Anda di halaman 1dari 30

PENANGGULANGAN PENGARUH AKTIVITAS

PORNOGRAFI PADA MAHASISWA ITB

Diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Tata Tulis Karya Ilmiah (KU1102) pada
Semester 1 Tahun Akademik 2022-2023

Oleh

Zulfikar Firmanto (16722339)


Satrio Istibra Winpratama (16722194)
Muhammad Dhani Rizqiawan (16722204)
Marzel Zhafir Nugroho (16722349)

Dosen Pembimbing: Linda Handayani Sukaemi, S.S., M.Hum.

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI


INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2022
ABSTRAK
Perkembangan teknologi telah membuat perubahan yang signifikan dalam kehidupan
masyarakat. Perkembangan teknologi ini telah banyak disalahgunakan oleh masyarakat,
khususnya penggunaan teknologi untuk mengakses konten pornografi. Tulisan ini
menjelaskan cara penanggulangan pengaruh aktivitas pornografi pada mahasiswa, khususnya
mahasiswa ITB. Rumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana
pengaruh pornografi dan cara menanggulangi dampak aktivitas pornografi pada kehidupan
mahasiswa ITB. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pornografi dan
menentukan solusi dalam menanggulangi dampak aktivitas pornografi pada kehidupan
mahasiswa ITB. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif dengan teknik
pengumpulan data kuesioner dan studi pustaka. Teori yang dijadikan landasan adalah UU 44
Tahun 2008 dan berbagai jurnal ilmiah terkait pornografi. Dari hasil kuesioner dan analisis
data, didapatkan hasil bahwa pornografi mempengaruhi kondisi psikis dan fisik mahasiswa
ITB dan terdapat tiga bentuk tindakan yang dilakukan untuk menanggulangi dampak aktivitas
pornografi, yaitu tindakan preventif, tindakan represif, dan tindakan kuratif.

Kata kunci: pornografi, adiksi, pengaruh, mahasiswa itb


PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul
“Penanggulangan Pengaruh Aktivitas Aktivitas Pornografi Pada Mahasiswa ITB” ini tepat
pada waktunya.
Karya tulis ilmiah ini penulis buat atas dasar kemajuan teknologi yang menyebabkan
kemudahan dalam segala aspek kehidupan, salah satunya adalah kemudahan dalam
memperoleh informasi. Namun, bila tidak digunakan dengan bijak, kemudahan ini dapat
menyerang diri tiap individu yang menyalahgunakannya. Salah satu bentuk penyalahgunaan
itu adalah pornorgrafi. Pornografi merupakan suatu masalah besar bagi generasi masa kini.
Kemudahan dalam mengakses konten pornografi menyebabkan banyak remaja yang memiliki
adiksi terhadap konten tersebut. Jika hal ini tidak ditangani secepatnya, maka akan menjadi
masalah yang berkelanjutan dan dapat merusak generasi masa kini yang akan menjadi
penerus bangsa kedepannya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bu Linda Handayani sebagai Dosen Tata
Tulis Karya Ilmiah yang membantu kami dalam proses pembuatan karya tulis ilmiah ini.
Penulis mengucapkan terimakasih juga pada seluruh responden yang telah mengisi kuesioner
secara jujur dan sukarela sehingga dapat dijadikan acuan penulis dalam menganalisis akar
permasalahan serta menyimpulkan solusi terhadap permasalahan pornografi ini.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat
menyempurnakan dan mengembangkan karya tulis ilmiah ini di masa mendatang.
Penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya
generasi muda maupun penulis sendiri. Penulis juga berharap karya tulis ilmiah ini dapat
menjadi referensi bagi masyarakat dalam menyelesaikan masalah pornografi ini.

Bandung, 8 Desember 2022


uKetua Tim Penulis

Muhammad Dhani Rizqiawan


DAFTAR TABEL

Tabel I. Usia Responden Mengakses Konten Pornografi Pertama Kali……………………11


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah


1.1.1 Latar Belakang
Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar
bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui
berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang
memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam
masyarakat (UU 44 Tahun 2008). Sekretaris Direktorat Jendral Aplikasi Informatika
Sadjan M.Si mengatakan, “Antara Agustus 2018 hingga April 2019, Mesin Pengais
Konten Negatif (AIS) menemukan sebanyak 898.108 konten pornografi”. Banyaknya
angka konten pornografi ini memberikan pengaruh pada setiap lapisan masyarakat,
tidak terkecuali mahasiswa. Pornografi akan membanjiri Pre Frontal Cortex dengan
dopamin yang mengakibatkan berbagai dampak pada individu yang terpapar, yaitu :
● Mengubah sikap dan persepsi tentang seksualitas bahwa wanita dan anak-anak
hanya merupakan objek seks
● Meningkatkan eksplorasi seks remaja sehingga dapat terjadi perilaku seks
bebas dan perilaku seksual beresiko
● Mudah berbohong
● Menurunkan harga diri dan kepercayaan diri
● Depresi dan kecanggungan
● Menghambat perkembangan akademik
● Terjadi penyimpangan seksual
Pengaruh yang disebabkan oleh pornografi bersifat irreversible apabila sudah
terjadi secara akut. Maka dari itu, perlu dilakukan penanggulangan sebelum
pornografi memberikan dampak negatifnya kepada individu yang sudah terpapar.
Penanggulangan pengaruh pornografi merupakan suatu aksi yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya dampak buruk yang berpotensi merusak korban yang sudah
terpapar pornografi. Beberapa cara untuk menanggulangi pengaruh pornografi adalah
dengan mengadakan penyuluhan terkait bahaya pornografi, menghentikan berbagai
bentuk promosi terkait kenakalan remaja dan tindakan seksual, menghapus berbagai
media yang melibatkan pornografi, dan berperan aktif dalam menanggulangi
penyebaran pornografi untuk meminimalisir bertambahnya mahasiswa yang terpapar
pornografi.

Pornografi merupakan suatu topik yang terkesan tabu di mata masyarakat.


