Anda di halaman 1dari 7

EKSPOSISI MAZMUR 62

Mazmur merupakan luapan ekspresi hati dari setiap kehidupan orang percaya. Ada dalam tahap-
tahap kehidupan seseorang saat ia menjumpai kesulitan dan penderitaan. Mazmur Daud menjadi
suatu teladan bagaimana orang percaya dapat melihat dirinya dalam relasinya dengan Allah di
dalam ujian maupun pencobaan hidup. Satu hal yang harus tetap dipegang bahwa Allah tidak
pernah tinggal diam melihat segala pergumulan kehidupan anak-anaknya. Mazmur 62 menjadi
salah satu pelajaran berharga dan juga kekuatan bagi anak-anak Tuhan untuk berserah total
kepada Allah Sang Pencipta di dalam serangan-serangan musuh di kehidupan ini.

Analisis Tekstual

Struktur teks Mazmur 62 terdiri dari 3 stanza dengan masing-masing 4 ayat. Teks LAI
menambahkan 1 ayat khusus untuk penjelasan Mazmur 62 sehingga stanza pertama dalam LAI
adalah 5 ayat. Garis besar Mazmur 62:1-13.

Tenang Dalam Lindungan Allah

1. Kepercayaan Dalam Allah Dihadapan musuh manusia (1-5).


a. Kata-kata pengantar (1).
b. Allah adalah kekuatanku (2-3).
c. Manusia tidak dapat dipercaya (4-5).
2. Kepercayaan Dalam Allah Di Masa Depan (6-9) – Sela.
a. Allah adalah harapanku (6-7).
b. Allah adalah perlindunganku (8-9)
3. Kepercayaan Dalam Allah Di Atas Segalanya (10-13) – Sela.
a. Manusia sebentar lenyap dan tidak dapat dipercaya (10-11).
b. Allah adalah sumber kuasa dan adil bagi semua orang (12-13).1

Mazmur merupakan genre puisi sehingga penafsiran teks harus mengikuti pendekatan
figuratif dan bahasa metafora sebagaimana kaidah sastra puisi. Tulisan ini tidak menekankan
untuk bunyi yang dihasilkan oleh teks asli berbahasa Ibrani tetapi lebih menekankan pesan yang
hendak disampaikan oleh penulis bagi pembaca. Gambaran-gambaran dalam bentuk figuratif dan
metafora ini merupakan sebuah bahasa hati yang dibahasakan dalam tulisan yang diungkapkan
oleh penulis untuk dapat ditangkap dengan cara yang unik kepada pembaca. Terkhusus di dalam
bentuk puisi Ibrani baris-baris puisi dikenali dengan paralelisme Ibrani, yaitu suatu gagasan dari
dua atau tiga baris puisi yang saling menguatkan, mempertegas ataupun berkembang secara
dinamis. Pengamatan paralelisme Ibrani dalam Mazmur 62 ini akan sangat membantu
memahami teks secara lebih baik,2

1
Grace Saxe, Studies in the Book of Psalm, (Chicago: Moody Press, 1912), 35.
2
William W. Klein, Craig L. Blomberg dan Robert L. Hubbard. Jr., Pengantar Tafsiran Alkitab 2, pen.,
Timotius Lo, 2 Jil. (Malang: Literatur SAAT, 2012), 2:134-35.
Analisis Kontekstual

