Anda di halaman 1dari 84

ARBITRASE

Pelatihan Arbitrase Batch 10

Institut Pengadaan Publik Indonesia (IPPI) dan Dewan Sengketa Indonesia (DSI)

Pemateri:
Krismawan Hadiwinata, S.H., M.Kn., ACIArb., AIIArb., CIM., CLI., CPCLE., CPL.
2

PENGANTAR ARBITRASE

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


3

KONFLIK DAN SENGKETA

Sebuah konflik yaitu sebuah situasi dimana 2 (dua) pihak atau lebih
dihadapkan pada perbedaan kepentingan, yang mana tidak akan berkembang
menjadi sebuah sengketa apabila pihak yang merasa dirugikan hanya
memendam perasaan tidak puas atau keprihatinan.
Sebuah konflik berubah atau berkembang menjadi sebuah sengketa bilamana
pihak yang merasa dirugikan telah menyatakan rasa tidak puas atau
keprihatinannya, baik secara langsung kepada pihak yang dianggap sebagai
penyebab kerugian maupun kepada pihak lain.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
4

KONFLIK DAN SENGKETA

Sengketa merupakan kelanjutan dari konflik dan sebuah konflik akan berubah
menjadi sengketa apabila tidak dapat terselesaikan. Konflik dapat diartikan
pertentangan di antara para pihak untuk menyelesaikan masalah yang
kalau tidak diselesaikan dengan baik, dapat menganggu hubungan di antara mereka.
Sepanjang para pihak tersebut dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik,
maka sengketa tidak akan terjadi, akan tetapi jika terjadi sebaliknya, para pihak
tidak dapat mencapai kesepakatan mengenai solusi pemecahan masalahnya,
maka timbul sengketa.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
5

PENYELESAIAN SENGKETA
Litigasi Pengadilan Konsultasi

Negosiasi
Penyelesaian Sengketa
Mediasi

Konsiliasi
Non Litigasi Penilaian Ahli

Arbitrase

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


6

ALTERNATIF PENYELESAIAN
SENGKETA
Pasal 1 angka 10. Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga penyelesaian
sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni
penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi,
konsiliasi, atau penilaian ahli.
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa, tidak mengatur lebih rinci mengenai masing-masing
Alternatif Penyelesaian Sengketa yaitu konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi,
atau penilaian ahli.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
7

ATURAN ARBITRASE INDONESIA

Sebelum kemerdekaan tepatnya pada masa penjajahan Belanda di Hindia Belanda,


ketentuan mengenai Arbitrase telah diatur dalam beberapa perundang-undangan
yaitu dalam Pasal 615-651 Reglemen Acara Perdata (Reglement op de
Rechtsvordering, Staatsblad 1847:52) atau Rv; Pasal 377 Reglemen Indonesia
Yang Diperbaharui (Het Herziene Indonesisch Reglement, Staatsblad 1941:44)
atau HIR; dan Pasal 705 Reglemen Acara Untuk Daerah Luar Jawa dan Madura
(Rechtsreglement Buitengewesten, Staatsblad 1927:227) atau RBg.

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


8

ATURAN ARBITRASE INDONESIA

Dengan demikian, sejak tahun 1847 ketentuan mengenai Arbitrase telah menjadi
bagian dari tata hukum yang berlaku di Hindia Belanda.
Setelah kemerdekaan, untuk mengisi kekosongan hukum, diadakan ketentuan
Pasal II Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang merumuskan
“segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku selama
belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini”. Ketentuan ini
menjadi landasan hukum keberlakuan Pasal 615-651 Rv; Pasal 377 HIR; dan
Pasal 705 RBg mengenai pengaturan Arbitrase dalam tata hukum Indonesia, ............
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
9

ATURAN ARBITRASE INDONESIA

yaitu Pasal 615-651 Rv. mengatur tentang tata cara berperkara melalui Arbitrase
dengan juru pisah atau wasit; Pasal 377 HIR dan Pasal 705 RBg. menentukan
bahwa penyelesaian perselisihan melalui juru pisah bagi orang Indonesia dan
orang Timur Asing wajib mengikuti peraturan pengadilan perkara bagi
orang/golongan Eropa.
Keadaan yang demikian tersebut, dipertegas lagi dengan Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1970 tentang Pokok-pokok Kekuasaan Kehakiman, yang
dalam Penjelasan Pasal 3 kalimat terakhir dinyatakan …………
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
10

ATURAN ARBITRASE INDONESIA

“penyelesaian perkara di luar pengadilan atas dasar perdamaian atau melalui


wasit (Arbitrase), tetap dibolehkan” dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985
tentang Mahkamah Agung, yang dalam Penjelasan Pasal 39 diatur “di samping
tugas dan kewenangannya tersebut Mahkamah Agung dapat diserahi tugas dan
kewenangan lain berdasarkan undang-undang”.
Ketentuan Pasal 615-651 Rv; 377 HIR; dan 705 RBg dinyatakan tidak berlaku lagi
sejak tanggal 12 Agustus 1999 saat diundangkannya Undang-Undang Nomor 30
Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
11

SUMBER HUKUM
ARBITRASE DI INDONESIA
1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa.
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 1981 tentang
pengesahan Konvensi New York 1958 perihal Pengakuan dan Pelaksanaan
Putusan Arbitrase Asing.
3. Perjanjian Arbitrase yang dibuat secara sah oleh para pihak.
4. Peraturan dan Prosedur Lembaga Arbitrase yang disepakati dan ditunjuk secara
sah oleh Para Pihak.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
12

