan sarana produksi, pemsaran produk pertanian, dan termasuk
menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan petani (Astuti, 2010).
4
pengkajian menunjukkan bahwa integrasi usahatani tanaman jagung dan
ternak sapi di lahan kering dapat memberikan nilai tambah berupa
penggunaan kotoran sapi sebagai fine compost sehingga dapat mengurangi
biaya untuk pembelian kotoran ayam, limbah jagung yang dapat
dimanfaatkan terutama untuk pakan alternatif pada musim kemarau yaitu
daun, batang dan janggel.
1.3. Tujuan
Tujuan Jangka Panjang :
1. Mendapatkan model usahatani integrasi sapi jagung pada lahan suboptimal.
2. Meningkatkan kualitas lahan suboptimal melalui integrasi sapi jagung.
3. Meningkatkan pendapatan petani pada lahan suboptimal.
Tahun 2015
1. Mengkaji potensi lahan suboptimal untuk penerapan modal usaha tani
integrasi sapi jagung.
2. Memanfaatkan sumberdaya tanaman untuk pakan dan sumber daya ternak
untuk kompos.
3. Menganalisis nilai ekonomi dampak penerapan integrasi sapi jagung di lahan
suboptimal.
Tahun 2016
1. Menumbuhkan peran kelompok dalam penerapan integrasi sapi jagung.
2. Membangun jaringan kemitraan, kelembagaan integrasi sapi jagung.
3. Meningkatkan dan mempercepat penyebaran inovasi teknologi berbasis
integrasi sapi jagung melalui pertemuan dan demplot.
Tahun 2015
1. Kajian potensi lahan suboptimal untuk penerapan model usahatani integrasi
sapi jagung.
5
2. Komposisi pakan berbasis limbah tanaman, jenis kompos berbahan baku
faeces.
3. Nilai Penerimaan dan biaya produksi usaha ternak dan tanaman jagung pada
lahan suboptimal.
Tahun 2016
1. Tumbuhnya peran kelompok dalam penerapan integrasi sapi jagung.
2. Terbangunnya jaringan kemitraan, kelembagaan integrasi sapi jagung.
3. Peningkatan dan percepatan penyebaran inovasi teknologi berbasis integrasi
sapi jagung melalui pertemuan dan demplot.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
7
Inovasi teknologi pertanian merupakan salah satu cara mempercepat
pembangunan pertanian. Oleh karena itu peran penelitian dan pengembangan
(Litbang) pertanian menjadi penting artinya sebagai salah satu pendukung
pembangunan pertanian.
8
III. METODOLOGI
3.1. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sistem pengkajian inovasi
teknologi integrasi yang dilakukan melalui pendekatan eksperimental
perticipatory on farm research dengan mengumpulkan sebanyak mungkin
informasi yang berhubungan dengan inovasi teknologi integrasi pada sektor
peternakan sapi dan tanaman jagung. Pada sektor tanaman jagung dengan
melalui teknologi integrasi ternak dan tanaman. Pada sektor peternakan yaitu
pada peternakan sapi potong yang sudah menerapkan teknologi pakan limbah
pertanian dan limbah kotoran ternak sebagai kompos. Penentuan lokasi sampel
dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa pada daerah
sampel merupakan lokasi perternakan sapi dan pertanaman jagung yang belum
terintegrasi. Keberadaan ternak sapi diharapkan dapat memperbaiki kesuburan
tanah di lahan suboptimal Kabupaten Bengkulu Utara.
3.3. Perencanaan
Tahapan perencanaan pelaksanaan kegiatan pengkajian sistem integrasi
sapi jagung di lahan suboptimal pada tahun 2015 di susun berdasarkan informasi
9
yang di peroleh dari data sekunder serta informasi hasil penelitian sejenis yang
pernah di lakukan sebelumnya. Kegiatan perencanaan ini meliputi :
1. Penyusunan rancangan pengkajian.
2. Pembagian tugas untuk masing-masing pelaksana pengkajian seperti
peneliti, penyuluh, litkayasa, teknisi, dan petugas lapangan setempat.
3. Pembuatan kuesioner dan alat bantu pengkajian lainnya seperti petunjuk
teknis, liputan pertanian, flip chart dan peta singkap.
4. Penyiapan sarana dan prasarana pengkajian seperti ternak sapi bali, benih
jagung manis, sarana produksi (pupuk, kapur pertanian, pakan dan obat-
obatan), probiotik bahan baku pakan tambahan pada demplot.
3.4. Persiapan
Persiapan direncanakan sebelum kegiatan pengkajian di implementasikan
di lapangan meliputi :
1. Koordinasi internal antar anggota tim dan eksternal dengan stakeholders di
provinsi, kabupaten, kecamatan dan desa setempat. Koordinasi ini dilakukan
secara periodik setiap bulan atau pada waktu-waktu tertentu bila diperlukan.
Kegiatan ini di lakukan untuk saling bertukar informasi guna kelancaran dan
perbaikan pelaksanaan kegiatan di lapangan.
2. Melaksanakan kegiatan sosialisasi di lapangan secara berjenjang tentang
rencana pengkajian yang akan dilakukan mulai dari tingkat kabupaten,
kecamatan (BPP), serta calon lokasi yang akan di jadikan target pelaksanaan
kegiatan pengkajian. Kegiatan ini bertujuan untuk menyamakan persepsi
tentang tujuan, sasaran dan manfaat program yang akan dilaksanakan
dengan demikian semua pihak terkait yang akan terlibat dalam pelaksanaan
kegiatan ini memahami dan mendukung sepenuhnya selama kegiatan
berlangsung.
10
Implementasi dan penataan sistem integrasi melalui teknologi usaha
integrasi sapi potong yang terpadu dengan tanaman jagung manis dengan umur
panen 55 - 65 hari. Peningkatan mutu nutrisi pakan ternak sapi dilakukan dengan
pemberian pakan tambahan yang berupa mineral.
3.5.1. Metode
Kegiatan teknis yang akan dilakukan adalah implementasi pengembangan
sistem dan usaha integrasi sapi potong dengan tanaman jagung di lahan sub
optimal. Pengkajian dilakukan secara partisipatif dilahan petani dan melibatkan
petani sebagai kooperator.
Karakterisasi lokasi pada areal lahan kering berbasis tanaman pangan
menggunakan metode PRA (participatory rural appraisal) pada lokasi yang
memiliki potensi bagi penerapan model usaha sapi potong di lahan kering
berbasis tanaman pangan kegiatan ini untuk mendata potensi, kendala dan
prospek usaha sapi potong untuk penggemukan.
Penentuan petani/peternak kooperator yang memiliki kandang dalam
hamparan yang berdekatan, dengan kapasitas ternak 21 ekor sapi bali berumur
1,5 – 2 tahun yang di bagi ke dalam 3 perlakuan pakan dan tiap perlakuan terdiri
dari 7 ekor sapi sebagai ulangan yang di susun dengan menggunakan Rancangan
Acak Kelompok (RAK). Formulasi pakan dan komponen teknologi yang di
terapkan dalam pengkajian yang digunakan disajikan pada Tabel 1 dan 2.
11
Tabel 2. Komponen teknologi budidaya jagung manis
No. Komponen Teknologi Keterangan
1 Varietas unggul Jagung manis varietas Bonanza
2 Pengolahan tanah TOT
3 Sistem tanam Monokultur
4 Jarak tanam (cm) 75 x 25 cm
5 Jumlah benih perlubang tanam 1 biji
6 Cara pemupukan Tugal (3 kali)
7 Penyiangan 2 kali
8 Pengendalian hama penyakit PHT
9 Sistem panen Manual
12
3.5.2. Parameter yang diamati
Parameter yang diamati adalah:
1. Analisis kesuburan tanah sebelum dan setelah dilakukan integrasi pada lahan
suboptimal.
