Nim : 01.1.2018.2.01
Tugas : Analisis Homiletika
PENDAHULUAN
Nama kitab ini dalam LXX adalah Psalmoi. Alkitab bahasa Latin memakai nama yang
sama. Kata Yunani (dari kata kerja psallo yang arti nya "memetik atau mendentingkan") mula-
mula digunakan untuk per mainan alat musik petik atau untuk alat musik itu. Kemudian kata itu
menunjukkan nyanyian (psalmos) atau kumpulan nyanyian (psalterion). Dalam bahasa Yunani
secara utuh "Kitab Mazmur" (biblios psalmon). Dalam Alkitab Ibrani, Kitab Mazmur terdapat
pada awal bagian Kitab-kitab. Para rabi menempatkannya sebelum Kitab Amsal dan tulisan
hikmat lainnya, dengan alasan bahwa kumpulan tulisan Daud harus mendahului tulisan anaknya,
Salomo. Septuaginta menempatkan Kitab Mazmur pada permulaan dari kitab-kitab puisi.
Susunan dalam Alkitab bahasa Latin dan bahasa-bahasa modern, termasuk bahasa Indonesia,
yang menempatkan Kitab Ayub sebelum Kitab Mazmur, mungkin didasarkan pada dugaan
bahwa Kitab Ayub ditulis sebelum Kitab Mazmur.1
Ay. 113-120 (semek) Karena pemazmur menyerahkan dirinya sepenuhnya pada TUHAN
dan mencintai peringatan-peringatan-Nya (ay. 119), ia berten tangan dengan orang yang
bimbang hati, yang kadang mencari TUHAN, ka dang mencari para dewa (bnd. 1 Raj. 18:21 di
mana Ahab meninggalkan Tuhan untuk mengikuti Baal) atau beribadah kepada TUHAN dan
sekaligus melanggar hak yang Allah tetapkan untuk orang miskin (bnd. Yes. 58:1-8 dengan ay.
118), orang-orang yang senantiasa berkompromi antara keinginan sendiri dan kerelaan mengikuti
kehendak Allah. Seandainya pemazmur hanya melihat pada ketaatan sendiri dan pada
pelanggaran para lawannya, ia bisa meninggikan diri dan menjadi sombong; tetapi ia
menghadapi TUHAN sendiri dan gemetar (harf. "tegak roma"); ia sadar bahwa orang yang
dikenal Tuhan juga meminta pertanggung-jawaban oleh Hakim tertinggi (bnd. Am. 3:2) dan ia
takut akan keputusan-keputusan-Nya (penghukuman dalam arti ke putusan hakim).2
1
W.s. Lasor. D.A Hubbard. F.W. Bush. Pengantar Perjanjian Lama. (Jakarta BPK Gunung Mulia) hal 41
2
Marie Clarie Barth & B.A. Pareira. Tafsiran alkitab Kitab Mzmur 73- 150. (Jakarta BPK Gunung Mulia) hal 367
METODE
Dalam tulisan ini, langkah dalam meneliti ayat ini dengan menggunakan metode
eksegesis narasi merupakan metode baru dalam sejarah ilmu tafsir dan latar belakang metode ini
karena adanya masalah seputar sejarah kritis yang sering melakukan pemisahan misahan teks
hingga bagian yang paling kecil dan secara tidak langsung menghilangkan unsur dan makna
kesatuan cerita Alkitab. Penelitian metode eksegese narasi berfokus pada teks dan konteks teks
itu sendiri bukan dalam konteks historis. Meski narasi ini berfokus pada konteks dari teks
tersebut, menurut penulis konteks historis sangat diperlukan untuk memahami latar belakang
kitab tersebut untuk memahami teks tersebut.3
termasuk fungsi Fientif. Ayat 113 `yTib.h'(a Fungsi qal terdiri dari dua fungsi yaitu: Statif
adalah mengekspresikan suatu keadaan atau kondisi. Fientif adalah mengekspresikan suatu
tindakan atau kegiatan. Kata tersebut termasuk fungsi Fientif
Ayat 114 `yTil.x'(yI fungsi Piel terdiri dari satu kata yaitu: menyebabkan sesuatu
(causative) dengan kata kerja fientif. Kata tersebut termasuk fungsi menyebabkan sesuatu
(causative) dengan kata kerja fientif (ayat 113). Komitmen yang didasari oleh kesadaran bahwa
kekuatan Taurat Tuhan dapat menjadi jaminan kehidupan (ayat 114). Namun, ia juga jujur
bahwa masih saja ada orang yang berniat jahat yang hendak mencelakakannya. Karena itu, ia
sangat membutuhkan topangan dari Tuhan.
