Anda di halaman 1dari 25

Makalah

KONSEP KEWIRAUSAHAAN
‘’Tugas2’’

NAMA : MOHAMMAD ALDIN


NIM : 21802009

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah/laporan ini.
Terima kasih saya ucapkan kepada Dosen yang telah membantu kami baik secara moral
maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman – teman seperjuangan yang
telah yang telah mendukung saya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
saya menyadari, bahwa makalah/laporan yang saya buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, Bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan
agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
DAFTAR ISI

JUDUL..................................................................................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................
A. LATAR BELAKANG ...............................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................................
C. TUJUAN.....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................
A. Evolusi usaha kewirausahaan start up dari masa lalu sampai ke masa depan...........
B. Mitos Kewirausahaan dan Faktanya ........................................................................
C. Berbagai Pendekatan dalam Menjelaskan
Kewirausahaan.........................................................................................................
BAB III PENUTUP..............................................................................................................
KESIMPULAN..........................................................................................................
DAFTAR REFERENSI
BAB I
PENDAHULUAN

ABSTRAK
Saat ini startup menjadi topik yang hangat dibahas di bidang kewirausahaan. Walaupun
sangat populer di era digital, namun literatur terhadap startup khususnya dari perspektif
sejarah startup dan masa depan startup dalam membentuk organisasi dan aktivitas
kewirausahaan masih jarang ditemui. Tujuan makalah ini adalah untuk memberikan
pandangan tentang sejarah startup dan masa depan startup dalam membentuk kewirausahaan
khususnya pengembangan bidang ilmu kewirausahaan. Makalah ini merupakan studi literatur
dengan metode historis serta analisis masa depan startup. Tulisan ini berkontribusi untuk
pengembangan bidang ilmu kewirausahaan khususnya dalam tubuh ilmu pengetahuan tentang
pemahaman terhadap startup. Makalah ini diharapkan menambah khazanah pemahaman
kewirausahaan dari perspektif usaha startup.
A LATAR BELAKANG

Saat ini aktivitas pengembangan usaha startup sangat berkembang pesat dan masif di
seluruh dunia. Tercatat bahwa aktivitas kewirausahaan ini menciptakan perekonomian baru
dan disrupsi di segala bidang (Kasali, 2017). Perkembangan startup di abad ke-21 ini
didorong oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Robehmed, 2013), perubahan
model bisnis (Ramdhan, 2016), globalisasi, perubahan iklim (Friedman, 2017), ekonomi
digital serta industri 4.0 (Schwab, 2016). Revolusi startup dalam industri digital menciptakan
perusahaanperusahaan raksasa dunia yang awalnya dimulai dari garasi rumah para
teknoprenur tersebut antara lain: Mark Zuckerberg (Facebook, Instagram), Larry Page dan
Sergey Brin (Google, Alphabet), Jeff Bezos (Amazon), Steve Jobs dan Steve
Wozniak(Apple) serta Bill Gates (Microsoft) (Galloway, 2017). Pada tahun 2018 kekayaan
miliuner teknoprenur startup teknologi nomor satu dunia yaitu Jeff Bezos sebesar USD 160
miliar, bahkan nilai valuasi dari perusahaan milik Jezz Bezos yaitu Amazon saat ini telah
mencapai USD 1000 miliar atau USD 1 triliun (Rahman, 2018). Kekeyaan ini bahkan lebih
besar dari APBN Indonesia ditahun 2018 yang sekitar USD 130 miliar. Perusahaan Apple,
Facebook, Google, Amazon dan Microsoft merupakan usaha yang awalnya didirikan oleh
seorang teknoprenur sebagai usaha startup yang saat ini kemudian menjadi perusahaan yang
memiliki nilai mencapai USD 1 triliun dalam waktu kurang dari dua dekade. Hal inilah yang
kemudian menjadi penyebab meledaknya pertumbuhan usaha startup dan yang menjadi
motivator utama para generasi muda untuk berlomba-lomba menjadi pengusaha di bidang
teknologi dan sains atau teknoprenur.
Startup awalnya diartikan secara sederhana sebagai start up yaitu suatu usaha rintisan.
Istilah ini awalnya disematkan pada para pengusaha muda berbasis tenologi yaitu para
tenoprenur, istilah startup ini dalam sejarah untuk mendeskripsikan pada para pengusaha
muda urakan di San Fransisco yang menciptakan aplikasi yang menarik serta menjadi pendiri
perusahaan tenologi besar (Robehmed, 2013).
Namun istilah startup memiliki pengertian lebih dari pengertian sebagai suatu
perusahaan teknologi. Pengertian yang paling sederhana secara positif dari startup yang dapat
diterima dalam berbagai bidang yaitu kelompok terbesar seseorang dapat meyakinkan orang-
orang untuk membangun masa depan yang berbeda (Thiel, 2014). Walaupun minat terhadap
startup sangat tinggi, namun informasi tentang perkembangan dan sejarah startup masih
sangat kurang. Perkembangan literatur yang membahas aktivitas startup yang pesat saat ini
masih kurang didukung oleh kajian tentang sejarah perkembangan startup di dunia serta
bagaimana masa depan startup. Hal inilah yang mendasari penulis untuk menulis dan
melakukan kajian kewirausahaan startup dari perspektif sejarah dan juga untuk memprediksi
masa depan startup .
Aktivitas kewirausahaan sudah dikenal sejak jaman purbakala. Bahkan aktivitas
kewirausahaan merupakan salah satu aktivitas tertua dari umat manusia (Landstrom, 2005).