Padahal, sebenarnya pornografi merupakan suatu masalah global yang telah mengakar
dengan sangat kuat pada setiap lapisan masyarakat. Mahasiswa merupakan salah satu
golongan usia yang menjadi salah satu pecandu pornografi tertinggi. Berdasarkan
penelitian Sabina, Wolak dan Finkelhor pada 2008, terdapat hanya 3% anak laki-laki
dan 17% anak perempuan yang belum terpapar pornografi sebelum berumur 18 tahun.
Riset ini menunjukkan bahwa sebesar 97% anak laki-laki dan 83% anak perempuan
sudah terpapar pornografi di masa muda mereka. Masyarakat yang sudah terpapar
pornografi di masa mudanya mayoritas masih terikat dengan pornografi di masa
remajanya. Hal ini menunjukkan bahwa angka mahasiswa yang masih terikat dengan
konten pornografi masih sangat besar, tidak terkecuali bagi mahasiswa di kampus
ITB. Tingginya angka mahasiswa ITB yang terikat dengan pornografi mendorong
peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Penanggulangan Pengaruh
Aktivitas Pornografi pada Mahasiswa ITB”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pornografi terhadap kehidupan pribadi mahasiswa ITB dan menentukan
solusi yang paling efisien untuk menanggulangi dampak aktivitas pornografi pada
mahasiswa ITB.

1.1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang penulis ajukan adalah :
1. Bagaimana pengaruh pornografi pada kehidupan mahasiswa ITB?
2. Bagaimana cara menanggulangi dampak aktivitas pornografi pada mahasiswa
ITB?

1.2 Ruang Lingkup Kajian


Untuk menjawab rumusan masalah diatas , penulis akan mengkaji hal-hal berikut :
1. Pengaruh aktivitas pornografi pada kehidupan mahasiswa ITB.
2. Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang untuk melakukan aktivitas
pornografi.
3. Bentuk tindakan untuk mencegah aktivitas pornografi.
4. Alasan pentingnya menghindari dan menanggulangi aktivitas pornografi.
5. Membandingkan kebiasaan orang yang melakukan aktivitas pornografi dan
tidak.

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui pengaruh pornografi pada kehidupan mahasiswa ITB
2. Menentukan solusi dalam menanggulangi dampak aktivitas pornografi pada
mahasiswa ITB

1.4. Metode dan Teknik Pengumpulan Data


1.4.1 Metode
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Menurut Sugiyono (2018, hlm.
86) metode deskriptif adalah metode yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel
mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau
menghubungkan dengan variabel lain. Dengan kata lain, penelitian deskriptif analitis
mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah
sebagaimana adanya saat penelitian dilaksanakan. Hasil penelitian yang kemudian
diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya.

1.4.2. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, dilakukan teknik pengumpulan data dengan metode :

1. Kuesioner
Pada penelitian ini dilakukan pengumpulan data secara kuesioner yang
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawab Sugiyono (2017:142). Dalam kuesioner yang diberikan kepada
responden akan ditanyakan berbagai hal mengenai pornografi untuk
mengetahui bagaimana jawaban dan tanggapan responden mengenai
pertanyaan yang diberikan. Dari data kuesioner ini, akan ditemukan berbagai
data yang dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah.

2. Studi Pustaka
Pada penelitian ini juga dilakukan teknik pengumpulan data Studi
pustaka. Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang diarahkan
kepada pencarian data dan informasi melalui dokumen-dokumen, baik
dokumen tertulis, foto-foto, gambar, maupun dokumen elektronik yang dapat
mendukung dalam proses penulisan. Data yang didapat melalui studi pustaka
akan digunakan dalam mengidentifikasi pengaruh dari aktivitas pornografi
yang d

1.5. Sistematika Penulisan


Penulisan laporan penelitian ini terdiri dari empat bab, diawali dengan bab
pendahuluan sebagai bab pertama memuat latar belakang dan rumusan masalah yaitu, dasar
teori mengenai topik pornografi dengan memberikan dampak pada individu yang terpapar dan
penanggulangan terhadap pengaruh pornografi. Pada bab pendahuluan dilakukan pembahasan
mengenai latar belakang, rumusan masalah, ruang lingkup kajian, tujuan penelitian, anggapan
dasar, metode dan teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dengan metode deskriptif
analitik, yaitu metode kuesioner dan studi pustaka. Pada bab pendahuluan juga membahas
sistematika penulisan laporan penelitian ini. Selanjutnya, pada bab dua dijabarkan dasar-dasar
dari teori yang dikemukakan oleh para ahli mengenai pornografi. Pada bab dasar teori
disajikan mengenai aktivitas-aktivitas yang dipengaruhi pornografi, pengaruh dan dampak
dari pornografi, bentuk-bentuk penanggulangan pengaruh pornografi. Pada bab analisis
sebagai bab tiga dikemukakan bagaimana pengaruh pornografi pada kehidupan mahasiswa
ITB serta cara menanggulangi dampak aktivitas pornografi pada mahasiswa ITB. Bab tiga ini
merupakan bab inti di mana penulis menggunakan dasar teori untuk mencari solusi yang
mungkin bisa memecahkan masalah-masalah yang diakibatkan pengaruh pornografi pada
mahasiswa ITB. Bab terakhir, yaitu bab simpulan dan saran akan memuat tentang simpulan
dan saran dari penulis mengenai penanggulangan pengaruh aktivitas pornografi dengan
menggunakan metode deskriptif analitik. Pada bab empat ini juga dikemukakan saran-saran
untuk menghindarkan diri dari pengaruh pornografi dalam kehidupan perkuliahan.

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Pornografi
Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar
bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui
berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat
kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat (UU
44 Tahun 2008). Pornografi merupakan hasil dari tindakan pornoaksi yang merupakan tindakan
melakukan eksploitasi seksual. Selanjutnya Pornografi sejalan dengan perkembangan teknologi
informasi semakin mudah diakses melalui paparan media massa, melalui majalah dewasa yang
berisikan foto-foto porno, film porno dalam bentuk VCD maupun diakses melalui internet.

