MUJAHADAH
DISUSUN OLEH :
PUTRA ARDIANSYAH
21902042
Mujahadah adalah sinonim dari kata jihad. Mujahadah berasal dari bahasa arab
yaitu dari kata jahada yang artinya berperang melawan musuh. Dalam kitab Al-
Mausu’atul Fiqhiyyah disebutkan:
Musuh yang dimaksud di sini adalah orang-orang kafir dan orang-orang munafik.
Ketika telah diumumkan perang, maka seorang muslim wajib untuk melawan
mereka.
Setan juga merupakan musuh yang nyata bagi seorang manusia. Tidak hanya bagi
orang-orang yang ada di zaman kita sekarang, bahkan sejak Nabi Adam alaihis
salam kedudukannya sudah seperti itu. Oleh karenanya, kita wajib berhati-hati dan
melawan segala bujuk dan rayuan dari setan.
3. Nafsu atau diri sendiri (Mujahadah Annafs)
Selain dari godaan setan, manusia berbuat maksiat adalah karena keinginan nafsu
yang ada pada dirinya sendiri. Dalam istilah alquran, nafsu ini disebut dengan
ammarah bissu’.
Manfaat Mujahadah
Setelah mengetahui arti mujahadah, kita juga perlu mengetahui manfaat darinya.
Ada banyak sekali manfaat yang bisa kita dapat dari perbuatan mujahadah. Berikut
ini kami sebutkan beserta dalil darinya:
سو ُل َوالهذِينَ آ َمنُوا َمعَهُ َجا َهد ُوا بِأ َ ْم َوا ِل ِه ْم َوأَ ْنفُ ِس ِه ْم َوأُولَئِ َك لَ ُه ُم ْال َخي َْراتُ َوأُولَ ِئ َك ُه ُم لَ ِك ِن ه
ُ الر
َْال ُم ْف ِل ُحون
“Akan tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, mereka berjihad
dengan harta-harta dan jiwa-jiwa mereka. Mereka adalah orang-orang yang bagi
mereka kebaikan-kebaikan. Dan mereka adalah orang-orang yang beruntung.” [Qs.
At-Taubah (9) ayat 88]
3. Pembuka Ampunan Allah
َ ث ُ هم ِإ هن َرب َهك ِللهذِينَ هَا َج ُروا ِم ْن بَ ْع ِد َما فُ ِتنُوا ث ُ هم َجا َهدُوا َو
ٌ ُصبَ ُروا ِإ هن َرب َهك ِم ْن بَ ْع ِد َها لَغَف
ور َر ِحي ٌم
“Kemudian sesungguhnya Pemeliharamu kepada orang-orang yang berhijrah
setelah mereka terfitnah, kemudian mereka berjihad dan bersabar, sesungguhnya
Pemeliharamu setelah itu sungguh Mahamengampuni dan Mahamenyayangi.” [Qs.
An Nahl (16) ayat 110]
ََّللاَ لَ َم َع ْال ُم ْح ِسنِين ُ َوالهذِينَ َجا َهدُوا فِينَا َلنَ ْه ِديَنه ُه ْم
سبُلَنَا َوإِ هن ه
“Dan sesungguhnya orang-orang yang berjihad karena Kami, sungguh kami akan
tunjukkan kepada mereka akan jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Allah bersama
orang-orang yang berbuat baik.” [Al-Ankabut (29) ayat 69]
Mujahadah An Nafs
Sebagian dari kita mungkin masih merasa bingung mengenai apa itu mujahadah
nafs dan bagaimana cara menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Nikmat dari Allah yang telah diberikan kepada kita sangatlah banyak. Bahkan,
kalau kita mencoba untuk menghitungnya, maka kita tidak akan selesai bahkan
hingga ajal datang kepada kita. Allah taala berkalam:
“Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, maka kalian tidak akan mampu untuk
menghitung jumlahnya (keseluruhan).”
Mengenai nikmat yang telah Allah turunkan, Dia tidak menuntut dari kita kecuali
agar kita bersyukur atasnya. Bahkan, Allah juga berjanji bahwa Dia akan
memberikan tambahan nikmat kepada orang yang mau bersyukur kepada-Nya.
Hanya saja, sifat asal manusia adalah sulit untuk mensyukuri nikmat. Kebanyakan
orang justru lupa diri ketika nikmat datang kepadanya.
Inilah yang disebut dengan mujahadah. Ketika kita telah mengetahui bahwa sifat
asal kita sulit bersyukur dan kita berusaha untuk melawannya, maka ia termasuk
dari perkara yang terpuji.
Dalam hidup ini, kita pasti sering menghadapi berbagai macam ujian. Mulai dari
yang kecil seperti tersandung, hingga musibah yang besar seperti kehilangan orang
yang kita cinta padanya.
Dalam hal ini juga, sifat asal manusia adalah suka mengeluh ketika kesulitan
datang kepadanya. Manusia adalah makhluk yang suka lupa diri ketika mendapat
nikmat dan mengeluarkan keluhan ketika kesusahan mengenainya.
Meskipun demikian, sifat ini bukanlah sifat yang terpuji. Sifat ini ada pada diri kita
hanya sebagai ujian untuk membedakan hamba yang beriman dan kufur terhadap
pemeliharanya.
Ketika kita mampu melawan sifat-sifat tercela ini, maka kita telah menjadi
termasuk dari golongan hamba-hamba yang dipuji oleh Allah taala. Dia berkalam:
Menurut Ibnu Mandhur, Al-Mujahadah memiliki arti yaitu menahan dari syahwat,
menjauhkan hati dari angan-angan. An-Nafs merupakan Bahasa Arab yang
memiliki makna hakikat, jiwa atau ruh. Dapat disimpulkan bahwa arti dari
Mujahadah An-Nafs adalah memerangi jiwa atau ruh yang menyeru kepada
kejelekan. Pada buku Mujahadah, memiliki makna sebuah upaya untuk menggapai
Ridah Allah Swt. yang merupakan amalan yang akan membuka pintu hidayah.
Umat islam yang taat hendaknya berjuang di jalan Allah SWT dengan bersedia
menanggung semua risiko dan siap mengorbankan semua harta dan jiwanya. Di
dalam ayat ini juga dijelaskan bahwa umat islam harus bertindak sesiao dengan
ketetapan yang telah Allah SWT tetapkan, karena Allah SWT maha melihat dan
maha mengetahui.
Mujahadah Nafsu juga dijelaskan dalam hadits nabi yang diriwaytkan oleh Abu
Hurairah, Rasulullah SAW bersabda,
“Orang yang perkasa bukanlah orang yang menang dalam perkelahian, orang yang
perkasa adalah orang yang menendalikan dirinya ketika marah.”
Dalam dinamika kehidupan manusia, seseorang tidak hanya dikarunia sifat mulia,
melaikan juga hawa nafsu yang bertentangn dari sifat mulia yang bisa dimiliki oleh
seseorang. Manusia memiliki tiga jenis nafsu seperti berikut ini:
a. Nafsul Ammarah
Nafsul ammarah tertera di dalam Al-Quran surat Yusuf ayat 53, yang menceritakan
kisah nabi Yusuf, ayatnya berbunyi :
Nafsu ammarah adalah nafsu yang dari hati dan akal dikendalikan oleh keinginan,
syahwat dan khayalan. Maka dari itu nafsu yang seperti ini hanya cenderung pada
syahwat semata. Orang akan lebih cenderung kepada hal-hal materi, hal-hal yang
hanya bisa dinikmati dengan inderawi. Nafsu jenis ini menjadi tempat cikal bakal
dari kejahatan dan akhlak tercela. Maka dari itu, kita harus bisa mengendalikan diri
sehingga nafsu ini tidak mengendalikan kita.
b. Nafsul Lawwamah
“Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali dirinya sendiri.”
Nafsu lawwamah adalah nafsu yang dari hati dan akal yang saling berkaitan
dengan khayalan, syahwat dan keinginannya. Jenis nafsu ini memiliki
kecenderungan terhadap ar-rayu’ atau rasio. orang-orang yang munafik didominasi
oleh ra’yu yang membuat diri mereka berada dalam keraguan antara memilih baik
atau buruk, memilih taat atau bermaksiat dan memilih untuk beriman atau kafir.