ISTILAH ARBITRASE

Istilah Arbitrase berasal dari kata arbitrare (Latin), arbitrage (Belanda dan Perancis),
arbitration (Inggris), yang berarti kekuasaan untuk menyelesaikan sesuatu menurut
kebijaksanaan atau perdamaian melalui Arbiter atau wasit.
Merujuk literatur sejarah Islam, Arbitrase sudah dikenal sejak zaman Nabi
Muhammad shallallahu’alaihi wasallam, dengan menyebutkan istilah tahkim
yang artinya adalah pengangkatan seseorang atau lebih wasit atau juru damai
oleh 2 (dua) orang atau lebih yang bersengketa guna menyelesaikan perkara
yang terjadi secara damai.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
13

PENYELESAIAN SENGKETA
MASYARAKAT ADAT INDONESIA
• Tuha Peut di Provinsi Aceh
• Peppung dan Mekhatin di Provinsi Lampung
• Kerapatan Adat Nagari di Provinsi Sumatera Barat
• Pang Pada Payu di Provinsi Bali
• Rembug Desa di Provinsi Jawa Tengah
• Musyawarah Mufakat berdasarkan sila ke 4 (empat) Pancasila

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


14

PENGERTIAN ARBITRASE
BERDASAR UNDANG-UNDANG
Pasal 1 angka 1. Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar
peradilan umum yang didasarkan pada Perjanjian Arbitrase yang dibuat secara
tertulis oleh para pihak yang bersengketa.
Pasal 1 angka 3. Perjanjian Arbitrase adalah suatu kesepakatan berupa klausula
arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak
sebelum timbul sengketa, atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat
para pihak setelah timbul sengketa.

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


15

PENGERTIAN ARBITRASE
MENURUT PARA AHLI HUKUM
• Menurut R. Subekti:
Arbitrase adalah penyelesaian atau pemutusan sengketa oleh seseorang hakim atau
para hakim berdasarkan persetujuan bahwa para pihak akan tunduk pada
atau menaati keputusan yang diberikan oleh hakim atau para hakim yang mereka
pilih atau tunjuk tersebut.
• Menurut Priyatna Abdurrasyid:
Arbitrase adalah suatu proses pemeriksaan suatu sengketa yang dilakukan secara
yudisial seperti dikehendaki oleh para pihak yang bersengketa, dan pemecahannya…
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
16

PENGERTIAN ARBITRASE
MENURUT PARA AHLI HUKUM
akan didasarkan kepada bukti-bukti yang diajukan oleh para pihak.
• Menurut Rachmadi Usman:
Pengertian Arbitrase yang lebih sederhana, adalah cara penyelesaian sengketa
di luar lembaga litigasi atau peradilan yang diadakan oleh para pihak yang
bersengketa atas dasar perjanjian. Para pemutus atau Arbiternya dipilih dan
ditentukan oleh para pihak yang bersengketa dengan tugas menyelesaikan
persengketaan yang terjadi di antara mereka. Dengan demikian, pemilihan Arbiter
seyogyanya didasarkan kemampuan dan keahlian dalam bidang tertentu dan dapat…
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
17

PENGERTIAN ARBITRASE
MENURUT PARA AHLI HUKUM
bertindak secara netral. Hal lain yang harus diperhatikan bahwa tidak semua
sengketa dapat diselesaikan melalui Arbitrase, kecuali hanya sengketa di bidang
perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dikuasai sepenuhnya oleh
para pihak yang bersengketa atas dasar kesepakatan di antara mereka (Pasal 5
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999).

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


18

MANFAAT ARBITRASE DAN


KARAKTERISTIK KASUS YANG DAPAT
DISELESAIKAN MELALUI ARBITRASE

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


19

MANFAAT ARBITRASE

Kalangan dunia usaha dagang umumnya lebih mendayagunakan lembaga Arbitrase


dalam menyelesaikan sengketa usaha dan dagang yang terjadi di antara mereka,
daripada menyelesaikan melalui lembaga litigasi atau peradilan.
Jika dibandingkan dengan lembaga peradilan, maka lembaga Arbitrase mempunyai
beberapa kelebihan, antara lain:
a. Dijamin kerahasiaan sengketa para pihak.
b. Kelambatan dapat dihindari yang diakibatkan karena hal prosedural dan
administratif.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
20

MANFAAT ARBITRASE

c. Para pihak dapat memilih Arbiter yang menurut mereka diyakini mempunyai
pengetahuan, pengalaman, serta latar belakang yang relevan dengan
masalah yang disengketakan, di samping jujur dan adil.
d. Para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk menyelesaikan masalahnya
termasuk proses dan tempat penyelenggaraan Arbitrase.
e. Putusan Arbitrase merupakan putusan yang mengikat para pihak dengan
melalui tata cara prosedur yang sederhana dan langsung dapat
dilaksanakan (final and binding).
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
21

KEUNTUNGAN ARBITRASE

Munir Fuady mengemukakan Arbitrase mempunyai kelebihan atau keuntungan,


antara lain:
a. Prosedur tidak berbelit dan keputusan dapat dicapai dalam waktu relatif singkat.
b. Biaya lebih murah.
c. Dapat dihindari expose dari keputusan di depan umum.
d. Hukum terhadap prosedur dan pembuktian lebih relaks.
e. Para pihak dapat memilih hukum mana yang akan diberlakukan oleh Arbitrase.
f. Para pihak dapat memilih sendiri para Arbiter.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
22

