Bonus Chapter Tears in Heaven
Bonus Chapter Tears in Heaven
***
“Pesawat tempur?”
“Kapal pesiar?”
2 |Bonus Chapter
sudah dia tawarkan, namun tidak ada satu pun dari
tawarannya yang bisa menghentikan tangis anak itu.
3 |Bonus Chapter
“Mamaaa! Mau Mama sekarang! Mamanya Kia
mana, Papa? Mamaaaa!” jeritnya. Bandana merah muda
yang dikenakan ditarik hingga terlepas lalu dilempar ke
arah ayahnya. Anak itu benar-benar marah saat bangun
tidur tidak menemukan keberadaan mamanya. Yang ada
hanya papanya yang tidak bisa mengikat rapi rambutnya
dan tidak bisa membuatkan susu dengan takaran yang pas
seperti mamanya. Padahal sebelum tidur, mamanya ada di
sampingnya. Seharusnya saat bangun pun masih ada di
sampingnya karena mamanya sudah berjanji akan
menjaganya selagi tertidur.
5 |Bonus Chapter
berantakan setelah mengamuk, hingga membuatnya tidak
bisa marah pada anak itu, sebrutal apapun tingkah Kia saat
mengamuk. Padahal setiap kali Kia mengamuk, ada hasrat
ingin bertindak tegas agar putrinya lebih bisa dikendalikan.
Tapi angan itu tidak pernah terwujud. Terlalu menyayangi
dan terbiasa berlaku lembut pada putrinya, Rivaldo tidak
bisa tegas. Sekadar membentak pun tidak ada nyali.
6 |Bonus Chapter
Rivaldo tersenyum lalu mengusap puncak kepala
putrinya. “Iya. Tapi, Mama nggak mau bangunin Kia
soalnya Kia boboknya nyenyak banget. Mungkin biar Kia
istirahat. Tadi habis main, kan, pasti capek.”
7 |Bonus Chapter
“Kakak masih di sekolah, sebentar lagi pulang.
Kita nunggu Mama sama kakak pulang, ya.”
8 |Bonus Chapter
Kia ini memang paling tidak bisa jauh-jauh dari
Shilla. Baru ditinggal sebentar saja, anak itu sudah tidak
bisa dikondisikan lagi. “Tunggu di sini aja, ya, sama Papa.
Sebentar lagi juga pulang. Kia kalau pengin masak-masak
sama Papa aja. Papa bisa kok main masak-masak sama
Kia. Atau Kia main masak-masak Mbak Nani atau Mbak
Uti,” balas Rivaldo berusaha membujuk. Nani dan Uti
yang Rivaldo maksud adalah pengasuh Kia.
9 |Bonus Chapter
Kolaborasi antara Aksa dan Kia adalah kolaborasi
paling epic untuk membuat seorang Rivaldo Januar nyaris
gila.
10 |Bonus Chapter
Kia mengangguk. Anak itu pun langsung
mengecup kedua pipi Rivaldo secara bergantian dan
sebagai bonus, rahang dan kening pria itu juga tidak luput
dari kecupannya.
***
11 |Bonus Chapter
‘mama papa’. Mereka melakukan itu semata-mata untuk
kebaikan Kia. Pasalnya Kia sering meniru Shilla dengan
memanggil 'mas' ke Rivaldo. Bahkan pernah memanggil
nama langsung tanpa embel-empel pada Shilla. Meskipun
sudah ditegur dan diberitahu pelan-pelan, Kia tetap saja
masih sering lupa, dan beralibi jika dia hanya meniru
panggilan kedua orangtuanya.
12 |Bonus Chapter
Mama banyak-banyak. Kia nggak bisa marahan sama
Mama lama-lama. Nanti siapa yang main sama Kia? Kalau
main sama Papa nggak seru, Ma.”
14 |Bonus Chapter
sangat baik untuk memukul mundur ganda putra. Aksa
sebagai guru merasa berhasil dan bangga pada muridnya.
15 |Bonus Chapter
“Masa tawuran terus. Nanti malem nggak usah
tawuran, ya. Ntar Kia capek,” celetuk Rivaldo.