2.2 Bentuk Aktivitas Pornografi


Aktivitas pornografi adalah aktivitas yang dilakukan seseorang untuk memuaskan
hasrat seksual dengan cara menikmati konten pornografi baik yang dilakukan secara fisik
maupun psikis. Dengan kata lain, aktivitas pornografi yang dilakukan terjadi karena adanya
rasa nyaman yang dapat menimbulkan suatu keintiman seksual pada diri mereka. Bentuk
aktivitas pornografi yang biasa dilakukan, antara lain:
1. Melihat gambar yang menampilkan konten pornografi
Banyak orang yang menggunakan media gambar untuk melihat hal-hal yang berbau
pornografi untuk memuaskan hasrat dan imajinasi seksual mereka.
2. Menggunakan video, situs, dan gambar pornografi sebagai wadah dalam berimajinasi
Ketika seseorang menggunakan media video, situs, dan gambar untuk melihat hal-hal
yang berbau pornografi, tidak dapat dipungkiri bahwa orang tersebut akan menjadikan
hal tersebut sebagai wadah baginya untuk berimajinasi.
3. Membaca majalah, komik, dan cerita yang menampilkan konten pornografi
Membaca majalah, komik, dan cerita yang berbau pornografi juga termasuk aktivitas
pornografi dikarenakan hal tersebut juga salah satu cara untuk memuaskan hasrat
seksual.
4. Menonton film dan video dari situs pornografi
Menonton film dan video dari situs pornografi dapat membuat penontonnya untuk
berimajinasi secara seksual.

2.3 Penyebab Aktivitas Pornografi


Kecanduan pornografi dapat digolongkan sebagai gangguan hiperseks atau maniak
seks. Penyebab kecanduan pornografi belum diketahui secara pasti. Namun, seperti masalah
kecanduan lainnya, kecanduan pornografi mungkin disebabkan oleh beberapa hal ini:

- Ketidakseimbangan Zat Kimia Alami di Otak

Beberapa senyawa kimia tertentu di otak, seperti serotonin, dopamin, dan


norepinefrin, bertugas untuk mengatur suasana hati seseorang. Jika kadar senyawa
kimia tersebut terlalu tinggi, bisa timbul perilaku agresif dari seseorang yang kemudian
memicu kecanduan pornografi.
- Perubahan Kerja Otak

Seringnya seseorang terpapar dapat menyebabkan senyawa kimia otak yang


menimbulkan kepuasan bekerja tanpa henti. Lama kelamaan hal ini dapat mengubah
kerja otaK. Pada kasus kecanduan pornografi, semakin sering seseorang menonton
video porno, semakin banyak pula stimulasi seksual yang dibutuhkan otak untuk
terangsang. Akibatnya, otak akan “meminta” video porno untuk mendapatkan lebih
banyak stimulasi seksual.
- Kondisi yang Memengaruhi Otak

Beberapa kondisi yang mengubah kerja otak, misalnya epilepsi atau demensia,
dapat menyebabkan kerusakan pada bagian otak yang dapat memengaruhi perilaku
seksual seseorang. Kecanduan pornografi dapat terjadi pada siapa saja, baik wanita dan
pria. Orang-orang yang sudah memiliki kecanduan terhadap hal lain juga akan lebih
rentan mengalami kecanduan pornografi. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kemudahan
akses konten pornografi saat ini.

2.4 Tingkat Kecanduan Pornografi


Tidak dapat dipungkiri, bahwa pornografi menyebabkan adiksi pada otak. Hal ini
dapat terjadi karena mudahnya mengakses video pornografi, sehingga dapat diakses kapan
saja dan dimana saja. Hal ini membuat remaja yang sedang berada di fase eksplorasi tentang
seks rentan kecanduan pornografi. Padahal, adiksi atau kecanduan pornografi saat ini belum
dapat disembuhkan oleh farmakologi dan hanya dapat dilakukan terapi CBT.
Heru Ramadhan (Penyuluh Sosial Dinas Sosial DIY) menyebutkan bahwa saat
menonton video pornografi, otak akan merespon dengan mengeluarkan hormon dopamin.
Hormon dopamin inilah yang membuat seseorang merasa kecanduan untuk menonton video
pornografi. “Karena terus dibanjiri dopamin, prefrontal cortex (PFC) akan semakin
mengkerut dan mengecil dan lama-lama menjadi tidak aktif akibatnya fungsi dari bagian otak
ini semakin tidak aktif, ” ujar Heru Ramadhan saat berbincang bersama Star Jogja FM, Jumat
(12/03). Sehingga, menonton video pornografi dapat menurunkan sensitivitas otak terhadap
rangsangan seksual. Pada akhirnya, otak membutuhkan lebih banyak dopamin untuk bisa
terangsang secara seksual.
Menurut Sardjito (Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada) berikut
ini merupakan tingkat adiksi pada pornografi yang harus diperhatikan :
- Level 1: Melihat pornografi sekali atau dua kali setahun, paparan sangat terbatas
- Level 2: Beberapa kali setiap tahun tetapi tidak lebih dari enam kali, fantasi sangat
minimal
- Level 3: Mulai muncul tanda kecanduan, sebulan sekali, mencoba menahan diri
- Level 4: Memengaruhi fokus untuk tugas sehari-hari, beberapa kali dalam sebulan
- Level 5: Setiap minggu, berusaha keras untuk berhenti, namun mulai mengalami
gejala withdrawal
- Level 6: Setiap hari untuk memikirkan pornografi, menyebabkan berbagai masalah
dalam kehidupan
- Level 7: Perasaan ketidakberdayaan dan keputusasaan bila tidak melihat pornografi,
konsekuensi negatif