KEUNTUNGAN ARBITRASE

g. Dapat dipilih para Arbiter dari kalangan ahli dalam bidangnya.


h. Keputusan dapat lebih terkait dengan situasi dan kondisi.
i. Keputusannya final dan mengikat (tanpa harus naik Banding atau Kasasi).
j. Keputusan Arbitrase umumnya dapat diberlakukan dan dieksekusi oleh
pengadilan dengan sedikit atau tanpa review sama sekali.
k. Proses/prosedur Arbitrase lebih mudah dimengerti oleh masyarakat luas.
l. Menutup kemungkinan untuk dilakukan Forum Shopping (itikad buruk pengalihan
persoalan hukum).
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
23

KEUNTUNGAN ARBITRASE

Frans Hendra Winarta mengemukakan lembaga Arbitrase mempunyai kelebihan


dibandingkan dengan lembaga peradilan umum, yaitu sebagai berikut:
a. Sidang Arbitrase adalah tertutup untuk umum, sehingga kerahasiaan sengketa
para pihak terjamin.
b. Kelambatan yang diakibatkan oleh hal prosedural dan administratif dapat
dihindari.
c. Para pihak yang bersengketa dapat memilih Arbiter yang menurut keyakinannya
mempunyai pengalaman, pengetahuan, jujur, dan adil serta latar belakang yang…
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
24

KEUNTUNGAN ARBITRASE

cukup mengenai masalah yang disengketakan.


d. Sikap Arbiter atau Majelis Arbiter dalam menangani perkara Arbitrase didasarkan
pada sikap yang mengusahakan win-win solution terhadap para pihak yang
bersengketa.
e. Pilihan hukum untuk menyelesaikan sengketa serta proses dan tempat
penyelenggaraan Arbitrase dapat ditentukan oleh para pihak.
f. Putusan Arbitrase mengikat para pihak (final and binding) dan dengan melalui tata
cara (prosedur) sederhana ataupun langsung dapat dilaksanakan.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
25

KEUNTUNGAN ARBITRASE

g. Suatu Perjanjian Arbitrase (Klausul Arbitrase) tidak menjadi batal karena berakhir
atau batalnya perjanjian pokok.
h. Di dalam proses Arbitrase, Arbiter atau Majelis Arbitrase harus mengutamakan
perdamaian di antara para pihak yang bersengketa.

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


26

KRITIKAN KEPADA ARBITRASE

Munir Fuady mengemukakan kritikan kepada Arbitrase yang sering diajukan oleh
masyarakat, antara lain sebagai berikut:
a. Hanya baik dan tersedia dengan baik terhadap perusahaan-perusahaan bonafide.
b. Due process kurang terpenuhi.
c. Kurangnya unsur finality.
d. Kurangnya power untuk menggiring para pihak ke settlement.
e. Kurangnya power untuk menghadirkan barang bukti, saksi, dan lain-lain.
f. Kurangnya power untuk hal law enforcement dan eksekusi keputusan.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
27

KRITIKAN KEPADA ARBITRASE

g. Dapat menyembunyikan dispute dari public scrutiny (pengawasan).


h. Tidak dapat menghasilkan solusi yang bersifat preventif.
i. Kemungkinan timbulnya keputusan yang saling bertentangan satu sama lain
karena tidak ada sistem precedent terhadap keputusan sebelumnya, dan juga
karena unsur fleksibilitas dari Arbiter.
j. Kualitas keputusannya sangat bergantung pada kualitas para Arbiter itu sendiri,
tanpa ada norma yang cukup untuk menjaga standar mutu keputusan Arbitrase,
oleh karena itu sering dikatakan an arbitration is as good as arbitrators.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
28

KRITIKAN KEPADA ARBITRASE

k. Berakibat kurangnya upaya untuk mengubah sistem pengadilan konvensional


yang ada.
l. Berakibat semakin tinggi rasa permusuhan kepada pengadilan.

Frans Hendra Winarta, menyampaikan kelemahan dari Arbitrase adalah:


a. Putusan Arbitrase ditentukan oleh kemampuan teknis Arbiter untuk memberikan
keputusan yang memuaskan dan sesuai dengan rasa keadilan para pihak.

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


29

KRITIKAN KEPADA ARBITRASE

b. Apabila pihak yang kalah tidak mau melaksanakan Putusan Arbitrase,


maka diperlukan perintah dari pengadilan untuk melakukan eksekusi atas
Putusan Arbitrase tersebut.
c. Pada praktiknya pengakuan dan pelaksanaan Keputusan Arbitrase Asing masih
menjadi hal yang sulit.
d. Pada umumnya pihak-pihak yang bersengketa di Arbitrase adalah perusahaan-
perusahaan besar, oleh karena itu untuk mempertemukan kehendak para pihak
yang bersengketa dan membawanya ke Badan Arbitrase tidaklah mudah.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
30

SENGKETA DALAM ARBITRASE

Pasal 5
1. Sengketa yang dapat diselesaikan melalui Arbitrase hanya sengketa di bidang
perdagangan (perniagaan, perbankan, keuangan, penanaman modal, industri,
hak kekayaan intelektual) dan mengenai hak yang menurut hukum dan
peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang
bersengketa.
2. Sengketa yang tidak dapat diselesaikan melalui Arbitrase adalah sengketa
yang menurut peraturan perundang-undangan tidak dapat diadakan perdamaian.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
31

PERJANJIAN ARBITRASE

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


32

PERJANJIAN ARBITRASE
BERDASAR UNDANG-UNDANG
Pasal 1 angka 3. Perjanjian Arbitrase adalah suatu kesepakatan berupa Klausula
Arbitrase yang tercantum dalam:

• suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa, atau

• suatu Perjanjian Arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul
sengketa.

