net/publication/358460197
CITATIONS READS
0 3,777
1 author:
Jusup Nurgraha
Sekolah Tinggi Ilmu ekonomi Indonesia Membangun (STIE INABA)
6 PUBLICATIONS 1 CITATION
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Jusup Nurgraha on 09 February 2022.
Editor:
Dr. H. Hari Mulyadi, M.Si.
Penerbit:
B
anyak orang mencoba melamar pekerjaan dan ternyata banyak pula yang
ditolak bekerja pada beberapa instansi atau perusahaan. Salah satu cara
paling baik yang bisa ditempuh, di tengah lingkungan kehidupan yang se-
makin kompetitif saat ini, adalah berwirausaha. Siapa pun bisa menjadi seorang
entreprenuer tangguh. Seperti pepatah, asalkan ada kemauan pasti ada jalan.
Berwirausaha tidak harus dimulai dengan modal uang yang besar, tetapi mo-
dal yang Anda harus miliki adalah KEMAUAN! Dengan kemauan, ditambah dengan
konsekuen terhadap jalan yang Anda tempuh, pastinya akan memberi jalan terang
buat Anda bisa menuju tangga kesuksesan.
Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai kewirausahaan menyebabkan
jumlah wirausahawan Indonesia masih tergolong sedikit dibanding pelaku profesi
lainnya. Buku ini mengulas bagaimana kita memulai usaha dengan “mencari pelu-
ang” atau “menciptakan peluang”. Dengan melihat peluang dan mengasah kreati-
vitas, inovasi dan kompetensi pada diri kita, akan membantu kita menjadi seorang
wirausahawan (entrepreneur) sukses di kemudian hari.
Penulis
iii
Daftar Isi
BAB 1
WIRAUSAHA (ENTREPRENEURIAL)............................................................ 1
A. Sejarah Wirausaha (Entrepreneurial )............................................................ 2
1. Perkembangan Awal Wirausaha (Entrepreneurial ) ........................... 2
2. Perkembangan Wirausaha Abad Pertengahan.................................... 3
3. Perkembangan Wirausaha di Abad Modern........................................ 3
B. Pengertian Entrepreneurial, Entrepreneurship, dan Entrepreneur ......... 4
BAB 2
JIWA WIRAUSAHA (ENTREPRENEUR SPIRIT)........................................... 12
A. Apa Itu Jiwa Entrepreneur?................................................................................ 13
B. Mengapa Penting Memiliki Jiwa Entrepreneur?........................................ 13
C. Bagaimana Menumbuhkan Jiwa Entrepreneur?........................................ 16
D. Membentuk Pola Pikir Wirausaha.................................................................. 17
E. Membentuk Etika Wirausaha........................................................................... 20
BAB 3
KREATIVITAS DAN INOVASI KUNCI UTAMA ENTREPRENEURSHIP ....... 24
A. Pentingnya Kreativitas dan Inovasi bagi Seorang Entrepreneur........ 25
B. Pengertian Kreativitas........................................................................................ 26
C. Kiat Mengembangkan Kreativitas ................................................................ 29
D. Pengertian Inovasi............................................................................................... 41
E. Kiat Mengembangkan Inovasi ....................................................................... 44
F. Menangkap Peluang Usaha.............................................................................. 46
G. Menciptakan Peluang Bisnis............................................................................. 58
v
BAB 4
KEAHLIAN MENJADI PENGUSAHA (COMPETENCIES ENTREPRENEUR).... 73
A. Pengertian dan Jenis Competencies Entrepreneur.................................. 74
1. Hard Competencies bagi Entrepreneur.................................................... 75
2. Soft Competencies bagi Entrepreneur...................................................... 76
B. Ragam Kompetensi yang Dibutuhkan Entrepreneur.............................. 78
1. Kompetensi Individu (Personal Competencies).................................... 78
2. Kompetensi Bisnis (Business Competencies)......................................... 83
3. Kompetensi Manajemen (Managerial Competencies)....................... 87
BAB 5
KISAH MEREKA YANG SUKSES BERWIRAUSAHA..................................... 92
A. Tin’Collection: Perpaduan Antara Kreativitas dan Intuisi..................... 94
B. Omset Ratusan Juta Rupiah ‘Hanya’ dari Peyek...................................... 96
C. Devi Septalia: Sukses Lewat Kreativitas dan Kejelian
Melihat Peluang................................................................................................... 97
D. Marshall Utoyo: Raih Sukses dengan kerja keras dan Kemitraan..... 99
E. Ferry Unardi: Menangkap Peluang dari Sebuah Masalah.................... 100
F. Chairul Tanjung Si Anak Singkong, dari Bisnis Fotokopi hingga
Raja Media............................................................................................................... 101
G. Resep Sukses Berbisnis ala Ciputra................................................................ 112
vi | Competencies Entrepreneur
1
WIRAUSAHA
(ENTREPRENEURIAL)
Sumber: http://bit.ly/2ApTslJ
1
A. Sejarah Wirausaha (Entrepreneurial )
Istilah “wirausaha” bukan lagi hal asing bagi kita, terlebih saat ini, dunia wirau-
saha memang sedang menunjukkan geliat pertumbuhannya. Wirausaha menjadi
satu tren yang mendapat perhatian besar dari berbagai pihak, bukan hanya ma-
syarakat tapi juga dari pemerintah. Semua tak lepas karena peran dan sumbangsih
sektor wirausaha dalam peningkatan perekonomian yang cukup signifikan.
Namun begitu, kebanyakan dari kita nyatanya tidak banyak tahu mengenai se-
jarah kewirausahaan itu sendiri. Bahkan, sebagian orang ada yang belum mema-
hami apa sebenarnya yang dimaksud kewirausahaan itu. Bagaimana aplikasinya dan
apa arti pentingnya.
Menelisik sisi kebahasaannya, istilah wirausaha atau yang lebih dikenal dengan
istilah entrepreneurial berasal dari bahasa Perancis, entre yang berarti antara dan
prende yang berarti mengambil. Kata ini biasa dipakai untuk mendeskripsikan orang
atau pribadi-pribadi yang berani menghadapi risiko dan memperkecil risiko ter-
sebut dengan memulai hal-hal baru. Di Belanda, istilah wirausaha dikenal dengan
ondernemer, dan di Jerman dikenal dengan unternehmer.
Adapun secara istilah, wirausaha memiliki banyak sekali definisi. Setiap ahli
ekonomi mencoba memaknai dengan pengertiannya masing-masing. Namun pada
umumnya, semua pendapat merujuk pada sifat, watak, dan ciri-ciri yang melekat
pada seseorang yang mempunyai kemauan keras untuk mewujudkan gagasan ino-
vatif ke dalam dunia usaha yang nyata dan dapat mengembangkannya dengan
tangguh (Peter F. Drucker, 1994).
Dalam buku ini, tahapan perkembangan wirausaha dibagi menjadi tiga tahap-
an, yaitu perkembangan awal, abad pertengahan, dan abad modern.
2 | Competencies Entrepreneur
gung oleh penerima kontrak). Risk-taker ini menggunakan dana dari pemodal
untuk berdagang antara lain dengan mengelilingi lautan. Mereka menghadapi
banyak risiko baik fisik maupun sosial dengan imbalan keuntungan tertentu.
Competencies Entrepreneur | 3
Di Indonesia sendiri, perkembangan kewirausahaan masih terhitung baru.
Mulai dikenal pada awal abad ke-20. Namun, perkembangannya tergolong
lambat. Hal ini terlihat dari baru dipelajarinya pendidikan kewirausahaan di be-
berapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja.
Sumber: http://bit.ly/2znHgno
4 | Competencies Entrepreneur
Berganti abad, ekonom Inggris terkenal seperti Adam Smith dan John Stuart
Mill membahas tentang konsep ini dan menyatakan bahwa entrepreneurship me-
rupakan keterampilan yang tidak biasa, tetapi tidak menemukan istilah yang tepat
di dalam bahasa Inggris. Smith dan Mill menyebutnya, business management. John
Stuart Mill mcmisahkan fungsi entrepreneur antara yang menerima laba dan yang
menerima bunga. Diperluas lagi oleh Schumpeter yang menempatkan manusia se-
bagai faktor sentral proses perkembangan ekonomi. Dalam proses itu entrepreneur
melakukan inovasi dalam bentuk, cara, atau produk, dengan mengeksploitasi sum-
ber-sumber daya yang ada menjadi sesuatu yang baru.
Istilah entrepreneurship, entrepreneurial, dan entrepreneur memiliki definisinya
masing-masing. Ini yang sering disalahpahami orang. Untuk mendapatkan pema-
haman dari pengertian tiga istilah ini, mari kita simak pendapat para ahli berikut ini.
Competencies Entrepreneur | 5
7. Zimmerer (1996) kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan
keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk
memperbaiki kehidupan usaha.
8. Siswanto Sudomo (1989), kewirausahaan atau entrepreneurship adalah segala
sesuatu yang penting mengenai seorang wirausaha, yakni orang yang memiliki
sifat bekerja keras dan berkorban, memusatkan segala daya dan berani meng-
ambil risiko untuk mewujudkan gagasannya.
9. Inpres No. 5 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan
Membudayakan Kewirausahaan, kewirausahaan adalah semangat, sikap, peri-
laku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan
yang mengarah kepada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara ker-
ja, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka
memberikan pelayanan yang lebih baik atau memperoleh keuntungan yang
lebih besar.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa makna entre-
preneurship lebih mengarah kepada sebuah tindakan yang memiliki sifat keberani-
an, kreatif, inovatif, tahan dengan tantangan hidup, serta sanggup dalam menang-
kap dan mewujudkan sebuah peluang.
Adapun entrepreneur (wirausahawan/pengusaha), adalah orang yang melaku-
kan aktivitas sebagai pelaku entrepreneurial (wirausaha). Secara lebih luas, entrepre-
neur didefinisikan sebagai seseorang yang membawa sumber daya berupa tenaga
kerja, material, dan aset lainnya pada suatu kombinasi yang menambahkan nilai
yang lebih besar daripada sebelumnya, dan juga dilekatkan pada orang yang mem-
bawa perubahan, inovasi, dan aturan baru.
Entrepreneur adalah pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha bisa digolong-
kan sebagai entrepreneur. Entrepreneur lebih merupakan seorang pionir dalam bis-
nis, inovator, penanggung risiko yang mempunyai penglihatan visi ke depan dan
memiliki keunggulan dalam berprestasi di bidang usaha. Entrepreneur adalah mere-
ka yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan
ide dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang (opportunity) dan perba-
ikan (preparation) hidup. Entrepreneur juga adalah seorang yang memiliki kombina-
si unsur-unsur (elemen-elemen) internal yang meliputi kombinasi motivasi diri, visi,
komunikasi, optimisme, dorongan semangat, dan kemampuan untuk memanfaat-
kan peluang usaha (Suryana, 2001).
6 | Competencies Entrepreneur
Entrepreneurial sendiri adalah suatu proses yang dilakukan oleh seorang entre-
preneur dalam menciptakan nilai dari suatu produk (value added).
1. Kewirausahaan berisi bidang pengetahuan yang utuh dan nyata terhadap teori,
konsep, dan metode ilmiah yang lengkap.
2. Kewirausahaan memiliki dua konsep, yaitu posisi permulaan dan perkembangan
usaha, yang jelas tidak masuk dalam kerangka pendidikan manajemen umum
yang memisahkan antara manajemen dan kepemilikan usaha.
3. Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki objek tersendiri, yaitu
kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
4. Kewirausahaan merupakan alat untuk menciptakan pemerataan usaha dan
pendapatan, atau kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur.
Dengan begitu, kewirausahaan merupakan sebuah disiplin ilmu yang dapat di-
pelajari oleh semua manusia, bukan sekadar bakat atau faktor pengalaman. Di da-
lamnya sudah ada teori, konsep dan metode ilmiah yang memberikan solusi meng-
ambil sebuah keputusan, berinovasi dan berjiwa kreatif yang sangat dibutuhkan,
Competencies Entrepreneur | 7
bukan saja oleh pengusaha, melainkan juga karyawan, dosen/guru, kepala sekolah,
manajer, bupati, dan lain sebagainya. Intinya, kewirausahaan merupakan disiplin
ilmu yang wajib dimiliki bukan hanya oleh bawahan, melainkan atasan dan semua
kalangan masyarakat sebagai pijakan dalam mengambil sebuah keputusan.
Dalam kewirausahaan (entrepreneurship), diajarkan konsep dan teori-teori ba-
gaimana menjadi seorang entrepreneur (wirausahawan) yang baik. Sebelumnya, ke-
wirausahaan kerap dianggap sebagai sesuatu yang hanya dapat dilakukan melalui
pengalaman langsung di lapangan dan merupakan bakat yang dibawa sejak lahir,
sehingga kewirausahaan tidak dapat dipelajari dan diajarkan. Namun, anggapan
tersebut sudah tidak berlaku lagi.
Kenyataannya, kewirausahaan tidak hanya bakat bawaan sejak lahir atau urusan
pengalaman lapangan, tetapi juga dapat dipelajari dan diajarkan. Seseorang yang
memiliki bakat kewirausahaan dapat mengembangkan bakatnya melalui pendidik-
an. Mereka yang menjadi wirausaha adalah orang-orang yang mengenal potensi
dan belajar mengembangkannya untuk menangkap peluang serta mengorganisasi
usaha dalam mewujudkan cita-citanya. Oleh karena itu, untuk menjadi wirausaha
yang sukses, memiliki bakat saja tidak cukup, tetapi juga harus memiliki pengetahu-
an mengenai segala aspek usaha yang akan ditekuninya (Suryana, 2006).
8 | Competencies Entrepreneur
3 persen dari total jumlah penduduk masing-masing. Sementara, negara-negara
maju seperti Amerika Serikat dan Jepang bahkan memiliki jumlah pengusaha lebih
dari 10 persen dari jumlah populasi.
Tentu saja, kondisi ini tidak boleh dibiarkan. Harus ada upaya untuk mendorong
tumbuhnya jumlah wirausaha Indonesia hingga bisa mencapai angka ideal. Cara-
nya? Jawabannya mungkin cukup kompleks. Namun yang utama, insentif sebagai
pengusaha atau wirausahawan harus ditingkatkan, seperti kemudahan membuka
badan usaha, fasilitas kredit usaha dengan bunga ringan, hingga keringanan pajak.
Penting untuk diperhatikan juga adalah pemberantasan pungutan liar yang selama
ini dialami pengusaha.
Entrepreneurship adalah
tindakan yang memiliki sifat
keberanian, kreatif, inovatif,
tahan dengan tantangan hidup,
serta sanggup dalam menangkap
dan mewujudkan
sebuah peluang.
Competencies Entrepreneur | 9
an mengembangkan wirausaha lokal dan meningkatkan keahlian negara ini dalam
pengelolaan data.
Indonesia sendiri pernah membuat sebuah paltform yang memungkinkan en-
trepreneur dan investor bisa terhubung satu sama lain salah satunya yaitu HUB.ID.
Namun upaya tersebut berangsur-angsur tidak terdengar karena kurangnya du-
kungan dari kementerian, komunitas bisnis, LSM, dan pihak lainnya.
Kemudian Pemerintah Indonesia juga menunjuk Dirjen kewirausahaan. Tapi ka-
rena anggaran yang begitu kecil dalam mengkoordinasi gerakan dengan skala yang
besar tentunya menjadi sebuah kendala tersendiri. Akhirnya platform itu entah ba-
gaimana nasibnya, proyek-proyek seperti ini sering terjadi di Indonesia, terputus di
pertengahan jalan.
10 | Competencies Entrepreneur
8. Hidup secara efisien, tidak berfoya-foya dan tidak boros.
9. Memelihara keserasian lingkungan, baik dalam pergaulan maupun kebersihan
lingkungan.
Competencies Entrepreneur | 11
2
JIWA WIRAUSAHA
(ENTREPRENEUR SPIRIT)
Sumber: http://bit.ly/2m19f7u
12
A. Apa Itu Jiwa Entrepreneur?
Pada bab sebelumnya kita telah membahas pengertian entrepreneurship. Inti-
nya, entrepreneurship adalah sebuah tindakan yang memiliki sifat keberanian meng-
hadapi risiko, kreatif, inovatif, tahan dengan tantangan hidup, serta sanggup dalam
mencari, menangkap, dan menciptakan sebuah peluang. Lalu, apa yang dimaksud
dengan jiwa entrepreneur itu?
Jiwa entrepreneur adalah suatu kepribadian yang di dalamnya mencakup semua
sifat unggul yang dibutuhkan sebagai entrepreneur. Sifat-sifat unggul entrepreneur
yang utama antara lain:
1. Berani menciptakan sesuatu yang baru dengan penuh risiko, berani gagal, me-
lalui proses, tidak mengambil jalan instan.
2. Percaya diri, optimis, memiliki komitmen, disiplin, memiliki tanggung jawab.
3. Kreatif dan inovatif.
4. Berjiwa pemimpin, menberikan tauladan, melindungi, dan mengayomi.
Competencies Entrepreneur | 13
menghasilkan ide-ide yang kreatif dengan menciptakan inovasi-inovasi yang me-
ngagumkan.
Itulah arti penting jiwa entrepreneur. Di tangan orang berjiwa entrepreneur, batu
bisa disulap menjadi emas. Tanah kering bisa diubah menjadi taman yang indah.
Apa pun keadaannya, yang tidak menguntungkan sekalipun, seorang entrepreneur
mampu mengkreasinya menjadi lebih baik.
Jiwa entrepreneurship bermanfaat besar bagi diri pribadi seseorang. Lebih luas
lagi, jika jiwa entrepreneurship ini dipraktikkan dengan baik, maka akan tumbuh
berkembang dan berpengaruh kepada tingkat ekonomi suatu daerah dan taraf eko-
nomi bangsa secara nasional. Entrepreneurship sangat signifikan perannya dalam
menyangga stabilitas ekonomi suatu bangsa, termasuk di Indonesia.
Berkat entrepreneurship, negara-negara yang sumber daya alamnya minim
sanggup tampil sebagai negara maju, berkembang di segala bidang, dan mengua-
sai perekonomian. Bisa dibayangkan jika Indonesia –yang memiliki kekayaan alam
melimpah ini, dikelola oleh ‘tangan-tangan’ berjiwa entrepreneurship tinggi, tentu
kita boleh berimajinasi Indonesia berpotensi besar menjadi negara super power. Bila
itu berlebihan, setidaknya Indonesia bisa menjadi negara maju yang sejajar dengan
Jepang, Korea, China, dan yang lain.
Sumber: http://bit.ly/2iC0POM
14 | Competencies Entrepreneur
Besarnya peranan entrepreneurship bagi perekonomian bangsa karena ia mam-
pu menjadi solusi dari poin-poin berikut:
1. Membuka Lapangan Pekerjaan
Dengan tumbuh dan berkembangnya kegiatan wirausaha, sudah barang
tentu ketersediaan lapangan pekerjaan semakin meningkat. Banyak orang yang
berwirausaha akhirnya membutuhkan tenaga kerja tambahan untuk mengisi
bagian-bagian posisi tertentu. Dampak pengiringnya pasti berhubungan de-
ngan nilai ekonomi yang berkaitan dengan penghasilan seseorang.
Saat kegiatan kewirausaahan semakin berkembang, jenis bidang usaha
juga akan semakin beragam. Semakin banyaknya jenis bidang usaha, maka se-
makin beragam pula lapangan pekerjaan yang tersedia. Berbagai jenis keahlian
atau kemampuan yang dimiliki masyarakat, semuanya akan terserap.
Competencies Entrepreneur | 15
Selanjutnya, kewirausahaan yang kuat dengan jumlah yang banyak mem-
buat sebuah bangsa semakin kokoh dalam menjaga stabilitas ekonomi. Ekono-
mi yang stabil membuat bangsa menjadi kuat terhadap badai krisis keuangan
ataupun krisis global yang bisa terjadi kapan saja. Stabilitas ekonomi bangsa
terjadi karena dukungan para pengusaha yang menyediakan lapangan pekerja-
an bagi masyarakat luas, sehingga lebih tahan goncangan karena mempunyai
taraf ekonomi dan penghasilan yang baik dan stabil.
16 | Competencies Entrepreneur
sukses (success story), media televisi, radio, majalah koran dan berbagai media yang
dapat kita akses untuk menumbuhkembangkan jiwa wirausaha yang ada di diri kita.
Melalui berbagai media tersebut ternyata setiap orang dapat mempelajari dan me-
numbuhkan jiwa wirausaha.
3. Mengenal Lingkungan
Mengenali lingkungan di sini maksudnya adalah bisa mengetahui kebutuh-
an masyarakat yang berada di sekitarnya. Kebutuhan masyarakat tersebut bisa
saja dijadikan alternatif peluang usaha yang bisa dijalankan.
