Jaman dahulu para seniman mempelajari karawitan dengan tradisi lisan yaitu
mengandalkan hafalan yang diberikan oleh guru secara turun temurun. Namun hal
tersebut memiliki kelemahan yaitu sering terjadinya perbedaan notasi antara guru
satu dengan yang lain karena keterbatasan daya ingat. Namun sekarang untuk
mempermudah pembelajaran karawitan di dunia pendidikan, para seniman
menemukan sebuah notasi yang berwujud angka dan simbol.
Fungsi Titilaras :
Memudahkan dalam mencatat (mendokumentasi) gendhing dan tembang.
Mempermudah dalam belajar nabuh dan nembang.
2. Macam-macam titilaras menurut wujudnya dibagi menjadi 3:
a) Titilaras berwujud angka
1. Titilaras Kepatihan
Titilaras ini menggunakan angka Digunakan di daerah Surakarta.
Diciptakan oleh KRH. Sastradiningrat IV tahun 1890. Titilaras berwujud
angka dan simbol.
2. Titilaras sariswara
3. Titilaras Daminatila
b) Titilaras berwujud huruf
Titilaras Dhong-dhing
Ttilaras ini digunakan didaerah Bali.
Terdiri dari 2 macam yaitu :
Saih Lima
Saih Pitu
c) Titilaras berwujud gambar
1. Titilaras rante ; titilaras berbentuk gambar seperti rantai
2. Titilaras Anda : titilaras berbentuk gambar seperti andha(tangga)
C. PATHET
BAB II : RAMAYANA
Rama mendapatkan Dewi Sinta dengan cara memenangkan sayembara menthang gendewa
(merentangkan busur panah).
Adalah kisah diutusnya Anoman oleh Rama Wijaya untuk mencari keberadaan Dewi Sinta di negara
Alengka. Benda yang diberikan Rama Wijaya kepada Anoman untuk diberikan Dewi Sinta adalah
sebuah cincin atau sesotya.
Leksmana adik Rama Wijaya meski berparas tampan ia adalah seorang “wadat”. Wadat adalah
kstaria yang berkomitmen untuk tidak menikah.
Kepulangan Dewi Sinta di Pancawati diragukan oleh rakyat Pancawati. Mereka meragukan kesucian
Dewi Sinta. Dewi Sinta membuktikan kesuciannya dengan menjalankan ritual “pati obong”, ritual
membakar diri hidup-hidup. Dan terbukti Dewi Sinta keluar dari api dengan selamat, hal itu
membuktikan bahwa Sinta masih suci.
Vokal adalah bunyi yang dihasilkan oleh pita suara manusia. Seni vokal adalah seni yang
menggunakan suara manusia sebagai medianya. Orang yang menyajikan seni vokal disebut vokalis.
Dalam karawitan penyaji tembang wanita biasanya disebut swarawati atau pesinden . Penyaji vokal
laki-laki disebut wiraswara.
Seni sekar/tembang
Istilah seni vokal dalam karawitan disebut dengan seni sekar/tembang. Dalam bahasa jawa ‘sekar’
memiliki arti bunga, namun dalam karawitan digunakan untuk menyebut lagu atau tembang. Seni
sekar/tembang adalah lagu yang disajikan dengan pita suara manusia yang menggunakan titilaras
pelog dan slendro umumnya menggunakan bahasa jawa.
Pengertian cakepan adalah syair yang digunakan dalam lagu tembang karawitan, umumnya
menggunakan bahasa Jawa.
b. Titilaras
Adalah istilah yang digunakan dalam lingkungan karawitan untuk menyebut notasi, yaitu lambang
yang mewakili tinggi rendahnya nada. Sampai saat ini titilaras yang masih digunakan di Surakarta
dan Yogyakarta adalah titilaras Kepatihan (notasi yang diciptakan di Kepatihan). Notasi Kepatihan
mengadopsi notasi angka Cheve yaitu notasi angka yang menggunakan angka 1,2,3,4,5,6,7.
