Anda di halaman 1dari 12

A.

Definisi Ilmu Jiwa Belajar

Secara umum dapat dikatakan bahwa kata jiwa (Indonesia), Psyche (Yunani) dan Nafs (Arab)
mempunyai pengertian yang sama. Ketiganya mempunyai pengertian sebagai “daya hidup”,
atau potensi yang terpendam dalam diri, yangn menyebabkan dan menjadikan manusia dan
makhluk-makhluk lainnya, hidup dan berkehidupan atau berperilaku. Hidup, artinya: gerak,
tumbuh dan berkembang. Berkehidupan, artinya mempunyai cara atau pola tertentu dalam
gerak, tumbuh dan berkembangnya; sedang yang berperilaku, yang dimaksudkan;
mempunyai cara, atau pola tertentu dalam tingkah laku dan perbuatan-perbuatannya, yang
sekaligus merupakan gejala/petunjuk akan adanya hidup dan kehidupannya. Dengan
demikian, gerakan, pertumbuhan dan perkembangan serta perilaku itulah, yang menjadi
petunjuk atau gejala adanya jiwa pada seseorang.[1]

Ilmu jiwa belajar dipersepsikan dalam psikologi belajar, psikologi belajar adalah sebuah fase
yang terdiri dari dua kata yaitu psikologi dan belajar, Psikologi berasal dari bahasa Yunani,
yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu, jadi, secara harfiah psikologi
berarti ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa.

Sedangkan belajar itu sendiri secara sederhana dapat diberi definisi sebagai aktivitas yang
dilakukan individu secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari apa yang telah
dipelajari dan sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan sekitarnya, aktivitas disini
dipahami sebagai serangkaian kegiatan jiwa raga, psikologi, menuju ke perkembangan
pribadi individu seutuhnya yang menyangkut unsur cipta (kognitif), rasa (efektif) dan karsa
(psychomotor).[2]

Adapun belajar menurut anggapan sementara orang adalah proses yang terjadi dalam otak
manusia. Saraf dan sel-sel otak yang bekerja mengumpulkan semua yang dilihat oleh mata,
didengar oleh telinga, dan lain-lain lantas disusun oleh otak sebagai hasil belajar.[3]

Ada juga beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli adalah sebagai berikut:

Menurut O. Whitaker, belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengalaman.
“Learning may be defined as the proses by which behavior originates or is altered through
training or experience” (Whittaker, 1970:15)

Menurut Howard L. Kingsley

“Learning is the process by which behavior (is the broader sense) is originated or changed
through practice or training” (Kingsley, 1957: 12).

Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) di timbulkan atau diubah melalui
praktek atau latihan.[4]Menurut Skimmer, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya
“educational psychology”

Belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara
progresif.[5]

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu jiwa belajar (psikologi belajar)
adalah sebuah disiplin psikologi yang berisi teori-teori psikologi mengenai belajar, terutama
mengupas bagaimana cara individu belajar atau melakukan pembelajaran.

Objek Materil Dan Objek Formil Ilmu Jiwa Belajar

Objek Materil, yaitu objek yang bersifat umum, yang juga menjadi objek bersama dari
ilmu-ilmu lainnya yang sejenis (objek dari ilmu induknya)

Objek materil ilmu ini adalah sama dengan objek materil psikologi-psikologi lainnya, yaitu
penghayatan dan tingkah laku manusia, atau oleh Crow & Crow disebut sebagai Human
Behavior and Human Relationship.

Objek Formil, yaitu objek khas / khusus yang hanya menjadi objek sasaran studi tersendiri
dari ilmu yang bersangkutan dan berbeda dengan objek-objek ilmu lainnya. Pada umumnya
objek formal ini, merupakan bagian tertentu atau aspek khusus dari objek materialnya, dan itu
bisa dilihat dari definisi disiplin ilmu yang bersangkutan.
Objek Formil (sasaran khusus yang membentuknya), adalah aspek khusus atau sudut tinjauan
tertentu dari / terhadap objek materialnya. Maka, objek formil dari ilmu ini adalah “Proses
membimbing mengajar dan melatih anak”[6]

Metode Ilmu Jiwa Belajar

Dalam Ilmu Jiwa Belajar metode-metode yang digunakan ada:

Metode Introspeksi

Metode Observasi

Metode Eksperimen

Metode Test

Metode Angket

Metode Proyeksi

Metode Case Studi

Metode Klinis

Metode Introspeksi

Metode ini adalah suatu metode yang tertua, metode ini dipergunakan untuk menyelidiki
proses-proses kejiwaan yang berlangsung pada diri sendiri, banyak ahli yang keberatan untuk
menggunakan metode ini sebagai alat penyelidikan dengan mengemukakan bermacam-
macam alasan diantaranya yang penting adalah instrospeksi ini tidak mungkin objektif /
hasilnya atau dengan kata lain mengandung beberapa kelemahan yaitu:

1) Pada waktu mengamati apa yang terjadi pada dirinya sendiri sebenarnya menghayati
sesuatu objek yang telah merupakan campuran proses yang sebenarnya diselidiki dari proses
akibat melakukan penyelidikan
2) Instrospeksi mengandung sugesti karena pengaruh ini akan sering terjadi sesuatu yang
sebenarnya masih belum jelas telha ditafsirkan sebagai sesuatu yang telah nampak dengan
jelas

3) Instrospeksi tergantung pada ingatan sedangkan ingatan tidak 100% benar, akibatnya
sering banyak yang dilupakan dan agar bisa memberikan gambaran yang lengkap mengenai
situasinya orang melengkapi dengan kerja fantasi

4) Pada manusia ada kecenderungan untuk melindungi egonya, maka seringkali dia lupa
menyampaikan hasil penghayatan mengenai dirinya yang sekiranya hasil itu menggangu
egonya. Instrospeksi juga mengandung kelemahan-kelemahan, namun demikian instrospeksi
juga mengandung keuntungan-keuntungan, yaitu:

a) Banyak gejala psikis yang hanya dapat diselidiki dengan metode instrospeksi

b) Bila orang disuruh mengadakan instospeksi dengan hanya memberikan laporan


mengenai garis besar dari peristiwa yang dialami pada umumnya laporan masih objektif

c) Instrospeksi sebenarnya merupakan dasar dari ekstropeksi, bila orang melukiskan hasil
pengalamannya mengenai diri orang lain sebenarnya telah melukiskan apa yang dialaminya
pada diri sendiri akibat melakukan pengamatan itu.[7]

Auguste Comte seorang ahli Filsafat Prancis, mengatakan bahwa instospeksi tak mungkin
memberi hasil yang baik, karena tidak ada orang yang dapat mempelajari peristiwa-peristiwa
jiwanya sendiri secara objektif. Misalnya, seorang yang sedang marah, tak mungkin ia
dengan tenang dan objektif menyelidiki jiwanya sendiri. Jika ia menyelidikinya, maka
hilanglah kemarahan tersebut

William Stern (Jerman) mengemukakan keberatan-keberatan terhadap instrospeksi ialah:


bahwa instrospeksi yang diselidiki hanya bagian-bagian yang disadari saja. Sedang bagian-
bagian yang tidak disadari tidak ikut dipelajari. Disamping itu hal-hal yang bersifat rendah
kadang-kadang disembunyikan, karena malu dan sebagainya
Wilhem Wundt, ahli ilmu jiwa bangsa Jerman, mengatakan bahwa didalam penyelidikan jiwa
sendir telha tpat dipakai istilah retrospeksi artinya melihat kembali (Retro= kembali). Sebab
dalam prakteknya yang kita selidiki itu adalah peristiwa-peristiwa yang lampau, bukan yang
sedang terjadi.[8]

Metode Observasi

Metode Observasi, atau metode pengamatan, observasi atau pengamatan, adalah kegiatan
pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Ada
dua macam observsinya, yaitu:

1) Observasi langung (non – sistematis) tidak menggunakan instrument observasi, hanya


menggunakan alat indera semata-mata

2) Observasi sistematis, yaitu dengan menggunakan instrument pengamatan, yang telah


dipersiapkan secara sistematis dan terencana sebelumnya. Dengan metode observasi
sistematis, peneliti akan mendapatkan data yang objektif, namun peneliti memerlukan waktu
yang lama dan sering tidak efisien, Karen observasi terikat pada waktu dan tempat terjadinya
objek yang diamati. Terikat pada waktu, artinya peneliti harus menunggun samapi
gejala/objek yang diamati terjadi dengan sendirinya, sedangkan terikat pada tempat, artinya
peneliti harus berada di tempat kejadian gejala / objek yang diobservasi