16 |Bonus Chapter
Pria itu beristigfar tiga kali di dalam hati. Dia
memanjatkan doa dan kata-kata mutiara untuk Aksa yang
sudah meracuni pikiran lugu tunggal putrinya. Ingin
mengumpat, tapi anaknya.
17 |Bonus Chapter
“Anaknya Papa Sultan Rivaldo Januar orang kaya,”
jawab Kia cepat dan tepat seperti yang sudah diajarkan
oleh kakak sulungnya.
***
18 |Bonus Chapter
Bukan bermaksud berburuk sangka apalagi
menebar fitnah, tapi Erlan sangat yakin jika Kia ke
kamarnya itu pasti karena titah maha gurunya. Segala
tingkah rusuh Kia pasti atas utusan Aksa. Kia belum
secerdik itu dalam urusan mengganggunya. Anak itu
masih perlu bimbingan dan intruksi dari yang sudah
terlatih rusuh.
19 |Bonus Chapter
“Kia pengin di sini gangguin Kak Erlan. Kak
Ethan mana? Mau Kia gangguin juga.”
20 |Bonus Chapter
Ya jelas marahlah! batinnya berteriak. Erlan
tersenyum. Senyum yang dipaksakan. “Nggak dong.
Kakak, kan, baik sama Kia. Mending Kia jadi geng-nya
Kakak aja. Jangan jadi geng-nya Kak Aksa, Kak Aksa
nggak keren. Gimana?”
21 |Bonus Chapter
“Muka lo ancur banget.”
22 |Bonus Chapter
“Kak Aksa! Liat! Dua Kakak Setan kalah sama Kia.
Kia hebat, kan?”
“Kak Aksaaaa!”
***
26 |Bonus Chapter
“Papa ... Kia masih pengin di sini. Masih pengin
main sama bebek pelampung. Bilangin sama Mama, Kia
nggak mau.”
27 |Bonus Chapter
dari kamar dan tidur tanpa selimut hidupnya. Tapi jika dia
membela Shilla, Rivaldo tidak tega melihat wajah kecewa
putrinya. Sebisa mungkin dia ingin selalu menuruti dan di
pihak tunggal putri.
28 |Bonus Chapter
“Iya. Tapi apa Kia mau kalau badannya panas?”
“Kan bisa main di air lagi, Pa. Air kan dingin, jadi
badannya nggak panas lagi.”
Astagfirullah.
30 |Bonus Chapter
“Kia jangan main tabok-tabok, ya. Nanti kalau
ditabok balik gimana? Apa nggak takut sama papanya Kak
Naufal?”
***
31 |Bonus Chapter
Seperti biasa jika kakaknya sibuk dengan
tunangannya, Kia keluyuran sendirian di rumah calon
kakak iparnya untuk mencari musuh. Anak itu paling tidak
bisa jika hanya duduk anteng seperti anak manis seusianya.
32 |Bonus Chapter
Maka ini adalah saat yang tepat. Jika dia tidak bisa
menabok pantat Naufal, mengacau akuarium itu sepertinya
bisa jadi pengganti.
33 |Bonus Chapter
adalah Renata Queena Regata—Rere—anak kedua
Damian.
34 |Bonus Chapter
orangtua dan saudaranya, Kia sangat asing dengan
bentakan.
36 |Bonus Chapter
“Kia nggak ambil. Kia dipinjemin sama Kak
Angel!” teriak Kia marah pada dua orang yang selalu
berprasangka buruk padanya.
37 |Bonus Chapter
“Mending kamu ke Kak Aksa aja. Nggak usah
gangguin Rere,” ucap Barra yang tidak ada bedanya
dengan Naufal.
39 |Bonus Chapter
“Kayaknya kamu udah siap banget dibuahi, Pong.
Udah cocok banget jadi mama muda. Sama adikku aja
setulus itu, apalagi kalau sama hasil bercocok tanam kita,”
celetuk Aksa yang langsung mendapatkan peringatan dari
Angel.
40 |Bonus Chapter
“Kia mau makan es krim yang rasa vanila. Ayo
beli sekarang!” ajak Kia tiba-tiba setelah rambutnya
selesai dirapikan.
