Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN AKHIR

SISTEM INTEGRASI SAPI DENGAN JAGUNG


PADA LAHAN SUBOPTIMAL DI PROVINSI
BENGKULU

WAHYUNI AMELIA WULANDARI

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU


BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
2015
LAPORAN AKHIR

SISTEM INTEGRASI SAPI DENGAN JAGUNG


PADA LAHAN SUBOPTIMAL DI PROVINSI
BENGKULU

Wahyuni Amelia Wulandari


Siswani Dwi Daliani
Zul Efendi
Erpan Ramon
Rizal Efendi
M.Nur

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU


BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat karunia-Nyalah laporan akhir kegiatan Integrasi Sapi dengan Jagung
pada lahan suboptimal di Provinsi Bengkulu, dapat diselesaikan. Laporan ini berisi
tentang hasil keseluruhan selama satu tahun (dari Januari sampai dengan bulan
Desember 2015) pelaksanaan kegiatan Sistem Integrasi Sapi dengan Jagung
pada Lahan Suboptimal di Provinsi Bengkulu yaitu di Kabupaten Bengkulu Utara.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Kepala BPTP Bengkulu atas
bimbingan dan arahan-arahannya dalam kegiatan ini, demikian juga kepada
rekan-rekan anggota tim yang telah memberikan tenaga dan pikiran sehingga
kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik. Harapan kami semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bengkulu, Desember 2015


Penanggung Jawab Kegiatan

Wahyuni Amelia Wulandari, S.Pt, M.Si


NIP. 19750724 199903 2 002

ii
LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul RPTP : Sistem Integrasi Sapi dengan Jagung pada


Lahan Sub Optimal di Provinsi Bengkulu
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu
3. Alamat Unit Kerja : Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119
4. Sumber Dana : DIPA BPTP Bengkulu TA. 2015
5. Status Kegiatan (L/B) : B (Baru)
6. Penanggung Jawab
a. Nama : Wahyuni Amelia Wulandari, S.Pt, M.Si.
b. Pangkat/Golongan : Penata/IIIc
c. Jabatan Fungsional : Peneliti Muda
7. Lokasi : Kabupaten Bengkulu Utara DAN Bengkulu
Tengah
8. Agroekosistem : Lahan kering
9. Tahun Mulai : 2015
10. Tahun Selesai : 2016
11. Output Tahunan (2015) : 1. Potensi lahan sub optimal untuk
penerapan model usaha tani integrasi
sapi jagung.
2. Komposisi pakan berbasis limbah
tanaman, jenis kompos berbahan baku
feces.
3. Nilai penerimaan dan biaya produksi
usaha ternak dan tanaman jagung pada
lahan sub optimal
Tahun 2016
1. Penumbuhan peran kelompok dalam
penerapan integrasi sapi jagung.
2. Terbangunnya jaringan kemitraan dan
kelembagaan integrasi sapi jagung.
3. Meningkatkan dan mempercepat
penyebaran inovasi teknologi berbasis
integrasi sapi jagung melalui pertemuan
dan demplot.
12. Output Akhir : 1. Model usahatani integrasi sapi jagung
pada lahan sub optimal
2. Meningkatnya kualitas lahan sub optimal
melalui integrasi sapi jagung.
3. Meningkatnya pendapatan petani pada
lahan sub optimal.

iii
13. Biaya Kegiatan : Rp. 81.590.000 (Delapan puluh satu juta
lima ratus sembilan puluh ribu rupiah)

Koordinator Program, Penanggung Jawab Kegiatan,

Dr. Ir. Wahyu Wibawa, MP Wahyuni A Wulandari, S.Pt,


M.Si
NIP. 19690427 199803 1 001 NIP.19750724 199903 2 002

Mengetahui
Kepala BBP2TP, Kepala BPTP Bengkulu,

Dr. Ir. Abdul Basit, MS Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP


NIP. 19610929 198603 1 003 NIP. 19590206 198603 1 002

iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii
RINGKASAN ............................................................................................ viii
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2. Dasar Pertimbangan ................................................................. 2
1.3. Tujuan ..................................................................................... 5
1.4. Keluaran yang Diharapkan ......................................................... 5
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak ................................................ 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7
III. METODOLOGI ................................................................................... 9
3.1. Pendekatan .............................................................................. 9
3.2. Ruang Lingkup Kegiatan ............................................................ 9
3.3. Perencanaan ............................................................................ 9
3.4. Persiapan ................................................................................. 10
3.5. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan ................................... 10
3.5.1. Metode .......................................................................... 11
3.5.2. Parameter yang diamati .................................................. 13
3.5.3. Analisis Data .................................................................. 13
3.5.4. Temu Lapang ................................................................. 13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 14
4.1. Karakteristik Lokasi Pengkajian .................................................. 14
4.2. Koordinasi dengan Stakeholders ................................................. 15
4.3. Sosialisasi Rencana Kegiatan ...................................................... 15
4.4. Peningkatan Kualitas Lahan Suboptimal melalui Integrasi Sapi
dengan Jagung ......................................................................... 16
4.5. Produksi Jagung Manis dan Jerami Jagung Manis ........................ 17
4.6. Pertambahan Bobot Badan Induk Sapi Bali .................................. 19
4.7. Analisis Usahatani Sebelum dan Sesudah Integrasi ...................... 20
4.8. Temu Lapang ........................................................................... 22
V. KESIMPULAN .................................................................................... 23
KINERJA HASIL PENGKAJIAN .................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 25
ANALISIS RESIKO .................................................................................... 27
JADWAL KERJA ........................................................................................ 28
PEMBIAYAAN .......................................................................................... 29
PERSONALIA ........................................................................................... 31
LAMPIRAN .............................................................................................. 32

v
DAFTAR TABEL

Halaman
1. Formula Pakan Pengkajian ................................................................. 11
2. Komponen Teknologi Budidaya Tanaman Jagung ................................. 12
3. Hasil analisis tanah sebelum integrasi ................................................. 17
4. Hasil analisis tanah setelah integrasi ................................................... 17
5. Produksi jagung manis sebelum dan setelah pengkajian (kg/ha) ........... 18
6. Produksi jerami jagung manis sebelum dan setelah pengkajian
(kg/ha) ............................................................................................. 18
7. Pertambahan Bobot Badan Induk Sapi Bali .......................................... 19
8. Hasil Penimbangan Bobot Badan selama 3 Bulan ................................. 20
9. Analisis Usahatani Sebelum dan Sesudah Integrasi pada Tanaman
Jagung ............................................................................................. 21
10. Rata-rata biaya dan pendapatan pemeliharaan satu ekorsapi Bali
induk selama 3 bulan ......................................................................... 21

11. Daftar risiko pelaksanaan kegiatan ...................................................... 27

12. Daftar penanganan risiko dalam pelaksanaan kegiatan ......................... 27

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Hasil analisa limbah jagung ................................................................ 32
2. Foto-foto pelaksanaan kegiatan ......................................................... 33

vii
RINGKASAN

1. Judul : Sistem Integrasi Sapi Bali dengan Jagung pada


Lahan Suboptimal di Provinsi Bengkulu
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu
3. Lokasi : Kabupaten Bengkulu Utara dan Bengkulu Tengah
4. Agroekosistem : Lahan Kering
5. Status : Baru
6. Tujuan : Tujuan Jangka Panjang :
1. Mendapatkan model usahatani integrasi sapi
jagung pada lahan sub optimal.
2. Meningkatkan kualitas lahan suboptimal
melalui integrasi sapi jagung.
3. Meningkatkan pendapatan petani pada lahan
suboptimal.
Tahun 2015
1. Mengkaji potensi lahan suboptimal untuk
penerapan model usaha tani integrasi sapi
jagung.
2. Memanfaatkan sumberdaya tanaman untuk
pakan dan sumber daya ternak untuk kompos.
3. Menganalisis nilai ekonomi dampak penerapan
integrasi sapi jagung di lahan suboptimal.
Tahun 2016
1. Menumbuhkan peran kelompok dalam
penerapan integrasi sapi jagung.
2. Membangun jaringan kemitraan, kelembagaan
integrasi sapi jagung.
3. Meningkatkan dan mempercepat penyebaran
inovasi teknologi berbasis integrasi sapi
jagung melalui pertemuan dan demplot.
7. Keluaran : Keluaran Jangka Panjang :
1. Model usahatani integrasi sapi jagung pada
lahan suboptimal.
2. Meningkatnya kualitas lahan suboptimal
melalui integrasi sapi jagung.
3. Meningkatnya pendapatan petani pada lahan
suboptimal
Tahun 2015
1. Potensi lahan sub optimal untuk penerapan
model usaha tani integrasi sapi jagung.
2. Komposisi pakan berbasis limbah tanaman,
jenis kompos berbahan baku feces.
3. Nilai Penerimaan dan biaya produksi usaha
ternak dan tanaman jagung pada lahan
suboptimal
Tahun 2016
1. Penumbuhan peran kelompok dalam
penerapan integrasi sapi jagung.
2. Terbangunnya jaringan kemitraan,

