Institut Pengadaan Publik Indonesia (IPPI) dan Dewan Sengketa Indonesia (DSI)
Pemateri:
Krismawan Hadiwinata, S.H., M.Kn., ACIArb., AIIArb., CIM., CLI., CPCLE., CPL.
2
PENGANTAR ARBITRASE
Sebuah konflik yaitu sebuah situasi dimana 2 (dua) pihak atau lebih
dihadapkan pada perbedaan kepentingan, yang mana tidak akan berkembang
menjadi sebuah sengketa apabila pihak yang merasa dirugikan hanya
memendam perasaan tidak puas atau keprihatinan.
Sebuah konflik berubah atau berkembang menjadi sebuah sengketa bilamana
pihak yang merasa dirugikan telah menyatakan rasa tidak puas atau
keprihatinannya, baik secara langsung kepada pihak yang dianggap sebagai
penyebab kerugian maupun kepada pihak lain.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
4
Sengketa merupakan kelanjutan dari konflik dan sebuah konflik akan berubah
menjadi sengketa apabila tidak dapat terselesaikan. Konflik dapat diartikan
pertentangan di antara para pihak untuk menyelesaikan masalah yang
kalau tidak diselesaikan dengan baik, dapat menganggu hubungan di antara mereka.
Sepanjang para pihak tersebut dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik,
maka sengketa tidak akan terjadi, akan tetapi jika terjadi sebaliknya, para pihak
tidak dapat mencapai kesepakatan mengenai solusi pemecahan masalahnya,
maka timbul sengketa.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
5
PENYELESAIAN SENGKETA
Litigasi Pengadilan Konsultasi
Negosiasi
Penyelesaian Sengketa
Mediasi
Konsiliasi
Non Litigasi Penilaian Ahli
Arbitrase
ALTERNATIF PENYELESAIAN
SENGKETA
Pasal 1 angka 10. Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga penyelesaian
sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni
penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi,
konsiliasi, atau penilaian ahli.
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa, tidak mengatur lebih rinci mengenai masing-masing
Alternatif Penyelesaian Sengketa yaitu konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi,
atau penilaian ahli.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
7
Dengan demikian, sejak tahun 1847 ketentuan mengenai Arbitrase telah menjadi
bagian dari tata hukum yang berlaku di Hindia Belanda.
Setelah kemerdekaan, untuk mengisi kekosongan hukum, diadakan ketentuan
Pasal II Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang merumuskan
“segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku selama
belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini”. Ketentuan ini
menjadi landasan hukum keberlakuan Pasal 615-651 Rv; Pasal 377 HIR; dan
Pasal 705 RBg mengenai pengaturan Arbitrase dalam tata hukum Indonesia, ............
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
9
yaitu Pasal 615-651 Rv. mengatur tentang tata cara berperkara melalui Arbitrase
dengan juru pisah atau wasit; Pasal 377 HIR dan Pasal 705 RBg. menentukan
bahwa penyelesaian perselisihan melalui juru pisah bagi orang Indonesia dan
orang Timur Asing wajib mengikuti peraturan pengadilan perkara bagi
orang/golongan Eropa.
Keadaan yang demikian tersebut, dipertegas lagi dengan Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1970 tentang Pokok-pokok Kekuasaan Kehakiman, yang
dalam Penjelasan Pasal 3 kalimat terakhir dinyatakan …………
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
10
SUMBER HUKUM
ARBITRASE DI INDONESIA
1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa.
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 1981 tentang
pengesahan Konvensi New York 1958 perihal Pengakuan dan Pelaksanaan
Putusan Arbitrase Asing.
3. Perjanjian Arbitrase yang dibuat secara sah oleh para pihak.
4. Peraturan dan Prosedur Lembaga Arbitrase yang disepakati dan ditunjuk secara
sah oleh Para Pihak.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
12
ISTILAH ARBITRASE
Istilah Arbitrase berasal dari kata arbitrare (Latin), arbitrage (Belanda dan Perancis),
arbitration (Inggris), yang berarti kekuasaan untuk menyelesaikan sesuatu menurut
kebijaksanaan atau perdamaian melalui Arbiter atau wasit.