41 |Bonus Chapter
“Emmm enak,” gumam Naufal lalu mengisi sofa
kosong. Dia duduk berhadapan dengan Kia yang terlihat
begitu menginginkan es krim di tangannya.
42 |Bonus Chapter
“Jangan pulang dulu!” ucap Naufal tiba-tiba. Dia
beranjak dari sofa lalu mendekati Kia. Bocah laki-laki
sembilan tahun itu memberikan cup es krimnya pada Kia.
“Makan ini aja.”
43 |Bonus Chapter
“Mau aku ingetin lagi kelakuan kamu waktu masih
ngedot? Mau bagian mana dulu, nih? Gengsi? Tengil?
Posesif? Atau—”
44 |Bonus Chapter
Apa yang Aksa katakan membuat Angel
menegakkan punggungnya menjauhi dada bidang cowok
itu. Rona merah tidak bisa disembunyikan lagi dari pipi.
“Bisa nggak, bagian yang aku ompong dihapus aja dari
ingatanmu? Malu banget akunya.”
45 |Bonus Chapter
***
46 |Bonus Chapter
“Aksa Keanu
Januar”
Tunggal Putra
47 |Bonus Chapter
Sejak semalam panggilan darinya ditolak, pesan
hanya dibaca tanpa balasan, dan saat dia datang ke rumah
Angel, cewek itu mengurung diri di kamar—mogok
bertemu. Aksa kurang berpengalaman perihal menghadapi
Angel yang marah. Sebelumnya, kemarahan Angel hanya
sebatas mengomel dan setelah itu seperti tidak terjadi apa-
apa. Tapi kali ini nampaknya lebih berani.
48 |Bonus Chapter
beberapa kali Angel mengintipnya dari balik tirai jendela.
Orang sebaik Angel pasti tidak akan tega
memperlakukannya seperti ini. Cewek itu pasti tidak
tenang di sana. Aksa berani bertaruh jika tidak lama lagi
Angel pasti akan turun untuk menemuinya.
49 |Bonus Chapter
“Biar aku bantu ingetin. Kamu mau ngomel-
ngomel gara-gara aku beliin kamu tas, sepatu, HP, ... aku
lupa beli apa aja buat kamu. Atau mau ngusir aku karena
tadi kamu bilang nggak mau ketemu.”
50 |Bonus Chapter
“Iya udah kalau ngambek aku ke sini mau minta
maaf. Pantang pulang sebelum dimaafin. Nggak tenang
akutuh kalau kamu ngambek terus. Udahan, ya,
ngambeknya. Aku ngaku salah. Aku minta maaf.”
51 |Bonus Chapter
“Di rumah ada Kak Mian sama Barra? Kalau
nggak ada, aku siap bantuin ganti baju.”
“Bercanda, Sayangku.”
***
53 |Bonus Chapter
“Aku punya rekomendasi restoran yang enak
sambal cuminya. Kamu wajib banget cobain. Gimana
kalau sekarang kita ke situ aja? Aku jamin kamu bakal
ketagihan.”
54 |Bonus Chapter
Aksa untuk masuk ke warung tenda yang cukup ramai
pengunjung.
55 |Bonus Chapter
Angel menggeleng. “Di seberang sana ada
minimarket. Kayaknya di situ ada susu kotak. Aku beliin
dulu, ya?” usul Angel. Dia tahu bagaimana seorang Aksa
jika tanpa susu kotak.
56 |Bonus Chapter
“Kamu sadar nggak kalau tadi banyak yang liatin
kamu dan aku nggak suka itu. Besok atau kapanpun kamu
mau beli di sana, harus ada aku. Atau kalau mau ke sana
aku booking dulu tempatnya, biar cuma kita berdua yang
ada di sana dan aman.”
57 |Bonus Chapter
“Kamu kalau mau beli sesuatu ambil aja, Pong.
Biar sekalian,” celetuk Aksa saat Angel sudah mengambil
lima sush kotak dengan varian rasa cokelat semua.
“Gimana?”
59 |Bonus Chapter
Senyum Angel terbit. Dia mengangguk dan terus
memperhatikan Aksa yang begitu lahap. Perhatiannya
dicuri oleh suara hujan deras yang tiba-tiba saja turun.