(ayat 113). Komitmen yang didasari oleh kesadaran bahwa kekuatan Taurat Tuhan dapat
menjadi jaminan kehidupan (ayat 114). Namun, ia juga jujur bahwa masih saja ada orang yang
3
Dorlan Simanungkalit, Komunikasi dengan Arwah. (Surabaya: Pustaka Media Guru) hal 4
berniat jahat yang hendak mencelakakannya. Karena itu, ia sangat membutuhkan topangan dari
Tuhan.
Hampir seluruh bacaan kitab ini menggambarkan sikap pemazmur yang penuh cinta,
sukacita, dan pengabdian kepada firman. Sikap "terpuji" ini dialaminya justru ketika ia berada
dalam keadaan yang tertindas. Sungguh ironis bukan? Dapatkah kita memiliki sikap seperti
pemazmur ketika berbagai penderitaan, ancaman, bencana, pergumulan, dan masalah mewarnai
kehidupan kita? Belajar dari sikap dan tindakan pemazmur, Kristen pun akan menemukan bahwa
dalam penindasan dan pergumulan tersimpan makna dan hikmah-Nya.
Judul : Bersukacita dalam ketetapanNya
Sub poin: 1. Berharap pada Firman Tuhan (Ayat 113-114).
2. Berharap pada janji Allah ( Ayat 115-116 )
3. Menjaga perintah-perintah Tuhan (Ayat 117-118 )
Judul : Taurat Tuhan adalah perisai.
atau kegiatan Kata tersebut termasuk fungsi Fientif. Ayat 113 `yTib.h'(a Fungsi qal
terdiri dari dua fungsi yaitu: Statif adalah mengekspresikan suatu keadaan atau kondisi. Fientif
adalah mengekspresikan suatu tindakan atau kegiatan. Kata tersebut termasuk fungsi Fientif
Ayat 114 `yTil.x'(yI fungsi Piel terdiri dari satu kata yaitu: menyebabkan sesuatu
(causative) dengan kata kerja fientif. Kata tersebut termasuk fungsi menyebabkan sesuatu
(causative) dengan kata kerja fientif (ayat 113). Komitmen yang didasari oleh kesadaran bahwa
kekuatan Taurat Tuhan dapat menjadi jaminan kehidupan (ayat 114). Namun, ia juga jujur
bahwa masih saja ada orang yang berniat jahat yang hendak mencelakakannya. Karena itu, ia
sangat membutuhkan topangan dari Tuhan.
(ayat 113). Komitmen yang didasari oleh kesadaran bahwa kekuatan Taurat Tuhan dapat
menjadi jaminan kehidupan (ayat 114). Namun, ia juga jujur bahwa masih saja ada orang yang
berniat jahat yang hendak mencelakakannya. Karena itu, ia sangat membutuhkan topangan dari
Tuhan.
Hampir seluruh bacaan kitab ini menggambarkan sikap pemazmur yang penuh cinta,
sukacita, dan pengabdian kepada firman. Sikap "terpuji" ini dialaminya justru ketika ia berada
dalam keadaan yang tertindas. Sungguh ironis bukan? Dapatkah kita memiliki sikap seperti
pemazmur ketika berbagai penderitaan, ancaman, bencana, pergumulan, dan masalah mewarnai
kehidupan kita? Belajar dari sikap dan tindakan pemazmur, Kristen pun akan menemukan bahwa
dalam penindasan dan pergumulan tersimpan makna dan hikmah-Nya.