Mazmur tidak saling terkait satu dengan yang lain sehingga konteks terkurung hanya
dalam 1 pasal saja. Mazmur 62 ada di dalam bagian ketiga dari kitab Mazmur (pasal 42-72) yang
umumnya ditulis oleh Raja Daud. Mazmur 62 menjelaskan bagaimana pemazmur, yakni Daud,
tetap berpegang teguh kepada Allah di dalam menghadapi suatu bencana yang (dari manusia)
karena ketenangan hanya ada di dalam Dia. Dari pembacaan teks katagori Mazmur yang dapat
ditemukan adalah Mazmur Kepercayaan.3
Crossway memberikan judul “Jiwaku menantikan Allah saja” dan penjelasan mengenai
Mazmur 62 bahwa mazmur yang dinyanyikan oleh umat Allah ini bermaksud menumbuhkan
keyakinan dalam pemeliharaan Allah. Khususnya pada saat menghadapi orang-orang yang
memiliki kekuasaan dan kekayaan untuk menekan orang percaya. Ada dua godaan yang muncul,
pertama apakah akan menjadi putus asa atau kedua, mencari perlindungan dengan kuasa
daripada datang kepada Allah. Alur teks perlu diperhatikan perubahan tujuannya: dari penjelasan
jiwaku dan Allah (ay. 2-3) kepada para penyerang (musuh) (ay. 4-5), lalu kembali kepada jiwaku
dan Allah (ay. 6-8), kemudian kepada pujian seluruh umat (ay. 9-11), dan kembali kepada Allah
yang dapat dipercayai (ay. 11-12).4
Tujuan dan tema dari Mazmur 62 sudah sangat jelas menekankan Allah sebagai tempat
keselamatan, harapan dan perlindungan bagi umatnya dari bencana (orang jahat), Ia sebagai
Allah yang berkuasa/kuat dan adil bagi setiap orang yang dekat denganNya. Pmazmur mengajak
seluruh umat untuk hidup dekat dengan Allah karena ketenangan dari bencana yang dapat terjadi
hanya datang dari Dia.

Analisis Gramatika

Prosedur memahami teks Mazmur 62 sebagai genre puisi adalah untuk mengidentifikasi
macam kiasan yang digunakan, menjelaskan makna harfiahnya, menunjukkan korespondensi
dengan realitas, dan mengungkapkan perasaan yang disampaikan dalamnya. Dalam puisi, kata-
kata memiliki makna denotatif dan konotatif.
• Makna denotatif adalah arti eksplisit dari kata;
• Makna konotatif adalah arti yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul
berhubungan dengan kata.
Setiap kata atau kelompok kata dipilih untuk mengadakan efek ganda, yaitu menyampaikan
informasi tentang sesuatu dan perasaan atau ide-ide yang melampaui makna literal dari kata.
Ross mengatakan bahwa "konotasi emosional, intelektual bersama dengan efek kiasan dan efek
bunyi semua meningkatkan jangkauan makna suatu kata.”5 Analisis Gramatika dalam kajian ini
lebih menekankan menafsirkan makna-makna kata-kata figuratif ataupun metafora sehingga
dapat dipahami oleh pembaca masa kini.

3
Willem A. VanGemeren, “Psalm,” Zondervan NIV Bible Commentary, Vol. I: Old Testament, peny.,
Kenneth L. Barker & John R. Kohlenberger III, 2 Jil., (Grand Rapids, Michigan: Zondervan, 1994), 862.
4
Crossway, English Standard Version Study Bible, (Wheaton: Crossway, 2008), 1011.
5
Carl Reed, Diktat Kuliah, Diktat Eksposisi Mazmur, STT Injili Indonesia, Jakarta, 2014.
Ayat 2
Kata akh adalah artikel yang menekankan suatu jaminan. Ini menunjukkan sebuah
penekanan kepastian absolut, lebih baik menerjemahkannya dengan kata “Sesungguhnya.”6
Kata “aku” dalam bahasa aslinya adalah nepesh dan seringkali diterjemahkan dalam
bahasa Inggris dengan “jiwa.” Kata ini dalam bahasa Ibrani bukan berarti seperti dalam
pengertian jiwa (imateri) manusia yang berbeda dengan tubuh (materi). Kata nepesh dalam
bahasa Ibrani pribadi, hidup atau diri seseorang (Kej. 12:5; Kel. 1:5) dan bukan suatu yang
abstrak atau tidak berbentuk (materi).7 Bahasa Indonesia sudah tepat dengan menerjemahkannya
dengan kata “aku” sebagai pribadi atau keutuhan dari kemanusiaan (conditional unity).
Steven J. Cole menjelaskan bahwa kata “tenang” menunjukkan ketundukan atau ketaatan
dari orang percaya. Ini adalah sebuah pembentukan atau pelatihan karakter dalam orang percaya
menerima janji-janji Allah, memberikan tempat bagi FirmanNya, tunduk pada kedaulatanNya
dan membuang segala bentuk sungut-sungutan dari ketidakpuasan. Kuncinya adalah
ketundukan.8

