Anda di halaman 1dari 4

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) GANJIL

MAHASISWA TINGKAT I SEMESTER I NON REGULER

PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN STIKES CIREBON

T.A 2022/2023

MATA KULIAH : KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

NAMA : ELI KRISTIYANI, Amd.Kep

NIM : 42010122B117

1. Aspek Legal terapi komplementer di Indonesia sebagai berikut :

1. Undang-Undang RI No.36 tahun 2009 tentang kesehatan

a. Pasal 1 butir 16, pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan atau
perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan
keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat di pertanggung jawabkan
dan di terapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat
b. Pasal 48 tentang pelayanan kesehatan tradisional
c. Bab III pasal 59 s/d 61 tentang pelayanan kesehatan tradisional

2. Peraturan Mentri Kesehatan RI No. 1076/Menkes/SK/2003 tentang pengobatan


tradisional
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 120/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan
hiperbarik
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang penyelenggaraan
pengobatan komplementer alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan
5. Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, No. HK.03.05/I/199/2010 tentang
pedoman kriteria penetapan metode pengobatan komplementer-alternatif yang dapat di
integrasikan di fasilitas pelayanan kesehatan.
2. filosofi terapi komplementer dari aspek agama dan budaya:

Filosofi yang mendasari terapi psikoreligius adalah perpaduan antara dunia ilmiah (medis dan
psikologis) dan pendekatan agama atau spiritual. Pendekatan agama merupakan langkah khas
yang secara lebih lugas dan eksplisit mengikutsertakan keterlibatan Tuhan,seraya berjanji tidak
akan mengulangi perbuatannya, serta meminta kekuatan ekstra berupa iman dan takwa agar kuat
menjalani kehidupan. (Amriel, 2007). Terapi psikoreligius adalah terapi psikis atau terapi jiwa
yang dengan menggunakan pendekatan rohani atau keagamaan. (Yosep, 2010). Terapi
psikospiritual yang merupakan terapi yang menggunakan upaya-upaya untuk mendekatkan diri
dengan Tuhan. Hal ini sama halnya dengan terapi keagamaan, religius, psikoreligius, yang
berarti terapi yang menggunakan factor agama, kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang,
berdoa, memanjatkan puji-pujian, ceramah keagamaan, kajian kitab suci, dan sebagainya. Hanya
saja terapi spiritual lebih umum sifatnya, tidak selalu dengan agama formal, yang dimaksud
adalah terapi spiritual dengan keyakinan dan kepercayaan masing-masing pasien. (Wicaksana,
2008)

3. Mekanisme kerja terapi music sebagai terapi komplementer terhadap kesehatan :

Setelah mendengarkan musik implus atau rangsangan suara akan diterima oleh daun telinga
pembacanya. Kemudian telinga memulai proses pendengaran. Secara fisiologi pendengaran
merupakan proses dimana telinga menerima gelombang suara, membedakan frekuensi dan
mengirim informasi kesusunan saraf pusat. Setiap bunyi yang dihasilkan oleh sumber bunyi atau
getaran udara akan diterima oleh telinga. Getaran tersebut diubah menjadi implus mekanik
telinga tengah dan diubah menjadi implus elektrik ditelinga dalam yang diteruskan melalui saraf
pendengaran menuju ke korteks pendengaran di otak. Disamping menerima sinyal dari talamus
( salah satu bagaian otak yang berfungsi menerima pesan dari udara dan diteruskan kebagian
otak lain ). Amigdala juga menerima sinyal dari semua bagian korteks limbic ( emosi/prilaku )
seperti juga neokorteks lobus temporal (korteks atau lapisan otak yang hanya ada pada manusia )
parietal ( bagian otak tengah ) dan oksipital ( otak belakang ) terutama diarea asosiasi auditorik
dan area asosiasi visual. Talamus juga menjalankan sinyal ke neokorteks. Di neokorteks sinyal
disusun menjadi benda yang dipahami dan dipilah-pilah menurut maknanya, sehingga otak
mengenali masing-masing objek dan arti kehadirannya. Kemudian amingdala menjalankan sinyal
ke hipotalamus. Hipotalamus sangat penting untuk membantu otak dan menyimpan ingatan
yang baru. Hal ini dimungkinkan karena hipotalamus merupakan salah satu dari sekian banyak
jalur penting yang berasal dari area “ ganajaran dan hukuman “. Diantara motivasi-motivasi itu
dapat dorongan dalam otak untuk menggingat pengalaman-pengalaman, pikiran-pikiran yang
menyenangkan dan tidak menyenangkan , walaupun demikian mendengarkan musik tanpa
mengetahui maknanya juga tetap bermanfaat apabila mendengarkan dengan keiklasan dan
kerendahan hati. Sebab musik akan memberikan kesan positif pada hipotalamus dan amigdala
sehingga menimbulkan suasana hati yang positif. Selain dengan mendengarkan musik pasien
juga dapat memperoleh manfaat hanya dengan mendengarkannya.

Daun Telinga
MUSIK koklea
telinga tengah

hipotalamus amigdala talamus

Pelepasan
Hipotalamus
Endokrin

Bagan Mekanisme Musik Sebagai Terapi

5. Mekanisme kerja hipnoterapi sebagai terapi komplementer terhadap kesehatan sebagai


berikut
Hipnoterapi dianggap menjadi bagian dari psikoterapi karena seorang hipnoterapis akan
mengeksplorasi pikiran, perasaan, atau ingatan menyakitkan yang Anda alami tetapi tersembunyi
di dalam alam bawah sadar.

Anda yang menjalani sesi hipnoterapi akan dibuat rileks dan fokus sehingga terdorong untuk
menceritakan ketakutan, rasa sakit, atau trauma yang dialami termasuk kapan pertama kali hal
tersebut muncul.

Hipnoterapis kemudian akan memberikan sugesti tertentu kepada Anda yang tujuannya adalah
untuk merubah perilaku, kebiasaan, hingga persepsi tertentu ketika menghadapi permasalahan
yang mengganggu Anda kala itu.

Misalnya, Anda menderita fobia terhadap sesuatu, maka hipnoterapis akan memberikan sugesti
dan Anda akan diminta untuk mengikuti sugesti tersebut.

Anda akan “diajari” cara menghadapi hal yang ditakutkan, dikhawatirkan, atau dirasakan
sehingga rasa tersebut dapat berkurang bahkan sirna. Setelah sugesti masuk, hipnoterapis akan
mengembalikan Anda ke alam sadar.

Anda mungkin juga menyukai