Puji Syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat dan hidayahnya penyusunan bisa lancar tanpa kekurangan
apapun. Tak lupa pala saya ucapkan terima kasih yang sebesar besarnya
kepada dosen mata kuliah keterampilan menyimak makalah ini kami buat
tidak hanya semata-mata untuk memenuhi tugas yang diberikan terkait,
namun kami juga harap dapat bermanfaat bagi kami selaku penulis dan bagi
kalian semua.
kesempurnaan itu hanya lah miliki Allah SWT.untuk itu kami selakau
penulis dan apa bila pada saat penyampaian kami saat peresentasi kurang
baik.kira nya kita bersama-sama mengkoreksi kesalahan-kesalan tersebut.
sekali kekurangannya dan terima kasih juga kepada teman teman kami
yang bisa meluangkan waktunya sehingga kami dapat menyampaikan isi
makalah kami.
penulis
i
DAFTRA ISI
DAFTRA ISI…………………………………………………………………………………………………………………ii
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………………………………….3
DAFTRA PUSTAKA………………………………………………………………………………………………………19
Ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan masalah
1.3 tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
4
Masalah ketujuh: Melamun banyak orang kurang tahu bahwa otak
manusia sanggup memproses informasi lebih cepat daripada kecepatan
berbicara yang dilakukan oleh banyak pembicara. Sebagai konsekuensi
dari kenyataan ini, masih ada waktu untuk "memikirkan" hal-hal lain di
luar topik yang disajikan oleh pembicara atau penceramah. Penyimak
pun melamunlah jadinya. Lamunan dapat berlangsung sebentar dan
dapat pula berlarut-larut. Kalau waktu melamun terlalu lama, mau tak
mau penyimak kehilangan kontinuitas ide-ide pembicara Masalah ini
tidak dapat dibiarkan saja, tetapi harus dipecahkan segera.
Masalah kedelapan: Bereaksi secara emosional,emosi kita dapat
memengaruhi keefektifan menyimak. Kata-kata, gaya, cara penampilan
pembicara dapat saja mengundang emosi, sehingga kita tidak menyimak
lagi secara rasional. Kegagalan menguasai emosi akan mengurangi mutu
penyimakan. Dengan perkataan lain, emosi dapat mengalahkan rasio
5
2.3 KEBIASAAN BURUK DALAM MENYIMAK
6
Penyimak yang baik akan menghindari petualangan-petualangan
mental ini. Dia akan mempergunakan kecepatan berpikirnya untuk mencari
dan mendapatkan keuntungan; dia akan tetap memerankan waktu
berpikirnya kepada segala sesuatu yang diucapkan oleh pembicara. Hal-hal
tersebut di atas tidaklah mudah dilaksanakan kalau kita tidak mempunyai
suatu pola berpikir tertentu yang harus diikuti.
7
3] Noda Ketulian Emosional
Hal yang seperti ini mungkin terjadi kepada kita semua. Misalnya,
seorang pengikut atau penganut Partai Republik yang setia mungkin saja
menganggap sepi mana Harry Truman, dan banyak penganut Partai Demokrat
tidak ingin mendengar nama Robert A, Taft. Di kampus, ada mahasiswa yang
tidak sudi mendengar nama anu, yaitu dosen galak yang sukar sekali memberi
nilai B, apalagi nilai A pada mata kuliah yang dipegangnya. Mendengar nama
itu, mahasiswa sudah alergi. Kata- kata lain yang sering juga menimbulkan
noda ketulian emosional pada beberapa gelintir orang adalah seks, pelacur,
komunis, koruptor, tukang kredit, inang-inang, panti pijat, tuan tanah, dan om
girang, tante senang, disukabumikan, perampok, dan pembunuhan. Demi
kegiatan menyimak yang lebih baik dan tepat guna, perhatikanlah reaksi Anda
terhadap kata-kata seperti itu. Tandailah kata-kata yang mengganggu itu dan
analisislah baik- baik untuk mengetahui lebih mendalam mengapa kata-kata
tersebut mengganggu, menimbulkan alergi bagi Anda. Penilaian dan telaah
yang saksama biasanya akan mencerminkan bahwa sebenarnya kata-kata
tersebut tidak akan mengganggu sama sekali.
8
4) Menyimak supersensitif
Cobalah teliti diri Anda. Apakah Anda termasuk orang yang suka
menghindari penjelasan-penjelasan yang sulit dimengerti dari suatu
pembicaraan? Memang, banyak sekali orang yang berbuat demikian. Hal itu
merupakan suatu perbuatan yang jelek karena pada akhirnya Anda akan
mendapati diri sendiri tidak luput dari menyimak sesuatu yang sulit maka
usaha untuk menghindari hal itu seolah-olah tidak akan ada gunanya dan
Anda tidak akan dapat menyimak secara efektif.
9
6) Menolak secara Gegabah suatu Subjek sebagai Sesuatu yang Tidak Menarik
Ada orang yang pernah berkata dengan seenaknya, "kalau saja saya
terlihat menyimak, segala sesuatu beres!" Dia telah membuat dirinya sendiri
sebagai pribadi yang menyenangkan, mengarahkan kedua matanya dengan
tatapan tanpa kedipan ke arah pembicara, tetapi sebenarnya dia tidak
mendengar apa-apa, tidak menyimak sesuatu pun. Penyimak yang baik tentu
berjuang menantang gangguan- gangguan ini. Kadang-kadang memang mudah
mengalahkan gangguan-gangguan itu; dengan menutup pintu, mematikan
radio atau televisi, bergerak lebih dekat kepada orang yang berbicara, atau
meminta agar dia berbicara lebih keras.
10
10) Menyimak dengan Kertas dan Pensil di Tangan
Ada orang yang beranggapan bahwa cara belajar yang terbaik dari
menyimak adalah dengan jalan membuat catatan sebanyak mungkin. Orang
yang beranggapan seperti ini, akan terbenam dan terlibat dalam kegiatan fisik
menulis. Kerapkali dia mencoba membuat kerangka yang telah diutarakan
oleh pembicara, dan menjadi rangkuman yang berupa tanda-tanda, simbol-
simbol, dan angka-angka. Dia sama sekali lupa bahwa dengan berbuat begitu
sebenarnya dia hanyalah "setengah menyimak". Kegiatan yang setengah-
setengah tentu tidak akan memberi hasil yang memuaskan. Bagi orang yang
pernah kejangkitan kebiasaan jelek seperti ini, perlu disarankan agar dia
meletakkan pensil saja. Dia harus memusatkan daya dan pikiran pada
kegiatan menyimak secara serius. Kalau dia memang merasa bahwa ada
sesuatu yang harus dicatat, simaklah terlebih dahulu baik-baik, baru sesudah
itu ditulis, dicatat dalam beberapa patah kata saja. Hal-hal penting yang
dikemukakan oleh pembicara harus dicatat dengan singkat, padat, dan tepat.
Pergunakanlah kata-kata kunci dalam catatan. Perlu diingat dan disadari
bahwa panjangnya catatan tidak otomatis menjamin mutu catatan. Prinsip
yang harus dipegang ialah bahwa catatan harus dibuat sesingkat mungkin,
tetapi mudah dimengerti dan mudah dikembangkan. Mencatat sama sekali
tidak identik dengan merekam; kedua kegiatan ini sangat berbeda. Mencatat
harus dilakukan dengan penuh pengertian dan pemahaman, sedangkan
merekam dapat dilakukan tanpa pengertian dan pemahaman. Mencatat itu
bersifat selektif dan kritis, sedangkan merekam bersifat mekanis dan reseptif
penuh. (Salisbury, 1955: 231-2).
11
2.3 ALASAN ORANG TIDAK MENYIMAK
Orang yang capek biasanya malas dalam menyimak. Bila dipaksakan dia
hanya menyimak setengah-setengah saja malah dia hanya mendengar tetapi
tidak mendengarkan dan tidak disimak. Bak pepatah masuk telinga kanan
keluar telinga kiri.
