Anda di halaman 1dari 2

NAMA : Aurumma Azachwa

NPM : 19430028
KELAS : HI B
REVIEW LIBERALISME DAN REALISME KLASIK
Akhirnya Erdogan Tarik Kapal Oruc Reis dari Mediterania Timur, Faktor Campur
Tangan Prancis?

Secara mengejutkan pemerintah Turki menarik kapal riset Oruc Reis dari wilayah laut
Mediterania Timur. Sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengingatkan pihak
Yunani untuk tidak mengganggu kapal Oruc Reis. Kapal riset tersebut menjadi sebuah
perdebatan mengenai eksplorasi minyak dan gas dengan Yunani di wilayah sengketa Mediterania
Timur telah kembali ke perairan dekat selatan Turki. Perdana Menteri Yunani Kyriakos
Mitsotakis menyambut baik kebijakan itu dan menyebutkannya sebagai “langkah positif
pertama.” Meski demikian, Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengatakan langkah tersebut
berarti Turki “menyerahkan hak-hak kami disana.” Ketegangan ini dimulai saat Ankara
mengirimkan kapal riset itu ke area survei yang diklaim oleh Yunani, Turki, dan Sirprus. Sejak
kejadian itu, Ankara terancam terkena sanksi oleh Uni Eropa, yang mendukung Yunani dan
Sirpus. Mitsotakis meningkatkan tekanan terhadap Turki dengan mengumumkan pada sabtu
bahwa Yunani “mengerahkan kembali pasukan bersenjatanya.” Yunani dan Turki merupakan
anggota NATO, namun keduanya memiliki sejarah persengketaan perbatasan dan mengklaim
beberapa perairan yang sama. Pada 10 Agustus, pihak Turki mengirimkan kapal riset seismik
Oruc Reis, didampingi dua kapal bantu, untuk mencari potensi deposit gas dan minyak yang
melimpah di pulau Kastellorizo selatan,Yunani. Pada saat itu, menteri luar negeri Yunani
mengatakan ini sebagai “eskalasi baru yang serius” yang “menguak peranan” Turki dalam
“mengurangi stabilitas” di wilayah. Ketegangan juga terdeteksi di daerah sekitar Siprus soal hak-
hak eksplorasi tersebut. Republik Siprus dan Yunani tidak mengakui Turki memiliki hak dan
kewenangan eksplorasi bagi wilayah utara Siprus, yang dikontrol Turki, di wilayah perairan
sengketa. Pada minggu (13/09), Akar telah mengonfirmasikan bahwa Oruc Reis telah kembali ke
perairan Turki. Situs pelacak kapal telah menunjukan bahwa kapal tersebut berada di dekat
pelabuhan Antalya.“ Akan ada gerakan ke depan dan ke belakang yang telah direncanakan,” kata
Akar kepada kantor berita, Anadolu. Minggu lalu, angkatam laut Turki mengatakan bahwa kapal
tersebut akan terus beroperasi sampai tanggal 12 September. Menteri luar negeri Mevlut
Cavusoglu mengatakan misi penjelajahan migas akan dilanjutkan, namun sampai saat ini tidak
ada rencana untuk memperpanjang operasi kapal tersebut. Surat kabar pro-pemerintah Turki,
Yeni Safak, mengatakan bahwa keputusan untuk tidak memperpanjang operasi kapal tersebut
“adalah sebuah langkah untuk memberi kesempatan bagi diplomasi untuk berjalan.” “Ini adalah
langkah positif pertama. Saya harap saya harap akan ada lebih banyak lagi,” kata PM Yunani
Mitsotakis dalam sebuah konferensi pers di Thessaloniki, Minggu (13/09). Perancis yang tidak
sependapat dengan Turki dalam soal krisi Libya baru-baru ini mengerahkan dua jet andalannya
Rafale dan sebuah kapal jenis pregat ke laut Mediterania Timur menyusul ketegangan antara
Turki dan Yunani. Presiden Perancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa militer Perancis
akan memonitor situasi. Ia juga mendorong Turki untuk menunda ekplorasi migas di perairaan
sengketa.
Dari kasus diatas dapat dianalisis lewat dua perspektif baik dari perspektif liberalisme serta
perspektif realisme, berikut dibawah penjelasannya secara lebih detail :

1. Dari prespektif kasus tersebut dalam Teori Liberalisme yaitu adanya kepentingan yang
dilakukan melalui peejanjian. Perjanjian yang dilakukan antara Yunani dan Perancis
dapat membuka kerja sama diberbagai bidang, terutama bidang ekonomi. Kesepakatan ini
membuka peluang perdagangan alutista antara Yunani dan Perancis. Dimana Yunani juga
berencana akan membeli 18 jet tempur Rafale buatan Perancis, empat kapal pergat, dan
empat helikopter angkatan laut. Ia mengatakan bahwa militer Yunani berencana
menambah 15.000 personil bagi tentaranya dalam kurun waktu lima tahun mendatang.
Semuanya terlihat menjadi ladang bisnis bagi Perancis sekaligus membuka kran ekspor
bagi Perancis ke Yunani. Ditambah lagi dengan Perancis yang tidak sependapat dengan
Turki dalam soal krisi Libya baru-baru ini mengerahkan dua jet andalannya Rafale dan
sebuah kapal jenis pregat ke laut Mediterania Timur menyusul ketegangan antara Turki
dan Yunani. Yang membuat hubungan antara Perancis dan Yunani semakin erat.

2. Dalam prespektif kasus tersebut dalam Teori Realisme yaitu perjanjian diatas dapat
tercipta karena adanya ketegangan yang timbul antara Turki dan Yunani. Ketegangan
tersebut bisa muncul ketika kapal riset Oruc Reis diganggu oleh pihak Yunani yang
mengklaim bahwa kapal tersebut melangar batas wilayah. Akhirnya Pemerintah Turki
menarik kapal riset Oruc Reis dari wilayah laut Mediterania Timur. Sebelumnya,
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengingatkan pihak Yunani untuk tidak
mengganggu kapal Oruc Reis. Kapal riset tersebut menjadi sebuah perdebatan mengenai
eksplorasi minyak dan gas dengan Yunani di wilayah sengketa laut Mediterania Timur
telah kembali ke perairan dekat selatan Turki. Ketegangan ini dimulai saat Ankara
mengirimkan kapal riset itu ke area survei yang diklaim oleh Yunani, Turki, dan Sirprus.
Sejak kejadian itu, Ankara terancam terkena sanksi oleh Uni Eropa, yang mendukung
Yunani dan Sirpus. Yunani dan Turki merupakan anggota NATO, namun keduanya
memiliki sejarah persengketaan perbatasan dan mengklaim beberapa perairan yang sama.
Pada 10 Agustus, pihak Turki mengirimkan kapal riset seismik Oruc Reis, didampingi
dua kapal bantu, untuk mencari potensi deposit gas dan minyak yang melimpah di pulau
Kastellorizo selatan,Yunani. Pada saat itu, menteri luar negeri Yunani mengatakan ini
sebagai “eskalasi baru yang serius” yang “menguak peranan” Turki dalam “mengurangi
stabilitas” di wilayah.

Anda mungkin juga menyukai