Metode Eksperimen

Metode eksperimen atau percobaan, yaitu suatu cara penelitian dengan jalan menimbulkan
gejala atau perilaku tertentu, dalam situasi dan kondisi tertentu pula dengan sengaja, untuk
dijadikan suatu objek penelitian. Dengan demikian semua kondisi atau keadaan situasi dan
gejala-gejala yang diselidiki bisa dikontrol. Dan observasi ini bisa dilakukan dengan baik
didalam laboratorium, maupun diluarnya. Dan dengan demikian, kalemahan metode
observasi bisa dihindari. Namun eksperimen mampunyai kelemahan, yaitu: 1) bahwa tidak
semua gejala-gejala psikis dapat diselidiki secara eksperimen, misalnya gejala-gejala/perilaku
yang bersifat spontanitas. 2) karena alasan moral, psikologis dan pedagogis, eksperimen tidak
bisa dilakukan misalnya terhadap gejala/gejala/perilaku yang tidak wajar, tidak normal,
melanggar norma-norma dan sebagainya.
Metode Test

Metode Test, atau pengukuran; yaitu suatu cara penelitian dengan jalan mengadakan tes atau
pengukuran terhadap gejala/perilaku yang diselidiki. Tes itu sendiri adalah berupa
“pertanyaan – pertanyaan yang harus dijalankan, yang berdasar atas bagaimana testee
menjawab pertanyaan-pertanyaan atau melakukan perintah-perintah itu, penyelidikan
mengambil kesimpulan dengan cara membandingkannya dengan standar atau testee yang
lain. Ada dua macam tes, yaitu:

1) Tes terstandar, yang sudah teruji berulang-ulang validitasnya, dan

2) Tes non standar, yang dibuat sendiri oleh peneliti, sesuai dengan tujuan/sasaran
penelitiannya, yang validitasnya belum teruji.[9]

Menurut Pekerjaan yang diselidiki Tes Dapat Dibagi Menjadi Beberapa Macam diantaranya:

1) Tes Kecerdasan

2) Tes Perhatian

3) Tes Ingatan dan sebagainya

Menurut orang yang diselidikinya tes dapat dibagi menjadi 2 macam:

1) Tes Perseorangan

2) Tes Gerombolan

Menurut cara menilai jawabannya, tes dapat dibagi pula dalam 2 macam, yaitu:
1) Tes Alternatif, ialah menilai dengan betul atau salah

2) Tes Gradual, ialah menilai dengan beberapa tingkatan misalnya: salah sama sekali,
salah sedikit, agak betul, hampir betul, dan sebagainya.[10]

Metode Angket

Metode Angket/kuesioner yaitu suatu cara penyelidikan dalam bentuk bertanya,dengan


menggunakan bentuk daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Angket
dibedakan menjadi:

1) Angket langsung; mengenai pengalaman sendiri, (pertanyaan tentang pengalaman


orang yang bersangkutan); dan

2) Angket tidak langsung; yaitu memberikan keterangan/jawaban pertanyaan tentang


orang lain.

Kebaikan dari metode ini, adalah bahwa dengan usaha dan biaya yang relatf kecil, bisa
terkumpul data/lahan yang besar jumlahnya. Adapun kelemahannya, kurang terjaminnya
objektifitas data yang terkumpul

Menurut luas objeknya angket dapat pula dibagi:

1) Angket umum, ialah angket bertujuan memperoleh gambaran selengkap-lengkapnya


mengenai jiwa (psikografi) seseorang

2) Angket khusus, ialah angket yang bertujuan memperoleh gambaran-gambaran khusus


mengenai satu hal saja. Misalnya watak seseorang.[11]
Metode Proyeksi

Adalah sutau metode yang dilakukan dengan jalan menyajikan suatu bahan (gambar,
permainan, tulisan, dan lain sebagainya) kepada individu dimana diharapkan adanya jawaban
yang berwujud pendapat atau sikap yang merupakan proyeksi dan pribadinya.

Keberatannya:

1) Memerlukan penyelidik yang ahli dan berpengalaman

2) Penafsiran terhadap jawaban sering dipengaruhi oleh perasaan dan sikapnya sendiri
sehingga kurang objektif.

Metode Case Studi

Adalah penyelidikan terhadap individu secara mendalam meliputi latar belakang social, fisik
dan psikis. Waktunya cukup lama dan melalui berbagai periode pertumbuhan.