Dimana dalam sejarah bangsa Babilonia sudah dikenal sebagai saudagar yang
memperdagangkan barang-barang lintas wilayah, serta literatur Yahudi yaitu Taurat dicatat
tentang para pedagang Ismail atau Arab yang memperdagangkan budak di era Nabi Yakub
(Mintardjo, 2017). Di era Yunani Kuno, filsuf Xenophon (430-354SM) seorang pengikut
Sokrates serta ahli sejarah Yunani Kuno yang mencatatnya sebagai aktivitas petualangan dan
mencari peluang dari para pedagang seberang lautan (Karayiannis, 2003). Para ahli
kewirausahaan menyatakan bahwa awal teori kewirausahaan modern dimulai oleh Richard
Cantillon (1680-1734) dari Perancis sebagai bapak teori kewirausahaan. Dalam buku
Cantillon yaitu Essai sur la Nature du Commerce en General atau tulisan tentang sifat dari
Perdagangan Komersial (Cantillon, 1931) dipublikasikan tahun 1755, yang memperkenalkan
peran kewirausahaan dalam ekonomi pasar yaitu entreprendre atau entrepreneur. Konsep
Cantillon ini muncul dua dekade sebelum kemunculan teori dan buku Adam Smith tentang
The Wealth of Nation (1776).
Tulisan tentang kewirausahaan sebelum era Cantilon disebut dinyatakan oleh para ahli
kewirausahaan sebagai era “prasejarah teori kewirausahaan” (Tripathi, 2011). Sebelum era
Cantillon aktivitas kewirausahawan hanya dikenal sebagai pedagang, penjelajah ataupun
saudagar (Mintardjo, 2017). Pada dasarnya Startup adalah pengimplementasian dari business
plan dimana segala sesuatu yang telah direncanakan dan diproyeksikan dalam rencana bisnis
dituangkan dan direalisasikan dalam bentuk startup. Startup merupakan istilah yang sering
diartikan secara sederhana sebagai suatu usaha rintisan. Ries (2012) menggambarkan sifat
dasar dari startup sebagai suatu institusi manusia (organisasi) yang dirancang (pendirian dan
tujuan) untuk membawa produk atau layanan baru (peluang dan inovasi nilai) di tengah
situasi yang tidak pasti secara ekstrim (risiko dan disrupsi). Menurut Graham (2012) startup
merupakan usaha yang dirancang untuk bertumbuh dengan cepat. Menurut Kasali (2017),
startup dibedakan artinya dari bisnis rintisan dan perusahaan pemula yaitu pada model bisnis
dimana yang terutama adalah siapa yang terlibat, bagaimana nilai yang diciptakan,
keuntungan yang diperoleh. Startup bukan sekedar istiliah melainkan sebuah konsep yang
membedakan dengan bisnis lainnya.
Model startup ini lahir dari gelombang besar ekonomi berbagi (sharing economy),
serta era keberlimpahan (abundance era). Contoh startup Gojek yang menjadikan para
pemilik kendaraan bermotor baik sepeda motor dan mobil sebagai partner bisnis mereka,
dimana para partner dihubungkan dengan aplikasi sebagai platform bisnis ini. Dimana startup
ini mengubah rantai pasokan dan cara pengantarannya (delivery) sehingga tercipta model
bisnis baru dan pasar baru (Putra, 2018) . Kewirausahaan merupakan aktivitas mengejar
peluang dengan inovasi untuk mengejar pertumbuhan (Robbins & Judge, 2013) dikaitkan
dengan startup dimana aktivitas kewirausahaan yaitu mengejar peluang, inovasi serta
pertumbuhan ditujukan untuk menciptakan suatu organisasi baru yang berfungsi untuk
menciptakan sesuatu yang baru di tengah situasi berisiko yang dlakukan oleh pendiri
(founder) usaha tersebut yang biasanya disebut sebagai wirausawahan atau pengusaha.
Startup secara tipikal merupakan tahap awal dalam implementasi aktivitas
kewirausahaan khususnya pengembangan perusahaan. Startup dimulai dari ide atau visi
pendiri yaitu niat. Pada tahap ini usaha belum berdiri dimana pengusaha hanya memiliki ide-
ide dan keinginan untuk merealisasikan visi tersebut, tahap ini sering disebut sebagai tahap
sebelum penemuan startup. Setelah niat tersebut diwujudnyatakan dalam bentuk penciptaan
produk dan pendirian organisasi usaha walaupun masih sederhana atau prematur, namun
pendiri itu telah memasuki level pertama dari kelahiran suatu startup yang memasuki tahap
penemuan atau pendirian startup (Hindle, Klyver, & Jennings, 2009). Startup memiliki
beberapa karakteristik utama seperti visi dan impian untuk melakukan perubahan, energi
yang tinggi, pertumbuhan cepat, segmen dan konsumen yang belum diketahui dengan jelas,
organisasi yang fleksibel dan adaptif, tim kerja yang terdiri dari orang-orang cerdas dan
termotivasi tinggi serta beragam faktor lainnya yang menjadi karakteristik startup ini. Startup
awalnya dikaitkan dengan para pengusaha di Lembah Silikon (Silicon Valley) San Fransisco
California. Dimana para teknoprenur di tempat ini merupakan para “hipie” yang bermimpi
untuk mendirikan bisnis yang sukses berbasis teknologi dengan jam kerja sepanjang minggu
bahkan hampir tanpa istirahat dibantu oleh teman-teman tim kerja yang memiliki visi yang
sama dan juga gila kerja. Startup pada tahap awal dibentuk merupakan wujud implementasi
dari "mimpi" atau visi pendiri (Kiwe, 2018). Awalnya startup didanai mandiri oleh pendiri
(bootstraping atau modal pribadi), selanjutnya dalam pengembangannya didanai oleh investor
lainnya yang antara lain dikenal sebagai investor malaikat atau angel investor (Akbar, 2018).
Inti sebenarnya dari startup adalah suatu usaha untuk menciptakan perubahan di masa depan,
bersama-sama dengan orang lain dalam rangka mencapai sesuatu serta mempertahankannya
cukup kecil sehingga dapat diselesaikan. Bagian berikut dipaparkan sejarah startup dari masa
ke masa. Bagian ini untuk menjawab pertanyaan tentang: bagaimana kronologi
perkembangan startup dari masa ke masa? Setelah itu dilanjutkan dengan pemaparan tentang
masa depan startup, untuk menjawab pertanyaan: bagaimana pengembangan startup di masa
yang akan datang?