2.5 Pengaruh Aktivitas Pornografi


Segala bentuk aktivitas pornografi baik itu yang berupa film ataupun video porno
dapat memengaruhi sifat seseorang apabila dalam dirinya terdapat dorongan untuk
menyaksikan dan meniru yang ada di dalam video pornon tersebut. Hal ini dapat berpengaruh
pada kondisi psikis dan mental seseorang. Menurut Donald, dkk (2004), pornografi dapat
mengakibatkan perilaku negatif berikut :
- Mendorong seseorang untuk meniru melakukan tindakan seksual
Para ahli mengatakan bahwa aktivitas seksual seseorang selalu dipicu oleh oleh dua
hal, yaitu pengalaman atau melihat aktivitas pornografi dari media apapun. Sehingga,
mereka akan terdorong untuk meniru atau melakukan tindakan seksual terhadap objek
yang bisa mereka jangkau
- Membentuk sikap, nilai, dan perilaku yang negatif
Seseorang yang terbiasa mengkonsumsi pornografi akan berdampak pada cara
pandang mereka terhadap wanita, kejahatan seksual, hubungan seksual, dan seks pada
umumnya. Orang tersebut akan berkembang menjadi pribadi yang merendahkan
wanita secara seksual, memandang seks bebas sebagai perilaku yang normal dan
alami, permisif terhadap perkosaan, bahkan mengidap berbagai penyimpangan seksual
- Menyebabkan sulit konsentrasi belajar hingga terganggu jati dirinya
Bagi para remaja, pornografi dapat memengaruhi konsentrasi dalam belajar dan
beraktivitas. Hari-harinya akan didominasi oleh kegelisahan dan sedikit sekali
produktivitasnya. Pornografi yang ditonton remaja merupakan sensasi seksual yang
diterima sebelum waktunya, sehingga yang terjadi adalah mengendapnya kesan
mendalam di bawah otak sadar yang bisa membuat mereka sulit konsentrasi, tidak
fokus, malas belajar, tidak bergairah melakukan aktivitas yang semestinya, hingga
mengalami shock dan disorientasi (kehilangan pandangan) terhadap jati diri mereka
sendiri bahwa sebenarnya mereka masih remaja.
- Tertutup, minder, dan tidak percaya diri
Remaja pecandu pornografi yang mendapat dukungan teman-temannya sesama
penggemar pornografi, akan terdorong menjadi pribadi yang permisif (memandang
maklum) terhadap seks bebas dan mereka melakukan praktek seks bebas di luar
pantauan orang tua. Sedangkan remaja pecandu pornografi yang dikelilingi oleh
teman-teman yang terbimbing dan bebas dari pornografi, akan cenderung merasa
minder dan tidak percaya diri. Karena kebiasaannya ini, remaja merasa sebagai
pribadi yang aneh dan berbeda perilakunya, dan seiring bertambahnya pengetahuan
keagamaannya ia akan merasa paling berdosa.
- Perilaku seksual menyimpang pada orang lain
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa perilaku menyimpang pada orang lain berada
pada kategori “tinggi” dilakukan oleh siswa. Temuan ini didukung oleh pendapat
Donald, dkk (2004), dampak pornografi terhadap orang lain sebagai berikut :
a) Tindakan kriminal atau kejahatan, tindakan ini umumnya dilihat bertentangan
dengan norma hukum, norma sosial, dan norma agama yang berlaku di
masyarakat.
b) Penyimpangan seksual adalah perilaku yang tidak lazim dilakukan. Beberapa
jenis penyimpangan seksual antara lain, lesbianisme, dan
homoseksual,sodomi, sadisme, dan pedophilia

2.6 Cara Penanggulangan Aktivitas Pornografi


Penanggulangan aktivitas pornografi adalah tindakan yang bertujuan untuk
meminimalisir bahkan mencegah dampak buruk pornografi. Berikut adalah cara
penanggulangan aktivitas pornografi :
- Mengadakan penyuluhan terkait pornografi
Penyuluhan bertujuan untuk memberikan ilmu pengetahuan terkait topik yang
dipaparkan. Penyuluhan terkait pornografi ini memiliki target untuk meminimalisir
dan mengantisipasi jumlah masyarakat yang terpapar pornografi. Dengan diadakannya
penyuluhan ini, masyarakat diharapkan akan mampu menghindari dampak buruk dari
pornografi.
- Mengajarkan pendidikan seks sejak dini
Topik terkait seks memang terkesan tabu bagi masyarakat. Akan tetapi, informasi
tentang seks ini sangat penting untuk diajarkan kepada masyarakat. Setiap masyarakat
perlu mengetahui batasan-batasan kontak fisik antar tiap individu. Dampak pornografi
juga harus diselaraskan untuk mendorong pola pikir sehat masyarakat.
- Menghapus berbagai media yang melibatkan pornografi
Di era digital seperti saat ini, masyarakat pada tiap rentang umur pasti pernah
menggunakan teknologi informasi digital. Promosi dalam bentuk media sosial sudah
tidak dapat dihindari lagi. Banyaknya angka konten negatif dalam bentuk promosi
tersebut terkadang menjadi katalis bagi masyarakat untuk mengakses konten
pornografi. Maka dari itu, penghapusan media yang melibatkan pornografi dalam cara
kerjanya perlu dihapuskan untuk meminimalisir bertambahnya masyarakat yang
terpapar konten pornografi.
- Mengajak masyarakat, terutama mahasiswa untuk berperan aktif dalam
menanggulangi tindak pornografi
Mahasiswa merupakan salah satu rentang umur yang sangat rawan terpapar
pornografi. Hal ini disebabkan oleh tingkat stres yang dihadapi mahasiswa mendorong
mereka untuk menjadikan pornografi sebagai pelarian dari dunia nyata. Dengan
menuntut mahasiswa untuk aktif berpartisipasi dalam sosialisasi dan penanggulangan
tindak pornografi, secara tidak langsung tiap mahasiswa akan

BAB III
HASIL & PEMBAHASAN
3.1. Hasil Penelitian
Berdasarkan survei responden yang telah dibagikan kepada beberapa grup
fakultas yang ada di ITB didapatkan sekitar 30 responden yang telah mengisi survei.
Dari 30 responden tersebut didapatkan data mengenai usia dan juga jenis kelamin
responden seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2

Gambar 1. Diagram Persebaran Usia Responden

Gambar 2. Diagram Jenis Kelamin Responden


Dari data yang didapat melalui survei, didapatkan rentang usia responden
adalah berkisar 17-20 tahun dengan 68,8 % responden adalah laki-laki dan 31,3%
responden adalah perempuan.