Ayat 3
Kata “gunung batu” adalah sur yang artinya batu-batuan atau susunan bebatuan dan
merupakan komposisi material dari sebuah gunung. Perjanjian Lama banyak menggunakan
bentuk metafora ini (1Sam 2:2). Ini bukan Tuhan dipahat dari sebuah batu tetapi hendak
menunjukkan suatu material yang dapat dipercayai atau kuat.9
Keselamatan menurut teks Ibrani adalah wisuati yang merupakan gabungan dari artikel
we dan kata benda yeshuw’ah. Keselamatan tidak selalu ofensif dimana Allah memerangi
musuh-musuh bangsa pilihannya, khususnya Israel dalam Perjanjian Lama, tetapi juga defensif.
Ketika musuh datang maka seseorang dapat mundur atau mencari perlindungan untuk
keselamatannya. Allah seringkali dipandang sebagai tempat perlindungan bagu umatNya (Mzm.
62:8). Seseorang yang mengalami keselamatan tidak perlu kuatir. Benar bahwa ia akan
menderita dalam menghadapi musuhnya tetapi Allah menjamin bahwa musuhnya tidak akan
membinasakannya.10
Kata “benteng” adalah dari kata misgab yang miliki akar kata sagab dimana artinya
adalah “menjadi tinggi.” Alusi atau gambaran dari kata ini adalah di dalam dunia kuno
keselamatan adalah tindakan seseorang hendak pergi menyelamatkan diri atau seseorang yang
telah sampai pada suatu tempat perlindungan. Orang tersebut sampai di tempat perlindungan

6
BibleWorks, version 8.0.013z.1, 2009.
7
Nicholas J. Schaser, What’s the Story With the “Soul”?, https://weekly.israelbiblecenter.com/whats-story-
soul/, 2019.
8
Steven J. Cole, Psalm 62: God Only, https://bible.org/seriespage/psalm-62-god-only, 2009.
9
John E. Hartley, sur, Theological Wordbook of the Old Testament, peny. R. Laird Harris, Gleason L.
Archer Jr., Bruce K. Waltke, (Chicago: The Moody Bible Institute, 1980), 762.
10
John E. Hartley, yāsha’, Theological Wordbook of the Old Testament, peny. R. Laird Harris, Gleason L.
Archer Jr., Bruce K. Waltke, (Chicago: The Moody Bible Institute, 1980), 415.
yang ada di tempat yang tinggi dimana tempat tersebut tidak dapat dicapai oleh binatang buas
atau musuh-musuhnya.11

Ayat 6
Kata “harapan” dalam pemikiran Ibrani sama artinya dengan air yang disatukan atau
dikumpulkan (miqveh). Alkitab menggunakan kata mikveh ini ketika Allah mengumpulkan air
pada saat penciptaan (Kej. 1:10). Nabi Yeremia mengkaitkan pengumpulan air ini dengan
harapannya di dalam Allah (Yer, 17:13). Harapan yang dimiliki Yeremia mengingatkan kekuatan
Allah sebagai Pencipta, sama seperti Allah mengumpulkan air pada masa lalu maka Yeremia
menjelaskan bahwa Allah adalah harapannya dan air yang hidup. Di dalam bahasa Alkitab
“pengharapan” bukanlah suatu yang abstrak seperti kemungkinan yang bisa terjadi atau mungkin
juga tidak, yang diucapkan oleh orang zaman modern, tetapi merupakan suatu jaminan absolut
dalam kekuatan Allah yang menopang segala sesuatu.12

Analisis Historikal

Ada kalanya sebuah Mazmur menjelaskan mengenai kesaksian hidup dari pemazmur,
khususnya Daud, sehingga lebih dapat menangkap emosi pemazmur dari kisah pengalaman
hidupnya. Namun Mazmur 62 ini tidak memiliki kejelasan historis yang tertulis di teks-teks
sejarah Perjanjian Lama, khususnya mengenai kehidupan pribadi Daud. Teks ini dapat terjadi
kapan saja di sepanjang kehidupan Daud.