2. Produksi jagung manis (ton/ha) dan produksi jerami jagung manis (batang
dan daun jagung ton/ha).
3. Pertambahan bobot badan sapi induk yang di integrasikan dengan tanaman
jagung (kg/ekor/hari).
4. Analisis nilai ekonomi penerapan integrasi sapi jagung di lahan suboptimal.
Pertambahan bobot badan ternak dilakukan penimbangan setiap bulannya.
Pengamatan nilai ekonomis usaha integrasi ternak dan tanaman dihitung
berdasarkan output dan outcome yang di lakukan sebelum dan setelah integrasi.
13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
14
makanan ternak (HMT) seluas 50 ha. Lahan untuk penanaman tanaman jagung
masih tersedia di sekitar areal Desa Batu Raja R dan Desa Batu Layang.
15
dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2015 acara tersebut dihadiri oleh petugas
inseminator Puskeswan Baturoto, PPL desa Batu Raja R dan Desa Batu Layang,
perangkat desa, tokoh masyarakat, dan seluruh pengurus serta anggota
kelompok tani Tri Mukti, adapun hasil kegiatan sosialisasi sebagai berikut :
Pelaksanaan kegiatan pengkajian sistem integrasi sapi dengan tanaman
jagung akan dilaksanakan di desa Batu Raja R dan Desa Batu Layang.
kelompok tani yang menjadi kooperator adalah kelompok tani Tri mukti.
Untuk pelaksanaan kegiatan para petugas lapangan (PPL dan Petugas
Puskeswan) siap untuk membantu tugas-tugas yang berkaitan dengan
kegiatan teknis di lapangan.
Seluruh anggota kelompok tani Tri Murti, kepala desa, tokoh adat, tokoh
agama dan tokoh masyarakat akan ikut membantu pelaksanaan kegiatan.
Setiap hari jum’at kelompok kooperator akan berkompul di pendopo desa
untuk membahas masalah-masalah di lapangan yang berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan integrasi.
Ternak sapi yang akan digunakan dalam percobaan adalah sapi bali betina
berumur 1 – 2 tahun, sedangkan tanaman jagung yang akan di gunakan
adalah tanaman jagung manis varitas Bonanza.
Lahan yang akan dijadikan tempat penanaman jagung seluas 3 ha dengan
system penanaman secara bertahap seluas 0,25 ha, dengan 12 kali
penanaman. Penanaman dilakukan secara bertahap setiap minggu dengan
tanpa olah tanah.
Kelompok tani kooperator siap menyebar luaskan teknologi yang diterapkan
dalam kegiatan integrasi tersebut kepada kelompok/masyarakat yang belum
tergabung dengan kelompok kooperator.
16
Tabel 3. Hasil analisis tanah sebelum integrasi
Ekstrak 1:5 Terhadap Contoh Tanah Kering 1050C
Kadar
Air pH Bahan Organik P Bray Nilai Tukar Kation (NH4Acatat 1 N, pH 7)
Kode C N I K-dd Na-dd Ca-dd Mg-dd KTK
% H2O KCL % ppm _____________me/100 gr
_____________
BRR1 6,20 6,46 3,75 2,45 0,27 6,74 0,13 0,089 0,46 1,84 28,09
BRR2 8,80 6,00 3,70 4,64 0,64 14,20 0,21 0,087 1,01 1,92 26,61
BRR 3 8,00 6,37 3,54 4,40 0,39 4,10 0,37 0,100 1,25 1,60 28,53
Hasil analisis tanah setelah adanya integrasi sapi dengan jagung pada
lahan suboptimal disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui
bahwa tanah agak masam, C organik rendah, N organik sangat rendah
sedangkan P organik sangat tinggi. Berdasarkan hasil analisis tanah sebelum dan
setelah integrasi dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan pada unsur hara
Phosphor (P) sedangkan bahan organik C dan N serta pH belum terjadi
peningkatan. Hal ini disebabkan karena pada saat pengambilan sampel tanah
terjadi musim kemarau cukup panjang sehingga pemberian kompos dan pupuk
anorganik belum sepenuhnya meningkatkan unsur hara lahan suboptimal.