“Hujan, Sa.”
***
62 |Bonus Chapter
“Awas aja kalau sakit, aku yang bakal ketawa
paling keras,” cibir Barra. Handuk putih yang dia bawa,
diserahkan pada kakaknya.
***
“Haacim.”
63 |Bonus Chapter
Aksa bersin keras entah yang keberapa kalinya.
Selang beberapa detik, suara tiruan bersinnya terdengar.
Siapa lagi pelakunya kalau bukan adik bungsunya yang
sangat kalem.
65 |Bonus Chapter
Hasil proyek tunggal putra Rivaldo melirik penuh
peringatan. “Jangan mulai, Pa. Adikku udah tiga. Kia udah
fix jadi maknae. OT6 udah fix unit keluarga sultan. Nggak
ada member baru lagi,” ucap Aksa.
“Papaaaaa!”
***
68 |Bonus Chapter
Shilla pun menarik putrinya agar semakin merapat
ke tubuhnya. Dibelainya pipi gembil putri bungsunya.
69 |Bonus Chapter
Rivaldo dan Kia saling memandang sebelum
akhirnya menghujani wajah Shilla dengan ciuman.
Ketiganya lalu tertawa renyah setelah puas membagi
ciuman. Kia pun berbaring nyaman di antara Rivaldo dan
Shilla.
70 |Bonus Chapter
“Bikin aja dulu, jadi nggaknya urusan nanti,” balas
Rivaldo lalu mengerlingkan mata sebelum melangkah
meninggalkan kamar.
***
71 |Bonus Chapter
“Lo sakit beneran, Kak? Curiga gue, ini cuma akal-
akalan lo aja,” ujar Erlan.
72 |Bonus Chapter
“Foto gue, buruan! Kasih tau keadaan gue
sekarang. Demam, lemes banget, pusing. Bikin Angel
sekhawatir mungkin.”
***
Ethan benar.
73 |Bonus Chapter
Aksa tidak langsung menjawab karena terbatuk.
Demam, batuk, dan hidung tersumbat, menyiksanya pagi
ini. Daya tahan tubuhnya benar-benar payah. Baru diguyur
hujan sebentar saja langsung tumbang.
74 |Bonus Chapter
“Kamu seneng liat aku kayak gini? Khawatirin
kamu sampai aku ketakutan. Iya? Aku masih inget banget
loh ucapan kamu yang nggak bakalan bikin aku sedih.
Tapi apa? Kamu pikir dengan kamu kayak sekarang,
nggak bikin aku sedih?”
75 |Bonus Chapter
“Untung kamu cepet-cepet ke sini, Ngel. Calon
suamimu itu keras kepala banget. Batu aja insecure sama
kerasnya Aksa. Papa udah nyuruh anak kalem ke dokter
dari tadi, tapi nolak,” ujar Rivaldo yang masuk ke kamar
Aksa. Angel menoleh lalu tersenyum dan melanjutkan
kegiatan membantu Aksa memakai jaket.
76 |Bonus Chapter
“Tuh liat sendiri, kan, Ngel. Calon suami kamu tuh
gitu sama orangtua. Suka fitnah. Sebelum terlambat,
mending kamu pikir-pikir lagi. Daripada nyesel di akhir.
Anak Papa itu menang warisan doang. Tanpa warisan juga
jadi Aksa Kentang Januar.”
77 |Bonus Chapter
aja. Jangan sampai dirayu-rayu, nanti kamu rugi sendiri.
Orang kayak Aksa sering nggak tau diri.”
***
79 |Bonus Chapter
lihat adalah kepuasan anak-anaknya. Kia hanya perlu
menyebutkan apa yang dia inginkan, maka Rivaldo akan
membelikan itu untuk tunggal putrinya. Apapun itu.
80 |Bonus Chapter
“Papaku bukannya nggak bisa bikin kayak gini,
tapi papaku nggak mau anaknya bodoh karena terlalu
banyak bermain!” semprot Naufal telak yang langsung
melenyapkan senyum Kia.