Analisis Teologis

Mazmur 62 ini termasuk di dalam genre mazmur kepercayaan atau keyakinan. Di sini
pemazmur seringkali menyatakan penyerahan dirinya ke dalam kebaikan dan kuasa Allah. Paling
tidak ada 9 yang dapat dimasukkan di dalam genre ini (Mzm. 11; 16; 23; 27; 62; 91; 121; 125;
131). Di dalam Mazmur kepercayaan atau keyakinan ini pemazmur menyatakan penyerahannya
kepada Allah meskipun ada hadir musuh-musuh atau ancaman lain yang datang (Mzm. 11:2;
23:5). Dalam kondisi seperti ini pemazmur tetap merasa damai karena Allah ada beserta
dengannya (Mzm. 11:4; 23:4).
Mazmur-mazmur ini berisi metafora-metafora yang indah yang memperlihatkan
kesadaran akan hadirat Allah yang sangat dekat dengan pemazmur. Tuhan adalah perlindungan
(Mzm. 11:1; 16:1), Ia adalah Gembala (Mzm. 23:1), Ia adalah Terang (Mzm. 27:1), Ia adalah
Gunung Batu (Mzm. 62:3), dan Penolong (Mzm. 121:2) bagi umatNya yang berharap padaNya.13

11
Gary J. Cohen, sagab, Theological Wordbook of the Old Testament, peny. R. Laird Harris, Gleason L.
Archer Jr., Bruce K. Waltke, (Chicago: The Moody Bible Institute, 1980), 871.
12
Nicholas J. Schaser, “Hope” in Hebrew Thought, https://weekly.israelbiblecenter.com/hope-and-hebrew-
mind/, 2018.
13
Tremper Longman III, Bagaimana Menganalisa Kitab Mazmur, pen. Cornelius Kuswanto, (Malang:
SAAT, 1992), 25-26.
Penafsiran dan Penerapan Mazmur 62:1-13

Menafsirkan Mazmur merupakan sebuah terapi jiwa bagi orang percaya. Pemikiran orang
Kristen masa kini mengenai Perjanjian Lama terkadang salah sasaran dan hanya melihat hukum-
hukum di dalam Taurat sebagai suatu undang-undang hitam putih tetapi tidak demikan
sebenarnya. Bagaimana penerapan kehidupan orang-orang Perjanjian Lama yang berasal dari
Taurat dapat dilihat karakternya di dalam kitab-kitab puisi. Mazmur memberikan suatu landasan
bagaimana karakter dan paradigma kehidupan dari orang-orang Perjanjian Lama yang
memegang Taurat. Hampir tidak dijumpai bentuk-bentuk penerapan hukum didalamnya tetapi
etika moral hari-hari yang ilahi.
Mazmur 62 adalah mazmur kepercayaan atau keyakinan dari pemazmur yang menjadi
teladan bagi kita orang Kristen yang memercayai Allah yang sama. Allah yang telah dialami oleh
para pemazmur, dan khususnya didalam disini adalah Raja Daud. Ia mungkin sedang
merenungkan apa yang sedang Allah kerjakan di dalam hidupnya.14 Mazmur ini mengajarkan
suatu hal praktis yang dapat dialami oleh semua orang percaya di segala zaman dalam
menghadapi pergumulan-pergumulan hari-hari. Inilah mengapa Kitab Mazmur menjadi suatu
ekspresi kehidupan bagi umat Allah.