Competencies Entrepreneur | 17
4. Fokus
Dalam menjalankan suatu usaha haruslah dilakukan dengan fokus, bukan
sekadar tren atau ikut-ikutan belaka. Perlu dihindari pula berganti-ganti jenis
usaha agar tetap fokus dengan bisnis yang dikerjakan dan dikembangkan. Se-
lain itu, individu yang melakukan bisnis jangan hanya sekadar tergiur dengan
mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan mengabaikan analisa pe-
masaran dan konsumennya.
Sumber: http://bit.ly/2Ag0hp2
18 | Competencies Entrepreneur
tangan yang ada dalam proses usaha, baik itu saat mengawali bisnis maupun
saat mempertahankannya. Saat berwirausaha, seseorang hendaknya melaku-
kan pekerjaannya secara cerdas, terencana, terkoordinir dan profesional.
Competencies Entrepreneur | 19
10. Kemampuan Membentuk Relasi
Wirausaha harus memiliki jaringan atau relasi usaha. Mitra atau rekanan
kerja merupakan simbiosis mutualisme yang harus dibangun, karena dalam ke-
wirausahaan selalu saling berkaitan, atau saling membutuhkan. Sebagai contoh
di sini, konveksi harus memiliki rekanan pabrik kain sebagai bahan bakunya,
pabrik kain pun harus memiliki rekanan pemintalan. Pengusaha pemintalan
juga harus memiliki relasi atau mitra kerja denga petani kapas. Petani kapas
pun harus memiliki jaringan dengan pengusaha pintal, toko pupuk, dan sete-
rusnya. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa berwirausaha sangat membutuh-
kan jaringan atau rekanan kerja. Dan membentuk relasi atau jaringan tersebut
butuh kemampuan yang didapat dari belajar dan latihan.
Sumber: http://bit.ly/2zpttwG
20 | Competencies Entrepreneur
Etika dalam berwirausaha adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
cara melakukan kegiatan bisnis yang mencakup seluruh aspek yang masih berkaitan
dengan personal, perusahaan, ataupun masyarakat. Atau bisa juga diartikan pe-
ngetahuan tentang tata cara ideal dalam pengaturan dan pengelolaan bisnis yang
memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal, secara ekono-
mi, maupun sosial.
Di dunia bisnis, etika itu sendiri sangat menentukan kesuksesan. Dalam ketat-
nya persaingan usaha, kepandaian tanpa etika adalah penghancur bisnis paling
ampuh. Ambisi, kreativitas, dan inovasi jelas memiliki posisi sangat penting dalam
menentukan kesuksesan. Namun, semuanya bisa sirna tanpa bekas jika tidak diba-
rengi ketundukan terhadap etika. Terbangunnya kredibilitas di mata konsumen ka-
rena seorang entrepreneur memegang teguh etika. Ketika konsumen menganggap
reputasi sebuah perusahaan cukup baik, maka perusahaan tersebut dapat dengan
mudah mendapatkan kepercayaan mereka.
Dalam perkembangannya, terdapat beberapa prinsip etika dalam berbisnis agar
berwirausaha tetap lancar dan stabil menghadapi persaingan, antara lain:
1. Kejujuran
Kejujuran merupakan salah satu poin penting untuk menyukseskan usaha
sekaligus membangun kepercayaan klien. Kita wajib bersikap jujur dalam segala
hal, mulai dari sekadar memberikan informasi hingga ketika menganalisa keku-
rang perusahaan yang dipimpin.
2. Integritas
Seorang pimpinan perusahaan mendapatkan kepercayaan orang lain ka-
rena ia memiliki integritas. Integritas sendiri diartikan sebagai konsistensi dan
sinkronisasi antara pemikiran, perkataan, dan perbuatan. Meski demikian,
membangun integritas tidaklah semudah bayangan karena seringkali kita harus
berhadapan dengan berbagai kepentingan lain yang mungkin berseberang-
an dengan kepercayaan. Dalam hal ini, seseorang dikatakan sebagai pemimpin
yang baik jika ia mampu bertahan dan tidak mengorbankan prinsip yang diper-
caya hanya karena mendapat tekanan dari pihak lain.
Competencies Entrepreneur | 21
sembarangan membuat janji, tetapi ketika sudah diucapkan, harus langsung
berkomitmen untuk memenuhinya dengan baik.
4. Loyalitas
Loyalitas adalah hal yang sangat diperlukan agar bisnis dapat berjalan de-
ngan baik tanpa menimbulkan konflik. Keloyalan dapat ditunjukkan dengan be-
kerja sesuai dengan visi dan misi perusahaan serta tidak mencampurkan urusan
kantor dengan masalah pribadi. Kita juga dapat menunjukkan loyalitas dengan
memberikan seluruh kemampuan demi perkembangan perusahaan ke arah
yang lebih baik.
5. Keadilan
Keadilan menjadi salah satu hal fundamental yang harus dimiliki setiap
wirausahawan sukses. Mereka tidak menggunakan kedudukan atau kekuatan
yang dimiliki untuk bersikap otoriter maupun seenaknya sendiri. Mereka mam-
pu bersikap adil pada setiap karyawan, menoleransi perbedaan, berpikiran ter-
buka, mengakui jika melakukan kesalahan, bahkan tak segan mengubah prinsip
atau keputusan jika diperlukan.
6. Kepedulian
Seorang pebisnis harus menjadi pribadi yang menunjukkan kepedulian,
simpatik, dan baik hati. Kita harus memahami konsep bahwa keputusan dalam
berbisnis tidak hanya berpengaruh bagi perusahaan, tetapi juga seluruh karya-
wan dan staf yang terlibat didalanya. Seorang pemimpin harus mampu mem-
berikan keputusan yang memiliki sedikit dampak negated dan memiliki paling
banyak dampak positif.
7. Penghargaan
Kita harus menjadi pribadi yang menghargai orang lain jika ingin menjadi
pebisnis sukses. Kita juga harus bersikap profesional dengan tidak membeda-
kan perlakuan kepada orang lain berdasarkan jenis kelamin, ras, agama, mau-
pun kewarganegaraan. Hal ini penting dilakukan bukan hanya untuk kebaikan
perusahaan, namun juga agar lingkungan kantor tetap kondusif.
8. Mematuhi Aturan
Dunia bisnis tentu memiliki berbagai aturan yang telah ditetapkan seca-
ra tertulis maupun tidak tertulis. Patuhilah seluruh aturan tersebut agar dapat
menjadi pebisnis yang disegani banyak pihak.
22 | Competencies Entrepreneur
9. Jiwa Kepemimpinan
Seorang pebisnis harus memiliki jiwa kepemimpinan yang baik dengan
menyadari tanggung jawab yang dipikul. Kita juga harus bisa memotivasi selu-
ruh bawahan agar dapat bekerja dan menampilkan performa terbaik.
Competencies Entrepreneur | 23
3
KREATIVITAS DAN INOVASI
KUNCI UTAMA ENTREPRENEURSHIP
Sumber: http://bit.ly/2ApT0E3
24
A. Pentingnya Kreativitas dan Inovasi bagi Seorang Entrepreneur
Sukses adalah hak semua orang. Semua orang punya kesempatan dan peluang
yang sama untuk meraih kesuksesan. Tapi, sukses tidak diraih dengan mudah. Tang-
ga demi tangga harus dilalui, dengan sabar dan tekad kuat tentunya. Sukses itu se-
perti berada di puncak bukit, untuk mendapatkannya kita perlu mendaki bukitnya,
setapak demi setapak. Lelah memang, capek memang, tapi nikmatnya akan sangat
luar biasa di puncak sana.
Begitupun untuk sukses dalam berwirausaha. Tekad dan kerja keras kunci uta-
manya. Namun ada lagi modal lain yang tak kalah penting dari tekad dan kerja keras
itu, adalah kreativitas dan inovasi. Kreativitas dan inovasi, seperti telah disebutkan
pada bab sebelumnya, adalah ruhnya entrepreneur. Keduanya bisa menjadi daya
ungkit menuju keberhasilan berwirausaha. Yang namanya pengungkit, ia bisa mem-
buat sesuatu lebih mudah, lebih ringan, lebih cepat, lebih baik, lebih menarik, dan
lebih lebih lagi yang lain.
Pernah dengar nama ‘Joger’? Ya, mungkin nama itu sudah tidak asing lagi di te-
linga kita. Nama sebuah brand kaos terkenal yang menjadi ciri khas kota Bali, Joger
Pabrik Kata-Kata. Joger dapat menjadi gambaran bagaimana kreativitas menjadi
daya ungkit efektif bagi kesuksesan. Mungkin terlihat sepele, hanya menjual kaos
dengan deretan kata-kata jenaka, humor dan kadang nyentil, tapi kreativitas Mr
Joger sang pendirinya ini nyatanya mampu mendulang sukses luar biasa. Dengan
kreativitas Joger dapat menang dalam persaingan.
Joger hanyalah satu contoh dari luar biasanya sebuah kreativitas dan inovasi.
Contoh lain dapat dengan mudah kita temui di lingkungan sekitar. Apakah kreati-
vitas dan inovasi hanya diperlukan di dunia bisnis? Tidak juga. Hampir setiap hal
dalam kehidupan kita ini, kreativitas dan inovasi menjadi kata kunci untuk kesuk-
sesan. Bagi seorang karyawan, kreatif dan inovatif dapat membantu meningkatkan
kemampuan melaksanakan tugas-tugas yang diberikan dan kesuksesan dalam karir
atau pekerjaan. Karyawan yang kreatif dan inovatif akan selalu hadir dengan ga-
gasan-gagasan baru agar ia dan juga perusahaan dapat melaksanakan aktivitasnya
dengan lebih efektif dan efisien. Bagi seorang guru, kreativitas dan inovasi dapat
membantunya mencari metode yang tepat dalam mendidik anak muridnya sehing-
ga materi-materi yang diajarkan terserap dengan baik. Bahkan, bagi sebuah bangsa,
kreativitas dan inovasi memiliki manfaat luar biasa demi terwujudnya kesejahteraan
bersama.
Competencies Entrepreneur | 25
Jalan sukses itu bukan hanya satu, melainkan bercabang-cabang dan semu-
anya berujung pada kesuksesan. Orang yang kreatif dan inovatif bisa melihat ca-
bang-cabang jalan tersebut dengan mudah. Dengan begitu, potensi kesuksesannya
menjadi lebih besar. Pikiran yang kreatif dan inovatif membuat entrepreneur me-
nemukan jawaban dari setiap masalah dengan cepat. Dengan kreatif dan inovatif,
aktifitas yang membutuhkan waktu satu tahun, mampu selesai hanya dalam waktu
satu bulan.
Jadi, mengingat begitu pentingnya sebuah kreativitas dan inovasi, maka sudah
sewajarnya kita terus melatih dan mengasahnya. Kreatif dan inovatif hanya perlu
dilatih dan diasah, bibitnya sudah ada dan mengendap dalam diri setiap manusia.
B. Pengertian Kreativitas
Kreatif itu punya pengertian yang luas. Kreatif tidak melulu harus berupa men-
ciptakan atau menemukan sesuatu yang baru yang sama sekali berbeda dengan
yang sudah ada. Nyatanya, akan sulit sekali menciptakan sesuatu yang benar-benar
baru. Hampir semua hal merupakan inovasi dan pembaharuan dari yang sudah ada.
Memodifikasi sesuatu yang sudah ada menjadi hal baru, atau mengkombinasi se-
suatu juga bisa disebut kreatif. Kombinasi sepeda motor dengan sepeda onthel,
menghasilkan sepeda motor onthel, ini adalah kreativitas.
Kreatif adalah satu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Kreatif
membuat kita dapat mengaktualisasikan diri. Ini berkaitan dengan kepuasan batin.
Coba saja, ketika kita menemukan suatu ide kreatif, perasaan puas luar biasa akan
kita rasakan. Kepuasan ini lebih besar dari sekadar kita diberi uang gajian dari bos.
Dan yang lebih penting dari kreativitas adalah memungkinkan kita sebagai manusia
untuk meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih baik. Lihatlah, bagaimana para
pendahulu kita yang kreatif telah menolong manusia dalam memecahkan berbagai
permasalahan. Kreatif telah mengantarkan manusia pada peradaban modern, me-
nanggulangi penyakit mematikan, melesatkan teknologi ruang angkasa, melakukan
investigasi tentang kemungkinan adanya kehidupan lain selain di planet bumi, men-
ciptakan alat-alat yang rumit untuk mengetahui inti atom sekaligus rahasia-rahasi-
anya, dan lain sebagainya.
Namun, kebutuhan untuk berpikir kreatif ini juga tidak terbatas pada masalah-
masalah rumit sebagaimana diyakini oleh sebagian kalangan, tetapi juga merupa-
kan kebutuhan primer dalam kehidupan sehari-hari. Berpikir kreatif dapat mence-
gah seseorang terjerumus dalam masalah yang berkepanjangan. Pemikiran yang
26 | Competencies Entrepreneur
kreatif adalah pemikiran yang membebaskan kita dari belenggu imajinasi, karena
kreativitas itu sendiri erat kaitannya dengan imajinasi.
Suatu saat ada seorang penjual bakso keliling dengan gerobak yang kesal ka-
rena dagangan baksonya tidak laku-laku. Suatu saat terpikir ide gila dalam pikir-
annya, yaitu keliling dengan mendorong gerobak yang tak ada baksonya. Tiap kali
ada yang mau pesan, ia selalu bilang baksonya sudah habis. Hari berikutnya juga
begitu. Meski banyak yang penasaran dan ingin membeli baksonya, ia selalu bilang
habis. Itu dilakukannya hingga dua minggu. Selepas dua minggu itu sang penjual
bakso mulai berjualan bakso dengan benar-benar membawa gerobak berisi bakso.
Hasilnya, baksonya laris manis.
Analogi tukang bakso di atas merupakan gambaran dari bagaimana upaya kre-
atif mampu membuat sebuah terobosan dalam penyelesaian masalah. Kreatif dalam
cara berpikir membantu kita melakukan perubahan unik dalam seluruh kehidupan
kita. Kreatif erat kaitannya dengan memunculkan alternatif-alternatif. Dengan ber-
pikir kreatif kita tidak hanya terpaku dengan satu alternatif saja. Dengan berpikir
kreatif kita dapat membuka kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa
depan, sehingga kita juga memiliki alternatif-alternatif cara menghadapi di masa
depannya. Berpikir kreatif juga memudahkan kita untuk melihat, dan bahkan men-
ciptakan peluang yang menunjang keberhasilan kita. Seringkali alasan seseorang
tidak bertindak adalah karena tidak ada peluang. Padahal sesungguhnya peluang
selalu ada di depan kita. Tinggal apakah kita jeli melihatnya atau tidak. Bahkan ka-
laupun peluang itu memang tidak ada, kita dapat menciptakan peluang asal kita
mau berpikir kreatif.
Masalah akan selalu muncul, selama kita hidup. Masalah itu ada seiring de-
ngan adanya kehidupan. Tugas kita adalah menyikapi masalah-masalah yang ada.
Cara seseorang menyikapi masalah akan berbeda. Dalam hal ini, kreativitas sangat
membantu kita. Ada masalah yang sulit sekali dipecahkan. Dan hanya dengan kre-
ativitaslah kita bisa memecahkan masalah-masalah tersebut, bahkan dengan cepat.
Competencies Entrepreneur | 27
Sumber: http://bit.ly/2etiZ5P
28 | Competencies Entrepreneur
biasa saja, bukan yang memiliki kecerdasan tinggi. Pemikiran kreatif tidak didomi-
nasi oleh para cendikiawan. Bahkan, kreativitas kadang muncul dari kalangan orang
yang sama sekali bukan cendikiawan. Jadi, dapat dikatakan bahwa kreativitas itu
adalah milik semua orang.
Sekarang yang perlu disadari, menjadi orang kreatif tidak semudah memba-
likkan telapak tangan. Kembali lagi ditegaskan, kreatif merupakan sebuah proses
jangka panjang, sehingga setiap orang harus terus berlatih untuk mengembangkan
potensi kreatifnya sejak awal agar keinginan menjadi kreatif benar-benar terwujud
dengan baik. Tidak ada rumus maupun resep yang jitu untuk mewujudkan priba-
di yang kreatif, akan tetapi yang ada adalah bagaimana usaha setiap orang untuk
menjadi kreatif. Banyak usaha dan banyak jalan untuk menjadi kreatif, tetapi semu-
anya tergantung dari masing-masing individu.
Bila seseorang sudah menjadi kreatif, maka yang menjadi tuntutan ialah bagai-
mana mempertahankan dan meningkatkan daya kreatif. Cara ini adalah cara yang
paling efektif untuk menjadi kreatif sepanjang masa.
Competencies Entrepreneur | 29
pada keinginan instan menjadi orang kreatif. Di dunia ini tidak ada yang instan.
Selalu dibutuhkan perjuangan. Selalu dibutuhkan usaha.
Terkadang sebagai manusia kita hanya ingin langsung mencapai tujuan dalam
sekejap mata. Tetapi sebenarnya untuk mencapai tujuan tersebut kita butuh proses
yang tak mudah. Seperti halnya kalau kita ingin menjadi sukses di bidang yang kita
tekuni, kita harus mau bekerja keras, dan menghadapi berbagai rintangan serta
tantangannya. Setiap pengorbanan dan perjuangan tentu akan terbayar suatu hari
nanti. Dan, sekecil apa pun usaha kita pasti akan ada hasilnya suatu hari nanti.
Sumber: http://bit.ly/2AqptKe
Hidup ini bagaikan sebuah perjalanan. Perjalanan yang panjang. Langkah demi
langkah dalam perjalanan hidup ini adalah makna. Detik demi detik yang kita lalui
menjadi pengalaman yang berharga. Setiap yang terjadi dan kita lalui dalam hidup
ini syarat dengan hikmah dan tujuan. Tak selembarpun daun yang jatuh dari po-
honnya terjadi dengan sia-sia. Tak sedikit dan sekecil apapun perbuatan yang tak
berbalas.
Kisah seorang Abraham Lincoln, seorang presiden Amerika yang luar biasa dan
namanya dikenang sepanjang masa berikut ini patut disimak. Sejak masih muda,
Lincoln bercita-cita menjadi seorang ahli pidato yang andal. Cita-citanya ini mem-
30 | Competencies Entrepreneur
buat ia menjadi sangat bersemangat dalam belajar. Meski ia bukan termasuk orang
yang banyak menerima pendidikan formal, ia tetap rajin membaca buku-buku ber-
mutu dan bertanya kepada orang yang dianggapnya lebih ahli. Ia juga sangat ge-
mar berkunjung ke berbagai perpustakaan di kotanya untuk meminjam buku dan
membacanya.
Cita-cita untuk menjadi ahli pidato andal juga membuatnya rajin mendengar-
kan pidato orang lain. Dikisahkan pada suatu malam ia pernah berjalan kaki sekitar
30 kilometer hanya untuk mendengarkan sebuah pidato. Saat tengah malam, dalam
perjalanan pulang, ia menyusun kembali intisari pidato tadi. Intisari ini kemudian
dijadikannya bahan untuk berlatih.
Untuk mengembangkan teknik dan daya tarik pidatonya, Lincoln juga mengi-
kuti sejumlah kursus dan seminar. Dia juga tekun dalam berlatih dan senantiasa ber-
upaya memperbaiki kesalahan-kesalahannya. Bertahun- tahun kemudian ia menjadi
seorang negarawan sekaligus ahli pidato yang terkenal.
Dari kisah singkat di atas setidaknya kita dapat menarik beberapa pelajaran
yang berharga. Pertama, keberhasilan bukanlah suatu kebetulan. Kita tidak bisa
tiba-tiba bangun di pagi hari dengan keadaan yang tiba-tiba saja sesuai dengan
cita-cita kita. Hidup bukanlah sebuah pertunjukan sulap! Lihatlah, betapa untuk
mewujudkan impiannya, Abraham Lincoln menempuh perjuangan yang gigih, tak
kenal menyerah dan terus bersemangat. Sementara teman-teman Lincoln sedang
asyik bermain atau pacaran, ia telah larut dalam kegiatan latihan, mengikuti kursus
berpidato atau membaca buku-buku bermutu.
Kedua, kesuksesan membutuhkan sebuah proses. Sayangnya, banyak orang
yang ingin menggapai kesuksesan namun tidak mau menjalani proses yang ada.
Kehidupan modern yang serba instant terkadang membuat kita lupa bahwa segala
sesuatu membutuhkan proses. Mana mungkin kita dapat menikmati buah durian
yang lezat sehari setelah kita menanam bijinya? Bukankah kita harus memupuk, me-
nyiram serta merawatnya dengan baik sehingga biji tersebut dapat tumbuh menjadi
pohon dan berbuah lebat?
Competencies Entrepreneur | 31
Menjadikannya sebuah kebiasaan dalam seluruh aspek kehidupan. Berikut ini tek-
nik-teknik untuk melatih kreativitas.
Apa yang terbaca dari tulisan di atas? Ketika melihat sekilas tulisan tersebut,
barangkali Anda membacanya dengan kata “FLOP”. Akan tetapi, coba amati kem-
bali, adakah kata lain yang terbaca? Ya, ternyata ada kata “FLIP” di sana. Lalu, perta-
nyaannya, bagaimana kata “FLIP” bisa muncul? Jawabannya karena kita mengubah
sudut pandang kita.
Mengubah sudut pandang terhadap sesuatu memungkinkan kita mendapat
ide-ide yang kreatif. Mengubah sudut pandang berarti kita sedang memperluas ke-
mungkinan untuk melihat sesuatu yang tak terlihat sebelumnya.
Seandainya dahulu Newton tak pernah berpikir mengapa apel jatuh ke bawah,
mungkin hingga hari ini kita tak mengenal adanya gaya gravitasi. Bukankah sebuah
benda yang dilemparkan ke atas sudah sewajarnya jika jatuh ke bawah? Tidak ada
yang istimewa dengan itu, dan tidak ada yang perlu dipertanyakan lagi. Namun,
karena Newton melihat dari sisi yang berbeda, ia mempertanyakan hal itu hingga
pada akhirnya berada pada kesimpulan ada gaya tarik yang membuat benda itu
jatuh ke bumi.
Inilah manfaat dari berpikir dari sudut pandang yang berbeda. Banyak orang
menyebutnya dengan out of the box, berpikir di luar kotak, berpikir dengan keluar
dari pakem-pakem yang membelenggu, keluar dari aturan-aturan kaku, membe-
baskan daya imajinasi untuk menemukan terobosan baru.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita memang cenderung berpikir secara sempit.
Kita seringnya hanya memusatkan perhatian secara mendalam pada satu sasaran
dan mempersempit pilihan kita untuk memperoleh solusi yang diinginkan. Jarang
sekali kita berhenti sejenak dan memikirkan sudut pandang lain terhadap sesuatu.
Padahal, dengan mengambil sudut pandang yang berbeda, kita akan mampu mela-
32 | Competencies Entrepreneur
hirkan berbagai macam gagasan baru. Kita memperluas garis batas pemikiran dan
membiarkan imajinasi kita menghasilkan begitu banyak kemungkinan yang berbe-
da, termasuk gagasan-gagasan yang liar dan tidak masuk akal.
Berpikir out of the box adalah pemikiran yang tidak konvensional, tidak populer,
kadang menggelikan dan aneh. Namun, teknik berpikir seperti ini merupakan ke-
ahlian yang amat penting, yang tidak banyak dikuasai oleh sebagian besar orang.
Lawan dari berpikir out of the box adalah inside the box. Inside the box diartikan
sebagai cara berpikir yang menerima status quo, berpikir secara umum normal dan
rutin. Orang yang seperti ini adalah orang yang hanya membatasi dirinya dalam
berpikir. Mereka juga percaya bahwa setiap masalah hanya memerlukan satu solusi,
merumuskan lebih dari satu kemungkinan alternatif solusi hanyalah buang-buang
waktu, apalagi bila untuk mencari terobosan-terobosan.
Berikut ini adalah persamaan dalam angka Romawi, dibentuk dengan sepuluh
batang korek api. Persamaan itu salah. Dapatkah Anda membetulkan persamaan
tersebut? Tapi syaratnya, Anda tidak boleh menyentuh, menambah, atau membu-
ang batang korek apinya?
Orang yang pemikirannya inside the box akan sangat sulit menyelesaikan tan-
tangan ini, karena mereka terkungkung oleh kenormalan. Namun, orang yang out
of the box berpotensi bisa menjawabnya, karena mereka bebas berpikir, baginya
selalu ada alternatif-alternatif dengan memperluas sudut pandang, keluar dari ke-
normalan.
Untuk menjawab tantangan di atas, Anda harus menghindari cara-cara melihat
yang lumrah, umum, dan biasa. Jika kita memandang hanya dari satu perspektif
saja, itu seperti membuat batasan di sekeliling cara berpikir kita, dan hanya bekerja
dalam batasan tersebut. Supaya bisa membenarkan persamaan tanpa menyentuh,
menambah, dan membuangnya, maka putarlah buku ini hingga terbalik.
Tokoh-tokoh sukses yang banyak kita kenal di luar sana, pada umumnya memi-
liki cara berpikir yang out of the box. Sebut saja salah satu contohnya seorang mil-
yuner dan pengusaha yang berpenampilan tidak biasa bernama Bob Sadino, atau
Competencies Entrepreneur | 33
banyak orang yang memanggilnya Om Bob. Om Bob adalah seorang enterpreuner
sukses yang senang sekali bercelana pendek jins dan kemeja lengan pendek yang
ujung lengannya tidak dijahit. Bob Sadino mengawali karirnya dengan berjualan te-
lur secara door-to-door, kemudian menjadi pelopor dalam industri peternakan ung-
gas dan makanan olahan, hingga berhasil membangun kerajaan bisnisnya hingga
saat ini.
Tidak hanya penampilannya yang nyeleneh, gagasan-gagasan Bob Sadino juga
terbilang sangat tidak biasa, tetapi luar biasa. Untuk menjadi pengusaha, menurut
Bob Sadino kita harus menjadi goblok. Filosofi menjadi goblok bermakna sangat
dalam, yaitu memposisikan diri sebagai orang yang selalu ingin belajar, tidak me-
rasa tinggi hati dengan ‘sok tahu’, tidak merasa pintar. Ini sejalan dengan prinsip
umum bahwa orang sukses adalah orang yang tidak pernah berhenti untuk belajar
dan belajar.
Lebih jauh lagi, menjadi goblok membuat orang tidak takut bermimpi besar,
karena tidak pusing dengan berlogika ria seperti orang yang pintar. Orang goblok
juga tidak banyak analisis, tidak banyak melakukan perhitungan untung rugi dari
berbagai metoda dan skenario, sehingga malah tidak berani segera mengambil tin-
dakan. Orang goblok berani mengambil keputusan dengan cepat, dan akan belajar
dari kesalahan.
Dalam memimpin, seorang yang merasa pintar karena tahu banyak hal, cende-
rung ingin mengerjakan semuanya sendiri. Sebaliknya, orang goblok, karena keter-
batasannya akan berpikir untuk melakukan rekruitmen dan delegasi kewenangan.
Ini yang menyebabkan banyak orang pintar ketika memulai bisnis gagal memben-
tuk tim, karena ingin berada di semua lini.
Berpikir Detail
Pernahkah Anda melihat alat yang berfungsi memudahkan seseorang mema-
sukkan benang ke dalam lubang jarum? Kalau belum pernah, Anda bisa mencarinya
di toko-toko yang khusus menjual peralatan menjahit. Apa yang istimewa dari alat
tersebut? Sebenarnya tidak ada. Yang istimewa adalah idenya, kreativitasnya. Be-
tapa, sesuatu yang selama ini tidak pernah menjadi perhatian orang, kini menjadi
suatu produk yang dapat dijual dan menguntungkan.
Bagaimana sang penemu alat tersebut mendapatkan ide? Jawabannya yaitu
lewat ketelitian atau kejelian. Ia tidak melewatkan detail kecil yang dilihatnya. Me-
masukkan benang ke lubang jarum, meskipun remeh tapi bukan pekerjaan yang
34 | Competencies Entrepreneur
mudah. Orang-orang terkadang membutuhkan bantuan, apalagi yang sudah tua.
Anak-anak kecil biasanya yang menjadi sasaran orang tua untuk memasukkan be-
nang ke lubang jarum ini. Celah inilah yang kemudian ditangkap dan direalisasikan
menjadi sebuah produk kreatif.
Begitulah, berpikir dari hal-hal yang detail dan kecil bisa membuahkan sebuah
karya yang besar. Ini bisa menjadi teknik merangsang kreativitas kita, yaitu dengan
melakukan pengamatan yang teliti, tidak melewatkan detail-detail yang ada di seki-
tar kita. Jangan pernah meremehkan setiap hal apa pun yang tertangkap di sekitar
kita. Lewat pengamatan yang lebih teliti, bisa jadi apa yang dianggap sepele oleh
orang kebanyakan merupakan sebuah ide besar yang justru dapat mendongkrak
kesuksesan hidup kita. Sebuah kalimat bijak mengatakan, “Bahkan selembar daun
kering yang jatuh pun tidak diciptakan dengan sia-sia.” Ini menggambarkan, apa
pun yang ada di dunia ini sejatinya memiliki arti. Pemahaman seperti ini tentu saja
akan sangat bermanfaat merangsang pemikiran kreatif kita.
Coba perhatikan gambar berikut ini.
Competencies Entrepreneur | 35
kuku, bisa dijadikan ide bisnis. Sudah banyak memang yang telah digarap orang.
Tetapi, ini bukan berarti kita tak punya lagi kesempatan untuk menggarapnya. Kita
masih tetap berpeluang, kreativitas senjatanya.
Lebih jauh, pengamatan bisa kita alihkan pada hal-hal di luar diri kita. Misal-
nya melihat warung-warung pecel lele yang berderet memanjang di jalan. Dengan
pengamatan dan analisis yang sederhana kita bisa mendapatkan ide dari sana. Con-
tohnya dengan mengamati apa-apa saja yang sebenarnya dibutuhkan oleh para pe-
dagang pecel lele tersebut. Mungkin di antaranya adalah ketersediaan ikan lele, la-
lapan, piring, konsumen, gerobak, dan lain-lain. Berdasar pengamatan itu, kita bisa
mendapatkan ide dengan menjadikan kebutuhan para pedagang tersebut sebagai
ladang bisnis. Kita bisa menjadi pemasok kebutuhan-kebutuhan tersebut, pemasok
ikannya, lalapan, dan sebagainya.
Berpikir Kebalikan
Perhatikan gambar A dan B di bawah. Gambar A menunjukkan dua garis yang
sama panjang dan anak panahnya sama persis. Sementara gambar B tampak dua
garis dengan anak panah yang berbeda, yang satu anak panahnya menghadap ke-
luar, sehingga tampak kedua garis memiliki panjang yang berbeda.
A B
Tapi, benarkah dua garis tersebut memiliki panjang yang berbeda? Coba ambil
penggaris dan ukurlah kedua garis tersebut (Gambar B). Hasilnya adalah, kedua ga-
ris memiliki panjang yang sama. Ternyata persepsi kitalah yang mengubah ukuran
garis tersebut. Pembalikan arah sederhana, secara dramatis mengubah apa yang
kita lihat dalam gambar.
Inilah teknik berpikir kreatif yang bisa kita praktikkan, yaitu dengan cara berpi-
kir secara kebalikan pada suatu hal. Dengan teknik berpikir kebalikan ini, maka kita
36 | Competencies Entrepreneur
akan dapat memunculkan hal-hal baru atau kreatif dalam melihat sesuatu. Berpikir
kebalikan merupakan salah satu teknik dalam merangsang dan menciptakan kre-
ativitas. Dengan berpikir kebalikan, maka muncul gagasan yang sama sekali baru.
Orang-orang kreatif mendapatkan ide orisinal ketika mereka mempertanyakan dan
membalikkan hal yang telah jelas.
Restoran yang menyediakan layanan delivery adalah sebuah contoh dari krea-
tivitas yang muncul dari berpikir secara kebalikan. Lumrahnya, orang yang hendak
makan makanan restoran akan datang ke sana. Tapi dengan berpikir secara kebalik-
an, pihak restoranlah yang kemudian mendatangi pembeli.
Ketika banyak orang menjual produknya dengan berbagai macam harga, keti-
ka banyak orang menjual service-nya dengan harga premium melambung, Google
malah menawarkan produknya dengan gratis. Harga produk layanan Google adalah
gratis. Layanan utama Google adalah search engine (mesin pencarian di internet)
yang gratis bagi siapa pun. Google telah berpikir kreatif dengan berpikir kebalikan.
Google berpikir terbalik dari umumnya orang. Harga layanan yang bagus biasanya
mesti mahal. Tetapi Google berpikir sebaliknya, memberikan layanan kualitas tinggi
dengan harga gratis. Seperti kita tahu Google meraih sukses luar biasa.
Heinz, produsen saus tomat di Amerika. Mulanya produk saus tomat menga-
lami kemandekan alias tidak tumbuh secara baik dari tahun ke tahun. Semata-mata
karena penetrasi pasar saus tomat di Amerika sudah mencapai hampir 100%. Heinz
mencoba mencari sebuah solusi terobosan. Secara tradisional, kalau sampai me-
ningkatkan pertumbuhan, Heinz harus mempromosikan orang untuk mengonsumsi
lebih banyak saus tomat. Tapi yang dilakukan Heinz sebaliknya. Saus tomat tidak
dipakai sebagai konsumsi semata, melainkan untuk sarana permainan.
Lewat survei dan observasi yang dilakukan Heinz, terutama di gerai-gerai ma-
sakan siap saji, ternyata ditemukan anak-anak sering menggunakan saus tomat se-
cara berlebihan semata-mata untuk dijadikan permainan. Dengan kentang goreng,
misalnya, saus tomat dicorat-coret menjadi bentuk lukisan. Lalu hal ini memotivasi
cara berpikir Heinz untuk berpikir terbalik. Mengubah fungsi saus tomat.
Akhirnya Heinz mendesain ulang botol saus tomat dengan menggunakan
bahan plastik dengan moncong lebih runcing, sehingga memudahkan anak-anak
menggunakannya. Dengan botol ini, anak-anak menemukan saus tomat Heinz lebih
asyik dipermainkan atau dijadikan alat untuk melukis. Heinz kemudian juga mencip-
takan saus tomat dengan warna baru, yaitu biru, hijau, dan ungu. Anak-anak merasa
gembira karena punya mainan baru saus tomat aneka warna. Ibu-ibu mulanya kesal
Competencies Entrepreneur | 37
dengan ulah Heinz ini, tapi kemudian ikut arus. Anak-anak yang susah makan men-
jadi lebih mudah makan karena menemukan bahwa makan bisa menjadi rekreasi
baru. Celakanya, ibu-ibu yang tadinya hanya membeli satu botol saus tomat, kini
harus membeli dua-tiga botol. Dalam waktu seketika, penjualan saus tomat Heinz
menjadi berlipat ganda. Tumbuh lebih cepat berkat pemikiran terbalik.
Lebih jauh, teknik berpikir terbalik ini bisa diaplikasikan untuk berbagai hal. Di
Jogja, ada sebuah sekolah menengah atas yang memiliki peraturan unik. Sebut saja
sekolah A. Bila rata-rata sekolah menetapkan standar penampilan bagi para siswa
laki-laki: dilarang gondrong, tapi sekolah ini ternyata membuat peraturan: murid
yang nilai rata-ratanya di atas 8, bebas menggondrongkan rambut!
Daripada harus menghabiskan waktu untuk hal yang kurang penting dan rele-
van dengan pelajaran seperti razia rambut, pihak sekolah ini secara kreatif mengu-
bah rambut gondrong jadi insentif menarik untuk membuat para siswa berlomba-
lomba meraih nilai setinggi mungkin. Supaya mereka bisa tampil ‘gaya’ dengan
gondrongnya!
Teknik berpikir terbalik ini dilakukan dengan cara mencari lawan dari sesuatu
kemudian mencari cara merealisasikan kebalikan tersebut. Kita tidak selalu harus
mencari jawaban yang benar, tetapi mencari cara lain melihat informasi yang ada.
Misalnya, kita ingin membuka sebuah restoran baru, tetapi kesulitan mencari ide.
Untuk memunculkan ide, coba kita lakukan pembalikan.
38 | Competencies Entrepreneur
ATM (Amati, Tiru, Modifikasi)
Pernahkah Anda merasa buntu sama sekali dari ide apa pun? Tentu pernah
bukan? Ya. Kebuntuan ide-ide segar memang suatu hal yang wajar dan pasti akan
dijumpai oleh setiap orang, bahkan oleh orang paling kreatif sekalipun. Kebuntuan
ide adalah sebuah kondisi dimana alam imajinasi kita sedang tidak berjalan efektif,
terbelenggu pada sebuah labirin pemikiran yang pada akhirnya akan menimbulkan
perasaan resah, geram dan tak berdaya. Namun tak perlu kuatir. Ada satu jurus
ampuh untuk mengatasi kondisi ini. Ia akan menolong kita memutar mesin kreatif
bekerja kembali. Jurus ampuh itu bernama ATM. Ya, ATM. Tapi ATM yang dimaksud
di sini bukanlah sebuah mesin yang dapat mengeluarkan lembaran rupiah, melain-
kan ATM yang mampu menolong mengeluarkan ide-ide segar.
Sumber: http://bit.ly/2zmOwhh
Apa itu ATM? Adalah akronim dari Amati Tiru Modifikasi. Sebuah strategi seder-
hana, hanya bermodalkan kemauan mengamati dan menganalisa apa yang sudah
ada di sekitar. Dari hasil pengamatan dan analisis selanjutnya diberi sentuhan akhir
berupa modifikasi sesuatu yang lama menjadi sesuatu yang berbeda dari bentuk
aslinya. Strategi ATM ini cukup ampuh untuk memunculkan ide-ide segar kita.
Competencies Entrepreneur | 39
Sejatinya, hampir semua yang dilakukan oleh manusia adalah hasil dari penga-
matan dan peniruan. Bisa dikatakan, tidak ada hal yang benar-benar baru di dunia
ini. Manusia tidak menciptakan, hanya Tuhan yang punya kekuasaan itu. Ide mun-
culnya pesawat terbang adalah hasil pengamatan dan peniruan dari seekor burung.
Kamera adalah tiruan cara kerja mata kita. Micropone terinspirasi dari telinga kita.
Kartu Memory terinspirasi dari cara kerja otak kita. Begitu seterusnya.
Negara Jepang yang maju secara teknologi sekarang ini, pada mulanya berang-
kat dari proses ATM. Kalau kita kembali ke tahun 1945, Jepang hancur lebur. Pere-
konomian hancur dan harga diri sebagai bangsa pun remuk redam. Tapi perlahan-
lahan mereka mulai bangkit dengan meniru. Mereka memproduksi barang yang
mirip dengan buatan produk negara maju lain, tapi dengan beberapa modifikasi
sederhana. Walaupun pada sekitar tahun 1980-an, produk Jepang memiliki stigma
dari beberapa kalangan bahwa produk Jepang yang mempunyai bentuk menarik
tetapi kurang awet dan mudah rusak setelah beberapa waktu penggunaan. Ber-
pengalaman dari stigma itu, Jepang pelan tapi pasti mulai melangkah maju dalam
menginovasi produk-produknya.
Ketika masih kecil, meniru adalah satu-satunya keahlian yang kita miliki. Masa
anak-anak memang dikenal sebagai masa-masa meniru, oleh karenanya anak-anak
disebut sebagai peniru ulung. Sejak kecil kita belajar berbicara dengan meniru orang
tua kita. Setelah dewasa, saat kita akan mempelajari sebuah skill kita pasti meniru
orang-orang yang sudah pakar di bidangnya. Jadi, meniru bukanlah hal yang aneh.
Kalau tidak ada yang boleh meniru, penjual bakso cuma ada satu sedunia. Tetapi
faktanya setiap orang bisa menjual bakso dengan gaya dan bumbu ala masing ma-
sing.
Namun, strategi ATM untuk menjadi kreatif bukanlah sekadar “menjiplak” sama
persis 100 persen dengan apa yang ada. Melainkan melakukan modifikasi-modifi-
kasi, perubahan-perubahan sesuai dengan ide yang muncul dari hasil pengamatan
tersebut. Dari runutan ATM ini akan dihasilkan produk baru yang berbeda dari asli-
nya, bisa lebih baik, lebih murah, lebih berkarakter, dan lain-lain.
Mengamati, pada prinsipnya adalah proses belajar dan menyerap pengalaman.
Oleh karenanya menuntut kejelian dan kecerdikan. Seorang pengamat yang baik
adalah yang berhasil menyerap banyak hal dari obyek yang diamati, termasuk ke-
kurangan dan kelebihannya.
Setelah proses pengamatan usai dilakukan dan memperoleh pengetahuan
yang cukup, langkah selanjutnya adalah melakukan action. Yang harus diperhatikan
40 | Competencies Entrepreneur
dalam proses meniru adalah etika dan pertimbangan yuridisnya. Jangan sampai
terjebak dalam situasi yang berakibat buruk, melanggar etika dan hukum.
Apakah cukup dengan mengamati lantas meniru? Belum. Untuk memunculkan
kreativitas, diperlukan langkah terakhir yaitu modifikasi. Berikan sentuhan perubah-
an, yang pasti bisa memberi nilai tambah dari sebelumnya. Pada tahapan inilah
diperlukan kreativitas dan kejelian, agar perubahan/penyesuaian yang dilakukan
dapat menambah daya tarik dan efektifitas.
