Anda di halaman 1dari 152

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/358460197

COMPETENCIES ENTREPRENEUR“mencari peluang” atau “menciptakan


peluang”.

Book · February 2022

CITATIONS READS

0 3,777

1 author:

Jusup Nurgraha
Sekolah Tinggi Ilmu ekonomi Indonesia Membangun (STIE INABA)
6 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

CREATING PRODUCT INNOVATION IN MICRO CREATIVE INDUSTRY IN INDONESIA View project

All content following this page was uploaded by Jusup Nurgraha on 09 February 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


COMPETENCIES
ENTREPRENEUR
Mencari atau Menciptakan Peluang

Editor:
Dr. H. Hari Mulyadi, M.Si.

R. Agus Setyo Pranowo, S.E., M.M.


Rd. Much. Jusup Nurgraha, S.E., M.M., CHRMP.
COMPETENCIES ENTREPRENEUR
Mencari atau Menciptakan Peluang
Penyusun:
R. Agus Setyo Pranowo, S.E., M.M.
Rd. Much. Jusup Nurgraha, S.E., M.M., CHRMP.
Editor: Dr. H. Hari Mulyadi, M.Si.
Penata Sampul: Ripqi Zulfiqor
Penata Aksara: T. Sutan

Penerbit:

MANGGU MAKMUR TANJUNG LESTARI


(ANGGOTA IKAPI)
Jl. Nata I No. 10 Sayati, Margahayu, Kab. Bandung
Email: manggumedia@gmail.com
Situs: www.manggu.info

Katalog dalam Terbitan (KDT)


Pranowo, R. Agus Setyo & Nurgraha, Rd. Much. Jusuf
Competencies Entrepreneur; Mencari atau
Menciptakan Peluang. Editor: H. Hari Mulyadi—Ed. 1,
Cet. 1—Bandung: Manggu Makmur Tanjung Lestari, 2018.
149 hlm.; 17,5 cm × 25 cm
ISBN 978-602-5717-12-3
1. Kewirausahaan I. Judul

Hak cipta dilindungi undang-undang.


Dilarang mengutip atau memperbanyak
sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari penerbit.
Kata Pengantar

B
anyak orang mencoba melamar pekerjaan dan ternyata banyak pula yang
ditolak bekerja pada beberapa instansi atau perusahaan. Salah satu cara
paling baik yang bisa ditempuh, di tengah lingkungan kehidupan yang se-
makin kompetitif saat ini, adalah berwirausaha. Siapa pun bisa menjadi seorang
entreprenuer tangguh. Seperti pepatah, asalkan ada kemauan pasti ada jalan.
Berwirausaha tidak harus dimulai dengan modal uang yang besar, tetapi mo-
dal yang Anda harus miliki adalah KEMAUAN! Dengan kemauan, ditambah dengan
konsekuen terhadap jalan yang Anda tempuh, pastinya akan memberi jalan terang
buat Anda bisa menuju tangga kesuksesan.
Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai kewirausahaan menyebabkan
jumlah wirausahawan Indonesia masih tergolong sedikit dibanding pelaku profesi
lainnya. Buku ini mengulas bagaimana kita memulai usaha dengan “mencari pelu-
ang” atau “menciptakan peluang”. Dengan melihat peluang dan mengasah kreati-
vitas, inovasi dan kompetensi pada diri kita, akan membantu kita menjadi seorang
wirausahawan (entrepreneur) sukses di kemudian hari.

Bandung, November 2017

Penulis

iii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR....................................................................................... iii


DAFTAR ISI.................................................................................................... v

BAB 1
WIRAUSAHA (ENTREPRENEURIAL)............................................................ 1
A. Sejarah Wirausaha (Entrepreneurial )............................................................ 2
1. Perkembangan Awal Wirausaha (Entrepreneurial ) ........................... 2
2. Perkembangan Wirausaha Abad Pertengahan.................................... 3
3. Perkembangan Wirausaha di Abad Modern........................................ 3
B. Pengertian Entrepreneurial, Entrepreneurship, dan Entrepreneur ......... 4

BAB 2
JIWA WIRAUSAHA (ENTREPRENEUR SPIRIT)........................................... 12
A. Apa Itu Jiwa Entrepreneur?................................................................................ 13
B. Mengapa Penting Memiliki Jiwa Entrepreneur?........................................ 13
C. Bagaimana Menumbuhkan Jiwa Entrepreneur?........................................ 16
D. Membentuk Pola Pikir Wirausaha.................................................................. 17
E. Membentuk Etika Wirausaha........................................................................... 20

BAB 3
KREATIVITAS DAN INOVASI KUNCI UTAMA ENTREPRENEURSHIP ....... 24
A. Pentingnya Kreativitas dan Inovasi bagi Seorang Entrepreneur........ 25
B. Pengertian Kreativitas........................................................................................ 26
C. Kiat Mengembangkan Kreativitas ................................................................ 29
D. Pengertian Inovasi............................................................................................... 41
E. Kiat Mengembangkan Inovasi ....................................................................... 44
F. Menangkap Peluang Usaha.............................................................................. 46
G. Menciptakan Peluang Bisnis............................................................................. 58

v
BAB 4
KEAHLIAN MENJADI PENGUSAHA (COMPETENCIES ENTREPRENEUR).... 73
A. Pengertian dan Jenis Competencies Entrepreneur.................................. 74
1. Hard Competencies bagi Entrepreneur.................................................... 75
2. Soft Competencies bagi Entrepreneur...................................................... 76
B. Ragam Kompetensi yang Dibutuhkan Entrepreneur.............................. 78
1. Kompetensi Individu (Personal Competencies).................................... 78
2. Kompetensi Bisnis (Business Competencies)......................................... 83
3. Kompetensi Manajemen (Managerial Competencies)....................... 87

BAB 5
KISAH MEREKA YANG SUKSES BERWIRAUSAHA..................................... 92
A. Tin’Collection: Perpaduan Antara Kreativitas dan Intuisi..................... 94
B. Omset Ratusan Juta Rupiah ‘Hanya’ dari Peyek...................................... 96
C. Devi Septalia: Sukses Lewat Kreativitas dan Kejelian
Melihat Peluang................................................................................................... 97
D. Marshall Utoyo: Raih Sukses dengan kerja keras dan Kemitraan..... 99
E. Ferry Unardi: Menangkap Peluang dari Sebuah Masalah.................... 100
F. Chairul Tanjung Si Anak Singkong, dari Bisnis Fotokopi hingga
Raja Media............................................................................................................... 101
G. Resep Sukses Berbisnis ala Ciputra................................................................ 112

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 136


GLOSARIUM ................................................................................................. 138
INDEKS.......................................................................................................... 141

vi | Competencies Entrepreneur
1
WIRAUSAHA
(ENTREPRENEURIAL)

Sumber: http://bit.ly/2ApTslJ

1
A. Sejarah Wirausaha (Entrepreneurial )
Istilah “wirausaha” bukan lagi hal asing bagi kita, terlebih saat ini, dunia wirau-
saha memang sedang menunjukkan geliat pertumbuhannya. Wirausaha menjadi
satu tren yang mendapat perhatian besar dari berbagai pihak, bukan hanya ma-
syarakat tapi juga dari pemerintah. Semua tak lepas karena peran dan sumbangsih
sektor wirausaha dalam peningkatan perekonomian yang cukup signifikan.
Namun begitu, kebanyakan dari kita nyatanya tidak banyak tahu mengenai se-
jarah kewirausahaan itu sendiri. Bahkan, sebagian orang ada yang belum mema-
hami apa sebenarnya yang dimaksud kewirausahaan itu. Bagaimana aplikasinya dan
apa arti pentingnya.
Menelisik sisi kebahasaannya, istilah wirausaha atau yang lebih dikenal dengan
istilah entrepreneurial berasal dari bahasa Perancis, entre yang berarti antara dan
prende yang berarti mengambil. Kata ini biasa dipakai untuk mendeskripsikan orang
atau pribadi-pribadi yang berani menghadapi risiko dan memperkecil risiko ter-
sebut dengan memulai hal-hal baru. Di Belanda, istilah wirausaha dikenal dengan
ondernemer, dan di Jerman dikenal dengan unternehmer.
Adapun secara istilah, wirausaha memiliki banyak sekali definisi. Setiap ahli
ekonomi mencoba memaknai dengan pengertiannya masing-masing. Namun pada
umumnya, semua pendapat merujuk pada sifat, watak, dan ciri-ciri yang melekat
pada seseorang yang mempunyai kemauan keras untuk mewujudkan gagasan ino-
vatif ke dalam dunia usaha yang nyata dan dapat mengembangkannya dengan
tangguh (Peter F. Drucker, 1994).
Dalam buku ini, tahapan perkembangan wirausaha dibagi menjadi tiga tahap-
an, yaitu perkembangan awal, abad pertengahan, dan abad modern.

1. Perkembangan Awal Wirausaha (Entrepreneurial )


Jejak historis kewirausahaan bisa ditelusuri sejak masa sebelum abad per-
tengahan. Awalnya, kewirausahaan masih didefinisikan secara sederhana. Wi-
rausahawan adalah orang yang memutuskan untuk pergi ke suatu tempat yang
berbeda dalam rangka melakukan pertukaran atau perdagangan. Ia melakukan
kesepakatan kontrak kerja atas permintaan suatu barang (saat itu rempah-rem-
pah) dengan seseorang yang akan ditukar (dibeli) dengan sejumlah uang atas
hasil jerih payahnya. Pada masa itu, wirausahawan disebut risk-taker (orang
yang melakukan kesepakatan kerja atas sejumlah pekerjaan yang ditentukan
sebelumnya dengan kompensasi sejumlah uang yang segala risikonya ditang-

2 | Competencies Entrepreneur
gung oleh penerima kontrak). Risk-taker ini menggunakan dana dari pemodal
untuk berdagang antara lain dengan mengelilingi lautan. Mereka menghadapi
banyak risiko baik fisik maupun sosial dengan imbalan keuntungan tertentu.

2. Perkembangan Wirausaha Abad Pertengahan


Kewirausahaan mengalami pergeseran makna di abad pertengahan. Pada
masa ini, James Watt dengan penemuan mesin uapnya sukses mengubah era
agro (pertanian massal) menjadi era industri. Alexander Graham Bell menam-
bah kemajuan ke sektor telekomunikasi lewat penemuan teleponnya. Di era ini,
kewirausahaan merujuk pada orang-orang tak bermodal yang berani meng-
ambil risiko (tapi memiliki keahlian), yang bekerja sama dengan pemilik modal
(yang tidak memiliki keahlian) untuk mengerjakan proyek-proyek tertentu. Ske-
ma kewirausahaan ini disebut kewirausahaan joint venture capital (satu pihak-
nya adalah intelectual capital, pihak lainnya adalah equity capital).

3. Perkembangan Wirausaha di Abad Modern


Di abad modern, konsep kewirausahaan semakin mapan. Wirausahawan
didefinisikan sebagai orang yang mempunyai pengalaman, keahlian, dan ke-
mampuan untuk mengorganisasikan sebuah usaha, baik dari awal atau yang
sudah berjalan, untuk tujuan pribadi yaitu kemakmuran. Unsur yang membeda-
kan adalah kemampuannya untuk berani menanggung semua risiko baik mo-
dal, waktu, dan nama baik yang sebelumnya tidak dilakukan, termasuk dengan
memanfaatkan teknologi. Pada zaman sebelumnya, modal usaha bersifat mo-
dal gabungan (venture capital), tetapi sekarang modalnya bisa bersifat gabung-
an/partnership maupun sendiri/individu.
Kewirausahaan pada abad modern ini tak lagi sekadar mengorganisasi.
Melainkan, wirausahawan bisa berposisi juga sebagai pencipta (creator), pe-
modal (inventor), sekaligus pelaku inovasi (innovator). Selain itu, kewirausahaan
modern menekankan kreativitas dan inovasi sebagai kunci utama kesuksesan
wirausaha.
Berkembangnya konsep kewirausahaan ini berkelindan dengan perkem-
bangan pendidikan kewirausahaan itu sendiri. Sejak tahun 1950-an, pendidikan
kewirausahaan tumbuh pesat di negara-negara Eropa dan Amerika. Hingga ta-
hun 1980-an, ratusan sekolah di Amerika Serikat memberikan pendidikan kewi-
rausahaan (Suryana, 2006).

Competencies Entrepreneur | 3
Di Indonesia sendiri, perkembangan kewirausahaan masih terhitung baru.
Mulai dikenal pada awal abad ke-20. Namun, perkembangannya tergolong
lambat. Hal ini terlihat dari baru dipelajarinya pendidikan kewirausahaan di be-
berapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja.

Sumber: http://bit.ly/2znHgno

Kewirausahaan terus mengalami perkembangan sejak masa Marcopolo hingga za-


man modern saat ini

Untuk membangun semangat kewirausahaan dan memperbanyak wirausa-


hawan, Pemerintah telah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 1995
tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausa-
haan. Instruksi ini mengamanatkan kepada seluruh masyarakat dan bangsa In-
donesia untuk mengembangkan program-program kewirausahaan.
Selanjutnya, pada tahun 2010-2014 dilaksanakan juga Pengembangan
Ekonomi Kreatif (PEK), yakni pengembangan kegiatan ekonomi berdasarkan
pada kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kre-
asi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada ke-
sejahteraan masyarakat Indonesia.

B. Pengertian Entrepreneurial, Entrepreneurship, dan Entrepreneur


Pada abad ke-18, untuk pertama kalinya Richard Cantillon memperkenalkan
istilah entrepreneurship dalam buku karyanya Essai sur la nature du Commerceen.
Richard Cantillon adalah seorang ekonom Irlandia yang berdiam di Perancis. Dalam
bukunya Richard menyatakan bahwa entrepreneur adalah seorang pengambil risiko.
Tak berselang lama, pakar lain yang bernama J.B Say dari Perancis menyempurnakan
definisi Cantillon tersebut menjadi, “One who brings other people together in order
to build a single productive organism.” Artinya, entrepreneur menempati fungsi yang
lebih luas, yaitu seorang yang mengorganisasikan orang lain untuk kegiatan pro-
duktif.

4 | Competencies Entrepreneur
Berganti abad, ekonom Inggris terkenal seperti Adam Smith dan John Stuart
Mill membahas tentang konsep ini dan menyatakan bahwa entrepreneurship me-
rupakan keterampilan yang tidak biasa, tetapi tidak menemukan istilah yang tepat
di dalam bahasa Inggris. Smith dan Mill menyebutnya, business management. John
Stuart Mill mcmisahkan fungsi entrepreneur antara yang menerima laba dan yang
menerima bunga. Diperluas lagi oleh Schumpeter yang menempatkan manusia se-
bagai faktor sentral proses perkembangan ekonomi. Dalam proses itu entrepreneur
melakukan inovasi dalam bentuk, cara, atau produk, dengan mengeksploitasi sum-
ber-sumber daya yang ada menjadi sesuatu yang baru.
Istilah entrepreneurship, entrepreneurial, dan entrepreneur memiliki definisinya
masing-masing. Ini yang sering disalahpahami orang. Untuk mendapatkan pema-
haman dari pengertian tiga istilah ini, mari kita simak pendapat para ahli berikut ini.

1. Drs. Joko Untoro (2010), entrepreneurship (kewirausahaan) adalah suatu kebe-


ranian untuk melakukan upaya-upaya memenuhi kebutuhan hidup yang dila-
kukan oleh seseorang, atas dasar kemampuan dengan cara manfaatkan segala
potensi yang dimiliki untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri-
nya dan orang lain.
2. J. Leach Ronald Melicher dalam buku Entrepreneurial Finance, kewirausahaan
adalah sebuah proses dalam merubah ide menjadi kesempatan komersil dan
menciptakan nilai. “Process of changing ideas into commercial opportunities and
creating value”
3. Eddy Soeryanto Soegoto (2009), kewirausahaan atau entrepreneurship adalah
usaha kreatif yang dibangun berdasarkan inovasi untuk menghasilkan sesua-
tu yang baru, memiliki nilai tambah, memberi manfaat, menciptakan lapangan
kerja dan hasilnya berguna bagi orang lain.
4. Ahmad Sanusi (1994), kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam
perilaku yang dijadikan sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat,
proses, dan hasil bisnis
5. Soeharto Prawiro (1997), kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan
untuk memulai usaha dan mengembangkan usaha.
6. Drucker (1959), kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru dan berbeda.

Competencies Entrepreneur | 5
7. Zimmerer (1996) kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan
keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk
memperbaiki kehidupan usaha.
8. Siswanto Sudomo (1989), kewirausahaan atau entrepreneurship adalah segala
sesuatu yang penting mengenai seorang wirausaha, yakni orang yang memiliki
sifat bekerja keras dan berkorban, memusatkan segala daya dan berani meng-
ambil risiko untuk mewujudkan gagasannya.
9. Inpres No. 5 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan
Membudayakan Kewirausahaan, kewirausahaan adalah semangat, sikap, peri-
laku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan
yang mengarah kepada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara ker-
ja, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka
memberikan pelayanan yang lebih baik atau memperoleh keuntungan yang
lebih besar.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa makna entre-
preneurship lebih mengarah kepada sebuah tindakan yang memiliki sifat keberani-
an, kreatif, inovatif, tahan dengan tantangan hidup, serta sanggup dalam menang-
kap dan mewujudkan sebuah peluang.
Adapun entrepreneur (wirausahawan/pengusaha), adalah orang yang melaku-
kan aktivitas sebagai pelaku entrepreneurial (wirausaha). Secara lebih luas, entrepre-
neur didefinisikan sebagai seseorang yang membawa sumber daya berupa tenaga
kerja, material, dan aset lainnya pada suatu kombinasi yang menambahkan nilai
yang lebih besar daripada sebelumnya, dan juga dilekatkan pada orang yang mem-
bawa perubahan, inovasi, dan aturan baru.
Entrepreneur adalah pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha bisa digolong-
kan sebagai entrepreneur. Entrepreneur lebih merupakan seorang pionir dalam bis-
nis, inovator, penanggung risiko yang mempunyai penglihatan visi ke depan dan
memiliki keunggulan dalam berprestasi di bidang usaha. Entrepreneur adalah mere-
ka yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan
ide dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang (opportunity) dan perba-
ikan (preparation) hidup. Entrepreneur juga adalah seorang yang memiliki kombina-
si unsur-unsur (elemen-elemen) internal yang meliputi kombinasi motivasi diri, visi,
komunikasi, optimisme, dorongan semangat, dan kemampuan untuk memanfaat-
kan peluang usaha (Suryana, 2001).

6 | Competencies Entrepreneur
Entrepreneurial sendiri adalah suatu proses yang dilakukan oleh seorang entre-
preneur dalam menciptakan nilai dari suatu produk (value added).

Entrepreneurship sebagai Ilmu


Menurut Thomas W Zimemerer (1996), entrepreneurship (kewirausahaan) ada-
lah salah satu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan peri-
laku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang
dengan berbagai risiko yang mungkin dihadapinya.
Bila merujuk pada Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil
Nomor 961/KEP/M/XI/1995, kita akan menemukan pengertian wirausaha dan kewi-
rausahaan antara lain:
1. Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku, dan ke-
mampuan kewirausahaan.
2. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang
dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari,
menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan
meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik
dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.

Suharto Prawiro Kusumo (1997) berpendapat, kewirausahaan merupakan sebu-


ah disiplin ilmu yang berdiri sendiri, karena:

1. Kewirausahaan berisi bidang pengetahuan yang utuh dan nyata terhadap teori,
konsep, dan metode ilmiah yang lengkap.
2. Kewirausahaan memiliki dua konsep, yaitu posisi permulaan dan perkembangan
usaha, yang jelas tidak masuk dalam kerangka pendidikan manajemen umum
yang memisahkan antara manajemen dan kepemilikan usaha.
3. Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki objek tersendiri, yaitu
kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
4. Kewirausahaan merupakan alat untuk menciptakan pemerataan usaha dan
pendapatan, atau kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur.

Dengan begitu, kewirausahaan merupakan sebuah disiplin ilmu yang dapat di-
pelajari oleh semua manusia, bukan sekadar bakat atau faktor pengalaman. Di da-
lamnya sudah ada teori, konsep dan metode ilmiah yang memberikan solusi meng-
ambil sebuah keputusan, berinovasi dan berjiwa kreatif yang sangat dibutuhkan,

Competencies Entrepreneur | 7
bukan saja oleh pengusaha, melainkan juga karyawan, dosen/guru, kepala sekolah,
manajer, bupati, dan lain sebagainya. Intinya, kewirausahaan merupakan disiplin
ilmu yang wajib dimiliki bukan hanya oleh bawahan, melainkan atasan dan semua
kalangan masyarakat sebagai pijakan dalam mengambil sebuah keputusan.
Dalam kewirausahaan (entrepreneurship), diajarkan konsep dan teori-teori ba-
gaimana menjadi seorang entrepreneur (wirausahawan) yang baik. Sebelumnya, ke-
wirausahaan kerap dianggap sebagai sesuatu yang hanya dapat dilakukan melalui
pengalaman langsung di lapangan dan merupakan bakat yang dibawa sejak lahir,
sehingga kewirausahaan tidak dapat dipelajari dan diajarkan. Namun, anggapan
tersebut sudah tidak berlaku lagi.
Kenyataannya, kewirausahaan tidak hanya bakat bawaan sejak lahir atau urusan
pengalaman lapangan, tetapi juga dapat dipelajari dan diajarkan. Seseorang yang
memiliki bakat kewirausahaan dapat mengembangkan bakatnya melalui pendidik-
an. Mereka yang menjadi wirausaha adalah orang-orang yang mengenal potensi
dan belajar mengembangkannya untuk menangkap peluang serta mengorganisasi
usaha dalam mewujudkan cita-citanya. Oleh karena itu, untuk menjadi wirausaha
yang sukses, memiliki bakat saja tidak cukup, tetapi juga harus memiliki pengetahu-
an mengenai segala aspek usaha yang akan ditekuninya (Suryana, 2006).

Potensi Entrepreneurship dalam Perkembangan Ekonomi


Entrepreneurship adalah potensi pendukung pembangunan ekonomi yang sa-
ngat signifikan. Namun patut disayangkan, sekarang ini bangsa kita menghadapi
kenyataan bahwa jumlah wirausaha di Indonesia masih sedikit. Jumlah pelaku wi-
rausaha di Indonesia hingga kini masih belum mencapai angka ideal.
Berapa jumlah ideal wirausaha yang harus ada di suatu negara? Seorang sosi-
olog besar dunia, David Mc Clelland pernah berpendapat: ”Suatu negara bisa men-
jadi makmur bila ada entrepreneur sedikitnya 2% dari jumlah penduduknya.” Dan,
benar saja. Pernyataan Mc Clelland memang bukan sekadar teori belaka. Faktanya,
negara yang memiliki wirausahawan setidaknya 2% ke atas, menjadi lebih maju ke-
timbang negara yang jumlah wirausahawannya kurang dari itu.
Data terkini dari Global Entrepreneurship Monitor (GEM) menunjukkan bahwa
Indonesia baru mempunyai sekitar 1,65 persen pelaku wirausaha dari total jumlah
penduduk 250 juta jiwa. Data itu juga menunjukkan bahwa jumlah yang dimiliki
Indonesia tertinggal ketimbang tiga negara di kawasan Asia Tenggara yakni Singa-
pura, Malaysia, dan Thailand. Ketiganya mencatatkan angka 7 persen, 5 persen, dan

8 | Competencies Entrepreneur
3 persen dari total jumlah penduduk masing-masing. Sementara, negara-negara
maju seperti Amerika Serikat dan Jepang bahkan memiliki jumlah pengusaha lebih
dari 10 persen dari jumlah populasi.
Tentu saja, kondisi ini tidak boleh dibiarkan. Harus ada upaya untuk mendorong
tumbuhnya jumlah wirausaha Indonesia hingga bisa mencapai angka ideal. Cara-
nya? Jawabannya mungkin cukup kompleks. Namun yang utama, insentif sebagai
pengusaha atau wirausahawan harus ditingkatkan, seperti kemudahan membuka
badan usaha, fasilitas kredit usaha dengan bunga ringan, hingga keringanan pajak.
Penting untuk diperhatikan juga adalah pemberantasan pungutan liar yang selama
ini dialami pengusaha.

Entrepreneurship adalah
tindakan yang memiliki sifat
keberanian, kreatif, inovatif,
tahan dengan tantangan hidup,
serta sanggup dalam menangkap
dan mewujudkan
sebuah peluang.

Menurut World Bank, ekonomi Singapura menempati urutan nomor satu di


dunia dalam hal kemudahan melakukan bisnis. Lebih dari satu dekade yang lalu, hal
ini tidak terjadi. Pada pergantian milenium, Kementerian Perdagangan dan Industri
Singapura memutuskan bahwa negara ini perlu mengubah dirinya menjadi negeri
entrepreneur, yang tidak takut untuk menghadapi risiko. Kita sekarang dapat meli-
hat bagaimana Singapura telah berhasil mencapai tujuannya.
Begitupun Malaysia, negara yang memiliki populasi sekitar 30 juta jiwa ini te-
lah lebih maju dibandingkan dengan Indonesia dalam mendorong terciptanya iklim
kewirausahaan yang ujungnya menciptakan kemakmuran bagi rakyatnya. Memang
jika diukur dari jumlah populasi Malaysia masih jauh dibandingkan dengan Indone-
sia yang memiliki populasi sekitar 250 juta yang tersebar di ribuan kepulauan.
Malaysia patut menjadi contoh bagi Indonesia dalam mendukung wirausaha
yang maju dan diakui secara global. Sebagai contoh, pemerintah Malaysia berinisi-
atif untuk membuat laboratorium analisa data. Sebuah mega proyek yang bertuju-

Competencies Entrepreneur | 9
an mengembangkan wirausaha lokal dan meningkatkan keahlian negara ini dalam
pengelolaan data.
Indonesia sendiri pernah membuat sebuah paltform yang memungkinkan en-
trepreneur dan investor bisa terhubung satu sama lain salah satunya yaitu HUB.ID.
Namun upaya tersebut berangsur-angsur tidak terdengar karena kurangnya du-
kungan dari kementerian, komunitas bisnis, LSM, dan pihak lainnya.
Kemudian Pemerintah Indonesia juga menunjuk Dirjen kewirausahaan. Tapi ka-
rena anggaran yang begitu kecil dalam mengkoordinasi gerakan dengan skala yang
besar tentunya menjadi sebuah kendala tersendiri. Akhirnya platform itu entah ba-
gaimana nasibnya, proyek-proyek seperti ini sering terjadi di Indonesia, terputus di
pertengahan jalan.

Wirausaha Bukan Sekadar Pebisnis Biasa


Wirausaha itu sendiri bukan sekadar berbisnis apalagi sekadar berdagang. Ada
perbedaan besar antara wirausahawan dengan pelaku bisnis biasa. Wirausahawan
adalah pendobrak. Wirausahawan mampu menghasilkan dan memperkenalkan ba-
rang dan jasa baru. Ruh dari wirausaha adalah kreativitas dan inovasi.
Ada banyak manfaat dari wirausaha. Menurut Buchari Alma (2009), manfaat
wirausaha mencakup:

1. Menambah daya tampung tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi pengang-


guran.
2. Sebagai generator pembangunan lingkungan, bidang produksi, distribusi, ke-
sejahteraan, dan sebagainya.
3. Menjadi contoh bagi anggota masyarakat lain, sebagai pribadi unggul yang
patut dicontoh, diteladani, karena seorang entrepreneur itu profesi terpuji, jujur,
berani, hidup tidak merugikan orang lain.
4. Selalu menghormati hukum dan peraturan yang berlaku, berusaha selalu men-
jaga dan membangun lingkungan.
5. Berusaha memberi bantuan kepada orang lain dan pembangunan sosial sesuai
dengan kemampuannya.
6. Berusaha mendidik karyawan menjadi orang mandiri, disiplin, jujur, tekun da-
lam menghadapi pekerjaan.
7. Memberi contoh bagaimana kita harus bekerja keras, tetapi tidak melupakan
perintah-perintah agama.

10 | Competencies Entrepreneur
8. Hidup secara efisien, tidak berfoya-foya dan tidak boros.
9. Memelihara keserasian lingkungan, baik dalam pergaulan maupun kebersihan
lingkungan.

Melihat manfaat-manfaat wirausaha di atas maka sudah sepatutnya masyarakat


diberi wawasan yang memadai tentang wirausaha. Tak hanya wawasan, masyarakat
harus juga dididik, dilatih dan diajari wirausaha sehingga mereka mampu mencip-
takan lapangan kerja baru yang dapat menampung karyawan, tidak lagi berpikir
menjadi calon karyawan yang mencari pekerjaan. Tidak lagi sebagai pencari kerja
(job seeker), melainkan pencipta lapangan pekerjaan (job creator).

Competencies Entrepreneur | 11
2
JIWA WIRAUSAHA
(ENTREPRENEUR SPIRIT)

Sumber: http://bit.ly/2m19f7u

12
A. Apa Itu Jiwa Entrepreneur?
Pada bab sebelumnya kita telah membahas pengertian entrepreneurship. Inti-
nya, entrepreneurship adalah sebuah tindakan yang memiliki sifat keberanian meng-
hadapi risiko, kreatif, inovatif, tahan dengan tantangan hidup, serta sanggup dalam
mencari, menangkap, dan menciptakan sebuah peluang. Lalu, apa yang dimaksud
dengan jiwa entrepreneur itu?
Jiwa entrepreneur adalah suatu kepribadian yang di dalamnya mencakup semua
sifat unggul yang dibutuhkan sebagai entrepreneur. Sifat-sifat unggul entrepreneur
yang utama antara lain:
1. Berani menciptakan sesuatu yang baru dengan penuh risiko, berani gagal, me-
lalui proses, tidak mengambil jalan instan.
2. Percaya diri, optimis, memiliki komitmen, disiplin, memiliki tanggung jawab.
3. Kreatif dan inovatif.
4. Berjiwa pemimpin, menberikan tauladan, melindungi, dan mengayomi.

Entrepreneur adalah pejuang kemajuan. Kemandiriannya tinggi dan dedikasinya


untuk mempersembahkan karya terbaik sangat kuat. Jiwa entrepreneur membuat
seseorang tertarik melakukan kreativitas. Banyak hal yang dilakukan oleh seorang
entrepreneur dengan kreativitasnya, seperti merubah produk lama menjadi bahan
atau barang yang memilik nilai ekonomi. Kreativitas yang dimilikinya akan meng-
hasilkan inovasi-inovasi yang cemerlang. Kreativitas dan inovasi tersebut tentunya
berkaitan erat dengan kompetensi yang dimilikinya.

B. Mengapa Penting Memiliki Jiwa Entrepreneur?


Di era industrialisasi seperti sekarang ini, faktor paling penting yang menjadi
penentu keberhasilan di segala bidang adalah Sumber Daya Manusia (SDM). SDM
yang berkualitas tinggi, adalah pendorong utama perkembangan dan laju pertum-
buhan ekonomi suatu negara. Hal ini bisa dilihat secara nyata dalam praktik. Ne-
gara-negara yang maju dan berkembang adalah negara-negara yang memiliki SDM
mumpuni. Sebut saja beberapa contoh negara di Asia, seperti Korea Selatan, Taiwan,
Singapura, Jepang, dan Hongkong. Meskipun negara-negara ini tidak memiliki ke-
kayaan Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah, pertumbuhan ekonomi mereka
melaju cepat. Itu semua karena mereka telah mengganti kelangkaan SDA dengan
SDM yang lebih berkualitas, yang memiliki jiwa entrepreneur tinggi hingga mampu

Competencies Entrepreneur | 13
menghasilkan ide-ide yang kreatif dengan menciptakan inovasi-inovasi yang me-
ngagumkan.
Itulah arti penting jiwa entrepreneur. Di tangan orang berjiwa entrepreneur, batu
bisa disulap menjadi emas. Tanah kering bisa diubah menjadi taman yang indah.
Apa pun keadaannya, yang tidak menguntungkan sekalipun, seorang entrepreneur
mampu mengkreasinya menjadi lebih baik.
Jiwa entrepreneurship bermanfaat besar bagi diri pribadi seseorang. Lebih luas
lagi, jika jiwa entrepreneurship ini dipraktikkan dengan baik, maka akan tumbuh
berkembang dan berpengaruh kepada tingkat ekonomi suatu daerah dan taraf eko-
nomi bangsa secara nasional. Entrepreneurship sangat signifikan perannya dalam
menyangga stabilitas ekonomi suatu bangsa, termasuk di Indonesia.
Berkat entrepreneurship, negara-negara yang sumber daya alamnya minim
sanggup tampil sebagai negara maju, berkembang di segala bidang, dan mengua-
sai perekonomian. Bisa dibayangkan jika Indonesia –yang memiliki kekayaan alam
melimpah ini, dikelola oleh ‘tangan-tangan’ berjiwa entrepreneurship tinggi, tentu
kita boleh berimajinasi Indonesia berpotensi besar menjadi negara super power. Bila
itu berlebihan, setidaknya Indonesia bisa menjadi negara maju yang sejajar dengan
Jepang, Korea, China, dan yang lain.

Sumber: http://bit.ly/2iC0POM

14 | Competencies Entrepreneur
Besarnya peranan entrepreneurship bagi perekonomian bangsa karena ia mam-
pu menjadi solusi dari poin-poin berikut:
1. Membuka Lapangan Pekerjaan
Dengan tumbuh dan berkembangnya kegiatan wirausaha, sudah barang
tentu ketersediaan lapangan pekerjaan semakin meningkat. Banyak orang yang
berwirausaha akhirnya membutuhkan tenaga kerja tambahan untuk mengisi
bagian-bagian posisi tertentu. Dampak pengiringnya pasti berhubungan de-
ngan nilai ekonomi yang berkaitan dengan penghasilan seseorang.
Saat kegiatan kewirausaahan semakin berkembang, jenis bidang usaha
juga akan semakin beragam. Semakin banyaknya jenis bidang usaha, maka se-
makin beragam pula lapangan pekerjaan yang tersedia. Berbagai jenis keahlian
atau kemampuan yang dimiliki masyarakat, semuanya akan terserap.

2. Mengurangi Pengangguran dan Dampak Negatifnya


Efek domino dari ketersediaan lapangan pekerjaan adalah berkurangnya
jumlah pengangguran yang ada. Sejalan dengan itu pula, dampak sosial negatif
yang selama ini muncul dari banyaknya pengangguran, akan turun dengan sen-
dirinya. Kejahatan dan penyakit sosial di tengah masyarakat bisa berkurang sig-
nifikan. Seperti kita ketahui, tindakan kejahatan biasanya terjadi karena dipicu
oleh motif ekonomi. Seseorang mempunyai niatan jahat karena tidak memiliki
penghasilan, sehingga ketika memenuhi kebutuhannya dilakukan dengan cara
melakukan tindak kejahatan.

3. Meningkatkan Kesejahteraan dan Kemandirian Masyarakat


Kewirausahaan, jelas akan membuat kesejahteraan masyarakat meningkat
secara ekonomi. Kewirausahaan pun mampu menciptakan kemandirian. Se-
hingga mendorong masyarakat untuk tidak bergantung pada pihak lain.

4. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Nasional


Suatu wilayah yang kegiatan kewirausahaannya maju, akan memberikan
banyak manfaat ekonomis kepada masyarakat yang ada di sekitarnya. Kegiatan
kewirausahaan itu pastinya akan membutuhkan tenaga kerja yang bisa direkrut
dari sekitar wilayah usaha. Besarnya penyerapan tenaga kerja di suatu wilayah,
akan membuat kegiatan ekonomi wilayah tersebut semakin bertambah, peng-
hasilan yang didapatkan juga meningkat, dan akhirnya meningkatkan taraf eko-
nomi bagi pemilik usaha, tenaga kerja, dan masyarakat yang ada di sekitarnya.

Competencies Entrepreneur | 15
Selanjutnya, kewirausahaan yang kuat dengan jumlah yang banyak mem-
buat sebuah bangsa semakin kokoh dalam menjaga stabilitas ekonomi. Ekono-
mi yang stabil membuat bangsa menjadi kuat terhadap badai krisis keuangan
ataupun krisis global yang bisa terjadi kapan saja. Stabilitas ekonomi bangsa
terjadi karena dukungan para pengusaha yang menyediakan lapangan pekerja-
an bagi masyarakat luas, sehingga lebih tahan goncangan karena mempunyai
taraf ekonomi dan penghasilan yang baik dan stabil.

C. Bagaimana Menumbuhkan Jiwa Entrepreneur?


Mungkin pembaca sudah sering mendengar anggapan yang muncul di ma-
syarakat ini: “keluarga pengusaha akan memunculkan anak-anak pengusaha juga”.
Atau, “Wajar dia berhasil jadi pengusaha, lha wong, bapak-ibunya, kakek-neneknya,
dan sebagian besar keluarganya keturunan pengusaha.”
Ya. Tidak bisa dipungkiri memang, ada banyak pengusaha yang lahir dari ke-
luarga atau keturunan pengusaha. Tetapi bukan berarti diturunkan secara genetis.
Mungkin hal ini terjadi karena aspek lingkungan pengusaha yang cukup kuat mem-
pengaruhi jiwa orang tersebut untuk menjadi pengusaha.
Menjadi wirausaha (entrepreneur) tentu saja merupakan hak setiap orang. Ja-
ngan karena mentang-mentang kita tidak punya turunan pengusaha sehingga me-
nutup peluang untuk menjadi wirausaha. Kita semua sama, punya kesempatan yang
sama, punya kemungkinan yang sama untuk menjadi pengusaha atau entrepreneur.
Langkah awal yang harus kita lakukan agar sukses di dunia wirausaha adalah me-
numbuhkan jiwa kewirausahaan di diri kita.
Banyak cara yang dapat dilakukan. Misalnya, pertama, melalui pendidikan for-
mal. Kini berbagai lembaga pendidikan, baik menengah maupun tinggi menyajikan
berbagai program atau paling tidak mata kuliah kewirausahaan. Kedua, melalui se-
minar-seminar kewirausahaan. Berbagai seminar kewirausahaan seringkali diseleng-
garakan dengan mengundang pakar dan praktisi kewirausahaan. Sehingga melalui
media ini kita bisa membangun jiwa kewirausahaan di diri kita.
Ketiga, melalui pelatihan. Berbagai simulasi usaha biasanya diberikan melalui
pelatihan baik yang dilakukan dalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan
(outdoor). Melalui pelatihan ini, keberanian dan ketanggapan kita terhadap dina-
mika perubahan linghkungan akan diuji dan selalu diperbaiki dan dikembangkan.
Keempat, otodidak melalui berbagai media kita bisa menumbuhkan semangat ber-
wirausaha. Contohnya dengan rajin membaca dan mempelajari biografi pengusaha

16 | Competencies Entrepreneur
sukses (success story), media televisi, radio, majalah koran dan berbagai media yang
dapat kita akses untuk menumbuhkembangkan jiwa wirausaha yang ada di diri kita.
Melalui berbagai media tersebut ternyata setiap orang dapat mempelajari dan me-
numbuhkan jiwa wirausaha.

D. Membentuk Pola Pikir Wirausaha


Tentu saja, menjadi wirausahawan sukses adalah dambaan. Namun, berwirau-
saha bukanlah pekerjaan gampang seperti kita membalik telapak tangan. Dan men-
jadi seorang wirausahawan atau entrepreneur adalah sebuah tantangan. Pertama-
tama, kita harus membentuk dan menanamkan pola pikir entrepreneur di dalam diri
kita masing-masing. Pola pikir entrepreneur bisa dikembangkan oleh siapa saja, apa
pun latar belakang pendidikannya.
Berikut pola pikir yang harus dimiliki sebagai seorang entrepreneur. Di antara-
nya:

1. Mengenal dan Memahami Kemampuan Diri


Kemampuan atau skill tiap pribadi manusia pasti berbeda-beda. Keahlian
tersebut adalah anugerah dari Tuhan, dan bisa senantiasa diasah agar lebih ta-
jam dan andal. Kemampuan diri harus senantiasa digali secara maksimal, serta
bisa dipraktikkan melalui bidang usaha yang dipilih sesuai keahlian.

2. Mulai Usaha dari Apa yang Ada


Entrepreneur bukan pribadi manja yang berharap semua yang dibutuhkan
tersedia untuknya. Melainkan, memandang apa pun yang mereka miliki, apa
pun yang mereka hadapi, apa saja yang mereka lihat, sebagai modal untuk
memulai usaha. Entrepreneur sukses seringkali melihat pada sesuatu yang de-
kat kemudian mengkreasinya menjadi sesuatu yang menghasilkan. Misalnya
sesuatu yang disukai, tak sedikit ide usaha yang terinspirasi dari hobi atau ke-
gemaran.

3. Mengenal Lingkungan
Mengenali lingkungan di sini maksudnya adalah bisa mengetahui kebutuh-
an masyarakat yang berada di sekitarnya. Kebutuhan masyarakat tersebut bisa
saja dijadikan alternatif peluang usaha yang bisa dijalankan.

Competencies Entrepreneur | 17
4. Fokus
Dalam menjalankan suatu usaha haruslah dilakukan dengan fokus, bukan
sekadar tren atau ikut-ikutan belaka. Perlu dihindari pula berganti-ganti jenis
usaha agar tetap fokus dengan bisnis yang dikerjakan dan dikembangkan. Se-
lain itu, individu yang melakukan bisnis jangan hanya sekadar tergiur dengan
mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan mengabaikan analisa pe-
masaran dan konsumennya.

Sumber: http://bit.ly/2Ag0hp2

5. Ulet, Optimis, dan Pantang Menyerah


Mungkin ada benarnya pepatah yang mengatakan bahwa untuk memper-
oleh keberhasilan dan kesuksesan, seseorang diuji dengan pengalaman kega-
galan. Dalam mengawali sebuah usaha pun demikian, diperlukan sifat ulet, op-
timis, dan pantang menyerah dalam menghadapi setiap masalah yang mungkin
muncul demi rencana kesuksesan masa depan.

6. Kerja Keras dan Kerja Cerdas


Jiwa dari wirausaha adalah kerja keras dan pantang menyerah. Bisnis dila-
kukan bagi orang yang memiliki sifat tangguh dalam menghadapi setiap tan-

18 | Competencies Entrepreneur
tangan yang ada dalam proses usaha, baik itu saat mengawali bisnis maupun
saat mempertahankannya. Saat berwirausaha, seseorang hendaknya melaku-
kan pekerjaannya secara cerdas, terencana, terkoordinir dan profesional.

7. Kreatif dan Inovatif


Kreatif dan inovatif, kedua pola pikir inilah ruhnya entrepreneurship. Ini juga
yang membedakan seorang entrepreneur dengan pebisnis biasa. Kreatif adalah
memiliki daya cipta atau memiliki kemampuan untuk menciptakan. Sedangkan
inovatif adalah bersifat memperkenalkan atau mengembangkan hal-hal baru.
Antara kreatif dan inovatif memiliki keterkaitan yang erat. Dan keduanya wajib
dimiliki oleh seorang wirausahawan.

8. Intuisi yang Tajam


Intuisi adalah daya atau kemampuan mengetahui atau memahami sesuatu
tanpa dipikirkan atau dipelajari; bisikan hati; dan gerak hati. Bagaimana seseo-
rang dapat memiliki intuisi yang tajam? Intuisi sangat sulit dipelajari dari orang
lain ataupun melalui teori yang ada. Namun intuisi harus sering dilatih, supaya
daya pikir kita cepat tanggap dan dapat mempredisi suatu kejadian yang akan
terjadi ataupun belum terjadi.

9. Memiliki Kemampuan Menjual


Kemampuan menjual dalam dunia wirausaha sangat dijadikan andalan.
Selama ini kemampuan menjual hanya ditafsirkan kemampuan bagaimana se-
orang wirausaha dapat menciptakan permintaan. Sehingga apa yang dimiliki
atau dijual kepada yang memiliki permintaan tersebut atau yang membutuh-
kannya. Istilah lain di sini adalah dapat menciptakan kebutuhan atau mencip-
takan pasar. Senyum adalah salah satu contoh yang dimiliki oleh semua orang,
tetapi tidak semua orang mampu menjual senyumannya, tidak jarang seorang
penjual dapat mencapai target karena senyuman yang selalu di berikan kepada
setiap konsumennya.
Walaupun setiap orang memiliki suara, tapi tidak semua orang dapat men-
jual suaranya (pembawa acara, penyanyi). Sangat jelas di sini, bahwa kemam-
puan menjual yang dimiliki akan dapat mempermudah usaha atau bisnis yang
digelutinya. Karena menjual produk atau jasa harus terlebih dahulu memiliki ke-
mampuan menjual, sehingga konsumen yang tidak membutuhkan dapat dipe-
ngaruhi menjadi membutuhkan produk atau jasa apa yang akan kita tawarkan.

Competencies Entrepreneur | 19
10. Kemampuan Membentuk Relasi
Wirausaha harus memiliki jaringan atau relasi usaha. Mitra atau rekanan
kerja merupakan simbiosis mutualisme yang harus dibangun, karena dalam ke-
wirausahaan selalu saling berkaitan, atau saling membutuhkan. Sebagai contoh
di sini, konveksi harus memiliki rekanan pabrik kain sebagai bahan bakunya,
pabrik kain pun harus memiliki rekanan pemintalan. Pengusaha pemintalan
juga harus memiliki relasi atau mitra kerja denga petani kapas. Petani kapas
pun harus memiliki jaringan dengan pengusaha pintal, toko pupuk, dan sete-
rusnya. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa berwirausaha sangat membutuh-
kan jaringan atau rekanan kerja. Dan membentuk relasi atau jaringan tersebut
butuh kemampuan yang didapat dari belajar dan latihan.

E. Membentuk Etika Wirausaha


Seorang entrepreneur, tetap harus berada pada jalur etika yang benar ketika
menjalankan aktivitasnya. Berkreativitas dan berinovasi, berpikir out of the box, dan
lain sebagainya bukan berarti harus melabrak norma dan etika yang ada.

Sumber: http://bit.ly/2zpttwG

Berwirausaha tidak boleh mengabaikan etika yang ada


di tengah-tengah masyarakat

20 | Competencies Entrepreneur
Etika dalam berwirausaha adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
cara melakukan kegiatan bisnis yang mencakup seluruh aspek yang masih berkaitan
dengan personal, perusahaan, ataupun masyarakat. Atau bisa juga diartikan pe-
ngetahuan tentang tata cara ideal dalam pengaturan dan pengelolaan bisnis yang
memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal, secara ekono-
mi, maupun sosial.
Di dunia bisnis, etika itu sendiri sangat menentukan kesuksesan. Dalam ketat-
nya persaingan usaha, kepandaian tanpa etika adalah penghancur bisnis paling
ampuh. Ambisi, kreativitas, dan inovasi jelas memiliki posisi sangat penting dalam
menentukan kesuksesan. Namun, semuanya bisa sirna tanpa bekas jika tidak diba-
rengi ketundukan terhadap etika. Terbangunnya kredibilitas di mata konsumen ka-
rena seorang entrepreneur memegang teguh etika. Ketika konsumen menganggap
reputasi sebuah perusahaan cukup baik, maka perusahaan tersebut dapat dengan
mudah mendapatkan kepercayaan mereka.
Dalam perkembangannya, terdapat beberapa prinsip etika dalam berbisnis agar
berwirausaha tetap lancar dan stabil menghadapi persaingan, antara lain:

1. Kejujuran
Kejujuran merupakan salah satu poin penting untuk menyukseskan usaha
sekaligus membangun kepercayaan klien. Kita wajib bersikap jujur dalam segala
hal, mulai dari sekadar memberikan informasi hingga ketika menganalisa keku-
rang perusahaan yang dipimpin.

2. Integritas
Seorang pimpinan perusahaan mendapatkan kepercayaan orang lain ka-
rena ia memiliki integritas. Integritas sendiri diartikan sebagai konsistensi dan
sinkronisasi antara pemikiran, perkataan, dan perbuatan. Meski demikian,
membangun integritas tidaklah semudah bayangan karena seringkali kita harus
berhadapan dengan berbagai kepentingan lain yang mungkin berseberang-
an dengan kepercayaan. Dalam hal ini, seseorang dikatakan sebagai pemimpin
yang baik jika ia mampu bertahan dan tidak mengorbankan prinsip yang diper-
caya hanya karena mendapat tekanan dari pihak lain.

3. Memenuhi Janji serta Komitmen yang Dibuat


Seorang pebisnis dapat dipercaya karena ia mau dan mampu berusaha
memenuhi segala janji dan komitmen yang pernah dibuat. Anda tidak boleh

Competencies Entrepreneur | 21
sembarangan membuat janji, tetapi ketika sudah diucapkan, harus langsung
berkomitmen untuk memenuhinya dengan baik.

4. Loyalitas
Loyalitas adalah hal yang sangat diperlukan agar bisnis dapat berjalan de-
ngan baik tanpa menimbulkan konflik. Keloyalan dapat ditunjukkan dengan be-
kerja sesuai dengan visi dan misi perusahaan serta tidak mencampurkan urusan
kantor dengan masalah pribadi. Kita juga dapat menunjukkan loyalitas dengan
memberikan seluruh kemampuan demi perkembangan perusahaan ke arah
yang lebih baik.

5. Keadilan
Keadilan menjadi salah satu hal fundamental yang harus dimiliki setiap
wirausahawan sukses. Mereka tidak menggunakan kedudukan atau kekuatan
yang dimiliki untuk bersikap otoriter maupun seenaknya sendiri. Mereka mam-
pu bersikap adil pada setiap karyawan, menoleransi perbedaan, berpikiran ter-
buka, mengakui jika melakukan kesalahan, bahkan tak segan mengubah prinsip
atau keputusan jika diperlukan.

6. Kepedulian
Seorang pebisnis harus menjadi pribadi yang menunjukkan kepedulian,
simpatik, dan baik hati. Kita harus memahami konsep bahwa keputusan dalam
berbisnis tidak hanya berpengaruh bagi perusahaan, tetapi juga seluruh karya-
wan dan staf yang terlibat didalanya. Seorang pemimpin harus mampu mem-
berikan keputusan yang memiliki sedikit dampak negated dan memiliki paling
banyak dampak positif.

7. Penghargaan
Kita harus menjadi pribadi yang menghargai orang lain jika ingin menjadi
pebisnis sukses. Kita juga harus bersikap profesional dengan tidak membeda-
kan perlakuan kepada orang lain berdasarkan jenis kelamin, ras, agama, mau-
pun kewarganegaraan. Hal ini penting dilakukan bukan hanya untuk kebaikan
perusahaan, namun juga agar lingkungan kantor tetap kondusif.

8. Mematuhi Aturan
Dunia bisnis tentu memiliki berbagai aturan yang telah ditetapkan seca-
ra tertulis maupun tidak tertulis. Patuhilah seluruh aturan tersebut agar dapat
menjadi pebisnis yang disegani banyak pihak.

22 | Competencies Entrepreneur
9. Jiwa Kepemimpinan
Seorang pebisnis harus memiliki jiwa kepemimpinan yang baik dengan
menyadari tanggung jawab yang dipikul. Kita juga harus bisa memotivasi selu-
ruh bawahan agar dapat bekerja dan menampilkan performa terbaik.

Competencies Entrepreneur | 23
3
KREATIVITAS DAN INOVASI
KUNCI UTAMA ENTREPRENEURSHIP

Sumber: http://bit.ly/2ApT0E3

24
A. Pentingnya Kreativitas dan Inovasi bagi Seorang Entrepreneur
Sukses adalah hak semua orang. Semua orang punya kesempatan dan peluang
yang sama untuk meraih kesuksesan. Tapi, sukses tidak diraih dengan mudah. Tang-
ga demi tangga harus dilalui, dengan sabar dan tekad kuat tentunya. Sukses itu se-
perti berada di puncak bukit, untuk mendapatkannya kita perlu mendaki bukitnya,
setapak demi setapak. Lelah memang, capek memang, tapi nikmatnya akan sangat
luar biasa di puncak sana.
Begitupun untuk sukses dalam berwirausaha. Tekad dan kerja keras kunci uta-
manya. Namun ada lagi modal lain yang tak kalah penting dari tekad dan kerja keras
itu, adalah kreativitas dan inovasi. Kreativitas dan inovasi, seperti telah disebutkan
pada bab sebelumnya, adalah ruhnya entrepreneur. Keduanya bisa menjadi daya
ungkit menuju keberhasilan berwirausaha. Yang namanya pengungkit, ia bisa mem-
buat sesuatu lebih mudah, lebih ringan, lebih cepat, lebih baik, lebih menarik, dan
lebih lebih lagi yang lain.
Pernah dengar nama ‘Joger’? Ya, mungkin nama itu sudah tidak asing lagi di te-
linga kita. Nama sebuah brand kaos terkenal yang menjadi ciri khas kota Bali, Joger
Pabrik Kata-Kata. Joger dapat menjadi gambaran bagaimana kreativitas menjadi
daya ungkit efektif bagi kesuksesan. Mungkin terlihat sepele, hanya menjual kaos
dengan deretan kata-kata jenaka, humor dan kadang nyentil, tapi kreativitas Mr
Joger sang pendirinya ini nyatanya mampu mendulang sukses luar biasa. Dengan
kreativitas Joger dapat menang dalam persaingan.
Joger hanyalah satu contoh dari luar biasanya sebuah kreativitas dan inovasi.
Contoh lain dapat dengan mudah kita temui di lingkungan sekitar. Apakah kreati-
vitas dan inovasi hanya diperlukan di dunia bisnis? Tidak juga. Hampir setiap hal
dalam kehidupan kita ini, kreativitas dan inovasi menjadi kata kunci untuk kesuk-
sesan. Bagi seorang karyawan, kreatif dan inovatif dapat membantu meningkatkan
kemampuan melaksanakan tugas-tugas yang diberikan dan kesuksesan dalam karir
atau pekerjaan. Karyawan yang kreatif dan inovatif akan selalu hadir dengan ga-
gasan-gagasan baru agar ia dan juga perusahaan dapat melaksanakan aktivitasnya
dengan lebih efektif dan efisien. Bagi seorang guru, kreativitas dan inovasi dapat
membantunya mencari metode yang tepat dalam mendidik anak muridnya sehing-
ga materi-materi yang diajarkan terserap dengan baik. Bahkan, bagi sebuah bangsa,
kreativitas dan inovasi memiliki manfaat luar biasa demi terwujudnya kesejahteraan
bersama.

Competencies Entrepreneur | 25
Jalan sukses itu bukan hanya satu, melainkan bercabang-cabang dan semu-
anya berujung pada kesuksesan. Orang yang kreatif dan inovatif bisa melihat ca-
bang-cabang jalan tersebut dengan mudah. Dengan begitu, potensi kesuksesannya
menjadi lebih besar. Pikiran yang kreatif dan inovatif membuat entrepreneur me-
nemukan jawaban dari setiap masalah dengan cepat. Dengan kreatif dan inovatif,
aktifitas yang membutuhkan waktu satu tahun, mampu selesai hanya dalam waktu
satu bulan.
Jadi, mengingat begitu pentingnya sebuah kreativitas dan inovasi, maka sudah
sewajarnya kita terus melatih dan mengasahnya. Kreatif dan inovatif hanya perlu
dilatih dan diasah, bibitnya sudah ada dan mengendap dalam diri setiap manusia.

B. Pengertian Kreativitas
Kreatif itu punya pengertian yang luas. Kreatif tidak melulu harus berupa men-
ciptakan atau menemukan sesuatu yang baru yang sama sekali berbeda dengan
yang sudah ada. Nyatanya, akan sulit sekali menciptakan sesuatu yang benar-benar
baru. Hampir semua hal merupakan inovasi dan pembaharuan dari yang sudah ada.
Memodifikasi sesuatu yang sudah ada menjadi hal baru, atau mengkombinasi se-
suatu juga bisa disebut kreatif. Kombinasi sepeda motor dengan sepeda onthel,
menghasilkan sepeda motor onthel, ini adalah kreativitas.
Kreatif adalah satu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Kreatif
membuat kita dapat mengaktualisasikan diri. Ini berkaitan dengan kepuasan batin.
Coba saja, ketika kita menemukan suatu ide kreatif, perasaan puas luar biasa akan
kita rasakan. Kepuasan ini lebih besar dari sekadar kita diberi uang gajian dari bos.
Dan yang lebih penting dari kreativitas adalah memungkinkan kita sebagai manusia
untuk meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih baik. Lihatlah, bagaimana para
pendahulu kita yang kreatif telah menolong manusia dalam memecahkan berbagai
permasalahan. Kreatif telah mengantarkan manusia pada peradaban modern, me-
nanggulangi penyakit mematikan, melesatkan teknologi ruang angkasa, melakukan
investigasi tentang kemungkinan adanya kehidupan lain selain di planet bumi, men-
ciptakan alat-alat yang rumit untuk mengetahui inti atom sekaligus rahasia-rahasi-
anya, dan lain sebagainya.
Namun, kebutuhan untuk berpikir kreatif ini juga tidak terbatas pada masalah-
masalah rumit sebagaimana diyakini oleh sebagian kalangan, tetapi juga merupa-
kan kebutuhan primer dalam kehidupan sehari-hari. Berpikir kreatif dapat mence-
gah seseorang terjerumus dalam masalah yang berkepanjangan. Pemikiran yang

26 | Competencies Entrepreneur
kreatif adalah pemikiran yang membebaskan kita dari belenggu imajinasi, karena
kreativitas itu sendiri erat kaitannya dengan imajinasi.
Suatu saat ada seorang penjual bakso keliling dengan gerobak yang kesal ka-
rena dagangan baksonya tidak laku-laku. Suatu saat terpikir ide gila dalam pikir-
annya, yaitu keliling dengan mendorong gerobak yang tak ada baksonya. Tiap kali
ada yang mau pesan, ia selalu bilang baksonya sudah habis. Hari berikutnya juga
begitu. Meski banyak yang penasaran dan ingin membeli baksonya, ia selalu bilang
habis. Itu dilakukannya hingga dua minggu. Selepas dua minggu itu sang penjual
bakso mulai berjualan bakso dengan benar-benar membawa gerobak berisi bakso.
Hasilnya, baksonya laris manis.
Analogi tukang bakso di atas merupakan gambaran dari bagaimana upaya kre-
atif mampu membuat sebuah terobosan dalam penyelesaian masalah. Kreatif dalam
cara berpikir membantu kita melakukan perubahan unik dalam seluruh kehidupan
kita. Kreatif erat kaitannya dengan memunculkan alternatif-alternatif. Dengan ber-
pikir kreatif kita tidak hanya terpaku dengan satu alternatif saja. Dengan berpikir
kreatif kita dapat membuka kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa
depan, sehingga kita juga memiliki alternatif-alternatif cara menghadapi di masa
depannya. Berpikir kreatif juga memudahkan kita untuk melihat, dan bahkan men-
ciptakan peluang yang menunjang keberhasilan kita. Seringkali alasan seseorang
tidak bertindak adalah karena tidak ada peluang. Padahal sesungguhnya peluang
selalu ada di depan kita. Tinggal apakah kita jeli melihatnya atau tidak. Bahkan ka-
laupun peluang itu memang tidak ada, kita dapat menciptakan peluang asal kita
mau berpikir kreatif.
Masalah akan selalu muncul, selama kita hidup. Masalah itu ada seiring de-
ngan adanya kehidupan. Tugas kita adalah menyikapi masalah-masalah yang ada.
Cara seseorang menyikapi masalah akan berbeda. Dalam hal ini, kreativitas sangat
membantu kita. Ada masalah yang sulit sekali dipecahkan. Dan hanya dengan kre-
ativitaslah kita bisa memecahkan masalah-masalah tersebut, bahkan dengan cepat.

Competencies Entrepreneur | 27
Sumber: http://bit.ly/2etiZ5P

Dengan kreatif, seseorang dapat melakukan pendekatan secara bervariasi dan


memiliki bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu persoalan.
Dari potensi kreatif, seseorang dapat menunjukkan hasil perbuatan, kinerja atau
karya, baik dalam bentuk barang maupun gagasan secara bermakna dan berkuali-
tas.
Kreatif itu berani menerobos secara liar, keluar dari apa yang umumnya dipi-
kirkan atau dilakukan oleh kebanyakan orang, juga berbeda dalam memecahkan
suatu permasalahan atau dalam menghadapi kondisi-kondisi baru. Bagi orang yang
kreatif, pertanyaan “Bebek lima di kali tiga berapa?” bisa dijawab dengan 2.
Kreativitas akan mampu mengarahkan kita menuju cara yang paling ideal untuk
mengatasi saat sulit yang kita lalui, sehingga kita menjadi manusia yang sanggup
belajar, tegar, dan meraih kesuksesan. Kreativitas menciptakan pribadi yang mampu
menyulap impian menjadi realitas. Singkatnya, dapat dikatakan bahwa pemikiran
kreatif mampu meningkatkan kualitas dan menambah kegembiraan hidup.
Kreativitas juga milik semua orang, tidak terbatas pada satu kelompok orang
tertentu yang kemudian dikatakan sebagai kelompok orang yang beruntung. Pemi-
kiran tidak identik dengan kecerdasan. Buktinya, ide-ide terbaik dan mengagumkan
kerap datang dari orang-orang yang dikategorikan memiliki kecerdasan yang biasa-

28 | Competencies Entrepreneur
biasa saja, bukan yang memiliki kecerdasan tinggi. Pemikiran kreatif tidak didomi-
nasi oleh para cendikiawan. Bahkan, kreativitas kadang muncul dari kalangan orang
yang sama sekali bukan cendikiawan. Jadi, dapat dikatakan bahwa kreativitas itu
adalah milik semua orang.
Sekarang yang perlu disadari, menjadi orang kreatif tidak semudah memba-
likkan telapak tangan. Kembali lagi ditegaskan, kreatif merupakan sebuah proses
jangka panjang, sehingga setiap orang harus terus berlatih untuk mengembangkan
potensi kreatifnya sejak awal agar keinginan menjadi kreatif benar-benar terwujud
dengan baik. Tidak ada rumus maupun resep yang jitu untuk mewujudkan priba-
di yang kreatif, akan tetapi yang ada adalah bagaimana usaha setiap orang untuk
menjadi kreatif. Banyak usaha dan banyak jalan untuk menjadi kreatif, tetapi semu-
anya tergantung dari masing-masing individu.
Bila seseorang sudah menjadi kreatif, maka yang menjadi tuntutan ialah bagai-
mana mempertahankan dan meningkatkan daya kreatif. Cara ini adalah cara yang
paling efektif untuk menjadi kreatif sepanjang masa.

C. Kiat Mengembangkan Kreativitas


Jika saat ini ada yang merasa belum menjadi orang kreatif, tenang saja. Ti-
dak perlu merasa berkecil hati. Apalagi menyalahkan diri sendiri. Menyalahkan diri
sendiri bisa fatal akibatnya, menjadikan diri minder, tidak percaya diri, bahkan bisa
stress. Ingat, kita semua diberi bekal kreatif yang sama sejak lahir. Kita hanya perlu
melepaskan kreativitas dari ‘kurungannya’. Biarkan ia leluasa bergerak dan mengu-
asai, mengejawantah dalam bentuk ide-ide segar dan brilian.
Lalu. Bagaimana menghidupkan kreativitas itu? Jawabannya:
LATIHAN. Yup. Kreativitas harus terus dilatih dan dilatih. Ide kreatif tidak jatuh begi-
tu saja dari langit, ketika orang lagi bengong seperti mendapat wangsit. Prinsipnya,
barang siapa tidak menanam maka dia tidak akan menuai hasilnya. Bibit kreatif
perlu ditanam, dipupuk, dan disirami dalam diri kita.
Tidak ada kata terlambat untuk memulai. Kita dilahirkan kreatif, dan untuk te-
rus kreatif yang perlu dilakukan adalah terus membiasakan diri untuk kreatif. Terus
mengasah dan melatihnya. Di awal mungkin akan terasa sulit. Tapi dengan latihan
yang terus menerus, kita akan semakin terbiasa dan akhirnya menjadi insan yang
selalu kreatif.
Kuncinya di sini ada pada proses. Menumbuhkan kembali kreativitas membu-
tuhkan proses yang tidak instan. Maka kita harus setia pada proses. Katakan NO

Competencies Entrepreneur | 29
pada keinginan instan menjadi orang kreatif. Di dunia ini tidak ada yang instan.
Selalu dibutuhkan perjuangan. Selalu dibutuhkan usaha.
Terkadang sebagai manusia kita hanya ingin langsung mencapai tujuan dalam
sekejap mata. Tetapi sebenarnya untuk mencapai tujuan tersebut kita butuh proses
yang tak mudah. Seperti halnya kalau kita ingin menjadi sukses di bidang yang kita
tekuni, kita harus mau bekerja keras, dan menghadapi berbagai rintangan serta
tantangannya. Setiap pengorbanan dan perjuangan tentu akan terbayar suatu hari
nanti. Dan, sekecil apa pun usaha kita pasti akan ada hasilnya suatu hari nanti.

Sumber: http://bit.ly/2AqptKe

Hidup ini bagaikan sebuah perjalanan. Perjalanan yang panjang. Langkah demi
langkah dalam perjalanan hidup ini adalah makna. Detik demi detik yang kita lalui
menjadi pengalaman yang berharga. Setiap yang terjadi dan kita lalui dalam hidup
ini syarat dengan hikmah dan tujuan. Tak selembarpun daun yang jatuh dari po-
honnya terjadi dengan sia-sia. Tak sedikit dan sekecil apapun perbuatan yang tak
berbalas.
Kisah seorang Abraham Lincoln, seorang presiden Amerika yang luar biasa dan
namanya dikenang sepanjang masa berikut ini patut disimak. Sejak masih muda,
Lincoln bercita-cita menjadi seorang ahli pidato yang andal. Cita-citanya ini mem-

30 | Competencies Entrepreneur
buat ia menjadi sangat bersemangat dalam belajar. Meski ia bukan termasuk orang
yang banyak menerima pendidikan formal, ia tetap rajin membaca buku-buku ber-
mutu dan bertanya kepada orang yang dianggapnya lebih ahli. Ia juga sangat ge-
mar berkunjung ke berbagai perpustakaan di kotanya untuk meminjam buku dan
membacanya.
Cita-cita untuk menjadi ahli pidato andal juga membuatnya rajin mendengar-
kan pidato orang lain. Dikisahkan pada suatu malam ia pernah berjalan kaki sekitar
30 kilometer hanya untuk mendengarkan sebuah pidato. Saat tengah malam, dalam
perjalanan pulang, ia menyusun kembali intisari pidato tadi. Intisari ini kemudian
dijadikannya bahan untuk berlatih.
Untuk mengembangkan teknik dan daya tarik pidatonya, Lincoln juga mengi-
kuti sejumlah kursus dan seminar. Dia juga tekun dalam berlatih dan senantiasa ber-
upaya memperbaiki kesalahan-kesalahannya. Bertahun- tahun kemudian ia menjadi
seorang negarawan sekaligus ahli pidato yang terkenal.
Dari kisah singkat di atas setidaknya kita dapat menarik beberapa pelajaran
yang berharga. Pertama, keberhasilan bukanlah suatu kebetulan. Kita tidak bisa
tiba-tiba bangun di pagi hari dengan keadaan yang tiba-tiba saja sesuai dengan
cita-cita kita. Hidup bukanlah sebuah pertunjukan sulap! Lihatlah, betapa untuk
mewujudkan impiannya, Abraham Lincoln menempuh perjuangan yang gigih, tak
kenal menyerah dan terus bersemangat. Sementara teman-teman Lincoln sedang
asyik bermain atau pacaran, ia telah larut dalam kegiatan latihan, mengikuti kursus
berpidato atau membaca buku-buku bermutu.
Kedua, kesuksesan membutuhkan sebuah proses. Sayangnya, banyak orang
yang ingin menggapai kesuksesan namun tidak mau menjalani proses yang ada.
Kehidupan modern yang serba instant terkadang membuat kita lupa bahwa segala
sesuatu membutuhkan proses. Mana mungkin kita dapat menikmati buah durian
yang lezat sehari setelah kita menanam bijinya? Bukankah kita harus memupuk, me-
nyiram serta merawatnya dengan baik sehingga biji tersebut dapat tumbuh menjadi
pohon dan berbuah lebat?

Teknik-Teknik Mengembangkan Kreativitas


Melatih kreativitas perlu cara dan teknik. Cara-cara tertentu bermanfaat me-
lejitkan pemikiran kita menjadi kreatif. Dengan mempraktikkan cara-cara tersebut,
kita dirangsang untuk kreatif. Sekali dua kali dilakukan, teknik merangsang kreati-
vitas tidak akan banyak bermanfaat. Kuncinya harus diaplikasikan terus-menerus.

Competencies Entrepreneur | 31
Menjadikannya sebuah kebiasaan dalam seluruh aspek kehidupan. Berikut ini tek-
nik-teknik untuk melatih kreativitas.

Berpikir dari Sudut Pandang yang Berbeda (Out of the Box)


Salah satu cara merangsang pikiran kreatif adalah dengan teknik berpikir dari
sudut pandang yang berbeda. Coba perhatikan tulisan berikut ini:

Apa yang terbaca dari tulisan di atas? Ketika melihat sekilas tulisan tersebut,
barangkali Anda membacanya dengan kata “FLOP”. Akan tetapi, coba amati kem-
bali, adakah kata lain yang terbaca? Ya, ternyata ada kata “FLIP” di sana. Lalu, perta-
nyaannya, bagaimana kata “FLIP” bisa muncul? Jawabannya karena kita mengubah
sudut pandang kita.
Mengubah sudut pandang terhadap sesuatu memungkinkan kita mendapat
ide-ide yang kreatif. Mengubah sudut pandang berarti kita sedang memperluas ke-
mungkinan untuk melihat sesuatu yang tak terlihat sebelumnya.
Seandainya dahulu Newton tak pernah berpikir mengapa apel jatuh ke bawah,
mungkin hingga hari ini kita tak mengenal adanya gaya gravitasi. Bukankah sebuah
benda yang dilemparkan ke atas sudah sewajarnya jika jatuh ke bawah? Tidak ada
yang istimewa dengan itu, dan tidak ada yang perlu dipertanyakan lagi. Namun,
karena Newton melihat dari sisi yang berbeda, ia mempertanyakan hal itu hingga
pada akhirnya berada pada kesimpulan ada gaya tarik yang membuat benda itu
jatuh ke bumi.
Inilah manfaat dari berpikir dari sudut pandang yang berbeda. Banyak orang
menyebutnya dengan out of the box, berpikir di luar kotak, berpikir dengan keluar
dari pakem-pakem yang membelenggu, keluar dari aturan-aturan kaku, membe-
baskan daya imajinasi untuk menemukan terobosan baru.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita memang cenderung berpikir secara sempit.
Kita seringnya hanya memusatkan perhatian secara mendalam pada satu sasaran
dan mempersempit pilihan kita untuk memperoleh solusi yang diinginkan. Jarang
sekali kita berhenti sejenak dan memikirkan sudut pandang lain terhadap sesuatu.
Padahal, dengan mengambil sudut pandang yang berbeda, kita akan mampu mela-

32 | Competencies Entrepreneur
hirkan berbagai macam gagasan baru. Kita memperluas garis batas pemikiran dan
membiarkan imajinasi kita menghasilkan begitu banyak kemungkinan yang berbe-
da, termasuk gagasan-gagasan yang liar dan tidak masuk akal.
Berpikir out of the box adalah pemikiran yang tidak konvensional, tidak populer,
kadang menggelikan dan aneh. Namun, teknik berpikir seperti ini merupakan ke-
ahlian yang amat penting, yang tidak banyak dikuasai oleh sebagian besar orang.
Lawan dari berpikir out of the box adalah inside the box. Inside the box diartikan
sebagai cara berpikir yang menerima status quo, berpikir secara umum normal dan
rutin. Orang yang seperti ini adalah orang yang hanya membatasi dirinya dalam
berpikir. Mereka juga percaya bahwa setiap masalah hanya memerlukan satu solusi,
merumuskan lebih dari satu kemungkinan alternatif solusi hanyalah buang-buang
waktu, apalagi bila untuk mencari terobosan-terobosan.
Berikut ini adalah persamaan dalam angka Romawi, dibentuk dengan sepuluh
batang korek api. Persamaan itu salah. Dapatkah Anda membetulkan persamaan
tersebut? Tapi syaratnya, Anda tidak boleh menyentuh, menambah, atau membu-
ang batang korek apinya?

Orang yang pemikirannya inside the box akan sangat sulit menyelesaikan tan-
tangan ini, karena mereka terkungkung oleh kenormalan. Namun, orang yang out
of the box berpotensi bisa menjawabnya, karena mereka bebas berpikir, baginya
selalu ada alternatif-alternatif dengan memperluas sudut pandang, keluar dari ke-
normalan.
Untuk menjawab tantangan di atas, Anda harus menghindari cara-cara melihat
yang lumrah, umum, dan biasa. Jika kita memandang hanya dari satu perspektif
saja, itu seperti membuat batasan di sekeliling cara berpikir kita, dan hanya bekerja
dalam batasan tersebut. Supaya bisa membenarkan persamaan tanpa menyentuh,
menambah, dan membuangnya, maka putarlah buku ini hingga terbalik.
Tokoh-tokoh sukses yang banyak kita kenal di luar sana, pada umumnya memi-
liki cara berpikir yang out of the box. Sebut saja salah satu contohnya seorang mil-
yuner dan pengusaha yang berpenampilan tidak biasa bernama Bob Sadino, atau

Competencies Entrepreneur | 33
banyak orang yang memanggilnya Om Bob. Om Bob adalah seorang enterpreuner
sukses yang senang sekali bercelana pendek jins dan kemeja lengan pendek yang
ujung lengannya tidak dijahit. Bob Sadino mengawali karirnya dengan berjualan te-
lur secara door-to-door, kemudian menjadi pelopor dalam industri peternakan ung-
gas dan makanan olahan, hingga berhasil membangun kerajaan bisnisnya hingga
saat ini.
Tidak hanya penampilannya yang nyeleneh, gagasan-gagasan Bob Sadino juga
terbilang sangat tidak biasa, tetapi luar biasa. Untuk menjadi pengusaha, menurut
Bob Sadino kita harus menjadi goblok. Filosofi menjadi goblok bermakna sangat
dalam, yaitu memposisikan diri sebagai orang yang selalu ingin belajar, tidak me-
rasa tinggi hati dengan ‘sok tahu’, tidak merasa pintar. Ini sejalan dengan prinsip
umum bahwa orang sukses adalah orang yang tidak pernah berhenti untuk belajar
dan belajar.
Lebih jauh lagi, menjadi goblok membuat orang tidak takut bermimpi besar,
karena tidak pusing dengan berlogika ria seperti orang yang pintar. Orang goblok
juga tidak banyak analisis, tidak banyak melakukan perhitungan untung rugi dari
berbagai metoda dan skenario, sehingga malah tidak berani segera mengambil tin-
dakan. Orang goblok berani mengambil keputusan dengan cepat, dan akan belajar
dari kesalahan.
Dalam memimpin, seorang yang merasa pintar karena tahu banyak hal, cende-
rung ingin mengerjakan semuanya sendiri. Sebaliknya, orang goblok, karena keter-
batasannya akan berpikir untuk melakukan rekruitmen dan delegasi kewenangan.
Ini yang menyebabkan banyak orang pintar ketika memulai bisnis gagal memben-
tuk tim, karena ingin berada di semua lini.

Berpikir Detail
Pernahkah Anda melihat alat yang berfungsi memudahkan seseorang mema-
sukkan benang ke dalam lubang jarum? Kalau belum pernah, Anda bisa mencarinya
di toko-toko yang khusus menjual peralatan menjahit. Apa yang istimewa dari alat
tersebut? Sebenarnya tidak ada. Yang istimewa adalah idenya, kreativitasnya. Be-
tapa, sesuatu yang selama ini tidak pernah menjadi perhatian orang, kini menjadi
suatu produk yang dapat dijual dan menguntungkan.
Bagaimana sang penemu alat tersebut mendapatkan ide? Jawabannya yaitu
lewat ketelitian atau kejelian. Ia tidak melewatkan detail kecil yang dilihatnya. Me-
masukkan benang ke lubang jarum, meskipun remeh tapi bukan pekerjaan yang

34 | Competencies Entrepreneur
mudah. Orang-orang terkadang membutuhkan bantuan, apalagi yang sudah tua.
Anak-anak kecil biasanya yang menjadi sasaran orang tua untuk memasukkan be-
nang ke lubang jarum ini. Celah inilah yang kemudian ditangkap dan direalisasikan
menjadi sebuah produk kreatif.
Begitulah, berpikir dari hal-hal yang detail dan kecil bisa membuahkan sebuah
karya yang besar. Ini bisa menjadi teknik merangsang kreativitas kita, yaitu dengan
melakukan pengamatan yang teliti, tidak melewatkan detail-detail yang ada di seki-
tar kita. Jangan pernah meremehkan setiap hal apa pun yang tertangkap di sekitar
kita. Lewat pengamatan yang lebih teliti, bisa jadi apa yang dianggap sepele oleh
orang kebanyakan merupakan sebuah ide besar yang justru dapat mendongkrak
kesuksesan hidup kita. Sebuah kalimat bijak mengatakan, “Bahkan selembar daun
kering yang jatuh pun tidak diciptakan dengan sia-sia.” Ini menggambarkan, apa
pun yang ada di dunia ini sejatinya memiliki arti. Pemahaman seperti ini tentu saja
akan sangat bermanfaat merangsang pemikiran kreatif kita.
Coba perhatikan gambar berikut ini.

Apa yang Anda lihat?


Pada awalnya, gambar di atas tampak aneh dan tidak berarti. Karena secara
mental kita terkondisi untuk melihat bentuk dan gambar yang berwarna hitam, kita
mengabaikan bentuk-bentuk putih di antara yang hitam. Akan tetapi, jika kita me-
musatkan perhatian pada bentuk putih tersebut, kita akan dapat melihat kata “WIN”.
Bentuk putih tersebut menjadi dominan dan yang hitam menyusut perannya.
Inilah gambaran dari manfaat pengamatan detail terhadap sesuatu. Dengan
teknik ini, ‘gambar-gambar’ tersembunyi bisa terlihat jelas. Dari situlah ide kreatif
akan muncul.
Di dunia bisnis, teknik ini telah banyak dilakukan dan berhasil. Ide-ide bisnis
kreatif bermunculan. Semuanya berawal dari pengamatan yang teliti dan detail. Kita
juga bisa mempraktikkan teknik ini untuk menghasilkan ide bisnis yang kreatif. Tidak
perlu jauh-jauh, amati saja diri kita. Kalau mau, tak ada sejengkal pun dari tubuh kita
yang tidak menjadi bagian dari komoditas bisnis. Dari ujung rambut sampai ujung

Competencies Entrepreneur | 35
kuku, bisa dijadikan ide bisnis. Sudah banyak memang yang telah digarap orang.
Tetapi, ini bukan berarti kita tak punya lagi kesempatan untuk menggarapnya. Kita
masih tetap berpeluang, kreativitas senjatanya.
Lebih jauh, pengamatan bisa kita alihkan pada hal-hal di luar diri kita. Misal-
nya melihat warung-warung pecel lele yang berderet memanjang di jalan. Dengan
pengamatan dan analisis yang sederhana kita bisa mendapatkan ide dari sana. Con-
tohnya dengan mengamati apa-apa saja yang sebenarnya dibutuhkan oleh para pe-
dagang pecel lele tersebut. Mungkin di antaranya adalah ketersediaan ikan lele, la-
lapan, piring, konsumen, gerobak, dan lain-lain. Berdasar pengamatan itu, kita bisa
mendapatkan ide dengan menjadikan kebutuhan para pedagang tersebut sebagai
ladang bisnis. Kita bisa menjadi pemasok kebutuhan-kebutuhan tersebut, pemasok
ikannya, lalapan, dan sebagainya.

Berpikir Kebalikan
Perhatikan gambar A dan B di bawah. Gambar A menunjukkan dua garis yang
sama panjang dan anak panahnya sama persis. Sementara gambar B tampak dua
garis dengan anak panah yang berbeda, yang satu anak panahnya menghadap ke-
luar, sehingga tampak kedua garis memiliki panjang yang berbeda.

A B

Tapi, benarkah dua garis tersebut memiliki panjang yang berbeda? Coba ambil
penggaris dan ukurlah kedua garis tersebut (Gambar B). Hasilnya adalah, kedua ga-
ris memiliki panjang yang sama. Ternyata persepsi kitalah yang mengubah ukuran
garis tersebut. Pembalikan arah sederhana, secara dramatis mengubah apa yang
kita lihat dalam gambar.
Inilah teknik berpikir kreatif yang bisa kita praktikkan, yaitu dengan cara berpi-
kir secara kebalikan pada suatu hal. Dengan teknik berpikir kebalikan ini, maka kita

36 | Competencies Entrepreneur
akan dapat memunculkan hal-hal baru atau kreatif dalam melihat sesuatu. Berpikir
kebalikan merupakan salah satu teknik dalam merangsang dan menciptakan kre-
ativitas. Dengan berpikir kebalikan, maka muncul gagasan yang sama sekali baru.
Orang-orang kreatif mendapatkan ide orisinal ketika mereka mempertanyakan dan
membalikkan hal yang telah jelas.
Restoran yang menyediakan layanan delivery adalah sebuah contoh dari krea-
tivitas yang muncul dari berpikir secara kebalikan. Lumrahnya, orang yang hendak
makan makanan restoran akan datang ke sana. Tapi dengan berpikir secara kebalik-
an, pihak restoranlah yang kemudian mendatangi pembeli.
Ketika banyak orang menjual produknya dengan berbagai macam harga, keti-
ka banyak orang menjual service-nya dengan harga premium melambung, Google
malah menawarkan produknya dengan gratis. Harga produk layanan Google adalah
gratis. Layanan utama Google adalah search engine (mesin pencarian di internet)
yang gratis bagi siapa pun. Google telah berpikir kreatif dengan berpikir kebalikan.
Google berpikir terbalik dari umumnya orang. Harga layanan yang bagus biasanya
mesti mahal. Tetapi Google berpikir sebaliknya, memberikan layanan kualitas tinggi
dengan harga gratis. Seperti kita tahu Google meraih sukses luar biasa.
Heinz, produsen saus tomat di Amerika. Mulanya produk saus tomat menga-
lami kemandekan alias tidak tumbuh secara baik dari tahun ke tahun. Semata-mata
karena penetrasi pasar saus tomat di Amerika sudah mencapai hampir 100%. Heinz
mencoba mencari sebuah solusi terobosan. Secara tradisional, kalau sampai me-
ningkatkan pertumbuhan, Heinz harus mempromosikan orang untuk mengonsumsi
lebih banyak saus tomat. Tapi yang dilakukan Heinz sebaliknya. Saus tomat tidak
dipakai sebagai konsumsi semata, melainkan untuk sarana permainan.
Lewat survei dan observasi yang dilakukan Heinz, terutama di gerai-gerai ma-
sakan siap saji, ternyata ditemukan anak-anak sering menggunakan saus tomat se-
cara berlebihan semata-mata untuk dijadikan permainan. Dengan kentang goreng,
misalnya, saus tomat dicorat-coret menjadi bentuk lukisan. Lalu hal ini memotivasi
cara berpikir Heinz untuk berpikir terbalik. Mengubah fungsi saus tomat.
Akhirnya Heinz mendesain ulang botol saus tomat dengan menggunakan
bahan plastik dengan moncong lebih runcing, sehingga memudahkan anak-anak
menggunakannya. Dengan botol ini, anak-anak menemukan saus tomat Heinz lebih
asyik dipermainkan atau dijadikan alat untuk melukis. Heinz kemudian juga mencip-
takan saus tomat dengan warna baru, yaitu biru, hijau, dan ungu. Anak-anak merasa
gembira karena punya mainan baru saus tomat aneka warna. Ibu-ibu mulanya kesal

Competencies Entrepreneur | 37
dengan ulah Heinz ini, tapi kemudian ikut arus. Anak-anak yang susah makan men-
jadi lebih mudah makan karena menemukan bahwa makan bisa menjadi rekreasi
baru. Celakanya, ibu-ibu yang tadinya hanya membeli satu botol saus tomat, kini
harus membeli dua-tiga botol. Dalam waktu seketika, penjualan saus tomat Heinz
menjadi berlipat ganda. Tumbuh lebih cepat berkat pemikiran terbalik.
Lebih jauh, teknik berpikir terbalik ini bisa diaplikasikan untuk berbagai hal. Di
Jogja, ada sebuah sekolah menengah atas yang memiliki peraturan unik. Sebut saja
sekolah A. Bila rata-rata sekolah menetapkan standar penampilan bagi para siswa
laki-laki: dilarang gondrong, tapi sekolah ini ternyata membuat peraturan: murid
yang nilai rata-ratanya di atas 8, bebas menggondrongkan rambut!
Daripada harus menghabiskan waktu untuk hal yang kurang penting dan rele-
van dengan pelajaran seperti razia rambut, pihak sekolah ini secara kreatif mengu-
bah rambut gondrong jadi insentif menarik untuk membuat para siswa berlomba-
lomba meraih nilai setinggi mungkin. Supaya mereka bisa tampil ‘gaya’ dengan
gondrongnya!
Teknik berpikir terbalik ini dilakukan dengan cara mencari lawan dari sesuatu
kemudian mencari cara merealisasikan kebalikan tersebut. Kita tidak selalu harus
mencari jawaban yang benar, tetapi mencari cara lain melihat informasi yang ada.
Misalnya, kita ingin membuka sebuah restoran baru, tetapi kesulitan mencari ide.
Untuk memunculkan ide, coba kita lakukan pembalikan.

Umumnya restoran memiliki daftar menu, baik itu tertulis, lisan,


Asumsi umum
atau tersirat
Pembalikan Restoran tidak memiliki daftar menu dalam bentuk apa pun

Setelah mendapatkan kebalikan, kemudian mencari solusi dari pembalikan ter-


sebut. Hasil ide yang muncul: koki restoran memberi tahu setiap pelanggan apa
yang dia beli hari itu di pasar, misalnya daging, ikan, dan sayuran. Pelanggan diper-
silakan menentukan masakan tertentu dari bahan-bahan tersebut, lalu sang koki
segera memasaknya, khusus untuk pelanggan tersebut.

Asumsi umum Anak-anak yang ingin mainan mobil harus membelinya


Pembalikan Anak-anak yang ingin mainan mobil tidak perlu membelinya

Dari pembalikan tersebut, timbul pertanyaan: bagaimana seorang anak bisa


memiliki mainan mobil tanpa perlu membelinya? Jawabannya: kita bisa membuka
bisnis penyewaan mainan anak-anak.

38 | Competencies Entrepreneur
ATM (Amati, Tiru, Modifikasi)
Pernahkah Anda merasa buntu sama sekali dari ide apa pun? Tentu pernah
bukan? Ya. Kebuntuan ide-ide segar memang suatu hal yang wajar dan pasti akan
dijumpai oleh setiap orang, bahkan oleh orang paling kreatif sekalipun. Kebuntuan
ide adalah sebuah kondisi dimana alam imajinasi kita sedang tidak berjalan efektif,
terbelenggu pada sebuah labirin pemikiran yang pada akhirnya akan menimbulkan
perasaan resah, geram dan tak berdaya. Namun tak perlu kuatir. Ada satu jurus
ampuh untuk mengatasi kondisi ini. Ia akan menolong kita memutar mesin kreatif
bekerja kembali. Jurus ampuh itu bernama ATM. Ya, ATM. Tapi ATM yang dimaksud
di sini bukanlah sebuah mesin yang dapat mengeluarkan lembaran rupiah, melain-
kan ATM yang mampu menolong mengeluarkan ide-ide segar.

Sumber: http://bit.ly/2zmOwhh

Berpikir kreatif, berpikir di luar kebiasaan

Apa itu ATM? Adalah akronim dari Amati Tiru Modifikasi. Sebuah strategi seder-
hana, hanya bermodalkan kemauan mengamati dan menganalisa apa yang sudah
ada di sekitar. Dari hasil pengamatan dan analisis selanjutnya diberi sentuhan akhir
berupa modifikasi sesuatu yang lama menjadi sesuatu yang berbeda dari bentuk
aslinya. Strategi ATM ini cukup ampuh untuk memunculkan ide-ide segar kita.

Competencies Entrepreneur | 39
Sejatinya, hampir semua yang dilakukan oleh manusia adalah hasil dari penga-
matan dan peniruan. Bisa dikatakan, tidak ada hal yang benar-benar baru di dunia
ini. Manusia tidak menciptakan, hanya Tuhan yang punya kekuasaan itu. Ide mun-
culnya pesawat terbang adalah hasil pengamatan dan peniruan dari seekor burung.
Kamera adalah tiruan cara kerja mata kita. Micropone terinspirasi dari telinga kita.
Kartu Memory terinspirasi dari cara kerja otak kita. Begitu seterusnya.
Negara Jepang yang maju secara teknologi sekarang ini, pada mulanya berang-
kat dari proses ATM. Kalau kita kembali ke tahun 1945, Jepang hancur lebur. Pere-
konomian hancur dan harga diri sebagai bangsa pun remuk redam. Tapi perlahan-
lahan mereka mulai bangkit dengan meniru. Mereka memproduksi barang yang
mirip dengan buatan produk negara maju lain, tapi dengan beberapa modifikasi
sederhana. Walaupun pada sekitar tahun 1980-an, produk Jepang memiliki stigma
dari beberapa kalangan bahwa produk Jepang yang mempunyai bentuk menarik
tetapi kurang awet dan mudah rusak setelah beberapa waktu penggunaan. Ber-
pengalaman dari stigma itu, Jepang pelan tapi pasti mulai melangkah maju dalam
menginovasi produk-produknya.
Ketika masih kecil, meniru adalah satu-satunya keahlian yang kita miliki. Masa
anak-anak memang dikenal sebagai masa-masa meniru, oleh karenanya anak-anak
disebut sebagai peniru ulung. Sejak kecil kita belajar berbicara dengan meniru orang
tua kita. Setelah dewasa, saat kita akan mempelajari sebuah skill kita pasti meniru
orang-orang yang sudah pakar di bidangnya. Jadi, meniru bukanlah hal yang aneh.
Kalau tidak ada yang boleh meniru, penjual bakso cuma ada satu sedunia. Tetapi
faktanya setiap orang bisa menjual bakso dengan gaya dan bumbu ala masing ma-
sing.
Namun, strategi ATM untuk menjadi kreatif bukanlah sekadar “menjiplak” sama
persis 100 persen dengan apa yang ada. Melainkan melakukan modifikasi-modifi-
kasi, perubahan-perubahan sesuai dengan ide yang muncul dari hasil pengamatan
tersebut. Dari runutan ATM ini akan dihasilkan produk baru yang berbeda dari asli-
nya, bisa lebih baik, lebih murah, lebih berkarakter, dan lain-lain.
Mengamati, pada prinsipnya adalah proses belajar dan menyerap pengalaman.
Oleh karenanya menuntut kejelian dan kecerdikan. Seorang pengamat yang baik
adalah yang berhasil menyerap banyak hal dari obyek yang diamati, termasuk ke-
kurangan dan kelebihannya.
Setelah proses pengamatan usai dilakukan dan memperoleh pengetahuan
yang cukup, langkah selanjutnya adalah melakukan action. Yang harus diperhatikan

40 | Competencies Entrepreneur
dalam proses meniru adalah etika dan pertimbangan yuridisnya. Jangan sampai
terjebak dalam situasi yang berakibat buruk, melanggar etika dan hukum.
Apakah cukup dengan mengamati lantas meniru? Belum. Untuk memunculkan
kreativitas, diperlukan langkah terakhir yaitu modifikasi. Berikan sentuhan perubah-
an, yang pasti bisa memberi nilai tambah dari sebelumnya. Pada tahapan inilah
diperlukan kreativitas dan kejelian, agar perubahan/penyesuaian yang dilakukan
dapat menambah daya tarik dan efektifitas.
Strategi Amati Tiru Modifikasi ini sebenarnya adalah metode alamiah yang telah
dilakukan oleh semua manusia dalam segala aspek kehidupan. Dalam dunia bisnis,
hampir semua pelaku bisnis juga telah menerapkan metode ini dalam menemukan
ide bisnis baru atau untuk mengembangkan bisnis yang telah ada. Samsung Galaxy
Tab itu jelas-jelas mengekor kesuksesan iPad, tapi dengan diferensiasi dan nilai tam-
bah yang berbeda. Apakah iPad idenya orisinil? Tidak. Beberapa tahun lalu juga ada
tablet PC beredar di pasaran, tapi tidak sukses. Apple menirunya dan memberikan
nilai tambah dan sukses.
Konsep ATM ini bisa juga diaplikasikan dalam menjalankan kehidupan keseha-
rian kita, di samping dalam hal produksi barang. Kesibukan dalam menjalani rutini-
tas sehari-hari akan lebih berkualitas apabila disertai dengan mengevaluasi (Amati)
kegiatan-kegiatan yang telah kita jalani dalam periode tertentu, boleh satu hari,
seminggu, atau sebulan tergantung kebutuhan, semakin sering semakin baik.
Dari hasil evaluasi akan ada keinginan untuk mengulangi (Tiru) kesuksesan yang
pernah kita alami. Tentunya dalam perjalanan hidup ada batu sandungan yang tidak
ingin terulang kembali di kehidupan kita, sehingga perlu ada perbaikan (Modifikasi)
yang menjadikan kualitas hidup yang semakin ke depan semakin membaik. Seperti
sebuah perkataan “Apabila hari ini sama dengan hari kemarin maka termasuk orang
yang rugi, apabila hari ini lebih buruk dari kemarin maka termasuk orang yang ce-
laka, dan apabila hari ini lebih baik dari kemarin dan besok lebih baik dari hari ini
maka termasuk orang yang beruntung”.

D. Pengertian Inovasi
Ditilik dari sisi bahasa, inovasi yang berasal dari kata innovation (Inggris) ber-
makna pembaharuan, atau perubahan (secara) baru. Sedangkan secara istilah, me-
nurut praktisi bisnis seperti David Neeleman (pendiri dan CEO JetBlue), inovasi
adalah upaya mencari cara untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik daripada
sebelumnya.

Competencies Entrepreneur | 41
Kotler dan Keller (2009) mengartikan inovasi sebagai produk, jasa, ide, dan
persepsi yang baru dari seseorang. Sedangkan Tidd (2005) dalam buku Managing
Innovation berpendapat bahwa inovasi adalah perubahan produk atau servis yang
ditawarkan oleh organisasi.

Sumber: http://bit.ly/2AmMeih

Mengacu pada pendapat di atas dan pendapat-pendapat lain dari para pakar di
luar sana, bisa dibuat kesimpulan bahwa inovasi merupakan sebuah proses mene-
mukan atau mengimplementasikan sesuatu yang baru ke dalam situasi yang baru.
Konsep kebaruan ini bisa berbeda bagi kebanyakan orang karena sifatnya relatif.
Bisa saja yang dianggap baru oleh seseorang pada suatu konteks, merupakan hal
yang dianggap lama bagi orang lain dalam konteks yang lain pula.
Secara garis besar, sesuatu dikatakan inovatif apabila memenuhi ketiga syarat
berikut:
a. Baru.
b. Berbeda dari yang sudah ada.
c. Bermanfaat bagi inovator dan orang lain.

Persamaan dan Perbedaaan Kreativitas dengan Inovasi


Jika dibaca sekilas, kreativitas dan inovasi seperti memiliki pengertian yang
sama. Akan tetapi, sebenarnya kedua istilah ini berbeda. Meskipun ada pula per-

42 | Competencies Entrepreneur
samaan antara keduanya. Apa perbedaan dan persamaan kreativitas dan inovasi?
Berikut kita simak uraiannya.
Persamaan kreativitas dan inovasi adalah:
1. Baik kreativitas ataupun inovasi melewati proses generating ideas (pemunculan
gagasan/ide).
2. Kreativitas dan inovasi merupakan hubungan sebab-akibat. Inovasi biasanya di-
sebabkan oleh adanya kreativitas dan tanpa kreativitas inovasi sulit dihadirkan.
Tapi inovasi tidak mutlak disebabkan oleh kreativitas.
3. Dari kreativitas dan inovasi, sesuatu yang baru dimunculkan atau disalurkan.
4. Kreatif dan inovatif sama-sama menginspirasi manusia dalam pola pikir, attitu-
de maupun behavior (inspiring people)
5. Sikap kreatif dan inovatif merujuk ke hal-hal positif. Sebagian besar hasil kreati-
vitas dan inovasi merupakan produk/proses/ide yang bermanfaat bagi manusia
hingga membuat hal-hal menjadi lebih simpel dan mudah.
6. Karakter kreatif dan inovatif merupakan karakteristik personal yang harus ada di
dalam diri kita sebagai calon entrepreneur masa depan.

Perbedaan kreativitas dan inovasi adalah:


1. Kreatif berarti melakukan atau mengembangkan sesuatu dengan CARA BARU.
Sedangkan inovatif berarti memunculkan SESUATU YANG BARU dari dasar yang
sudah ada. Makna BARU dalam inovasi berarti newness (kebaruan), bukan ori-
ginal
2. Inovatif adalah kemampuan untuk menemukan nilai komersil dari kreativitas.
3. Inovasi menambah added value (nilai tambah) sehingga membuat kreativitas
tidak cukup untuk meraih sukses.
4. Kreatif hanya membuat perbedaan, inovasi membuat perbedaan tersebut me-
miliki nilai komersil.

Inovasi yang dibutuhkan adalah kemampuan wirausahawan dalam menambah-


kan nilai guna/nilai manfaat terhadap suatu produk dan menjaga mutu produk de-
ngan memperhatikan “market oriented” atau apa yang sedang laku di pasaran. De-
ngan bertambahnya nilai guna atau manfaat pada sebuah produk, maka meningkat
pula daya jual produk tersebut di mata konsumen, karena adanya peningkatan nilai
ekonomis bagi produk tersebut bagi konsumen. Syarat inovasi bagi seorang entre-
preneur adalah:

Competencies Entrepreneur | 43
1. Menghasilkan produk yang bermanfaat bagi lingkungannya.
2. Menghasilkan produk yang relatif baru.
3. Menghasilkan produk yang memenuhi kebutuhan individu maupun kelompok.

E. Kiat Mengembangkan Inovasi


Kemampuan inovasi seorang entrepreneur menjadi kunci penting untuk sukses
di dunia usaha. Apalagi di era persaingan ketat seperti sekarang ini. Seorang entre-
preneur harus memastikan produk-produknya terus berinovasi dari waktu ke waktu.
Jika tidak, pelanggan akan berpaling ke pesaing yang lebih rajin berinovasi. Bisa
dipastikan, perusahaan yang produk-produk dan pelayanannya miskin inovasi tidak
akan berkembang. Bahkan, perusahaan seperti ini berpotensi gagal dan hancur da-
lam menjalankan usahanya karena ditinggal pelanggan.
Kabar gembiranya, inovasi dapat latih dan ditumbuhkembangkan. Asal mema-
hami bahwa inovasi adalah suatu kerja keras, terobosan, dan kaizen (perbaikan te-
rus-menerus). Gagasan inovasi bisa dari mana saja. Jangan pernah menyepelekan
lintasan gagasan inovasi yang kita dapatkan suatu waktu. Bisa jadi, itulah yang men-
jadi inovasi terbaik yang bisa kita lakukan dalam usaha.
Secara umum, sumber-sumber inovasi bisa bersumber dari hal-hal berikut ini.
Di antaranya:

1. Penelitian dan Pengembangan


Inovasi dapat dihasilkan melalui suatu penelitian dan pengembangan (re-
search and development). Perusahaan-perusahaan yang telah maju atau besar
umumnya mempunyai satu divisi khusus untuk melakukan penelitian dan pe-
ngembangan ini. Strategi penelitian dan pengembangan merupakan strategi
yang sistematis dan ilmiah untuk menemukan dan menciptakan inovasi.

2. Keberhasilan dan Kegagalan


Keberhasilan dan kegagalan yang dialami oleh perusahaan sendiri maupun
perusahaan lain, dapat dijadikan sumber ide bagi sebuah inovasi. Keberhasilan
suatu produk menjadi inspirasi untuk membuat produk serupa dengan nilai
tambah tertentu. Sedangkan kegagalan suatu produk bisa menjadi pelajaran
untuk membuat produk yang lebih sempurna, dengan mencari solusi dari ke-
gagalan tersebut.

44 | Competencies Entrepreneur
3. Peluncuran Produk Baru
Peluncuran suatu produk juga dapat menjadi sumber inovasi. Khususnya
inovasi untuk membuat produk turunannya. Misal, ketika sebuah produk han-
dpone baru diluncurkan, bisa diikuti oleh produk turunannya seperti aksesoris,
casing, dan lain sebagainya.

4. Kebutuhan, Keinginan, dan Daya Beli Masyarakat


Sumber inovasi bisa berasal dari hasil pengamatan terhadap kebutuhan,
keinginan, dan daya beli masyarakat. Misalnya, semua masyarakat mempu-
nyai kebutuhan akan perumahan. Namun, keinginan dari individu masyarakat
tersebut berbeda-beda sesuai dengan selera dan keadaan ekonomi mereka.
Selanjutnya permintaan akan perumahan akan dipengaruhi oleh daya beli ma-
syarakat. Seorang yang butuh perumahan mungkin menginginkan rumah yang
besar dengan harga yang lebih mahal. Namun, karena kemampuan daya beli-
nya tidak memadai ia harus membeli rumah yang kecil dan terjangkau. Seorang
pemimpin perusahaan dalam hal ini harus membuat perumahan dengan tipe-
tipe yang sesuai dengan keinginan dan daya beli mereka.
Kebutuhan pelanggan atau masyarakat pada umumnya mencakup kebu-
tuhan-kebutuhan-kebutuhan berikut:
a. Kebutuhan fisik (physiological needs). Yaitu kebutuhan dasar hidup seperti
air, udara, sandang, pangan, perumahan, pendidikan, dan kesehatan.
b. Kebutuhan keamanan (safety needs). Yaitu kebutuhan akan perlindungan
terhadap bahaya, terbebas dari rasa ketakutan, dan keamanan.
c. Kebutuhan sosial (social needs). Yaitu kebutuhan akan rasa dicintai, dimiliki,
berafiliasi, dan diakui.
d. Kebutuhan penghargaan (esteems needs). Yaitu keutuhan akan prestasi,
pengakuan dan status.
e. Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs). Yaitu kebutuhan untuk
mengaktualisasikan kemampuan potensial dengan menggunakan bakat
yang kreatif.

5. Persaingan
Persaingan adalah sumber inovasi yang sangat besar andilnya dalam pe-
luncuran produk-produk inovatif. Dengan adanya persaingan, perusahaan akan
terdorong melakukan inovasi lebih jauh. Sebagai contoh, persaingan dalam
produk pasta gigi dari beberapa merek menyebabkan perusahaan meningkat-

Competencies Entrepreneur | 45
kan penelitian dan pengembangan akan produknya untuk menciptkan produk-
produk baru dengan spesifikasi dan keunggulannya masing-masing.

6. Demografi
Demografi adalah hal terkait kependudukan, meliputi ukuran, struktur, dan
distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu
akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Perubahan demografi da-
pat menjadi sumber inovasi untuk menyesuaikan produk-produk yang ada atau
membuat produksi yang sama sekali baru.

7. Perubahan Selera
Konsumen dapat diasumsikan mudah tertarik dengan sesuatu yang baru
atau berbeda dari apa yang biasa dilihatnya sehari-hari. Konsumen mempunyai
keinginan untuk tampil beda dengan yang lainnya sesuai dengan seleranya ma-
sing-masing. Perubahan harus cermat memperhatikan selera para konsumen
dan perubahannya untuk segera melakukan inovasi bagi produknya.

8. IPTEK Baru
Munculnya ilmu pengetahuan dan teknologi baru untuk memudahkan
memproduksi suatu barang atau jasa dapat merupakan sumber inovasi. Con-
toh, dengan adanya komputer maka produksi dalam industri percetakan dan
grafika mengalami revolusi. Percetakan dapat menampilkan gambar seperti
foto dengan lebih mudah dan cepat. Revolusi ini mengakibatkan perubahan
dalam perwajahan kemasan (packaging) suatu barang.

F. Menangkap Peluang Usaha


Sifat dasar manusia adalah menghindari kesulitan dan mendekati kesenangan.
Itulah mengapa, kebanyakan kita lebih suka berharap mendapat keajaiban daripada
bersusah payah menciptakan keajaiban itu sendiri. Menciptakan keajaiban itu tidak
gampang. Kesulitan, kepayahan, dan tantangan harus kita hadapi. Karenanya secara
alami kita tidak menyukainya.
Ini pula yang terjadi ketika kita berbicara masalah peluang. Semua orang pasti
ingin sukses dalam kehidupannya. Dan semua orang pun tahu, adanya peluang
adalah kunci utama meraih kesuksesan itu. Namun kenyataannya, berapa banyak
orang yang mau berupaya keras mencari peluang dan mengambilnya? Berapa ba-
nyak orang yang mau bersusah payah menemukan peluang itu?