3.1.1. Pemahaman responden mahasiswa ITB tentang pornografi


Berdasarkan survei yang telah dilaksanakan, diperoleh pemahaman dari
responden-responden, yaitu mahasiswa ITB yang telah mengisi survei. Adapun
pemaparan mengenai usia responden saat mengakses konten pornografi
pertama kali

G
ambar 3. Diagram Tingkat Pemahaman Responden mengenai Pornografi
Dari 32 responden yang telah mengisi survei menunjukan bahwa 34,4%
responden merasa sangat mengetahui dan memahami tentang pornografi,
40,6% responden merasa tahu dan paham tentang pornografi, dan 25% orang
cukup paham tentang pornografi

Tabel I. Usia Responden Mengakses Konten Pornografi Pertama Kali


Dari 32 responden yang telah mengisi survei 1 di antaranya tidak pernah
mengakses konten pornografi. Sementara itu, dari 31 responden yang pernah
mengakses konten pornografi diperoleh rentang usia responden mengakses
konten pornografi dengan berkisar 6-12 tahun sebanyak 28,9% dan 13-18
tahun sebanyak 54,7%. Adapun yang tidak pernah mengakses konten
pornografi sebanyak 12,9% serta lupa usia pertama kali mengakses konten
pornografi sebanyak 3,2%.

3.1.2. Bentuk Aktivitas Pornografi


Terdapat beberapa aktivitas yang dikategorikan sebagai aktivitas
pornografi. Dalam survei yang dilakukan, disajikan beberapa bentuk aktivitas
pornografi dan frekuensi responden melakukan aktivitas tersebut. Pada
pertanyaan yang disajikan, responden diminta memberikan jawaban berupa
frekuensi mereka melakukan aktivitas pornografi.

Gambar 4. Diagram Frekuensi Responden Mengakses Media Pornografi


Dari 31 responden yang peneliti peroleh, didapatkan hasil berupa 6,4%
sering, 9,7% cukup sering, 38,7% kadang-kadang, 25,8% pernah, dan 19,4%
tidak pernah membeli/mencari/mengunduh dan membaca novel, majalah,
komik, dan media pornografi lainnya. Frekuensi persebaran data tersebut
memaparkan berbagai bentuk-bentuk aktivitas pornografi yang dilakukan oleh
mahasiswa

Gambar 5. Diagram Frekuensi Menonton Acara TV Khusus Orang Dewasa


Dari 31 responden yang peneliti peroleh, didapatkan hasil berupa 12,9%
sering, 12,9% cukup sering, 35,5% kadang-kadang, 19,4% pernah, dan 19,4%
tidak pernah menonton video khusus dewasa di media sosial/acara TV.
Frekuensi persebaran data tersebut menjelaskan bahwa acara TV khusus
dewasa merupakan salah satu bentuk penyebaran konten pornografi yang
terkadang diakses oleh mahasiswa.

Gambar 6. Diagram Frekuensi Responden Melihat Konten Pornografi yang


Dibagikan Teman
Dari 30 responden yang peneliti peroleh, didapatkan hasil berupa
16,7% sering, 0% cukup sering, 33,3% kadang-kadang, 20% pernah, dan 30%
tidak pernah melihat konten-konten pornografi yang dibagikan oleh
teman/kenalan. Persebaran data tersebut menjelaskan bahwa pengaruh aktivitas
pornografi disebabkan oleh lingkungan dari pergaulan mahasiswa.

Gambar 7. Diagram Frekuensi Mengakses Video Porno dari Internet


Dari 31 respons yang peneliti peroleh, didapatkan hasil berupa 12,9%
sering, 16,1% cukup sering, 35,5% kadang-kadang, 12,9% pernah dan 22,6%
tidak pernah mengakses video porno dari internet. Berdasarkan persebaran
data ini, mudahnya akses video porno dari internet merupakan salah satu cara
yang terkadang mahasiswa lakukan untuk mendapat konten pornografi.

Gambar 8. Diagram Frekuensi Mengakses Video Porno dari Sosial Media


Dari 30 responden yang peneliti peroleh, didapatkan hasil berupa
13,3% sering, 10% cukup sering, 23,3% kadang-kadang, 20% pernah, dan
33,3% tidak pernah mengakses video porno dari sosial media. Frekuensi
persebaran data tersebut menjelaskan bahwa sosial media merupakan salah
satu media termudah yang dapat mengakses video porno.

Gambar 9. Diagram Frekuensi Mengunduh Video Pornografi dari Internet


Dari 31 respons yang peneliti peroleh, didapatkan hasil berupa 3,2%
sering, 3,1% cukup sering, 16,1% kadang-kadang, 19,4% pernah, dan 58,1%
tidak pernah mengunduh video porno dari internet. Berdasarkan persebaran
data tersebut, mayoritas mahasiswa tidak pernah mengunduh video porno dari
internet.
Gambar 10. Diagram Frekuensi Membahas Pornografi dengan Teman
Dari 31 respons yang peneliti peroleh, didapatkan hasil berupa 9,7%
sering, 9,7% cukup sering, 35,5% kadang-kadang, 29% pernah, dan 16,1%
tidak pernah membahas atau bercerita terkait pornografi dengan orang di
sekitarnya. Berdasarkan persebaran data tersebut, mayoritas mahasiswa
terkadang bercerita terkait pornografi dengan orang-orang di sekitarnya.
3.1.3 Dampak Aktivitas Pornografi

Gambar 11. Diagram Frekuensi Mengakses Pornografi dalam 1 Bulan


Dari 31 responden yang peneliti peroleh, didapatkan hasil berkisar
lebih dari 10 kali sebanyak 16,1%, 7-10 kali sebanyak 0%, 5-7 kali sebanyak
16,1%, 3-4 kali sebanyak 12,9%, 1-2 kali sebanyak 22,6%, dan 32,3% tidak
sama sekali mengakses konten pornografi dalam rentang waktu satu bulan.
Persebaran data tersebut menunjukkan angka mahasiswa mengakses konten
pornografi setiap bulannya.
Gambar 12. Diagram Dampak yang Dirasakan akibat Mengakses Pornografi
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, 53,3% responden menyatakan
bahwa kemampuan dalam berfokus dan berkonsentrasi menurun saat
melakukan aktivitas pornografi. Dampak ini merupakan dampak yang paling
sering dirasakan ketika melakukan aktivitas pornografi. Hal ini akan sangat
berpengaruh pada kehidupan akademik mahasiswa ITB itu sendiri, dimana
pada saat proses belajar berlangsung, mahasiswa membutuhkan fokus yang
tinggi untuk memahami mata kuliah yang diajarkan. Selain itu komponen pada
data yang dapat memengaruhi aktivitas akademik mahasiswa ITB adalah
menjadi lebih pelupa, yaitu sekitar 40%. Lalu, sebanyak 33,33% responden
menjawab sulit mengendalikan hasrat dan emosi yang tidak stabil. Hal ini akan
sangat berbahaya karena dapat memengaruhi mental seseorang dan dapat
merusak segala aspek kehidupan orang tersebut. Selain berpengaruh pada
kondisi mental seseorang, aktivitas pornografi dapat memengaruhi kondisi
fisik seseorang, dibuktikan sebanyak 20% responden merasa kebugaran
tubuhnya berkurang. Kemampuan bersosialisasi pun juga dapat dipengaruhi
oleh aktivitas pornografi ini. Sebanyak 30% responden merasa kurang percaya
diri, 23,3% merasa tidak bersemangat dalam beraktivitas, dan 13,3% merasa
minder dalam bersosialisasi.