Hal ini digambarkan pada Al-Quran surat An-Nisa ayat 143 yang berbunyi :
سبِي ًْال
َ َّٗللاُ فَلَ ْن تَ ِجدَ لَه ْۤ َ ال ا ِٰلى ٰ ٓهؤ
ْ ُُّال ِء ْۗ َو َم ْن ي
ض ِل ِل ه ْۤ َ ال ا ِٰلى ٰ ٓهؤ
ٓ َ ُال ِء َو ٓ َ ُّمذَ ْبذَبِيْنَ َبيْنَ ٰذ ِل َۖ َك
“Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian, iman atau kafir: tidak
masuk kepada golongan orang-orang beriman dan tidak pula kepada
golonganorang-orang kafir, maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan
(untuk memberi petunjuk) baginya.”
c. Nafsul Muthmainnah
Nafsul muthmainnah adalah nafsu yang dari hati dan akalnya mampu
mengendalikan syahwat, kecenderungan dan khayalan. Orang yang memiliki jiwa
seperti ini akan cenderung mengingat Allah SWT kapanpun dan dimanapun.
Sebagaimana tertera dalam Al-Quran surat Ar-Ra’d ayat 28 yang berbunyi:
“yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.”
Nafsu jenis ini bisa mengeluarkan sifat-sifat jelek yang ada di dalam hati seorang
manusia. Manusia yang senantiasa cinta kepada Allah dan memiliki jiwa yang
tenang akan dimasukan ke dalam surga Allah. Hal ini berdasarkan Al-Quran surat
Al-Fajr ayat 29-30 yang berbunyi:
ْ ْۙ فَا ْد ُخ ِل ْي فِ ْي ِع ٰبد
ِࣖي َوا ْد ُخ ِل ْي َجنهتِ ْي
“Wahai jiwa yang tenang! Kembali lah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha
dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan
masuklah ke dalam surga-Ku.”
Lawanlah nafsu dengan melatih jiwa diri sendiri. Menahan jiwa bisa dilakukan
dengan menahan makan, sedikit tidur, tidak banyak cara dan bersabar jika
diganggu oleh orang lain. Dari menahan makan bisa mengurangi syahwat, dengan
sedikit tidur tentunya bisa memurnikan tekad di dalam diri. Tidak banyak bicara
bisa menyelamatkan kita dari berselisih dengan orang lain.
Menahan nafsu dalam ta’limul huda wa dinil haq, atau menahan dalam
mengenal petunjuk dan agama yang benar.
Menahan nafsu dalam mengamalkan agama yang benar setelah memiliki
ilmunya.
Menahan nafsu dalam dakwah kepada kebenaran.
Menahan nafsu dalam bersabar dalam menghadapi kesulitan dan kejahatan
manusia.
Menahan hawa nafsu dalam diri, memiliki beberapa manfaat atau kemuliaan yaitu:
Kita sebagai manusia harus sadar bahwa mengendalikan diri tidak semudah yang
dibayangkan orang selama ini. Walau begitu, buku Mengendalikan Hawa Nafsu
yang ada dibawah ini mencoba untuk memberikan cara yang dapat Grameds
lakukan untuk tidak menjadi budak nafsu dalam hidupnya sendiri.
Mampu mengontrol sikap dan perilaku, hal ini ditandai dengan kemampuan
dalam menghadapi situasi yang tidak diinginkan.
Mampu menunda untuk memuaskan diri sendiri
Mampu mengantisipasi perilaku yang tidak diinginkan
Mampu menafsirkan suatu keadaan dengan cara memperhatikan atau
melihat selalu ke sisi yang positif
Mampu mengontrol dalam mengambil keputusan.
“Seorang mujahid adalah orang yang berjuang melawan hawa nafsunya dalam
melakukan ketaatan kepada Allah.” (HR Ahmad, Thabarani, dan al-Qudha’i).
Mujahadah juga adalah perang melawan musuh-musuh Allah yang lebih dikenal
dengan sebutan jihad. Makna mujahadah lainnya adalah beribadah kepada Allah
dengan sepenuh hati, serius, sabar, dan ikhlas.
Mujahadah secara khusus dibahas dalam kitab Riyadhu Shalihin karya Imam
Nawawi. Dalam terjemahannya, mujahadah ada di bab 11 dengan judul
"Bersungguh-sungguh". Berikut ini kutipannya.
