Laporan PDT
Laporan PDT
DI SUSUN OLEH:
DEA RAHMAWATI
4204201312
PROGRAM STUDI
D-IV TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BENGKALIS
TA 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Dasar teori
Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan untuk
melayani beban lalu lintas. Perkerasan kaku adalah struktur yang terdiri atas pelat beton semen
yang bersambung (tidak menerus) tanpa atau dengan tulangan, atau menerus dengan tulangan,
terletak di atas lapis pondasi bawah atau tanah dasar, tanpa atau dengan lapis permukaan beraspal.
Pada pembahasan kali ini yang akan dibahas ialah perencanaan perkerasan kaku metode PD T-14
tahun 2003.
B. Parameter yang digunakan dalam perencanaan
1. Daya Dukung Tanah Dasar dan CBR
Daya dukung tanah dasar ditentukan dengan pengujian CBR Insitu dan CBR Laboratorium,
masing-masing untuk perencanaan tebal perkerasan lama dan perkerasan jalan baru.
2. Pondasi Bawah
Bahan pondasi bawah dapat berupa bahan berbutir, tabilisasi atau dengan beton kurus giling
padat dan campuran beton kurus.
3. Beton Semen
4. Kekuatan beton semen harus dinyatakan dalam nilai kuat tarik lentur (flextural strength)
umur 28 hari, yang didapat dari hasil pengujian balok.
Perencanaan penentuan besaran rencana perkerasan jalan beton semen dipengaruhi oleh :
a) Lalu lintas Kendaraan yang ditinjau untuk perencanaan perkerasan beton semen
mempunyai berat total minimum 5 ton.
b) Lajur Rencana
Lajur rencana merupakan salah satu lajur lalu lintas dari suatu ruas jalan raya yang
menampung lalu lintas niaga terbesar.
c) Umur Rencana
Umumnya perkerasan beton semen dapat direncanakan dengan umur rencana (UR)
20 – 40 tahun.
d) Pertumbuhan Lalu Lintas
faktor pertumbuhan lalu-lintas yang dapat ditentukan berdasarkan rumus.
e) Lalu Lintas Rencana Jumlah sumbu kendaraan niaga selama umur rencana dihitung
dengan rumus,
JSKN = JSKNH x 365 x R x C
f) Faktor Keamanan Beban (FKB)
g) Fakor keamanan beban digunakan berkaitan adanya berbagai tingkat reabilitas
perencanaan.
h) Analisa Fatik dan Erosi Untuk tebal taksiran pelat jika kerusakan fatik atau erosi
lebih dari 100%, maka tebal taksiran harus dinaikan dan proses perencanaan harus
diulangi.
i) Sambungan Perencanaan sambungan pada perkerasan beton semen merupakan
bagian yang harus dilakukan pada perencanaan, baik jenis perkerasan beton
bersambung tanpa atau dengan tulangan, maupun pada jenis perkerasan beton
menerus dengan tulangan.
j) Penulangan Besi tulangan dapat berupa tulangan baja yang telah dipabriksi atau hot
rolled steel bar atau colt rolled steel bar.
BAB II
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
b) Direncanakan perkerasan beton semen untuk jalan 2 lajur 2 arah untuk Jalan Arteri.
Perencanaan meliputi :
Perkerasan beton bersambung tanpa tulangan (BBTT)
sedan 275
pick up 34
truck 2 as (l) 47
bus kecil 432
bus besar 45
truck 2 as (h) 43
truck 3 as 21
trailer 4 as 67
truck s. trailer 32
2. Konfigurasi sumbu kendaraan
Untuk mendapatkan nilai beban sumbu kendaraan dapat dilihat di pedoman SE 02 tahun
2008
3. Table koefesien distribusi kendaraan niaga berdasarkan lebar perkerasan dan lajur
rencana
Table distribusi kendaraan
Untuk koefesien distribusi pada lebar perkerasan 7 m 2 lajur 2 arah ialah 0,5
E. Hasil perhitungan
JENIS bera konfigurasi sumbu jumlah jumlah jumlah sumbu STRT STRG STdRG
KENDARAA t beban ( ton) sumbu
N tota R R RG RG kendaraa perkendara kendaraan BS JS BS JS BS JS
l D B D B n (bh) an (bh) (bh) (ton (bh (ton (ton (ton (ton
(ton ) ) ) ) ) )
)
SEDAN 2,0 1 1 275
PICKUP 5,0 2 3 34 2 68 2 34
TRUCK 2 AS 8,3 3 5 47 2 94 3 47
(L)