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


33

JENIS PERJANJIAN ARBITRASE

Jenis-jenis Perjanjian Arbitrase terdiri atas 2 (dua) bentuk yaitu:


a. Pactum De Compromittendo
Bentuk klausul ini diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999.
Pokok yang penting dalam ketentuan pasal tersebut antara lain kebolehan untuk
membuat persetujuan di antara para pihak yang membuat persetujuan untuk
menyerahkan penyelesaian perselisihan yang mungkin timbul di kemudian hari
kepada Arbitrase atau melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa. Persetujuan yang
dimaksud adalah Klausul Arbitrase (arbitration clause).
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
34

PACTUM DE COMPROMITTENDO

Cara pembuatan klausul Pactum De Compromittendo tidak tegas diatur dalam


Pasal 2 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999, namun dari segi pendekatan
penafsiran dan praktik dijumpai 2 (dua) cara yang dibenarkan, yaitu:
1. Mencantumkan Klausul Arbitrase tersebut dalam Perjanjian Pokok.
2. Pactum De Compromittendo dimuat dalam akta tersendiri atau terpisah dari
Perjanjian Pokok, dengan waktu pembuatan harus dibuat sebelum perselisihan
atau sengketa terjadi.

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


35

PACTUM DE COMPROMITTENDO

?
1. Jika terjadi perselisihan akibat dari Perjanjian Pembangunan Gedung ini maka
para pihak akan menyelesaikan dengan cara musyawarah.
2. Apabila ketentuan ayat (1) tersebut di atas tidak tercapai, maka akan diselesaikan
melalui arbitrase sesuai dengan ketentuan-ketentuan peraturan dan acara Dewan
Sengketa Indonesia (DSI) dan/atau gugatan perdata di Kepaniteraan Pengadilan
Negeri Tangerang.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
36

PACTUM DE COMPROMITTENDO

“Apabila terjadi sengketa, maka dengan ini para pihak bersepakat akan menyerahkan
sengketa kepada Panitera Arbitrase di Tangerang.”

?
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
37

PACTUM DE COMPROMITTENDO

"This Agreement shall in all respects be construed in accordance with South African
Law."

?
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
38

PACTUM DE COMPROMITTENDO

“The location of the arbitration must be in Hong Kong under the UNCITRAL Arbitration
Rules.”

?
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
39

PACTUM DE COMPROMITTENDO

Contoh klausul Pactum De Compromittendo:

“Semua sengketa yang timbul dari perjanjian ini, akan diselesaikan dan diputus oleh
Arbitrase menurut Peraturan dan Acara Arbitrase Dewan Sengketa Indonesia (DSI)
yang keputusannya mengikat kedua belah pihak yang bersengketa sebagai
keputusan tingkat pertama dan terakhir.”

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


40

JENIS PERJANJIAN ARBITRASE

b. Akta Kompromis
Mengenai Akta Kompromis diatur dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 30 Tahun
1999 yaitu Perjanjian Arbitrase yang dibuat setelah timbul perselisihan antara
para pihak oleh karena dalam perjanjian pokok tidak diadakan persetujuan
Arbitrase. Dengan demikian, Akta Kompromis adalah akta yang berisi aturan
penyelesaian perselisihan yang telah timbul di antara orang yang berjanji.

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


41

AKTA KOMPROMIS

Syarat sahnya Akta Kompromis berdasarkan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 30


Tahun 1999 yaitu:
1) Pembuatan Akta Kompromis dilakukan setelah timbul sengketa.
2) Bentuknya harus akta tertulis dan tidak boleh dengan persetujuan lisan.
3) Akta Kompromis harus ditandatangani oleh kedua belah pihak dan dalam hal
para pihak tidak dapat menandatangani, maka Akta Kompromis harus dibuat
dalam bentuk Akta Notaris.

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


42

AKTA KOMPROMIS

4) Isi Akta kompromis memuat yaitu:


a) Masalah yang dipersengketakan;
b) Nama lengkap dan tempat tinggal para pihak;
c) Nama lengkap dan tempat tinggal Arbiter atau Majelis Arbitrase;
d) Tempat Arbiter atau Majelis Arbitrase akan mengambil keputusan;
e) Nama lengkap Sekretaris;
f) Jangka waktu penyelesaian sengketa;
g) Pernyataan kesediaan dari Arbiter; dan
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
43

AKTA KOMPROMIS

h) Pernyataan kesediaan dari pihak yang bersengketa untuk menanggung segala


biaya yang diperlukan untuk penyelesaian sengketa melalui Arbitrase.

5) Akta Kompromis batal demi hukum apabila tidak memenuhi ketentuan mengenai
isi akta.

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


44

SIFAT PERJANJIAN ARBITRASE

Pasal 10 Suatu Perjanjian Arbitrase tidak menjadi batal disebabkan oleh keadaan
tersebut di bawah ini:
a. Meninggalnya salah satu pihak;
b. Bangkrutnya salah satu pihak;
c. Novasi (pembaharuan utang);
d. Insolvensi (keadaan tidak mampu membayar) salah satu pihak;
e. Pewarisan;
f. Berlakunya syarat-syarat hapusnya perikatan pokok;
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
45

SIFAT PERJANJIAN ARBITRASE

g. Bilamana pelaksanaan perjanjian tersebut dialihtugaskan pada pihak ketiga


dengan persetujuan pihak yang melakukan Perjanjian Arbitrase tersebut; atau
h. Berakhirnya atau batalnya perjanjian pokok.

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


46

ISI PERJANJIAN ARBITRASE

Perjanjian Arbitrase tidak mempersoalkan masalah pelaksanaan perjanjian, tetapi


hanya mempersoalkan masalah cara dan lembaga yang berwenang menyelesaikan
perselisihan yang terjadi antara pihak-pihak yang membuat perjanjian.
Fokus Perjanjian Arbitrase semata-mata ditujukan kepada masalah penyelesaian
perselisihan yang timbul dari perjanjian, tidak diajukan dan diperiksa oleh
badan peradilan negara, akan tetapi akan diselesaikan oleh sebuah badan kuasa
swasta yang bersifat netral yang lazim disebut Arbitrase.

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


47

ISI PERJANJIAN ARBITRASE

Hal yang harus diperhatikan bahwa kebolehan mengikat diri dalam Perjanjian
Arbitrase harus didasarkan atas kesepakatan bersama.
Faktor kesukarelaan dan kesadaran bersama merupakan landasan keabsahan ikatan
Perjanjian Arbitrase, berdasarkan hal tersebut, maka keabsahan dan mengikatnya
setiap Perjanjian Arbitrase harus memenuhi ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata.
Suatu Perjanjian Arbitrase sebagai persetujuan yang dibuat secara sah berlaku
sebagai Undang-Undang bagi para pihak yang membuatnya, oleh karena itu harus
dilaksanakan dengan itikad baik sebagaimana ketentuan Pasal 1338 KUHPerdata.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
48

PROSEDUR
DAN
HUKUM ACARA ARBITRASE

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


49

JENIS ARBITRASE

Berdasarkan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Pengakuan dan


Pelaksanaan Putusan Arbitrase Asing, Konvensi New York 1958 (United Nations
Convention on the Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral Awards, New
York Convention 1958) dikenal 2 (dua) Arbitrase yaitu:
1. Arbitrase ad hoc (volunter atau perorangan)
Arbiters appointed for each case yang artinya Arbiter yang ditunjuk untuk kasus
tertentu untuk 1 (satu) kali penunjukan yang dilakukan kasus per kasus.

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


50

JENIS ARBITRASE

2. Arbitrase Institusional
Merupakan lembaga atau badan Arbitrase yang bersifat permanen.
Arbitrase Institusional tersebut dapat berupa Arbitrase Dalam Negeri
(bersifat Nasional), Regional, ataupun yang bersifat Internasional.
Contoh:
• Dewan Sengketa Indonesia (DSI);
• Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI);
• Hong Kong International Arbitration Centre (HKIAC).
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
51

SIDANG ARBITRASE AD HOC

• Para pihak dalam suatu perjanjian yang tegas dan tertulis, bebas untuk
menentukan Acara Arbitrase yang digunakan dalam pemeriksaan sengketa
sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang.
• Dalam hal para pihak tidak menentukan sendiri ketentuan mengenai Acara
Arbitrase yang akan digunakan dalam pemeriksaan, dan Arbiter atau Majelis
Arbitrase telah terbentuk sesuai dengan Undang-Undang, semua sengketa yang
penyelesaiannya diserahkan kepada Arbiter atau Majelis Arbitrase akan diperiksa
dan diputus menurut ketentuan dalam Undang-undang.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
52

SIDANG ARBITRASE AD HOC

• Dalam hal para pihak telah memilih Acara Arbitrase harus ada kesepakatan
mengenai ketentuan jangka waktu dan tempat diselenggarakan Arbitrase dan
apabila tidak ditentukan, Arbiter atau Majelis Arbitrase yang akan menentukan.

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


53

SIDANG ARBITRASE INSTITUSIONAL

• Penyelesaian sengketa melalui Arbitrase dapat dilakukan dengan menggunakan


Lembaga Arbitrase Nasional atau Internasional berdasarkan kesepakatan para
pihak.
• Penyelesaian sengketa melalui Lembaga Arbitrase dilakukan menurut Peraturan
dan Acara dari lembaga yang dipilih, kecuali ditetapkan lain oleh para pihak.
• Tempat Arbitrase ditentukan oleh Arbiter atau Majelis Arbitrase, kecuali ditentukan
sendiri oleh para pihak.

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


54

ATURAN SIDANG ARBITRASE

• Semua pemeriksaan sengketa oleh Arbiter atau Majelis Arbitrase dilakukan


secara tertutup.
• Bahasa yang digunakan dalam semua proses Arbitrase adalah bahasa Indonesia,
kecuali atas persetujuan Arbiter atau Majelis Arbitrase para pihak dapat memilih
bahasa lain yang akan digunakan.
• Arbiter atau Majelis Arbitrase dapat memerintahkan agar setiap dokumen atau
bukti disertai dengan terjemahan ke dalam Bahasa yang ditetapkan oleh Arbiter
atau Majelis Arbitrase.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
55

ATURAN SIDANG ARBITRASE

• Para pihak yang bersengketa mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam
mengemukakan pendapat masing-masing.
• Para pihak yang bersengketa dapat diwakili oleh Kuasanya (Surat Kuasa Khusus).
• Pemeriksaan sengketa dalam Arbitrase harus dilakukan secara tertulis.
• Pemeriksaan secara lisan dan/atau elektronik dapat dilakukan apabila disetujui
para pihak atau dianggap perlu oleh Arbiter atau Majelis Arbitrase.
• Arbiter atau Majelis Arbitrase dapat mendengar keterangan Saksi atau mengadakan
pertemuan yang dianggap perlu pada tempat di luar tempat Arbitrase diadakan.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
56