َ َّ ُ َ َ َ ُ َّ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ َ ْ
ُن ُس ُبلنا لنه ِدينهمُ ِفينا جاهدوا َوال ِذين
ُ للا َو ِإ
ُ ع ُ ال ُمح ِس ِن
ُ ي لم
ُ ۡ َ ۡ َ ِّ َ ۡ َّ َ َ َ ۡ َ ۡ ۡ َ
ُم َواذكر
ُ ك اس
ُ ل رب
ُ تب ِتيلُ ِالي ُِه وتبت
َ َ َ َ َ َ ُ َ
ُ ي َرُه خيا ذ َّرةُ ِمثق
ُال يع َملُ ف َمن
ِّ َ ُ ُ ُ َ ِّ َ ُ ُ َ َ ٰ ُ َ َ َ َ َّ َ
لنف ِسكمُ تقد ُموا َو َما
ُ ِ ُي من
ُد ت ِجدو ُه خ ر ُِ م خيا ه َُو
ُ ُۙاّلل ِعن ُ اجراُ واعظ
"Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh
(balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar
pahalanya.." (al-Muzzammil: 20)
Lagi firman Allah Ta'ala:
ُ َ َ َّ َ َ ٰ َ
ي ِمنُ تف َعلوا َو َما
ُن خ ر
ُ اّلل ف ِا
ُ ُع ِليمُ ِبه
"Dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui." (al-Baqarah: 215).
Dari Anas r.a. dari Nabi s.a.w. dalam sesuatu yang diriwayatkan dari Tuhannya
'Azzawajalla, firmanNya - ini juga Hadis Qudsi: "Jikalau seseorang hamba itu
mendekat padaKu sejengkal, maka Aku mendekat padanya sehasta dan jikalau ia
mendekal padaKu sehasta, maka Aku mendekat padanya sedepa. Jikalau hamba
itu mendatangi Aku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan bergegas-
gegas." (Riwayat Bukhari)
Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ada
dua macam kenikmatan yang keduanya itu disia-siakan oleh sebagian besar
manusia yaitu kesehatan dan waktu luang." (Riwayat Bukhari)
Dari Aisyah radhiallahu 'anha juga bahwasanya ia berkata: "Rasulullah itu apabila
masuk hari sepuluh, maka ia menghidup-hidupkan malamnya dan
membangunkan isterinya dan bersungguh-sungguh serta mengeraskan ikat
pinggangnya."
Yang dimaksudkan hari sepuluh artinya sepuluh hari yang terakhir dari bulan
Ramadhan - jadi antara tanggal 21 Ramadhan sampai habisnya bulan itu.
Mi'zar atau izar dikeraskan ikatannya maksudnya sebagai sindiran menyendiri dari
kaum wanita - yakni tidak berkumpul dengan isteri-isterinya, ada pula yang
memberi pengertian bahwa maksudnya itu ialah amat giat untuk beribadah.
Dari Abu Hurairah r.a. katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Orang mu'min yang
kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mu'min yang
lemah. Namun keduanya itupun sama memperoleh kebaikan. Berlombalah untuk
memperoleh apa saja yang memberikan kemanfaatan padamu dan mohonlah
pertolongan kepada Allah dan janganlah merasa lemah. Jikalau engkau terkena
oleh sesuatu mushibah, maka janganlah engkau berkata: "Andaikata saya
mengerjakan begini, tentu akan menjadi begini dan begitu." Tetapi berkatalah:
"Ini adalah takdir Allah dan apa saja yang dikehendaki olehNya tentu Dia
melaksanakannya," sebab sesungguhnya ucapan "andaikata" itu membuka pintu
godaan syaitan." (Riwayat Muslim)
Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya RasuluHah s.a.w. bersabda: "Ditutupilah
neraka dengan berbagai kesyahwatan - keinginan -dan ditutupilah syurga itu
dengan berbagai hal yang tidak disenangi." (Muttafaq 'alaih)
Dari Anas r.a. dari Rasulullah s.a.w., sabdanya: "Mengikuti kepada seseorang
mayit itu tiga hal, yaitu keluarganya, hartanya serta amalnya. Kemudian
kembalilah yang dua macam dan tertinggallah yang satu. Kembalilah keluarga
serta hartanya dan tertinggallah amalnya." (Muttafaq 'alaih).
Secara bahasa, mujahadah (ُُ ) ُم َجا َه َدةartinya adalah "bersungguh-sungguh" dan
"berjuang" (jihad).