Ayat 115 ~y[i_rEm. fungsi Piel terdiri dari satu kata yaitu:
fungsi menyebabkan sesuatu (causative) dengan kata kerja fientif Kata tersebut termasuk
fungsi menyebabkan sesuatu (causative) dengan kata kerja fientif Ayat 115 hr"ªC.a,w>÷
Fungsi qal terdiri dari dua fungsi yaitu Statif adalah mengekspresikan suatu keadaan atau
kondisi. Fientif adalah mengekspresikan suatu tindakan atau kegiatan
Kata tersebut termasuk fungsi Fientif Ayat 116 hy<+x.a,(w> Fungsi qal terdiri dari dua
fungsi yaitu: Statif adalah mengekspresikan suatu keadaan atau kondisi. Fientif adalah
mengekspresikan suatu tindakan atau kegiatan Kata tersebut termasuk fungsi Fientif. (ayat 115-
116). Bagi raja Daud, topangan dari Tuhan adalah sumber kekuatan untuk bisa bertahan hidup.
Sebelumnya, ia sudah mengungkapkan komitmen untuk mencintai Taurat Tuhan.
Dalam bahasa yang keras pemazmur menggambarkan keberadaan orang fasik di hadapan
Tuhan layaknya sanga yang akan disingkirkan. Sanga adalah kotoran yang disingkirkan dari
logam melalui proses pembakaran. Ketegasan serta keadilan Tuhan inilah yang seharusnya
membuat gentar segenap umat percaya. Jikalau kasih dan perlindungan Tuhan adalah sesuatu
yang nyata, maka demikian pula dengan penghukuman-Nya.
Daud berdoa kepada Tuhan memohon anugerah-Nya selalu mencukupi dirinya. Dalam
nas pemazmur ini Daud memohon, bahkan sampai dua kali: “Tuhan topanglah aku” dan “Tuhan
sokonglah aku”. Ia melihat dirinya sebagai pelakon hidup, tidak mampu menunaikan tugas-
tugasnya di dunia dengan kekuatan sendiri, melainkan perlu Sang Sutradara Agung yang
mengatur dan mengarahkan jalan hidupnya. Pemazmur yakin Allah mampu memberikannya
pengharapan dalam hidup, serta keselamatan dari mara bahaya.
Pengalaman hidup pemazmur menunjukkan bahwa Taurat adalah perisai yang telah
membela dan mempertahankan kesetiaannya kepada Tuhan dan janji-Nya (ayat 116). Ia juga
menyadari bahwa usahanya untuk setia dan taat terhadap Taurat Tuhan bukanlah jalan untuk
memperoleh keselamatan (ayat 117), "Sokonglah aku, supaya aku selamat." Bahkan ketika
pemeras-pemeras menindas pemazmur (ayat 121,122), ia mengatakan, "Mataku sangat
merindukan keselamatan dari pada-Mu dan " (ayat 123,124).
Dengan demikian, walaupun pemazmur sudah sekuat tenaga berusaha setia dan
menjalankan Taurat Tuhan, ia tetap sadar bahwa jaminan keselamatan itu ada pada Allah (ayat
122). Keselamatan yang dimaksudkan di sini juga berarti selamat dari godaan untuk berbuat
jahat; selamat dalam menjalankan firman Tuhan agar dia tidak terjerumus ke dalam perbuatan
jahat. Hal ini tampak dari kata-kata pemazmur, "menjauhlah dariku, hai penjahat-penjahat; aku
hendak memegang perintah-perintah Allahku "(ayat 115).
t'ylis'â Fungsi qal terdiri dari dua fungsi yaitu. Statif adalah mengekspresikan suatu keadaan
atau kondisi. Fientif adalah mengekspresikan suatu tindakan atau kegiatan. Kata tersebut
termasuk fungsi Fientif. Ayat 118 ~ygIåAv-lK' Fungsi qal terdiri dari dua fungsi yaitu.
Statif adalah mengekspresikan suatu keadaan atau kondisi. Fientif adalah mengekspresikan suatu
tindakan atau kegiatan Kata tersebut termasuk fungsi Statif.
Pengalaman hidup pemazmur menunjukkan bahwa Taurat adalah perisai yang telah
membela dan mempertahankan kesetiaannya kepada Tuhan dan janji-Nya (ayat 116). Ia juga
menyadari bahwa usahanya untuk setia dan taat terhadap Taurat Tuhan bukanlah jalan untuk
memperoleh keselamatan (ayat 117), "Sokonglah aku, supaya aku selamat." Bahkan ketika
pemeras-pemeras menindas pemazmur.
(ay.113). Pemazmur merasa bahwa Tuhanlah pelindung dan perisai hidupnya; maka ia
hanya berharap pada firman Tuhan. Karena ia sudah mempunyai keinginan kuat untuk
berpegang teguh pada firman Tuhan, maka ia menghalau para penjahat dengan tidak gentar.
Ayat 113 ytianE+f' Fungsi qal perfct Fungsi qal terdiri dari dua fungsi yaitu. Statif adalah
mengekspresikan suatu keadaan atau kondisi. Fientif adalah mengekspresikan suatu tindakan
atau kegiatan. Kata tersebut termasuk fungsi Fientif. Ayat 113 `yTib.h'(a Fungsi qal terdiri
dari dua fungsi yaitu. Statif adalah mengekspresikan suatu keadaan atau kondisi. Fientif adalah
mengekspresikan suatu tindakan atau kegiatan. Kata tersebut termasuk fungsi Fientif.
Dalam pemazmur ini, ia merenungkan Karena ia sendiri teguh mencintai dan mentaati
Taurat Tuhan, maka ia tidak suka akan orang-orang yang suka dilanda bimbang hati dalam
melaksanakan Taurat; hal itu berbeda dengan dirinya yang selalu mencintai Taurat tersebut
(ay.113). Pemazmur merasa bahwa Tuhanlah pelindung dan perisai hidupnya; maka ia hanya
berharap pada firman Tuhan. Karena ia sudah mempunyai keinginan kuat untuk berpegang teguh
pada firman Tuhan, maka ia menghalau para penjahat (ay.115).
Ayat 117 ynIdEï['s. Fungsi qal terdiri dari dua fungsi yaitu. Statif adalah mengekspresikan
suatu keadaan atau kondisi. Fientif adalah mengekspresikan suatu tindakan atau kegiatan Kata
tersebut termasuk fungsi Fientif. (ay.117). Dalam dua ayat berikut pemazmur melukiskan dua
model hidup dari orang yang bertentangan dengan Taurat Tuhan; pertama adalah orang-orang
yang sesat (ay.118) yang ditolak Tuhan karena tipu muslihat dalam hidup mereka. Kedua adalah
orang-orang fasik yang dipandangnya sebagai buih atau kotoran logam yang dilebur.
Pengalaman hidup pemazmur menunjukkan bahwa Taurat adalah perisai yang telah
membela dan mempertahankan kesetiaannya kepada Tuhan dan janji-Nya (ayat 116). Ia juga
menyadari bahwa usahanya untuk setia dan taat terhadap Taurat Tuhan bukanlah jalan untuk
memperoleh keselamatan (ayat 117), "Sokonglah aku, supaya aku selamat." Bahkan ketika
pemeras-pemeras menindas pemazmur (ayat 121,122), ia mengatakan, "Mataku sangat
merindukan keselamatan dari pada-Mu dan " (ayat 123,124).
Dengan demikian, walaupun pemazmur sudah sekuat tenaga berusaha setia dan
menjalankan Taurat Tuhan, ia tetap sadar bahwa jaminan keselamatan itu ada pada Allah (ayat
122). Keselamatan yang dimaksudkan di sini juga berarti selamat dari godaan untuk berbuat
jahat; selamat dalam menjalankan firman Tuhan agar tidak terjerumus ke dalam perbuatan jahat.
Hal ini tampak dari kata-kata pemazmur, "menjauhlah dariku, hai penjahat-penjahat; aku hendak
memegang perintah-perintah Allahku "(ayat 115).
Ayat 113 `yTib.h'(a Fungsi qal terdiri dari dua fungsi yaitu:
Statif adalah mengekspresikan suatu keadaan atau kondisi. Fientif adalah mengekspresikan suatu
tindakan atau kegiatan
Kitab Mazmur dalam bahasa Inggris yaitu “the Psalms”. Dalam Septuaginta memakai
kata “Psalmos” dan dalam bahasa Ibrani “Mizmor” merupakan suatu istilah untuk kidung yang
dinyanyikan dengan iringan instrument musik. Kitab Mazmur merupakan kumpulan pengalaman
hidup dan pujian kepada Allah. Pemazmur hendak mengajak orang untuk hidup menurut pola,
maka syairnya tergolong pada mazmur kebijaksanaan. Mazmur ini terdiri dari 22 bait yang
masing-masing terdiri dari 8 baris dan diatur menurut alifbata Ibrani.Ada beberapa tokoh yang
menulis kitab Mazmur secara keseluruhan. Matthew Henry berpendapat bahwa, Mazmur 119 ini
adalah kumpulan ucapan raja Daud. Tradisi Yahudi meyakini raja Daud sebagai penulis kitab
Mazmur 119. Raja Daud hendak menyatakan kekagumannya dan memuji Firman Allah.
Daud adalah anak bungsu Isai. Daud diurapi menjadi raja bagi bangsa Israel. Allah yang
memilih Daud menjadi raja. Allah mempersiapkan Daud untuk menjadi gembala bagi umat-Nya.
Daud memiliki hati gembala dan bijaksana dalam memimpin. Hati gembala yang dimiliki Daud
lahir dari ketaatannya terhadap taurat Tuhan. Allah memilih Daud sebagai raja bangsa Israel oleh
Karena Daud memiliki spiritualitas yang baik dan kesungguhannya terhadap hukum-hukum
Allah. Daud senantiasa bergantung pada Allah. Kerendahan hatinya tampak pada
kebergantungannya kepada Firman Allah. Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan kitab
Mazmur ialah
a) Untuk memperlihatkan Allah sebagai pribadi yang mengenal jalan orang benar.
kebesaran Allah yang menjadi alasan utama untuk dipuji dan disembah dan kuasa Firman Tuhan
SAMEKH ( )ס119:113-120
Di sini kita membaca perihal,1. Ketakutan Daud akan bertambahnya dosa dan awal
kemunculannya: Orang yang bimbang hati kubenci (kjv: Aku membenci pikiran yang sia-sia). Ia
tidak bermaksud mengatakan bahwa ia membenci rasa bimbang atau pikiran-pikiran dalam diri
orang lain, sebab ia tidak dapat melihat isi pikiran mereka, tetapi membenci kebimbangan dalam
hatinya sendiri. Setiap orang benar harus menyadari pikiran-pikirannya, karena pikiran-pikiran
itu adalah perkataan kepada Allah. Semua angan-angan jahat atau pikiran yang sia-sia, betapa
pun kecilnya, adalah dosa dan dapat merugikan. Oleh karena itu kita harus membenci dan
menjauhinya, sebab angan-angan seperti itu tidak saja dapat menyimpangkan pikiran dari hal-hal
yang baik, tetapi dapat membuka pintu bagi semua jenis kejahatan (Yer. 4:14). Walaupun Daud
tidak dapat mengatakan bahwa dirinya bebas dari angan-angan jahat, ia dapat menyatakan bahwa
ia membencinya. Ia tidak menyetujuinya, dan juga tidak menjamunya sama sekali. Sebaliknya, ia
berusaha keras menyingkirkannya, setidaknya menguasainya. Sebab kejahatan yang aku perbuat,
Kesukaan Daud dalam menjalankan Taurat TUHAN: Tetapi Taurat-Mu kucintai, Taurat
yang melarang angan-angan jahat itu, dan mengancamnya. Semakin kita mengasihi
Taurat TUHAN, akan semakin besar kemampuan kita untuk menguasai angan-angan kita
yang jahat. Semakin besar kebencian kita terhadap angan-angan itu sebagai sesuatu yang
bertentangan dengan hukum Taurat secara keseluruhan, akan semakin besar pula
kewaspadaan kita untuk menentangnya, supaya angan-angan jahat ini tidak menyeret kita
pesan yang dituliskan Yakobus dalam pasal 1:2-4 "anggaplah sebagai kebahagiaan,
apabila kamu jatuh dalam berbagai-bagai pencobaan, ... menghasilkan ketekunan, ... tak
kekurangan apa pun!" Semoga setiap penindasan yang terjadi dalam hidup kita membawa
kita bertelut di depan Tuhan dalam doa, puji-pujian, dan ucapan syukur. Memandang
kepada Tuhan yang Maha Kuasa dan Maha Besar, yang mampu melakukan segala
perkara, akan menguatkan kita secara khusus dalam menghadapi penindasan. Kiranya
Pengalaman hidup pemazmur menunjukkan bahwa Taurat adalah perisai yang telah
membela dan mempertahankan kesetiaannya kepada Tuhan dan janji-Nya (ayat 116). Ia
juga menyadari bahwa usahanya untuk setia dan taat terhadap Taurat Tuhan bukanlah
jalan untuk memperoleh keselamatan (ayat 117), "Sokonglah aku, supaya aku selamat."