BUS KECIL 8,3 3 5 432 2 864 3 43 5 432
2
BUS BESAR 9,0 4 5 45 2 90 4 45 5 45
TRUCK 2 AS 15, 5 8 43 2 86 5 43 8 43
(H) 2
TRUCK 3 AS 25, 6 14 21 2 42 6 21 14 21
0
TRUCK 31, 6 14 5 5 67 4 268 6 67 14 67
TRAILER 4 4
AS
5 67
5 67
TRUCK S 31, 6 8 8 8 32 3 96 6 32 24 32
TRAILER 4
996 1608 85 520 120
5
1. Jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN) selama umur rencana (20 tahun).
( 1+i )UR−1
R=
(i )
R=¿ ¿ ¿
JSKN =JSKNH × 365 × R ×C
JSKN =1608 ×365 ×31,70 ×0,5=¿9,E+06
Base (Lapis Pondasi) Jenis dan spesifikasi material yang digunakan pada base menggunakan bahan
pengikat seperti Pada grafik. untuk desain pondasi bawah menggunakan bahan pengikat dengan tebal
100 mm,
Untuk cbr 4,6% maka perbaikan tanah dasar nya dapat dilihat pada table berikut:
Untuk perbaikan tanah dasar pada perkerasan kaku dengan nilai cbr 4,6% maka dilakukan 150 mm
stabilisasi diatas 150 mm material tanah timbunan.
4. Nilai factor keamanan beban yang digunakan dapat dilihat ditabel berikut
Nilai factor keamanan beban yang digunakan pada penggunaan jalan bebas hambatan dan arteri dengan
volume kendaraan niaga menengah ialah , FKB = 1,1.
beban
rencana repetisi sumbu faktor tegangan ANALISA FATIK ANALISA EROSI
JENIS SUMBU BEBAN SUMBU (kn)
per roda % %RUSA
(kn) terjadi dan erosi REPETISI IJIN RUSAK REPETISI IJIN K
STRT
40 22 2,E+05 FE = 2,3 TT TT
30 17 1,E+05 TT TT
20 11 TT TT
total 200
TE = 1,88 TT TT
STRG 50 14 2,E+05
FRT = 0,47 TT
FE = 2,9
total 50
STdRG
240 17 2,E+05 FRT = 0,39 TT 25000000 0,90
FE = 3,0
Berdasarkan perhitungan ke tiga Tabel tersebut dilihat dari nilai Analisa fatik dan erosi yang mendekati
< 100% ialah dengan tebal slab beton 170 mm.diperoleh rusak fatik sebesar 21,84%, sedangkan rusak
akibat erosi sebesar 3,22 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa angka kerusakan tersebut masih
memenuhi persyaratan dimana kerusakan fatik maupun kerusakan akibat erosi lebih atau mendekati
dari 100%.dan apabila kerusakan fatik atau erosi lebih dari 100% maka perencanaan tebal pelat beton di
ulang (menurut PD T- 14 tahun 2003). Dari hasil analisis perhitungan tersebut maka ketebalan pelat
beton sebesar 170 mm atau 17 cm dapat digunakan sebagai rigid pavement.
7. Analisis tulangan
Jenis perkerasan = BBTT dengan Ruji
JSK = 9,E+06
Mutu beton k-350
Faktor keamanan beban = 1,1
Kuat tarik lentur beton (f’cf) umur 28 hari = 4,0 Mpa
Jenis dan tebal lapis pondasi = stabilisasi semen 10 cm
CBR tanah dasar = 4,6%
CBR efektif = 12%
Tebal taksiran pelat beton = 170 mm
Penentuan Sambungan dan Tulangan Dalam menganalisis sambungan dan tulangan direncanakan
dengan satu tipe rigid pavement yaitu Perkerasan Beton Bersambung Tanpa Tulangan (BBTT) atau
Jointed plain concrete pavement (JPCP, metode ini didasarkan mengacu pada pedoman teknis
Departemen Kimpraswil (Pd T-14-2003).
Perkerasan Beton Bersambung Tanpa Tulangan (BBTT/JPCP)
Tebal pelat beton (h) = 170 mm = 0,17 m
Lebar pelat beton = 2 x 3,5 m = 7 m
Panjang pelat beton (L) = 5 m
Sambungan susut dipasang setiap = 5 m
Dari data tersebut maka geometri sambungan memanjang (tie-bar) dan sambungan susut melintang
(dowel) untuk Perkerasan Beton Bersambung Tanpa Tulangan (BBTT/JPCP) dapat dilihat: