Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ANEKAH PERMASALAHAN MENYIMAK

Disusun oleh kelompok 6:

1. INTAN VATRESSIA 201220064


2. NOVA FITRI ANDINI 201220012
3. DWI ONISTIA 201220025
4. FITRIA AZZAHRA 201220024

DOSEN PENGAMPU: DIAN RAMADAN LAZUARDI m,pd.

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI LUBUKINGGAU

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGHANTAR

Puji Syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat dan hidayahnya penyusunan bisa lancar tanpa kekurangan
apapun. Tak lupa pala saya ucapkan terima kasih yang sebesar besarnya
kepada dosen mata kuliah keterampilan menyimak makalah ini kami buat
tidak hanya semata-mata untuk memenuhi tugas yang diberikan terkait,
namun kami juga harap dapat bermanfaat bagi kami selaku penulis dan bagi
kalian semua.

kesempurnaan itu hanya lah miliki Allah SWT.untuk itu kami selakau
penulis dan apa bila pada saat penyampaian kami saat peresentasi kurang
baik.kira nya kita bersama-sama mengkoreksi kesalahan-kesalan tersebut.

sekali kekurangannya dan terima kasih juga kepada teman teman kami
yang bisa meluangkan waktunya sehingga kami dapat menyampaikan isi
makalah kami.

Lubuklinggau,6 Desember 2022

penulis

i
DAFTRA ISI

KATA PENGHANTAR ……………………………………………………………………………………i

DAFTRA ISI…………………………………………………………………………………………………………………ii

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………………..1

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………………………1


1.2 Rumusan masalah……………………………………………………………………………………….2
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………………………………….3

2.1 Aneka permasalahan menyimak………………………………………………………………….3

2.2 kebiasaan buruk dalam menyimak……………………………………………………………….6

2.3 alasan orang tidak menyimak………………………………………………………………………12

2.4 perilaku jelek dalam menyimak……………………………………………………………………14

2.5 kesalah pahaman dalam menyimak………………………………………………………………16

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………………………………18

3.1 kesimpulan …………………………………………………………………………………………………18

3.2 saran …………………………………………………………………………………………………………18

DAFTRA PUSTAKA………………………………………………………………………………………………………19

Ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Menyimak merupakan proses menangkap pesan atau gagasan yang


disajikan melalui ujaran. Keterampilan menyimak merupakan dasar
keterampilan dalam komunikasi lisan. Apabila kemampuan seseorang dalam
menyimak kurang, dapat dipastikan dia tidak dapat mengungkapkan topik
yang didengar dengan baik. Pentingnya pembelajaran menyimak berita di
sekolah yaitu dapat melatih daya pikir siswa terhadap hal-hal yang telah
disimaknya. Semakin tinggi daya ingat siswa dalam menyimak maka semakin
tinggi pula kecerdasan siswa. Menyimak merupakan salah satu dari keempat
keterampilan berbahasa yang penting. Keterampilan menyimak harus
dikuasai terlebih dahulu dibandingkan dengan keterampilan-keterampilan
berbahasa yang lain.Kegiatan menyimak dapat terlihat dari kehidupan sehari-
hari yang dihadapkan dengan berbagai kesibukan menyimak, misalnya dalam
dialog antaranggota keluarga, percakapan antarteman dan aktivitas
pendidikan di sekolah (Tarigan, 2008:2).

Tarigan (1994:2) dalam kaitannya dengan pembelajaran menyimak di


sekolah, kegiatan menyimak sering kali diremehkan oleh siswa. Namun hal
tersebut dapat ditanggulangi apabila guru mampu menghidupkan suasana
dalam kelas, seperti halnya pada materi pembelajaran menyimak teks berita.
Materi menyimak teks berita akan dapat membangkitkan minat siswa dalam
belajar. Sehingga siswa tidak merasa terbebani dalam mengikuti
pembelajaran. Selain itu guru juga lebih mudah mengetahui kemampuan
siswa dalam mengingat informasi dalam teks berita. Sehingga dalam
menganalisis unsur-unsur penting yang terdapat dalam berita, siswa yang
cermat dalam menyimak berita akan dapat mengetahui informasi secara jelas
dan lengkap namun sebaliknya siswa yang tidak cermat dalam menyimak
berita juga tidak dapat memperoleh informasi dengan jelas dan lengkap.

1
1.2 Rumusan masalah

a. Apa alasan orang tidak menyimak?


b. Bagaimana perilaku buruk saat menyimak?
c. Apa saja permasalahan dalam menyimak?
d. Kesalah pahaman apa yang terjadi didalam menyimak?

1.3 tujuan

a. Untuk melatih daya pikir terhadap hal-hal yang disimak


b. Menyimak banyak manfaatnya seperti dapat mengetahui informasi dan
mengetahu segala hal yang terjadi.
c. Melatih konsentrasi saat menyimak.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ANEKE PERMASALAHAN MEYIMAK

Banyak permasalahan yang mungkin kita temui yang harus dihadapi


dalam kegiatan menyimak. Salah satu cara untuk meningkatkan suatu
kegiatan menyimak itu ialah menilai perilaku kita sendiri ketika menyimak
supaya dapat menentukan apakah kita menggunakan kebiasaan-kebiasaan
yang mungkin mengganggu kegiatan menyimak sehingga tidak tepat guna
lagi. Pendek kata, segala masalah yang berkaitan dengan penurunan mutu
menyimak arus kita pecahkan dan kita selesaikan sendiri. Di antara sekian
banyak masalah yang harus kita selesaikan itu.adalah sebagai berikut ini.

 Masalah pertama: Memprasangkai pembicara terkadang, secara sadar


atau tidak sadar, kita lebih memusatkan perhatian pada gaya dan cara
penampilan pembicara ketimbang pada pesan yang hendak
disampaikannya.Walaupun tujuan khusus menyimak mungkin
dipusatkan pada penampilan-hal ini merupakan suatu tujuan
tertentu.Sementara itu, kita dapat memahami bahwa gaya dan
penampilan khusus pembicara mungkin saja menarik perhatian, tetapi
penilaian kita terhadap kombinasi-kombinasi warna pakaiannya
hendaknya tidak turut mewarnai penilaian kita terhadap ide atau
gagasan pembicara. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah
dapatkah kita membuang prasangka kita terhadap pembicara? Masalah
itu adalah bustan kita sendiri maka seyogianya dapat pula memecahkan
masalah sendiri.
 Masalah kedua: Berpura-pura menaruh perhatian Kita semua telah
mempelajari bagaimana cara orang memalsukan perhatian. Terkadang
ada orang yang pura-pura menyimak dengan serius, dengan cara
menatap pembicara dengan kedua mata tanpa kedipan, diikuti pula
dengan anggukan, tetapi sebenarnya perhatiannya bukan tertuju
kepada pembicara; pikirannya terbang melayang mengembara ke
tempat lain. Kebiasaan jelek seperti ini- apalagi yang sudah berurat dan
berakar - terkadang sangat sulit diubah, namun harus diterobos kalau
kita ingin meningkatkan mutu kebiasaan menyimak kita.
 Masalah ketiga: Kebingungan Kita hidup dikelilingi atau dikerumuni
oleh aneka kebingungan. Orang yang duduk di sebelah kita selalu batuk-
batuk dan garuk- garuk kepala. Suara di luar dan di dalam ruangan
dapat mengganggu konsentrasi kita; semua itu dapat membuat kita
bingung. Kita dengan mudah dapat dijauhkan dari ide-ide pembicara
oleh berbagai gangguan, ini benar-benar merupakan masalah dalam
kegiatan menyimak.
 Masalah keempat: Pertimbangan yang prematur Sebagai pengganti
menahan pertimbangan atau keputusan sampai pembicara selesai
berbicara, banyak di antara kita menolak suatu topik sebagai sesuatu
yang tidak menarik, yang terlalu sukar, atau yang tidak bernilai. Ini
semua menghalangi kita untuk menyimak dengan serius; dan masalah
ini harus dipecahkan sedini mungkin kalau kita ingin menjadi penyimak
yang baik.
 Masalah kelima: Salah membuat catatan Salah satu faktor yang dapat
memengaruhi mutu menyimak ialah tidak tepatnya membuat catatan.
Mencoba menulis terlalu banyak ataupun mencoba menyesuaikan ide-
ide pembicara dengan suatu pola yang telah dirancang sebelumnya
dapat mengurangi keefisienan menyimak. Masalah ini harus segera
diatasi. Buatlah catatan yang singkat, tepat, dan berguna.
 Masalah keenam: Hanya menyimak fakta-fakta Berbagai telaah
menunjukkan bahwa menyimak demi fakta, bukan demi ide atau
gagasan, pasti mengurangi ketepatgunaan atau keefisienan kegiatan
menyimak. Harus diingat dan disadari bahwa ide-ide atau gagasan-
gagasan akan membantu para penyimak untuk lebih memanfaatkan
fakta-fakta sebagai sarana penunjang.

4
 Masalah ketujuh: Melamun banyak orang kurang tahu bahwa otak
manusia sanggup memproses informasi lebih cepat daripada kecepatan
berbicara yang dilakukan oleh banyak pembicara. Sebagai konsekuensi
dari kenyataan ini, masih ada waktu untuk "memikirkan" hal-hal lain di
luar topik yang disajikan oleh pembicara atau penceramah. Penyimak
pun melamunlah jadinya. Lamunan dapat berlangsung sebentar dan
dapat pula berlarut-larut. Kalau waktu melamun terlalu lama, mau tak
mau penyimak kehilangan kontinuitas ide-ide pembicara Masalah ini
tidak dapat dibiarkan saja, tetapi harus dipecahkan segera.
 Masalah kedelapan: Bereaksi secara emosional,emosi kita dapat
memengaruhi keefektifan menyimak. Kata-kata, gaya, cara penampilan
pembicara dapat saja mengundang emosi, sehingga kita tidak menyimak
lagi secara rasional. Kegagalan menguasai emosi akan mengurangi mutu
penyimakan. Dengan perkataan lain, emosi dapat mengalahkan rasio

5
2.3 KEBIASAAN BURUK DALAM MENYIMAK

Beberapa telaah bandingan serta wawancara dengan beratus-ratus


orang, yang pernah dilakukan oleh Dr. Nichols, membuat beliau sampai pada
kesimpulan adanya sepuluh kebiasaan jelek yang secara universal
mengganggu kegiatan menyimak. Berikut ini akan kita perbincangkan secara
singkat setiap kebiasaan jelek itu dan bila mungkin, mengemukakan saran-
saran untuk mengatasinya.

1) Mayimak Lompat Tiga

Orang berbicara mempergunakan kata-kata dengan kecepatan kira- kira


125 buah kata per menit. Ada untungnya bila kegiatan berpikir pun diukur
dalam kata-kata per menit, sebab akan nyata terlihat bahwa kebanyakan
orang dapat berpikir dengan madah deng kecepatan empat kali dari
kecepatan berbicara tadi. Ternyata hal in amar susah sekali, bahkan
menyakitkan hati, dan memperlambat kecepatan berpikir kita. Oleh karena
itu, kita mempunyai kira-kir 400 kata per menit dalam berpikir untuk
menghadapi orang yang berbicara kepada kita. Yang menjadi masalah, apakah
yang akan kita perbuat denga kelebihan waktu berpikir sementara orang
berbicara kepada kita? Baiklah, kita mulai menyimak dengan tekun dan
saksama, tetapi kemudian secara tidak sadar kita melihat dan merasakan
bahwa (masih) ada waktu yang terbuang. Dengan demikian, pikiran kita pun
beralih kepada sesuatu yang lain sejenak, kemudian menyerbu kembali cepat-
cepat kepada pembicara. Penjelajahan atau petualangan singkat sampingan
pikiran tersebut akan berlangsung terus sampai pikiran terpaku, tertahan
terlalu lama pada beberapa subjek yang menarik, tetapi tidak relevan.
Kemudian, tatkala pikira kita kembali kepada orang yang berbicara, kita
mendapati bahwa dia telah jauh meninggalkan kita. Sebagai akibatnya,
bertambah sukarlah kini mengikutinya, dan sialaya, bertambah mudah pula
bagi pikiran kita melakukan penjelajahan-penjelajahan sampingan tadi.
Akhirnya, kita pun menyimak; orang itu tetap berbicara, tetapi pikiran kita
melayang ke tempat lain.

6
Penyimak yang baik akan menghindari petualangan-petualangan
mental ini. Dia akan mempergunakan kecepatan berpikirnya untuk mencari
dan mendapatkan keuntungan; dia akan tetap memerankan waktu
berpikirnya kepada segala sesuatu yang diucapkan oleh pembicara. Hal-hal
tersebut di atas tidaklah mudah dilaksanakan kalau kita tidak mempunyai
suatu pola berpikir tertentu yang harus diikuti.

2) Menyimak "Saya dapat Fakta"

Pernahkah Anda berkata "Kalau saya menyimak, sebenarnya saya dapat


fakta-fakta?" Kalau pernah, Anda termasuk penyimak yang sial. Mari kita
andaikan bahwa pimpinan Anda memberi instruksi kepada Anda. Instruksi-
instruksi terdiri atas fakta-fakta, yaitu yang kita sebut A sampai Z. Pemimpin
Anda mulailah berbicara. Anda mendengarkan fakta A dan berpikir, "Saya
harus mengingatnya". Maka, mulailah Anda membuat suatu latihan ingatan
dengan jalan mengulangi" Fakta A, fakta A, fakta A..."

Sementara itu pimpinan mengatakan fakta B. Sekarang Anda telah


memperoleh dua fakta untuk diingat. Anda sangat sibuk mengingat fakta A
dan fakta B sehingga Anda lupa sama sekali pada fakta C. Begitulah terus
berlangsung sampai fakta Z. Anda berusaha menangkap satu fakta, dua fakta,
memutarbalikkan beberapa fakta, dan kehilangan seluruh fakta lainnya. Andai
kata Anda seorang penyimak yang baik, tentulah Anda menyimak ide-ide
utama, gagasan-gagasan penting. Sebaik fakta- fakta disodorkan, diucapkan
kepada Anda, pertimbangkanlah satu terhadap yang lainnya; cobalah
menyusun hubungannnya satu dan lainnya. Maka, segera Anda akan melihat
serta memahami bahwa orang yang berbicara itu telah menghubung-
hubungkan beberapa fakta untuk membentuk suatu ide pusat, ide utama.
Garaplah ide demi ide, bukan hanya terbatas pada serangkaian fakta yang
(kebetulan dapat) diingat saja.

7
3] Noda Ketulian Emosional

Bagi kebanyakan orang, terdapat kata-kata atau frasa-frasa yang


mengganggu atau membingungkan secara emosional. Kata-kata atau frasa-
frasa tersebut mengganggu pendengaran atau penyimakan orang. Andaikan
seorang mahasiswa teman Anda datang dan berkata, "Saya baru saja datang
dari warung tempat kita bayar makan dan..." Anda tiba-tiba menarik napas
dalam- dalam dan berpikir, Warung kurang ajar! Apakah dia dapat bertindak
sewenang-wenang menaikkan bayar makan kamu dua kali lipat? Enak saja!"
Anda pun berhenti mendengarkan ujaran teman itu; padahal dia mengatakan
kepada Anda bahwa kenaikan bayar makan itu tidak jadi dilakukan karena si
pemilik tidak sampai hati menyusahkan langganannya. Tetapi sayang, Anda
tidak mendengarkan kabar baik itu karena kata-kata atau frasa "Warung
tempat kita makan" itu telah menimbulkan suatu noda ketulian emosional
bagi Anda.

Hal yang seperti ini mungkin terjadi kepada kita semua. Misalnya,
seorang pengikut atau penganut Partai Republik yang setia mungkin saja
menganggap sepi mana Harry Truman, dan banyak penganut Partai Demokrat
tidak ingin mendengar nama Robert A, Taft. Di kampus, ada mahasiswa yang
tidak sudi mendengar nama anu, yaitu dosen galak yang sukar sekali memberi
nilai B, apalagi nilai A pada mata kuliah yang dipegangnya. Mendengar nama
itu, mahasiswa sudah alergi. Kata- kata lain yang sering juga menimbulkan
noda ketulian emosional pada beberapa gelintir orang adalah seks, pelacur,
komunis, koruptor, tukang kredit, inang-inang, panti pijat, tuan tanah, dan om
girang, tante senang, disukabumikan, perampok, dan pembunuhan. Demi
kegiatan menyimak yang lebih baik dan tepat guna, perhatikanlah reaksi Anda
terhadap kata-kata seperti itu. Tandailah kata-kata yang mengganggu itu dan
analisislah baik- baik untuk mengetahui lebih mendalam mengapa kata-kata
tersebut mengganggu, menimbulkan alergi bagi Anda. Penilaian dan telaah
yang saksama biasanya akan mencerminkan bahwa sebenarnya kata-kata
tersebut tidak akan mengganggu sama sekali.