Strategi Amati Tiru Modifikasi ini sebenarnya adalah metode alamiah yang telah
dilakukan oleh semua manusia dalam segala aspek kehidupan. Dalam dunia bisnis,
hampir semua pelaku bisnis juga telah menerapkan metode ini dalam menemukan
ide bisnis baru atau untuk mengembangkan bisnis yang telah ada. Samsung Galaxy
Tab itu jelas-jelas mengekor kesuksesan iPad, tapi dengan diferensiasi dan nilai tam-
bah yang berbeda. Apakah iPad idenya orisinil? Tidak. Beberapa tahun lalu juga ada
tablet PC beredar di pasaran, tapi tidak sukses. Apple menirunya dan memberikan
nilai tambah dan sukses.
Konsep ATM ini bisa juga diaplikasikan dalam menjalankan kehidupan keseha-
rian kita, di samping dalam hal produksi barang. Kesibukan dalam menjalani rutini-
tas sehari-hari akan lebih berkualitas apabila disertai dengan mengevaluasi (Amati)
kegiatan-kegiatan yang telah kita jalani dalam periode tertentu, boleh satu hari,
seminggu, atau sebulan tergantung kebutuhan, semakin sering semakin baik.
Dari hasil evaluasi akan ada keinginan untuk mengulangi (Tiru) kesuksesan yang
pernah kita alami. Tentunya dalam perjalanan hidup ada batu sandungan yang tidak
ingin terulang kembali di kehidupan kita, sehingga perlu ada perbaikan (Modifikasi)
yang menjadikan kualitas hidup yang semakin ke depan semakin membaik. Seperti
sebuah perkataan “Apabila hari ini sama dengan hari kemarin maka termasuk orang
yang rugi, apabila hari ini lebih buruk dari kemarin maka termasuk orang yang ce-
laka, dan apabila hari ini lebih baik dari kemarin dan besok lebih baik dari hari ini
maka termasuk orang yang beruntung”.
D. Pengertian Inovasi
Ditilik dari sisi bahasa, inovasi yang berasal dari kata innovation (Inggris) ber-
makna pembaharuan, atau perubahan (secara) baru. Sedangkan secara istilah, me-
nurut praktisi bisnis seperti David Neeleman (pendiri dan CEO JetBlue), inovasi
adalah upaya mencari cara untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik daripada
sebelumnya.
Competencies Entrepreneur | 41
Kotler dan Keller (2009) mengartikan inovasi sebagai produk, jasa, ide, dan
persepsi yang baru dari seseorang. Sedangkan Tidd (2005) dalam buku Managing
Innovation berpendapat bahwa inovasi adalah perubahan produk atau servis yang
ditawarkan oleh organisasi.
Sumber: http://bit.ly/2AmMeih
Mengacu pada pendapat di atas dan pendapat-pendapat lain dari para pakar di
luar sana, bisa dibuat kesimpulan bahwa inovasi merupakan sebuah proses mene-
mukan atau mengimplementasikan sesuatu yang baru ke dalam situasi yang baru.
Konsep kebaruan ini bisa berbeda bagi kebanyakan orang karena sifatnya relatif.
Bisa saja yang dianggap baru oleh seseorang pada suatu konteks, merupakan hal
yang dianggap lama bagi orang lain dalam konteks yang lain pula.
Secara garis besar, sesuatu dikatakan inovatif apabila memenuhi ketiga syarat
berikut:
a. Baru.
b. Berbeda dari yang sudah ada.
c. Bermanfaat bagi inovator dan orang lain.
42 | Competencies Entrepreneur
samaan antara keduanya. Apa perbedaan dan persamaan kreativitas dan inovasi?
Berikut kita simak uraiannya.
Persamaan kreativitas dan inovasi adalah:
1. Baik kreativitas ataupun inovasi melewati proses generating ideas (pemunculan
gagasan/ide).
2. Kreativitas dan inovasi merupakan hubungan sebab-akibat. Inovasi biasanya di-
sebabkan oleh adanya kreativitas dan tanpa kreativitas inovasi sulit dihadirkan.
Tapi inovasi tidak mutlak disebabkan oleh kreativitas.
3. Dari kreativitas dan inovasi, sesuatu yang baru dimunculkan atau disalurkan.
4. Kreatif dan inovatif sama-sama menginspirasi manusia dalam pola pikir, attitu-
de maupun behavior (inspiring people)
5. Sikap kreatif dan inovatif merujuk ke hal-hal positif. Sebagian besar hasil kreati-
vitas dan inovasi merupakan produk/proses/ide yang bermanfaat bagi manusia
hingga membuat hal-hal menjadi lebih simpel dan mudah.
6. Karakter kreatif dan inovatif merupakan karakteristik personal yang harus ada di
dalam diri kita sebagai calon entrepreneur masa depan.
Competencies Entrepreneur | 43
1. Menghasilkan produk yang bermanfaat bagi lingkungannya.
2. Menghasilkan produk yang relatif baru.
3. Menghasilkan produk yang memenuhi kebutuhan individu maupun kelompok.
44 | Competencies Entrepreneur
3. Peluncuran Produk Baru
Peluncuran suatu produk juga dapat menjadi sumber inovasi. Khususnya
inovasi untuk membuat produk turunannya. Misal, ketika sebuah produk han-
dpone baru diluncurkan, bisa diikuti oleh produk turunannya seperti aksesoris,
casing, dan lain sebagainya.
5. Persaingan
Persaingan adalah sumber inovasi yang sangat besar andilnya dalam pe-
luncuran produk-produk inovatif. Dengan adanya persaingan, perusahaan akan
terdorong melakukan inovasi lebih jauh. Sebagai contoh, persaingan dalam
produk pasta gigi dari beberapa merek menyebabkan perusahaan meningkat-
Competencies Entrepreneur | 45
kan penelitian dan pengembangan akan produknya untuk menciptkan produk-
produk baru dengan spesifikasi dan keunggulannya masing-masing.
6. Demografi
Demografi adalah hal terkait kependudukan, meliputi ukuran, struktur, dan
distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu
akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Perubahan demografi da-
pat menjadi sumber inovasi untuk menyesuaikan produk-produk yang ada atau
membuat produksi yang sama sekali baru.
7. Perubahan Selera
Konsumen dapat diasumsikan mudah tertarik dengan sesuatu yang baru
atau berbeda dari apa yang biasa dilihatnya sehari-hari. Konsumen mempunyai
keinginan untuk tampil beda dengan yang lainnya sesuai dengan seleranya ma-
sing-masing. Perubahan harus cermat memperhatikan selera para konsumen
dan perubahannya untuk segera melakukan inovasi bagi produknya.
8. IPTEK Baru
Munculnya ilmu pengetahuan dan teknologi baru untuk memudahkan
memproduksi suatu barang atau jasa dapat merupakan sumber inovasi. Con-
toh, dengan adanya komputer maka produksi dalam industri percetakan dan
grafika mengalami revolusi. Percetakan dapat menampilkan gambar seperti
foto dengan lebih mudah dan cepat. Revolusi ini mengakibatkan perubahan
dalam perwajahan kemasan (packaging) suatu barang.
46 | Competencies Entrepreneur
Jawabannya tak banyak. Sebaliknya, kita lebih suka menunggu peluang menda-
tangi kita daripada mencarinya. Kebanyakan kita lebih suka “kejatuhan durian run-
tuh” daripada bersusah payah penuh cucuran keringat mendapatkannya. Padahal,
dunia nyata tak selalu memberi kemudahan itu. Faktanya, jika Anda benar-benar
ingin sukses dan berhasil dalam hidup, Anda harus belajar mengenali peluang dan
meraihnya. Anda harus melakukan sesuatu untuk mendapatkan peluang tersebut.
Bukan hanya menunggunya, sambil berharap semuanya berjalan sesuai keinginan.
“Peluang adalah emas”, istilah ini bukan mengada-ngada, bukan sekadar isapan
jempol belaka. Peluang memang bisa di ibaratkan emas yang bernilai, yang akan te-
rasa sayang jika harus dilewatkan. Jika Anda ingin menjadi seorang pengusaha suk-
ses, maka jangan sekali-sekali mengabaikan peluang usaha yang ada, yang sebe-
narnya banyak di sekitar kita. Peluang itu banyak sekali, menarik, dan indah. Namun
dalam kenyataan hidup, tidak banyak orang yang tahu kemudian memanfaatkan
peluang tersebut. Kebanyakan justru melewatkan peluang secara sia-sia, meskipun
peluang-peluang itu sudah di depan mata.
Peluang berarti juga pasar. Jika seseorang ingin berhasil, apalagi berhasil seba-
gai entrepreneur, dia harus bisa secara cerdik menangkap dan memanfaatkan pelu-
ang, kemudian mengambil keputusan yang tepat agar memenangkan persaingan
di pasar.
Seorang entrepreneur harus rajin pergi ke mana saja, untuk mengkomunika-
sikan ide dan kreativitasnya. Dengan komunikasi yang baik, seorang entrepreneur
harus punya keyakinan bahwa ide dan kreativitasnya itu bisa diterima pasar. Me-
mang tidaklah mudah bagi seseorang untuk bisa memanfaatkan peluang usaha
dan mempraktikannya dalam dunia wirausaha yang sesungguhnya. Ini akan terasa
berat, selain membutuhkan ketekunan, tenaga, juga modal yang jumlahnya relatif.
Kunci utama agar mampu menangkap peluang usaha adalah kejelian, kepeka-
an, dan kepedulian pada lingkungan sekitar. Anda harus jeli melihat, mendengar,
dan membaca peluang. Bagaimana caranya?
Membaca peluang usaha diibaratkan seperti seorang anak yang ingin memba-
ca, tetapi sebelum ia bisa membaca ia harus bisa melihat hal apa saja yang harus ia
baca. Dalam konteks membaca peluang usaha, maksud dari melihat di sini adalah
kita melihat apa yang menjadi masalah dari fenomena-fenomena yang ada di seki-
tar kita dan siapa yang mengalami masalah tersebut, yang kemudian kita cari celah
agar kita dapat menembus peluang di dalam celah-celah kecil tersebut.
Competencies Entrepreneur | 47
Sumber: http://bit.ly/2iGFNyA
Mendengar dalam hal ini maksudnya adalah bagaimana kita mengetahui se-
cara langsung tentang kebenaran masalah yang terjadi di pasar. Mendengar di sini
juga memiliki tujuan agar kita mengenal lebih dekat dengan konsumen, sehingga
masalah yang didapatkan lebih tepat sasaran.
Setelah kita melihat dan mendengar mengenai masalah yang terjadi, kemudian
semuanya kita baca perlahan tentang apa yang telah kita lihat dan dengar. Penting
untuk diingat, kita membaca bukan untuk menghafal, tetapi untuk memahami. Da-
lam tahap membaca ini, jangan ada satu pun poin yang terlewatkan untuk dibaca,
dipahami, dan dianalisis. Karena seberapa kecil pun poin yang telah dihasilkan, akan
memiliki peranan yang cukup dan dapat diperhitungkan dalam kesimpulan akhir
yang dibuat.
Sebagian orang memiliki kemampuan finansial untuk memulai usaha. Namun
bingung untuk menentukan usaha apa yang akan dijalankannya. Ini terjadi karena
orang tersebut tidak mampu melihat, mendengar, dan membaca peluang usaha.
Selain cara di atas, peluang usaha juga bisa Anda dapatkan dengan memperha-
tikan beberapa faktor seperti “Where”, “Why”, dan“When”. “Where” artinya di mana
posisi Anda sekarang bisa dijadikan acuan menentukan peluang usaha apa yang
cocok untuk dijalankan. Misalnya Anda berada di lingkungan kampus, maka anali-
salah bagaimana membangun usaha di sekitar kampus tersebut. Misalnya, apakah
48 | Competencies Entrepreneur
Anda bisa ikut membuka kantin di kampus? Ataukah Anda membuka usaha rental
computer di sekitar kampus?
“Why” artinya alasan mengapa Anda membuka usaha tersebut. Misalnya Anda
mempunyai kemampuan montir motor, mengapa tidak membuka bengkel motor?
Jika Anda mempunyai kemampuan beladiri, mengapa Anda tidak membuka sekolah
beladiri?
“When” artinya kapan Anda bisa memulai suatu usaha yang tepat. Misalnya
Anda membuka usaha sablon dan cetak karena pada saat itu sedang ramai-ramai-
nya musim kampanye. Ketiga faktor ini bisa Anda gabungkan untuk membuka jalan
pikiran Anda pada peluang-peluang usaha yang memiliki kemungkinan untuk dija-
lankan.
Berikut ini beberapa tips untuk mengasah kejelian Anda melihat peluang usaha
di lingkungan sekitar.
Competencies Entrepreneur | 49
Saya punya keterampilan apa ya? Apa yang bisa saya lakukan? Apa kemampuan
yang saya miliki dan orang lain bersedia membayar produk atau jasa dari ke-
mampuan saya tersebut?”
50 | Competencies Entrepreneur
saat ini? Masih banyak usaha-usaha baru lainnya yang terlahir dari ide-ide kre-
atif. Semua ide tersebut didapatkan lewat analisa kebutuhan dan bagaimana
memanfaatkan peluang untuk melengkapi usaha yang sudah berjalan saat ini.
Usaha baru tersebut bisa menjadi komplementer terhadap jenis usaha lain.
Logikanya seperti ini, jika jumlah pemakai handphone ada 1 juta orang, maka
jika sebagian handphone tersebut rusak, diperlukan jasa perbaikan handphone,
maka lahirlah usaha jasa servis handphone.
Karena kesibukan orang yang semakin tinggi dan tidak sempat mengurusi
cucian, maka lahirlah usaha jasa laundry. Karena usaha laundry yang makin ber-
kembang, maka lahirlah usaha menjual produk sabun dan parfum laundry dan
perlengkapan laundry lainnya.
Demikian, kebutuhan komplementer pelengkap usaha akan saling sam-
bung menyambung dan berkaitan sehingga melahirkan usaha baru.
Competencies Entrepreneur | 51
Tingkat kepuasan adalah ukuran utama bagi kosumen dalam menggunakan
produk. Sehingga, konsumen akan cenderung terus membeli dan menggunakan-
nya serta memberi orang lain pengalamannya. Sedangkan ketidakpuasan muncul
ketika harapan para pembelian ternyata tidak cocok dan mendapat umpan balik
negatif. Yaitu, kinerja suatu produk lebih buruk dari kinerja yang diharapkan.
Untuk mengetahui suatu kepuasan yang diberikan produk kepada konsumen,
jika produk tersebut telah digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen. Agar pro-
duk tersebut bisa memberikan kepuasan yang maksimal dan kepuasan yang tinggi
kepada konsumen, maka konsumen harus bisa menggunakan atau mengkonsumsi
produk tersebut dengan benar.
Kesalahan yang dilakukan oleh konsumen dalam menggunakan suatu produk
akan menyebabkan produk tidak berfungsi dengan baik. Ini akan menyebabkan
konsumen kecewa. Padahal kesalahan terletak pada diri konsumen.
Produsen/pemasar tidak menginginkan konsumen menghadapi hal tersebut,
karena itu produsen/pemasar sangat berkepentingan untuk memberitahu konsu-
men bagaimana cara menggunakan produknya dengan benar. Buat Konsumen me-
rasa mudah untuk mengetahui produk kita, langkah pertama dimana konsumen
mencari berbagai pilihan untuk mendapatkan produk yang sesuai dengan kebutuh-
an dan keinginannya.
Pada fase ini, buatlah konsumen benar-benar mengerti atas produk kita. Baik
dalam fitur produk maupun layanan yang kita berikan padanya. Hal ini dapat di-
lakukan dengan berbagai cara, seperti lewat katalog produk, petunjuk pemakai-
an dalam kemasan produk, atau menempatkan orang dalam di tempat konsumen
mengalami fase ini. Tujuannya adalah agar konsumen bisa menggunakan produk
tersebut dengan benar. Sehingga dapat memberikan kepuasan yang optimal kepa-
da konsumen. Contohnya di supermarket, pameran atau tempat perbelanjaan.
Variasi pembayaran bagi konsumen dalam mendapatkan produk kita sebaiknya
menyediakan beberapa pilihan bagi konsumen seperti pembelian cash, credit atau
leasing. Kemudian berikan juga layanan tambahan bagi mereka untuk menerima
produk kita seperti pengantaran langsung ke rumah tepat waktu. Support maksi-
mal dalam pelayanan bagi konsumen dalam menggunakan produk kita, biasanya
sudah banyak produk memakai petunjuk pemakaian yang terdapat dalam kemasan
produk, ini bisa ditambah dengan menyediakan layanan telepon 24 jam yang dapat
dengan mudah dihubungi konsumen setiap saat mereka membutuhkan bantuan.
Bila hal ini dilakukan dengan baik, maka strategi tambahan nilai bagi konsumen
52 | Competencies Entrepreneur
akan berlangsung secara terus menerus karena konsumen akan merasa puas atas
pemakaian produk kita dan perang harga pun dapat terelakkan.
Sumber: http://bit.ly/2ytd07j
1. Merek
Merek adalah sesuatu yang ditujukan untuk mengidentifikasi barang atau
jasa jasa dari seseorang atau kelompok penjual dan untuk membedakannya
dari produk penjual dapat dalam bentuk nama, istilah, tanda, simbol atau ran-
cangan atau kombinasi hal-hal tersebut. Dalam melakukan pembelian konsu-
men tidak hanya memperhatikan macam dari produk, tapi juga pembeli mem-
perhatikan merek dari produk tersebut, merek lebih dari sekadar simbol, merek
dapat memiliki 6 tingkatan perhatian sebagai berikut:
a. Atribut.
b. Manfaat.
c. Nilai.
d. Budaya.
e. Kepribadian.
f. Pemakai.
Competencies Entrepreneur | 53
Merek yang baik adalah merek yang mempunyai karakteristik-karakteristik
tertentu, adapun karakteristik merek yang baik adalah:
a. Mengingatkan suatu tentang karakteristik produk dan kegunaannya.
b. Mudah dieja, dibaca dan diingat.
c. Bisa diadaptasi oleh produk-produk baru yang mungkin ditambahkan di
lini produk
d. Bisa didaftarkan dan dilindungi hak paten
54 | Competencies Entrepreneur
dengan merek, jika para pelanggan telah jatuh cinta dengan merek kita,
mereka tidak akan peduli berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan un-
tuk memperoleh produk kita. Ini berarti ada margin keuntungan yang lebih
besar bagi produk kita.
f. Komunikasi pemasaran jadi lancar, mampir semua pakar pemasaran sepa-
kat bahwa iklan yang terbaik adalah kata-kata yang keluar dari mulut pe-
langgan yang puas. Secara tidak langsung, pelanggan yang puas terhadap
merek kita akan membantu mempromosikan produk dan citra merek kita.
Kita tidak perlu susah-susah mengeluarkan dana, waktu dan tenaga lagi
untuk memperkenalkan merek kita kepada calon pelanggan baru.
g. Terbuka peluang untuk waralaba, merek adalah intangible asset (aset tak
berwujud) bagi perusahaan. Dalam jangka panjang, ketika merek kita telah
mengakar kuat dibenak para konsumen, kita akan dapat mewaralabakan
merek kita dengan nilai yang tinggi.
h. Magnet bagi para stakeholder, merek yang telah dikenal baik, tidak ha-
nya akan menjadi daya tarik bagi para calon konsumen, namun juga akan
menjadi magnet bagi para stakeholder terbaik. Mereka tidak akan kesulitan
untuk mencari pemasok, karyawan, bahkan juga para investor. Hali ini ber-
arti merek yang baik akan meningkatkan daya tawar kita di hadapan para
stakeholder itu.
2. Kualitas Produk
Kualitas merupakan faktor yang terdapat dalam suatu produk yang me-
nyebabkan produk tersebut bernilai sesuai dengan maksud untuk apa produk
itu diproduksi. Kualitas ditentukan oleh sekumpulan kegunaan dan fungsinya,
termasuk di dalamnya daya tahan, ketergantungan dengan produk lain, esklu-
sivitas, kenyamanan wujud (warna, bentuk pembungkus, dsb.) dan harga yang
ditentukan oleh biaya produk. Jadi, bila suatu produk telah dapat menjalankan
fungsi-fungsinya dapat dikatakan sebagai produk yang memiliki kualitas yang
baik.
3. Sifat Produk
Sifat barang merupakan karakter yang melekat pada barang itu sendiri se-
cara fisik dapat dilihat. Sifat produk disebut juga dengan istilah ciri produk yang
dalam bahasa Inggris disebut produk feature. Suatu produk dapat ditawarkan
dalam berbagai sifat, sebuah model “Polos” produk berupa tambahan apapun
Competencies Entrepreneur | 55
merupakan titik awal. Perusahaan dapat menciptakan model dari tingkat lebih
tinggi dengan menambahkan beberapa sifat. Sifat produk adalah alat bersaing
untuk membedakan produk perusahaan dengan produk pesaing. Menjadi pro-
dusen yang pertama yang memperkenalkan sifat baru yang dibutuhkan dan
nilai tinggi oleh pelanggan adalah salah satu cara yang paling efektif untuk
bersaing. Produsen tidak perlu menawarkan produk yang nilainya rendah bagi
pelanggan dalam hubungan dengan biaya sebaliknya. Sebaliknya sifat-sifat
produk yang sifatnya tinggi bagi pelanggan dalam hubungan dengan biaya
perlu untuk ditambahkan.