3.2 Pembahasan
3.2.1 Pemahaman Tentang Pornografi
Dari data yang diperoleh pada gambar 3.3, seluruh responden mengetahui
tentang apa itu pornografi, baik secara definitif maupun deskriptif. Dari persentase
data ini, dapat disimpulkan bahwa akses pornografi pada era digital ini sangatlah
mudah, dengan demikian bila kemudahan ini tidak diikuti dengan penggunaan yang
bijak, akan berdampak pada segala aspek kehidupan. Generasi saat ini, wajib bisa
memilih dan memilah informasi yang masuk dan bijak dalam menggunakan internet
agar terhindar dari segala aktivitas pornografi.
3.2.2. Bentuk Aktivitas Pornografi
Bentuk aktivitas pornografi yang dilakukan terbagi menjadi beberapa macam
kegiatan. Kegiatan-kegiatan ini dapat berupa mengakses video dewasa melalui
internet, melihat konten pornografi yang ditunjukkan oleh teman, membaca
novel/komik/artikel atau karya tulis dengan konten pornografi, menonton acara TV
yang berisi konten khusus dewasa, mengakses video porno dari media sosial,
mengunduh video porno dari internet, dan bercerita tentang pornografi dengan
lingkungan pergaulan yang dimiliki. Kuantitas responden yang kadang-kadang
mendapatkan dan tidak pernah mendapatkan konten pornografi dari teman relatif
sama. Hal ini dapat disimpulkan bahwa persebaran konten pornografi dapat diakses
pada lingkungan dekat kita sendiri, sehingga kita semua harus selektif dalam memilih
lingkungan pertemanan. Mayoritas responden terkadang berusaha mencari akses
menuju pornografi melalui berbagai fasilitas teknologi dengan cara yang sudah
disebutkan sebelumnya.
Mayoritas responden mulai memiliki hubungan dengan pornografi karena
memuncaknya rasa bosan dan penasaran. Perasaan ini mendorong responden untuk
menjelajahi konten pornografi dari berbagai sisi yang mungkin untuk diakses.
Dorongan lainnya dapat berupa tingginya tingkat stres yang dialami responden
sehingga mereka membutuhkan pelarian dari realitas yang sedang mereka alami dan
pornografi menjadi solusi singkat yang mereka pilih untuk memenuhi diri mereka
dengan dopamin. Selain itu, konten yang cenderung cukup dewasa terkadang melintas
di media sosial pada berbagai platform. Hal ini berpotensi meningkatkan nafsu
responden secara tidak sengaja yang mengakibatkan responden akan mulai mencari
akses menuju konten pornografi untuk memenuhi keinginan duniawi yang ia miliki.

3.2.3 Dampak Aktivitas Pornografi


Berdasarkan data yang diperoleh, mayoritas responden merasakan penurunan
pada konsentrasi dan fokus sebagai dampak dari aktivitas pornografi. Hal ini akan
sangat berdampak pada segala aktivitas akademik mahasiswa ITB itu sendiri yang
membutuhkan fokus dan konsentrasi yang lebih dalam memahami suatu pelajaran.
Banyak responden yang merasa bahwa mereka juga menjadi mudah lupa akibat
pornografi. Daya ingat yang menurun ini juga memiliki dampak yang besar terhadap
aktivitas akademik dan nonakademik.
Menurut Adre Mayza, SpK (K), seorang dokter spesialis saraf mengatakan
bahwa ketika seorang remaja melihat atau mendengar sesuatu yang berbau porno,
semua rangsangan itu akan langsung masuk ke otak belakang tanpa disaring terlebih
dahulu. Lalu ketika rangsangan itu sudah masuk, otak akan mengeluarkan cairan atau
zat neurotransmitter yang disebut Delta-FosB, zai inilah yang membuat nafsu atau
libido seseorang meningkat. Ketika lebih banyak informasi tentang pornografi yang
masuk ke otak, fungsi otak pun lebih banyak teralih pada bagian belakang, sehingga
otak bagian depan yang berfungsi untuk mengendalikan gerakan, ucapan, perilaku,
memori, emosi, kepribadian, dan berperan dalam fungsi intelektual menjadi kurang
aktif. Akibatnya, fungsi otak akan didominasi oleh otak bagian belakang sehingga
dapat menyebabkan berkurangnya konsentrasi dan fokus seperti yang dipaparkan pada
data sebelumnya. Penjelasan ini pula merupakan sebuah bukti yang menjelaskan
alasan orang-orang yang melakukan aktivitas pornografi cenderung menjadi pelupa.
Hal ini merupakan dampak kedua terbesar yang dirasakan oleh responden setelah
melakukan aktivitas pornogafi.
3.2.4. Penanggulangan aktivitas pornografi terhadap mahasiswa ITB
Peneliti membagi tahapan penanggulangan aktivitas pornografi terhadap
mahasiswa ITB berdasarkan data yang telah peneliti kumpulkan menjadi 3
subpoin, yaitu :
3.2.4.1 Tindakan preventif