Metode Klinis

Adalah metode penyelidikan secara mendalam kepada individu yang menyimpang dari
tingkah laku norma untuk diagnosanya.[12]

Tujuan Ilmu Jiwa Belajar

Belajar adalah suatu usaha perbuatan yang dilakukan secara sungguh-sungguh, dengan
sistematis, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, baik fisik, mental serta dana, panca
indera, otak dan anggota tubuh lainnya. Demikian pula aspek-aspek kejiwaan seperti
intelegensi, bakat, motivasi, minat, dan sebagainya.

Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri antara lain tingkah laku.

Belajar bertujuan mengubah kebiasaan dari yang buruk menjadi baik.


Belajar bertujuan untuk mengubah sikap dari negatif menjadi positif.

Belajar menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu.[13]

Manfaat Ilmu Jiwa Belajar Bagi Guru Dan Pendidik Secara Umum

Sebelum psikologi memasuki lapangan pendidikan orang beranggarapan bahwa penguasaan


mengenai bahwa pelajaran yang akan diberikan kepada anak didik merupakan satu-satunya
syarat yang harus dipenuhi bagi guru termasuk calon guru.

Pendapat yang demikian seakan-akan mengemukakan anak sebagai benda-benda mati yang
dapat diperlakukan menurut kehendak guru. Akan tetapi dengan terjadinya perkembangan
yang luas dalam lapangan pengetahuan ilmu psikologi pada umumnya dan psikologi anak
pada khususnya, perkembangan-perkembangan mana disebabkan oleh adanya penyelidikan
yang bersifat empiris eksperimental dalam lapangan itu anggapan diatas mulai berubah.
Perubahanan itu mulai timbul pada abad ke – 19 orang mulai menyadari dan menginsapi
bahwa pengetahuan secara mendalam mengenai mata pelajaran yang diberikan belum cukup
untuk menjadi guru yang baik. Disamping itu ada pula dibutuhkan pengetahuan-pengetahuan
pelengkap untuk menyiapkan guru secara professional, pendapat baru itu makin lama makin
luas pengaruhnya sehingga dalam abad ke – 20 ini Negara-negara yang telah maju telah
mendidik tenaga – tenaga ahli yang khusus untuk jabatan guru.

Tenaga-tenaga itu semata-mata ahli dalam pelajaran yang diberikan kepada anak didik tetapi
juga menguasai cara-cara yang baik untuk memberikan mata pelajaran itu ditinjau dari segi
psikologi dan pendidikan. Hal yang demikian itu sebenarnya merupakan suatu hal yang
wajar. Seorang guru harus menguasai mata pelajaran yang diberikan tetapi perlu juga
memahami mereka yang dipimpinnya dalam proses pendidikan. Seorang guru yang tidak
mengetahui tentang sifat dan hakikat anak dan tidak tahu cara memperlakukan anak sesuai
dengan sifat dan hakikatnya seperti halnya dengan petani yang hanya mengerti tentang pupuk
dan tanah, tetapi tidak ada pengetahuan mengenai sifat-sifat tanaman yang diberi pupuk itu.
Akibatnya tanaman itu mungkin diberi pupuk yang berlebihan (keliru), ditempatkan dibagian
akar-akar yang tidak tepat, diberikan pada waktu yang salah bahkan mungkin pupuk itu
diberikan dengan jumlah yang banyak atau sebaliknya sehingga tidak sesuai dengan
kebutuhannya (tanam-tanaman yang dipupuknya). Dengan uraian diatas jelaslah bahwa
pengetahuan psikologi pendidikan merupakan salah satu pengetahuan yang perlu dipelajari
dan dipahami oleh seorang guru agar dapat menjalankan tugas sebagai guru dengan cara yang
sebaik-baiknya.[14]
Manfaat Psikologi Belajar Bagi Guru adalah

Membantu guru dan calon guru dalam mengembangkan pemahaman yang lebih baik
mengenai kependidikan dan prosesnya

Membantu guru dalam memecahkan masalah-masalah yang terdapat dalam dunia


pendidikan dengan cara menggunakan metode-metode yang telah disusun secara rapi dan
sistematis

Membantu guru dan pelaksana pendidikan lainnya dalam memberikan pelayanan yang baik
terhadap anak dalam pelaksanaan pendidikan.[15]

Bisa membuat program kegiatan belajar mengajar dan menyelenggarakannya secara efektif
dan efisien.[16]

Ruang Lingkup Ilmu Jiwa Belajar

Psikologi belajar memiliki ruang lingkup yang secara garis besar dapat dibagi menjadi 3
pokok bahasan yang masalah belajar, proses belajar, dan situasi belajar.