viii
kelembagaan integrasi sapi jagung.
8. Hasil yang : 1. Pendapatan petani meningkat.
diharapkan 2. Gairah usaha ternak meningkat.
3. Populasi ternak meningkat.
4. Membuka lapangan kerja baru.
5. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
9. Perkiraan manfaat : 1. Meningkatkan gairah petani untuk memperluas
usaha.
2. Mendorong jumlah populasi sapi potong di
lokasi pengkajian sejalan dengan peningkatan
gairah usaha petani.
3. Pendapatan petani meningkat seiring dengan
peningkatan produksi dan efisiensi usaha
10. Perkiraan dampak : 1. Membuka lapangan kerja baru bagi
masyarakat setempat khususnya yang
berkaitan dengan aktifitas di bidang
perternakan sapi potong dan pertanian
tanaman jagung.
2. Mendorong penentu kebijakan setempat untuk
meningkatkan pengembangan usaha
perternakan sapi potong dan pertanian
tanaman jagung yang lebih luas.
3. Memberi kontribusi terhadap peningkatan
pendapatan asli daerah (PAD).
11. Metodologi : Kegiatan penelitian ini akan dimulai bulan Januari
sampai Desember 2015 di Kabupaten Bengkulu
Utara. Penanaman tanaman jagung manis dengan
menggunakan PTT tanaman jagung. Pengkajian
menggunakan ternak sapi bali berjumlah 21 ekor
yang di bagi menjadi 3 perlakuan pakan dan
dilakukan pengulangan sebanyak 7 kali pada
masing-masing perlakuan. Perlakuan 1 (P1) =
jerami jagung non fermentasi 10% dari BB,
mineral 0,01% dari BB. Perlakuan 2 (P2) jerami
jagung fermentasi 10% dari BB, dan mineral
0,01% dari BB. Perlakuan 3 (P3) = hijauan
rumput lapangan 10% dari BB dan mineral 0,01%
dari BB. Data kesuburan tanah dan pertumbuhan,
produktivitas tanaman jagung dan ternak yang
terkumpul akan dianalisis dengan analisis of
variant (ANOVA), uji lanjut dengan Duncan
Multiple Range Test (DMRT) (Gomez dan Gomez,
1984). Analisis finansial dilakukan untuk
menentukan kelayakan usahatani.
12. Jangka Waktu : 2 tahun (2015-2016)
13 Biaya tahun 2015 : Rp. 81.590.000 (Delapan puluh satu juta lima
ratus sembilan puluh ribu rupiah).

ix
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lahan suboptimal di Provinsi Bengkulu cukup luas dan belum sepenuhnya
dimanfaatkan untuk pertanian. Lahan suboptimal tersebut diantaranya adalah
lahan kering masam dan lahan rawa, lahan kering mencapai 4,57 juta ha yang
tediri dari 3,44 juta ha lahan masam dan 1,13 juta ha lahan tidak masam. Luas
lahan kering yang memiliki potensi untuk sektor pertanian seluas 796.800 ha
(BPS Provinsi Bengkulu 2013). Provinsi Bengkulu memiliki potensi yang besar
untuk pengembangan usaha ternak sapi karena didukung oleh sumberdaya alam
(lahan dan pakan), sumber daya manusia dan peluang pasar yang memadai.
Tanaman jagung merupakan tanaman yang dapat ditanam di lahan
suboptimal dengan berbagai macam penanganan. Di Provinsi Bengkulu luas
tanaman tanaman jagung 22.653 ha dengan produksi 103.770 ton, sedangkan di
Bengkulu Utara seluas 2.904 ha dengan produksi 13.346 ton (BPS Bengkulu,
2013). Produktivitas jerami jagung adalah sekitar dua kali lipat dari produktivitas
jagung, jadi seandainya jagung pipil kering diperoleh 3,5 ton/ha maka bahan
kering jerami adalah sekitar 7 ton/ha (PAAT, 2000).
Usahatani terpadu merupakan pilihan tepat karena semakin terbatasnya
kemampuan sumberdaya pertanian. Sehubungan dengan itu sistem integrasi
jagung-sapi (SIJS) adalah salah satu model sistem usahatani terpadu alternatif
pada pertanian lahan kering.Pengembangan SIJS merupakan program yang
strategis untuk menundukung swasembada jagung Indonesia. SIJS merupakan
sistem usahatani tanpa limbah (zero waste) sehingga limbah tanaman menjadi
input pakan ternak, sebaliknya limbah ternak digunakan untuk pupuk tanaman
jagung. Keunggulan model usahatani terpadu ini adalah terjadinya interaksi
posistif antar kedua atau lebih komoditas yang dipadukan (Taroreh,2003). Setiap
kombinasi yang berinteraksi positif menunjukkan bahwa keduanya saling
mendukung dalam satu sistem produksi usahatani.
Usahatani pada lahan kering marginal yang hanya bertumpu pada tanaman
pangan semusim saja tidak akan mampu memenuhi kebutuhan keluarga tani dan
juga tidak akan menjamin kelestariannya. Ini disebabkan kompleknya interaksi
faktor-faktor pembatas sumberdaya lahan dan lingkungan antara lain rendahnya

1
produktivitas lahan, rendahnya efisiensi pemupukan, tingginya serangan
penyakit, serta rendahnya efisiensi pemasaran hasil pertanian.
Sistem integrasi tanaman-ternak dengan pendekatan zero waste
merupakan penyempurnaan dari sistem intensifikasi padi yang telah berkembang
di kalangan masyarakat pedesaan. Ada tiga komponen teknologi utama yaitu:
1. Teknologi budidaya ternak, terdiri atas sistem perkandangan ternak secara
berkelompok, teknologi peningkatan frekuensi kelahiran anak melalui
aplikasi teknologi inseminasi buatan (IB) dan teknologi pemberian pakan.
2. Teknologi budidaya jagung melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman dan
Sumberdaya Terpadu (PTT).
3. Teknologi pengolahan pakan ternak dan kompos serta teknologi
penyimpanan dan peningkatan mutu gizi pakan.
Populasi ternak sapi di Provinsi Bengkulu pada tahun 2012 berjumlah
105.550 ekor dengan produksi daging 3.759,88 ton/tahun. Sedangkan populasi
sapi potong di Kabupaten Bengkulu Utara adalah 36.206 ekor dengan produksi
daging sebesar 471,08 ton (BPS 2013). Sistem pemberian pakan cukup beragam
di masing-masing kawasan. Ternak sapi mempunyai prospek dan potensi pasar
yang cerah. Selain memberikan tambahan pendapatan bagi petani peternak,
usaha ternak sapi juga merupakan sumber pendapatan daerah melalui
perdagangan antarprovinsi, antara lain ke Sumatera Barat, Sumatera Selatan,
dan Jambi.
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu telah
melakukan berbagai langkah untuk mengembangkan peternakan di wilayah
tersebut. Salah satu kebijakan tersebut adalah memberikan bantuan ternak sapi
maupun modal kepada kelompok petani-peternak. Di Bengkulu, sapi dipelihara
secara terpadu dengan tanaman, yang dikenal dengan sistem integrasi tanaman
ternak (integrated farming system). Menurut Priyanti (2007), usaha ternak sapi
tanaman dapat memberikan dampak budidaya, sosial, dan ekonomi yang positif.
Potensi ketersediaan pakan dari limbah tanaman cukup besar sepanjang tahun.
Guna mewujudkan pembangunan pertanian yang maju, efisien dan
berkelanjutan diperlukan dukungan teknologi pertanian yang telah teruji sesuai
dengan kebutuhan pengguna dan kemampuan wilayah. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian telah banyak melakukan kegiatan penelitian yang
hasilnya sebagian besar telah diterapkan oleh pengguna secara luas. Namun

2
disadari bahwa masih banyak informasi teknologi hasil penelitian yang belum
diketahui oleh para pengguna dan pembuat kebijakan. Hal ini terlihat dari cukup
tingginya senjang hasil yang dicapai oleh pengguna dengan hasil yang dicapai
oleh lembaga penelitian, bahkan tingkat teknologi yang diterapkan oleh
pengguna masih relatif rendah. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa
informasi teknologi dari sumber inovasi ke pengguna belum berjalan lancar.
Peluang integrasi jagung dan sapi didukung oleh beberapa faktor internal
sebagai berikut:1) pertanian jagung menghasilkan pakan limbah pertanian yang
cukup besar, sebagai contoh total biomasa segar jagung varietas bima-1 sebesar
100,68 ton/ha, varietas semar-10 sebesar 99,15 ton/ha (Puslitbangtan, 2003),
2). Perumpasan daun jagung untuk pakan sapi dapat dilakukan sejak
pertumbuhan vegetasi sebagaimana yang sering dilakukan di Blora
(Puslitbangtan, 2003). 3). Sapi mampu memanfaatkan limbah jagung sebagai
pakan, 4). Tenaga kerja sapi dibutuhkan dalam sistem produksi jagung, 5).
Peternakan sapi mensuplai kotoran sebagai bahan baku pupuk organik, disatu
sisi jagung membutuhkan pupuk organik dalam pertumbuhannya.
Pengembangan kelembagaan merupakan salah satu komponen pokok
dalam keseluruhan rancangan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
(RPPK) tahun 2005 – 2025. Selama ini pendekatan kelembagaan baik formal
maupun informal telah menjadi komponen pokok dalam pembangunan pertanian
di perdesaan terutama dalam pengembangan inovasi spesifik lokasi.
Kelembagaan formal yang sudah terbentuk diantaranya adalah BP4K (Badan
Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan), BPP (Badan
Pelaksana Penyuluhan) dan Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan. Di
Provinsi Bengkulu nama kelembagaan formal ini berbeda pada beberapa
kabupaten seperti di Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Kepahiang.
Permasalahan kelembagaan tetap merupakan bagian yang esensial, baik
kelembagaan formal maupun kelembagaan informal. Pada kelembagaan formal
telah dibentuk kelembagaan baru yaitu Badan Koordinasi Penyuluhan sebagai
lembaga pemerintah non departemen, yang akan merumuskan secara terperinci
tentang metode penyuluhan, strategi penyuluhan, dan kebijakan penyuluhan.
Di tingkat kelembagaan informal telah dibentuk beberapa lembaga baru,
misalnya Pos Penyuluhan Desa dan gabungan kelompok tani (gapoktan).
Kementerian Pertanian menargetkan akan membentuk satu gapoktan di setiap

3
desa khususnya yang berbasis pertanian. Ini merupakan satu lembaga andalan
baru, meskipun semenjak awal 1990-an gapoktan telah dikenal. Saat ini
gapoktan diberi pemaknaan baru, termasuk bentuk dan peran yang baru.
Gapoktan menjadi lembaga gerbang (gateway institution) yang menjadi
penghubung petani satu desa dengan lembaga-lembaga lain di luarnya.Gapoktan
diharapkan berperan untuk fungsi-fungsi pemenuhan permodalan pertanian,
pemenuhan sarana produksi, pemsaran produk pertanian, dan termasuk
menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan petani (Astuti, 2010).