4. Kemasan
Kemasan berasal dari kata kemas yang berarti teratur (terbungkus) rapi;
bersih; rapi; beres; selesai. Pengertian kemasan lainnya merupakan hasil me-
ngemas atau bungkus pelindung dagangan (niaga). Sedangkan pengertian
bungkus dapat diartikan sebagai kata bantu bilangan untuk benda yang dibalut
dengan kertas (botol, plastik, dan sebagainya); pengertian lainnya barang apa
yang dipakai untuk membalut. Dengan demikian dalam tulisan ini pengertian
kemasan adalah sesuatu (material) dapat berupa botol, kertas, maupun plastik
yang digunakan untuk membungkus makanan.
Kesadaran akan pentingnya kemasan yang menarik dan baik semakin me-
ningkat. Karena pentingnya fungsi kemasan dalam pemasaran dan merupakan
atribut yang dilihat konsumen paling awal. Tidak jarang konsumen bersedia
membayar lebih untuk memudahan penampilan, kehandalan dan prestise dari
kemasan yang lebih baik. Faktor lainnya adalah makin meluasnya penjualan de-
ngan sistem swalayan (self service), makin meningkatnya standar kesehatan dan
sanitasi yang dituntut masyarakat. Dalam pemasaran suatu produk, pemberian
wadah atau kemasan dapat memainkan peran kecil, misalnya paku, sekrup atau
peran yang penting, misalnya pada kosmetika.
Masalah kemasan dirumuskan sebagai segala kegiatan merancang dan
memperbaiki kaidah atau bungkus suatu produk. Kemasan juga didefinisikan
sebagai seluruh kegiatan merancang dan memproduksi bungkus atau kemasan
suatu produk. Ada tiga alasan mengapa kemasan diperlukan kemasan meme-
nuhi sasaran, keamanan (safety) dan kemanfaatan (utilitarian).
Manajemen bisa mengawasi produknya sedemikian rupa untuk mening-
katkan perolehan laba. Dengan adanya keamanan dan kemanfaatan kemasan,
56 | Competencies Entrepreneur
produk akan terlidungi selama dalam perjalananya dari produsen kekonsumen,
bahkan terahir dipakai oleh konsumen selain itu dengan adanya kemasan, iden-
tifikasi produk menjadi lebih efektif dan dengan sendirinya mencegah pertu-
karan oleh produk pesaing. Kemasan juga perlu ditawarkan dengan bentuk dan
ciri yang demikian menariknya sehingga konsumen bersedia membayar lebih
mahal hanya untuk memperoleh kemasan yang lebih baik.
5. Label
Label adalah setiap keterangan mengenai barang yang dapat berupa gam-
bar, tulisan atau kombinasi keduanya atau bentuk lain yang memuat informasi
tentang barang dan keterangan pelaku usaha serta informasi lainnya sesuai de-
ngan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang disertakan pada pro-
duk, dimasukkan kedalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemas-
an. Kegunaan Label adalah memberikan infomasi yang benar, jelas dan lengkap
baik mengenai kuantitas, isi, kualitas maupun hal-hal lain yang diperlukan me-
ngenai barang yang diperdagangkan. Label bagi konsumen adalah konsumen
akan memperoleh informasi yang benar, jelas dan baik mengenai kuantitas, isi,
kualitas mengenai barang/jasa beredar dan dapat menentukan pilihan sebelum
membeli atau mengkonsumsi barang dan jasa.
Bagaimana kewajiban pelaku usaha mencantumkan label? Pelaku Usaha
yang memproduksi atau memperdagangkan dan atau memasukkan barang di
atau ke pasar dalam negeri wajib mencantumkan label dalam dan atau luar
kemasan. Pencantuman label di kemasan dilakukan sedemikian rupa sehingga
tidak mudah lepas, tidak mudah luntur atau rusak, letaknya mudah untuk dili-
hat dan dibaca.
Isi Label terdiri atas:
a. nama barang;
b. ukuran;
c. berat, isi bersih, netto;
d. komposisi;
e. aturan pakai;
f. tanggal kadaluarsa;
g. akibat sampingan;
h. nama dan alamat pelaku usaha; serta
i. keterangan untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang/
dibuat.
Competencies Entrepreneur | 57
Kesesuaian Manfaat Produk dan Harga bagi Konsumen
Harga, menurut Kotler dan Amstrong (2001), adalah sejumlah uang yang di-
tukarkan untuk sebuah produk atau jasa. Lebih jauh lagi, harga adalah jumlah dari
seluruh nilai yang konsumen tukarkan untuk jumlah manfaat dengan memiliki atau
menggunakan suatu barang dan jasa. Saat ini, dimana kompetisi makin ketat dan
banyak perusahaan baru muncul dalam dunia bisnis, persaingan harga menjadi ti-
dak terelakkan lagi. Hal ini buruk bagi bisnis karena persaingan harga sudah jelas
akan berakibat pada berkurangnya margin dalam berbisnis dan akhirnya produk
kita terperosok menjadi produk komoditi.
Bagi banyak perusahaan, persaingan harga ini dielakkan dengan menggunakan
strategi added value. Yaitu, strategi memberikan nilai tambahan bagi konsumen baik
berupa layanan tambahan maupun tambahan fitur produk tanpa tambahan extra.
Harga dilihat dari sudut pandang konsumen, seringkali digunakan sebagai indikator
nilai yang tumbuh melalui presepsi atau anggapan konsumen bilamana harga (be-
sarnya pengorbanan finansial yang diberikan) dihubungkan dengan manfaat yang
dirasakan atas suatu barang atau jasa.
Indikator penilaian harga dapat dilihat dari kesesuaian antara suatu pengorban-
an dari konsumen terhadap nilai yang diterimanya setelah melakukan pembelian.
Dari situlah konsumen akan mempersepsi dari produk atau jasa. Apabila persepsi
harga pada suatu produk dan mencakup pelayanan telah sesuai dengan harapan
dan manfaat produk, maka akan meningkatkan kepuasan. Sebaliknya, apabila pre-
sepsi harga pada produk dan mencakup pelayanan tidak sesuai dengan harapan
dan manfaat produk maka akan menimbulkan ketidakpuasan. Hal tersebut dapat
berakibat konsumen meninggalkan perusahaan dan akan menjadi konsumen peru-
sahaan pesaing. Hal tersebut akan menyebabkan penurunan permintaan yang pada
akhirnya menyebabkan penurunan laba bahkan kerugian.
58 | Competencies Entrepreneur
nunggu datangnya peluaang. Padahal, jika Anda hanya menunggu peluang datang
begitu saja, maka sampai kapan pun Anda tidak akan bisa maju.
Pada dasarnya, peluang itu tidak selalu datang dengan sendirinya. Sebuah pe-
luang datang ketika kita berusaha untuk mencari dan menciptakannya. Misalnya
saja, seorang entrepreneur menciptakan ide bisnis atau peluang bisnis pada saat
menghadapi sebuah masalah. Mungkin sebagian orang menganggap masalah ada-
lah sebuah cobaan. Namun beda halnya dengan seorang entrepreneur. Ia akan ber-
pikir bahwa sebuah masalah akan memberikan satu peluang baru untuk mengem-
bangkan bisnisnya.
Bagaimana cara menciptakan peluang bisnis? Berikut kami berikan beberapa
cara tepat yang dapat Anda coba.
1. Ciptakan peluang bisnis dari problem yang dihadapi lingkungan sekitar. De-
ngan begitu Anda memperoleh peluang atau ide bisnis, untuk memberikan so-
lusi bagi mereka.
2. Ciptakan peluang bisnis yang dapat menggeser para pesaing, melengkapi ke-
kurangan produk yang ada di pasaran, dan mampu menghancurkan market
leader yang sudah ada.
3. Setelah mendapatkan beberapa ide atau peluang bisnis, selanjutnya buat daf-
tar peluang tersebut. Pilihlah tiga peluang bisnis yang paling berpotensi untuk
Anda ciptakan.
4. Tuliskan peluang-peluang tersebut beserta target waktu yang ditetapkan pada
sebuah kertas besar. Bila perlu pasang kertas tersebut di tempat-tempat yang
sering Anda gunakan, sehingga Anda selalu membacanya. Tambahkan visi dan
kata-kata lain yang dapat memotivasi Anda.
5. Mulailah untuk mengambil keputusan, peluang mana yang akan Anda tekuni
terlebih dahulu. Kemudian mulailah bergerak, untuk mencari segala informasi
yang berhubungan dengan peluang bisnis tersebut.
6. Jangan pernah takut untuk mencoba, hilangkan rasa ragu dan takut yang ada.
Karena hanya akan menghambat kesuksesan Anda.
7. Mulailah menciptakan kesuksesan dari usaha kecil terlebih dahulu. Dengan ke-
suksesan kecil, maka akan meningkatkan rasa percaya diri Anda dan mengu-
rangi rasa takut yang ada. Selanjutnya Anda dapat berkreasi dan berinovasi
untuk mengembangkan bisnis Anda.
Competencies Entrepreneur | 59
Jadi, jangan pernah berhenti mencari dan mengamati semua celah yang me-
mungkinkan untuk dijadikan sebagai peluang bisnis. Karena peluang tidak akan
pernah datang dengan tiba-tiba.
Adapun bagi seorang entrepreneur yang sudah memiliki usaha, langkah-lang-
kah menciptakan peluang bisa dilakukan dengan mengevaluasi produk atau jasa
yang telah ia hasilkan. Mencakup bagaimana tanggapan pasar terhadap produk/
jasa tersebut, bagaimana umpan balik dari konsumen, bagaimana kepuasan konsu-
men, apa saja yang konsumen inginkan dari produk yang sudah dihasilkan, dan lain
sebagainya. Berikut ini kita simak beberapa poin terkait produk dan konsumen yang
bisa dijadikan dasar menciptakan peluang dalam wirausaha.
60 | Competencies Entrepreneur
d. Kebutuhan kegembiraan/delight (pelanggan membeli mobil dan menda-
patkan hadiah peta jalan dalam suatu negara).
e. Kebutuhan rahasia (pelanggan ingin dipandang teman-temannya sebagai
konsumen cerdas berorientasi nilai).
Competencies Entrepreneur | 61
Perusahaan dalam mengeluarkan produk, tentunya menggunakan biaya.
Begitu juga melemparnya ke pasar. Itu semua memerlukan biaya. Namun, dari
kepuasan konsumen atas pemakaian produk atau jasa yang dikeluarkan peru-
sahaan tersebut merupakan keuntungan bagi perusahaan itu sendiri.
Kepuasan konsumen adalah sebagai salah satau alat ukur terbaik atas kerja
keras perusahaan dalam mengeluarkan produk barang atau jasanya. Alat ukur
lain yang dapat digunakan oleh perusahaan atas produk atau jasanya adalah
biaya rendah, efisiensi, dan kualitas. Namun, alat ukur tersebut bukanlah kri-
teria suatu keefektifan. Tidak banyak manfaatnya untuk memproduksi susuatu
dengan efektif dan efisien jika tidak ada orang yang membutuhkannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan langsung antara ke-
mampulabaan jangka panjang dengan kemampuan suatu perusahaan untuk
memahami kebutuhan konsumennya dan memberi nilai pada mereka. Pada
sektor nirlaba, kepuasan konsumen adalah perwujudan kemampulabaan.
http://bit.ly/2hWWtlV
Perusahaan yang terus menawarkan produk barang atau jasa dengan pe-
makaian jangka panjang, akan mengalami penurunan dalam kebutuhannya.
62 | Competencies Entrepreneur
Kecuali, perusahaan tersebut telah siap untuk berubah dan menyesuaikan diri
dengan apa yang diinginkan pasar. Jika tidak bisa menyesuaikan, perusahaan
tersebut akan terlempar keluar dari persaingan bisnis.
Memproduksi produk barang atau jasa yang tidak dibutuhkan konsumen
secara terus-menerus adalah suatu pemborosan dan kegagalan, walaupun pro-
duksi barang atau jasa tersebut dinilai ekonomis. Apalagi dibenturkan dengan
produk barang atau jasa luar negeri. Dimana konsumen ternyata dapat mem-
beli apa yang mereka inginkan dari produsen luar negeri.
Perusahaan yang mengabaikan kepuasan konsumen dengan memperhati-
kan kebutuhannya, maka akan tertinggal dan tersisihkan oleh perusahaan lain
yang menghasilkan produk barang atau jasa sejenis. Perusahaan tersebut akan
tertinggal jauh dari pesaingnya. Dengan begitu, perusahaan tersebut akan ke-
hilangan pangsa pasarnya. Selanjutnya, akan terlempar dari persaingan.
Pertanyaannya, “Dalam memenuhi kebutuhan konsumen, bagaimana cara
memenangkan persaingan pasar sehingga konsumen menggunakan produk
barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan?”
Produk barang atau jasa yang dibutuhkan konsumen biasanya banyak je-
nisnya (banyak merek). Artinya, banyak perusahaan yang mengeluarkan produk
barang atau jasa yang sejenis. Sehingga, konsumen disuguhkan dengan banyak
merek yang dapat memilihnya untuk ia gunakan.
Untuk memenangkan persaingan pasar, bisa dimulai dengan mengiden-
tifikasi kebutuhan konsumen yang akan membeli atau menggunakan produk
barang atau jasa perusahaan. Ingat, konsumen bukan pasar. Tetapi sebuah pa-
sar (market) hanyalah suatu agregasi dari konsumen yang memiliki kesamaan
kebutuhan dan keinginan. Kenyataan, sebagian besar pasar terdiri dari bebe-
rapa subpasar. Dimana masing-masing subpasar berbeda. Misalnya, pasar pe-
nerbangan terdiri dari transportasi penumpang dan barang. Pasar transportasi
penumpang dapat dibagi menjadi MTK (Mengunjungi Teman dan Keluarga),
peringkat tinggi (perjalanan bisnis), dan sewa.
Kegagalan memahami kebutuhan kelompok-kelompok konsumen yang
berbeda ini akan berdampak pada kegagalan untuk menyediakan layanan yang
diinginkan pada tingkat harga yang diterima. Kemampuan untuk mengidenti-
fikasi kebutuhan kelompok konsumen yang dapat kita puaskan dengan tetap
menghasilkan laba adalah penting dalam manajemen pemasaran.
Competencies Entrepreneur | 63
3. Menyajikan Produk Lama dengan Cara Baru
Sebuah strategi sangat dibutuhkan dalam dunia bisnis. Strategi tersebut
dimulai dari proses produksi sampai dengan pemasaran. Proses produksi harus
memakai strategi yang efektif dan efesian, agar biaya produksi bisa ditekan
sehemat mungkin serta dapat dengan cepat dalam memproduksi barang dari
awal sampai barang tersebut jadi. Namun, hasilnya tidak mengurangi kualitas.
Dalam proses pemasaran juga diperlukan strategi jitu untuk memasarkan
produk barang atau jasa tersebut. Sehingga, produk tersebut dapat dengan
cepat dan mudah terakses informasinya oleh calon konsumen. Sehingga, kon-
sumen sudah tidak bingung dan ragu lagi untuk membeli dan menggunakan
produk barang atau jasa tersebut.
Jika sebuah perusahaan menggunakan strategi yang baik dalam produksi
maupun dalam pemasaran, maka produk barang dan jasa yang dihasilkannya
akan banyak diminati konsumen. Artinya, produk barang atau jasa tersebut ba-
nyak dibeli oleh konsumen untuk memenuhi kebutuhannya (laku terjual).
Dengan tingkat penjualan produk barang atau jasa tersebut akan berefek
pada laba yang diperoleh perusahaan. Dimana laba perusahaan akan mening-
kat. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap berkembangnya perusahaan.
Untuk meningkatkan penjualan produk barang atau jasa, tentunya strategi
pemasaran harus diperhatikan dengan cermat. Hal itu dilakukan agar tidak sa-
lah dalam memilih strategi pemasaran yang akan digunakan. Selain itu, teknik
pemasaran juga tidak kalah pentingnya. Teknik pemasaran bisa dikatakan seba-
gai kunci keberhasilan dari penjualan produk.
Strategi pemasaran dan teknik pemasaran merupakan dua sisi yang tidak
dapat dipisahkan. Dimana teknik pemasaran yang baik didukung oleh strategi
pemasaran yang efektif akan menghasilkan penjualan produk meningkat. Di
samping itu, loyalitas pelanggan untuk menggunakan produk tersebut akan
terus meningkat. Otomatis hal ini akan memberi keuntungan yang besar bagi
perusahaan.
Dalam penggunaan strategi dan teknik pemasaran harus terus dikaji, die-
valuasi, dan dikembangkan. Artinya, strategi dan teknik pemasaran yang baik
terus dijalankan, sedangkan strategi dan teknik pemasaran yang kurang baik
atau tidak baik diubah atau diganti dengan strategi dan teknik pemasaran baru.
Inilah bisa dikatakan proses memasarkan produk lama dengan cara baru.
64 | Competencies Entrepreneur
Dalam menyusun strategi dan teknik pemasaran harus hati-hati. Karena,
jika salah memilih akan fatal akibatnya. Bisa jadi perusahaan akan gulung tikar.
Buat dan susun strategi dan teknik marketing yang tidak rumit atau mudah
dijalankan serta sederhana. Karena, hal tersebut akan berefek pada keefektifan
dan keefesienan dalam memasarkan produk.
Berikut beberapa tips untuk memasarkan barang dengan lebih mudah:
a. Fokus
Jika menjalankan pemasaran produk dengan fokus, maka keberhasilan
marketing akan cepat diraih. Hal itu disebabkan semua pikiran dan perhati-
an kita terpusat dan kumpul dalam satu masalah, yaitu pemasaran produk.
Tidak sedikit orang yang gagal dalam menjalankan atau membangun usa-
ha. Salah satunya disebabkan tidak fokusnya orang tersebut dalam men-
jalankan atau membangun bisnis tersebut. Mereka beranggapan, bahwa
dengan banyak bisnis yang dijalankan maka pendapatan dirinya akan be-
sar. Ternyata tidak. Bahkan semua usaha yang dirintis dan dijalankannya
gulung tikar.
Fokus memiliki kekuatan yang luar biasa. Dimana energi yang dihasil-
kan akan lebih besar. Ini semua yang mendorong untuk mempercepat per-
tumbuhan dan perkembangan perusahaan. Kekuatan besar dalam menja-
lankan bisnis tersebut disebut dengan kekuatan fokus (the power of focus).
Banyak yang membuktikan, bahwa kekuatan fokus memiliki energi
yang luar biasa dalam menjalankan bisnis. Sebagai bukti, bagaimana peru-
sahaan Apple begitu gemilang dan meraih kesuksesan. Ia bukan hanya di-
kenal di negara asalnya yaitu Amerika Serikat, tetapi juga di seluruh dunia.
Apple fokus pada produknya dan sanggup menghasilkan miliaran dolar
hingga kini. Kesuksesan Apple tersebut karena mereka fokus dengan sum-
ber daya mereka dan produk yang lebih sedikit tapi inovatif. Dan, banyak
lagi perusahaan-perusahaan besar yang mendunia karena menjalankan
bisnisnya dengan menggunakan kekuatan fokus (the power of focus).
Ingat, fokus tidak berarti Anda menjual lebih sedikit. Sebaliknya, Anda
dapat meningkatkan produksi Anda di wilayah tertentu.
Competencies Entrepreneur | 65
ngenali pelanggan pastinya tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat atau
hanya sekadar perkiraan belaka.
Kenali target market Anda. Dengan begitu akan membantu Anda da-
lam menyusun strategi marketing yang efektif. Target pasar Anda bisa me-
ngelompokkan menjadi beberapa kategori. Misalnya kelompok usia. Ambil
contoh usia 20-40 tahun. Di usia segitu merupakan usia produktif. Pastinya
menawarkan produk yang memang dibutuhkan oleh mereka di masa usia
produktif. Bisa saja produk teknologi seperti laptop yang dapat menunjang
mereka dalam bekerja.
Pemilihan kelompok gender juga bisa menjadi segmen yang Anda pilih
sebagai target pasar. Misalnya, Anda membidik wanita dengan kelompok
usia 20-35 tahun, jika ingin memasarkan produk sepatu wedges atau pro-
duk kecantikan.
Mengenal calon pelanggan atau target pasar Anda sangat penting.
Karena, ini akan lebih fokus dan tepat sasaran dalam memasarkan produk.