Pokok bahasan yang mengenai belajar.

Pokok bahasan mengenai belajar

Teori-teori belajar

Prinsip-prinsip belajar

Hakikat belajar

Jenis-jenis belajar

Aktifitas belajar

Teknik belajar efektif

Karakteristik perubahan hasil belajar

Manifestasi prilaku belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Pokok bahasan mengenai proses belajar


Tahapan perbuatan belajar

Perubahan-perubahan jiwa yang terjadi selama belajar

Pengaruh pengalaman belajar terhadap prilaku individu

Pengaruh motivasi terhadap perilaku belajar

Signifikansi perbedaan individual dalam kecepatan memproses perolehannya melalui


transfer belajar.

Pokok bahasan mengenai situasi belajar

Suasana dan keadaan lingkungan fisik

Suasana dan keadaan lingkungan non fisik

Suasana dan keadaan lingkungan sosial

Suasana dan keadaan lingkungan non sosial.[17]

Dalam psikologi pendidikan pada zaman Herbart dan Pestalozzi telah berusaha memasukkan
psikologi dalam lapangan pendidikan, akan tetapi cara bekerja mereka masih didasarkan atas
hasil renungan semata-mata tanpa diuji kebenarannya dengan pendidikan empiris.

Psikologi pendidikan baru merupakan ilmu yang sebenarnya dalam arti sebagai ilmu yang
bersifat empiris, baru timbul pada abad ke-20. Thorndire orang pertama mengarang buku
psikologi pendidikan yang didasarkan atas hasil-hasil penyerdikan empiris experimental pada
tahun 1913. Dalam bukunya itu dikemukakan dengan jelas hasil-hasil penyerdikannya dan
penggunaannya dalam lapangan pendidikan. Ia antara lain menegaskan pentingnya diciptakan
alat-alat pengukuran kemajuan anak yang setepat-tepatnya dan seobyektif-obyektifnya.
Dengan diterbitkannya buku itu mulai psikologi pendidikan menjadi ilmu pengetahuan yang
bersifat eksperimentail, selain itu buku tersebut mendorong ahli lain mengadakan penyidikan
yang lebih luas dan lebih teliti, penyidikan mana menyebabkan psikologi pendidikan
mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga ilmu ini sekarang telah merupakan
lapangan spesialisasi.[18]

Ruang lingkup psikologi pendidikan

– Masalah yang mencakup pembahasan perkembangan individu yang mencakup


pembahasan tentang kereditas dan lingkungan, perlengkapan dasar dan ajar, perbedaan-
perbedaan individual dan seabagainya.
– Masalah belajar dan mengajar yang mencakup: pengertian belajar, faktor-faktor yang
mempengaruhi, perlengkapan belajarm motivasi belajar teori-teori belajar, transfer belajar,
dan sebagainya.

– Masalah pengukuran dan penilaian yang mencakup masalah: prinsip-prinsip testing,


pengukuran kecerdasan, hasil belajar, perbuatan belajar dan sebagainya.

– Masalah bimbingan dan penyuluhan yang mencakup masalah dasar-dasar bimbingan,


macam-macam serta tujuannya, termasuk di dalam mental hygiene.[19]

Secara garis besar, banyak ahli yang membatasi Ruang Lingkup Ilmu Jiwa Belajar menjadi
tiga macam:

Pokok bahasan mengenai “belajar”, yang meliputi teori – teori, prinsip-prinsip, dan cirri –
cirri khas perilaku belajar siswa, dan sebagainya

Pokok bahasan mengenai “proses belajar”, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang
terjadi dalam kegiatan belajar siswa.

Pokok bahasan mengenai “situasi belajar”, yakni suasana dan keadaan lingkungan baik
bersifat fisik maupun non fisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar siswa.[20]

[1] Tadjab, Ilmu Jiwa Pendidikan, (Surabaya, Karya Abditama, 1994), 5

[2] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2008), hal. 1-2

[3] Alex Sobur, Psikologi Umum (Bandung Pustaka Setia, 2003), hal. 217

Anda mungkin juga menyukai