1.2. Dasar Pertimbangan


1. Penguatan kelembagaan kelompok tani-ternak pada satu kawasan
pengembangan komoditas jagung dan sapi secara sinergi berdampingan
dalam siklus usahataninya perlu dikembangkan. Kelompok tani yang ada dan
termasuk masyarakat yang mempunyai ternak diberdayakan untuk menjadi
satu kelompok tani yang mandiri di beberapa desa pada satu kecamatan.
Dengan terbentuknya kelompok tani-ternak di beberapa desa akan terbentuk
suatu kesamaan persepsi untuk mengusahakan ternak sapi dan jagung
bersama-sama pada satu kawasan sehingga dimungkinkan bergabung
menjadi gapoktan. Gapoktan bersama-sama dengan penyuluh setempat,
pengamat hama dan pengamat benih dengan membentuk unit-unit usaha
berupa unit usaha saprodi pertanian, unit usaha pascapanen, unit usaha
pembiayaan, dan unit usaha pemasaran.
2. Petani dalam kelompok tani diusahakan mampu diarahkan tidak hanya
sebagai produsen namun menjadi supplier melalui unit-unit usaha dalam
gapoktan.
3. Sistem integrasi menguntungkan karena ternak dapat memanfaatkan rumput
dan hijauan pakan yang tumbuh liar, jerami atau limbah pertanian sebagai
pakan, selain menghasilkan kotoran sebagai pupuk organik untuk
meningkatkan kesuburan tanah. Rohaeni,et al. 2010, yang mengkaji
keragaan model integrasi jagung-ternak di lahan kering yang dilakukan di
Desa Sumber Mulia, Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut. Sistem
integrasi yang diintroduksikan yaitu dari segi budidaya jagung, fermentasi
kotoran sapi dan teknologi budidaya ternak sapi. Budidaya jagung yang
diintroduksikan yaitu penggunaan pupuk dasar fine compost. Hasil

4
pengkajian menunjukkan bahwa integrasi usahatani tanaman jagung dan
ternak sapi di lahan kering dapat memberikan nilai tambah berupa
penggunaan kotoran sapi sebagai fine compost sehingga dapat mengurangi
biaya untuk pembelian kotoran ayam, limbah jagung yang dapat
dimanfaatkan terutama untuk pakan alternatif pada musim kemarau yaitu
daun, batang dan janggel.

1.3. Tujuan
Tujuan Jangka Panjang :
1. Mendapatkan model usahatani integrasi sapi jagung pada lahan suboptimal.
2. Meningkatkan kualitas lahan suboptimal melalui integrasi sapi jagung.
3. Meningkatkan pendapatan petani pada lahan suboptimal.
Tahun 2015
1. Mengkaji potensi lahan suboptimal untuk penerapan modal usaha tani
integrasi sapi jagung.
2. Memanfaatkan sumberdaya tanaman untuk pakan dan sumber daya ternak
untuk kompos.
3. Menganalisis nilai ekonomi dampak penerapan integrasi sapi jagung di lahan
suboptimal.
Tahun 2016
1. Menumbuhkan peran kelompok dalam penerapan integrasi sapi jagung.
2. Membangun jaringan kemitraan, kelembagaan integrasi sapi jagung.
3. Meningkatkan dan mempercepat penyebaran inovasi teknologi berbasis
integrasi sapi jagung melalui pertemuan dan demplot.

1.4. Keluaran yang Diharapkan


Keluaran Jangka Panjang :
1. Model usahatani integrasi sapi jagung pada lahan suboptimal.
2. Meningkatnya kualitas lahan suboptimal melalui integrasi sapi jagung.
3. Meningkatnya pendapatan petani pada lahan suboptimal.

Tahun 2015
1. Kajian potensi lahan suboptimal untuk penerapan model usahatani integrasi
sapi jagung.

5
2. Komposisi pakan berbasis limbah tanaman, jenis kompos berbahan baku
faeces.
3. Nilai Penerimaan dan biaya produksi usaha ternak dan tanaman jagung pada
lahan suboptimal.

Tahun 2016
1. Tumbuhnya peran kelompok dalam penerapan integrasi sapi jagung.
2. Terbangunnya jaringan kemitraan, kelembagaan integrasi sapi jagung.
3. Peningkatan dan percepatan penyebaran inovasi teknologi berbasis integrasi
sapi jagung melalui pertemuan dan demplot.

1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak

Pemanfaatan lahan suboptimal untuk pertanaman jagung dengan


penggunaan varietas yang sesuai dan pemanfaatan pupuk kandang yang spesifik
lokasi sehingga produktivitas jagung yang optimal dapat tercapai dengan
pengolahan lahan yang tepat. Pengembangan sapi yang diintegrasikan dengan
tanaman jagung pada lahan suboptimal dapat meningkatkan produksi jagung,
daging sapi dan peningkatan bahan organik lahan dan perbaikan tekstur tanah
akan berdampak positif pada peningkatan produktivitas lahan, dan pendapatan
petani. Dampak kegiatan integrasi yang dilakukan diharapkan agar terjadi
peningkatan produktivitas lahan dari lahan suboptimal menjadi lahan optimal.

6
II. TINJAUAN PUSTAKA

Sistem integrasi merupakan penerapan usahatani terpadu melalui


pendekatan low external input antara ternak sapi dan tanaman (Priyanti 2007).
Sistem ini sangat menguntungkan karena ternak dapat memanfaatkan rumput
dan hijauan pakan yang tumbuh liar, jerami atau limbah pertanian sebagai
pakan, selain menghasilkan kotoran sebagai pupuk organik untuk meningkatkan
kesuburan tanah.
Sistem integrasi juga dapat menambah pendapatan rumah tangga dengan
mengolah kotoran sapi menjadi kompos. Pupuk kompos selanjutnya dapat dijual
kepada petani lain atau masyarakat yang membutuhkannya. Usahatani integrasi
menerapkan pendekatan sistem dalam satu kesatuan daur produksi (Priyanti
2007). Beberapa hasil penelitian menunjukkan sistem integrasi ternak sapi
tanaman dapat meningkatkan pendapatan petani (Sariubang et al. 2003;
Suwandi 2005; Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat 2007; Priyanti 2007).
Secara umum lahan kering dapat dibedakan menjadi lahan kering masam
dan lahan kering tidak masam. Tanah-tanah yang umumnya mempunyai pH
masam dilahan kering adalah ordo Entisol, Inceptisol, Ultisols dan Oxisols yang
beriklim basah dengan curah hujan tinggi. Lahan kering yang tidak masam pada
umumnya terdiri dari Inceptisols, Vertisols, Millisols, Alfisols yang berbeda pada
daerah beriklim kering (Hidayat dan Mulyani, 2002).
Sariubang et al. (2003) menyatakan, pada pola integrasi sapi potong-
jagung, pendapatan dapat berasal dari hasil panen jagung pipilan, anak sapi, dan
pupuk kandang. Dengan demikian, keuntungan yang diperoleh dalam satu luasan
lahan lebih besar dibanding bila hanya menanam jagung saja. Pola integrasi sapi
potongjagung di Sulawesi Selatan mampu memberikan keuntungan
Rp4.797.118/ha/ musim tanam dengan B/C ratio 1,40 (Sariubang et al. 2003).
Pembangunan pertanian adalah suatu rangkaian kegiatan untuk
meningkatkan pendapatan petani, yakni melalui melalui salah satu program
pendampingan Peningkatan Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (Wulandari,
2010). Program tersebut diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja,
mengentaskan kemiskinan, memantapkan ketahanan pangan dan mendorong
pertumbuhan ekonomi wilayah (Badan Litbang Pertanian, 2004a).

7
Inovasi teknologi pertanian merupakan salah satu cara mempercepat
pembangunan pertanian. Oleh karena itu peran penelitian dan pengembangan
(Litbang) pertanian menjadi penting artinya sebagai salah satu pendukung
pembangunan pertanian.