Gambar 3.13. Diagram Pernah atau Tidak Pernah Mengakses Pornografi


Berdasarkan hasil survei yang telah peneliti lakukan, peneliti
memperoleh data bahwa sebanyak 68,8% responden pernah secara sengaja
melihat hal yang berkaitan dengan pornografi, 28,1% responden pernah secara
tidak sengaja melihat hal yang berkaitan dengan pornografi, dan 3,1%
responden tidak pernah melihat hal yang berkaitan dengan pornografi.
Gambar 3.14. Diagram Mengenai Sumber Informasi Tentang Pornografi
Berdasarkan data yang telah peneliti kumpulkan, mayoritas dari
responden peneliti mulai mengenal pornografi dari teman-teman yang dimiliki
oleh responden dalam pergaulan sehari-harinya dengan persentase sebesar
86,7%. Selain dari lingkungan pergaulan responden, media sosial juga
memegang peranan besar dalam pengenalan pornografi bagi tiap responden
dengan persentase sebesar 70%. Kedua faktor ini merupakan faktor utama
dalam tersebarnya pornografi bagi tiap responden peneliti. Dengan didasarkan
pada kedua faktor ini, cara penanggulangan yang perlu dilakukan untuk
menekan angka aktivitas pornografi terhadap mahasiswa ITB harus berfokus
pada lingkup pergaulan dan kontrol media sosial. Melakukan penyuluhan
untuk mensosialisasikan pentingnya melakukan penyaringan terhadap
lingkungan pertemanan bisa menjadi langkah awal dalam menekan angkanya
terbentuk lingkaran pertemanan yang saling menjatuhkan. Kegiatan
penyuluhan ini bisa mendorong kesadaran moral bagi masyarakat, terutama
mahasiswa untuk mencari lingkup pertemanan yang mampu memberikan
dampak positif bagi diri mereka. Untuk melakukan kontrol pada konten di
media sosial, penghapusan dan pemblokiran situs dan iklan yang berkaitan
dengan pornografi bisa menjadi cara untuk mengurangi angka terjadinya akses
pornografi baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.

3.2.4.2 Tindakan represif


Selain tindakan preventif, terdapat juga tindakan represif, yaitu tindakan
yang dilakukan setelah seseorang melakukan aktivitas pornografi. Sehingga
tindakan represif ini dapat mengurangi dampak dari aktivitas pornografi itu
sendiri dan berusaha untuk menghentikan kebiasaan seseorang melakukan
aktivitas pornografi. Tindakan represif terbagi menjadi 2, yaitu persuasif dan
koersif. Persuasif dilakukan dengan cara membujuk atau mengarahkan
seseorang yang telah melakukan aktivitas pornografi agar kembali mematuhi
nilai dan kaidah norma yang berlaku. Sedangkan koersif umumnya bersifat
keras dan tegas. Biasanya cara koersif ini dilakukan dengan cara kekerasan
dan memberikan arti sanksi yang tegas bagi individu yang melakukan
penyimpangan tersebut. Namun, menurut peneliti cara ini kurang cocok untuk
diterapkan untuk menanggulangi aktivitas pornografi karena peneliti percaya
bahwa suatu perubahan harus berasal dari diri sendiri dan bukan karena
paksaan dan kekerasan, sehingga proses perubahan itu akan lebih mudah untuk
dijalani dan konsisten dalam keberjalanannya
Gambar 3.15. Diagram Jangka Waktu Terakhir Mengakses Pornografi
Berdasarkan data yang diperoleh, mayoritas responden (32,3%)
mengakses konten pornografi lebih dari 1 minggu yang lalu, bahkan banyak
responden (19,4%) yang mengakses konten pornografi lebih dari 1 hari yang
lalu. Hal ini merupakan sebuah urgensi yang harus segera diselesaikan. Oleh
karena itu, peneliti memiliki sebuah program rumah rehabilitasi bagi teman-
teman yang memiliki adiksi pada konten pornografi. Rumah rehabilitasi ini
bertujuan untuk memberikan sebuah lingkungan yang positif sehingga orang-
orang yang ada didalamnya terhindar dari aktivitas pornografi. Pada rumah
rehabilitasi ini juga akan dilakukan kegiatan-kegiatan yang dapat membangun
dan mengembangkan karakter seseorang, sehingga jika masuk pada rumah ini,
tidak akan sempat terpikir untuk melakukan aktivitas pornografi, sehingga
lambat laun adiksi akan pornografi dalam seseorang akan hilang.
Pada rumah ini, identitas seseorang akan dijaga dengan baik, karena
kondisi masyarakat yang masih tabu terhadap pusat rehabilitasi pornografi.
Dengan adanya rumah rehabilitasi ini, diharapkan dapat mengatasi adiksi pada
pornografi sehingga dapat mencerdaskan generasi muda yang akan menjadi
penerus dari suatu bangsa.
3.2.4.3 Tindakan kuratif
Gambar 3.16. Diagram Keberhasilan dalam Berhenti Mengakses Pornografi
Berdasarkan data yang telah peneliti kumpulkan, dari 30 responden yang
mengisi terdapat 54,8% responden sudah berhasil berhenti dari kecanduan
pornografi dan 45,2% responden belum berhasil berhenti dari kecanduan
pornografi. 45,2% dari responden yang belum berhasil memutus ikatan dengan
pornografi pasti mengalami dampak dari tindakan terkait pornografi yang telah
dilakukan. Maka dari itu, tindakan kuratif sangat diperlukan. Tindakan kuratif
merupakan tindakan yang bertujuan untuk meminimalisir dan menanggulangi
dampak yang disebabkan oleh tindakan yang telah dilakukan tersebut.
Berdasarkan data yang peneliti kumpulkan, mayoritas responden
berpendapat bahwa stimulus utama untuk terjun ke dalam media yang
melibatkan pornografi adalah karena bosan, penasaran, rasa candu, dan sebagai
bentuk pelarian dari stres yang dihadapi di dunia nyata. Dampak yang
ditimbulkan akibat dari aktivitas pornografi ini menurut para responden yang
paling terasa adalah menurunnya konsentrasi dengan besar persentase 51,6%
dan menjadi pelupa dengan besar persentase 38,7%. Untuk menanggulangi
dampak yang ditimbulkan ini dibutuhkan suatu tindakan atau kegiatan yang
mampu menjadi suatu solusi untuk mengatasi permasalahan ini. Pengadaan
bimbingan tentang gaya hidup sehat mulai dari pola makan hingga jam tidur
yang ideal bisa membantu meningkatkan konsentrasi dan daya ingat para
responden yang sudah mulai merasakan dampak pornografi. Pengisian waktu
luang dengan melakukan hobi dan kegiatan produktif juga diperlukan untuk
meminimalisir potensi responden kembali melakukan koneksi dengan hal-hal
terkait pornografi yang mampu memperburuk dampak yang diakibatkan
terhadap diri responden.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menyimpulkan berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan, telah diketahui pengaruh pornografi pada kehidupan mahasiswa
ITB. Pornografi mempengaruhi kondisi psikis dan fisik mahasiswa ITB. Pengaruh dari
kondisi psikis dan fisik ini mempengaruhi akademis dan nonakademis mahasiswa ITB.
Kondisi psikis yang dirasakan diantaranya, menurunnya fokus dan konsentrasi, menjadi
lebih pelupa, kurangnya rasa percaya diri, dan emosi yang tidak stabil. Hal itu yang
membuat aktivitas akademis mahasiswa ITB terhambat. Sementara itu, kondisi fisik yang
dirasakan berupa kebugaran tubuh yang berkurang menyebabkan aktivitas non akademik
mahasiswa ITB terganggu.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, telah diketahui cara menanggulangi
dampak aktivitas pornografi pada mahasiswa ITB. Adapun 3 bentuk tindakan yang
dilakukan untuk menanggulangi dampak aktivitas pornografi, yaitu tindakan preventif,
tindakan represif, dan tindakan kuratif. Masing-masing bentuk tindakan memiliki
penempatannya sendiri. Tindakan preventif dilakukan seseorang sebelum melakukan
aktivitas pornografi. Tindakan preventif yang dapat dilakukan adalah mengadakan
kegiatan penyuluhan dengan bertujuan mencari lingkungan yang memberikan dampak
positif. Sedangkan, tindakan represif seseorang dilakukan setelah melakukan aktivitas
pornografi yang bersifat menekan. Contoh dari tindakan represif adalah rumah
rehabilitasi. Sementara itu, tindakan kuratif merupakan tindakan yang bertujuan untuk
mengurangi dampak. Tindakan kuratif yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak
dari aktivitas pornografi adalah dengan menerapkan pola gaya hidup sehat.
4.2 Saran
Di era digital ini, kemudahan dalam segala aspek bagaikan pisau bermata dua,
yang dapat menjadi senjata jika dapat digunakan dengan bijak, dan menyerang diri
sendiri jika lalai dalam menggunakannya. Pornografi merupakan sebuah masalah yang
menyerang generasi muda saat ini, khususnya mahasiswa seperti lingkup penelitian yang
dibahas pada makalah ini. Pornografi bukan merupakan sebuah hal yang basi,
memerlukan sebuah aksi hingga mencapai solusi. Penulis percaya bahwa para generasi
muda dapat mengatasi masalah ini.
Perubahan pada diri, hanya dapat diubah oleh kemauan sendiri, dan niat untuk
berubah. Pengaruh eksternal hanya berfungsi sebagai suatu katalis agar terjadi perubahan,
namun bila tidak ada suatu gerakan dalam aspek internal, hal itu hanyalah tindakan yang
sia-sia. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan aktivitas pornografi ini, penulis
sangat berharap untuk generasi muda agar dapat memilih dan memilah informasi dalam
bentuk apapun, sehingga tidak terjerumus dalam aktivitas pornografi itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
- Haidar, Galih dan Nurliana Citra Apsari. 2020. Pornografi pada Kalangan Remaja.
Jurnal Prosiding Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol 7, No : 1. Hal: 136
- 143
- Januar, Muhammad Iwan. 2014. Pornografi Bikin Ngeri. Bogor. Penerbit Al Azhar.
- Mutmainnah, Andi Mutia. 2017. Hubungan Pengaruh Pornografi terhadap Perilaku
Seksual Remaja Kelas 8 di SMP Islam Athirah. Makassar. Universitas
Muhammadiyah Makassar.
- Imawatu, Diana dan Meyritha Trifina Sari. 2018. Studi Kasus Kecanduan Pornografi
pada Remaja. Jurnal Psikologi. Vol 1 No. 2 Hal: 56-62
Riwayat Hidup Penulis
Biodata Penulis 1