Mujahadah berasal dari kata jahada yang berarti bersungguh-sungguh atau
berjuang.
ُ َ ُْ َ َ َ َ َ ُ َ َ َ َ
ُاهد
ِ د منُ والمج
ُ ف نفس ُه جاه
ُ ِ ِ للا طاع ُِة
ُِ
“Seorang mujahid adalah orang yang berjuang melawan hawa nafsunya dalam
melakukan ketaatan kepada Allah.” (HR Ahmad, Thabarani, dan al-Qudha’i).
Mujahadah juga adalah perang melawan musuh-musuh Allah yang lebih dikenal
dengan sebutan jihad. Makna mujahadah lainnya adalah beribadah kepada Allah
dengan sepenuh hati, serius, sabar, dan ikhlas.
Mujahadah secara khusus dibahas dalam kitab Riyadhu Shalihin karya Imam
Nawawi. Dalam terjemahannya, mujahadah ada di bab 11 dengan judul
"Bersungguh-sungguh". Berikut ini kutipannya.
َ َّ َ ُ َ َ َ ُ َّ َ َ َ َ َ ُ ُ َّ َ َ َ َ َ َ ُ ْ
ُ ن سبلنا لنه ِدينهمُ ِفينا جاهدوا وال ِذ
ين ُ للا و ِإ
ُ ع ُ ي لم
ُ المح ِس ِن
َ َ َ َ َ َ ُ َ
ُ ي َرُه خيا ذ َّرةُ ِمثق
ُال يع َملُ ُف َمن
ِّ َ ُ ُ ُ َ َ ُ ُ َ َ ٰ ُ َ َ َ َ َّ َ
ي ِّمنُ ِلنف ِسكمُ تقد ُموا َو َما
ُد ت ِجدو ُه خ ر ُِ م خيا ه َُو
ُ ُۙاّلل ِعن ُ اجراُ واعظ
"Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh
(balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar
pahalanya.." (al-Muzzammil: 20)
"Dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui." (al-Baqarah: 215).
Hadits-Hadits tentang Mujahadah
Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah
Ta'ala berfirman - dalam Hadis Qudsi : "Barangsiapa memusuhi kekasihKu, maka
Aku memberitahu-kan padanya bahwa ia akan Kuperangi - Kumusuhi. Dan
tidaklah seseorang hambaKu itu mendekat padaKu dengan sesuatu yang amat
Kucintai lebih daripada apabila ia melakukan apa-apa yang telah Kuwajibkan
padanya. Dan tidaklah seseorang hambaKu itu mendekatkan padaKu dan
melakukan hal-hal yang sunnah sehingga akhirnya Aku mencintainya. Maka
apabila Aku telah mencintainya, Akulah yang sebagai telinganya yang ia gunakan
untuk mendengar, Akulah matanya yang ia gunakan untuk melihat, Akulah
tangannya yang ia gunakan untuk mengambil dan Akulah kakinya yang ia gunakan
untuk berjalan. Andaikata ia meminta sesuatu padaKu, pastilah Kuberi dan
andaikata memohonkan perlindungan padaKu, pastilah Kulindungi." (Riwayat
Bukhari).
Dari Anas r.a. dari Nabi s.a.w. dalam sesuatu yang diriwayatkan dari Tuhannya
'Azzawajalla, firmanNya - ini juga Hadis Qudsi: "Jikalau seseorang hamba itu
mendekat padaKu sejengkal, maka Aku mendekat padanya sehasta dan jikalau ia
mendekal padaKu sehasta, maka Aku mendekat padanya sedepa. Jikalau hamba
itu mendatangi Aku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan bergegas-
gegas." (Riwayat Bukhari)
Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ada
dua macam kenikmatan yang keduanya itu disia-siakan oleh sebagian besar
manusia yaitu kesehatan dan waktu luang." (Riwayat Bukhari)
Dari Aisyah radhiallahu 'anha juga bahwasanya ia berkata: "Rasulullah itu apabila
masuk hari sepuluh, maka ia menghidup-hidupkan malamnya dan
membangunkan isterinya dan bersungguh-sungguh serta mengeraskan ikat
pinggangnya."