"Mataku sangat merindukan keselamatan dari pada-Mu dan " (ayat 123,124).
Dengan demikian, walaupun pemazmur sudah sekuat tenaga berusaha setia dan
menjalankan Taurat Tuhan, ia tetap sadar bahwa jaminan keselamatan itu ada pada Allah (ayat
122). Keselamatan yang dimaksudkan di sini juga berarti selamat dari godaan untuk berbuat
jahat; selamat dalam menjalankan firman Tuhan agar tidak terjerumus ke dalam perbuatan jahat.
Hal ini tampak dari kata-kata pemazmur, "menjauhlah dariku, hai penjahat-penjahat; aku hendak
1 Beberapa ayat dari pemazmur ini menggambarkan bahwa ia berada dalam keadaan
meninggalkan Taurat dan Allah. Saat itu, masa pembuangan, adalah masa pencobaan
berat bagi mereka yang setia kepada Allah dan Taurat-Nya. Mereka dipaksa untuk
hidup menurut kepercayaan bangsa Babel yang politeistis. Banyak orang percaya
yang merasa kehilangan kesempatan untuk meraih keuntungan dari jalan-jalan yang
jahat.
Jika kita jujur maka akan kita akui bahwa banyak dari keputusan dan tindakan kita yang
tidak didorong oleh alasan yang benar. Salah satu alasan paling berpengaruh adalah takut
akan manusia. Takut ditolak, takut direndahkan, takut ditanggapi negatif, takut dianggap
tidak berpihak, takut dilawan. Kita perlu sadar bahwa dengan demikian kita sedang
membiarkan orang lain membentuk diri kita, bukan Tuhan. Akhirnya kita makin
Bergaul dengan firman secara teratur dan mendalam akan menumbuhkan jati diri dan
sikap-sikap yang benar di dalam kita. Sikap benar terhadap sesama tumbuh sebagai akibat sikap
kita terhadap firman Allah, membuat karakter kita mengalami pemurnian dan penyelarasan
dengan sikap hati Allah sendiri. Sikap benar apa saja akan tumbuh sebagai akibat dari bergaul
akrab dan menaati firman? Hati akan condong kepada apa yang dinilai baik dan mulia. Jika
firman menjadi harta pusaka kita akan meminati keputusan Allah (112), membenci sikap
bercabang hati (113). Kita akan lebih takut gentar terhadap Allah daripada takut kepada orang
Firman menanamkan dalam diri kita janji dan prinsip bahwa saat kita takut kita dapat
berdoa memohon perlindungan-Nya (116). Kebiasaan menatap kemuliaan Allah dalam firman
membuat kita mampu melihat kepalsuan dari kemuliaan orang fasik (119). Penilaian Allah
menjadi penilaian kita. Sikap kita mengalami pemurnian. Tindakan kita makin serasi dengan hati
Allah sendiri. Untuk tiba pada kondisi demikian diperlukan proses panjang dan tekun. Disiplin
membaca-gali Alkitab melalui Santapan Harian hendaknya dilihat sebagai proses pembentukan
sikap itu.