ATURAN SIDANG ARBITRASE

• Pemeriksaan Saksi dan Ahli dihadapan Arbiter atau Majelis Arbitrase,


diselenggarakan menurut ketentuan dalam Hukum Acara Perdata.
• Arbiter atau Majelis Arbitrase dapat mengadakan Pemeriksaan Setempat atas
barang yang dipersengketakan atau hal lain yang berhubungan dengan sengketa
yang sedang diperiksa, dan dalam hal dianggap perlu, para pihak akan dipanggil
secara sah agar dapat juga hadir dalam pemeriksaan tersebut.
• Pihak ketiga di luar Perjanjian Arbitrase dapat turut serta dan menggabungkan diri
dalam proses penyelesaian sengketa melalui Arbitrase, apabila terdapat unsur …
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
57

ATURAN SIDANG ARBITRASE

kepentingan yang terkait dan keturutsertaannya disepakati oleh para pihak yang
bersengketa serta disetujui oleh Arbiter atau Majelis Arbitrase yang memeriksa
sengketa yang bersangkutan.
• Atas permohonan salah satu pihak, Arbiter atau Majelis Arbitrase dapat mengambil
Putusan Provisionil atau Putusan Sela lainnya untuk mengatur ketertiban jalannya
pemeriksaan sengketa termasuk Penetapan Sita Jaminan, memerintahkan
penitipan barang kepada pihak ketiga, atau menjual barang yang mudah rusak.

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


58

PIHAK DALAM SIDANG ARBITRASE

Penyebutan pihak-pihak dalam persidangan penyelesaian sengketa melalui Arbitrase:


1. Majelis Arbitrase/Arbiter Tunggal;
2. Sekretaris Majelis Arbitrase/Sekretaris Arbiter Tunggal;
3. Pemohon/Para Pemohon;
4. Termohon/Para Termohon;
5. Turut Termohon/Para Turut Termohon.

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


59

TAHAPAN SIDANG ARBITRASE

Tahapan persidangan penyelesaian sengketa melalui Arbitrase:


1. Notifikasi Pihak/Para Pihak untuk segera melaksanakan Arbitrase;
2. Pendaftaran Permohonan Arbitrase oleh Pemohon;
3. Pengajuan penunjukan Arbiter oleh Pemohon dan/atau Termohon
(jika Arbiter Tunggal);
4. Jawaban dari Termohon;
5. Pengajuan penunjukan Arbiter oleh Termohon (jika Majelis Arbitrase);
6. Arbiter Pemohon dan Arbiter Termohon menunjuk Ketua Majelis Arbitrase;
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
60

TAHAPAN SIDANG ARBITRASE

7. Replik dari Pemohon;


8. Duplik dari Termohon;
9. Pencocokan bukti-bukti surat dari masing-masing Pemohon dan Termohon;
10. Pemeriksaan saksi-saksi fakta dan Ahli (jika ada) dari masing-masing Pemohon
dan Termohon;
11. Kesimpulan dari masing-masing Pemohon dan Termohon;
12. Pembacaan Putusan Arbitrase oleh Majelis Arbitrase/Arbiter Tunggal;
13. Pendaftaran Putusan Arbitrase oleh Majelis Arbitrase/Arbiter Tunggal/kuasanya.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
61

PENGERTIAN ARBITER

Pasal 1 angka 7. Arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak
yang bersengketa atau yang ditunjuk oleh Pengadilan Negeri atau oleh Lembaga
Arbitrase, untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu yang diserahkan
penyelesaiannya melalui arbitrase.
Pasal 1 angka 8. Lembaga Arbitrase adalah badan yang dipilih oleh para pihak
yang bersengketa untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu;
lembaga tersebut juga dapat memberikan pendapat yang mengikat mengenai suatu
hubungan hukum tertentu dalam hal belum timbul sengketa.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
62

PENGERTIAN ARBITER

Dengan demikian, Arbiter adalah orang yang ditunjuk dan diangkat untuk
melaksanakan fungsi dan kewenangan Arbitrase serta memutus sengketa
Arbitrase yang ditanganinya.
Arbiter dapat ditunjuk dengan beberapa cara, yaitu:
1. Melalui kesepakatan di antara para pihak dalam Perjanjian Arbitrase;
2. Ditunjuk berdasar klausula kontrak oleh orang ketiga, misal Ketua Dewan
Sengketa Indonesia (DSI); atau
3. Ditunjuk oleh pengadilan.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
63

SYARAT MENJADI ARBITER

Pasal 12 Yang dapat ditunjuk atau diangkat sebagai Arbiter harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
a. Cakap melakukan tindakan hukum.
b. Berumur paling rendah 35 (tiga puluh lima) tahun.
c. Tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai dengan
derajat kedua dengan salah satu pihak bersengketa.
d. Tidak mempunyai kepentingan finansial atau kepentingan lain atas Putusan
Arbitrase.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
64

SYARAT MENJADI ARBITER

e. Memiliki pengalaman serta menguasai secara aktif dibidangnya paling sedikit


15 (lima belas) tahun.
f. Hakim, jaksa, panitera, dan pejabat peradilan lainnya tidak dapat ditunjuk
atau diangkat sebagai Arbiter (penjelasan pasal menyebutkan
tidak dibolehkannya hakim, jaksa, panitera, dan pejabat peradilan menjadi
Arbiter, dimaksudkan agar terjamin adanya obyektivitas dalam pemeriksaan
serta pemberian putusan oleh Arbiter atau Majelis Arbitrase).

