Anda di halaman 1dari 22

AIK 3

MUJAHADAH

DISUSUN OLEH :
PUTRA ARDIANSYAH
21902042

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI


FAKULTAS TEKNIK
ARSITEKTUR 2021/2022
Arti Mujahadah
Berikut ini akan kita bahas pengertian secara bahasa dan istilah menurut Islam.

Mujahadah adalah sinonim dari kata jihad. Mujahadah berasal dari bahasa arab
yaitu dari kata jahada yang artinya berperang melawan musuh. Dalam kitab Al-
Mausu’atul Fiqhiyyah disebutkan:

ِ ‫ َوفِي ْال َحدِي‬. }ِ‫َّللاِ َح هق ِج َها ِده‬


‫ث‬ ‫{و َجا ِهدُوا فِي ه‬ َ :‫ قَال ت َ َعالَى‬،ِ‫َو ْال ِج َهاد ُ ْال ِقتَال َم َع ْال َعد ُِو َك ْال ُم َجا َهدَة‬
ُ ‫ َجا َهدَ ْالعَد ُُّو ُم َجا َهدَة ً َو ِج َهادًا إِذَا قَاتَلَه‬:‫ يُقَال‬. ٌ‫ َولَ ِك ْن ِج َهاد ٌ َو ِنيهة‬،ِ‫ الَ ِه ْج َرة َ َب ْعدَ ْالفَتْح‬:‫يف‬
ِ ‫ش ِر‬‫ال ه‬
“Al-Jihad itu adalah berperang melawan musuh seperti Al-Mujahadah. Allah taala
berkalam: “Dan berperanglah kalian (Jaahidu) karena Allah dengan sebenar-
benarnya perang.” Dan pada hadits yang mulia: “Tidak ada hijrah setelah Al-Fath,
akan tetapi jihad dan niat. Dikatakan: Jahadal aduwwu mujahadatan dan jihaadan,
bila dia memeranginya.” [Al-Mausu’atul Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah 16/124]

Termasuk dalam definisi ini adalah berusaha dengan sungguh-sungguh dan


mengerahkan segala kemampuan untuk melawan musuh dengan tangan, lisan, atau
dengan apapun yang dia mampu.

Dalam hal ini, musuh yang dimaksud terbagi menjadi 3, yaitu:

1. Musuh yang tampak (Mujahadah Al-Aduw)

Musuh yang dimaksud di sini adalah orang-orang kafir dan orang-orang munafik.
Ketika telah diumumkan perang, maka seorang muslim wajib untuk melawan
mereka.

2. Setan (Mujahadah Asy-Syaithon)

Setan juga merupakan musuh yang nyata bagi seorang manusia. Tidak hanya bagi
orang-orang yang ada di zaman kita sekarang, bahkan sejak Nabi Adam alaihis
salam kedudukannya sudah seperti itu. Oleh karenanya, kita wajib berhati-hati dan
melawan segala bujuk dan rayuan dari setan.
3. Nafsu atau diri sendiri (Mujahadah Annafs)

Selain dari godaan setan, manusia berbuat maksiat adalah karena keinginan nafsu
yang ada pada dirinya sendiri. Dalam istilah alquran, nafsu ini disebut dengan
ammarah bissu’.

Adapun secara istilah, mujahadah artinya:

‫َّللا‬ ْ ‫ع ْه ٍد َب ْعدَ دَع َْوتِ ِه ِل‬


ِ ‫ ِإ ْعالَ ًء ِل َك ِل َم ِة ه‬،‫إل ِِ ْسالَ ِم َو ِإ َبائِ ِه‬ َ ‫قِتَال ُم ْس ِل ٍم َكافِ ًرا‬
َ ‫غي َْر ذِي‬
“Perangnya seorang muslim melawan orang kafir yang tidak memiliki perjanjian
(ahdi) setelah menyerunya kepada Islam dan keengganannya, karena meninggikan
kalimat Allah.” [Al-Mausu’ah 16/124]

Manfaat Mujahadah
Setelah mengetahui arti mujahadah, kita juga perlu mengetahui manfaat darinya.

Ada banyak sekali manfaat yang bisa kita dapat dari perbuatan mujahadah. Berikut
ini kami sebutkan beserta dalil darinya:

1. Syarat Masuk ke Dalam Syurga

Allah taala berkalam:

‫أ َ ْم َح ِس ْبت ُ ْم أ َ ْن ت َ ْد ُخلُوا ْال َجنهةَ َولَ هما يَ ْعلَ ِم ه‬


‫َّللاُ الهذِينَ َجا َهد ُوا ِم ْن ُك ْم َويَ ْعلَ َم ال ه‬
َ‫صا ِب ِرين‬
“Apakah kalian menyangka akan masuk ke dalam syurga, padahal Allah belum
mengetahui orang-orang yang berjihad dari kalian dan mengetahui orang-orang
yang sabar.” [Qs Ali Imran (3) ayat 142]

2. Kunci Kebaikan dan Keberuntungan

‫سو ُل َوالهذِينَ آ َمنُوا َمعَهُ َجا َهد ُوا بِأ َ ْم َوا ِل ِه ْم َوأَ ْنفُ ِس ِه ْم َوأُولَئِ َك لَ ُه ُم ْال َخي َْراتُ َوأُولَ ِئ َك ُه ُم‬ ‫لَ ِك ِن ه‬
ُ ‫الر‬
َ‫ْال ُم ْف ِل ُحون‬
“Akan tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, mereka berjihad
dengan harta-harta dan jiwa-jiwa mereka. Mereka adalah orang-orang yang bagi
mereka kebaikan-kebaikan. Dan mereka adalah orang-orang yang beruntung.” [Qs.
At-Taubah (9) ayat 88]
3. Pembuka Ampunan Allah

َ ‫ث ُ هم ِإ هن َرب َهك ِللهذِينَ هَا َج ُروا ِم ْن بَ ْع ِد َما فُ ِتنُوا ث ُ هم َجا َهدُوا َو‬
ٌ ُ‫صبَ ُروا ِإ هن َرب َهك ِم ْن بَ ْع ِد َها لَغَف‬
‫ور َر ِحي ٌم‬
“Kemudian sesungguhnya Pemeliharamu kepada orang-orang yang berhijrah
setelah mereka terfitnah, kemudian mereka berjihad dan bersabar, sesungguhnya
Pemeliharamu setelah itu sungguh Mahamengampuni dan Mahamenyayangi.” [Qs.
An Nahl (16) ayat 110]

4. Mendapat Petunjuk dari Allah

َ‫َّللاَ لَ َم َع ْال ُم ْح ِسنِين‬ ُ ‫َوالهذِينَ َجا َهدُوا فِينَا َلنَ ْه ِديَنه ُه ْم‬
‫سبُلَنَا َوإِ هن ه‬
“Dan sesungguhnya orang-orang yang berjihad karena Kami, sungguh kami akan
tunjukkan kepada mereka akan jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Allah bersama
orang-orang yang berbuat baik.” [Al-Ankabut (29) ayat 69]

Mujahadah An Nafs
Sebagian dari kita mungkin masih merasa bingung mengenai apa itu mujahadah
nafs dan bagaimana cara menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karenanya, contoh-contoh berikut ini mungkin dapat menambah pengetahuan


Anda akan perilaku ini.

1. Bersyukur atas segala nikmat Allah

Nikmat dari Allah yang telah diberikan kepada kita sangatlah banyak. Bahkan,
kalau kita mencoba untuk menghitungnya, maka kita tidak akan selesai bahkan
hingga ajal datang kepada kita. Allah taala berkalam:

“Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, maka kalian tidak akan mampu untuk
menghitung jumlahnya (keseluruhan).”

Mengenai nikmat yang telah Allah turunkan, Dia tidak menuntut dari kita kecuali
agar kita bersyukur atasnya. Bahkan, Allah juga berjanji bahwa Dia akan
memberikan tambahan nikmat kepada orang yang mau bersyukur kepada-Nya.

Hanya saja, sifat asal manusia adalah sulit untuk mensyukuri nikmat. Kebanyakan
orang justru lupa diri ketika nikmat datang kepadanya.
Inilah yang disebut dengan mujahadah. Ketika kita telah mengetahui bahwa sifat
asal kita sulit bersyukur dan kita berusaha untuk melawannya, maka ia termasuk
dari perkara yang terpuji.

2. Bersabar terhadap segala musibah yang datang

Dalam hidup ini, kita pasti sering menghadapi berbagai macam ujian. Mulai dari
yang kecil seperti tersandung, hingga musibah yang besar seperti kehilangan orang
yang kita cinta padanya.

Dalam hal ini juga, sifat asal manusia adalah suka mengeluh ketika kesulitan
datang kepadanya. Manusia adalah makhluk yang suka lupa diri ketika mendapat
nikmat dan mengeluarkan keluhan ketika kesusahan mengenainya.

Meskipun demikian, sifat ini bukanlah sifat yang terpuji. Sifat ini ada pada diri kita
hanya sebagai ujian untuk membedakan hamba yang beriman dan kufur terhadap
pemeliharanya.

Ketika kita mampu melawan sifat-sifat tercela ini, maka kita telah menjadi
termasuk dari golongan hamba-hamba yang dipuji oleh Allah taala. Dia berkalam:

َ ‫عا )( ِإ هال ْال ُم‬


َ‫صلِين‬ ً ‫سهُ ْال َخي ُْر َمنُو‬
‫عا )( َو ِإذَا َم ه‬
ً ‫ش ُّر َج ُزو‬ ً ‫سانَ ُخ ِلقَ َهلُو‬
‫عا )( ِإذَا َم ه‬
‫سهُ ال ه‬ ِ ْ ‫ِإ هن‬
َ ‫ال ْن‬
“Sesungguhnya manusia itu diciptakan dalam keadaan suka berkeluh kesah (_)
Apabila mengenainya keburukan, maka dia mengeluh (_) Dan bila mengenainya
kebaikan, maka dia menahan (_) Kecuali orang-orang yang shalat.” [Qs. Al Maarij
(70) ayat 19-22]

Demikianlah ulasan tentang arti mujahadah dan contoh-contoh serta bagaimana


cara kita menerapkan istilah ini dalam kehidupan sehari-hari, wallahu a’lam.
A. Sifat Mulia Mujahadah An-Nafs
1. Pengertian Sifat Mulia Mujahadah An-Nafs

Menurut Ibnu Mandhur, Al-Mujahadah memiliki arti yaitu menahan dari syahwat,
menjauhkan hati dari angan-angan. An-Nafs merupakan Bahasa Arab yang
memiliki makna hakikat, jiwa atau ruh. Dapat disimpulkan bahwa arti dari
Mujahadah An-Nafs adalah memerangi jiwa atau ruh yang menyeru kepada
kejelekan. Pada buku Mujahadah, memiliki makna sebuah upaya untuk menggapai
Ridah Allah Swt. yang merupakan amalan yang akan membuka pintu hidayah.

2. Dalil tentang Sifat Mulia Mujahadah An-nafs

Mujahadah an-nafs dibahas dalam Al-Quran surat Al-Anfal ayat 72 yang


berbunyi :

“Sesungguuhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan


harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat
kediaman dan pertolongan (kepada muhajirin), mereka itu satu sama lain saling
melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman tetapi belum berhijrah,
maka tidak ada kewajiban sedikit pun bagimu melindungi mereka, sampai mereka
berhijrah. (tetapi) jika mereka meminta pertolongan kecuali terhadap kaum yang
telah terikat perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah SWT Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan.“
Didalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah akan memberikan derajat yang
mulia untuk orang-orang yang berhijrah bersama Nabi Muhammad. Peristiwa
hijrah disini merupakan sebuah penerapan dalam agama islam tentang pentingnya
menjaga, dan menegakkan nilai-nilai dalam kemanusiaan.

Umat islam yang taat hendaknya berjuang di jalan Allah SWT dengan bersedia
menanggung semua risiko dan siap mengorbankan semua harta dan jiwanya. Di
dalam ayat ini juga dijelaskan bahwa umat islam harus bertindak sesiao dengan
ketetapan yang telah Allah SWT tetapkan, karena Allah SWT maha melihat dan
maha mengetahui.

Mujahadah Nafsu juga dijelaskan dalam hadits nabi yang diriwaytkan oleh Abu
Hurairah, Rasulullah SAW bersabda,
“Orang yang perkasa bukanlah orang yang menang dalam perkelahian, orang yang
perkasa adalah orang yang menendalikan dirinya ketika marah.”

3. Macam-Macam Hawa Nafsu

Dalam dinamika kehidupan manusia, seseorang tidak hanya dikarunia sifat mulia,
melaikan juga hawa nafsu yang bertentangn dari sifat mulia yang bisa dimiliki oleh
seseorang. Manusia memiliki tiga jenis nafsu seperti berikut ini:

a. Nafsul Ammarah

Nafsul ammarah tertera di dalam Al-Quran surat Yusuf ayat 53, yang menceritakan
kisah nabi Yusuf, ayatnya berbunyi :

َ ‫س ْۤ ْو ِء ا هِال َما َر ِح َم َر ِب ْۗ ْي ا هِن َر ِب ْي‬


‫غفُ ْو ٌر هر ِح ْي ٌم‬ ُّ ‫ارة ٌ ۢ ِبال‬ ََ ‫س‬
َ ‫ال هم‬ ُ ‫َو َما ٓ اُبَ ِر‬
َ ‫ئ نَ ْف ِس ْۚ ْي ا هِن النه ْف‬
“Dan aku tidak membebaskan diriku dari kesalahan-kesalahan, karena
sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang
diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha
Penyanyang.”

Nafsu ammarah adalah nafsu yang dari hati dan akal dikendalikan oleh keinginan,
syahwat dan khayalan. Maka dari itu nafsu yang seperti ini hanya cenderung pada
syahwat semata. Orang akan lebih cenderung kepada hal-hal materi, hal-hal yang
hanya bisa dinikmati dengan inderawi. Nafsu jenis ini menjadi tempat cikal bakal
dari kejahatan dan akhlak tercela. Maka dari itu, kita harus bisa mengendalikan diri
sehingga nafsu ini tidak mengendalikan kita.
b. Nafsul Lawwamah

Nafsul ammarah tertera di dalam Al-Quran surat Al-Qiyamah ayat 2, ayatnya


berbunyi :

“Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali dirinya sendiri.”

Nafsu lawwamah adalah nafsu yang dari hati dan akal yang saling berkaitan
dengan khayalan, syahwat dan keinginannya. Jenis nafsu ini memiliki
kecenderungan terhadap ar-rayu’ atau rasio. orang-orang yang munafik didominasi
oleh ra’yu yang membuat diri mereka berada dalam keraguan antara memilih baik
atau buruk, memilih taat atau bermaksiat dan memilih untuk beriman atau kafir.
Hal ini digambarkan pada Al-Quran surat An-Nisa ayat 143 yang berbunyi :

‫سبِي ًْال‬
َ ٗ‫َّللاُ فَلَ ْن تَ ِجدَ لَه‬ ْۤ َ ‫ال ا ِٰلى ٰ ٓهؤ‬
ْ ُّ‫ُال ِء ْۗ َو َم ْن ي‬
‫ض ِل ِل ه‬ ْۤ َ ‫ال ا ِٰلى ٰ ٓهؤ‬
ٓ َ ‫ُال ِء َو‬ ٓ َ ‫ُّمذَ ْبذَبِيْنَ َبيْنَ ٰذ ِل َۖ َك‬
“Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian, iman atau kafir: tidak
masuk kepada golongan orang-orang beriman dan tidak pula kepada
golonganorang-orang kafir, maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan
(untuk memberi petunjuk) baginya.”

c. Nafsul Muthmainnah

Nafsul muthmainnah adalah nafsu yang dari hati dan akalnya mampu
mengendalikan syahwat, kecenderungan dan khayalan. Orang yang memiliki jiwa
seperti ini akan cenderung mengingat Allah SWT kapanpun dan dimanapun.
Sebagaimana tertera dalam Al-Quran surat Ar-Ra’d ayat 28 yang berbunyi:

“yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.”

Nafsu jenis ini bisa mengeluarkan sifat-sifat jelek yang ada di dalam hati seorang
manusia. Manusia yang senantiasa cinta kepada Allah dan memiliki jiwa yang
tenang akan dimasukan ke dalam surga Allah. Hal ini berdasarkan Al-Quran surat
Al-Fajr ayat 29-30 yang berbunyi:

ْ ْۙ ‫فَا ْد ُخ ِل ْي فِ ْي ِع ٰبد‬
ࣖ‫ِي َوا ْد ُخ ِل ْي َجنهتِ ْي‬
“Wahai jiwa yang tenang! Kembali lah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha
dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan
masuklah ke dalam surga-Ku.”

Lawanlah nafsu dengan melatih jiwa diri sendiri. Menahan jiwa bisa dilakukan
dengan menahan makan, sedikit tidur, tidak banyak cara dan bersabar jika
diganggu oleh orang lain. Dari menahan makan bisa mengurangi syahwat, dengan
sedikit tidur tentunya bisa memurnikan tekad di dalam diri. Tidak banyak bicara
bisa menyelamatkan kita dari berselisih dengan orang lain.

4. Tingkatan Sifat Mulia Mujahadah An-Nafs

Menurut Ibnul Qayyim, melawan nafsu ada empat tingkatan yaitu:

 Menahan nafsu dalam ta’limul huda wa dinil haq, atau menahan dalam
mengenal petunjuk dan agama yang benar.
 Menahan nafsu dalam mengamalkan agama yang benar setelah memiliki
ilmunya.
 Menahan nafsu dalam dakwah kepada kebenaran.
 Menahan nafsu dalam bersabar dalam menghadapi kesulitan dan kejahatan
manusia.

5. Manfaat Sifat Mulia Mujahadah An-Nafs

Menahan hawa nafsu dalam diri, memiliki beberapa manfaat atau kemuliaan yaitu:

 Mengendalikan hawa nafsu bisa membawa seseorang untuk lebih taat


kepada Allah SWT.
 Mengendalikan nafsu bisa menghindarkan seseorang dari tenggelamnya
nikmat dunia.
 Dengan mengendalikan hawa nafsu, kesabaran dalam menghadapi ujian
akan bertambah dan juga dapat memusuhi kemaksiatan.
 Mengendalikan hawa nafsu bisa membawa seseorang ke jalan yang lurus,
yang membawa kepada ridho Allah SWT.
 Mengendalikan hawa nafsu bisa memusnahkan syaitan di dalam diri
seseorang tersebut.

Kita sebagai manusia harus sadar bahwa mengendalikan diri tidak semudah yang
dibayangkan orang selama ini. Walau begitu, buku Mengendalikan Hawa Nafsu
yang ada dibawah ini mencoba untuk memberikan cara yang dapat Grameds
lakukan untuk tidak menjadi budak nafsu dalam hidupnya sendiri.

6. Ciri-Ciri dari Sifat Mulia Mujahadah An-Nafs

Orang-orang yang dapat mengendalikan nafsu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

 Mampu mengontrol sikap dan perilaku, hal ini ditandai dengan kemampuan
dalam menghadapi situasi yang tidak diinginkan.
 Mampu menunda untuk memuaskan diri sendiri
 Mampu mengantisipasi perilaku yang tidak diinginkan
 Mampu menafsirkan suatu keadaan dengan cara memperhatikan atau
melihat selalu ke sisi yang positif
 Mampu mengontrol dalam mengambil keputusan.

7. Contoh Perilaku yang Mencerminkan Sifat Mulia Mujahadah An-Nafs

Berikut adalah beberapa contoh perilaku mengendalikan diri dari nafsu:

 Ketika ada seseorang yang mengejek, seseorang yang bisa mengendalikan


diri akan bersabar dan tidak membalas ejekan atau cemooh dari orang
tersebut.
 Ketika ada orang yang berbuat salah, seseorang yang bisa mengendalikan
diri akan cenderung memaafkan kesalah yang orang perbuat padanya.
 Ketika ditimpa oleh musibah, seseorang yang bisa mengendalikan diri dari
nafsunya akan menghadapi cobaan tersebut dengan ikhlas dan selalu
memperbaiki dirinya menjadi lebih baik.
 Seseorang yang bisa mengendalikan nafsu tidak akan membalas
kedengkiaan seseorang terhadap dirinya sehingga dirinya dijauhkan dari
sifat iri dan dengki.
 Selalu mensyukuri nikmat yang Allah SWT berikan kepadanya dan tidak
mengingkari nikmat tersebut.
 Orang yang bisa mengendalikan diri dari nafsu akan menjaga
lingkungannya, menjaga kesehatan tubuhnya dengan mengkonsumsi
makanan dan minuman yang halal serta rajin berolahraga.
Secara bahasa, mujahadah (ُُ‫ ) ُم َجا َه َدة‬artinya adalah "bersungguh-sungguh" dan
"berjuang" (jihad).
Mujahadah berasal dari kata jahada yang berarti bersungguh-sungguh atau
berjuang.
Mujahadah bisa diartikan perjuangan batiniah menuju kedekatan diri kepada
Allah SWT. Ada juga yang mengartikan dengan perjuangan melawan diri sendiri,
yakni melawan hawa nafsu yang menghambat seseorang untuk sampai kepada
martabat utama, yakni “puncak ketaqwaan”.
Nabi SAW. bersabda:
ُ َ ُْ َ َ َ َ َ ُ َ َ َ َ
ُ‫اهد‬
ِ ‫د منُ والمج‬
ُ ‫ف نفس ُه جاه‬
ُ ِ ِ ‫للا طاع ُِة‬
ُِ

“Seorang mujahid adalah orang yang berjuang melawan hawa nafsunya dalam
melakukan ketaatan kepada Allah.” (HR Ahmad, Thabarani, dan al-Qudha’i).

Mujahadah juga adalah perang melawan musuh-musuh Allah yang lebih dikenal
dengan sebutan jihad. Makna mujahadah lainnya adalah beribadah kepada Allah
dengan sepenuh hati, serius, sabar, dan ikhlas.

Mujahadah secara khusus dibahas dalam kitab Riyadhu Shalihin karya Imam
Nawawi. Dalam terjemahannya, mujahadah ada di bab 11 dengan judul
"Bersungguh-sungguh". Berikut ini kutipannya.

Ayat-Ayat Al-Qur'an tentang Mujahadah


Allah Ta'ala berfirman:

َ َّ ُ َ َ َ ُ َّ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ َ ْ
ُ‫ن ُس ُبلنا لنه ِدينهمُ ِفينا جاهدوا َوال ِذين‬
ُ ‫للا َو ِإ‬
ُ ‫ع‬ ُ ‫ال ُمح ِس ِن‬
ُ ‫ي لم‬

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridoan) Kami, benar-benar


akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah
benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”. (QS Al-Ankabut:69).
Allah Ta'ala berfirman lagi:
ُ َ َ َّ َ ّٰ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ
ُ‫ك واعبد‬ُ ‫ت رب‬ ُ ‫كح‬ ُ ‫ي يأ ِتي‬
ُ ‫ال ُي ِق‬

"Dan sembahlah Tuhanmu sampai yakin (ajal) datang kepadamu" (al-Hijr:99)

Lagi Allah Ta'ala berfirman:

ُ ۡ َ ۡ َ ِّ َ ۡ َّ َ َ َ ۡ َ ۡ ۡ َ
ُ‫م َواذكر‬
ُ ‫ك اس‬
ُ ‫ل رب‬
ُ ‫تب ِتيلُ ِالي ُِه وتبت‬

"Dan sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan sepenuh


hati." (al-Muzzammil: 8)

Allah Ta'ala juga berfirman:

َ َ َ َ َ َ ُ َ
ُ ‫ي َرُه خيا ذ َّرةُ ِمثق‬
ُ‫ال يع َملُ ف َمن‬

"Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan


melihat (balasan)nya" (az-Zalzalah: 7)

Juga Allah Ta'ala berfirman:

ِّ َ ُ ُ ُ َ ِّ َ ُ ُ َ َ ٰ ُ َ َ َ َ َّ َ
‫لنف ِسكمُ تقد ُموا َو َما‬
ُ ِ ُ‫ي من‬
ُ‫د ت ِجدو ُه خ ر‬ ُِ ‫م خيا ه َُو‬
ُ ‫ُۙاّلل ِعن‬ ُ ‫اجراُ واعظ‬

"Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh
(balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar
pahalanya.." (al-Muzzammil: 20)
Lagi firman Allah Ta'ala:
ُ َ َ َّ َ َ ٰ َ
‫ي ِمنُ تف َعلوا َو َما‬
ُ‫ن خ ر‬
ُ ‫اّلل ف ِا‬
ُ ُ‫ع ِليمُ ِبه‬
"Dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui." (al-Baqarah: 215).

Hadits-Hadits tentang Mujahadah


Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah
Ta'ala berfirman - dalam Hadis Qudsi : "Barangsiapa memusuhi kekasihKu, maka
Aku memberitahu-kan padanya bahwa ia akan Kuperangi - Kumusuhi. Dan
tidaklah seseorang hambaKu itu mendekat padaKu dengan sesuatu yang amat
Kucintai lebih daripada apabila ia melakukan apa-apa yang telah Kuwajibkan
padanya. Dan tidaklah seseorang hambaKu itu mendekatkan padaKu dan
melakukan hal-hal yang sunnah sehingga akhirnya Aku mencintainya. Maka
apabila Aku telah mencintainya, Akulah yang sebagai telinganya yang ia gunakan
untuk mendengar, Akulah matanya yang ia gunakan untuk melihat, Akulah
tangannya yang ia gunakan untuk mengambil dan Akulah kakinya yang ia gunakan
untuk berjalan. Andaikata ia meminta sesuatu padaKu, pastilah Kuberi dan
andaikata memohonkan perlindungan padaKu, pastilah Kulindungi." (Riwayat
Bukhari).

Dari Anas r.a. dari Nabi s.a.w. dalam sesuatu yang diriwayatkan dari Tuhannya
'Azzawajalla, firmanNya - ini juga Hadis Qudsi: "Jikalau seseorang hamba itu
mendekat padaKu sejengkal, maka Aku mendekat padanya sehasta dan jikalau ia
mendekal padaKu sehasta, maka Aku mendekat padanya sedepa. Jikalau hamba
itu mendatangi Aku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan bergegas-
gegas." (Riwayat Bukhari)

Keterangan: Hadis yang tercantum di atas itu adalah sebagai perumpamaan


belaka, baik bagi Allah atau bagi hambaNya.
Jadi maksudnya ialah barangsiapa yang mengerjakan ketaatan kepada Allah
sekalipun sedikit, maka Allah akan menerima serta memperlipat-gandakan
pahalanya, juga pelakunya itu diberi kemuliaan olehNya selama di dunia sampai di
akhirat.
Makin besar dan banyak ketaalannya, makin pula besar dan bertambah-tambah
pahalanya. Manakala cara melakukan ketaatan itu dengan perlahan-lahan, Allah
bukannya memperlahan atau memperlambatkan pahalanya, tetapi bahkan
dengan segera dinilai pahalanya itu dengan penilaian yang luarbiasa tingginya.

Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ada
dua macam kenikmatan yang keduanya itu disia-siakan oleh sebagian besar
manusia yaitu kesehatan dan waktu luang." (Riwayat Bukhari)

Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Rasulullah s.a.w. berdiri untuk


beribadah dari sebagian waktu malam sehingga pecah-pecahlah kedua tapak
kakinya. Saya (Aisyah) lalu berkata padanya: "Mengapa Tuan berbuat demikian,
ya Rasulullah, sedangkan Allah telah mengampuni untuk Tuan dosa-dosa Tuan
yang telah lalu dan yang kemudian?" Rasulullah s.a.w. bersabda: "Adakah aku
tidak senang untuk menjadi seorang hamba yang banyak bersyukur?" (Muttafaq
'alaih).

Dari Aisyah radhiallahu 'anha juga bahwasanya ia berkata: "Rasulullah itu apabila
masuk hari sepuluh, maka ia menghidup-hidupkan malamnya dan
membangunkan isterinya dan bersungguh-sungguh serta mengeraskan ikat
pinggangnya."

Yang dimaksudkan hari sepuluh artinya sepuluh hari yang terakhir dari bulan
Ramadhan - jadi antara tanggal 21 Ramadhan sampai habisnya bulan itu.
Mi'zar atau izar dikeraskan ikatannya maksudnya sebagai sindiran menyendiri dari
kaum wanita - yakni tidak berkumpul dengan isteri-isterinya, ada pula yang
memberi pengertian bahwa maksudnya itu ialah amat giat untuk beribadah.
Dari Abu Hurairah r.a. katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Orang mu'min yang
kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mu'min yang
lemah. Namun keduanya itupun sama memperoleh kebaikan. Berlombalah untuk
memperoleh apa saja yang memberikan kemanfaatan padamu dan mohonlah
pertolongan kepada Allah dan janganlah merasa lemah. Jikalau engkau terkena
oleh sesuatu mushibah, maka janganlah engkau berkata: "Andaikata saya
mengerjakan begini, tentu akan menjadi begini dan begitu." Tetapi berkatalah:
"Ini adalah takdir Allah dan apa saja yang dikehendaki olehNya tentu Dia
melaksanakannya," sebab sesungguhnya ucapan "andaikata" itu membuka pintu
godaan syaitan." (Riwayat Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya RasuluHah s.a.w. bersabda: "Ditutupilah
neraka dengan berbagai kesyahwatan - keinginan -dan ditutupilah syurga itu
dengan berbagai hal yang tidak disenangi." (Muttafaq 'alaih)

Dari Anas r.a. dari Rasulullah s.a.w., sabdanya: "Mengikuti kepada seseorang
mayit itu tiga hal, yaitu keluarganya, hartanya serta amalnya. Kemudian
kembalilah yang dua macam dan tertinggallah yang satu. Kembalilah keluarga
serta hartanya dan tertinggallah amalnya." (Muttafaq 'alaih).
Secara bahasa, mujahadah (ُُ‫ ) ُم َجا َه َدة‬artinya adalah "bersungguh-sungguh" dan
"berjuang" (jihad).
Mujahadah berasal dari kata jahada yang berarti bersungguh-sungguh atau
berjuang.

Mujahadah bisa diartikan perjuangan batiniah menuju kedekatan diri kepada


Allah SWT. Ada juga yang mengartikan dengan perjuangan melawan diri sendiri,
yakni melawan hawa nafsu yang menghambat seseorang untuk sampai kepada
martabat utama, yakni “puncak ketaqwaan”.
Nabi SAW. bersabda:

ُ َ ُْ َ َ َ َ َ ُ َ َ َ َ
ُ‫اهد‬
ِ ‫د منُ والمج‬
ُ ‫ف نفس ُه جاه‬
ُ ِ ِ ‫للا طاع ُِة‬
ُِ
“Seorang mujahid adalah orang yang berjuang melawan hawa nafsunya dalam
melakukan ketaatan kepada Allah.” (HR Ahmad, Thabarani, dan al-Qudha’i).

Mujahadah juga adalah perang melawan musuh-musuh Allah yang lebih dikenal
dengan sebutan jihad. Makna mujahadah lainnya adalah beribadah kepada Allah
dengan sepenuh hati, serius, sabar, dan ikhlas.

Mujahadah secara khusus dibahas dalam kitab Riyadhu Shalihin karya Imam
Nawawi. Dalam terjemahannya, mujahadah ada di bab 11 dengan judul
"Bersungguh-sungguh". Berikut ini kutipannya.

Ayat-Ayat Al-Qur'an tentang Mujahadah


Allah Ta'ala berfirman:

َ َّ َ ُ َ َ َ ُ َّ َ َ َ َ َ ُ ُ َّ َ َ َ َ َ َ ُ ْ
ُ ‫ن سبلنا لنه ِدينهمُ ِفينا جاهدوا وال ِذ‬
‫ين‬ ُ ‫للا و ِإ‬
ُ ‫ع‬ ُ ‫ي لم‬
ُ ‫المح ِس ِن‬

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridoan) Kami, benar-benar


akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah
benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”. (QS Al-Ankabut:69).

Allah Ta'ala berfirman lagi:


ُ َ َ َّ َ ّٰ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ
ُ‫ك واعبد‬ُ ‫ت رب‬ ُ ‫كح‬ ُ ‫ي يأ ِتي‬
ُ ‫الي ِق‬

"Dan sembahlah Tuhanmu sampai yakin (ajal) datang kepadamu" (al-Hijr:99)

Lagi Allah Ta'ala berfirman:


ُ ۡ َ ۡ َ ِّ َ ۡ َّ َ َ َ ۡ َ ۡ ۡ َ
ُ‫م َواذكر‬
ُ ‫ك اس‬
ُ ‫ل رب‬
ُ ‫تب ِتيلُ ِالي ُِه وتبت‬

"Dan sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan sepenuh


hati." (al-Muzzammil: 8)

Allah Ta'ala juga berfirman:

َ َ َ َ َ َ ُ َ
ُ ‫ي َرُه خيا ذ َّرةُ ِمثق‬
ُ‫ال يع َملُ ُف َمن‬

"Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan


melihat (balasan)nya" (az-Zalzalah: 7)

Juga Allah Ta'ala berfirman:

ِّ َ ُ ُ ُ َ َ ُ ُ َ َ ٰ ُ َ َ َ َ َّ َ
‫ي ِّمنُ ِلنف ِسكمُ تقد ُموا َو َما‬
ُ‫د ت ِجدو ُه خ ر‬ ُِ ‫م خيا ه َُو‬
ُ ‫ُۙاّلل ِعن‬ ُ ‫اجراُ واعظ‬

"Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh
(balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar
pahalanya.." (al-Muzzammil: 20)

Lagi firman Allah Ta'ala:


ُ َ َ َّ َ َ ٰ َ
‫ي ِمنُ تف َعلوا َو َما‬
ُ‫ن خ ر‬
ُ ‫اّلل ف ِا‬
ُ ُ‫ع ِليمُ ِبه‬

"Dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui." (al-Baqarah: 215).
Hadits-Hadits tentang Mujahadah
Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah
Ta'ala berfirman - dalam Hadis Qudsi : "Barangsiapa memusuhi kekasihKu, maka
Aku memberitahu-kan padanya bahwa ia akan Kuperangi - Kumusuhi. Dan
tidaklah seseorang hambaKu itu mendekat padaKu dengan sesuatu yang amat
Kucintai lebih daripada apabila ia melakukan apa-apa yang telah Kuwajibkan
padanya. Dan tidaklah seseorang hambaKu itu mendekatkan padaKu dan
melakukan hal-hal yang sunnah sehingga akhirnya Aku mencintainya. Maka
apabila Aku telah mencintainya, Akulah yang sebagai telinganya yang ia gunakan
untuk mendengar, Akulah matanya yang ia gunakan untuk melihat, Akulah
tangannya yang ia gunakan untuk mengambil dan Akulah kakinya yang ia gunakan
untuk berjalan. Andaikata ia meminta sesuatu padaKu, pastilah Kuberi dan
andaikata memohonkan perlindungan padaKu, pastilah Kulindungi." (Riwayat
Bukhari).

Dari Anas r.a. dari Nabi s.a.w. dalam sesuatu yang diriwayatkan dari Tuhannya
'Azzawajalla, firmanNya - ini juga Hadis Qudsi: "Jikalau seseorang hamba itu
mendekat padaKu sejengkal, maka Aku mendekat padanya sehasta dan jikalau ia
mendekal padaKu sehasta, maka Aku mendekat padanya sedepa. Jikalau hamba
itu mendatangi Aku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan bergegas-
gegas." (Riwayat Bukhari)

Keterangan: Hadis yang tercantum di atas itu adalah sebagai perumpamaan


belaka, baik bagi Allah atau bagi hambaNya.

Jadi maksudnya ialah barangsiapa yang mengerjakan ketaatan kepada Allah


sekalipun sedikit, maka Allah akan menerima serta memperlipat-gandakan
pahalanya, juga pelakunya itu diberi kemuliaan olehNya selama di dunia sampai di
akhirat.
Makin besar dan banyak ketaalannya, makin pula besar dan bertambah-tambah
pahalanya. Manakala cara melakukan ketaatan itu dengan perlahan-lahan, Allah
bukannya memperlahan atau memperlambatkan pahalanya, tetapi bahkan
dengan segera dinilai pahalanya itu dengan penilaian yang luarbiasa tingginya.

Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ada
dua macam kenikmatan yang keduanya itu disia-siakan oleh sebagian besar
manusia yaitu kesehatan dan waktu luang." (Riwayat Bukhari)

Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Rasulullah s.a.w. berdiri untuk


beribadah dari sebagian waktu malam sehingga pecah-pecahlah kedua tapak
kakinya. Saya (Aisyah) lalu berkata padanya: "Mengapa Tuan berbuat demikian,
ya Rasulullah, sedangkan Allah telah mengampuni untuk Tuan dosa-dosa Tuan
yang telah lalu dan yang kemudian?" Rasulullah s.a.w. bersabda: "Adakah aku
tidak senang untuk menjadi seorang hamba yang banyak bersyukur?" (Muttafaq
'alaih).

Dari Aisyah radhiallahu 'anha juga bahwasanya ia berkata: "Rasulullah itu apabila
masuk hari sepuluh, maka ia menghidup-hidupkan malamnya dan
membangunkan isterinya dan bersungguh-sungguh serta mengeraskan ikat
pinggangnya."

Yang dimaksudkan hari sepuluh artinya sepuluh hari yang terakhir dari bulan
Ramadhan - jadi antara tanggal 21 Ramadhan sampai habisnya bulan itu.
Mi'zar atau izar dikeraskan ikatannya maksudnya sebagai sindiran menyendiri dari
kaum wanita - yakni tidak berkumpul dengan isteri-isterinya, ada pula yang
memberi pengertian bahwa maksudnya itu ialah amat giat untuk beribadah.
Dari Abu Hurairah r.a. katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Orang mu'min yang
kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mu'min yang
lemah. Namun keduanya itupun sama memperoleh kebaikan. Berlombalah untuk
memperoleh apa saja yang memberikan kemanfaatan padamu dan mohonlah
pertolongan kepada Allah dan janganlah merasa lemah. Jikalau engkau terkena
oleh sesuatu mushibah, maka janganlah engkau berkata: "Andaikata saya
mengerjakan begini, tentu akan menjadi begini dan begitu." Tetapi berkatalah:
"Ini adalah takdir Allah dan apa saja yang dikehendaki olehNya tentu Dia
melaksanakannya," sebab sesungguhnya ucapan "andaikata" itu membuka pintu
godaan syaitan." (Riwayat Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya RasuluHah s.a.w. bersabda: "Ditutupilah
neraka dengan berbagai kesyahwatan - keinginan -dan ditutupilah syurga itu
dengan berbagai hal yang tidak disenangi." (Muttafaq 'alaih)