17
Tabel 5. Produksi jagung manis sebelum dan setelah integrasi (kg/ha)
Produksi Jagung Manis (kg/ha)
Ulangan
Sebelum Integrasi Setelah Integrasi
1 1.650 2.620
2 1.800 2.760
3 1.900 3.060
4 1.000 1.680
5 2.000 2.540
6 2.100 2.920
7 2.000 2.780
8 1.750 2.600
9 2.100 2.820
10 1.700 2.600
11 1.800 2.580
12 1.500 2.200
Rata-rata 1.775 2.597
Hasil produksi jagung manis rata-rata sebelum integrasi adalah 1.775 kg/ha
sedangkan setelah integrasi meningkat menjadi 2.597 kg/ha (Tabel 5). dengan
jumlah produksi buah jagung manis perhektar adalah 2.597 kg/ha, berarti
produksi rata-rata per luas lahan 0,25 ha yang diusahakan oleh petani
memperoleh hasil tanaman jagung adalah 649 kg. Hasil produksi jagung manis
tersebut meningkat 822 kg/ha dibandingkan sebelum integrasi. Hasil produksi
jagung manis tersebut masih belum optimal jika dibandingkan dengan produksi
jagung manis pada lahan yang bukan suboptimal yang bisa mencapai 8.000
kg/ha. Selain itu juga pada saat pengkajian terjadi musim kemarau yang cukup
panjang sehingga produksi jagung berkurang.
Tabel 6. Produksi jerami jagung manis sebelum dan setelah integrasi (kg/ha)
Produksi Jerami Jagung Manis (kg/ha)
Ulangan
Sebelum Integrasi Setelah Integrasi
1 3.300 5.160
2 3.500 5.680
3 3.900 6.040
4 2.050 3.220
5 3.850 4.860
6 4.000 5.560
7 3.950 5.540
8 3.476 5.680
9 3.890 5.636
10 3.350 5.560
11 3.700 5.480
12 3.020 4.460
Rata-rata 3.499 5.240
18
Hasil produksi jerami jagung manis rata-rata sebelum integrasi rata-rata
berjumlah 3.499 kg/ha sedangkan produksi jerami jagung manis setelah integrasi
meningkat menjadi 5.240 kg/ha, data selengkapnya disajikan pada Tabel 5.
Setiap ekor sapi membutuhkan pakan hijauan 10% dari bobot badan, dengan
rata-rata bobot badan sapi sebesar 200 kg/ekor, maka ternak sapi membutuhkan
20 kg pakan jerami jagung manis perhari. Selama 90 hari masa pemeliharaan,
dengan jumlah sapi induk 14 ekor membutuhkan jerami jagung sebesar 25.200
kg. Hasil produksi jerami jagung manis seluas 3 hektar yang hanya sebesar
15.720 kg belum mencukupi untuk kebutuhan pakan hijauan ternak sapi induk
pada perlakuan I dan perlakuan II selama 3 bulan pemeliharaan, sehingga
ditambahkan dari luar pengkajian yang berasal dari petani jagung di desa Batu
Layang.
19
harian lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi petani (P III) yang hanya di
berikan rumput hijauan saja. Teknologi pemberian pakan menggunakan jerami
jagung yang di fermentasi maupun non fermentasi dapat mempercepat
pertumbuhan induk sapi Bali.