Jangan sampai salah sasaran dalam memasarkan produk Anda. Hal itu akan
memakan biaya dan waktu yang tidak sedikit. Dengan tepat sasaran dalam
memasarkan produk Anda, berarti Anda akan cepat meraih kesuksesan da-
lam penjualan.
c. Promosi
Promosi atau memperkenalkan produk bisnis Anda kepada konsumen
sangat diperlukan. Karena dengan promosi, produk Anda akan lebih cepat
diketahui oleh calon konsumen. Banyak media atau cara yang bisa dilaku-
kan dalam melakukan promosi. Bisa dengan iklan di media cetak atau elek-
tronik. Dan, masih banyak lagi alat promosi agar produk yang ditawarkan
dapat dengan cepat sampai informasinya kepada calon konsumen.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan promosi
produk, yaitu:
»» Usahakan agar promosi yang Anda lakukan tersebut konsisten, terus-
menerus, dan dengan cara-cara kreatif sehingga para pelanggan tidak
merasa bosan. Misalnya, mengirim pesan singkat kepada para custo-
mer jika sedang ada promo produk-produk Anda.
»» Lihat dan pelajari bagaimana upaya promosi yang dilakukan kompeti-
tor Anda. Jika penawaran Anda lebih unik dan menarik, lanjutkan upa-
ya promosi tersebut.
66 | Competencies Entrepreneur
»» Berikan kepuasan kepada pelanggan pertama yang telah membeli
produk Anda. Dengan mereka puas, maka secara tidak langsung Anda
melakukan promosi kepada teman-teman mereka. Mereka pasti akan
bercerita kepada temannya, bahkan akan merekomendasikan untuk
membeli produk Anda. Inilah yang disebut dengan promosi word of
mouth publicity. Kekuatan promosi dari mulut ke mulut ini memang
ajaib karena dapat menyebar dan menjaring pelanggan hingga berli-
pat-lipat. Oleh karena itu, siapkan diri Anda untuk membuat pelanggan
lebih nyaman berbisnis dengan Anda. Pelanggan yang merasa puas
dengan produk Anda akan menjadi pelanggan loyal yang dapat me-
narik pelanggan baru.
d. Lokasi Strategis
Pemilihan tempat merupakan salah satu faktor penting dalam strategi
pemasaran. Coba perhatikan minimarket selalu berada di jalan yang sibuk,
dimana traffic lalu lalang orang sangat tinggi. Itu merupakan strategi me-
reka dalam membidik pelanggan potensial.
Begitu juga dengan bisnis yang Anda jalankan. Lokasi strategis akan
menggaet lebih banyak pelanggan. Usahakan untuk memilih lokasi yang
tepat, strategis, agar kesempatan bisnis Anda untuk dapat diakses oleh pe-
langgan lebih terbuka.
Competencies Entrepreneur | 67
beserta kemajuan yang telah dicapai, hubungi mereka secara berkala, dan
informasikan pelanggan mengenai promo produk yang sedang berjalan,
dan lain-lain.
f. Internet Marketing
Internet marketing merupakan salah satu strategi marketing yang efek-
tif. Karena, hampir semua masyarakat kita sudah menggunakan internet se-
bagai penunjang berbagai kegiatannya. Jika Anda menggunakan internet
marketing sebagai media pemasaran, maka produk Anda akan lebih cepat
menyebar ke masyarakat. Banyak pebisnis yang sukses padahal mereka da-
lam memasarkan produknya hanya dengan menggunakan jejaring sosial
saja. Anda pun bisa menggunakan media internet tersebut. Apalagi kecen-
drungan masyarakat kita sudah bergeser pola belanja atau membeli suatu
produk yang dibutuhkannya. Dimana masyarakat kita sudah menggunakan
media internet untuk membeli produk. Hal ini dikarenakan mereka cen-
derung ingin berbelanja di luar jam buka toko, menghindari kemacetan,
dan lebih privasi. Kecendrungan masyarakat tersebutlah yang dapat Anda
gunakan sebagai salah satu alternatif memasarkan produk, yaitu internet
marketing.
Menciptakan inovasi baru dalam memasarkan produk sangat penting
dilakukan. Meniru pemasaran yang sudah sering digunakan para pesaing
tidak salah. Namun, strategi Anda akan mudah terbaca oleh pesaing Anda.
Beda jika strategi dan teknik pemasaran Anda, memang Anda ciptakan.
Strategi promosi baru tidak mudah dibaca oleh pesaing Anda. selain itu,
produk Anda tidak dinilai sebagai produk pasaran dan memiliki nilai lebih
di mata para konsumen.
Ingat, berbisnis harus beretika. Jangan menjatuhkan produk pesaing.
Karena, akan berefek buruk pada bisnis Anda. Bisa jadi berefek pada keti-
dakyakinan konsumen terhadap kualitas produk Anda.
68 | Competencies Entrepreneur
menjadi khas bagi suatu produk. Kemasan biasanya memiliki desain yang khas
dan unik. Kehasan dan keunikan suatu produk didesain sedemikian rupa agar
dapat menarik minat konsumen untuk membelinya.
Desain kemasan dilatarbelakangi oleh pemasaran yang relevan. Hal ini
ditinjau dari segmen pasar yang dituju oleh suatu produk. Sehingga, desain
kemasan akan mempermudah segmen pasar sebagai calon konsumen meng-
identifikasi produk tersebut. Intinya, desain kemasan produk akan didesain
berdasarkan jenis produk dan juga segmen pasar yang dituju. Desain kemsan
berkaitan erat dengan strategis pemasaran.
Selain merek, pada kemasan juga akan dicantumkan beberapa informa-
si yang berkaitan dengan suatu produk. Hal ini dimaksudkan agar calon kon-
sumen dapat dengan mudah mengetahui apa saja yang terkandung dalam
produk tersebut serta apa saja fungsi dan kegunaannya. Dari informasi pada
kemasan tersebut, konsumen akan cepat dapat mengetahui keunggulan dan
kelebihan suatu produk dibandingkan dengan produk lain yang sejenis. Maka
dengan begitu, konsumen tau betul bahwa produk tersebut memang benar-
benar dibutuhkannya.
Merek dan desain kemasan juga akan mempengaruhi posisi penempatan
jika di-display di toko ritel. Hal ini memudahkan konsumen untuk mencari ke-
butuhannya yang ia maksud. Desain kemasan akan mempengaruhi terhadap
minat konsumen untuk membeli suatu produk karena ketertarikan kemasan
yang mencolok dibandingkan desain kemasan produk lain yang sejenis.
Selain desain kemasan, desain packaging juga akan mempengaruhi minat
konsumen untuk memilih produk tersebut dan mengabaikan produk lain yang
sejenis. Oleh sebab itu, merek, desain kemasan, spesifikasi produk, dan desain
packaging harus benar-benar diperhatikan dan dibuat semenarik mungkin agar
calon konsumen memilih produk Anda. Artinya, penjualan suatu produk akan
banyak dipengaruhi oleh merek, desain kemasan, spesifikasi produk, dan desa-
in packaging. Tujuan pembuatan desain kemasan menjadi lebih jelas pada saat
parameter pemasaran telah diidefinisikan dengan baik.
Competencies Entrepreneur | 69
Sumber: http://bit.ly/2jdFQWE
70 | Competencies Entrepreneur
inovatif untuk mengurangi biaya, lebih ramah lingkungan, aman dipakai, atau
meningkatkan fungsionalitas. Ketujuh, menetapkan nilai produk dengan cara
positioning dalam benak konsumen. Kedelapan, rebranding untuk mencapai
kesesuaian citra produk.
Agar tetap diminati oleh konsumen baru dan pelanggan yang loyal terha-
dap produk Anda, sebaiknya desain kemasan terus dievaluasi secara berkala.
Apalagi produk lain yang sejenis banyak bermunculan. Otomatis mereka meru-
pakan pesaing produk Anda di pasar.
Mengevaluasi desain kemasan secara berkala untuk memastikan, bahwa
desain tersebut sudah sesuai dengan permintaan pasar yang terus berubah.
Berkala yang dimaksud adalah dalam jangka waktu tertentu, misal satu tahun
sekali. Jika sudah dianggap sukses maka sebaiknya dikuatkan bukan dibiarkan
begitu saja. Dikuatkan dengan desain baru yang masih terdapat elemen-ele-
men desain yang mirip dengan desain kemasan yang lama. Dengan cara ini
konsumen tidak kaget dengan perubahan yang ada. Berubah sedikit demi sedi-
kit. Jika kemasan dianggap kurang sukses maka sebaiknya diganti dengan total
baru yang dikemudian diumumkan melalui promo dan iklan media massa.
Pada akhirnya para pengembang produk, pengusaha, pebisnis, produsen
produk, produsen material kemasan, desainer kemasan, dan tenaga pemasar-
an, kesemuanya memainkan peran dalam kesuksesan atau kegagalan desain
kemasan dalam memenuhi tujuan pemasaran suatu merek konsumsi.
Competencies Entrepreneur | 71
harus terus memiliki kreativitas dalam berinovasi. Sehingga, bisnis Anda tetap
menjadi pesaing yang handal oleh pebisnis baru.
Daya kreativitas tinggi diperlukan landasan berpikir maju. Gagasan-gagas-
an baru yang berbeda dibandingkan produk-produk yang telah ada. Berbagai
gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, ben-
tuk ataupun waktu. Membuat terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha
merupakan awal dari kemajuan bisnis Anda. Gagasan baru jangan dianggap
mustahil untuk diwujudkan, jika gagasan tersebut memang riil dan dapat dija-
lankan.
Melalui kreativitas dan gagasan baru akan menghasilkan produk yang ung-
gul dibandingkan produk lain yang sejenis. Melalui proses kreatif dan inova-
tif yang tinggi tersebut akan tercipta nilai tambah. Produk yang memiliki nilai
tambah tersebut akan menciptakan berbagai keunggulan termasuk keunggul-
an bersaing. Perusahaan seperti Microsoft, Sony, dan Toyota Motor, merupakan
contoh perusahaan yang sukses dalam produknya karena memiliki kreativitas
dan inovasi di bidang teknologi.
Agar ide-ide yang masih potensial menjadi peluang bisnis riil, maka wirau-
sahawan harus bersedia melakukan evaluasi terhadap peluang secara terus-
menerus. Proses penjaringan ide potensial menjadi produk dan jasa riil dapat
dilakukan melalui penciptakan produk baru dan berbeda. Ketika ide dimuncul-
kan secara riil, seperti dalam bentuk barang dan jasa baru maka produk dan
jasa tersebut harus berbeda dengan produk dan jasa yang ada di pasar. Selain
itu, produk dan jasa tersebut harus menciptakan nilai bagi pembeli atau peng-
gunanya. Oleh sebab itu, wirausahawan harus mengetahui secara terperinci pe-
rilaku konsumen di pasar.
72 | Competencies Entrepreneur
4
KEAHLIAN MENJADI PENGUSAHA
(COMPETENCIES ENTREPRENEUR)
Sumber: http://bit.ly/2ApqXVj
73
A. Pengertian dan Jenis Competencies Entrepreneur
Seorang entrepreneur, mau tidak mau harus berani dan mampu menghadapi
persaingan. Sehingga, seorang entrepreneur dituntut untuk memiliki kompetensi-
kompetensi yang dibutuhkan untuk memenangkan persaingan itu. Tak hanya me-
milikinya, seorang entrepreneur harus pula mampu menerapkan kompetensi-kom-
petensi tersebut dengan baik.
Sumber: http://bit.ly/2hP4Wrf
Entrepreneur sukses adalah mereka yang memiliki kompetensi dalam ilmu pe-
ngetahuan, keterampilan, dan kualitas individu. Itu semua meliputi sikap, motiva-
si, nilai serta tingkah laku yang diperlukan untuk menghadapi kondisi lingkungan
yang mempengaruhi kinerja perusahaannya. Kesuksesan berwirausaha ditentukan
oleh kompetensi seseorang dalam mengelola bisnisnya. Ia mampu memadukan dan
menerapkan kompetensi yang dimilikinya dengan siklus bisnis. Perpaduan tersebut
akan melahirkan dan meningkatkan inovasi, unggul dalam persaingan, dan mening-
katkan kinerja perusahaan.
Kompetensi itu sendiri dibedakan menjadi dua kelompok besar, yakni kompe-
tensi kasat mata (hard competencies) dan kompetensi abstrak (soft competencies).
74 | Competencies Entrepreneur
Hard competencies mencakup kemampuan intelektual (IQ). Sedangkan soft compe-
tencies mencakup kemampuan pengelolaan emosi (EQ). Kedua tipe kompetensi ini-
lah yang wajib dimiliki seorang entrepreneur. Seorang entrepreneur tidak akan ber-
hasil secara maksimal dalam suatu hal jika hanya mengandalkan hard competencies
semata. Selalu dibutuhkan soft competencies untuk mendongkrak keberhasilan itu.
Hard competencies dan soft competencies merupakan modal utama yang mengan-
tarkan seorang entrepreneur mencapai kesuksesan usaha dan memenangkan persa-
ingan di tengah kompetisi lingkungan bisnis yang begitu ketat.
sumber: http://bit.ly/2i4tlt9
Kemampuan akademik akan terlihat dari nilai-nilai yang tertera pada ijazah
atau sertifikat. Nilai-nilai tersebut didapatkan dari sekolah-sekolah formal ma-
upun nonformal. Nah, kemampuan yang didapat dari sekolah formal maupun
nonformal inilah yang disebut dengan hard competencies. Hard competencies
Competencies Entrepreneur | 75
membicarakan tentang kemampuan intelektual (IQ/Intelligence Quotient) se-
seorang. Atau dalam istilah lain, hard competencies adalah kemampuan teknis
yang dimiliki oleh seseorang. Contoh hard competencies seperti kemampuan
berhitung, kemampuan pemrograman, kemampuan menganalisa, dan yang se-
jenisnya.
Hard competencies merupakan penguasaan keterampilan teknis dari ha-
sil pembelajaran yang berhubungan dengan suatu bidang ilmu tertentu. Hard
competencies diperoleh seseorang dari adanya peningkatan pengetahuannya
atas dasar jenjang pendidikan yang ditempuhnya. Contohnya bidang ilmu ke-
dokteran, science, teknologi, olahraga, seni dan bidang ilmu lainnya. Melihat
atau mengukur hard competencies seseorang dapat melalui riwayat pendidik-
annya. Atau nilai-nilai dalam dokumen-dokumen formal yang ia miliki (ijazah,
sertifikat, dan lain-lain).
76 | Competencies Entrepreneur
Banyak penelitian dan nasihat orang-orang bijak yang mengkorfirmasi hal
tersebut, bahwa kesuksesan seseorang dalam bidang apa pun yang sedang
ia tekuni tak semata-mata karena kemampuan intelektual yang dimiliki (hard
competencies). Namun juga dipengaruhi oleh kemampuannya dalam mengelo-
la emosi (soft competencies). Bahkan hasil penelitian menunjukkan, 80% kesuk-
sesan manusia ditentukan oleh bagaimana cara ia membawa diri atau menge-
lola emosinya.
Jika dianalogikan, kemampuan yang dimiliki manusia sebagai gunung es.
Yang nampak di luar permukaan air ialah kemampuan hard competencies, se-
dangkan kemampuan yang berada di bawah permukaan air dan memiliki porsi
yang paling besar ialah kemampuan soft competencies. Soft competencies me-
rupakan kemampuan yang tidak tampak dan berhubungan dengan emosi ma-
nusia.
Lingkungan yang menjadi tempat Anda bekerja, tidak selalu menyediakan
suasana yang menyenangkan. Bahkan tak jarang konflik terjadi di tempat ter-
sebut. Misalnya, dengan bawahan, konflik dengan rekan bisnis, dan lain seba-
gainya. Nah, di saat itulah soft competencies memegang peranan. Jika Anda
memiliki soft competencies yang baik, maka konflik tersebut tidak akan mem-
pengaruhi kinerja Anda, karena Anda memiliki kemampuan membawa diri yang
baik. Sebaliknya, jika hal-hal yang mengganggu tidak bisa Anda sikapi dengan
baik, maka kinerja Anda menjadi terganggu, kalau sudah begini apakah kesuk-
sesan dalam bekerja dapat dicapai?
Kemampuan membawa diri yang baik di lingkungan usaha berpengaruh
positif pada usaha itu sendiri. Sebaliknya, Ketidakmampuan dalam membawa
diri menyebabkan kemunduran dan masalah yang dihadapi muncul lebih ba-
nyak.
Di dunia kerja saat ini, soft competencies menjadi kriteria utama yang dicari
oleh atasan selain kualifikasi standar. Dimana soft competencies terbukti lebih
penting dalam jangka panjang daripada keterampilan kerja. Soft competencies
mengacu pada sejumlah fitur, yaitu perilaku, manajemen keuangan pribadi, ko-
munikasi, dan lain-lain. Fitur tersebut mempengaruhi seseorang menjadi peker-
ja yang baik dan cocok untuk bekerja dalam tim.
Competencies Entrepreneur | 77
B. Ragam Kompetensi yang Dibutuhkan Entrepreneur
Bila mau dipecah lebih detail, kompetensi yang dibutuhkan entrepreneur ada
banyak sekali. Namun, diambil pokoknya, ragam kompetensi yang dibutuhkan se-
orang entrepreneur (yang mencakup soft competencies) terdiri atas: Kompetensi
Individu (Personal Cometencies), Kompetensi Bisnis (Business Competencies), dan
Kompetensi Manajemen (Managerial Competencies). Dalam tiga kelompok besar
kompetensi tersebut masing masing kompetensi memiliki beberapa kompetensi
penting yang berbeda-beda. Kompetensi-kompetensi ini bagi seorang entreprene-
ur menjadi modal dalam meningkatkan dan menunjang keberlangsungan kinerja
bisnisnya.
Sumber: http://bit.ly/2lZCAPA
78 | Competencies Entrepreneur
a. Kompetensi Berpikir Analitik (Analytical Thinking Competencies)
Pentingnya kemampuan berpikir analitik (analytical thinking) dalam
membantu seseorang dalam mengumpulkan, mengartikulasikan, memvi-
sualisasikan, dan menganalisis informasi yang ada. Hanya melalui kemam-
puan berpikir analitis ini, peluang bisnis dapat diciptakan atau dibuat ka-
rena pemikiran analitis membantu memberi dukungan pada proses kreatif
melalui sebuah karya kreatif yang ringkas sehingga dapat mengurangi per-
saingan bisnis dengan menciptakan strategi bisnis yang kreatif. Bagi seo-
rang entrepreneur harus dapat berpikir dengan menggunakan otak bagian
kiri dan otak bagian kanan dalam mengelola dan menjalankan bisnisnya.
Pada otak bagian kiri seorang entrepreneur dimanfaatkan untuk berpikir
secara analitikal, sitematikal serta logikal dalam meningkatkan kinerja per-
usahaan guna menghadapi persaingan yang begitu ketat. Sedangkan otak
bagian kanan untuk membantu seorang entrepreneur berpikir secara ima-
jinatif, reaktif, dan inovatif.
Competencies Entrepreneur | 79
Sumber: http://bit.ly/2AB3Win
80 | Competencies Entrepreneur
adalah proses mental yang di dalam proses itu pengalaman masa lampau
dikombinasikan kembali sering dengan beberapa distorsi dalam bentuk se-
demikian rupa sehingga orang muncul dengan pola-pola baru, konfigurasi
baru, aturan baru sehingga muncul pemecahan yang lebih baik yang dibu-
tuhkan manusia.
Competencies Entrepreneur | 81
teknologi informasi yang sangat dahsyat sehingga dimensi jarak dipersem-
pit. Implikasinya, ketika suatu penemuan baru diperkenalkan kepada suatu
masyarakat tertentu, maka dalam waktu yang singkat, masyarakat dunia
akan mengetahuinya.
Dengan demikian, ‘kebaruan’ relatif lebih bersifat universal. ‘Kebaruan’
terikat dengan dimensi waktu. Artinya, kebaruan di zamannya.
Terdapat sejumlah inovasi yang menimbulkan suatu perubahan besar
seperti inovasi teknik yang besar dan merupakan hal yang luar biasa. Ino-
vasi yang berhasil adalah inovasi yang sederhana dan mampu memanfaat-
kan perubahan yang sedang berlangsung. Inovasi yang berhasil juga ada-
lah inovasi yang terfokus dan ditujukan pada aplikasi yang didesain khas,
jelas dan cermat.
Inovasi memang lebih banyak melibatkan kerja fisik dari pada pemi-
kiran. Namun, inovasi juga tidak perlu bersifat teknis dan juga tidak perlu
berupa benda sama sekali. Dalam praktiknya, inovasi didasari atas tahapan
pengenalan, persuasi, pengambilan keputusan, implementasi, dan konfir-
masi yang sesuai dengan kemampuan mengadopsi baik aktif (innovator,
early adopter, dan early majority) dan pasif (late majority dan laggard) (Hu-
beis, 2005).
Jika dilihat dari kecepatan perubahan dalam proses inovasi, ada dua
macam inovasi, yaitu inovasi radikal dan inovasi inkremental. Inovasi radikal
dilakukan dengan skala besar, dilakukan oleh para ahli di bidangnya dan
biasanya dikelola oleh departemen penelitian dan pengembangan. Inova-
si inkremental merupakan proses penyesuaian dan mengimplementasikan
perbaikan yang berskala kecil.