Dari Anas r.a. dari Rasulullah s.a.w., sabdanya: "Mengikuti kepada seseorang
mayit itu tiga hal, yaitu keluarganya, hartanya serta amalnya. Kemudian
kembalilah yang dua macam dan tertinggallah yang satu. Kembalilah keluarga
serta hartanya dan tertinggallah amalnya." (Muttafaq 'alaih).

 Pengertian Dakwah Digital

Dari Ibnu Mas'ud r.a. katanya: "Nabi s.a.w. bersabda: "Syurga itu lebih dekat pada
seseorang di antara engkau sekalian daripada ikat terumpahnya, neraka pun
demikian pula." (Riwayat Bukhari)

Dari Abu Abdillah, juga dikatakan dengan nama Abu Abdir Rahman yaitu Tsauban,
hamba sahaya Rasulullah s.a.w. r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Hendaklah engkau memperbanyak bersujud, sebab sesungguhnya
engkau tidaklah bersujud kepada Allah sekali sujudan, melainkan dengannya itu
Allah mengangkatmu sederajat dan dengannya pula Allah menghapuskan satu
kesalahan dari dirimu." (Riwayat Muslim)
Dari Abu Shafwan yaitu Abdullah bin Busr al-Aslami r.a., katanya: "Rasulullah
s.a.w. bersabda: "Sebaik-baik manusia ialah orang yang panjang usianya dan baik
kelakuannya." Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini
adalah Hadis hasan.
Dari Said bin Abdul Aziz dari Rabi'ah bin Yazid dari Abu Idris alKhawlani dari
Abu Zar, yaitu Jundub bin Junadah r.a. dari Nabi s.a.w., dalam sesuatu yang
diriwayatkan dari Allah Tabaraka wa Ta'ala, bahwasanya Allah berfirman - ini
adalah Hadis Qudsi: "Hai hamba-hambaKu, sesungguhnya Aku mengharamkan
pada diriku sendiri akan menganiaya dan menganiaya itu Kujadikan haram di
antara engkau sekalian. Maka dari itu, janganlah engkau sekalian saling
menganiaya.

Wahai hamba-hambaKu, engkau semua itu tersesat, kecuali orang yang Kuberi
petunjuk. Maka itu mohonlah petunjuk padaKu, engkau semua tentu Kuberi
petunjuk itu.

Wahai hamba-hambaKu, engkau semua itu lapar, kecuali orang yang Kuberi
makan. Maka mohonlah makan padaKu, engkau semua tentu Kuberi makanan itu.

Wahai hamba-hambaKu, engkau semua itu telanjang, kecuali orang yang Kuberi
pakaian. Maka mohonlah pakaian padaKu, engkau semua tentu Kuberi pakaian itu.

Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya engkau semua itu berbuat kesalahan pada


malam dan siang hari dan Aku inilah yang mengampunkan segala dosa. Maka
mohon ampunlah padaKu, pasti engkau semua Kuampuni.

Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya engkau semua itu tidak dapat


membahayakan Aku. Maka andaikata dapat, tentu engkau semua akan
membahayakan Aku. Lagi pula engkau semua itu tidak dapat memberikan
kemanfaatan padaKu. Maka andaikata dapat, tentu engkau semua akan
memberikan kemanfaatan itu padaKu.

Wahai hamba-hambaKu, andaikata orang yang paling mula-mula - awal - hingga


yang paling akhir, juga semua golongan manusia dan semua golongan jin, sama
bersatu padu seperti hati seseorang yang paling taqwa dari antara engkau semua,
hal itu tidak akan menambah keagungan sedikitpun pada kerajaanKu.

Wahai hamba-hambaKu, andaikata orang yang paling mula-mula - awal - hingga


yang paling akhir, juga semua golongan manusia dan semua golongan jin, sama
bersatu padu seperti hati seseorang yang paling curang dari antara engkau semua,
hal itu tidak akan dapat mengurangi keagungan sedikitpun pada kerajaanKu.

Wahai hamba-hambaKu, andaikata orang yang paling mula-mula - awal - hingga


yang paling akhir, juga semua golongan manusia dan semua golongan jin, sama
berdiri di suatu tempat yang tinggi di atas bumi, lalu tiap seseorang
memintasesuatu padaKu dan tiap-tiap satu Kuberi menurut permintaannya masing-
masing, hal itu tidak akan mengurangi apa yang menjadi milikKu, melainkan
hanya seperti jarum bila dimasukkan ke dalam laut - jadi berkurangnya hanyalah
seperti air yang melekat pada jarum tadi.

Wahai hamba-hambaKu, hanyasanya semua itu adalah amalan-amalanmu sendiri.

Aku menghitungnya bagimu lalu Aku memberikan balasannya. Maka barangsiapa


mendapatkan kebaikan, hendaklah ia memuji kepada Allah dan barangsiapa yang
mendapatkan selain itu, hendaklah jangan menyesali kecuali pada dirinya sendiri."

Said berkata: "Abu Idris itu apabila menceriterakan Hadis ini, ia duduk di atas
kedua lututnya." (Riwayat Muslim).

Anda mungkin juga menyukai