Merujuk literatur sejarah Islam, Arbitrase sudah dikenal sejak zaman Nabi
Muhammad shallallahu’alaihi wasallam, dengan menyebutkan istilah tahkim
yang artinya adalah pengangkatan seseorang atau lebih wasit atau juru damai
oleh 2 (dua) orang atau lebih yang bersengketa guna menyelesaikan perkara
yang terjadi secara damai.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
13
PENYELESAIAN SENGKETA
MASYARAKAT ADAT INDONESIA
• Tuha Peut di Provinsi Aceh
• Peppung dan Mekhatin di Provinsi Lampung
• Kerapatan Adat Nagari di Provinsi Sumatera Barat
• Pang Pada Payu di Provinsi Bali
• Rembug Desa di Provinsi Jawa Tengah
• Musyawarah Mufakat berdasarkan sila ke 4 (empat) Pancasila
PENGERTIAN ARBITRASE
BERDASAR UNDANG-UNDANG
Pasal 1 angka 1. Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar
peradilan umum yang didasarkan pada Perjanjian Arbitrase yang dibuat secara
tertulis oleh para pihak yang bersengketa.
Pasal 1 angka 3. Perjanjian Arbitrase adalah suatu kesepakatan berupa klausula
arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak
sebelum timbul sengketa, atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat
para pihak setelah timbul sengketa.
PENGERTIAN ARBITRASE
MENURUT PARA AHLI HUKUM
• Menurut R. Subekti:
Arbitrase adalah penyelesaian atau pemutusan sengketa oleh seseorang hakim atau
para hakim berdasarkan persetujuan bahwa para pihak akan tunduk pada
atau menaati keputusan yang diberikan oleh hakim atau para hakim yang mereka
pilih atau tunjuk tersebut.
• Menurut Priyatna Abdurrasyid:
Arbitrase adalah suatu proses pemeriksaan suatu sengketa yang dilakukan secara
yudisial seperti dikehendaki oleh para pihak yang bersengketa, dan pemecahannya…
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
16
PENGERTIAN ARBITRASE
MENURUT PARA AHLI HUKUM
akan didasarkan kepada bukti-bukti yang diajukan oleh para pihak.
• Menurut Rachmadi Usman:
Pengertian Arbitrase yang lebih sederhana, adalah cara penyelesaian sengketa
di luar lembaga litigasi atau peradilan yang diadakan oleh para pihak yang
bersengketa atas dasar perjanjian. Para pemutus atau Arbiternya dipilih dan
ditentukan oleh para pihak yang bersengketa dengan tugas menyelesaikan
persengketaan yang terjadi di antara mereka. Dengan demikian, pemilihan Arbiter
seyogyanya didasarkan kemampuan dan keahlian dalam bidang tertentu dan dapat…
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
17
PENGERTIAN ARBITRASE
MENURUT PARA AHLI HUKUM
bertindak secara netral. Hal lain yang harus diperhatikan bahwa tidak semua
sengketa dapat diselesaikan melalui Arbitrase, kecuali hanya sengketa di bidang
perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dikuasai sepenuhnya oleh
para pihak yang bersengketa atas dasar kesepakatan di antara mereka (Pasal 5
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999).
MANFAAT ARBITRASE
MANFAAT ARBITRASE
c. Para pihak dapat memilih Arbiter yang menurut mereka diyakini mempunyai
pengetahuan, pengalaman, serta latar belakang yang relevan dengan
masalah yang disengketakan, di samping jujur dan adil.
d. Para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk menyelesaikan masalahnya
termasuk proses dan tempat penyelenggaraan Arbitrase.
e. Putusan Arbitrase merupakan putusan yang mengikat para pihak dengan
melalui tata cara prosedur yang sederhana dan langsung dapat
dilaksanakan (final and binding).
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
21
KEUNTUNGAN ARBITRASE
KEUNTUNGAN ARBITRASE
KEUNTUNGAN ARBITRASE
KEUNTUNGAN ARBITRASE
KEUNTUNGAN ARBITRASE
g. Suatu Perjanjian Arbitrase (Klausul Arbitrase) tidak menjadi batal karena berakhir
atau batalnya perjanjian pokok.
h. Di dalam proses Arbitrase, Arbiter atau Majelis Arbitrase harus mengutamakan
perdamaian di antara para pihak yang bersengketa.