Hasil kotoran sapi yang di hasilkan per ekor/hari adalah 5 kg, artinya dari
21 ekor sapi menghasilkan 105 kg kotoran ternak setiap harinya atau 3
ton/bulan. Jumlah kotoran sapi tersebut telah mencukupi untuk kebutuhan pupuk
kompos berbasis kotoran ternak pada lahan seluas 3 hektar yang membutuhkan
6 ton kotoran ternak selama penanaman jagung manis dengan dosis pemberian
pupuk 0,5 kg/lubang tanam.
20
Tabel 9. Analisis Usahatani Sebelum dan Sesudah Integrasi pada Tanaman
Jagung
Keterangan Sebelum Integrasi Sesudah Integrasi
Pendapatan:
Produksi (kg/ha) 1.775 2.597
Harga jagung (Rp/kg) 3.000 3.000
Pendapatan (Rp/ha) 5.325.000 7.791.000
Biaya :
Bibit (Rp/ha) 120.000 120.000
Persiapan lahan (Rp/ha) 150.000 150.000
Penanaman (Rp/ha) 300.000 300.000
Upah pemberantasan hama/penyakit 50.000 50.000
Penyiangan 150.000 150.000
Insektisida (Rp/ha) 150.000 150.000
Upah pemupukan (Rp/ha) 100.000 100.000
Urea (Rp/ha) 1.000.000 1.380.000
SP 36 (Rp/ha) - 276.000
KCl (Rp/ha) - 37.000
Pupuk kandang (2 ton/ha) - 500.000
Pengairan 100.000 100.000
Panen (Rp) 150.000 150.000
Pajak (Rp/ha) - -
Total Biaya 2.270.000 3.083.000
Keuntungan 3.055.000 4.708.000
B/C 1,35 1,53
R/C 2,35 2,53
Tabel 10. Rata-rata biaya dan pendapatan pemeliharaan satu ekor sapi Bali
induk selama 3 bulan
Sebelum integrasi Setelah integrasi
Uraian
Harga Total (Rp) Harga Total
satuan (Rp) satuan (Rp) (Rp)
Biaya produksi :
Bibit sapi 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000
Tenaga kerja 90 HOK 10.000 900.000 10.000 900.000
Jerami jagung 20 kg x - - 500 900.000
90 hari = 1.800 kg
Rumput lapangan 20 kg 100 180.000 - -
x 90 hari = 1.800 kg
Obat cacing 10.000 10.000 10.000 10.000
Jumlah 6.090.000 6.810.000
Penerimaan :
Penjualan sapi 8.000.000 8.000.000 10.000.000 10.000.000
Kelahiran 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000
Penjualan pupuk 700 315.000 700 315.000
kandang 5 kg x 90 hari
Jumlah 10.815.000 12.815.000
Keuntungan 4.725.000 6.005.000
Benefit cost ratio (B/C) 0,78 0,88
21
4.8. Temu Lapang
Kegiatan temu lapang integrasi sapi dengan tanaman jagung pada lahan
suboptimal dilaksanakan pada kantor penyuluhan BPK Batu Roto Kecamatan Hulu
palik dengan tujuan memperkenalkan beberapa teknologi sebagai penunjang
kegiatan Sistem Integrasi Sapi dengan Jagung di Lahan Suboptimal, dengan
jumlah peserta yang hadir adalah 50 orang, turut juga dihadiri oleh Kepala
Puskeswan Hulu Palik (Bapak Watris), Koordinator Penyuluh BPK Batu Roto
(Bapak BR.Sialoho), Kepala seksi Lingkungan hidup kecamatan Hulu Palik,
seluruh pengurus/ anggota kelompok tani Tri Mukti desa Batu Raja R dan Desa
Batu Layang serta tokoh masyarakat kecamatan Hulu Palik.
Kegiatan temu lapang dilaksanakan untuk memperkenalkan teknologi-
teknologi integrasi yang telah dilaksanakan pada demplot kelompok tani Tri
Mukti, materi ini di sampaikan oleh saudari Wahyuni Ameilia Wulandari, S.Pt.