Selanjutnya, Hubeis (2005) mengemukakan, bahwa apabila melihat je-
nisnya, terdiri dari empat jenis inovasi, yaitu penemuan, pengembangan,
duplikasi dan sintesis. Suatu inovasi dikatakan penemuan apabila merupa-
kan kreasi suatu produk, jasa atau proses baru yang belum pernah dilaku-
kan sebelumnya.
Inovasi yang efektif dimulai dari kecil. Ini dimaksudkan bahwa sebuah
inovasi tidaklah muluk-muluk dan mencoba untuk melakukan sesuatu yang
khas, karena secara umum gagasan yang terlalu muluk seperti mengarah
ke revolusi industri mungkin tidak dapat berjalan dan sulit terwujud. Kemu-
dian, inovasi tidak perlu mengarah pada tujuan akhir untuk menjadi sebuah
82 | Competencies Entrepreneur
bisnis besar. Karena, dalam kenyataannya tidak seorang pun dapat memas-
tikan terlebih dahulu apakah inovasi tertentu akan berakhir sebagai bisnis
besar atau sebagai sebuah prestasi yang biasa-biasa saja.
Competencies Entrepreneur | 83
sisi pasar (market position) yang mantap guna membuat kedudukan yang
kokoh dari suatu produk pada suatu pasar. Misalnya, kita bisa melihat mo-
bil-mobil buatan Jepang memiliki pangsa pasar yang luas di Indonesia. Bila
dibandingkan dengan mobil-mobil buatan Jerman, mereka tidak memiliki
pangsa pasar yang luas di Indonesia, tetapi memiliki market position yang
tidak tergoyahkan.
http://bit.ly/2hhXVid
84 | Competencies Entrepreneur
»» Untuk peningkatan mutu ataupun kualitas pelayanan sangat diperlu-
kan pengawasan kegiatan pemasaran lebih efektif berdasarkan stan-
dard prestasi kerja yang ditetapkan.
Competencies Entrepreneur | 85
kannya sebagai dasar untuk hubungan pemasaran yang berkelanjutan di
masa depan.
Relationship marketing adalah suatu proses berkelanjutan yang
mensyaratkan suatu perusahaan agar menjalin komunikasi tetap dengan
konsumen untuk memastikan tujuan tercapai, dan memadukan proses re-
lationship marketing ke dalam rencana strategik sehingga memungkinkan
perusahaan mengolah sumber daya dengan baik dan memenuhi kebutuhan
konsumen di masa yang akan datang. Tujuan utama dari relationship mar-
keting sebenarnya adalah untuk menemukan lifetime value dari pelanggan.
Setelah lifetime value didapat, tujuan selanjutnya adalah bagaimana agar
lifetime value masing-masing kelompok pelanggan dapat terus diperbesar
dari tahun ke tahun. Setelah itu, tujuan ketiganya adalah bagaimana meng-
gunakan profit yang didapat dari dua tujuan pertama untuk mendapatkan
pelanggan baru dengan biaya yang relatif murah.
Sumber: http://bit.ly/2zs0vwG
86 | Competencies Entrepreneur
dan kepuasan yang maksimal dari pelayanan yang di berikan oleh perusa-
haan tersebut.
Competencies Entrepreneur | 87
a. Kompetensi Kerja Sama (Teamwork Competencies)
Kerja sama (Teamwork) adalah keinginan untuk bekerja sama dengan
orang lain secara kooperatif dan menjadi bagian dari kelompok. Bukan
bekerja secara terpisah atau saling berkompetisi. Kompetensi kerja sama
menekankan peran sebagai anggota kelompok, bukan sebagai pemimpin.
Kelompok disini dalam arti yang luas, yaitu sekelompok individu yang me-
nyelesaikan suatu tugas atau proses.
Di sinilah seorang entrepreneur harus dapat mengelola kerja sama ke-
lompok di dalam perusahaan agar tujuan yang telah ditetapkan perusa-
haaan tercapai. Sukses tidaknya suatu tim, sangat tergantung dari kualitas
anggota tim. Di antaranya kualitas anggota tim dalam membangun kerja
sama di dalam tim (teamwork).
Sumber: http://bit.ly/2hkXG9y
88 | Competencies Entrepreneur
Perilaku yang harus ditunjukkan oleh seorang entrepreneur untuk
kompetensi kerja sama tim (teamwork) adalah mampu secara konsisten
menampilkan perilaku-perilaku tersebut di tempat kerjanya dengan indi-
kator perilaku di antaranya:
»» Kepercayaan
Mendorong orang lain dalam tim untuk membentuk dan membangun
kepercayaan dan saling membantu dalam melaksanakan pekerjaan ke-
lompok.
»» Menghormati perbedaan dan menonjolkan kekuatan
Membangun sinergi di antara orang-orang dari latar belakang yang
berbeda dan menggunakan kelebihan individu untuk membentuk tim
yang lebih baik yang memberikan hasil yang berarti.
»» Komitmen terhadap tujuan tim
Mendorong orang lain untuk memiliki komitmen terhadap tujuan/ke-
sepakatan tim dan membangkitkan kerja sama tim sebagai cara utama
untuk mencapai tujuan yang luas.
»» Umpan balik yang konstruktif
Mengevaluasi, memeriksa hasil kerja, menyediakan umpan balik dan
rekomendasi dalam bagaimana memperbaiki diri untuk mencapai tu-
juan tim.
»» Keterlibatan dan partisipasi
Memberikan nasihat dan bimbingan pada pihak lain dalam memperki-
rakan lingkup kerja, penilaian kualitas kerja, dan sebagainya. Meyakin-
kan orang lain untuk mengambil inisiatif dalam melaksanakan tugas.
Menjelaskan lingkup kerja dan memberikan kesempatan pada orang
lain untuk berperan lebih aktif dalam kelompok.
»» Penanganan konflik
Mengantisipasi situasi konflik dan menyediakan solusi untuk menga-
tasinya.
Competencies Entrepreneur | 89
orang mengambil peran sebagai pemimpin. Tujuannya adalah membuat
orang percaya dan komitmen terhadap visi dan misi organisasi, menimbul-
kan antusiasme, energi dan komitmen bagi kelompoknya.
Sumber: http://bit.ly/2hPBDoH
90 | Competencies Entrepreneur
menjalankan peran kepemimpinan dan wirausaha, maka pertanyaannya,
mengapa seseorang tetap berkembang? Karena dia bekerja keras untuk
belajar dan mengembangkan apa yang dia bisa. Dan orang-orang seba-
gai pimpinannya bisa melihat usahanya dan bersedia mentoleransi keku-
rangan atau kelemahannya. Bahkan, kelemahannya menjadi menawan bagi
yang memimpinnya. Peran kepemimpinan dan kewirausahaan merupakan
faktor kunci dalam melakukan pelbagai terobosan, khususnya dalam me-
ningkatkan intelectual human capital yang tidak dapat ditawar lagi.
c. Kompetensi Jaringan Bisnis (Networking Competencies)
Kompetensi jaringan (networking competencies), sebagai kemampuan
untuk membangun interaksi sosial dalam menunjang pelaksanaan tugas
seperti perencanaan, koordinasi dan pengendalian juga tentang kemam-
puan untuk membangun dan memanfaatkan jaringan dengan mitra seperti
investor, mitra teknologi dan pemasaran, dan pemangku kepentingan lain-
nya. Jaringan semacam itu memfasilitasi interaksi sosial yang memungkin-
kan sumber daya dipertukarkan dan bermanfaat untuk diciptakan.
Pengusaha yang memiliki kompetensi jaringan (networking compe-
tencies) terbukti efektif dalam menggunakan jaringan sebagai bagian dari
perencanaan strategis dalam mencapai hasil yang menguntungkan. Peng-
usaha perlu melakukan banyak negosiasi, dan mereka terus bertemu dan
berinteraksi dengan individu di dalam dan di luar bisnis mereka.
Competencies Entrepreneur | 91
5
KISAH MEREKA
YANG SUKSES BERWIRAUSAHA
Sumber: http://bit.ly/2j7jLJd
92
S
alah satu cara yang cukup efektif mempelejari entrepreneurship adalah de-
ngan meniru praktik-praktik terbaik. Apa maksudnya? Yaitu dengan mem-
pelajari hal-hal terbaik dari tokoh-tokoh entrepreneur yang terbukti sudah
berhasil, lalu menirunya. Mengambil pelajaran dari keberhasilan dan kegagalan me-
reka.
Tidak perlu ragu meniru perjalanan sukses tokoh-tokoh tersebut. Cara-cara
yang mereka tempuh sudah nyata membuahkan hasil. Rugi rasanya jika kita ma-
sih berkutat mencari resep sukses berwirausaha sementara praktik-praktik terbaik
sebenarnya sudah terpampang di depan mata. Meniru mereka, selain menyingkat
waktu tempuh, juga membuat kita dapat meminimalisir terjadinya kegagalan. Di
lingkungan akademis, meniru memang tindakan buruk. Tapi dalam masalah ini, me-
niru justru bisa menjadi hal baik yang kita lakukan.
Sam Walton, pemilik dan pendiri Wal Mart, jaringan supermarket terbesar di
Amerika Serikat, sukses besar karena meniru. Awalnya Sam mempelajari dan meniru
apa yang dilakukan oleh pesaingnya, K-Mart, yang menjadi pemimpin pasar kala itu.
Sam Walton meniru semua yang dilakukan K-Mart mulai dari bagaimana men-
desain outlet, menetapkan harga, melayani pelanggan, bahkan sampai pada bagai-
mana barang-barang K-Mart ditata. K-Mart kala itu dianggap yang terhebat dan
Sam berprinsip semua yang terbaik harus ditirunya. Dan hasilnya? Seiring waktu Wal
Mart berkembang pesat. Dan hebatnya, Wal Mart kemudian tampil sebagai kekuat-
an besar. Supermarket ini mengalahkan K-Mart yang dulu ditirunya.
Dari kisah sukses Sam Walton itu, setidaknya kita bisa mengambil pelajaran
bahwa: jangan malu meniru perjalanan orang-orang sukses dalam mencapai keber-
hasilannya. Bisa jadi, dari meniru itu kita bisa menjadi lebih sukses.
Berikut ini kita simak kisah para entrepreneur menempuh jalan sukses mereka.
Mari kita ambil pelajaran terbaik dari mereka. Selanjutnya, kita aplisakan semua
pelajaran itu di dunia nyata.
Competencies Entrepreneur | 93
A. Tin’Collection: Perpaduan Antara Kreativitas dan Intuisi
Sebuah kreativitas yang diramu dan diolah dengan intuisi yang tajam serta ino-
vasi untuk menyajikan bentuk baru dan berbeda, ternyata mampu menciptakan
karya-karya yang bernilai tinggi. Inilah yang dilakukan Tin’Collection. Tin’Collection
adalah usaha butik yang digeluti oleh kakak beradik, Tini Suniawati dan Maryani,
perempuan-perempuan asli dari kampung Purabaya, Jampang Tengah, Kabupaten
Sukabumi.
Tini Suniawati, awalnya hanyalah seorang biasa yang memiliki sedikit keahli-
an tentang busana. Keahlian itu ia dapat dari kursus tata busana dan menjahit di
tempat kelahirannya. Pada tahun 2004, Tini, begitu sapaan akrabnya, mulai merintis
usaha butiknya di kota Depok, tepatnya di Komplek Timah Blok AA. 1 No. 29, Kota
depok. Waktu itu, ia baru saja menikah dengan pria pujaan hatinya yang asal Betawi.
Seiring waktu, pelan tapi pasti, rintisan usaha butik Tini mulai berkembang. Ini
tak lepas dari kepiawaiannya membuat pola dan memotong kain, sehingga bu-
sana-busana yang ia hasilkan banyak disukai konsumen. Jenis-jenis busana yang
ia hasilkan seperti pakaian kebaya, brukat blus, baju muslim, dan
busana-busana wanita lainnya.
Usaha ini ini didukung oleh adiknya, Maryani, SE. Sang
adik adalah seorang sarjana lulusan STIE MBI, Jakarta. Ma-
suknya Maryani, ternyata memberikan kontribu-
si sangat positif bagi kemajuan Tin’Collection.
Apalagi Maryani mengambil konsentrasi keah-
lian Manajemen Pemasaran dengan penelitiannya
tentang Ekuitas Merek. Maryani mengungkapkan
keterbaruan bentuk model desain pakaian mampu me-
ningkatkan nilai tambah yang akan mampu meningkatkan
merek Tin’Colection.
Kolaborasi kakak beradik ini menjadikan Tin’Collection
semakin berkembang. Tini dengan kreativitas dan ide-idenya,
mampu menciptakan peluang. Sementara, bakat Maryani di bi-
dang pemasaran dan model, menjadi nilai tambah yang signifi-
kan bagi kemajuan usaha. Alhasil, Tin’Collection semakin dikenal
masyarakat, bukan hanya di kota Depok, bahkan gaungnya sudah
sampai ke Jakarta (khususnya Tanah Abang), Bekasi, Bogor, dan
94 | Competencies Entrepreneur
Bandung. Tak berhenti di situ, sekarang ini, karya-karya busana Tin’Colletion bahkan
sudah merambah mancanegara, khususnya Dubay dan Malaysia.
Competencies Entrepreneur | 95
B. Omset Ratusan Juta Rupiah ‘Hanya’ dari Peyek
Sumber: http://bit.ly/2AmvDuk
Peyek, makanan ringan sejenis keripik khas masyarakat Jawa. Makanan ringan
ini memang cukup digemari, dan siapa sangka, ‘hanya’ dari makanan ringan terse-
but seseorang ternyata bisa meraih kesuksesan besar di dunia usaha.
Adalah Filsa Budi Ambia, 29 tahun, pria asli Banyumas yang lama tinggal di
Balikpapan. Berbekal kreativitas, ia berhasil membuka usaha peyek kepiting dengan
omset penjualan tiap bulannya tembus Rp165 juta.
“Alhamdulillah, sekarang omset per bulan Rp165 juta,” kata Filsa.
Seperti apa kreativitas Filsa yang membuatnya berhasil di usaha ini? Filsa ber-
hasil memadukan peyek yang biasanya hanya dicampur kacang atau teri itu, de-
ngan bahan lain yang belum pernah dicampurkan orang, kepiting. Inilah yang men-
jadikan peyek hasil produksi Filsa memiliki nilai tambah.
“Saya ingin peyek ini naik kelas. Lalu saya pikir nilai tambahnya apa, dengan
kemasan biasa tentu nggak cocok. Di Kalimantan itu banyak kepiting, saya pikir
tes dulu, lalu penggunaan bumbu saya akurasi dan dikemas menarik lalu diberi ke
teman-teman,” paparnya.
Filsa memulai bisnis barunya itu Februari 2013. Saat itu ia hanya mengolah 1 kg
daging kepiting untuk menghasilkan 20 pcs peyek kepiting. Siapa sangka ini awal
pintu masuk Filsa menjadi wirausahawan sukses.
96 | Competencies Entrepreneur
“Dari modal Rp75.000 itu akhirnya banyak yang pesan. Harganya ada yang Rp
20.000/pcs dan ada Rp 10.000/pcs, akhirnya dapat omset Rp150.000,” paparnya.
Pengembangan bisnis dari hari ke hari terus dilakukan Filsa. Saat ini rutinitas
Filsa memproduksi peyek kepiting mencapai 2.000 pcs per hari dari 40 kg kepiting
yang diolah. Berkat jerih payahnya, Filsa sudah memiliki 21 pegawai.
“Produk saya sudah dijual di toko oleh-oleh di Kalimantan Timur, ritel modern
seperti hipermarket. Lalu hubungan dagang partnership dengan distributor di Ja-
karta. Dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi produk saya ada,” tuturnya.
Awalnya, Filsa hanyalah seorang yang hidup susah. Ia pernah bekerja menjadi
sopir, tertipu bisnis gelap, hingga sampai menjual cincin pernikahannya.
“Tahun 2007 saya merantau ke Balikpapan, bekerja jadi sopir di perusahaan
tambang yang gajinya tidak menutupi untuk hidup. Kemudian resign tahun 2010
dan buka usaha ayam goreng, bangkrut. Kemudian saya coba berbisnis martabak
mini franchise, sudah memiliki 35 cabang bangkrut juga di tahun 2012,” tuturnya.
Pada 2012 Filsa pernah kena tipu investasi Rp120 juta dan punya utang banyak.
Pada waktu itu, dirinya sudah punya anak.
“Anak saya menangis minta susu. Di situ titik balik saya sadar. Cincin kawin
akhirnya dilepas dan digadai, uangnya buat beli susu, sama bayar kebutuhan hidup
lain. Tinggal Rp100.000, ini awal mula saya membuat peyek kacang lalu berubah
menjadi peyek kepiting,” katanya.
Sumber: http://bit.ly/2zAKWjV
Devi Septalia
Competencies Entrepreneur | 97
Peluang usaha itu bisa ada di mana saja. Yang kita butuhkan sebenarnya hanya-
lah kejelian melihatnya, setelah itu dibutuhkan pula keberanian mengeksekusi pelu-
ang tersebut. Hal inilah yang dilakukan Devi Septalia hingga ia berhasil mengubah
hidupnya menjadi wirausahawan sukses.
Awalnya, bekerja sebagai karyawan swasta membuat Devi Septalia merasa je-
nuh dan tidak bisa bebas menuangkan idenya sebagai orang yang memiliki passion
di bidang kreatif. Ia pun kemudian memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya di
salah satu perusahaan swasta di daerah Jawa dan kembali ke kampung halamannya,
Lampung.
“Saat itu saya mulai bosan dengan pekerjaan saya yang monoton, benar-benar
bertolak belakang dengan passion saya yang sukanya bikin hal-hal baru,” akunya.
Melihat sang suami yang memiliki usaha di bidang fotografi, wanita berumur
26 tahun ini merasa tergerak untuk memanfaatkan keahlian yang ia miliki untuk
membantu usaha suaminya.
“Saya tuh orangnya gak bisa diem, pengennya bisa bantu suami cari duit. Cuma
waktu itu terhambat nggak bisa ninggalin pekerjaan rumah, apalagi harus jaga
anak, kan. Tapi saya pikir masih bisa bantu suami tanpa harus kerja di luar rumah,
ya dengan bantu usaha suami, bikin properti pendukung untuk menunjang usaha
dia,” papar ibu 3 anak ini.
Selain untuk mendukung usaha sang suami, Devi tergerak untuk membuat par-
ty stuff karena melihat peluang yang sangat besar dalam bidang ini.
“Setiap hari pasti ada yang ulang tahun, jadi setiap hari pasti ada yang butuh
perlengkapan ulang tahun. Dari situ saya melihat peluang bisnis di bidang party
stuff sangat besar,” katanya.
Menurutnya, salah satu cara untuk bisa menjangkau semua orang yang beru-
lang tahun adalah dengan memasarkan produknya secara online. Ia pun kemudian
memutuskan untuk berjualan di Tokopedia dengan brand “Outlet Kyta”.
Dan benar saja, pemasaran lewat online semakin memudahkan Devi untuk
menjangkau target pasarnya di seluruh Indonesia. Terlebih lagi dari bisnis online
yang ditekuninya, ia mampu menjalani perannya sebagai wirausaha sekaligus ibu
rumah tangga, tanpa harus mengorbankan waktu bersama keluarga.
“Tokopedia sukses membantu saya mengembangkan Outlet Kyta. Saya sebagai
perempuan pun masih bisa berperan sebagai ibu rumah tangga sekaligus menjadi-
kan hobi sebagai sumber penghasilan.”
98 | Competencies Entrepreneur
Bahkan outlet Kyta yang awalnya hanya mendukung usaha sang suami, kini jus-
tru lebih berkembang dan pendapatan dari outlet Kyta pun sudah bisa memenuhi
kebutuhan ekonomi keluarganya.
“Dari semua yang saya tekuni, saya belajar bahwa peluang itu tidak mengenal
status sosial, latar belakang, dan juga pendidikan,” tandasnya.
Sumber: http://bit.ly/2yS7ZJQ
Marshall Utoyo
Competencies Entrepreneur | 99
Bagi seorang pengusaha, haram hukumnya jika hanya bermalas-malas ria. Seo-
rang pengusaha punya tanggung jawab yang besar untuk memastikan perusahaan
berjalan dengan baik. Tak hanya itu, kesejahteraan karyawan juga berada di pundak
pengusaha. Apalagi kalau yang dijalankan adalah perusahaan rintisan atau star-
tup. Sudah barang tentu ada banyak hal yang harus dikerjakan pengusaha. Mulai
dari mulai pekerjaan manajerial sampai teknis. Jauh dari kata leha-leha. Karenanya,
untuk mewujudkan mimpi membangun bisnis sendiri, mulai hari ini, kuatkan tekad
dan mental lebih dulu. Agar ke depannya nanti kita siap menghadapi segala tan-
tangan yang menghadang.