8
4) Menyimak supersensitif

Seandainya Anda telah mengembangkan pendapat atau prasangka yang


mendalam, seseorang yang berbicara kepada Anda mungkin tanpa disadari
secara lisan menghina Anda dengan kata-kata yang menusuk hati. Kalau
memang benar begitu, secara tidak sadar Anda berhenti menyimak
kepadanya. Anda mencoba menginterupsi dia, merencanakan suatu
pertanyaan pelik yang memalukannya, ataupun Anda menyediakan suatu
tangkisan atau bantahan yang benar-benar menusuk hatinya. Inilah berbagai
rencana yang Anda akan laksanakan. Sementara Anda sibuk dengan renungan
yang muluk-muluk dan menyenangkan itu, orang tersebut terus berbicara,
dan Anda pun kehilangan ide-ide pokok, gagasan-gagasan penting yang
dikemukan . Aduh, sayangnya!

Pemecahannya: Awasilah diri Anda sendiri dan selalulah simak baik-


baik ujaran, ceramah, kuliah, dan pidato orang tersebut. Kalau dia telah selesai
berbicara, barulah rencanakan pertanyaan-pertanyaan serta bantahan-
bantahan yang akan dilontarkan kepadanya.

5) Menghindari Penjelasan yang Sulit

Cobalah teliti diri Anda. Apakah Anda termasuk orang yang suka
menghindari penjelasan-penjelasan yang sulit dimengerti dari suatu
pembicaraan? Memang, banyak sekali orang yang berbuat demikian. Hal itu
merupakan suatu perbuatan yang jelek karena pada akhirnya Anda akan
mendapati diri sendiri tidak luput dari menyimak sesuatu yang sulit maka
usaha untuk menghindari hal itu seolah-olah tidak akan ada gunanya dan
Anda tidak akan dapat menyimak secara efektif.

Pemecahannya: Simaklah baik-baik diskusi mengenai subjek yang


menuntut upaya untuk memahami dan mengerti maknanya seperti komentar-
komentar radio atau diskusi-diskusi panel dalam acara televisi. Perlu diingat
dan disadari benar bahwa "masalah bukan untuk dihindari, tetapi untuk
dipecahkan atau diselesaikan".

9
6) Menolak secara Gegabah suatu Subjek sebagai Sesuatu yang Tidak Menarik

Adakalanya, apabila seseorang mulai berbicara, mungkin saja kita


merasa bahwa pembicaraannya itu terlalu banyak menuntut upaya untuk
berkonsentrasi, lalu kita berpikir, "tidak ada yang menarik dari
pembicaraannya itu." Kita menutup diri, menjauhkan perhatian dari
ujarannya, dan membiarkan pikiran kita berkelana menuju topik-topik yang
lebih menyenangkan, lebih memesonakan. Ini jelas merupakan kebiasaan
menyimak yang jelek, yang tak pantas ditiru.

7) Mengkritik Cara dan Gaya Fisik Pembicara

Karena suatu hal, adakalanya seseorang berhenti menceritakan sesuatu


yang menguntungkan kita. Tentu kita kecewa dan jengkel Kalau sepatunya
jorok, lusuh, dan dia pun teler atau teledor serta gagap berbicara, kita dapat
saja seenaknya berpikir, "orang yang bersepatu jorok, lusuh, serta teler atau
teledor dan gagap berbicara, tidak akan dapat berbicara banyak dan lancar;
buktinya orang ini!" Kita lupa bahwa orang tersebut mungkin saja memberi
kunci atau jalan menuju keberhasilan hidup; tetapi sayangnya kita tidak
menyimak atau mendengarkan pembicaraan selanjutnya.

8) Memberi Perhatian Semu

Ada orang yang pernah berkata dengan seenaknya, "kalau saja saya
terlihat menyimak, segala sesuatu beres!" Dia telah membuat dirinya sendiri
sebagai pribadi yang menyenangkan, mengarahkan kedua matanya dengan
tatapan tanpa kedipan ke arah pembicara, tetapi sebenarnya dia tidak
mendengar apa-apa, tidak menyimak sesuatu pun. Penyimak yang baik tentu
berjuang menantang gangguan- gangguan ini. Kadang-kadang memang mudah
mengalahkan gangguan-gangguan itu; dengan menutup pintu, mematikan
radio atau televisi, bergerak lebih dekat kepada orang yang berbicara, atau
meminta agar dia berbicara lebih keras.