Orang yang tergesa-gesa juga tidak bisa menyimak dengan baik karena
secara ekplisit tidak ada ketenangan dalam dirinya. Orang yang tidak tenang
tidak akan bisa melakukan sesuatu dengan baik. Begitu juga dengan
menyimak, ketenangan memang sangat penting dalam menyimak.
Pada saat pikiran sedang kacau dan bingung sulit untuk menyimak
dengan baik. Pikiran yang kacau atau bingung bisa terjadi karena si pembicara
melakukan gerakan yang membuat penyimak bingung atau ketakutan
sehingga apa yang didengarnya tidak dapat disimak dengan baik. Pikiran yang
kacau dan bingung bisa juga terjadi oleh si penyimak sendiri karena ada
sesuatu permasalahan yang belum selesai sewaktu dia menyimak.
12
d) Orang dapat dibingungkan oleh faktor lain seperti:
- Ucapan-acapan yang munafik dari pembicara, lain dihati lain dimulut, lain
ucapan lain perbuatan.
1. Tak konsentrasi
13
2.4 PERILAKU JELEK DALAM MENYIMAK
Secara garis besar, perilaku-perilaku yang termasuk jelek atau tidak baik
dalam praktik menyimak, sebagai berikut:
14
4) Tidak dapat menahan diri.
Ada saja orang yang tidak sabar, tidak dapat menahan diri. Penyimak
jenis ini terus saja ingin bertanya dan memberi tanggapan kepada pembicara,
padahal pembicaraan belum selesai dan belum diketahui ujung penghalaya.
Ini juga merupakan perilaku yang tak dapat ditiru dalam menyimak, suatu
perilaku yang jelek. Jelas, perilaku ini mengganggu jalannya pembicaraan.
6) Tidak tahu dan tidak mau menyaring tujuan khusus. Ada orang yang tidak
menyadari apa tujuan menyimak suatu pembicaraan secara umum, apalagi
tujuan khusus. Hal ini menyebabkan tiadanya ketekunan dan tiada perhatian
yang terarah; bahkan, tujuan menyimak menjadi tidak menentu arah.
Selanjutnya, duduk menjadi tidak tenang, gerak-gerik gelisah, dan pembicara
tidak disimak lagi.
Waktu uang kata pepatah. Ada penyimak yang tidak dapat memanfaatkan
waktu secara efisien. Di tengah-tengah kesibukan ada orang yang melamun
dan mengantuk. Kegiatan menyimak menuntut kesiapsiagaan memetik butir-
butir penting, ide-ide berharga dari seorang pembicara. Justru dalam situasi
seperti ini ada orang yang mengantuk bahkan tidur. Sungguh suatu perilaku
yang memalukan.
15
8) Tidak dapat menyimak secara rasional.
Ada orang yang mau enaknya saja, mau mudahnya saja dalam
melakukan segala sesuatu, termasuk menyimak. Tidak selamanya sesuatu
yang mudah diperoleh itu bernilai tinggi; sebaliknya, hal-hal yang sulit itu
tiada memiliki hikmah. Tidak mau melatih diri untuk menyimak hal-hal yang
sulit dan rumit berarti dia tidak mau memahami keseluruhan isi pembicaraan
yang dikemukakan oleh seorang pembicara. Kesukaran dan kerumitan tidak
selalu harus dihindari, tetapi harus diatasi dan dipahami.
Telah menjadi suatu kenyataan bahwa sering terjadi salah paham atau
salah pengertian dalam menyimak, dan hal ini sering membawa pengaruh
yang kurang baik bagi peningkatan keterampilan menyimak. Di antara sekian
banyak kesalahpahaman yang berkaitan dengan perilaku menyimak sebagai
berikut.
1) Anggapan bahwa semua perilaku menyimak itu sama saja. Pendapat seperti
ini jelas tidak benar. Kalau kita memeriksa perilaku sendiri dalam satu hari
saja, kita akan melihat dengan jelas bahwa perilaku menyimak, berubah-ubah
secara dramatis dari satu situasi ke situasi lainnya, dari satu pribadi ke
pribadi lainnya. Pendeknya, situasi dan kondisi memegang peranan penting
dalam pengubahan perilaku menyimak seseorang.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.1 SARAN
18
DAFTRA ISI
19