Munir Fuady mengemukakan kritikan kepada Arbitrase yang sering diajukan oleh
masyarakat, antara lain sebagai berikut:
a. Hanya baik dan tersedia dengan baik terhadap perusahaan-perusahaan bonafide.
b. Due process kurang terpenuhi.
c. Kurangnya unsur finality.
d. Kurangnya power untuk menggiring para pihak ke settlement.
e. Kurangnya power untuk menghadirkan barang bukti, saksi, dan lain-lain.
f. Kurangnya power untuk hal law enforcement dan eksekusi keputusan.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
27
Pasal 5
1. Sengketa yang dapat diselesaikan melalui Arbitrase hanya sengketa di bidang
perdagangan (perniagaan, perbankan, keuangan, penanaman modal, industri,
hak kekayaan intelektual) dan mengenai hak yang menurut hukum dan
peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang
bersengketa.
2. Sengketa yang tidak dapat diselesaikan melalui Arbitrase adalah sengketa
yang menurut peraturan perundang-undangan tidak dapat diadakan perdamaian.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
31
PERJANJIAN ARBITRASE
PERJANJIAN ARBITRASE
BERDASAR UNDANG-UNDANG
Pasal 1 angka 3. Perjanjian Arbitrase adalah suatu kesepakatan berupa Klausula
Arbitrase yang tercantum dalam:
• suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa, atau
• suatu Perjanjian Arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul
sengketa.
PACTUM DE COMPROMITTENDO
PACTUM DE COMPROMITTENDO
?
1. Jika terjadi perselisihan akibat dari Perjanjian Pembangunan Gedung ini maka
para pihak akan menyelesaikan dengan cara musyawarah.
2. Apabila ketentuan ayat (1) tersebut di atas tidak tercapai, maka akan diselesaikan
melalui arbitrase sesuai dengan ketentuan-ketentuan peraturan dan acara Dewan
Sengketa Indonesia (DSI) dan/atau gugatan perdata di Kepaniteraan Pengadilan
Negeri Tangerang.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
36
PACTUM DE COMPROMITTENDO
“Apabila terjadi sengketa, maka dengan ini para pihak bersepakat akan menyerahkan
sengketa kepada Panitera Arbitrase di Tangerang.”
?
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
37
PACTUM DE COMPROMITTENDO
"This Agreement shall in all respects be construed in accordance with South African
Law."
?
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
38
PACTUM DE COMPROMITTENDO
“The location of the arbitration must be in Hong Kong under the UNCITRAL Arbitration
Rules.”
?
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
39
PACTUM DE COMPROMITTENDO
“Semua sengketa yang timbul dari perjanjian ini, akan diselesaikan dan diputus oleh
Arbitrase menurut Peraturan dan Acara Arbitrase Dewan Sengketa Indonesia (DSI)
yang keputusannya mengikat kedua belah pihak yang bersengketa sebagai
keputusan tingkat pertama dan terakhir.”
b. Akta Kompromis
Mengenai Akta Kompromis diatur dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 30 Tahun
1999 yaitu Perjanjian Arbitrase yang dibuat setelah timbul perselisihan antara
para pihak oleh karena dalam perjanjian pokok tidak diadakan persetujuan
Arbitrase. Dengan demikian, Akta Kompromis adalah akta yang berisi aturan
penyelesaian perselisihan yang telah timbul di antara orang yang berjanji.
AKTA KOMPROMIS
AKTA KOMPROMIS
AKTA KOMPROMIS
5) Akta Kompromis batal demi hukum apabila tidak memenuhi ketentuan mengenai
isi akta.
Pasal 10 Suatu Perjanjian Arbitrase tidak menjadi batal disebabkan oleh keadaan
tersebut di bawah ini:
a. Meninggalnya salah satu pihak;
b. Bangkrutnya salah satu pihak;
c. Novasi (pembaharuan utang);
d. Insolvensi (keadaan tidak mampu membayar) salah satu pihak;
e. Pewarisan;
f. Berlakunya syarat-syarat hapusnya perikatan pokok;
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
45
Hal yang harus diperhatikan bahwa kebolehan mengikat diri dalam Perjanjian
Arbitrase harus didasarkan atas kesepakatan bersama.