8
III. METODOLOGI

3.1. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sistem pengkajian inovasi
teknologi integrasi yang dilakukan melalui pendekatan eksperimental
perticipatory on farm research dengan mengumpulkan sebanyak mungkin
informasi yang berhubungan dengan inovasi teknologi integrasi pada sektor
peternakan sapi dan tanaman jagung. Pada sektor tanaman jagung dengan
melalui teknologi integrasi ternak dan tanaman. Pada sektor peternakan yaitu
pada peternakan sapi potong yang sudah menerapkan teknologi pakan limbah
pertanian dan limbah kotoran ternak sebagai kompos. Penentuan lokasi sampel
dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa pada daerah
sampel merupakan lokasi perternakan sapi dan pertanaman jagung yang belum
terintegrasi. Keberadaan ternak sapi diharapkan dapat memperbaiki kesuburan
tanah di lahan suboptimal Kabupaten Bengkulu Utara.

3.2. Ruang Lingkup Kegiatan


Kegiatan pengkajian ini akan dilaksanakan selama 2 tahun yaitu dari tahun
2015 – 2016. Ruang lingkup yang dilakukan pada lahan suboptimal (lahan kering
podsolik merah kuning) jenis tanaman yang di tanam adalah tanaman jagung
manis varietas Bonanza sedangkan jenis ternak adalah sapi bali.
Bahan yang digunakan pada pengkajian ini adalah sapi bali berumur 1 – 2
tahun berjumlah 21 ekor, pakan ternak hijauan berupa rumput, limbah jagung
non fermentasi dan limbah jagung fermentasi serta mineral. Benih jagung manis
varietas Bonanza, kapur pertanian, pupuk, pestisida (herbisida, insektisida, dan
fungisida).
Peralatan yang diperlukan dalam percobaan ini adalah pHmeter, alat
pengambil sampel tanah, perangkat analisis tanah, timbangan gantung,
timbangan analitik, timbangan ternak digital, ATK (mistar, handcounter,
calculator, pena), cangkul, arit, parang, kantong plastik, tugal, ember,
handsprayer, tali, dan pita ukur.

3.3. Perencanaan
Tahapan perencanaan pelaksanaan kegiatan pengkajian sistem integrasi
sapi jagung di lahan suboptimal pada tahun 2015 di susun berdasarkan informasi

9
yang di peroleh dari data sekunder serta informasi hasil penelitian sejenis yang
pernah di lakukan sebelumnya. Kegiatan perencanaan ini meliputi :
1. Penyusunan rancangan pengkajian.
2. Pembagian tugas untuk masing-masing pelaksana pengkajian seperti
peneliti, penyuluh, litkayasa, teknisi, dan petugas lapangan setempat.
3. Pembuatan kuesioner dan alat bantu pengkajian lainnya seperti petunjuk
teknis, liputan pertanian, flip chart dan peta singkap.
4. Penyiapan sarana dan prasarana pengkajian seperti ternak sapi bali, benih
jagung manis, sarana produksi (pupuk, kapur pertanian, pakan dan obat-
obatan), probiotik bahan baku pakan tambahan pada demplot.

3.4. Persiapan
Persiapan direncanakan sebelum kegiatan pengkajian di implementasikan
di lapangan meliputi :
1. Koordinasi internal antar anggota tim dan eksternal dengan stakeholders di
provinsi, kabupaten, kecamatan dan desa setempat. Koordinasi ini dilakukan
secara periodik setiap bulan atau pada waktu-waktu tertentu bila diperlukan.
Kegiatan ini di lakukan untuk saling bertukar informasi guna kelancaran dan
perbaikan pelaksanaan kegiatan di lapangan.
2. Melaksanakan kegiatan sosialisasi di lapangan secara berjenjang tentang
rencana pengkajian yang akan dilakukan mulai dari tingkat kabupaten,
kecamatan (BPP), serta calon lokasi yang akan di jadikan target pelaksanaan
kegiatan pengkajian. Kegiatan ini bertujuan untuk menyamakan persepsi
tentang tujuan, sasaran dan manfaat program yang akan dilaksanakan
dengan demikian semua pihak terkait yang akan terlibat dalam pelaksanaan
kegiatan ini memahami dan mendukung sepenuhnya selama kegiatan
berlangsung.

3.5. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan


Petani/peternak yang terlibat dalam kegiatan pengkajian ini yaitu
sebanyak 30 orang, yang berada dalam satu kabupaten yang memiliki ternak
sapi dengan kandang yang berdekatan serta mempunyai lahan untuk tanaman
jagung.

10
Implementasi dan penataan sistem integrasi melalui teknologi usaha
integrasi sapi potong yang terpadu dengan tanaman jagung manis dengan umur
panen 55 - 65 hari. Peningkatan mutu nutrisi pakan ternak sapi dilakukan dengan
pemberian pakan tambahan yang berupa mineral.

3.5.1. Metode
Kegiatan teknis yang akan dilakukan adalah implementasi pengembangan
sistem dan usaha integrasi sapi potong dengan tanaman jagung di lahan sub
optimal. Pengkajian dilakukan secara partisipatif dilahan petani dan melibatkan
petani sebagai kooperator.
Karakterisasi lokasi pada areal lahan kering berbasis tanaman pangan
menggunakan metode PRA (participatory rural appraisal) pada lokasi yang
memiliki potensi bagi penerapan model usaha sapi potong di lahan kering
berbasis tanaman pangan kegiatan ini untuk mendata potensi, kendala dan
prospek usaha sapi potong untuk penggemukan.
Penentuan petani/peternak kooperator yang memiliki kandang dalam
hamparan yang berdekatan, dengan kapasitas ternak 21 ekor sapi bali berumur
1,5 – 2 tahun yang di bagi ke dalam 3 perlakuan pakan dan tiap perlakuan terdiri
dari 7 ekor sapi sebagai ulangan yang di susun dengan menggunakan Rancangan
Acak Kelompok (RAK). Formulasi pakan dan komponen teknologi yang di
terapkan dalam pengkajian yang digunakan disajikan pada Tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Formulasi Pakan Pengkajian


Perlakuan
No. Bahan Pakan I II III
……………..(% BB)……………..
1. Limbah jagung non fermentasi 10 - -
2. Limbah jagung fermentasi - 10 -
3. Hijauan rumput - - 10
4. Mineral 0,01 0,01 0,01

11
Tabel 2. Komponen teknologi budidaya jagung manis
No. Komponen Teknologi Keterangan
1 Varietas unggul Jagung manis varietas Bonanza
2 Pengolahan tanah TOT
3 Sistem tanam Monokultur
4 Jarak tanam (cm) 75 x 25 cm
5 Jumlah benih perlubang tanam 1 biji
6 Cara pemupukan Tugal (3 kali)
7 Penyiangan 2 kali
8 Pengendalian hama penyakit PHT
9 Sistem panen Manual

Pelaksanaan kegiatan pengumpulan data tahap awal dilakukan identifikasi


wilayah dengan koordinasi dengan stake halder di kabupaten. Data yang di
kumpulkan, meliputi data potensi wilayah, biofisik, karakteristik peternak sapi
potong sebelum dan sesudah menerapkan sistem integrasi, data pertumbuhan
ternak, pertambahan bobot badan ternak, pertumbuhan tanaman jagung,
produksi buah jagung manis, kesuburan tanah sebelum dan sesudah
pelaksanaan kegiatan integrasi tanaman-ternak, perkembangan jumlah peternak
sapi potong yang menerapkan teknologi integrasi yang ditawarkan. Data
pendukung untuk kelancaran berlangsungnya kegiatan serta jenis dan jumlah
lembaga penunjang yang terlibat dalam kegiatan integrasi ternak sapi dengan
tanaman jagung yang diterapkan pada lokasi pengkajian.
Untuk komoditas tanaman jagung dengan luas lahan 3 ha
budidaya/pemeliharaan tanaman jagung mengacu kepada PTT jagung
(Departemen Pertanian 2008, Dirjen Tanaman Pangan 2008, Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian, 2009a), tanaman jagung manis hibrida ditanam
10 kali tanam setiap selang waktu 7 hari, luas setiap kali tanam masing-masing
adalah 0,25 ha.
Penanaman jagung dilakukan secara bertahap, setiap kali penananam
jagung manis adalah seluas 2.500 m2. Penanaman jagung manis dilakukan 12
kali tanam, dengan selang waktu 7 hari 1 kali tanam. Dosis pemupukan tanaman
jagung adalah Kapur 1.500 kg/ha, Urea 300 kg/ha, SP-36 100 kg/ha, KCL 50
kg/ha dan pupuk kompos (organik) 2.000 kg/ha.

12
3.5.2. Parameter yang diamati
Parameter yang diamati adalah:
1. Analisis kesuburan tanah sebelum dan setelah dilakukan integrasi pada lahan
suboptimal.
2. Produksi jagung manis (ton/ha) dan produksi jerami jagung manis (batang
dan daun jagung ton/ha).
3. Pertambahan bobot badan sapi induk yang di integrasikan dengan tanaman
jagung (kg/ekor/hari).
4. Analisis nilai ekonomi penerapan integrasi sapi jagung di lahan suboptimal.
Pertambahan bobot badan ternak dilakukan penimbangan setiap bulannya.
Pengamatan nilai ekonomis usaha integrasi ternak dan tanaman dihitung
berdasarkan output dan outcome yang di lakukan sebelum dan setelah integrasi.