1 Nama Lengkap Marzel Zhafir Nugroho

2 Jenis kelamin Laki-Laki

3 Tempat dan Tanggal Lahir Jakarta, 3 Februari 2003

4 E-mail marzel.wn@gmail.com

5 Nomor Telepon/HP 081210289564

Biodata Penulis 2

1 Nama Lengkap Satrio Istighfar Winpratama

2 Jenis kelamin Laki-Laki

3 Tempat dan Tanggal Lahir Serang, 12 Oktober 2003

4 E-mail iwpsatrio@gmail.com

5 Nomor Telepon/HP 082122604138

Biodata Penulis 3

1 Nama Lengkap Zulfikar Firmanto

2 Jenis kelamin Laki-Laki

3 Tempat dan Tanggal Lahir Surabaya, 28 Juni 2004

4 E-mail zulfikarfirmanto@gmail.com

5 Nomor Telepon/HP 081226587000

Biodata Penulis 4

1 Nama Lengkap Muhammad Dhani Rizqiawan

2 Jenis kelamin Laki-Laki

3 Tempat dan Tanggal Lahir Semarang, 14 November 2003

4 E-mail dhanirizqiawan@gmail.com

5 Nomor Telepon/HP 081312663780


A. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan Institut


Tinggi Teknologi
Bandung

Bidang Ilmu Fakultas


Teknologi
Industri

Tahun Masuk-Lulus 2022 s.d. -

Judul
Skripsi/Tesis/Disertasi

Nama
Pembimbing/Promotor

B. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pendanaan


Penelitian
Sumber Jumlah (Juta Rp)

C. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Volume/


Nomor/Tahun

D. Pemakalah Seminar Ilmiah dalam 5 Tahun Terakhir


No. Nama Pertemuan Judul Artikel Ilmiah Waktu dan
Ilmiah/Seminar Tempat

E. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Buku Tahun Jumlah Halaman Penerbit

F. Penghargaan dalam 5 Tahun Terakhir

No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun


Penghargaan

Semua data yang kami cantumkan dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila terdapat ketidaksesuaian data dengan
kenyataan di masa mendatang, kami sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini
kami buat sesuai dengan kenyataannya.

Bandung, 8 Desember 2022


Ketua tim penulis,

Muhammad Dhani Rizqiawan


16722204

Anda mungkin juga menyukai