Faktor kesukarelaan dan kesadaran bersama merupakan landasan keabsahan ikatan
Perjanjian Arbitrase, berdasarkan hal tersebut, maka keabsahan dan mengikatnya
setiap Perjanjian Arbitrase harus memenuhi ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata.
Suatu Perjanjian Arbitrase sebagai persetujuan yang dibuat secara sah berlaku
sebagai Undang-Undang bagi para pihak yang membuatnya, oleh karena itu harus
dilaksanakan dengan itikad baik sebagaimana ketentuan Pasal 1338 KUHPerdata.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
48
PROSEDUR
DAN
HUKUM ACARA ARBITRASE
JENIS ARBITRASE
JENIS ARBITRASE
2. Arbitrase Institusional
Merupakan lembaga atau badan Arbitrase yang bersifat permanen.
Arbitrase Institusional tersebut dapat berupa Arbitrase Dalam Negeri
(bersifat Nasional), Regional, ataupun yang bersifat Internasional.
Contoh:
• Dewan Sengketa Indonesia (DSI);
• Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI);
• Hong Kong International Arbitration Centre (HKIAC).
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
51
• Para pihak dalam suatu perjanjian yang tegas dan tertulis, bebas untuk
menentukan Acara Arbitrase yang digunakan dalam pemeriksaan sengketa
sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang.
• Dalam hal para pihak tidak menentukan sendiri ketentuan mengenai Acara
Arbitrase yang akan digunakan dalam pemeriksaan, dan Arbiter atau Majelis
Arbitrase telah terbentuk sesuai dengan Undang-Undang, semua sengketa yang
penyelesaiannya diserahkan kepada Arbiter atau Majelis Arbitrase akan diperiksa
dan diputus menurut ketentuan dalam Undang-undang.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
52
• Dalam hal para pihak telah memilih Acara Arbitrase harus ada kesepakatan
mengenai ketentuan jangka waktu dan tempat diselenggarakan Arbitrase dan
apabila tidak ditentukan, Arbiter atau Majelis Arbitrase yang akan menentukan.
• Para pihak yang bersengketa mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam
mengemukakan pendapat masing-masing.
• Para pihak yang bersengketa dapat diwakili oleh Kuasanya (Surat Kuasa Khusus).
• Pemeriksaan sengketa dalam Arbitrase harus dilakukan secara tertulis.
• Pemeriksaan secara lisan dan/atau elektronik dapat dilakukan apabila disetujui
para pihak atau dianggap perlu oleh Arbiter atau Majelis Arbitrase.
• Arbiter atau Majelis Arbitrase dapat mendengar keterangan Saksi atau mengadakan
pertemuan yang dianggap perlu pada tempat di luar tempat Arbitrase diadakan.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
56
kepentingan yang terkait dan keturutsertaannya disepakati oleh para pihak yang
bersengketa serta disetujui oleh Arbiter atau Majelis Arbitrase yang memeriksa
sengketa yang bersangkutan.
• Atas permohonan salah satu pihak, Arbiter atau Majelis Arbitrase dapat mengambil
Putusan Provisionil atau Putusan Sela lainnya untuk mengatur ketertiban jalannya
pemeriksaan sengketa termasuk Penetapan Sita Jaminan, memerintahkan
penitipan barang kepada pihak ketiga, atau menjual barang yang mudah rusak.
PENGERTIAN ARBITER
Pasal 1 angka 7. Arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak
yang bersengketa atau yang ditunjuk oleh Pengadilan Negeri atau oleh Lembaga
Arbitrase, untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu yang diserahkan
penyelesaiannya melalui arbitrase.
Pasal 1 angka 8. Lembaga Arbitrase adalah badan yang dipilih oleh para pihak
yang bersengketa untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu;
lembaga tersebut juga dapat memberikan pendapat yang mengikat mengenai suatu
hubungan hukum tertentu dalam hal belum timbul sengketa.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
62
PENGERTIAN ARBITER
Dengan demikian, Arbiter adalah orang yang ditunjuk dan diangkat untuk
melaksanakan fungsi dan kewenangan Arbitrase serta memutus sengketa
Arbitrase yang ditanganinya.
Arbiter dapat ditunjuk dengan beberapa cara, yaitu:
1. Melalui kesepakatan di antara para pihak dalam Perjanjian Arbitrase;
2. Ditunjuk berdasar klausula kontrak oleh orang ketiga, misal Ketua Dewan
Sengketa Indonesia (DSI); atau
3. Ditunjuk oleh pengadilan.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
63
Pasal 12 Yang dapat ditunjuk atau diangkat sebagai Arbiter harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
a. Cakap melakukan tindakan hukum.
b. Berumur paling rendah 35 (tiga puluh lima) tahun.
c. Tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai dengan
derajat kedua dengan salah satu pihak bersengketa.
d. Tidak mempunyai kepentingan finansial atau kepentingan lain atas Putusan
Arbitrase.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
64
d. Kebiasaan dagang yang relevan atau bisnis atau profesi yang terlibat dalam
sengketa.
e. Ketersediaan arbiter yang layak.
f. Tingkat urgensi dari kasus yang bersangkutan.
Pasal 13 Dalam hal para pihak dalam syarat Arbitrase tidak mencantumkan
ketentuan mengenai Arbiter dan/atau para pihak tidak dapat mencapai
kesepakatan mengenai pemilihan Arbiter, maka Ketua Pengadilan Negeri dapat
menunjuk Arbiter atau Majelis Arbitrase.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
67
Pasal 14 Dalam hal para pihak telah bersepakat bahwa sengketa yang timbul
akan diperiksa dan diputus oleh Arbiter Tunggal, para pihak wajib untuk mencapai
suatu kesepakatan tentang pengangkatan Arbiter Tunggal.
Pasal 15 Penunjukan 2 (dua) orang Arbiter oleh para pihak memberi wewenang
kepada 2 (dua) Arbiter tersebut untuk memilih dan menunjuk Arbiter yang ketiga.
Arbiter ketiga dimaksud diangkat sebagai Ketua Majelis Arbitrase.
Pasal 16 Arbiter yang ditunjuk atau diangkat dapat menerima atau menolak
penunjukan atau pengangkatan tersebut.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
68
Pasal 17 Dengan ditunjuknya seorang Arbiter atau beberapa Arbiter oleh para pihak
secara tertulis dan diterimanya penunjukan tersebut oleh seorang Arbiter atau
beberapa Arbiter secara tertulis, maka antara pihak yang menunjuk dan Arbiter
yang menerima penunjukan terjadi suatu perjanjian perdata.
Penunjukan dimaksud mengakibatkan bahwa Arbiter atau para Arbiter akan
memberikan putusannya secara jujur, adil, dan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dan para pihak akan menerima putusannya secara final dan mengikat
seperti yang telah diperjanjikan bersama.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
69
Pasal 73
Tugas seorang Arbiter berakhir, apabila:
a. Putusan mengenai sengketa telah diambil;
b. Jangka waktu yang telah ditentukan dalam Perjanjian Arbitrase atau sesudah
diperpanjang oleh para pihak telah lampau;
c. Para pihak sepakat untuk menarik kembali penunjukan Arbiter.
Pasal 74
1. Meninggalnya salah satu pihak tidak mengakibatkan tugas yang telah diberikan
kepada Arbiter berakhir.
2. Jangka waktu tugas Arbiter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ditunda
paling lama 60 (enam puluh) hari sejak meninggalnya salah satu pihak.
Pasal 48
1. Pemeriksaan atas sengketa harus diselesaikan dalam waktu paling lama
180 (seratus delapan puluh) hari sejak Arbiter atau Majelis Arbitrase terbentuk.
2. Dengan persetujuan para pihak dan apabila diperlukan sesuai ketentuan
Pasal 33, jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
diperpanjang.