3.5.3. Analisis data


Data pertumbuhan dan produktivitas tanaman jagung, ternak dan lahan
yang terkumpul dianalisis dengan analisis of variant (ANOVA) dan uji lanjut
dengan Tukey (Gomez dan Gomez, 1984). Pengkajian ini menggunakan 3
perlakuan pakan (Tabel 1) setiap perlakuan diulang 7 kali, faktor yang di ukur
pada ternak sapi adalah pertambahan bobot badan. Analisis finansial dilakukan
untuk menentukan kelayakan usahatani. Data hasil pengkajian yang diadopsi
oleh pengguna dianalisis secara deskriptif serta menggunakan interval kelas.

3.5.4. Temu lapang


Kegiatan ini dimaksudkan untuk penyebaran informasi hasil pengkajian
bagi para pelaku usaha dan pelaku agribisnis perternakan sapi potong dari lokasi
lain yang memiliki karakteristik lingkungan dan sosial ekonomi yang sama.

13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Lokasi Pengkajian


Desa Batu Raja R dan Batu Layang secara administrasi termasuk ke dalam
wilayah Kecamatan Hulu Palik, Kabupaten Bengkulu Utara, topografi yang
bergelombang dan berbukit-bukit, ketinggian tempat 400 – 500 meter diatas
permukaan laut, suhu harian rata-rata 250- 300C, curah hujan rata-rata pertahun
1.500 mm, tekstur tanah adalah lempung berpasir, jenis tanah podsolik merah
kuning, dan pH tanah 5,5 – 6,5.
Batas-batas wilayah Desa Baturaja R adalah sebelah Utara dengan Desa
Baturoto, sebelah Selatan dengan Desa Padang Bendar, sebelah Timur dengan
Desa Padang Bendar dan Hutan TNKS dan sebelah Barat dengan Desa Air Banai.
Luas wilayah Desa Batu Raja R dan desa Batu Layang sekitar 438 ha yang
didominasi oleh lahan perkebunan dan persawahan. Lahan persawahan sekitar
275 ha, lahan perkebunan 137 ha, sawah irigasi teknis 62 ha, irigasi setengah
teknis 113 ha, sisanya adalah kolam, pekarangan dan lahan rawa. Jumlah
penduduk sebanyak 932 jiwa terdiri dari 270 kepala keluarga dengan mata
pencaharian utama adalah sebagai petani, sebagian kecil pedagang, dan pegawai
negeri sipil. Kelompok tani yang terdapat pada desa Batu Raja R berjumlah 8
kelompok tani, 3 kelompok wanita tani dan 1 gapoktan (Gapoktan Bumai Jayo).
Desa Batu Raja R dan desa Batu Layang adalah daerah perkebunan dan
tanaman pangan, tanaman pangan masyarakatnya adalah tanaman padi dan
tanaman jagung, masyarakat melakukan pemanenan jagung satu kali musim
tanam setiap tahunnya. Berdasarkan hasil koordinasi dengan pemerintah daerah
bahwa desa Batu Raja R dan desa Batu Layang merupakan salah satu daerah
penghasil jagung di kabupaten Bengkulu Utara, namun pemanfaatan limbah
tanaman jagung (daun, batang, kelobot dan tongkol) belum termanfaatkan
(terolah) oleh ternak dengan baik.
Populasi sapi potong di Desa Batu Raja R sebanyak 217 ekor dan di Desa
Batu Layang sebanyak 284 ekor, ayam buras 2.600 ekor, dan kambing berjumlah
39 ekor. Produksi rata-rata komoditas tanaman padi 5 ton/ha, jagung 6 ton/ha,
kakao 0,8 ton/ha dan karet 0,225 ton/ha. Sarana pendukung usaha ternak pada
kelompok cukup memadai, kelompok mempunyai rumah tempat pembuatan
kompos (rumah kompos), masih tersedia lahan untuk penanaman hijauan

14
makanan ternak (HMT) seluas 50 ha. Lahan untuk penanaman tanaman jagung
masih tersedia di sekitar areal Desa Batu Raja R dan Desa Batu Layang.

4.2. Koordinasi dengan Stakeholders


Pelaksanaan kegiatan koordinasi dilakukan di tingkat provinsi yaitu ke
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu, pemerintah daerah
melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan mendukung kegiatan pengkajian
sistem integrasi ternak sapi dengan tanaman jagung di lahan suboptimal di
Kabupaten Bengkulu Utara. Koordinasi di tingkat pemerintah daerah Kabupaten
Bengkulu Utara dilakukan dengan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten
Bengkulu Utara. Hasil koordinasi di tingkat kabupaten yaitu dengan
direkomendasikan di beberapa kecamatan tetapi kemudian dipilih di kecamatan
Hulu Palik di wilayah Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) Baturoto. Koordinasi
dilanjutkan ke BPK Desa Baturoto, yang merekomendasikan kegiatan dapat
dilaksanakan pada Desa Batu Raja R kecamatan Hulu Palik.
Kegiatan koordinasi ke Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Baturoto,
Puskeswan Baturoto, Kelompok Tani dan survey lokasi BPK Baturoto Kecamatan
Hulu Palik menyambut baik tim BPTP yang telah berkoordinasi dengan pihak BPK
Baturoto. Pada dasarnya BPK Baturoto akan selalu siap membantu program
SISGUNG pada lahan suboptimal di Kecamatan Hulu Palik, Untuk pelaksanaan
kegiatan yang dimaksud maka pihak BPK Baturoto, petugas Puskeswan (Bapak
Septi) dan tim BPTP menetapkan Desa Batu Raja R sebagai lokasi pengkajian.
Kelompok tani Tri Mukti beranggotakan 28 orang dengan mata pencaharian
sebagai petani dan sebagai peternak, berdasarkan hasil surveymenunjukan
bahwa kondisi lahan sudah sesuai dengan cirri-ciri lahan suboptimal, luas yang
diinginkan sudah sesuai dengan tujuan pengkajian. Hasil survey kondisi kandang
ternak dan kondisi ternak menunjukan bahwamasih banyak yang perlu di benahi
dalam budidaya ternak oleh kelompok tani Tri mukti desa Batu Raja R dan Batu
Layang.

4.3. Sosialisasi Rencana Kegiatan


Kegiatan sosialosasi bertujuan untuk menyampaikan rencana kegiatan
Integrasi Sapi dengan Jagung Pada Lahan Suboptimal di Provinsi Bengkulu yang
akan dilaksanakan pada desa Batu Raja R dan desa Batu Layang, kegiatan

15
dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2015 acara tersebut dihadiri oleh petugas
inseminator Puskeswan Baturoto, PPL desa Batu Raja R dan Desa Batu Layang,
perangkat desa, tokoh masyarakat, dan seluruh pengurus serta anggota
kelompok tani Tri Mukti, adapun hasil kegiatan sosialisasi sebagai berikut :
 Pelaksanaan kegiatan pengkajian sistem integrasi sapi dengan tanaman
jagung akan dilaksanakan di desa Batu Raja R dan Desa Batu Layang.
kelompok tani yang menjadi kooperator adalah kelompok tani Tri mukti.
 Untuk pelaksanaan kegiatan para petugas lapangan (PPL dan Petugas
Puskeswan) siap untuk membantu tugas-tugas yang berkaitan dengan
kegiatan teknis di lapangan.
 Seluruh anggota kelompok tani Tri Murti, kepala desa, tokoh adat, tokoh
agama dan tokoh masyarakat akan ikut membantu pelaksanaan kegiatan.
 Setiap hari jum’at kelompok kooperator akan berkompul di pendopo desa
untuk membahas masalah-masalah di lapangan yang berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan integrasi.
 Ternak sapi yang akan digunakan dalam percobaan adalah sapi bali betina
berumur 1 – 2 tahun, sedangkan tanaman jagung yang akan di gunakan
adalah tanaman jagung manis varitas Bonanza.
 Lahan yang akan dijadikan tempat penanaman jagung seluas 3 ha dengan
system penanaman secara bertahap seluas 0,25 ha, dengan 12 kali
penanaman. Penanaman dilakukan secara bertahap setiap minggu dengan
tanpa olah tanah.
 Kelompok tani kooperator siap menyebar luaskan teknologi yang diterapkan
dalam kegiatan integrasi tersebut kepada kelompok/masyarakat yang belum
tergabung dengan kelompok kooperator.

4.4. Peningkatan Kualitas Lahan Suboptimal Melalui Integrasi Sapi


dengan Jagung
Pengambilan sampel tanah sebelum adanya integrasi dilakukan pada 3
lokasi pengamatan. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah BPTP
Bengkulu. Hasil analisis sampel tanah tanah sebelum adanya integrasi
menunjukkan bahwa tanah agak masam, C organik tinggi, N organik sedang
sampai tinggi dan P organik rendah sampai tinggi (Tabel 3).