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


65

PENENTUAN JUMLAH ARBITER

Sweet dan Maxwell dalam bukunya International Arbitration Law Review


mengemukakan dalam menentukan berapa jumlah orang yang sebaiknya menjadi
Arbiter dalam 1 (satu) kasus, apakah 3 (tiga) orang atau cukup 1 (satu) orang,
beberapa faktor yang patut dipertimbangkan adalah sebagai berikut:
a. Jumlah yang dipersengketakan.
b. Kompleksitasnya klaim.
c. Nasionalitas dari para pihak.

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


66

PENENTUAN JUMLAH ARBITER

d. Kebiasaan dagang yang relevan atau bisnis atau profesi yang terlibat dalam
sengketa.
e. Ketersediaan arbiter yang layak.
f. Tingkat urgensi dari kasus yang bersangkutan.
Pasal 13 Dalam hal para pihak dalam syarat Arbitrase tidak mencantumkan
ketentuan mengenai Arbiter dan/atau para pihak tidak dapat mencapai
kesepakatan mengenai pemilihan Arbiter, maka Ketua Pengadilan Negeri dapat
menunjuk Arbiter atau Majelis Arbitrase.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
67

PENENTUAN JUMLAH ARBITER

Pasal 14 Dalam hal para pihak telah bersepakat bahwa sengketa yang timbul
akan diperiksa dan diputus oleh Arbiter Tunggal, para pihak wajib untuk mencapai
suatu kesepakatan tentang pengangkatan Arbiter Tunggal.
Pasal 15 Penunjukan 2 (dua) orang Arbiter oleh para pihak memberi wewenang
kepada 2 (dua) Arbiter tersebut untuk memilih dan menunjuk Arbiter yang ketiga.
Arbiter ketiga dimaksud diangkat sebagai Ketua Majelis Arbitrase.
Pasal 16 Arbiter yang ditunjuk atau diangkat dapat menerima atau menolak
penunjukan atau pengangkatan tersebut.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
68

PENENTUAN JUMLAH ARBITER

Pasal 17 Dengan ditunjuknya seorang Arbiter atau beberapa Arbiter oleh para pihak
secara tertulis dan diterimanya penunjukan tersebut oleh seorang Arbiter atau
beberapa Arbiter secara tertulis, maka antara pihak yang menunjuk dan Arbiter
yang menerima penunjukan terjadi suatu perjanjian perdata.
Penunjukan dimaksud mengakibatkan bahwa Arbiter atau para Arbiter akan
memberikan putusannya secara jujur, adil, dan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dan para pihak akan menerima putusannya secara final dan mengikat
seperti yang telah diperjanjikan bersama.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
69

HAK DAN KEWAJIBAN ARBITER

Susanti Adi Nugroho, mengemukakan hak dan kewajiban Arbiter yaitu:


a. Arbiter harus independen dan menunjukkan sikap tidak memihak, terbuka
maupun tertutup (walaupun ia dipilih oleh salah satu pihak yang bersengketa
bukan berarti ia mewakili atau harus membela pihak yang memilihnya).
b. Arbiter harus menyampaikan kepada para pihak dan tentunya kepada institusi
dimana ia terdaftar agar setiap fakta dan keadaan yang mungkin akan
menimbulkan keragu-raguan atas independensi dan ketidakpihakannya yang
mungkin timbul di dalam ucapan maupun pikiran para pihak yang bersengketa.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
70

HAK DAN KEWAJIBAN ARBITER

c. Arbiter terikat untuk menerapkan tata cara secara pantas (equitable)


menghargai dan menghormati prinsip perlakuan yang tidak memihak dan
menghormati hak-hak para pihak untuk didengar.
d. Arbiter harus menyelesaikan dan memberi putusan dalam waktu
sesingkat-singkatnya sesuai waktu yang telah ditetapkan.
e. Arbiter harus memelihara kerahasiaan para pihak juga setelah
dikeluarkan keputusannya.

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


71

HAK DAN KEWAJIBAN ARBITER

f. Selama pemeriksaan, Arbiter berhak memperoleh kerja sama yang jujur


dan terbuka dari para pihak.
g. Arbiter tidak bisa dituntut karena isi putusannya, kecuali terbukti memihak
atau tidak independen.
Pasal 21 Arbiter atau Majelis Arbitrase tidak dapat dikenakan tanggung jawab hukum
apapun atas segala tindakan yang diambil selama proses persidangan berlangsung
untuk menjalankan fungsinya sebagai Arbiter atau Majelis Arbitrase, kecuali
dapat dibuktikan adanya itikad tidak baik dari tindakan tersebut.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
72

TUGAS ARBITER BERAKHIR

Pasal 73
Tugas seorang Arbiter berakhir, apabila:
a. Putusan mengenai sengketa telah diambil;
b. Jangka waktu yang telah ditentukan dalam Perjanjian Arbitrase atau sesudah
diperpanjang oleh para pihak telah lampau;
c. Para pihak sepakat untuk menarik kembali penunjukan Arbiter.

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


73

ARBITER MENINGGAL DUNIA

Pasal 74
1. Meninggalnya salah satu pihak tidak mengakibatkan tugas yang telah diberikan
kepada Arbiter berakhir.
2. Jangka waktu tugas Arbiter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ditunda
paling lama 60 (enam puluh) hari sejak meninggalnya salah satu pihak.