Penambahan titik bawah pada notasi melambangkan nada rendah, penulisan titik atas pada angka
melambangkan nada tinggi. Penulisan yang berbeda adalah penulisan notasi kenong, kempul kethuk,
gong, kendang dsb.
Pembacaan notasi
Titilaras Slendro
Titilaras slendro adalah titilaras yang memiliki lima nada dalam satu gembyangan dengan pola jarak
(interval) yang hampir sama rata. Susunan dan pola intervalnya sebagai berikut :
1__2__3__5__6
Titilaras Pelog
Sistem urutan nada yang menggunakan lima nada dalam satu gembyangan yang
menggunakan pola jarak nada yang tidak sama rata yaitu tiga jarak dekat dua jarak jauh.
Vokal dibagi menjadi dua yaitu :Vokal Ritmis dan Vokal Metris
A. Vokal Ritmis
Tembang ritmis adalah sajian vokal tidak terikat dengan irama. Di Jawa Tengah, secara umum paling
tidak ada 3 jenis tembang dalam vokal ritmis, yaitu :
Tembang gede merupakan jenis tembang yang memiliki aturan lampah dan pedhotan setiap baris.
Tembang gedhe biasaya disajikan sebagai pembuka sebuah gending karawitan yang disebut dengan
bawa.
Kusumastuti
Citramengeng
Pamularsih
Mintajiwa
Kusuma Wicitra
Bramara Wilastita
Maduretna.
Tembang tengahan atau tembang madya adalah karya sastra Jawa pada periode yang ketiga,
termasuk jenis waosan berbentuk puisi tradisi Jawa yang di dalamnya tidak terdapat aturan lampah
dan pedhotan. Disebut tembang tengah dimungkinkan karena pemunculannya sesudah tembang
gedhe sebelum tembang macapat.
Tembang macapat sebagai salah satu karya sastra tradisi jawa yang di dalam masyarakat Jawa
disebut puisi tradisi, dan memiliki struktur yang terpolakan secara khusus. Unsur terkecil dari
macapat adalah suku kata, yang kemudian disebut wanda. Satuan suku kata dalam jumlah tertentu
membentuk menjadi baris , yang kemudian disebut gatra.
Kata Macapat memiliki arti maca tembang kang kaping papat atau membaca tembang yang
keempat, karena sebelum ada tembang Macapat ada tiga tembang yang diciptakan sebelumnya
yaitu :
b) Makna Tembang
1. Maskumambang
Mas kang kumambang sesuatu yang berharga dan belum pasti. Tembang Maskumambang
mengandung filosofi hidup seorang manusia dari awal mula penciptaannya. Manusia ini
digambarkan sebagai embrio yang sedang bertumbuh dalam rahim sang ibunda dan masih belum
diketahui jati dirinya, bahkan belum pula diketahui apakah laki-laki atau perempuan.
2. Mijil
Memiliki penggambaran kelahiran, dalam bahasa jawa arti kata mijil adalah keluar atau lahir. Jadi,
mijil menjadi perlambangan awal mula perjalanan seorang manusia di dunia fana.Karena merupakan
permulaan, anak ini dianggap masih suci dan begitu lemah sehingga masih membutuhkan
perlindungan dari orang -orang di sekitarnya.
3. Kinanthi
Kinanthi berasal dari kata ‘kanthi’ yang berarti menggandeng atau menuntun. Filosofi Tembang
Kinanthi dalam hidup mengisahkan kehidupan seorang anak yang masih kecil sehingga masih perlu
dibimbing hingga nantinya dapat berjalan sendiri dengan baik di dunia.
4. Sinom
Kata “Sinom” mempunyai arti pucuk yang baru tumbuh atau bersemi. Filosogi tembang Sinom
mengandung penggambaran dari seorang manusia yang beranjak dewasa, dan telah menjadi
seorang pemuda / remaja yang bersemi. Menjadi seorang remaja, berarti ia bertugas untuk
menuntut ilmu dan mengejar cita-citanya.