16
Tabel 3. Hasil analisis tanah sebelum integrasi
Ekstrak 1:5 Terhadap Contoh Tanah Kering 1050C
Kadar
Air pH Bahan Organik P Bray Nilai Tukar Kation (NH4Acatat 1 N, pH 7)
Kode C N I K-dd Na-dd Ca-dd Mg-dd KTK
% H2O KCL % ppm _____________me/100 gr
_____________
BRR1 6,20 6,46 3,75 2,45 0,27 6,74 0,13 0,089 0,46 1,84 28,09
BRR2 8,80 6,00 3,70 4,64 0,64 14,20 0,21 0,087 1,01 1,92 26,61
BRR 3 8,00 6,37 3,54 4,40 0,39 4,10 0,37 0,100 1,25 1,60 28,53

Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Tanah BPTP Bengkulu, 2015

Hasil analisis tanah setelah adanya integrasi sapi dengan jagung pada
lahan suboptimal disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui
bahwa tanah agak masam, C organik rendah, N organik sangat rendah
sedangkan P organik sangat tinggi. Berdasarkan hasil analisis tanah sebelum dan
setelah integrasi dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan pada unsur hara
Phosphor (P) sedangkan bahan organik C dan N serta pH belum terjadi
peningkatan. Hal ini disebabkan karena pada saat pengambilan sampel tanah
terjadi musim kemarau cukup panjang sehingga pemberian kompos dan pupuk
anorganik belum sepenuhnya meningkatkan unsur hara lahan suboptimal.

Tabel 4. Hasil analisis tanah setelah adanya integrasi sapi


Ekstrak 1:5 Terhadap Contoh Tanah Kering 1050C
Kadar
Air pH Bahan Organik P Bray Nilai Tukar Kation (NH4Acatat 1 N, pH 7)
Kode
C N I K-dd Na-dd Ca-dd Mg-dd KTK
% H2O KCL
% ppm _____________me/100 gr _____________
Yo 12,60 5,79 4,72 1,60 0,48 29,27 2,04 0,20 2,46 1,69 30,15
Dwi 8,65 5,51 4,19 1,93 0,28 26,41 2,60 0,16 1,56 11,81 22,04
Suk 8,92 6,12 3,82 1,60 0,34 26,61 2,64 0,31 0,97 3,02 21,70
Sug 31,31 6,24 3,77 1,34 0,51 21,78 3,28 0,21 1,54 6,31 35,70

Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Tanah BPTP Bengkulu, 2015

4.5. Produksi Jagung Manis dan Jerami Jagung Manis


Hasil produksi jagung manis sebelum dan setelah integrasi disajikan pada
Tabel 5.

17
Tabel 5. Produksi jagung manis sebelum dan setelah integrasi (kg/ha)
Produksi Jagung Manis (kg/ha)
Ulangan
Sebelum Integrasi Setelah Integrasi
1 1.650 2.620
2 1.800 2.760
3 1.900 3.060
4 1.000 1.680
5 2.000 2.540
6 2.100 2.920
7 2.000 2.780
8 1.750 2.600
9 2.100 2.820
10 1.700 2.600
11 1.800 2.580
12 1.500 2.200
Rata-rata 1.775 2.597

Hasil produksi jagung manis rata-rata sebelum integrasi adalah 1.775 kg/ha
sedangkan setelah integrasi meningkat menjadi 2.597 kg/ha (Tabel 5). dengan
jumlah produksi buah jagung manis perhektar adalah 2.597 kg/ha, berarti
produksi rata-rata per luas lahan 0,25 ha yang diusahakan oleh petani
memperoleh hasil tanaman jagung adalah 649 kg. Hasil produksi jagung manis
tersebut meningkat 822 kg/ha dibandingkan sebelum integrasi. Hasil produksi
jagung manis tersebut masih belum optimal jika dibandingkan dengan produksi
jagung manis pada lahan yang bukan suboptimal yang bisa mencapai 8.000
kg/ha. Selain itu juga pada saat pengkajian terjadi musim kemarau yang cukup
panjang sehingga produksi jagung berkurang.

Tabel 6. Produksi jerami jagung manis sebelum dan setelah integrasi (kg/ha)
Produksi Jerami Jagung Manis (kg/ha)
Ulangan
Sebelum Integrasi Setelah Integrasi
1 3.300 5.160
2 3.500 5.680
3 3.900 6.040
4 2.050 3.220
5 3.850 4.860
6 4.000 5.560
7 3.950 5.540
8 3.476 5.680
9 3.890 5.636
10 3.350 5.560
11 3.700 5.480
12 3.020 4.460
Rata-rata 3.499 5.240

18
Hasil produksi jerami jagung manis rata-rata sebelum integrasi rata-rata
berjumlah 3.499 kg/ha sedangkan produksi jerami jagung manis setelah integrasi
meningkat menjadi 5.240 kg/ha, data selengkapnya disajikan pada Tabel 5.
Setiap ekor sapi membutuhkan pakan hijauan 10% dari bobot badan, dengan
rata-rata bobot badan sapi sebesar 200 kg/ekor, maka ternak sapi membutuhkan
20 kg pakan jerami jagung manis perhari. Selama 90 hari masa pemeliharaan,
dengan jumlah sapi induk 14 ekor membutuhkan jerami jagung sebesar 25.200
kg. Hasil produksi jerami jagung manis seluas 3 hektar yang hanya sebesar
15.720 kg belum mencukupi untuk kebutuhan pakan hijauan ternak sapi induk
pada perlakuan I dan perlakuan II selama 3 bulan pemeliharaan, sehingga
ditambahkan dari luar pengkajian yang berasal dari petani jagung di desa Batu
Layang.

4.6. Pertambahan Bobot Badan Induk Sapi Bali


Hasil analisis proksimat pakan ternak pada laboratorium kimia FMIPA UNIB
disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 menunjukkan bahwa hasil analisis proksimat
sampel pakan ternak dari jerami jagung manis yang difermentasi (PII) maupun
non fermentasi (PI) menunjukkan kadar protein yang lebih tinggi yaitu sebesar
8,31% dan 9,80%, dibandingkan dengan rumput lapangan (PIII) yang hanya
sebesar 7,27%.

Tabel 7. Hasil Analisis Pakan Perlakuan


Parameter Analisis
Nama Sampel Abu Air Lemak Protein Serat Karbohidrat
(%) (%) (%) (%) Kasar (%) (%)
Non fermentasi 2,98 46,12 0,58 8,31 15,14 32,87
(PI)
Fermentasi 2,12 60,05 0,50 9,80 9,12 2-5,41
(PII)
Petani (PIII) - - 1,84 7,27 14,32
Sumber : Hasil analisis proksimat laboratorium kimia FMIPA UNIB, 2015

Hasil penimbangan bobot badan yang dilakukan setiap sebulan sekali


selama 3 bulan, perlakuan I adalah 0,41 kg/hr/ekor, Perlakuan II adalah 0,62
kg/hr/ekor dan perlakuan III (teknologi petani) adalah 0,20 kg/hr/ekor (Tabel 8).
Hal ini menunjukan bahwa integrasi sapi dengan tanaman jagung manis dengan
penggunaan pakan limbah tanaman jagung dapat meningkatkan bobot badan

19
harian lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi petani (P III) yang hanya di
berikan rumput hijauan saja. Teknologi pemberian pakan menggunakan jerami
jagung yang di fermentasi maupun non fermentasi dapat mempercepat
pertumbuhan induk sapi Bali.

Tabel 8. Hasil Penimbangan Bobot Badan selama 3 Bulan


Perlakuan Bulan Penimbangan (kg) PBBH
B0 B1 B2 B3 (kg/ekor)
PI 229,14 224,86 245,00 266,14 0,41
PII 284,71 292,57 318,71 341,14 0,62
PIII 238,00 244,00 247,43 256,29 0,21
Keterangan : B0 : Bulan awal; B1 : Bulan ke-1; B2 : Bulan ke-2; B3 : Bulan ke-3

Hasil kotoran sapi yang di hasilkan per ekor/hari adalah 5 kg, artinya dari
21 ekor sapi menghasilkan 105 kg kotoran ternak setiap harinya atau 3
ton/bulan. Jumlah kotoran sapi tersebut telah mencukupi untuk kebutuhan pupuk
kompos berbasis kotoran ternak pada lahan seluas 3 hektar yang membutuhkan
6 ton kotoran ternak selama penanaman jagung manis dengan dosis pemberian
pupuk 0,5 kg/lubang tanam.

4.7. Analisis Usahatani Sebelum dan Sesudah Integrasi


Dari hasil analisis finansial usahatani diperoleh hasil seperti disajikan pada
Tabel 8. Hasil analisis finansial usahatani jagung menunjukkan bahwa produksi
jagung yang dicapai petani sebesar 1.775 ton/ha per musim tanam diperoleh
keuntungan sebesar Rp. 3.055.000 dan setelah penambahan pupuk kompos dan
pupuk anorganik seperti tersebut di atas pendapatan petani meningkat menjadi
Rp. 4.708.000/musim tanam. Demikian halnya dengan pendapatan pada
pemeliharaan sapi Bali induk sebelum integrasi keuntungan sebesar Rp.
4.725.000 dan setelah integrasi meningkat pendapatannya menjadi Rp.
6.005.000 (Tabel 9).