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


74

BATAS WAKTU ARBITRASE

Pasal 48
1. Pemeriksaan atas sengketa harus diselesaikan dalam waktu paling lama
180 (seratus delapan puluh) hari sejak Arbiter atau Majelis Arbitrase terbentuk.
2. Dengan persetujuan para pihak dan apabila diperlukan sesuai ketentuan
Pasal 33, jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
diperpanjang.

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


75

PERPANJANGAN WAKTU ARBITRASE

Pasal 33
Arbiter atau Majelis Arbitrase berwenang untuk memperpanjang jangka waktu
tugasnya apabila:
a. diajukan permohonan oleh salah satu pihak mengenai hal khusus tertentu;
b. sebagai akibat ditetapkan Putusan Provisionil atau Putusan Sela lainnya; atau
c. dianggap perlu oleh Arbiter atau Majelis Arbitrase untuk kepentingan
pemeriksaan.

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


76

DASAR TUNTUTAN INGKAR

Pasal 22
1. Terhadap Arbiter dapat diajukan tuntutan ingkar apabila terdapat cukup alasan
dan cukup bukti otentik yang menimbulkan keraguan bahwa Arbiter akan
melakukan tugasnya tidak secara bebas dan akan berpihak dalam
mengambil putusan.
2. Tuntutan ingkar terhadap seorang Arbiter dapat pula dilaksanakan apabila
terbukti adanya hubungan kekeluargaan, keuangan atau pekerjaan dengan
salah satu pihak atau kuasanya.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
77

PENGAJUAN TUNTUTAN INGKAR

Pasal 23
1. Hak ingkar terhadap Arbiter yang diangkat oleh Ketua Pengadilan Negeri
diajukan kepada Pengadilan Negeri yang bersangkutan.
2. Hak ingkar terhadap Arbiter Tunggal diajukan kepada Arbiter yang bersangkutan.
3. Hak ingkar terhadap Anggota Majelis Arbitrase diajukan kepada Majelis Arbitrase
yang bersangkutan.

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


78

PENGAJUAN TUNTUTAN INGKAR

Pasal 24
1. Arbiter yang diangkat tidak dengan penetapan pengadilan, hanya dapat diingkari
berdasarkan alasan yang baru diketahui pihak yang mempergunakan hak
ingkarnya setelah pengangkatan Arbiter yang bersangkutan.
2. Arbiter yang diangkat dengan penetapan pengadilan, hanya dapat diingkari
berdasarkan alasan yang diketahuinya setelah adanya penerimaan penetapan
pengadilan tersebut.

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


79

PENGAJUAN TUNTUTAN INGKAR

Pasal 24
5. Tuntutan ingkar harus diajukan secara tertulis, baik kepada pihak lain maupun
kepada pihak Arbiter yang bersangkutan dengan menyebutkan alasan
tuntutannya.
6. Dalam hal tuntutan ingkar yang diajukan oleh salah satu pihak disetujui oleh
pihak lain, Arbiter yang bersangkutan harus mengundurkan diri dan seorang
Arbiter pengganti akan ditunjuk sesuai dengan cara yang ditentukan dalam
Undang-undang ini.
Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022
80

PENGAJUAN TUNTUTAN INGKAR

Pasal 25
1. Dalam hal tuntutan ingkar yang diajukan oleh salah satu pihak tidak disetujui
oleh pihak lain dan Arbiter yang bersangkutan tidak bersedia mengundurkan diri,
pihak yang berkepentingan dapat mengajukan tuntutan kepada Ketua
Pengadilan Negeri yang putusannya mengikat kedua pihak, dan tidak dapat
diajukan perlawanan.

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


81

PENGAJUAN TUNTUTAN INGKAR

Pasal 25
2. Dalam hal Ketua Pengadilan Negeri memutuskan bahwa tuntutan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) beralasan, seorang Arbiter pengganti harus diangkat
dengan cara sebagaimana yang berlaku untuk pengangkatan Arbiter yang
digantikan.
3. Dalam hal Ketua Pengadilan Negeri menolak tuntutan ingkar,
Arbiter melanjutkan tugasnya.

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


82

PENGAJUAN TUNTUTAN INGKAR

Pasal 26
2. Arbiter dapat dibebastugaskan bilamana terbukti berpihak atau menunjukkan
sikap tercela yang harus dibuktikan melalui jalur hukum.
3. Dalam hal selama pemeriksaan sengketa berlangsung, Arbiter meninggal dunia,
tidak mampu, atau mengundurkan diri, sehingga tidak dapat melaksanakan
kewajibannya, seorang Arbiter pengganti akan diangkat dengan cara
sebagaimana yang berlaku bagi pengangkatan Arbiter yang bersangkutan.

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


83

PENGAJUAN TUNTUTAN INGKAR

Pasal 26
4. Dalam hal seorang Arbiter Tunggal atau Ketua Majelis Arbitrase diganti,
semua pemeriksaan yang telah diadakan harus diulang kembali.
5. Dalam hal Anggota Majelis yang diganti, pemeriksaan sengketa hanya diulang
kembali secara tertib antar Arbiter.

Krismawan Hadiwinata - Pelatihan Arbitrase Batch 10 - IPPI & DSI 14/07/2022


Terima Kasih, Salam Sehat, Bahagia, dan Sukses

Krismawan Hadiwinata SH, MKn, ACIArb, AIIArb, CIM, CLI, CPCLE, CPL

Krismawan Hadiwinata

@krismawansedulur

Anda mungkin juga menyukai