81 |Bonus Chapter
“Iya kamu pinter. Tapi bukan pinter sekolahnya.
Kamu itu pinter yang nggak guna. Pinter main nggak jelas,
nangis, sombong, dan gangguin orang lain,” ejek Naufal
belum mau mengalah. Kesombongan Kia lah yang
membuat Naufal melewati batas yang sudah diajarkan
orangtuanya.
82 |Bonus Chapter
Kia pun mendekati Renata, menarik tangan anak
itu menjauhi Naufal yang tengah menahan letupan amarah
yang siap meledak.
83 |Bonus Chapter
pasti tidak akan keberatan jika dia berbagi barang-barang
miliknya.
Bruk.
85 |Bonus Chapter
Karena kurang hati-hati, Kia jatuh. Kakinya
terpeleset mainannya sendiri. Naufal memang tengah
marah pada Kia namun kemarahan itu tidak membuatnya
berhenti peduli. Anak itu langsung berlari dan membantu
Kia yang matanya sudah memerah siap menangis.
Cengeng. Itulah Kia.
86 |Bonus Chapter
“Nangis sampai selesai, aku temenin,” gumam
Naufal.
87 |Bonus Chapter
“Telepon ambulans sekarang! Kita harus bawa Kia
sebelum terlambat.”
88 |Bonus Chapter
Belum sempat dilarang, Kia sudah melompat dari sofa dan
mengambil mainannya sebelum berlari cepat begitu aktif.
***
89 |Bonus Chapter
dengan kondisi kamar tunangannya yang berantakan.
Untuk itu dia inisiatif untuk merapikan semua itu.
90 |Bonus Chapter
“Nggak ngaruh. Sakit atau nggak, kamu tetep
malesan dan ngandelin ART, kan? Mending kamu minggir,
biar aku lanjut beresin.”
“Terus?”
“Temenin.”
“Modus!”
91 |Bonus Chapter
beberapa detik, kepala belakangannya sudah diusap oleh
cewek itu. Dalam hati Aksa bersorak gembira.
***
92 |Bonus Chapter
“Kayaknya nggak deh, Ma. Bentar lagi pulang.”
93 |Bonus Chapter
“Udah sembuh, berkat kamu yang rawat. Makasih,”
ungkap Aksa. Tangannya meraih tangan Angel, membawa
itu ke bibirnya untuk dia kecup.
94 |Bonus Chapter
“Di sini nggak ada Kak Mian, Kuda Nil, Kak Rizal,
atau Barra. Jangan bikin aku nekat gantiin pakaianmu.
Sekarang pilih. Ganti sendiri atau aku yang gantiin. Tapi,
kamu harus tau risikonya kalau aku yang gantiin. Sesuatu
mungkin bakalan terjadi.”
***
95 |Bonus Chapter
terang soal apa yang membuatnya bungkam cukup lama
tadi.
96 |Bonus Chapter
“Nggak perlu bilang makasih. Apa yang aku lakuin
ini bukti kalau aku serius sayang sama kamu, Ngel. Nggak
cuma kamu, tapi juga keluargamu,” balas Aksa lalu
tersenyum menawan saat mengelus puncak kepala Angel.
***
97 |Bonus Chapter
“Laksamana Erlan Januar”
“Laksamana Ethan Januar”
Ganda Putra
99 |Bonus Chapter
seperti mayat. Ratusan notifikasi, tidak ada yang dia
dengar.
***
“Mau lagi?”
***
“Kiaaa!”
“Halah!”
“Nggak sengaja.”
“Iya.”
***
“Tapi kok aku jadi kasian sama Kia. Itu anak biasa
pecicilan, jadi diem malah kayak tertekan gitu. Serius,
kayak bukan Kia anaknya orang kaya.”
***
***
“Sengaja.”
“Aksa!”
146 |Bonus Chapter
“Iya, Sayang,” balas Aksa lalu menopang dagu di
pundak kiri Angel. Sepasang tangannya sudah melilit
pinggang ramping calon istrinya.
“Emang bisa?”
“Preeeeet.”
***
“Udah tau.”
***
***
***
***
“Papa?”
***
***
“Nanti kalau—”
“Makasih.”
***