20
Tabel 9. Analisis Usahatani Sebelum dan Sesudah Integrasi pada Tanaman
Jagung
Keterangan Sebelum Integrasi Sesudah Integrasi
Pendapatan:
Produksi (kg/ha) 1.775 2.597
Harga jagung (Rp/kg) 3.000 3.000
Pendapatan (Rp/ha) 5.325.000 7.791.000
Biaya :
Bibit (Rp/ha) 120.000 120.000
Persiapan lahan (Rp/ha) 150.000 150.000
Penanaman (Rp/ha) 300.000 300.000
Upah pemberantasan hama/penyakit 50.000 50.000
Penyiangan 150.000 150.000
Insektisida (Rp/ha) 150.000 150.000
Upah pemupukan (Rp/ha) 100.000 100.000
Urea (Rp/ha) 1.000.000 1.380.000
SP 36 (Rp/ha) - 276.000
KCl (Rp/ha) - 37.000
Pupuk kandang (2 ton/ha) - 500.000
Pengairan 100.000 100.000
Panen (Rp) 150.000 150.000
Pajak (Rp/ha) - -
Total Biaya 2.270.000 3.083.000
Keuntungan 3.055.000 4.708.000
B/C 1,35 1,53
R/C 2,35 2,53

Tabel 10. Rata-rata biaya dan pendapatan pemeliharaan satu ekor sapi Bali
induk selama 3 bulan
Sebelum integrasi Setelah integrasi
Uraian
Harga Total (Rp) Harga Total
satuan (Rp) satuan (Rp) (Rp)
Biaya produksi :
Bibit sapi 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000
Tenaga kerja 90 HOK 10.000 900.000 10.000 900.000
Jerami jagung 20 kg x - - 500 900.000
90 hari = 1.800 kg
Rumput lapangan 20 kg 100 180.000 - -
x 90 hari = 1.800 kg
Obat cacing 10.000 10.000 10.000 10.000
Jumlah 6.090.000 6.810.000
Penerimaan :
Penjualan sapi 8.000.000 8.000.000 10.000.000 10.000.000
Kelahiran 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000
Penjualan pupuk 700 315.000 700 315.000
kandang 5 kg x 90 hari
Jumlah 10.815.000 12.815.000
Keuntungan 4.725.000 6.005.000
Benefit cost ratio (B/C) 0,78 0,88

21
4.8. Temu Lapang
Kegiatan temu lapang integrasi sapi dengan tanaman jagung pada lahan
suboptimal dilaksanakan pada kantor penyuluhan BPK Batu Roto Kecamatan Hulu
palik dengan tujuan memperkenalkan beberapa teknologi sebagai penunjang
kegiatan Sistem Integrasi Sapi dengan Jagung di Lahan Suboptimal, dengan
jumlah peserta yang hadir adalah 50 orang, turut juga dihadiri oleh Kepala
Puskeswan Hulu Palik (Bapak Watris), Koordinator Penyuluh BPK Batu Roto
(Bapak BR.Sialoho), Kepala seksi Lingkungan hidup kecamatan Hulu Palik,
seluruh pengurus/ anggota kelompok tani Tri Mukti desa Batu Raja R dan Desa
Batu Layang serta tokoh masyarakat kecamatan Hulu Palik.
Kegiatan temu lapang dilaksanakan untuk memperkenalkan teknologi-
teknologi integrasi yang telah dilaksanakan pada demplot kelompok tani Tri
Mukti, materi ini di sampaikan oleh saudari Wahyuni Ameilia Wulandari, S.Pt.
M.Si. pada kegiatan Sistem Integrasi Sapi dengan Jagung di lahan Suboptimal di
Kabupaten Bengkulu Utara kepada masyarakat Kabupaten Bengkulu Utara
khususnya kecamatan Hulu Palik. Disamping teknologi integrasi petani/peternak
juga di bekali oleh tim kegiatan mengenai teknologi pengolahan kompos,
perbanyakan activator pembuatan kompos. Pada pelaksanaan acara temu lapang
juga hadir petugas dari Balai Veteriner Lampung (Bapak Drh. Joko Susilo) yang
memberikan materi tentang manajemen reproduksi dan kesehatan ternak.
Dengan hasil yang di harapkan adalah :
1. Beranak setiap tahun
• 3 bulan setelah melahirkan sudah minta kawin
• Induk dan anak sehat
• Angka kebuntingan tinggi
• Dikawinkan 1 – 2 kali
• Kelahiran normal
2. Pertumbuhan pedet cepat.
Setelah penyampaian materi oleh kedua pembicara, kegiatan temulapang
dilanjutkan dengan demonstrasi pembuatan silase berbasis limbah panen
tanaman jagung manis oleh pengurus kelompok tani Tri Mukti.

22
V. KESIMPULAN

1. Integrasi sapi dengan jagung yang dilaksanakan di Kabupaten Bengkulu


Utara pada lahan sub optimal memiliki potensi yang sangat baik untuk
pengembangan tanaman jagung dan ternak dengan melalui sistem integrasi.
2. Adanya integrasi tanaman jagung dengan ternak sapi telah dapat membantu
petani dan peternak untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak dengan
penanaman secara bertahap 0,25 ha perminggu, kemudian kotoran ternak
telah dimanfaatkan sebagai kompos untuk tanaman jagung. Pemberian
pupuk organik pada lahan dapat meningkatkan kesuburan tanah.
3. Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa produksi jagung yang dicapai
petani sebesar 1.500 ton/ha per musim tanam diperoleh keuntungan sebesar
Rp. 2.230.000 dan setelah penambahan pupuk kompos dan pupuk anorganik
seperti tersebut di atas pendapatan petani meningkat menjadi Rp.
4.337.000/musim tanam. Pendapatan dari pemeliharaan sapi Bali induk
sebelum integrasi keuntungan sebesar Rp. 4.725.000 dan setelah integrasi
meningkat pendapatannya menjadi Rp. 6.005.000 sehingga dengan
mengintegrasikan usaha tani sapi dengan tanaman jagung manis, petani
semakin besar peluang untuk mendapatkan keuntungan dari kedua
komoditas usaha yang dilaksanakan.

23
KINERJA HASIL PENGKAJIAN

1. Koordinasi dilaksanakan dengan Dinas Peternakan dan kesehatan hewan


Provinsi Bengkulu dan Dinas pertanian dan perternakan kabupaten Bengkulu
Utara untuk menentukan lokasi pengkajian yang sesuai dengan potensi
sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang mendukung terlaksananya
kegiatan pengkajian. Pelaksanaan kegiatan pada wilayan berbasis tanaman
jagung dan ternak sapi.
2. Penyampaian beberapa teknologi pembuatan pupuk organik kompos,
pengawetan pakan hijauan asal tanaman jagung (silase) melalui kegiatan-
kegiatan pertemuan kelompok.
3. Komponen teknologi integrasi yang dilaksanakan pada kelompok tani Tri
Mukti dapat meningkatkan bobot badan ternak sebesar 0,4 kg/ekor/hari
pada PI, 0,6 kg/ekor/hari pada PII sedangkan perlakuan petani PIII sebesar
0,2 dengan hanya pemberian rumput lapang saja.
4. Sistem integrasi tanaman jagung dengan ternak sapi lebih
meudahkan/menguntungkan petani dengan mendapatkan nilai tambah dari
pemanfaatan limbah tanaman jagung dan memperoleh pupuk organik dari
ternak sapi.
5. Analisis tanah yang dilakukan pada awal dan pada akhir dilakukannya
kegiatan pengkajian maka terlihat bahwa, ekstrak 1 : 5 pH KCl tanah
menjadi meningkat ± 0,23 - 0,9, P Bray I meningkat ± 14 ppm dan nilai
tukar kation terhadap contoh tanah kering 1050C.

24
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, U.P. 2010. Pemetaan Kebutuhan Benih Padi, Jagung, dan Kedele
(VUB,volume) dan Pengembangan Penangkar Benih yang Efisien (>10%)
di Bengkulu (Laporan Akhir PIPKPP). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Bengkulu, Bengkulu.
Balai Penelitian Tanaman Pangan. 2011. Laporan Tahun 2011 Penelitian Aneka
Kacang, Umbi dan jagung Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor.
Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2011. Teknologi produksi Jagung,
kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Jakarta.
Bailey, K.D. 1987. Methods of Social Research. Third edition. The Free Press,
New York.
BPS. 2001. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta

BPS. 2013. Bengkulu Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Bengkulu

Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat. 2007. Potensi Pupuk Organik.


http://www.disnaksumbar.org.) 2008.
Gomes, K.A and Gomes., AA. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian.
Edisi kedua, Universitas Indonesia. Jakarta.
Haryono dan Subagyono.K. 2013.
Hidayat, A dan Mulyani.A 2002. Lahan kering untuk pertanian dalam buku
teknologi pengelolaan lahan kering menuju pertanian produktif dan ramah
lingkungan.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.
Bogor.
Suastika,I. W, Ratmini, NP.S, T. Turmalan. 1997. Budidaya kedelai di lahan
pasang surut. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Idjudin, A. Abas, Marwanto, S. 2008. Reformasi pengelolaan lahan kering untuk
mendukung swasembada pangan.
Koesrini dan William. E. 2009. Penampilan Genotipe Kedelai dengan Dua
Perlakuan Kapur di Lahan Pasang Surut Bergambut.Jurnal Penelitian
Pertanian Tanaman Pangan Vol 28 No. 1.Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan.
Nursyamsi, D. 2003. Penelitian Kesuburan Tanah Oxisol untuk Jagung. J. Tanah.
Tropika. No 17 : 53–65.
Priyanti, A. 2007. Dampak Program Sistem Integrasi Tanaman Ternak terhadap
Alokasi Waktu Kerja, Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga
Petani.Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Rohaeni, E.S., Amali, N. Sumanto, dan Subhan, A. 2010. Pengkajian Integrasi
Usaha Tani Jagung dan Ternak Sapi di Lahan Kering Kabupaten Tanah Laut
Kalimantan, BPTP. Kalimantan Selatan.
Sariubang, M.A., A. Syam, dan A. Nurhayu. 2003. Sistem Usaha Tani Tanaman-
Ternak pada Lahan Kering Dataran Rendah di Kabupaten Takalar, Sulawesi

25
Selatan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan.
(http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id.) 2007.
Soepandie, D., dan I.H. Utomo. 1995. Pengelolaan Lahan dan Teknik Konservasi
di Lahan Kering.Makalah penunjang Diskusi Pengembangan Teknologi
Tepat Guna di Lahan Kering untuk Mendukung Pertanian Berkelanjutan.
Bogor, 27 September 1995.
Suwandi. 2005. Keberlanjutan Usaha Tani Terpadu Pola Padi Sawah-Sapi Potong
Terpadu di Kabupaten Sragen: Pendekatan RAP-CLS. Disertasi. Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Utomo, B.N, Widjaja E., dan Dara., E.K. 2009. Pengaruh ppemberian probiotik
lokal (jamu EKD) terhadap pertambahan bobot badan harian sapi Bali
jantan di Kalimantan Selatan. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan
Pertanian vol. 12 no. 1, Maret 2009 hal 11 - 20.