10
10) Menyimak dengan Kertas dan Pensil di Tangan

Ada orang yang beranggapan bahwa cara belajar yang terbaik dari
menyimak adalah dengan jalan membuat catatan sebanyak mungkin. Orang
yang beranggapan seperti ini, akan terbenam dan terlibat dalam kegiatan fisik
menulis. Kerapkali dia mencoba membuat kerangka yang telah diutarakan
oleh pembicara, dan menjadi rangkuman yang berupa tanda-tanda, simbol-
simbol, dan angka-angka. Dia sama sekali lupa bahwa dengan berbuat begitu
sebenarnya dia hanyalah "setengah menyimak". Kegiatan yang setengah-
setengah tentu tidak akan memberi hasil yang memuaskan. Bagi orang yang
pernah kejangkitan kebiasaan jelek seperti ini, perlu disarankan agar dia
meletakkan pensil saja. Dia harus memusatkan daya dan pikiran pada
kegiatan menyimak secara serius. Kalau dia memang merasa bahwa ada
sesuatu yang harus dicatat, simaklah terlebih dahulu baik-baik, baru sesudah
itu ditulis, dicatat dalam beberapa patah kata saja. Hal-hal penting yang
dikemukakan oleh pembicara harus dicatat dengan singkat, padat, dan tepat.
Pergunakanlah kata-kata kunci dalam catatan. Perlu diingat dan disadari
bahwa panjangnya catatan tidak otomatis menjamin mutu catatan. Prinsip
yang harus dipegang ialah bahwa catatan harus dibuat sesingkat mungkin,
tetapi mudah dimengerti dan mudah dikembangkan. Mencatat sama sekali
tidak identik dengan merekam; kedua kegiatan ini sangat berbeda. Mencatat
harus dilakukan dengan penuh pengertian dan pemahaman, sedangkan
merekam dapat dilakukan tanpa pengertian dan pemahaman. Mencatat itu
bersifat selektif dan kritis, sedangkan merekam bersifat mekanis dan reseptif
penuh. (Salisbury, 1955: 231-2).

11
2.3 ALASAN ORANG TIDAK MENYIMAK

Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan menyimak sangat perlu dan


sangat menguntungkan bila kita laksanakan secara selektif. Pengalaman
membuktikan bahwa kesalahan dalam menyimak dapat mendatangkan
kerugian, bahkan bisa bersifat fatal bahkan bisa membahayakan jiwa
seseorang. Tetapi ada juga orang yang tidak menyimak Beberapa sebabnya
adalah:

a) Orang berada dalam keadaan capek.

Orang yang capek biasanya malas dalam menyimak. Bila dipaksakan dia
hanya menyimak setengah-setengah saja malah dia hanya mendengar tetapi
tidak mendengarkan dan tidak disimak. Bak pepatah masuk telinga kanan
keluar telinga kiri.

b) Orang dalam keadaan tergesa- gesa.

Orang yang tergesa-gesa juga tidak bisa menyimak dengan baik karena
secara ekplisit tidak ada ketenangan dalam dirinya. Orang yang tidak tenang
tidak akan bisa melakukan sesuatu dengan baik. Begitu juga dengan
menyimak, ketenangan memang sangat penting dalam menyimak.

c) Orang dalam keadaan bingung dan pikiran sedang kacau .

Pada saat pikiran sedang kacau dan bingung sulit untuk menyimak
dengan baik. Pikiran yang kacau atau bingung bisa terjadi karena si pembicara
melakukan gerakan yang membuat penyimak bingung atau ketakutan
sehingga apa yang didengarnya tidak dapat disimak dengan baik. Pikiran yang
kacau dan bingung bisa juga terjadi oleh si penyimak sendiri karena ada
sesuatu permasalahan yang belum selesai sewaktu dia menyimak.

12
d) Orang dapat dibingungkan oleh faktor lain seperti:

- Ucapan-acapan yang munafik dari pembicara, lain dihati lain dimulut, lain
ucapan lain perbuatan.

- Penyimak terlalu dijejali dengan pesan yang bernada memerintah, berbau


slogan politik, propaganda yang bertubi-tubi.

- Banyaknya perintah yang birokratis.

- kecendrungan menjauhkan diri dari prasangka-prasangka atau keengganan


mempelajari sesuatu yang baru.