B Rumusan Masalah

a) apa itu evolusi usaha kewirausahaan start up dari masa lalu sampai ke masa
depan?
b) Apa itu Mitos Kewirausahaan dan Faktanya
c) Berbagai Pendekatan dalam Menjelaskan Kewirausahaan
C Tujuan

a) Supaya kita tau evolusi usaha kewirausahaan start up dari masa lalu sampai ke
masa depan
b) Supaya kita tahu Mitos Kewirausahaan dan Faktanya
c) Supaya kita tahu ada berbagai pendekatan dalam menjelaskan kewirausahaan
BAB II
PEMBAHASAN

A. EVOLUSI USAHA KEWIRAUSAHAAN START UP DARI MASA


LALU SAMPAI KE MASA DEPAN

KRONOLOGI SEJARAH STARTUP Startup Era Pertanian: Masa Pra


Kewirausahaan
Era pra startup merupakan era yang belum dikaitkan dengan penemuan
kewirausahaan khususnya sebagai suatu konsep kewirausahaan modern. Pada era ini
sebanarnya banyak terdapat startup yaitu berupa ekspedisi-ekspedisi yang dilakukan untuk
mencari sesuatu yang baru dan melakukan perdagangan serta eksplorasi. Hanya pada masa
ini beragam kegiatan startup itu diinisiasi oleh para kaum raja dan para bangsawan. Hal ini
membatasi perkembangan startup ini hanya pada keuntungan para raja dan para bangsawan
semata-mata atau kebanyakan hanya untuk kelas atas atau kelas elit saja. Ekspedisi startup
diera ini bentuknya seperti ekspedisi peperangan untuk merebut suatu kota atau kerajaan.
Startup di era ini dalam bentuk startup kerajaan atau startup keagamaan. Startup individu
masih jarang atau sering tidak tercatat. Tercatat di era perdagangan dari masa kekaisaran
Babilonia (Pax Babylonica), sampai ke era kekaisaran Mongolia (Pax Mongolica) ketika itu
perdagangan dan jalur perdagangan untuk startup kebanyakan hanya melalui daratan ataupun
melalui sungai yaitu memperdagangkan hasil bumi, hasil tambang, hewan ternak serta
manusia (budak). Untuk lautan hanya ke wilayahwilayah tertentu yang di era itu masih sangat
berisiko. Hal ini juga terkait dengan mitos-mitos dari masyarakat di era itu yang sangat
mempercayai mistik misalnya jika berlayar ke ujung lautan maka kapal akan jatuh ke tempat
yang tidak berujung atau ke ujung dunia dimana terdapat banyak monster-monster jahat
(Harari, 2017).
Masa Kolonisasi Dunia Baru: Startup Penjelajah
Startup di masa ini merupakan startup penjelajah dunia baru yang mencari daerah-
daerah koloni untuk dijadikan sebagai wilayah koloni bagi kerajaankerajaan di Eropa seperti
Spanyol, Portugal, Inggris, dan Belanda. Startup di era kolonisasi dimulai ketika Christopher
Colombus (1451-1506) ketika memiliki visi untuk menjelajah dunia baru (proyek, ide),
berusaha memaparkan idenya (inovasinya) kepada para raja-raja (angel investor) yang
kebanyakan menolak, mulai dari investor dari Italia, Perancis, Inggris, dan Portugal. Pada
investor terkhir dia memperoleh persetujuan dari raja baru Spanyol yaitu Raja Ferdinand dan
Ratu Isabella untuk memperoleh sumber daya dan modal untuk membiayai eksplorasinya.
Kemudian upaya penjelajahan startup Colombus ini menghasilkan penemuan benua Amerika
yang kemudian menjadi startup dunia lama terbesar dan menjadi salah satu penemuan
terbesar dalam sejarah umat manusia. Startup Colombus ini membawa misi kemakmuran
(Gold), kerohanian (Gospel) serta kejayaan (Glory). Penemuan Colombus itu memberikan
kemakmuran, kejayaan dan keberhasilan rohani yang luar biasa bagi Spanyol dan juga Eropa
di abad-abad selanjutnya (Harari, 2017). Startup Colombus ke dunia baru membawa para
pendiri startup selanjutnya yang membawa pada kolonisasi Eropa ke seluruh dunia. Startup
selanjutnya antara lain startup Dutch East India Company atau dikenal sebagai Vereenigde
Oostindische Compagnie (VOC) yang didirikan oleh Johan van Oldenbarnevelt dari Belanda
di tahun 1602 serta startup East India Company yang didirikan oleh John Watts dan George
White dari Inggris di tahun 1600. Kedua startup ini menjadkan raja dan kerajaan masing-
masing negara sebagai investor utama. Startup-startup ini didirikan untuk melakukan
penjelajahan dengan tujuan perdagangan dan kolonisasi di daerah seberang lautan Eropa
antara lain ke wilayah Asia Selatan serta Asia Timur. Startup ini terinspirasi dari kesuksesan
Colombus dalam menciptakan kekayaan dari koloni dunia baru di seberang lautan yang
dikenal sekarang sebagai benua Amerika. Startup-startup ini juga sukses besar dalam
menciptakan keuntungan bagi negara induk yaitu Belanda dan juga Inggris. Benih startup
dari perusahaan VOC kemudian menjadi perusahaan kepemilikan publik pertama di dunia
serta menjadi perusahaan transnasional swasta pertama di dunia (Brook, 2008). Kedua
perusahaan ini sukses hingga akhir abad ke-19.
Masa Industri Manufaktur: Startup Titan
Startup di era industri manufaktur di akhir abad ke-20 dan awal abad ke-20 ini disebut
startup Titan. Nama ini diambil dari mitologi Yunani yaitu dewa-dewa awal sebelum dewa-
dewa Olympus berkuasa. Nama startup Titan dipilih karena hegemoni dari para pendiri
startup di era ini sangat luar biasa yaitu hanya beberapa orang pendiri startup tapi menguasai
kekayaan hampir seluruh penduduk dunia. Dimana jika digabungkan kekayaan mereka
separuh kekayaan dunia saat itu. Para pendiri startup ini antara lain: Henry Ford (Ford
Company, perusahaan otomotif), John Rockefeller (Standard Oil, perusahaan perminyakan),
Andrew Carnegie (Carnegie Steel Company, perusahaan baja), Cornelius Vanderbilt (New
York Central Railroad, perusahaan transportasi kereta api) serta Thomas Alva Edison
(General Electric, perusahaan listrik dan teknologi). Para pendiri startup ini merintis usaha
mereka dari nol, artinya tidak melanjutkan dari orang tua atau dari perusahaan lain
sebelumnya. Hal inilah yang menjadi semangat kewirausahaan dari startup Titan kemudian
menjadi impian dari para calon pengusaha untuk mengikuti jejak para pengusaha tersebut
yang sukses dari nol untuk mendirikan usaha startup di masamasa selanjutnya.
Masa Industri Teknologi: Startup Dinosaurus
Di awal abad ke-20 sampai pertengahan abad ke-20 muncul startup-startup teknologi
yang nyata. Startup-startup teknologi inilah yang menjadi pionir serta inspirasi perusahaan-
perusahaan teknologi saat ini. Di era ini muncul suatu daerah startup serta menjadi pusat
lahirnya dan pengembangan startup, kemudian menjadi ibukota startup dunia yaitu Lembah
Silikon atau Sillicon Valey di Sanfransisco California. Bahkan sejarah kolaborasi antara
investor startup, akademisi, serta para teknoprenur startup terjadi di era ini. Sejarah startup
berbasis teknologi di daerah Sillicon Valey terjadi ketika dua orang lulusan jurusan
Elektronika yang menganggur yaitu Bill dan David kemudian mendirikan suatu usaha startup
teknologi pertama di Lembah Silikon yang didanai oleh profesor mereka yang kemudian
mendirikan perusahaan startup teknologi yaitu Hawlett Packard atau HP (Mintardjo, 2017).
Mereka kemudian menjadi teknoprenur yang sukses dengan perusahaan HP yang kemudian
dikenal sekarang sebagai perusahaan teknologi informasi raksasa dunia yang memproduksi
dan menjual perangkat keras komputer. Selain startup HP ini muncul juga startupstartup
berbasis teknologi informasi lainnya seperti IBM dan Intel. Intel merupakan perusahaan chip
yang didirikan oleh para ilmuwan komputer yang keluar dari perusahaan mereka sebelumnya
yang dikenal sebagai delapan pemberontak yaitu Fairchaild Eight. Salah satu pendiri Intel ini
yaitu Gordon Moore yang kemudian melahirkan hukum Moore (Moore’s Law) yang
memprediksi dengan akurat perkembangan teknologi chip di masa depan. Startup IBM
merupakan yang terbesar di era ini yang didirikan di awal abad ke-20. Namun kemudian
berkembang pesat pada era perang dunia ke-2 serta di era perang dingin. Perusahaan IBM
inilah yang menjadi standar dalam pengembangan teknologi informasi khususnya perangkat
keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Karena hegemoni IBM di dunia serta
menguasai lebih dari 90% pasar teknologi informasi di era ini kemudian perusahaan-
perusahaan ini di era disebut sebagai startup Dinosaurus.

Masa Digital dan Internet: Startup Dragon


Era yang berlangsung sejak akhir 1970-an berlangsung sampai tahun 2020 dikenal
sebagai era dot com. Masa ini merupakan generasi emas dari era digital dan internet yang
menjadi awal euforia booming era digital dan internet. Pada masa ini juga terjadi beberapa
resesi ekonomi, krisis ekonomi besar, serta kejatuhan pasar saham besar-besaran (1992, 1998,
2001, 2008) (Thiel, 2014). Pada era ini lahir beberapa startup dragon yang kemudian menjadi
perusahaan bervaluasi USD 1 triliun. Disebut startup dragon (naga) karena startup di era ini
merupakan startup yang lahir kemudian menjadi naga raksasa dengan sangat cepat dan
mencapai valuasi USD 1 triliun (IDR 14.000 triliun, dengan kurs IDR 14.000). Startup di era
ini dibedakan menjadi dua yaitu startup digital dan startup internet. Untuk startup digital
merupakan startup yang saat ini menguasai industri digital dunia seperti industri perangkat
keras yaitu Apple dan industri perangkat lunak yaitu Microsoft. Startup internet merupakan
startup yang saat ini menguasai industri internet dunia yaitu: Amazon (ritel daring), Google
(pencarian daring), serta Facebook (media sosial daring). Pada era internet (1992-2016) inilah
perusahaan pemodal ventura mulai membanjiri startup-startup dunia dengan dana untuk
startup yang hampir tanpa batas. Gambar 1 berikut merupakan kronologi dari masa ini terkait
dengan perkembangan startup di era ini yaitu para startup Dragon.

Startup berbasis internet kronologisnya digambarkan dalam Gambar 1. Tonggak


awalnya untuk memasuki pasar mainstream dimulai dari peluncuran browser Mosaic dari
startup Netscape di awal tahun 90-an tepatnya tahun 1992. Awal 90-an juga merupakan
lahirnya startup ritel daring Amazon yang menjadi toko buku daring pertama dan terbesar di
dunia. Selanjutnya di akhir 90-an muncul yaitu di tahun 1998 lahir startup Google yang
didirikan oleh dua mahasiswa pascasarjana program doktor yaitu Lary Page dan Sergey Brin.
Di era ini juga terjadi booming pasar saham di bidang tenologi yaitu Nasdaq yang mencapai
titik tertinggi dalam sejarah pada 10 Maret 2000 yang kemudian menjadi awal runtuhnya
sahamsaham perusahaan teknologi ketika itu. Di awal abad ke-21 yaitu tahun 2004 lahir
startup media sosial daring yaitu Facebook yang didirikan oleh mahasiswa Universitas
Harvard yaitu Mark Zuckerberg. Google dan Facebook yang kemudian menjadi perusahaan
raksasa abad ke-21 menjadi startup Dragon yang menjadi raksasa hanya kurang dari dua
dekade. Masa Kini, Era Industry 4.0: Startup Unicorn
Saat ini yaitu di awal tahun 2010 sampai pertengahan abad ke-21 muncul tartup-
startup baru. Startup di era ini disebut startup Unicorn. Istilah startup Unicorn diperkenalkan
oleh oleh pemodal ventura Aileen Lee (Lee, 2013). Istilah ini dipilih merujuk kepada
binatang mitologi untuk menganalogikan langkanya bisnis startup yang mencapai sukses
besar. Startup Unicorn merupakan startup bervaluasi di atas USD 1 miliar (IDR 14 triliun).
Istilah lainnya startup Decacorn yaitu startup bervaluasi di atas USD 10 miliar (IDR 140
triliun) dan startup Octacorn yang bervaluasi di atas USD 100 miliar (IDR 1.400 triliun).
Startup di era ini dimulai sejak pendirian startup Uber yaitu suatu startup transportasi yang
mendisrupsi dunia transportasi di seluruh dunia bahkan beberapa ahli menyebut era ini
sebagai era peradaban Uber (Kasali, 2017). Di era ini muncul startup-startup yang lebih
spesifik dalam suatu industri tertentu, seperti Netflix dan Spotify (hiburan), WeWork
(properti dan fasilitas), Stripe (industri fintech), Airbnb (industri pariwisata), Tuatiao
(permainan), JUUL Labs (elektronik), Luckin Coffee (makanan dan minuman), Palantir
Technologies (maha data). Perkembangan di era terutama didorong juga oleh perkembangan
industri teknologi berbasis robotik, maha data (big data), teknologi finansial (fintech),
kecerdasan artifisial (AI), komputasi awan (cloud), perangkat rumah tangga yang terkoneksi
ke internet (IoT), yang kemudian disebut sebagai era industri 4.0 (Schwab, 2016).
Perkembangan startup di era menjadikan Lembah Silikon sebagai pusat dan ibukota
startup dunia. Di seluruh dunia terjadi ledakan pertumbuhan startup berbasis teknologi oleh
para teknoprenur. Beberapa daerah di dunia menjadi hub perkembangan startup dunia antara
lain: Johannesburg (Afrika Selatan) di Benua Afrika, Singapura (Singapura) di Asia Pasifik,
Tel Aviv (Israel) di Eropa, Meksiko (Meksiko) di Amerika Tengah dan Selatan, Sillicon
Valley (Amerika Serikat) di Amerika Utara (Startup Genome, 2018) serta Shanghai (RRT) di
Cina Daratan. Sampai Januari 2019 terdapat 300 perusahaan startup Unicorn di seluruh dunia
(CBNINSIGHT, 2019). Startup Unicorn terbesar di dunia berasal dari Cina dan Amerika
Serikat.
Masa Depan: Era VUCA dan Masa Depan Startup
Setelah beragam kemajuan dari startup dari era Colombus sampai Unicorn terdapat
permasalahan dan pertanyaan yang ingin dijawab. Pertanyaan yang ingin diketahui untuk
masa depan startup adalah: bagaimana nasib startup di masa depan? Menurut para ahli
mereka tidak bisa meramalkan masa depan karena banyak ketidakpastian yang terjadi. Masa
depan disebut sebagai era ketidakpastian dan turbulensi yaitu VUCA, yang akronim dari
Volatile (berubah-ubah), Uncertainty (tidak pasti), Complexity (kompleks), dan Ambiguity
(mendua) (Bennett & Lemoine, 2014). Karena VUCA ini sehingga perlu ada pemikiran
bagaimana arah startup dalam aktivitas kewirausahaan di masa depan.
Dari beragam literatur tentang visi masa depan, rencana-rencana manusia, tren masa
depan dari para futurolog masa depan, masa depan dipandang dari dua sisi yaitu masa depan
utopia dan masa depan distopia. Masa depan distopia merupakan suatu masa depan yang
suram menurut pandangan dari para penganut aliran distopia. Hal ini diakselerasi dari
kerusakan alam dan perubahan iklim, sifat manusia yang tamak, pertumbuhan penduduk yang
melebihi dukungan sumber daya alam, teknologi yang akan menjadi bumerang terhadap
eksistensi manusia, bumi yang menua, serta evolusi manusia dimana manusia berevolusi
menjadi tidak manusia lagi menjadi mesin dan sifat manusia menghilang. Namun di sisi lain
terdapat masa depan yang cerah dari umat manusia dari penganut aliran utopis yang
memandang bahwa manusia akan memiliki masa depan yang cerah dan manusia mampu
menciptakan solusi yang berkelanjutan terhadap beragam permasalahan lingkungan serta
ekistensi diri yang dihadapi oleh manusia itu sendiri.
Startup pada dasarnya menganut pandangan utopia bahwa masa depan manusia
ditentukan oleh manusia itu sendiri dan manusia mampu untuk menciptakan sesuatu
perubahan asalkan manusia itu memiliki visi dan keinginan yang kuat untuk menciptakan
masa depan manusia itu sendiri. Oleh karena itu selama bumi ada maka startup itu akan terus
ada di masa depan. Startup yang tercipta di masa depan akan mengikuti beragam tren namun
juga startup di masa depan akan menjadi solusi inovatif terhadap beragam permasalahan yang
akan dihadapi oleh umat manusia terkait dengan permasalahan yang dipikirkan oleh para
distopia dan permasalahan faktual yang sedang dan akan terjadi. Masa depan dari startup
akan lebih cerah dan berakselerasi dengan cepat karena didukung oleh revolusi saintifik dan
perkembangan teknologi serta evolusi umat manusia ke arah pencarian manusia yang lebih
sempurna dan masyarakat yang berkelanjutan serta bertanggung jawab di masa depan.
Di masa depan terkait dengan startup yang mungkin akan terjadi adalah munculnya
startup masa depan. Startup masa depan ini menurut Ross (2017) didorong oleh munculnya
industri-industri masa depan. Industri masa depan yang mungkin akan muncul antara lain:
industri finansial yaitu penyederhanaan serta efisiensi sistem dan akses keuangan global,
industri makanan dan minuman yaitu memberi makan dan minum miliaran umat manusia
yang ditopang oleh sumber daya yang ada, industri perjalanan dan pencarian koloni baru bagi
umat manusia di dasar lautan serta di luar angkasa, industri material baru dan energi
terbarukan yang tidak pernah habis yaitu materi-materi baru yang ramah lingkungan serta
energi terbarukan yang ramah lingkungan serta untuk menopang mobilitas manusia, industri
penolong kehidupan manusia, yaitu robot serta asisten cerdas, industri kesehatan dan
memperpanjang usia hidup, yaitu industri untuk menghilangkan penyakit serta
memperpanjang masa kehidupan manusia di dunia. Industri hiburan digital dan avatar
kehidupan kedua, serta masih banyak lagi industri masa depan yang mengkin saja dibutuhkan
dan mungkin akan terjadi. Masa depan startup tergantung dari bagaimana startup mampu
menyesuaikan diri dengan beragam permasalahan dan kebutuhan yang sedang dan akan
terjadi. Startup yang paling berhasil adalah mampu beradaptasi dengan beragam
permasalahan dan menciptakan solusi yang paling memudahkan kehidupan manusia serta
meningkatkan kualitas kehidupan dari para konsumen.

B. Mitos Kewirausahaan dan Faktanya


Kira-kira satu dari setiap 18 orang di seluruh dunia merintis bisnisnya sendiri.
Beberapa meluncurkan perusahaan untuk mengejar peluang, sementara yang lain -
termasuk banyak pengusaha di negara berkembang - melakukannya hanya karena kebutuhan,
karena itu adalah cara paling menjanjikan untuk mencari nafkah. Apa pun motivasinya, setiap
calon wirausahawan dapat memperoleh manfaat dari mempelajari peran yang sebenarnya.
Tempat yang baik untuk memulai adalah dengan menyanggahnya mitos dan
kesalahpahaman seputar kewirausahaan. Memahami dunia kewirausahaan akan membantu
para pemimpin bisnis rintisan mencari tahu apa yang benar-benar diperlukan untuk mencapai
kesuksesan dengan perusahaan baru mereka. Daftar berikut, seperti dilansir melalui
medium.com, memberikan beberapa asumsi paling umum tentang wirausahawan dan
menjelaskan mengapa mereka salah.
1 Beberapa orang lahir untuk menjadi pengusaha

Banyak orang beranggapan bahwa wirausahawan lahir untuk menjadi


pengusaha - dan bahwa hanya orang yang memiliki bakat alami tertentu yang bisa
menjadi wirausaha. Namun, kenyataannya hampir semua orang bisa menjadi
wirausahawan jika mereka bisa mempelajari keterampilan yang diperlukan.

2 Satu-satunya syarat bisnis sukses adalah ide yang bagus.

Bahkan ide-ide terbaik - yang berpotensi mendisrupsi seluruh industri -


membutuhkan eksekusi yang tepat untuk menjadi kenyataan. Ide itu penting, begitu
pula perencanaan, bakat, kepemimpinan, komunikasi, dan sejumlah faktor lainnya.

3 Memulai bisnis baru menjamin kebebasan.

Daya tarik untuk keluar dari pekerjaan tradisional menarik banyak orang pada
prospek untuk memulai bisnis mereka sendiri. Tetapi kenyataannya tidak seindah apa
yang kita lihat di film. Memang, akan ada lebih banyak kebebasan dalam beberapa
hal, tetapi kewirausahaan seringkali membutuhkan pengorbanan yang besar. Bisnis
dapat menghabiskan setiap bagian dari kehidupan Anda; pekerjaan tidak berakhir saat
jam menunjukkan pukul 5 sore.

4 Meluncurkan bisnis menjamin kekayaan instan.

Meskipun beberapa perusahaan langsung sukses, yang lain membutuhkan


waktu lebih lama untuk mencapainya. Pengaturan waktu yang tepat untuk ekspansi
perusahaan dan mempertahankan pertumbuhan adalah dua tugas terbesar
wirausahawan.

5 Hanya uang yang memotivasi karyawan.

Mitos yang terkait dengan ide "cepat kaya" adalah anggapan bahwa uang
adalah cara terbaik untuk memotivasi karyawan. Mengatasi kesalahpahaman ini
memberikan kewajiban yang berat bagi wirausahawan untuk tidak hanya
mengembangkan model bisnis yang menghasilkan pendapatan, tetapi juga budaya
perusahaan yang melibatkan karyawan.

6 Hanya ada dua masa depan bisnis,

berkembang atau gagal. Pengusaha perlu memahami bahwa ada banyak


kesabaran dan strategi yang terlibat dalam memulai dan mempertahankan perusahaan.
Beberapa perusahaan yang awalnya goyah, atau yang pada awalnya memiliki tingkat
pertumbuhan yang lamban dapt mencapai pertumbuhan yang sehat dengan strategi
yang tepat.

7 Semua tanggung jawab jatuh pada pemilik usaha.

Kesalahpahaman lain tentang menjalankan bisnis baru adalah bahwa ada satu
penanggung jawab yakni pemilik bisnis. Ini mungkin benar pada tahap paling awal,
tetapi ini adalah jalur cepat menuju kelelahan dan kejenuhan. Kolaborasi dan
pendelegasian tugas adalah kunci kesehatan perusahaan. Tidak ada yang bisa
melakukannya sendirian.

8 Kunci rahasia menuju sukses.

Dalam bisnis, banyak pengusaha sukses mempromosikan kesan bahwa mereka


telah menemukan semacam kunci rahasia menuju sukses. Kenyataannya adalah
bahwa tidak ada satu kunci sukses pun. Jika ada, kesuksesan wirausaha membutuhkan
serangkaian ide dan sumber daya yang berbeda yang harus bersatu pada waktu dan
tempat yang tepat.

9 Bisnis membutuhkan seseorang dengan gelar MBA di posisi pimpinan.

Persepsi yang membingungkan adalah kesalahan dalam hal wirausahawan dan


gelar bisnis. Beberapa pemilik startup memiliki gelar di bidang teknik, misalnya;
mereka menggunakan pengetahuan teknis yang mendalam untuk mengidentifikasi
celah dalam teknologi dan merancang solusi. Pendiri startup sukses lainnya bahkan
ada yang tidak memiliki gelar akademik sama sekali.

10 Berhenti adalah untuk pecundang.


Salah satu kesalahpahaman terakhir adalah gagasan bahwa wirausahawan
harus mempertahankan segalanya - apa pun yang terjadi. Namun kenyataannya tidak
setiap ide akan berkembang menjadi perusahaan yang berkelanjutan. Berhenti
mungkin terlihat seperti kegagalan, tetapi sebenarnya, itu adalah bagian umum dari
perjalanan wirausaha dan dapat memberikan pelajaran yang sangat penting. Oleh
karena itu, mengetahui kapan harus berhenti dan beralih ke ide berikutnya sangatlah
penting.

C Berbagai Pendekatan dalam Menjelaskan Kewirausahaan

A. PENDEKATAN MAKRO DAN MIKRO DALAM PEMIKIRAN MENGENAI


KEWIRAUSAHAAN

Terdapat dua jenis cara pandang utama dalam pemikiran mengenai kewirausahaan,
yaitu pandangan makro dan pandangan mikro.

1. Pandangan Makro Pandangan makro terhadap kewirausahaan menunjukkan


adanya sejumlah faktor yang berkaitan dengan sukses atau gagalnya usaha yang
dijalankan oleh seorang wirausahawan. Faktor-faktor ini mencakup berbagai
proses dari luar (eksternal) yang sering kali berada di luar kendali seorang
wirausahawan. Dalam pandangan bersifat makro ini terdapat tiga pendekatan, di
antaranya adalah sebagai berikut.

a. Pendekatan Lingkungan

Pendekatan atau cara pandang ini terutama berkaitan dengan berbagai


faktor dari luar yang berpengaruh terhadap pola hidup seseorang sehingga
menyebabkan dia memiliki potensi ataupun tidak memiliki potensi untuk
menjadi seorang wirausahawan. Faktor-faktor ini bisa berpengaruh positif
maupun negatif terhadap munculnya keinginan untuk memulai kegiatan
sebagai wirausahawan. Faktor-faktor ini terutama berkaitan dengan
keberadaan institusi, nilainilai masyarakat dan adat istiadat, yang secara
bersama-sama membentuk suasana lingkungan sosial dan politis tertentu yang
mampu memberikan pengaruh terhadap pemunculan wirausaha. Atau
sebaliknya, kombinasi tertentu dari keseluruhan faktor-faktor tersebut justru
menghambat munculnya kewirausahaan. Sebagai contoh, karyawan tingkat
menengah yang dalam lingkungan pekerjaannya terbiasa mendapat kebebasan
serta dukungan untuk mengembangkan gagasan dan merealisasikannya,
diizinkan mengembangkan perjanjian (kontrak) dengan pihak luar,
menciptakan dan mencoba gagasan baru, maka lingkungan kerja semacam itu
bisa mendorong munculnya keinginan untuk memulai usaha sendiri sebagai
wirausahawan. Lingkungan sosial seseorang, lingkungan pertemanan maupun
keluarga juga bisa berpengaruh terhadap munculnya keinginan seseorang
untuk memulai usaha sebagai seorang wirausahawan.
b. Pendekatan Keuangan

Pendekatan ini terutama memfokuskan perhatian pada proses


penanaman dan menumbuhkan modal atau uang. Sebagian pihak memang
memandang kewirausahaan hanya sebagai proses mengembangkan atau
menggandakan uang, sementara pandangan yang lain berpendapat bahwa
proses keuangan ini hanyalah salah satu segmen saja dari kegiatan
kewirausahaan.

c. Pendekatan Perpindahan

Cara pandang ini didasarkan pada fenomena kelompok. Dikatakan bahwa


suasana yang dialami kelompok bisa mendorong ataupun menghambat
munculnya faktor-faktor yang menyebabkan seseorang menjadi wirausaha.
Menurut Ronstadt, seseorang tidak akan terdorong untuk menjalankan suatu
usaha atau menjadi wirausahawan, jika mereka tidak dihambat untuk
mengerjakan sesuatu ataupun terdesak untuk meninggalkan kegiatannya
semula, sehingga akhirnya mengerjakan jenis kegiatan yang lainF 3 F.
Terdapat tiga jenis penyebab utama yang menyebabkan sekelompok orang
terdorong untuk berpindah kegiatan, dan ketiga jenis aspek pendorong tersebut
menggambarkan pola pemikiran yang mewarnai pendekatan ini adalah sebagai
berikut.

1) Faktor Politik

Warna politik suatu negara yang tidak menghalalkan berkembangnya


usaha bebas milik pribadi akan menghambat munculnya kegiatan
kewirausahaan. Corak dari berbagai peraturan yang diberlakukan oleh
suatu negara juga bisa menghambat ataupun mengarahkan kegiatan
masyarakat sehingga cenderung lebih banyak menggeluti kegiatan tertentu.

2) Faktor Budaya

Kelompok-kelompok sosial tertentu, misalnya yang muncul karena


latar belakang etnis, agama, suku, jenis kelamin dan sebagainya yang
menjadi golongan minoritas di suatu negara, sering kali diasingkan dari
bidang pekerjaan yang umum dikerjakan oleh masyarakat luas. Desakan
semacam ini sering kali mengakibatkan golongan minoritas tidak tertarik
memasuki bidang pekerjaan yang umum dan cenderung mengembangkan
kegiatan bersifat wirausaha. Sebagai contoh, warga negara Indonesia
keturunan Tionghoa di Indonesia cenderung lebih banyak dijumpai
mengerjakan profesi yang bebas seperti menjadi pedagang daripada profesi
pegawai negeri ataupun menjadi anggota militer.

3) Faktor Ekonomi
Perubahan kondisi perekonomian ke arah yang lebih buruk seperti resesi
sering kali menimbulkan banyak pemutusan hubungan kerja dan
melahirkan banyak penganggur. Perubahan kondisi perekonomian juga
bisa menghambat ataupun mendorong bertumbuhnya keinginan untuk
menjadi wan.
Ketiga jenis pendorong yang menyebabkan terjadinya perpindahan tersebut
menggambarkan faktor-faktor dari luar (eksternal) yang bisa berpengaruh terhadap
berkembangnya kewirausahaan.
2. Pandangan Mikro

Pandangan mikro terutama membahas faktor-faktor yang khas dari


kewirausahaan, yaitu terutama yang muncul dari dalam diri wirausahawan sendiri.
Dalam pandangan mikro terdapat tiga jenis pendekatan, yaitu sebagai berikut.

a. Pendekatan Ciri

Banyak penelitian telah dilakukan untuk menemukan ciri-ciri umum


wirausahawan yang dianggap berhasil. Pendekatan semacam ini berusaha
mempelajari ciri-ciri umum orang-orang yang berhasil dalam mengembangkan
usaha, sehingga apabila ciri-ciri itu ditiru maka diharapkan akan dapat
meningkatkan peluang para peniru tersebut untuk juga mencapai keberhasilan
dalam menjalankan usaha. Sebagai contoh, terdapat empat faktor yang
biasanya dianggap terdapat dalam diri wirausahawan yang sukses, yaitu
mempunyai keinginan berprestasi (achievement), kreatif, memiliki keteguhan
hati (determinasi) dan memiliki pemahaman teknis yang memadai. Pendapat
lain menyatakan bahwa latar belakang keluarga dan pola pendidikan yang
dialami juga bisa berpengaruh terhadap keberhasilan wirausahawan. Sebagian
peneliti malah beranggapan bahwa pola pendidikan tertentu malah bisa
menghambat munculnya kewirausahaan, sementara peneliti yang lain justru
mempercayai hal yang sebaliknya. Pendapat yang lain mengatakan bahwa pola
pendidikan tertentu dalam keluarga dapat mendorong ciri-ciri kewirausahaan
tumbuh pada seseorang sejak dini, dan dapat mengantarkannya menjadi
wirausahawan yang berhasil.

b. Pendekatan Peluang Usaha

Pendekatan ini memfokuskan perhatian terhadap masalah peluang


dalam tumbuhnya kewirausahaan. Menemukan gagasan usaha, selanjutnya
mengembangkan gagasan tersebut menjadi konsep usaha, dan kemudian
memanfaatkan peluang usaha merupakan bidang-bidang yang dianggap
penting dalam pendekatan ini. Oleh karena itu, pendekatan ini menganggap
kreativitas serta pemahaman pasar merupakan dua aspek dasar yang penting.
Gagasan usaha yang tepat, yang muncul pada waktu yang juga tepat, dan
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dari pasar sasaran (target market) yang
tepat pula, merupakan kunci keberhasilan kegiatan kewirausahaan oleh
pendekatan ini. Perkembangan berikutnya dari pendekatan ini kemudian
memunculkan ”prinsip koridor”. Jalur yang dilalui ataupun peluang baru yang
muncul ternyata berbeda, sehingga wirausahawan berkembang ke arah yang
berlainan. Kemampuan untuk mencium adanya peluang saat peluang tersebut
muncul dan juga kemampuan untuk melaksanakan langkahlangkah yang
dibutuhkan dalam implementasinya, merupakan faktor kunci menurut
pendekatan ini. Dalam pendekatan ini dipercayai bahwa pihak yang memiliki
persiapan memadai, bertemu dengan peluang, akan mengalami kemujuran.
Karena itu, penganut pendekatan ini percaya bahwa semakin siap seseorang
dalam berbagai segmen usaha, akan meningkatkan kemampuannya untuk
menemukan peluang usaha.

c. Pendekatan Strategis

Pendekatan ini menekankan peran penting proses perencanaan dalam


pengembangan usaha yang sukses. Ronstadt memandang perumusan strategi
sebagai pemanfaatan berbagai elemen yang bersifat unik, seperti pasar yang
unik, karyawan, produk, dan berbagai sumber, yang seluruhnya unik. Elemen-
elemen yang unik ini perlu diidentifikasikan, dan kemudian dikombinasikan
sehingga menjadi usaha yang efektif, yaitu dalam pengertian sebagai berikut.

1) Pasar yang khas


Strategi dikembangkan melalui identifikasi segmen pasar yang utama
dan memahami celah atau ceruk yang khas yang muncul karena pengaruh
segmen pasar utama, dan memanfaatkan ceruk pasar yang khas tersebut
dalam pengembangan usaha.
2) Tenaga kerja yang khas
Usaha dikembangkan dengan memanfaatkan keterampilan atau bakat
luar biasa yang khas dari tenaga kerja yang dimiliki.
3) Produk yang khas
Usaha dikembangkan berlandaskan inovasi, sehingga produk yang
dihasilkan mampu melampaui produk yang sudah ada di pasar.
4) Sumber yang khas
Berusaha memiliki sumber-sumber yang khas dalam jangka panjang
(seperti air, tanah, bahan baku) dan memanfaatkannya sebagai tumpuan
strategi.

B. PENDEKATAN PROSES DALAM PEMIKIRAN MENGENAI


KEWIRAUSAHAAN

Pendekatan proses merupakan cara lain untuk mengamati kegiatan yang


tercakup dalam kewirausahaan. Dalam pendekatan ini sebenarnya sudah banyak
metode dan model yang dikembangkan dalam rangka merestrukturkan proses
kewirausahaan, tetapi pembahasan hanya akan dilakukan terhadap tiga jenis
pendekatan yang sifatnya lebih tradisional yaitu Pendekatan Entrepreneurial Events,
Pendekatan Assessment Process, dan Pendekatan Multidimensional. Pendekatan
terakhir ini mencoba menggabungkan individu, lingkungan, dan proses.

Keseluruhan pendekatan ini menjelaskan proses kewirausahaan sebagai konsolidasi


berbagai faktor.
1. Pendekatan Tahapan Pertumbuhan Wirausahawan
Kewirausahaan merupakan proses di mana individu merencanakan,
mengimplementasikan, dan mengendalikan kegiatan kewirausahaannya, dan
ternyata berbagai faktor berpengaruh terhadap setiap kejadian dalam proses
entrepreneurial ini. Pendekatan ini memusatkan perhatian terhadap proses yang
terjadi dalam kegiatan kewirausahaan dengan mempertimbangkan pengaruh
berbagai faktor berikut:

a. Inisiatif : seseorang atau sekelompok orang mengambil inisiatif untuk


menjalankan usaha.
b. Organisasi : berbagai jenis sumber dikumpulkan di kumpulkan atau
diorganisasikan dalam rangka mencapai tujuan dari usaha.
c. Pengaturan : pihak yang berinisiatif tadi menjalankan pengaturan terhadap
organisasi usaha.
d. Otonomi : pemegang inisiatif ini memiliki kebebasan tertentu untuk
menggunakan maupun mengalokasikan sumber-sumber yang ada.
e. Risiko : keberhasilan ataupun kegagalan usaha yang dijalankan juga ditanggung
oleh karyawan.
f. Lingkungan : usaha ini dilakukan dalam lingkungan di mana terdapat peluang,
berbagai sumber, pesaing, yang keseluruhannya bisa mempengaruhi terhadap
setiap tahapan dalam perkembangan usaha.

Perkembangan usaha mengikuti empat tahapan, yaitu tahapan munculnya gagasan


(inovasi), tahapan munculnya unsur pemicu, tahapan implementasi, dan tahapan
tumbuh. Pada setiap tahapan dari pertumbuhan usaha terdapat berbagai faktor yang
mempengaruhi, seperti ditunjukkan pada skema di halaman berikut (Gambar 1.1)
sehingga pola tumbuh setiap wirausahawan juga berlain-lainan

2. Pendekatan Perspektif Kewirausahaan

Pendekatan ini dilakukan melalui inventarisasi secara kualitatif, secara


kuantitatif, secara strategis, dan secara etis terhadap wirausahawan,
perusahaannya, dan juga lingkungannya. Untuk mengevaluasi kewirausahaan,
hasil inventarisasi ini perlu dibandingkan terhadap tahap perkembangan
kewirausahaan, yaitu kewirausahaan yang terjadi pada tahapan dini dari karier
seseorang, pada pertengahan karier, dan yang terjadi di akhir karier. Pendekatan
ini dijelaskan pada skema yang ditunjukkan pada Gambar 1.2..

3. Pendekatan Multidimensi
Pendekatan yang lebih rinci melihat kewirausahaan dari berbagai dimensi.
Kewirausahaan dipandang sebagai kerangka multidimensi yang kompleks yang
terutama memperhatikan dimensi individu, lingkungan, organisasi, dan proses
pertumbuhan usaha. Faktor-faktor yang berkaitan dengan masing-masing dimensi
adalah sebagai berikut.

Individu
a. Keinginan mencapai sukses.
b. Kebebasan mengatur diri sendiri.
c. Kesediaan menanggung risiko.
d. Kepuasan kerja.
e. Pengalaman kerja sebelumnya.
f. Kadar kewirausahaan orang tua
g. Umur.
h. Pendidikan.
Lingkungan
a. Ketersediaan modal ventura.
b. Kehadiran wirausahawan berpengalaman.
c. Tenaga kerja yang memiliki keterampilan teknis.
d. Ketersediaan pemasok.
e. Ketersediaan konsumen atau pasar (yang baru).
f. Dukungan kebijakan pemerintah.
g. Kehadiran Perguruan Tinggi.
h. Ketersediaan lahan dan fasilitas.
i. Ketersediaan transportasi.
j. Sikap masyarakat sekitar.
k. Ketersediaan jasa pendukung.
l. Standar hidup masyarakat.

Organisasi
a. Jenis atau corak usaha.
b. Lingkungan kewirausahaan.
c. Partner untuk patungan.
d. Variabel strategis: 1) Ongkos, 2) Diferensiasi, 3) Fokus
e. Ambang persaingan untuk masuk dalam usaha.

Proses
1. Menemukan peluang usaha.
2. Mengumpulkan sumber yang diperlukan.
3. Memasarkan produk/jasa.
4. Membuat produk.
5. Mengembangkan organisasi.
6. Menjawab keinginan pemerintah dan masyarakat.
Saling hubungan antara empat dimensi utama yang terlibat dalam pertumbuhan
wirausaha wirausahawan baru dijelaskan pada Gambar 1.3. Pendekatan ini mengubah
pemikiran mengenai kewirausahaan dari pemikiran yang memandang berbagai dimensi
kewirausahaan secara terpilah-pilah menjadi pendekatan dinamis yang memperhatikan saling
hubungan antara berbagai dimensi secara interaktif.