5. Asmarandana
Kata Asmarandana berasal dari kata ‘asmara’ yang diartikan sebagai cinta kasih. Filosofi tembang
asmarandana adalah mengenai perjalanan hidup seorang manusia telah tiba waktunya untuk
memiliki rasa tertarik dengan lawan jenis dan memadu cinta kasih bersama jodoh atau pasangan
hidupnya.
6. Gambuh
Kata “Gambuh” mengandung arti cocok, serasi atau pas. Filosofi tembang Gambuh adalah tentang
perjalanan hidup seseorang yang telah menemukan pasangan hidup yang cocok baginya.
7. Dhandhanggula
Kata Dhandanggula berasal dari kata ‘dhandhang’ dan ‘gula’ yang berarti tempat sesuatu yang
manis. Filosofi tembang Dhandhanggula mengisahkan tentang kehidupan pasangan baru yang
tengah berbahagia karena telah mendapatkan apa yang dicita – citakan pasangan dan
pekerjaan/karir.
8. Durma
Kata “Durma” artinya adalah pemberian atau derma. Tembang durma mengandung filosofi yang
mengisahkan tentang kehidupan setelah mendapatkan apa yang kamu cita-citakan baik pasangan
dan pekerjaan maka akan mulai melakukan perbuatan baik.
9. Pangkur
Tembang “Pangkur” berasal dari kata ‘mungkur’ yang artinya pergi atau meninggalkan. Filosofi
tembang pangkur merupakan suatu penggambaran kehidupan setelah dewasa manusia menghindari
berbagai hawa nafsu dan angkara murka yang sifatnya buruk serta mendekat pada Tuhan.
10. Megatruh
Kata Megatruh berasal dari kata ‘megat’ dan ‘ruh’, yang berarti terpisahnya raga dan rohnya atau
telah terlepasnya roh. Filosofi tembang Megatruh adalah tentang perjalanan hidup manusia yang
telah usai di dunia atau telah berpulang pada sang Pencipta. Pada akhirnya, roh manusia pasti harus
putus dari raganya dan pada saat itulah ia harus kembali menghadap Tuhan Yang Maha Pencipta.
11. Pocung
Kata Pocung dalam tembang macapat ini berasal dari kata ‘pocong’ yang menunjukkan kondisi
seseorang yang sudah meninggal, yang mana ia akan dibungkus kain kafan atau dipocong sebelum
dikebumikan. Filosofi tembang pocong menunjukkan adanya ritual untuk melepaskan kepergian
seseorang, yakni upacara pemakaman.
c. Aturan Tembang
Tembang macapat terikat pada 3 aturan :
1. Guru gatra
Guru gatra adalah penyebutan jumlah larik/baris dalam setiap bait sekar macapat.
Contoh :
2. Guru Wilangan
Contoh :
3. Guru Lagu
Guru lagu adalah suara vokal diakhir baris tembang macapat (a,i,u,e,o).
Contoh :
Tabel guru lagu, guru gatra dan guru wilangan Tembang Macapat :
Kinanthi: 6 8u,8i,8a,8i,8a,8i
Dhandanggula 10 10i, 10a, 8e, 7u, 9i, 7a, 6u, 8a, 12i, 7a
Contoh :
6 6 5 3, ! ! ! @ 6 6 5 3
Ba-pak Po-cung du –du wa- tu du - du gu - nung
! @ 6 3 2 1
Sa- ka ta- nah Plem-bang
1 2 1 3 2 1 z2c1 y
Ngon i – ngon-e Sang Bu - pa - ti
y 1 2 3 2 2 1 y 1 3 z1x c2 2
Yen lu-mam-pah si Po- cung lem-be-han gra - na
B. Vokal Metris
Tembang yang menggunakan ketukan ajeg atau terikat. Sebagai contoh adalah vokal
gerongan dan tembang dolanan.