Orang yang bermasalah dengan pendengaran dan introvert tipe menyimaknya


adalah:

a. Tipe penyerap atau tipe bunga karang..

b. Tipe orang berdikari

c. Tipe seniman ingatan.

d. Tipe orang yang tidak tergoda dengan pribadi tertentu.

e. Tipe orang menyukai bunyi alamiah

f. Tipe estetikus luar biasa.

g. Tipe siap tempur.

menyebutkan sejumlah sebab mengapa orang enggan menjadi


pendengar yang baik:

1. Tak konsentrasi

2. Terlalu percaya diri

3. Sibuk & Pengaruh suasana hati

4. Tak cukup data

13
2.4 PERILAKU JELEK DALAM MENYIMAK

Perilaku kita yang jelek akan menimbulkan dampak negatif pada


pribadi kita, begitu pula halnya dengan menyimak. Perilaku jelek dalam
menyimak pasti akan memberi pengaruh atas berhasil atau tidaknya
seseorang dalam kegiatan menyimak.

Secara garis besar, perilaku-perilaku yang termasuk jelek atau tidak baik
dalam praktik menyimak, sebagai berikut:

1) Tidak mau menerima keanehan pembicara. Setiap orang mempunyai


keanehan-keanehan sendiri, mempunyai ciri khas. Kepala sama berbulu,
pikiran berbeda-beda. Begitu pula halnya dengan pembicara. Setiap
pembicara mempunyai cara dan gaya pribadi dalam penampilannya, yang
terkadang terasa aneh bagi beberapa penyimak. Oleh karena itu, para
penyimak merasa jengkel, tidak mau menerima keanehan pembicara
sebagaimana adanya. Akibatnya kita tidak lagi memiliki minat dan
perhatian untuk menyimak pembicaraannya.
2) Tidak mau memperbaiki sikap. Banyak penyimak memiliki sifat munafik.
Mereka pura-pura menyimak dengan tekun, dengan tatapan mata yang
mantap ke arah pembicara, tetapi pikirannya melayang ke mana-mana.
Dia pura-pura sibuk mencatat dengan pulpen menari di atas kertas,
padahal dia menulis surat kepada seseorang. Tubuh ada di ruang itu,
tetapi pikiran dan angan terbang mengembara nun jauh ke alam lain.
Akibatnya, dia tidak memiliki minat untuk menyimak ujaran pembicara.
3) Tidak mau memperbaiki lingkungan. Adakalanya seseorang duduk pada
tempat yang banyak mendapat gangguan bagi kegiatan menyimak,
misalnya, duduk dekat pintu, jalan orang keluar masuk dalam suatu
ceramah atau khotbah. Jelas, ini merupakan kendala. Walaupun begitu,
tidak ada juga upaya orang itu pindah duduk ke tempat yang lebih tenang
dalam ruangan itu.

14
4) Tidak dapat menahan diri.

Ada saja orang yang tidak sabar, tidak dapat menahan diri. Penyimak
jenis ini terus saja ingin bertanya dan memberi tanggapan kepada pembicara,
padahal pembicaraan belum selesai dan belum diketahui ujung penghalaya.
Ini juga merupakan perilaku yang tak dapat ditiru dalam menyimak, suatu
perilaku yang jelek. Jelas, perilaku ini mengganggu jalannya pembicaraan.

5) Tidak mau meningkatkan pembuatan catatan.

Ada orang yang beranggapan bahwa semakin banyak catatan semakin


tinggi nilainya. Pokoknya, catat dan tulis sebanyak mungkin pembicaraan,
kuliah, khotbah, atau ucapan seseorang. Dia tidak rahu dan tidak sadar bahwa
catatan itu harus singkat dan tepat Kata-kata kunci, kalimat-kalimat pokok,
dan ide-ide utamalah yang perlu dicatat. Mencatat tidak sama dengan
merekam.

6) Tidak tahu dan tidak mau menyaring tujuan khusus. Ada orang yang tidak
menyadari apa tujuan menyimak suatu pembicaraan secara umum, apalagi
tujuan khusus. Hal ini menyebabkan tiadanya ketekunan dan tiada perhatian
yang terarah; bahkan, tujuan menyimak menjadi tidak menentu arah.
Selanjutnya, duduk menjadi tidak tenang, gerak-gerik gelisah, dan pembicara
tidak disimak lagi.

7) Tidak memanfaatkan waktu secara tepat guna.

Waktu uang kata pepatah. Ada penyimak yang tidak dapat memanfaatkan
waktu secara efisien. Di tengah-tengah kesibukan ada orang yang melamun
dan mengantuk. Kegiatan menyimak menuntut kesiapsiagaan memetik butir-
butir penting, ide-ide berharga dari seorang pembicara. Justru dalam situasi
seperti ini ada orang yang mengantuk bahkan tidur. Sungguh suatu perilaku
yang memalukan.