C. INTRAPRENEURSHIP I

stilah intrapreneur mulai menjadi populer di dunia usaha. Intrapreneur


mengembangkan semangat kewirausahaan dalam suatu organisasi, sehingga
menyebabkan tumbuhnya atmosfer atau suasana inovatif dalam organisasi tersebut.
Intrapreneur secara sukarela mengambil tanggung jawab untuk menciptakan temuan-
temuan baru yang bermanfaat dalam suatu organisasi.
BAB III
PENUTUP

Perkembangan startup sejak era Colombus sampai ke masa depan di era eksplorasi
luar angkasa memiliki kesamaan. Walaupun terdapat perbedaan dari segi konsep, kronologis
serta industri, namun pengusaha startup sejak awal aktivitas kewirausahaan diketahui
memiliki beberapa kesamaan yang tidak membedakan waktu, tempat dan bidang yang
ditekuni. Kesamaan para pengusaha startup antara lain: memiliki visi ke depan yang didorong
oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu hal dalam kewirausahaan disebut sebagai kebutuhan
berprestasi, memiliki keberanian untuk mengambil risiko, memiliki kendali diri di tengah
situasi yang tidak menentu, serta memiliki keuletan untuk menciptakan inovasi serta
menjadikan tantangan sebagai motivator pendorong untuk terus maju dan sukses.
Startup juga dipengaruhi oleh semangat kewirausahaan sejak era Colombus memiliki
konsep yang sama dmana startup itu merupakan sekelompok manusia yang terorganisir, yang
diarahkan oleh seorang pemimpi dengan visi untuk melakukan perubahan di dunia dengan
tujuan untuk mencapai sesuatu yang berbeda di tengah situasi lingkungan yang berubah-ubah.
Dan startup sejak dikenal sampai di masa depan akan terus melakukan perubahan terhadap
dunia yang didorong oleh impian dari pendiri dan pencipta startup tersebut.
Masa depan startup akan lebih cerah dalam menjawab beragam permasalahan distopia
untuk menciptakan utopia dari umat manusia. Hal ini agar umat manusia dapat bervolusi
untuk terus menyempurnakan diri di tengah beragam keterbatasan umat manusia dalam
menghadapi beragam permasalahan masa lalu, masa kini dan masa depan.
Beberapa meluncurkan perusahaan untuk mengejar peluang, sementara yang lain -
termasuk banyak pengusaha di negara berkembang - melakukannya hanya karena kebutuhan,
karena itu adalah cara paling menjanjikan untuk mencari nafkah. Apa pun motivasinya, setiap
calon wirausahawan dapat memperoleh manfaat dari mempelajari peran yang sebenarnya.
Terdapat dua jenis cara pandang utama dalam pemikiran mengenai kewirausahaan, yaitu
pandangan makro dan pandangan mikro. Pandangan makro menunjukkan adanya sejumlah
faktor yang berkaitan dengan sukses atau gagalnya usaha yang dijalankan oleh seorang
wirausahawan. Faktor-faktor ini mencakup berbagai proses dari luar (eksternal) yang sering
kali berada di luar kendali seorang wirausahawan. Dalam pandangan bersifat makro ini
terdapat tiga pendekatan, yaitu: lingkungan, keuangan dan perpindahan.
Pendekatan lingkungan memandang berbagai faktor dari luar yang berpengaruh terhadap pola
hidup seseorang sehingga menyebabkan dia memiliki potensi ataupun tidak memiliki potensi
untuk menjadi seorang wirausahawan.
DAFTAR REFERENSI
1. Akbar, A. (2018). Digital Ekosistem. Jakarta: Republika Penerbit.
2. Bennett, N., & Lemoine, G. J. (2014). What VUCA Really Means for You. Harvard
Business Review, (Januari-Februari). Diambil dari https://hbr.org/2014/01/whatvuca-really-
means-for-you
3. Brook, T. (2008). Vermeer’s Hat: The Seventeenth Century and the Dawn of the Global
World. London: Profile Books.
4. Cantillon, R. (1931). Essai sur la Nature du Commerce en General (H. Higgs). London:
Macmillan.
5. CBNINSIGHT. (2019, Januari). The Complete List of Unicorn Companies [Tech News].
Diambil 31 Januari 2019, dari The Complete List of Unicorn Companies website:
http://instapage.cbinsights.com/researchunicorn-companies
6. Friedman, T. (2017). Thank You for Being Late: An Optimist’s Guide to Thriving in the
Age of Acceleration. New York: Farrar, Straus and Giroux.
7. Galloway, S. (2017). The Four: The Hidden DNA of Amazon, Apple, Facebook and
Google. New York: Penguin Random House LLC.
8. Graham, P. (2012, September). Startup = Growth [Blog]. Diambil 1 Januari 2019, dari
Paulgraham website: http://www.paulgraham.com/growth.html
9. Harari, Y. N. (2017). Sapiens, Sejarah Ringkas Umat Manusia dari Zaman Batu hingga
Perkiraan Kepunahannya. Jakarta: PT. Pustaka Alvabet.
10. Hindle, K., Klyver, K., & Jennings, D. F. (2009). An “informed” intent model:
Incorporating human capital, social capital, and gender variables into the theoritcal model of
entrepreneurial intentions. Dalam International Studies in Entrepreneurship. Understanding
the entrepreneurial mind: Opening the black box (Alan L. Carsrud, and Malin Brannback).
New York: Springer.
11. Ismaun. (2005). Sejarah Sebagai Ilmu. Bandung: Historia Utama Press.
12. Karayiannis, A. D. (2003). Entrepreneurial functions and characteristics in a
protocapitalist economy: The Xenophanian entrepreneur. Wirtschaftspolitische Blätter, 50,
553–563.
13. Kasali, R. (2017). Disruption. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.
14. Kiwe, L. (2018). Jatuh-Bangun Bos-Bos Startup, Inspirasi dan Pelajaran di Balik
Kesuksesan Perusahaan-Perusahaan Startup. Yogyakarta: Cheklist.
15. Landstrom, H. (2005). Pioneers in Entrepreneurship and Small Business Research.
Boston: Springer.
16. Lee, A. (2013). Welcome To The Unicorn Club: Learning From Billion-Dollar Startups |
TechCrunch [Tech News]. Diambil 31 Januari 2019, dari Techcrunch website:
https://techcrunch.com/2013/11/02/welcom e-to-the-unicorn-club/
17. Mintardjo, C. M. O. (2017). Pengantar Ilmu Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil
Pemula, Latar Belakang, Teori, Terapan dan Kasus (1 ed.). Manado: Unsrat Press.
18. Rahman, A. F. (2018). Valuasi Amazon Sempat Menyentuh USD 1 Triliun [News].
Diambil 21 November 2019, dari Detik.com website:
https://inet.detik.com/business/d4198025/valuasi-amazon-sempatmenyentuh-usd-1-triliun
19. Ramdhan, H. E. (2016). Startup Business Model, 50 Model Bisnis dari 100++ Startup
Lokal dan Mancanegara. Jakarta: Penebar Plus.
20. Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2013). Organizational Behavior (15 ed.). New Jersey:
Pearson Education Inc.
21. Robehmed, N. (2013, Desember 16). What Is A Startup? FORBES ONLINE. Diambil
dari https://www.forbes.com/sites/natalierobeh
med/2013/12/16/what-is-astartup/#7b56940e4044
22. Ross, A. (2017). The Industries of the Future. New York: Simon & Schuster.
23. Schwab, K. (2016). The Fourth Industrial Revolution. Geneva: World Economic Forum.
24. Startup Genome. (2018). Global Startup Ecosystem Report 2018, Secceding in the New
Era of Technology. Diambil dari www.startupgenome.com
25. Thiel, P. (2014). Zero to One, Notes on Startups, or How to Build the Future. New York:
Crown Publishing Group.
26. Tripathi, D. (2011). Book Review: Robert F. Hebert and Albert N. Link, A History of
Entrepreneurship,London & New York: Routledge, 2009, 121 pp. The Journal of
Entrepreneurship, 20(1), 143–158.
27. https://www.kodiakdata.com/are-startupsgoing-to-the-birds-insights-on-a-newstartup-era/
28.https://entrepreneur.bisnis.com/read/20210409/88/1378958/10-mitos-kewirausahaan-dan-
faktany
28. http://repository.ut.ac.id/4819/1/EKMA4370-M1.pdf

Anda mungkin juga menyukai