Yang dimaksudkan hari sepuluh artinya sepuluh hari yang terakhir dari bulan
Ramadhan - jadi antara tanggal 21 Ramadhan sampai habisnya bulan itu.
Mi'zar atau izar dikeraskan ikatannya maksudnya sebagai sindiran menyendiri dari
kaum wanita - yakni tidak berkumpul dengan isteri-isterinya, ada pula yang
memberi pengertian bahwa maksudnya itu ialah amat giat untuk beribadah.
Dari Abu Hurairah r.a. katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Orang mu'min yang
kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mu'min yang
lemah. Namun keduanya itupun sama memperoleh kebaikan. Berlombalah untuk
memperoleh apa saja yang memberikan kemanfaatan padamu dan mohonlah
pertolongan kepada Allah dan janganlah merasa lemah. Jikalau engkau terkena
oleh sesuatu mushibah, maka janganlah engkau berkata: "Andaikata saya
mengerjakan begini, tentu akan menjadi begini dan begitu." Tetapi berkatalah:
"Ini adalah takdir Allah dan apa saja yang dikehendaki olehNya tentu Dia
melaksanakannya," sebab sesungguhnya ucapan "andaikata" itu membuka pintu
godaan syaitan." (Riwayat Muslim)
Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya RasuluHah s.a.w. bersabda: "Ditutupilah
neraka dengan berbagai kesyahwatan - keinginan -dan ditutupilah syurga itu
dengan berbagai hal yang tidak disenangi." (Muttafaq 'alaih)
Dari Anas r.a. dari Rasulullah s.a.w., sabdanya: "Mengikuti kepada seseorang
mayit itu tiga hal, yaitu keluarganya, hartanya serta amalnya. Kemudian
kembalilah yang dua macam dan tertinggallah yang satu. Kembalilah keluarga
serta hartanya dan tertinggallah amalnya." (Muttafaq 'alaih).
Dari Ibnu Mas'ud r.a. katanya: "Nabi s.a.w. bersabda: "Syurga itu lebih dekat pada
seseorang di antara engkau sekalian daripada ikat terumpahnya, neraka pun
demikian pula." (Riwayat Bukhari)
Dari Abu Abdillah, juga dikatakan dengan nama Abu Abdir Rahman yaitu Tsauban,
hamba sahaya Rasulullah s.a.w. r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Hendaklah engkau memperbanyak bersujud, sebab sesungguhnya
engkau tidaklah bersujud kepada Allah sekali sujudan, melainkan dengannya itu
Allah mengangkatmu sederajat dan dengannya pula Allah menghapuskan satu
kesalahan dari dirimu." (Riwayat Muslim)
Dari Abu Shafwan yaitu Abdullah bin Busr al-Aslami r.a., katanya: "Rasulullah
s.a.w. bersabda: "Sebaik-baik manusia ialah orang yang panjang usianya dan baik
kelakuannya." Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini
adalah Hadis hasan.
Dari Said bin Abdul Aziz dari Rabi'ah bin Yazid dari Abu Idris alKhawlani dari
Abu Zar, yaitu Jundub bin Junadah r.a. dari Nabi s.a.w., dalam sesuatu yang
diriwayatkan dari Allah Tabaraka wa Ta'ala, bahwasanya Allah berfirman - ini
adalah Hadis Qudsi: "Hai hamba-hambaKu, sesungguhnya Aku mengharamkan
pada diriku sendiri akan menganiaya dan menganiaya itu Kujadikan haram di
antara engkau sekalian. Maka dari itu, janganlah engkau sekalian saling
menganiaya.
Wahai hamba-hambaKu, engkau semua itu tersesat, kecuali orang yang Kuberi
petunjuk. Maka itu mohonlah petunjuk padaKu, engkau semua tentu Kuberi
petunjuk itu.
Wahai hamba-hambaKu, engkau semua itu lapar, kecuali orang yang Kuberi
makan. Maka mohonlah makan padaKu, engkau semua tentu Kuberi makanan itu.
Wahai hamba-hambaKu, engkau semua itu telanjang, kecuali orang yang Kuberi
pakaian. Maka mohonlah pakaian padaKu, engkau semua tentu Kuberi pakaian itu.
Said berkata: "Abu Idris itu apabila menceriterakan Hadis ini, ia duduk di atas
kedua lututnya." (Riwayat Muslim).