15
8) Tidak dapat menyimak secara rasional.

Ada penyimak yang menuruti perasaanya saja,dia menyimak secara


emosional.

9) Tidak mau berlatih menyimak hal-hal yang rumit.

Ada orang yang mau enaknya saja, mau mudahnya saja dalam
melakukan segala sesuatu, termasuk menyimak. Tidak selamanya sesuatu
yang mudah diperoleh itu bernilai tinggi; sebaliknya, hal-hal yang sulit itu
tiada memiliki hikmah. Tidak mau melatih diri untuk menyimak hal-hal yang
sulit dan rumit berarti dia tidak mau memahami keseluruhan isi pembicaraan
yang dikemukakan oleh seorang pembicara. Kesukaran dan kerumitan tidak
selalu harus dihindari, tetapi harus diatasi dan dipahami.

2.5 KESALAHPAHAMAN DALAM MENYIMAK

Telah menjadi suatu kenyataan bahwa sering terjadi salah paham atau
salah pengertian dalam menyimak, dan hal ini sering membawa pengaruh
yang kurang baik bagi peningkatan keterampilan menyimak. Di antara sekian
banyak kesalahpahaman yang berkaitan dengan perilaku menyimak sebagai
berikut.

1) Anggapan bahwa semua perilaku menyimak itu sama saja. Pendapat seperti
ini jelas tidak benar. Kalau kita memeriksa perilaku sendiri dalam satu hari
saja, kita akan melihat dengan jelas bahwa perilaku menyimak, berubah-ubah
secara dramatis dari satu situasi ke situasi lainnya, dari satu pribadi ke
pribadi lainnya. Pendeknya, situasi dan kondisi memegang peranan penting
dalam pengubahan perilaku menyimak seseorang.

2) Anggapan bahwa "mendengar" dan "menyimak" sama saja. Orang yang


beranggapan seperti itu jelas tidak memahami makna kedua kata tersebut.
Orang yang seperti ini masih perlu diberi penjelasan mengenai perbedaan
makna kedua kata tersebut.
3) Anggapan bahwa menyimak tidak dapat dikembangkan atau ditingkatkan.
Sejumlah program komersial yang terdapat pada wilayah pengembangan
menyimak menyatakan bahwa para penggembleng usaha atau bisnis itu
merasakan sebaliknya. Memang terdapat perbedaan pendapat atau
ketidakcocokan antar para peneliti mengenai ketepatgunaan atau keefektifan
teknik-teknik latihan pilihan seperti itu, tetapi modifikasi atau pengawasan
terhadap perilaku menyimak yang jelek itu mungkin dilakukan.

4) Anggapan bahwa hanya sedikit waktu yang diperlukan buat menyimak.


Telaah-telaah yang telah dilaksanakan bagi para pekerja, para mahasiswa
perguruan tinggi, ibu-ibu rumah tangga, dan lainnya, menyatakan bahwa kira-
kira 45% sampai 50% waktu berko.nunikasi justru dipergunakan dalam
perilaku atau kegiatan menyimak. Dengan perkataan lain, hampir setengah
waktu berkomunikasi diperuntukkan untuk menyimak. Jadi, tidak benar
bahwa untuk kegiatan menyimak hanya diperlukan waktu sedikit saja (Mc
Cabe & Bender, 1981: 91).

17
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Menyimak merupakan proses menangkap pesan atau gagasan yang


disajikan melalui ujaran. Keterampilan menyimak merupakan dasar
keterampilan dalam komunikasi lisan. Apabila kemampuan seseorang dalam
menyimak kurang, dapat dipastikan dia tidak dapat mengungkapkan topik
yang didengar dengan baik. Menyimak merupakan salah satu dari keempat
keterampilan berbahasa yang penting. Keterampilan menyimak harus
dikuasai terlebih dahulu dibandingkan dengan keterampilan-keterampilan
berbahasa yang lain dan menyimak tidak ada salah nya banyak manfaat dari
menyimak.

3.1 SARAN

Pentingnya pembelajaran menyimak di sekolah yaitu dapat melatih


daya pikir siswa terhadap hal-hal yang telah disimaknya. Semakin tinggi daya
ingat siswa dalam menyimak maka semakin tinggi pula kecerdasan siswa.

18
DAFTRA ISI

DR. Herry Guntur Tarigan 2015 keterampilan menyimak Bandung,Indonesia.

19

Anda mungkin juga menyukai