M.Si. pada kegiatan Sistem Integrasi Sapi dengan Jagung di lahan Suboptimal di
Kabupaten Bengkulu Utara kepada masyarakat Kabupaten Bengkulu Utara
khususnya kecamatan Hulu Palik. Disamping teknologi integrasi petani/peternak
juga di bekali oleh tim kegiatan mengenai teknologi pengolahan kompos,
perbanyakan activator pembuatan kompos. Pada pelaksanaan acara temu lapang
juga hadir petugas dari Balai Veteriner Lampung (Bapak Drh. Joko Susilo) yang
memberikan materi tentang manajemen reproduksi dan kesehatan ternak.
Dengan hasil yang di harapkan adalah :
1. Beranak setiap tahun
• 3 bulan setelah melahirkan sudah minta kawin
• Induk dan anak sehat
• Angka kebuntingan tinggi
• Dikawinkan 1 – 2 kali
• Kelahiran normal
2. Pertumbuhan pedet cepat.
Setelah penyampaian materi oleh kedua pembicara, kegiatan temulapang
dilanjutkan dengan demonstrasi pembuatan silase berbasis limbah panen
tanaman jagung manis oleh pengurus kelompok tani Tri Mukti.
22
V. KESIMPULAN
23
KINERJA HASIL PENGKAJIAN
24
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, U.P. 2010. Pemetaan Kebutuhan Benih Padi, Jagung, dan Kedele
(VUB,volume) dan Pengembangan Penangkar Benih yang Efisien (>10%)
di Bengkulu (Laporan Akhir PIPKPP). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Bengkulu, Bengkulu.
Balai Penelitian Tanaman Pangan. 2011. Laporan Tahun 2011 Penelitian Aneka
Kacang, Umbi dan jagung Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor.
Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2011. Teknologi produksi Jagung,
kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Jakarta.
Bailey, K.D. 1987. Methods of Social Research. Third edition. The Free Press,
New York.
BPS. 2001. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta
25
Selatan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan.
(http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id.) 2007.
Soepandie, D., dan I.H. Utomo. 1995. Pengelolaan Lahan dan Teknik Konservasi
di Lahan Kering.Makalah penunjang Diskusi Pengembangan Teknologi
Tepat Guna di Lahan Kering untuk Mendukung Pertanian Berkelanjutan.
Bogor, 27 September 1995.
Suwandi. 2005. Keberlanjutan Usaha Tani Terpadu Pola Padi Sawah-Sapi Potong
Terpadu di Kabupaten Sragen: Pendekatan RAP-CLS. Disertasi. Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Utomo, B.N, Widjaja E., dan Dara., E.K. 2009. Pengaruh ppemberian probiotik
lokal (jamu EKD) terhadap pertambahan bobot badan harian sapi Bali
jantan di Kalimantan Selatan. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan
Pertanian vol. 12 no. 1, Maret 2009 hal 11 - 20.
26
ANALISIS RISIKO
27
JADWAL KERJA
Bulan
No. Uraian Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Penyusunan RDHP X X
2. Penyusunan/pembahasan X X
dan
perbaikan RODHP
3. Koordinasi dan sosialisasi X X X
4. Pelaksanaan X X X X X X X X
6. Laporan bulanan X X X X X X X X X X X X
7. Laporan tengah tahun X
8. Laporan akhir tahun X
9. Seminar X
28
PEMBIAYAAN
29
B. Realisasi Anggaran
30
PERSONALIA
31
Lampiran 1. Hasil analisa limbah jagung
32
Lampiran 2. Foto-foto pelaksanaan kegiatan
Kegiatan sosialisasi rencana
kegiatan SISGUNG di desa
Batu Raja R kecamatan
Tanjung Agung Palik
33
Pembuatan lubang tanam
dengan jarak tanam 75 x 25
cm
34
Pengontrolah proses
Pembuatan silase pada
kelompok tani Tri Mukti
35