1. Kepercayaan Dalam Allah Dihadapan musuh manusia (ay. 1-5)


Mazmur 62 adalah mazmur dari raja Daud yang mungkin digubah oleh Yedutun, seorang
musisi terkenal di Bait Suci (1Taw. 16:42; 25:6). Kata akh muncul sebanyak 6 kali (ay. 2, 3, 5, 6,
7, 10) yang mengekspresikan kepastian absolut. Pemazmur sangat yakin sekali bahwa apa yang
dia katakana di dalam mazmur ini telah bahkan akan terjadi di dalam hidupnya. Makna
keselamatan yang dapat dirasakan di dalam teks ini mengindikasikan adanya ancaman atau
aniaya yang datang dari pihak lawan.15
Pribadi orang percaya mendapatkan ketenangan bahwa bersama Allah adalah cukup. Ia
memberikan ketenangan bagi yang mencari ketentraman hati. Ketenangan di dalam Allah ini
membutuhkan penantian dan kesabaran.16 Ini kemudian membentuk karakter ketundukannya
kepada Allah dari orang yang menantikan pertolongan Allah dalam hidupnya.
Menarik bahwa kata keselamatan (yeshuw’ah) memiliki bentuk yang sama dengan nama
Yesus dalam bahasa Ibraninya (Yeshua). Tentu bukan kebetulan adanya kesamaan kata bahwa
YHWH adalah keselamatan bagi orang Israel yang setia dan Yesus yang menjadi Juruselamat
dunia. Yesus juga adalah batu penjuru yang dibuang oleh bangsa Israel sendiri (Kis. 4:11; Ef.
2:20). Gagasan ini menjadi sangat penting di dalam Perjanjian Baru dan tempat keselamatan bagi
dosa-dosa manusia yang menjadi musuh utama di dalam kehidupan umat manusia. Iblis, dunia
dan keinginan daging menjadi musuh utama orang Kristen dan Alkitab memberikan tempat
perlindungan yang utuh dan pasti untuk menghadapi musuh-musuh orang Kristen ini (Rm. 6:6;
13). Keselamatan dalam Kristus merupakan hal yang terpenting di dalam kehidupan umat

14
Saxe, Studies in the Book of Psalm, 35.
15
Adele Berlin & Marc Zvi Brettler, peny., The Jewish Study Bible, (New York: Oxford University Press,
2004), 1348-49.
16
VanGemeren, “Psalm,”, 862.
Kristen karena segala sesuatu dalam hidup ini akan terpancar dari iman kita terhadap Yesus,
Tuhan kita.
Raja Daud seperti sedang menghadapi musuh manusia di dalam ungkapan mazmurnya
ini. Ini berbanding terbalik dengan karakter Allah yang memberikan jaminan pertolongannya
secara pasti dan tidak berubah namun kepercayaan kepada manusia tidak dapat diandalkan.
Manusia cenderung destruktif, egois dan licik. Kata “Berapa lamakah” merupakan suatu
tantangan kepada pihak lawan. Mereka mengupayakan hal-hal yang jahat, menyerang dengan
kata-kata dan perbuatan. Ini tidak akan berhenti sampai orang tersebut jatuh dari tempatnya.
Perbuatannya hanyalah membawa kehancuran dan kebinasaan dengan cara yang anarkis dan tipu
muslihat.17 Gambaran ini sudah jelas mengacu pada pribadi jahat yang terus memberontak
terhadap Allah dan mengacaukan rencana Allah terhadap manusia. Iblis menjadi musuh utama
dalam kehidupan manusia itu sendiri dengan memakai alat-alatnya yang ada di dalam dunia ini
untuk mejatuhkan umat Allah. Hanya iman yang teguh di dalam kekuatan kuasaNya orang
Kristen dapat menghadapi serang-serangan tipu muslihat iblis (Ef. 6:16).

2. Kepercayaan Dalam Allah Di Masa Depan (ay. 6-9)


Pada bagian in pemazmur menekankan kembali mengenai kepastian keselamatan yang
absolut yang datang dari Allah. Kata sela seringkali membingungkan dalam penggunaannya.
Ashley E. Lyon memberikan pendapatnya mengenai penggunaan kata ini dalam puisi Ibrani.
Tema-tema seperti dosa, penghakiman dan keselamatan merupakan unsur-unsur di dalam puisi
Ibrani dan selah menjadi sebuah tanda transisi penting dalam siklus tema-tema tersebut. Transisi
ini menunjukkan natur dan karakter Allah. Pada ayat 4-5 menunjukkan bagaimana ancaman dari
musuh-musuh orang percaya dan kemudian ada tanda selah yang masuk menunjukkan karakter
Allah yang merupakan kepastian masa depan atau harapan (tiqwati) yang pasti bahwa
keselamatan hanya datang dari Dia. Selah adalah tanda transisi kritis penting bagi pemazmur dan
pembaca (orang percaya) untuk berpaling pada Allah.18 Bagian ini kemudian ditandai kembali
dengan kata selah. Bentuk Khiasmus seperti terlihat di dalam mazmur ini dan ayat 6-9 sepertinya
menjadi puncak pesan dari Mazmur 62.
A (1-5)
B (6-9)
1
A (10-13)