Pasal 33
Arbiter atau Majelis Arbitrase berwenang untuk memperpanjang jangka waktu
tugasnya apabila:
a. diajukan permohonan oleh salah satu pihak mengenai hal khusus tertentu;
b. sebagai akibat ditetapkan Putusan Provisionil atau Putusan Sela lainnya; atau
c. dianggap perlu oleh Arbiter atau Majelis Arbitrase untuk kepentingan
pemeriksaan.
Pasal 22
1. Terhadap Arbiter dapat diajukan tuntutan ingkar apabila terdapat cukup alasan
dan cukup bukti otentik yang menimbulkan keraguan bahwa Arbiter akan
melakukan tugasnya tidak secara bebas dan akan berpihak dalam
mengambil putusan.
2. Tuntutan ingkar terhadap seorang Arbiter dapat pula dilaksanakan apabila
terbukti adanya hubungan kekeluargaan, keuangan atau pekerjaan dengan
salah satu pihak atau kuasanya.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
77
Pasal 23
1. Hak ingkar terhadap Arbiter yang diangkat oleh Ketua Pengadilan Negeri
diajukan kepada Pengadilan Negeri yang bersangkutan.
2. Hak ingkar terhadap Arbiter Tunggal diajukan kepada Arbiter yang bersangkutan.
3. Hak ingkar terhadap Anggota Majelis Arbitrase diajukan kepada Majelis Arbitrase
yang bersangkutan.
Pasal 24
1. Arbiter yang diangkat tidak dengan penetapan pengadilan, hanya dapat diingkari
berdasarkan alasan yang baru diketahui pihak yang mempergunakan hak
ingkarnya setelah pengangkatan Arbiter yang bersangkutan.
2. Arbiter yang diangkat dengan penetapan pengadilan, hanya dapat diingkari
berdasarkan alasan yang diketahuinya setelah adanya penerimaan penetapan
pengadilan tersebut.
Pasal 24
5. Tuntutan ingkar harus diajukan secara tertulis, baik kepada pihak lain maupun
kepada pihak Arbiter yang bersangkutan dengan menyebutkan alasan
tuntutannya.
6. Dalam hal tuntutan ingkar yang diajukan oleh salah satu pihak disetujui oleh
pihak lain, Arbiter yang bersangkutan harus mengundurkan diri dan seorang
Arbiter pengganti akan ditunjuk sesuai dengan cara yang ditentukan dalam
Undang-undang ini.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
80
Pasal 25
1. Dalam hal tuntutan ingkar yang diajukan oleh salah satu pihak tidak disetujui
oleh pihak lain dan Arbiter yang bersangkutan tidak bersedia mengundurkan diri,
pihak yang berkepentingan dapat mengajukan tuntutan kepada Ketua
Pengadilan Negeri yang putusannya mengikat kedua pihak, dan tidak dapat
diajukan perlawanan.
Pasal 25
2. Dalam hal Ketua Pengadilan Negeri memutuskan bahwa tuntutan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) beralasan, seorang Arbiter pengganti harus diangkat
dengan cara sebagaimana yang berlaku untuk pengangkatan Arbiter yang
digantikan.
3. Dalam hal Ketua Pengadilan Negeri menolak tuntutan ingkar,
Arbiter melanjutkan tugasnya.
Pasal 26
2. Arbiter dapat dibebastugaskan bilamana terbukti berpihak atau menunjukkan
sikap tercela yang harus dibuktikan melalui jalur hukum.
3. Dalam hal selama pemeriksaan sengketa berlangsung, Arbiter meninggal dunia,
tidak mampu, atau mengundurkan diri, sehingga tidak dapat melaksanakan
kewajibannya, seorang Arbiter pengganti akan diangkat dengan cara
sebagaimana yang berlaku bagi pengangkatan Arbiter yang bersangkutan.
Pasal 26
4. Dalam hal seorang Arbiter Tunggal atau Ketua Majelis Arbitrase diganti,
semua pemeriksaan yang telah diadakan harus diulang kembali.
5. Dalam hal Anggota Majelis yang diganti, pemeriksaan sengketa hanya diulang
kembali secara tertib antar Arbiter.
Krismawan Hadiwinata SH, MKn, ACIArb, AIIArb, CIM, CLI, CPCLE, CPL
Krismawan Hadiwinata
@krismawansedulur