Selain kerja keras, berdasarkan pengalaman Marshall Utoyo, bermitra dengan
teman bisa memudahkan langkah saat membangun bisnis. Marshall mengatakan
bahwa teman adalah salah satu kunci kesuksesan. Ketika kita merintis sebuah usaha,
kita butuh partner untuk mewujudkan ide-ide brilian yang kita miliki.
Misalnya, Anda adalah seorang yang pawai membuat aksesoris. Ingin membu-
ka usaha aksesoris di internet tetapi buta sama sekali mengenai dunia e-commerce.
Nah, di saat inilah Anda membutuhkan partner. Tentunya, partner yang dicari adalah
yang memang sudah mumpuni soal e-commerce. Dengan begitu, usaha yang
Anda inginkan bisa segera diwujudkan.
Ferry Unardi
Sumber: http://bit.ly/2iO3ULI
Caherul Tanjung
Yang menarik dari pribadi CT, di balik kesuksesan besarnya dalam dunia bisnis,
tak menjadikannya lupa diri. Pembawaannya selalu apa adanya dan kepedulian sosi-
alnya pun tinggi. Filosofinya dalam berbisnis adalah jangan serakah dan selalu ber-
bagi. Ini dibuktikannya secara nyata dalam berbagai kegiatan sosial yang dilakukan,
baik atas nama pribadi maupun di bawah bendera korporasi miliknya.
Bagi CT, seorang pengusaha harus memiliki fungsi sebagai lokomotif. Dengan
fungsinya sebagai lokomotif, maka seorang pengusaha menjadi penggerak dalam
pengembangan sektor usaha. Pengusaha tidak boleh memiliki karakter pengisap-
an ekonomi seperti yang dilakukan bangsa asing yang dulu menjajah negara ini
yang notabene memperkaya diri sendiri tanpa menghiraukan kepentingan sosial.
Orang-orang miskin harus digerakkan menuju produktivitas, bukan hanya sebagai
objek sedekah dan kedemarwanan pengusaha-pengusaha kaya. Alih-alih sebagai
pertolongan, menjadikan orang miskin hanya sebagai objek sedekah merupakan
kejahatan kemanusiaan, merampas kehormatan dan harga diri orang miskin.
Sumber: http://bit.ly/2hffFui
Apa yang lakukan CT sejalan dengan pernyataan semua orang sukses dunia.
Jaringan atau networking menjadi hal utama dalam membangun sebuah usaha.
Jaringan memiliki kekuatan untuk mengubah hidup menjadi luar biasa. Seorang
Donald Trump bahkan pernah berkata, jika dia kehilangan semuanya, maka yang
segera dicari adalah perusahaan network marketing yang bisa dipercaya.
Sebagai mahluk sosial, pada dasarnya membangun hubungan dengan sesa-
ma merupakan insting alami yang menjadi kebutuhan setiap orang. Setidaknya ada
empat tujuan atau motif dari terjalinnya hubungan dengan sesama, hal ini telah
dikenal dalam literatur ilmu komunikasi. Motif atau tujuan ini tidak selamanya dike-
mukakan secara sadar oleh pihak-pihak yang terlibat. Artinya, secara umum suatu
proses hubungan yang terjadi mau tidak mau, sadar tidak sadar, pasti mencakup tu-
juan-tujuan tersebut, yaitu; sebagai proses menemukan, membina dan memelihara
hubungan, alat meyakinkan, untuk mencari kepuasan.
Salah satu tujuan utama komunikasi adalah penemuan diri (personal discovery)
Bila kita berhubungan dengan orang lain, pada hakikatnya kita sedang belajar me-
ngenai diri sendiri selain juga tentang orang lain tersebut. Kenyataannya, persepsi-
diri kita sebagian besar dihasilkan dari apa yang telah kita pelajari tentang diri sen-
Sumber: http://bit.ly/2jlM7jf
Sumber: http://bit.ly/2AwadLr
Dosen yang menjadi target waktu itu adalah seorang militer. Demi melaku-
kan upaya diplomasi dengannya, CT mencari informasi tentang hobi atau kesuka-
an sang jendral. CT sengaja mempelajari seluk-beluk senjata dan perang, kebetul-
an waktu itu sedang berkecamuk perang di Malvinas, Argentina. Beberapa buku
ia baca hingga habis agar memiliki banyak referensi sebagai bahan berbincang
dengan sang jendral. Walhasil, berkat itu komunikasi dengan sang jendral dapat
cair bahkan berlangsung lama, dan diplomasinya pun sukses besar.
Yang dilakukan CT merupakan bentuk totalitas dalam membangun komu-
nikasi yang efektif. Dalam komunikasi efektif, kita memang harus sangat sadar
dengan siapa kita bicara, apakah dengan orang tua, anak-anak, laki-laki atau
perempuan, status sosialnya seperti apa pangkat, jabatan dan semacamnya,
petani, pengusaha, guru, kyai, dan lain-lain. Dengan mengetahui audience kita,
kita harus cerdik dalam memilih kata-kata yang digunakan dalam menyampai-
kan informasi atau buah pikiran kita. Artinya, bahasa yang dipakai harus sesuai
dengan bahasa yang mudah dipahami oleh lawan bicara kita. Berbicara dengan
orang dewasa tentu akan sangat berbeda dengan berbicara kepada anak-anak.
Sumber: http://bit.ly/2zBYpb9
Ir. Ciputra
Ciputra juga berhasil membangun kota-kota baru dan beragam produk proper-
ti lainnya, di dalam dan di luar negeri. Dalam berbagai skala, ia telah menyentuh
Sumber: http://bit.ly/2hkN9aK
Universitas Ciputra
“Saya terus bertanya, jika faktor kesuksesan itu adalah kerja keras, Indonesia
juga bekerja sangat keras, tak kalah kerasnya dari bangsa lain. Begitu juga belajar,
Indonesia juga belajar dan memiliki banyak akademisi dan cendekiawan. Terlebih
lagi tentang sumber daya alam, kita sangat kaya dengan itu. Lalu apa yang berbeda
dari Indonesia sehingga ia tidak bisa berkembang lebih cepat menjadi bangsa yang
maju? Lalu saya menemukan bahwa bangsa lain lebih piawai dalam hal entreprene-
urship. Dan Indonesia masih harus belajar banyak tentang entrepreneurship. Karena
itulah saya merasa harus membantu bangsa Indonesia semaksimal yang saya bisa
dengan memulainya 12 tahun lalu dengan mengajarkan entrepreneurship pada ma-
syarakat Indonesia.”
Berangkat dari pemikiran itu, dengan komitmennya yang tinggi, Ciputra mengi-
nginkan perubahan yang mendasar bagi bangsa Indonesia. Oleh karenanya, Ciputra
membulatkan tekad menjadi sosok penyebar virus entrepreneurship. Dalam seti-
ap kesempatan, ia selalu menanamkan pentingnya kecakapan entrepreneur untuk
membuat bangsa Indonesia maju. Ciputra tak henti-hentinya mengkampanyekan
pengembangan kewirausahaan di negeri ini, sehingga virus entrepreneurship me-
nyebar ke mana-mana.
Sumber: http://bit.ly/2hlMJ3Z
Bagi Ciputra, pilihan bisnis tidak banyak yang tersedia kala itu. Satu-satu-
nya yang dapat ia andalkan adalah pengetahuan, pengalaman, dan kawan-
kawannya. Pada awalnya ia bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan
konsultan, namun semangat entrepreneur-nya berkobar terus sehingga kemu-
dian bersama Budi Brasali dan Ismael Sofyan ia bersepakat membuka perusa-
haan konsultan Biro Arsitek Daja Tjipta yang masih ada sampai sekarang de-
ngan nama PT Perentjana Djaja. Pengalaman berbisnis sebenarnya tidak banyak
tetapi ia sudah mengenal dunia dagang ketika ikut membantu ibunya di tempat
kelahirannya.
2. Percaya Intuisi
Dikatakan, intuisi bermanfaat di semua kehidupan manusia, apa pun pro-
fesinya, termasuk dalam bisnis. “Nah, itu feeling saya!” Dengan kata-kata ini
seorang presiden direktur mengesampingkan usulan bulat yang disampaikan
bawahannya. Ia sama sekali tidak lagi menganggap penting data yang mereka
sajikan seperti survey pasar, hasil penjualan terakhir, wawancara dengan pe-
langgan, dan tetap ngotot untuk meneruskan suatu produk yang tidak tepat.
Tapi anehnya, ternyata keputusannya benar dan menjungkirkbalikkan semua
logika yang ditawarkan.
Albert Einstein sering berkata bahwa teori relativitasnya muncul lebih ka-
rena pikiran yang berkelebat, bukan karena pola pikir logis yang disajikan oleh
para peneliti di laboratorium yang berorientasi pada data. Tentu saja teori itu
lalu dimatangkan oleh berbagai studi dan perenungan. Tapi seperti yang dika-
takannya kemudian, “Faktor yang paling menentukan di sini adalah intuisi.”
Sumber: http://bit.ly/2AwFU7c
Jack Chamberlain, yang pernah menjadi presiden direktur Lenox dan be-
kerja pada General Electric, bertutur bagaimana ia memutuskan untuk memakai
kaset delapan trak. Pada awal perkembangan dari teknologi itu ada teknologi
yang menawarkan mutu suara yang lebih baik, sedangkan yang lain menawar-
kan kemudahan dalam penggunaan. Dengan “feeling”nya ia memilih yang ter-
akhir. Dan ternyata intuisinya sangat tepat.
Intuisi agak sukar didefinisikan. Ada sementara orang menyebutnya se-
bagai “feeling”, perkiraan, spekulasi, imajinasi atau kreativitas. Tapi intuisi juga
janganlah dikacaukan dengan pengertian impulsif. Yang terakhir ini acapkali
merupakan suatu usaha yang tergopoh-gopoh dalam membuat pertimbangan,
dan seringkali didasari oleh kemalasan atau keinginan untuk menghindari fakta.
Ahmad, N.H. et. al. 2017. "Entrepreneurial Competencies and Firm Performance in
Emerging Economies: A Study of Women Entrepreneurs in Malaysia." © Sp-
ringer International Publishing AG 2018, Knowledge, Learning and Innovation,
Contributions to Management Science, DOI 10.1007/978-3-319-59282-4_2
Alma, Buchari. 2008. Kewirausahaan. Bandung : Alfabeta
Antoni, Edwin. 2007. Merumuskan Profil Kompetensi Lunak (Soft Competence) Jabat-
an dan Karyawannya untuk Menentukan Kesenjangan sebagai Masukan untuk
Program Pengembangan Karyawan di Departemen SCM Bisnis Chevron. Ban-
dung: ITB.
Ardyan, Elia & Putri, Olivia T. tt. "Dampak Positif Seorang Wirausaha yang Memiliki
Kompetensi Kewirausahaan pada Kesuksesan Inovasi Produk dan Kinerja Bis-
nis." Jurnal Kewirausahaan dan Usaha Kecil Menengah, 1 (1), 11-19 ISSN 2477-
2836, Surakarta.
Assauri, S. 2007. Manajemen Pemasaran: Dasar, Konsep dan Strategi. Penerbit Jakar-
ta: PT. Rajagrafinda Persada.
Blythe, Jim & Megicks, Phil. 2010. Marketing Planning Strategy, environment and
context, First edition 2010, ISBN: 978-0-273-72471-1, British Library Catalogu-
ing-in-Publication Data A catalogue record for this book is available from the
British Library.
Deden, Sudirham J.J. 2007. Kreativitas dan Inovasi Penentu Kompetensi Pelaku Usaha
Kecil. UNIKOM.
Erasmus, Barney, et al. 2010. "Competencies for Human Resource Development
Practitioners." International Business & Economics Research Journal, Vol. 9, No.
8, August 2010.
Hendrayani, Rulita. 2011. Mengembangkan Kompetensi Personal Mahasiswa Pendi-
dikan Ekonomi sebagai Calon Guru melalui Soft Competency Training. Sema-
rang: UNNES.
Hisrich, R.D. et. al. 2005. Entrepreneurship. Sixth edition. New York: McGraw-Hill.
136
Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakat-
kan dan Membudayakan Kewirausahaan.
Ismaila, Verni Y. ; Zainb, Efendy; Zuliharc. 2014. The Portrait of Entrepreneurial Com-
petence on Student Entrepreneurs. 2015. Published by Elsevier Ltd. This is an
open access article under the CC BY-NC-ND license.
Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusahan Kecil Nomor 961/KEP/M/
XI/1995.
Kotler, Philip & Keller, Kevin Lane. 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi 12, cetakan 4.
Jakarta: PT Indeks.
Kristanto, Ch. 2017. "Pengaruh Relationship Marketing terhadap Kepuasan Nasabah
pada PT. Maskara Brilliant Bayu Zada." Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen, Vol. 6,
No. 1, Januari 2017, ISSN: 2461-0593.
Mitchelmore S, Rowley J., May. 2009. "Entrepreneurial Competencies: A Literature
Review and Development Agenda." International Journal of Entrepreneurial Be-
haviour & Research, Vol. 16, No. 2, 2010, pp. 92-111 q Emerald Group Publishing
Limited 1355-2554 DOI 10.1108/13552551011026995.
Modular Employable Skills (Mes) 1 Skill Development Initiative Scheme (Sdis). 2014.
Soft & Entrepreneurship Skills, Government of India Ministry of Labour & Em-
ployment Directorate General of Employment & Training Central Staff Training
and Research Institute Block - EN -81, Sector -V, Salt Lake Kolkata -700091.
Riyanti, Benedicta Prihatin Dwi, et al. 2016. "Soft Skill Competencies, Hard Skill Com-
petencies, and Intention to Become Entrepreneur of Vocational Graduates." In-
ternational Research Journal of Business Studies, Vol. IX, No. 02 (2016) ISSN:
2089-6271 | e-ISSN: 2338-4565.
Soegoto, Eddy Soeryanto. 2009. Entrepreneurship, Menjadi Pebisnis Ulung. Jakarta:
Kompas Gramedia.
Suryana. 2006. Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses.
Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat.
Swastha, D.H. & Irawan. 2008. Manajemen Pemasaran Modern. Edisi ke-13. Yogya-
karta: BPFE.
Untoro, Joko & Tim Guru Indonesia. 2010. Buku Pintar Pelajaran. Jakarta: Wahyu-
Media.
139
produk lama menjadi baru melalui inovasi dengan mengedepankan kompeten-
si yang dimiliki.
Kemampuan manajerial (managerial competencies), kemampuan seseorang da-
lam mengatur, mengoordinasikan dan menggerakkan para bawahan ke arah
pencapaian tujuan yang telah ditentukan organisasi.
Kemampuan strategi pemasaran (strategic marketing competencies), kemam-
puan seseorang dalam memilih dan menganalisa pasar sasaran yang tertuju
pada suatu kelompok orang yang ingin dicapai oleh perusahaan dan mencip-
takan bauran pemasaran yang cocok dan dapat memuaskan pasar sasaran ter-
sebut.
Kompetensi analisis pasar (market analysis competencies), kemampuan seseo-
rang dalam menganalisa dan mempelajari berbagai masalah pasar menyangkut
lokasi pasar, luasnya pasar, sifatnya pasar dan karakteristik pasar.
Kompetensi bisnis (business competencies), kemampuan seseorang dalam meng-
indentifikasi potensi risiko bisnis, manajemen dan keuangan dan membuat
langkah-langkah pengendalian untuk dapat menghindari setiap risiko tersebut.
Kompetensi hubungan pasar (relational marketing competencies), kemampuan
seseorang dalam menjalin komunikasi tetap dengan konsumen.
Kompetensi individu (personal competencies), kemampuan kinerja seseorang
dalam mengintegrasikan dan mengimplementasikan pengetahuan, keteram-
pilan, sikap serta nilai-nilai pribadi berdasarkan pembelajaran dan pengalaman
yang dimilikinya sebagai upaya pelaksanaan tugas secara professional, dan da-
pat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dan mencocokkannya dengan
peluang dan ancaman.
Kompetensi inovasi (innovation competencies), kemampuan seseorang dalam
berinovasi produk dan inovasi proses yang merupakan suatu perubahan yang
terkait dengan upaya meningkatkan atau memperbaiki sumber daya yang ada,
memodifikasi untuk menjadikan sesuatu bernilai, menciptakan hal-hal baru
yang berbeda, merubah suatu bahan menjadi sumber daya dan menggabung-
kan setiap sumberdaya menjadi suatu konfigurasi baru yang lebih produktif
baik langsung atau pun tidak langsung.
Kompetensi jaringan (networking competencies), kemampuan seseorang da-
lam membangun interaksi sosial dalam menunjang pelaksanaan tugas seperti
perencanaan, koordinasi dan pengendalian juga tentang kemampuan untuk
membangun dan memanfaatkan jaringan dengan mitra.
B K
Bisnis 7, 8, 12, 13, 23, 24, 25, 26, 27, 28, Kewirausahaan iii, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10,
29, 31, 44, 46, 50, 53, 54, 65, 66, 68, 12, 13, 19, 20, 21, 25, 123, 124, 155,
72, 77, 78, 79, 80, 84, 85, 87, 88, 89, 156, 187
90, 91, 92, 97, 101, 103, 104, 106, Kompetensi iii, 16, 100, 101, 103, 105,
112, 113, 116, 124, 127, 128, 130, 106, 115, 118, 119, 120, 124, 188,
131, 133, 134, 135, 136, 137, 138, 190
139, 140, 142, 143, 144, 150, 152, Konsumen 25, 27, 46, 57, 60, 63, 66, 68,
156, 157, 158, 160, 161, 163, 165, 69, 70, 71, 72, 73, 75, 76, 77, 78, 80,
166, 168, 169, 170, 171, 176, 178, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 89, 92, 93, 94,
188, 190 95, 96, 98, 114, 115, 116, 117, 189
Kreatif 7, 8, 10, 12, 16, 24, 32, 33, 34, 35,
E 36, 37, 40, 41, 45, 46, 47, 48, 49, 50,
Entrepreneur iii, 5, 6, 8, 10, 11, 12, 14, 16, 51, 53, 56, 59, 67, 81, 82, 89, 97,
17, 20, 21, 22, 24, 26, 27, 31, 32, 56, 106, 107, 108, 109, 130, 190
57, 62, 78, 79, 80, 100, 101, 103, M
105, 106, 107, 109, 113, 114, 115,
116, 119, 120, 123, 126, 127, 132, Marketing 87, 88, 91, 92, 116, 117, 140
150, 155, 156, 157, 158, 160, 163,
164, 165, 173, 175, 176, 182 N
Entrepreneurial 2, 6, 8 Nilai 7, 8, 9, 16, 19, 49, 53, 54, 56, 57,
Entrepreneurship 5, 6, 7, 8, 9, 10, 16, 17, 58, 70, 73, 74, 77, 78, 81, 83, 92, 95,
18, 24, 126, 154, 155, 156, 158, 168 97, 98, 101, 102, 103, 105, 108, 110,
Etika 26, 27, 53, 187 128, 141, 148, 166, 169, 171, 172,
I 188, 189
Ide 6, 8, 22, 33, 34, 36, 37, 41, 44, 45, 46, P
47, 50, 51, 53, 54, 56, 58, 62, 65, 66, Pasar 25, 48, 50, 62, 63, 66, 76, 80, 82, 84,
67, 68, 78, 79, 97, 98, 107, 108, 109, 85, 88, 89, 93, 96, 98, 110, 113, 114,
110, 120, 133, 143, 146, 159 115, 116, 126, 162, 171, 188
Inovasi iii, 4, 6, 7, 8, 13, 16, 17, 27, 31, 32, Peluang iii, 7, 8, 9, 10, 12, 16, 21, 22, 31,
33, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 68, 92, 34, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 73, 78,
96, 97, 101, 109, 110, 111, 112, 152, 79, 80, 97, 105, 106, 115, 130, 131,
156, 178, 188, 189 134, 142, 189
Integritas 27, 155, 168, 169, 170 Perusahaan iii, 26, 27, 28, 29, 32, 57, 58,
59, 60, 73, 74, 77, 78, 80, 82, 83, 84,
85, 86, 87, 88, 92, 97, 101, 103, 107,
142
113, 115, 116, 117, 118, 119, 123,
129, 130, 132, 135, 140, 151, 157,
158, 159, 160, 171, 172, 174, 175,
177, 178, 188
Produk 6, 7, 9, 16, 25, 44, 45, 48, 52, 53,
54, 56, 57, 58, 60, 65, 67, 68, 69, 70,
71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80,
82, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91,
92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 110, 112,
113, 114, 118, 128, 131, 152, 153,
160, 162, 163, 166, 171, 178, 188,
189
R
Relasi 25, 26, 142, 171
Risiko 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 12, 16, 113, 118,
177, 182, 187, 190
W
Wirausaha 2, 4, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 18,
20, 21, 24, 25, 62, 80, 103, 123, 131,
187
Wirausahawan iii, 3, 4, 5, 8, 10, 11, 12, 13,
21, 22, 24, 28, 57, 97, 98, 115, 128,
130, 156, 187