3. Kepercayaan Dalam Allah Di Atas Segalanya (ay. 10-13)


Kembali dalam bagian ini pemazmur kembali pada topik kemanusiaan, khususnya orang-
orang berkuasa yang mengancam dirinya. Manusia tidak mungkin diperbandingkan dengan
pribadi Allah yang kekal, kuat dan tidak berubah. Makna angin dalam ayat 10 menggunakan kata
hebel yang artinya sia-sia. Gambaran yang diambil adalah seperti menimbang sesuatu di atas
timbangan, mungkin dari perbuatan dan hati seseorang.19 Manusia tidak mungkin menandingi
Allah. Setiap usaha manusia yang tidak tercermin dari iman yang benar maka tidak akan

17
VanGemeren, “Psalm,”, 862.
18
Ashley E. Lyon, What Dose “Selah” Mean?, https://weekly.israelbiblecenter.com/what-does-selah-mean/,
2021.
19
Berlin, The Jewish Study Bible, 1349.
mencapai suatu yang baik yang bersifat kekal.20 Kekayaan dan kekuasaan seringkali merupakan
hasil dari penipuan dan pencurian seperti pemerasan dan perampasan. Namun keberadaan yang
kelihatannya secara fisik makmur banyak menjadi alat dan legitimasi untuk melakukan
ketidakadilan. Ini juga yang dinyatakan bahwa cinta uang adalah akar segala kejahatan (1Tim.
6:10). Pada akhirnya banyak orang, bahkan orang percaya sekalipun, dapat menyimpang dari
imannya dan melakukan berbagai kejahatan demi mendapatkan kekayaan. Ini dapat terlihat
dalam praktek-praktek korupsi dan kolusi di mana tidak jarang mengorbankan orang lain ataupun
saudara seimannya sendiri demi mendapatkan keuntungan pribadi. Pada akhirnya perebutan
harta dan perampasan barang orang lain menjadi suatu hal yang biasa pada masa sekarang ini.
Satu kali… dua hal … hendak menunjukkan bahwa dua hal itu pasti bahwa kuasa dan
kasih setia adalah dari Allah. Inilah yang Allah janjikan kepada umatNya. Artinya adalah Ia
mampu untuk menyelamatkan umatNya dan pertolonganNya adalah berdasarkan kasihNya.
Perjanjian Allah ini akan sangat memberkati orang yang setia mempercayakan dirinya dalam
Allah dan yang menjauhkan diri dari kekuatan manusia. Orang-orang jahat pada akhirnya akan
menerima apa yang pantas bagi mereka.21 Perbuatan manusia menunjukkan apakah imannya itu
benar atau palsu. Ini dapat terjadi di dalam komunitas umat Tuhan sendiri. Allah akan
menghakimi keberadaan dari tiap-tiap orang. Ini merupakan dasar keyakinan bagi orang percaya
dan sebuah peringatan bagi orang-orang yang tidak setia.22 Alkitab jelas mengajarkan akan
adanya penghakiman bagi semua orang (Mzm. 1:5; Mat. 25:31-46; 2Kor. 5:10). Allah adalah
Allah yang adil dan dengan kekuatanNya Ia akan dapat memberikan penghakiman yang
sebenarnya dan seadilnya. Perjanjian Baru menyatakan bahwa penghakiman akan diserahkan
kepada Anak (Yoh. 5:22).
Tuhan Yesus Kristus menjadi tempat berlindungnya manusia (en kristo) dari murka yang
akan datang dan menjadi teladan hidup bagi semua orang percaya. Kekuatannya menopang
semua yang ada dan kasih keadilan yang ditunjukkan di atas kayu Salib menjadi sebuah Firman
yang meyakinkan orang untuk datang kepada Allah gunung batu keselamatan dan harapan yang
pasti untuk mendapatkan perlindungan dari segala hal bagi mereka yang dekat denganNya.
Hidupnya akan penuh dengan kedamaian dan ketenangan dalam menghadapi semua persoalan.

20
Crossway, English Standard Version Study Bible, 1011.
21
VanGemeren, “Psalm,”, 863.
22
Crossway, English Standard Version Study Bible, 1011.

Anda mungkin juga menyukai