26
ANALISIS RISIKO

Analisis risiko diperlukan untuk mengetahui berbagai risiko yang dihadapi


dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian. Dengan mengenal risiko, penyebab, dan
dampaknya maka akan dapat disusun strategi ataupun cara penanganan risiko
baik secara antisipatif maupun responsif (Tabel 11 dan 12).

Tabel 11. Daftar risiko pelaksanaan kegiatan


No. RISIKO PENYEBAB DAMPAK
1. Sulit mendapatkan petani Keterbatasan modal Sistem integrasi sulit
kooperator yang memiliki yang dimiliki petani diterapkan
lahan jagung dan ternak
sapi
2. Terlambatnya Terlalu berat bagi Keterlambatan dalam
pengarapan lahan petani membuka penanaman jagung
suboptimal lahan sub optimal

Tabel 12. Daftar penanganan risiko dalam pelaksanaan kegiatan


No. RISIKO PENYEBAB PENANGANAN
1. Sulit mendapatkan petani Keterbatasan modal Mendekatkan kedua
kooperator yang memiliki yang dimiliki petani petani jagung dan
lahan jagung dan ternak ternak agar saling
sapi berintegrasi
2. Terlambatnya Terlalu berat bagi Upaya untuk
penggarapan lahan petani membuka penggunaan traktor
suboptimal lahan sub optimal dalam pengolahan
lahan

27
JADWAL KERJA
Bulan
No. Uraian Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Penyusunan RDHP X X
2. Penyusunan/pembahasan X X
dan
perbaikan RODHP
3. Koordinasi dan sosialisasi X X X
4. Pelaksanaan X X X X X X X X
6. Laporan bulanan X X X X X X X X X X X X
7. Laporan tengah tahun X
8. Laporan akhir tahun X
9. Seminar X

28
PEMBIAYAAN

A. Rencana Anggaran Belanja (RAB)


No No Jenis Pengeluaran Volume Harga Jumlah
Satuan Biaya
(Rp.000) (Rp.000)
1. Belanja Bahan 7.000.000
1.Penggandaan dan laminasi 1 paket 2.000.000 2.000.000
2. Konsumsi 100 OK 50.000 5.000.000
2. Honor Output Kegiatan 6.300.000
1. UHL 100 OH 35.000 3.500.000
2. Honor petugas lapang 28 OH 100.000 2.800.000
3. Belanja Barang untuk Persediaan 39.570.000
Barang Konsumsi
1. Bahan sarana pengkajian dan 1 tahun 33.000.000 33.000.000
pendukung lainnya
2. ATK, komputer supplies, 1 paket 6.570.000 6.570.000
penjilidan dan pelaporan
4. Belanja Barang Non Operasional
Lainnya 5.000.000
1. Analisa Laboratorium 1 paket 5.000.000 5.000.000
5. Belanja Perjalanan Biasa
Perjalanan dalam rangka 4 OP 5.000.000 20.000.000
pelaksanaan kegiatan (berkisar 20.000.000
antara Rp. 365.000 s/d Rp.
5.000.000
6. Belanja Perjalanan Dinas Paket 3.720.000
Meeting Luar Kota
1. Uang Harian dalam rangka 12 OH 130.000 1.560.000
workshop, apresiasi evaluasi
pelaksanaan kegiatan,
pertemuan, sosialisasi
2. Paket kegiatan dalam rangka 12 OP 180.000 2.160.000
workshop, apresiasi evaluasi
pelaksanaan kegiatan, 1
pertemuan, sosialisasi
Jumlah 81.590.000

29
B. Realisasi Anggaran

No No Jenis Pengeluaran Ralisasi Persentase Persentase


Anggaran Keuangan Fisik
(Rp) (%) (%)
1. Belanja Bahan
1. Penggandaan dan laminasi 1.240.000 62 90
2. Konsumsi
1.650.000 33 70
Jumlah 2.890.000 41 80
2. Honor Output Kegiatan
1. UHL 3.500.000 100 100
2. Honor petugas lapang 2.800.000 100 100
Jumlah 6.300.000 100 100
3. Belanja Barang untuk
Persediaan Barang Konsumsi
1. Bahan sarana pengkajian dan
pendukung lainnya 33.000.000 100 100
2. ATK, komputer supplies,
penjilidan dan pelaporan 6.568.360 100 100
Jumlah 39.568.360 100 100
4. Belanja Barang Non
Operasional Lainnya
1. Analisa Laboratorium 5.000.000 100 100
Jumlah 5.000.000 100 100
5. Belanja Perjalanan Biasa
Perjalanan dalam rangka 20.000.000 100 100
pelaksanaan kegiatan
(berkisar antara Rp. 365.000
s/d Rp. 5.000.000
Jumlah 20.000.000 100 100
6. Belanja Perjalanan Dinas Paket
Meeting Luar Kota
2. Uang Harian dalam rangka 1.540.000 100 100
workshop, apresiasi
evaluasi pelaksanaan
kegiatan, pertemuan,
sosialisasi
3. Paket kegiatan dalam 2.160.000 100 100
rangka workshop, apresiasi
evaluasi pelaksanaan
kegiatan, pertemuan,
sosialisasi
Jumlah 3.700.000 100 100
TOTAL 77.458.360 94,93 100

30
PERSONALIA

No Nama/NIP Jabatan Jabatan Uraian Tugas Alokasi


Fungsional dalam Waktu
/Bidang Kegiatan (Jam/
keahlian minggu)
1 Wahyuni Amelia Peneliti Penanggung 1. Mengkoordinir anggota 10
W, SPt, MSi/ Muda/ jawab tim dalam menyusun
19750724199903 Budidaya perencanaan,
2002 Ternak pelaksanaan dan
pelaporan.
2. Membuat perencanaan,
mengkordinir
pelaksanaan kegiatan
pendampingan PSDSK
di Provinsi Bengkulu.
3. Mengevaluasi kinerja
dan pencapaian
anggota tim secara
periodik/per bulan
4. Bertanggungjawab
terhadap Kepala Balai
dan memberikan
laporan fisik dan
keuangan secara
periodik (bulanan).
2 Ir. Siswani Dwi PP Muda Anggota 1. Membantu 6
Daliani/ /Produksi penanggung-jawab
19600730198903 Ternak dalam perencanakan,
2001 pelaksanaan, dan
pelaporan.
3 Zul Efendi, SPt. Peneliti Anggota 1. Membantu 6
19690227200701 Pertama/ penanggung-jawab
1001 Budidaya dalam perencanakan,
Ternak pelaksanaan, dan
pelaporan
pendampingan
4. Erpan Ramon, SPt/ Peneliti Anggota 1. Membantu penanggung- 6
19751210 200912 pertama/ jawab dalam
1004 Budidaya perencanaan,
Ternak pelaksanaan, dan
pelaporan
pendampingan
5. Rizal Efendi SE/ Teknisi Anggota 1. Membantu teknis 6
19720605 200003 pelaksanaan kegiatan
1 001 dilapangan
6. M.Nur Teknisi Anggota 1. Membantu teknis 6
pelaksanaan kegiatan
dilapangan

31
Lampiran 1. Hasil analisa limbah jagung

32
Lampiran 2. Foto-foto pelaksanaan kegiatan
Kegiatan sosialisasi rencana
kegiatan SISGUNG di desa
Batu Raja R kecamatan
Tanjung Agung Palik

Penyerahan saprodi dan benih


tanaman jagung manis oleh
tim Kegiatan SISGUNG kepada
kelompok tani Tri Mukti desa
Baturaja R. Bengkulu Utara

Kegiatan pengapuran lahan


oleh kelompok tani Tri Mukti

Kegiatan pemberian pupuk kompos


pada lubang tanam

33
Pembuatan lubang tanam
dengan jarak tanam 75 x 25
cm

Kegiatan penanaman tanaman


jagung manis pada lahan
anggota kelompok tani Tri
Mukti

Kondisi tanaman jaguang pada


umur 15 hari

Pemanenan tanaman Jagung


berumur 70 hari

34
Pengontrolah proses
Pembuatan silase pada
kelompok tani Tri Mukti

Pengambilan sampel tanah

Acara Temu Lapang Kegiatan


Sistem Integrasi Sapi Jagung
di Lahan Suboptimal di
kabupaten Bengkulu Utara

35

Anda mungkin juga menyukai