46 | Competencies Entrepreneur
Jawabannya tak banyak. Sebaliknya, kita lebih suka menunggu peluang menda-
tangi kita daripada mencarinya. Kebanyakan kita lebih suka “kejatuhan durian run-
tuh” daripada bersusah payah penuh cucuran keringat mendapatkannya. Padahal,
dunia nyata tak selalu memberi kemudahan itu. Faktanya, jika Anda benar-benar
ingin sukses dan berhasil dalam hidup, Anda harus belajar mengenali peluang dan
meraihnya. Anda harus melakukan sesuatu untuk mendapatkan peluang tersebut.
Bukan hanya menunggunya, sambil berharap semuanya berjalan sesuai keinginan.
“Peluang adalah emas”, istilah ini bukan mengada-ngada, bukan sekadar isapan
jempol belaka. Peluang memang bisa di ibaratkan emas yang bernilai, yang akan te-
rasa sayang jika harus dilewatkan. Jika Anda ingin menjadi seorang pengusaha suk-
ses, maka jangan sekali-sekali mengabaikan peluang usaha yang ada, yang sebe-
narnya banyak di sekitar kita. Peluang itu banyak sekali, menarik, dan indah. Namun
dalam kenyataan hidup, tidak banyak orang yang tahu kemudian memanfaatkan
peluang tersebut. Kebanyakan justru melewatkan peluang secara sia-sia, meskipun
peluang-peluang itu sudah di depan mata.
Peluang berarti juga pasar. Jika seseorang ingin berhasil, apalagi berhasil seba-
gai entrepreneur, dia harus bisa secara cerdik menangkap dan memanfaatkan pelu-
ang, kemudian mengambil keputusan yang tepat agar memenangkan persaingan
di pasar.
Seorang entrepreneur harus rajin pergi ke mana saja, untuk mengkomunika-
sikan ide dan kreativitasnya. Dengan komunikasi yang baik, seorang entrepreneur
harus punya keyakinan bahwa ide dan kreativitasnya itu bisa diterima pasar. Me-
mang tidaklah mudah bagi seseorang untuk bisa memanfaatkan peluang usaha
dan mempraktikannya dalam dunia wirausaha yang sesungguhnya. Ini akan terasa
berat, selain membutuhkan ketekunan, tenaga, juga modal yang jumlahnya relatif.
Kunci utama agar mampu menangkap peluang usaha adalah kejelian, kepeka-
an, dan kepedulian pada lingkungan sekitar. Anda harus jeli melihat, mendengar,
dan membaca peluang. Bagaimana caranya?
Membaca peluang usaha diibaratkan seperti seorang anak yang ingin memba-
ca, tetapi sebelum ia bisa membaca ia harus bisa melihat hal apa saja yang harus ia
baca. Dalam konteks membaca peluang usaha, maksud dari melihat di sini adalah
kita melihat apa yang menjadi masalah dari fenomena-fenomena yang ada di seki-
tar kita dan siapa yang mengalami masalah tersebut, yang kemudian kita cari celah
agar kita dapat menembus peluang di dalam celah-celah kecil tersebut.

Competencies Entrepreneur | 47
Sumber: http://bit.ly/2iGFNyA

Mengenali peluang dan menangkapnya, bukan hanya menunggu


sepanjang waktu

Mendengar dalam hal ini maksudnya adalah bagaimana kita mengetahui se-
cara langsung tentang kebenaran masalah yang terjadi di pasar. Mendengar di sini
juga memiliki tujuan agar kita mengenal lebih dekat dengan konsumen, sehingga
masalah yang didapatkan lebih tepat sasaran.
Setelah kita melihat dan mendengar mengenai masalah yang terjadi, kemudian
semuanya kita baca perlahan tentang apa yang telah kita lihat dan dengar. Penting
untuk diingat, kita membaca bukan untuk menghafal, tetapi untuk memahami. Da-
lam tahap membaca ini, jangan ada satu pun poin yang terlewatkan untuk dibaca,
dipahami, dan dianalisis. Karena seberapa kecil pun poin yang telah dihasilkan, akan
memiliki peranan yang cukup dan dapat diperhitungkan dalam kesimpulan akhir
yang dibuat.
Sebagian orang memiliki kemampuan finansial untuk memulai usaha. Namun
bingung untuk menentukan usaha apa yang akan dijalankannya. Ini terjadi karena
orang tersebut tidak mampu melihat, mendengar, dan membaca peluang usaha.
Selain cara di atas, peluang usaha juga bisa Anda dapatkan dengan memperha-
tikan beberapa faktor seperti “Where”, “Why”, dan“When”. “Where” artinya di mana
posisi Anda sekarang bisa dijadikan acuan menentukan peluang usaha apa yang
cocok untuk dijalankan. Misalnya Anda berada di lingkungan kampus, maka anali-
salah bagaimana membangun usaha di sekitar kampus tersebut. Misalnya, apakah

48 | Competencies Entrepreneur
Anda bisa ikut membuka kantin di kampus? Ataukah Anda membuka usaha rental
computer di sekitar kampus?
“Why” artinya alasan mengapa Anda membuka usaha tersebut. Misalnya Anda
mempunyai kemampuan montir motor, mengapa tidak membuka bengkel motor?
Jika Anda mempunyai kemampuan beladiri, mengapa Anda tidak membuka sekolah
beladiri?
“When” artinya kapan Anda bisa memulai suatu usaha yang tepat. Misalnya
Anda membuka usaha sablon dan cetak karena pada saat itu sedang ramai-ramai-
nya musim kampanye. Ketiga faktor ini bisa Anda gabungkan untuk membuka jalan
pikiran Anda pada peluang-peluang usaha yang memiliki kemungkinan untuk dija-
lankan.
Berikut ini beberapa tips untuk mengasah kejelian Anda melihat peluang usaha
di lingkungan sekitar.

1. Cari Tahu Kebutuhan


Perhatikan sekitar Anda, sebelum membuka usaha Anda bisa mencari tahu
apa yang menjadi kebutuhan di lingkungan Anda. Misalnya, untuk daerah per-
kantoran Anda bisa membuka usaha kuliner karena pada jam istirahat biasanya
karyawan mencari makan siang di tempat atau di lingkungan tempat kerja me-
reka. Jika Anda berada di lingkungan sekolah atau kampus, Anda bisa membu-
ka usaha jasa fotokopi atau jasa pengetikan karena banyaknya siswa sekolah,
mahasiswa, guru ataupun dosen yang membutuhkannya. Dengan mengetahui
kebutuhan dan keperluan yang ada di lingkungan sekitar Anda, hal ini bisa
menjadi dasar untuk menentukan usaha apa yang akan Anda jalankan.

2. Manfaatkan Keterampilan atau Hobi yang Anda Miliki


Coba tanyakan pada diri Anda, apakah Anda memiliki keterampilan yang
Anda kuasai atau hobi yang senang Anda kerjakan?
Seorang mahasiswa kedokteran lulusan salah satu universitas negeri di
Yogyakarta memulai usaha membersihkan sepatu yang dimulai dari kebiasaan-
nya suka membersihkan sepatunya sendiri dan teman-teman kosnya. Sederha-
na bukan? Hanya bermula dari hobi membersihkan sepatu orang lain kemudi-
an dikembangkan sendiri menjadi usaha membersihkan sepatu yang beromset
jutaan rupiah.
Untuk menemukan peluang usaha dari ide bisnis yang layak bisa dimulai
dari diri sendiri dengan menanyakan pada diri sendiri, ”Saya punya hobi apa ya?

Competencies Entrepreneur | 49
Saya punya keterampilan apa ya? Apa yang bisa saya lakukan? Apa kemampuan
yang saya miliki dan orang lain bersedia membayar produk atau jasa dari ke-
mampuan saya tersebut?”

3. Perhatikan Tren yang terjadi


Anda bisa memulai usaha dengan memperhatikan tren yang sedang ter-
jadi. Seorang buruh di Sulawesi mendapatkan ribuan dolar dari internet hanya
dengan membuat aplikasi untuk smarthpone. Dengan mengikuti perkembang-
an berita dan informasi di sekitar, kita bisa membuka usaha tertentu. Apakah
usaha seperti ini akan berjalan sesaat saja? Jawabannya tidak.
Ketika Anda mencoba selalu berinovasi dan mengembangkan usaha yang
dijalankan, peluang usaha dengan melihat trend tersebut masih sangat mung-
kin berkembang ke depannya. Memulai dengan melihat trend artinya Anda
mendapatkan ide dari apa yang tengah berkembang di masyarakat. Misal meli-
hat model baru dari perkembangan teknologi, modifikasi pasar dan juga selera
konsumen yang berubah atau mengarah ke perubahan minat tertentu.
Sebagai contoh, dahulu tempe hanya dijadikan konsumsi biasa. Cukup di-
goreng kemudian dimakan. Namun, sekarang banyak modifikasi tempe menja-
di bahan makanan dengan olahan yang berbeda. Contohnya tempe yang dio-
lah menjadi kerupuk tempe dengan berbagai rasa atau cake tempe.
Atau Anda bisa membuka usaha sablon dan bordir ketika musim kampanye
tiba karena kebutuhan pasti sedang meningkat. Usaha seperti ini bisa dijalan-
kan dengan mesin bordir berbasis home industry sederhana.

4. Pahami dan Analisa Pasar Anda


Untuk memulai suatu ide bisnis, baiknya dilakukan penelitian atau analisa
pasar terlebih dulu. Tujuannya adalah mengetahui segmen pasar tujuan usaha
dan mengetahui apa yang menjadi keinginan dari calon pembeli .
Tahapan yang dilakukan mulai dari persiapan, pengumpulan data, analisa
pasar dan pesaing dan yang terpenting adalah segera ambil kesimpulan untuk
segera memulai usaha anda. Mulailah secara bertahap dan dengan perencana-
an yang matang.

5. Ciptakan Ide Usaha Baru


Pernahkan Anda berpikiran jika usaha penyewaan mainan anak saat ini laris
manis? Atau pernahkan terpikir oleh Anda usaha pijat bayi akan berkembang

50 | Competencies Entrepreneur
saat ini? Masih banyak usaha-usaha baru lainnya yang terlahir dari ide-ide kre-
atif. Semua ide tersebut didapatkan lewat analisa kebutuhan dan bagaimana
memanfaatkan peluang untuk melengkapi usaha yang sudah berjalan saat ini.
Usaha baru tersebut bisa menjadi komplementer terhadap jenis usaha lain.
Logikanya seperti ini, jika jumlah pemakai handphone ada 1 juta orang, maka
jika sebagian handphone tersebut rusak, diperlukan jasa perbaikan handphone,
maka lahirlah usaha jasa servis handphone.
Karena kesibukan orang yang semakin tinggi dan tidak sempat mengurusi
cucian, maka lahirlah usaha jasa laundry. Karena usaha laundry yang makin ber-
kembang, maka lahirlah usaha menjual produk sabun dan parfum laundry dan
perlengkapan laundry lainnya.
Demikian, kebutuhan komplementer pelengkap usaha akan saling sam-
bung menyambung dan berkaitan sehingga melahirkan usaha baru.

6. Tambahkan Nilai Produk yang Sudah Ada


Kebutuhan usaha tambahan pada poin-poin di atas tidak lepas dari ke-
butuhan untuk melengkapi atau usaha yang sudah berjalan. Jika Anda sudah
memiliki usaha, misalnya kelontong, Anda bisa menambahkan usaha konter
pulsa untuk melengkapi kebutuhan masyarakat yang membutuhkan. Jika saat
ini sudah ada usaha penjualan aquarium, maka bisa Anda tambahkan dengan
menjual ikan hias dan bahan makanan ikan sekaligus.
Begitulah. Ide bisnis bisa dimulai dari hal-hal yang disebut di atas, semua
itu bisa Anda dapatkan dengan analisa perkembangan di lingkungan sekitar
Anda. Segeralah memulai dan jangan terlalu lama menganalisa, karena keti-
ka Anda sudah memulai, ide-ide mengembangkan usaha tersebut akan terus
berkembang seiring praktik yang Anda lakukan. Satu catatan yang perlu te-
rus diingat, 3 hal yang harus selalu ada dalam setiap menjalankan usaha yaitu
kreativitas, inovasi, dan kerja keras. Ketiga hal ini menjadi modal utama untuk
mendapatkan hasil terbaik dalam usaha.

Manfaat Suatu Produk bagi Konsumen


Konsumen akan merasakan, menerjemahkan, dan mengintegrasikan semua in-
formasi yang berkaitan dengan suatu produk yang akan dibelinya. Karena, produk
yang akan dibelinya berkaitan dengan kepuasan dan ketidakpuasan kosumen.

Competencies Entrepreneur | 51
Tingkat kepuasan adalah ukuran utama bagi kosumen dalam menggunakan
produk. Sehingga, konsumen akan cenderung terus membeli dan menggunakan-
nya serta memberi orang lain pengalamannya. Sedangkan ketidakpuasan muncul
ketika harapan para pembelian ternyata tidak cocok dan mendapat umpan balik
negatif. Yaitu, kinerja suatu produk lebih buruk dari kinerja yang diharapkan.
Untuk mengetahui suatu kepuasan yang diberikan produk kepada konsumen,
jika produk tersebut telah digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen. Agar pro-
duk tersebut bisa memberikan kepuasan yang maksimal dan kepuasan yang tinggi
kepada konsumen, maka konsumen harus bisa menggunakan atau mengkonsumsi
produk tersebut dengan benar.
Kesalahan yang dilakukan oleh konsumen dalam menggunakan suatu produk
akan menyebabkan produk tidak berfungsi dengan baik. Ini akan menyebabkan
konsumen kecewa. Padahal kesalahan terletak pada diri konsumen.
Produsen/pemasar tidak menginginkan konsumen menghadapi hal tersebut,
karena itu produsen/pemasar sangat berkepentingan untuk memberitahu konsu-
men bagaimana cara menggunakan produknya dengan benar. Buat Konsumen me-
rasa mudah untuk mengetahui produk kita, langkah pertama dimana konsumen
mencari berbagai pilihan untuk mendapatkan produk yang sesuai dengan kebutuh-
an dan keinginannya.
Pada fase ini, buatlah konsumen benar-benar mengerti atas produk kita. Baik
dalam fitur produk maupun layanan yang kita berikan padanya. Hal ini dapat di-
lakukan dengan berbagai cara, seperti lewat katalog produk, petunjuk pemakai-
an dalam kemasan produk, atau menempatkan orang dalam di tempat konsumen
mengalami fase ini. Tujuannya adalah agar konsumen bisa menggunakan produk
tersebut dengan benar. Sehingga dapat memberikan kepuasan yang optimal kepa-
da konsumen. Contohnya di supermarket, pameran atau tempat perbelanjaan.
Variasi pembayaran bagi konsumen dalam mendapatkan produk kita sebaiknya
menyediakan beberapa pilihan bagi konsumen seperti pembelian cash, credit atau
leasing. Kemudian berikan juga layanan tambahan bagi mereka untuk menerima
produk kita seperti pengantaran langsung ke rumah tepat waktu. Support maksi-
mal dalam pelayanan bagi konsumen dalam menggunakan produk kita, biasanya
sudah banyak produk memakai petunjuk pemakaian yang terdapat dalam kemasan
produk, ini bisa ditambah dengan menyediakan layanan telepon 24 jam yang dapat
dengan mudah dihubungi konsumen setiap saat mereka membutuhkan bantuan.
Bila hal ini dilakukan dengan baik, maka strategi tambahan nilai bagi konsumen

52 | Competencies Entrepreneur
akan berlangsung secara terus menerus karena konsumen akan merasa puas atas
pemakaian produk kita dan perang harga pun dapat terelakkan.

Sumber: http://bit.ly/2ytd07j

Puaskan konsumen dengan produk-produk terbaik

Secara umum dalam pengetahuan produk terdapat penjelasan tentang atribut


produk. Yaitu, unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan
dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan. Berikut ini merupakan berbagai
elemen atribut produk di antaranya:

1. Merek
Merek adalah sesuatu yang ditujukan untuk mengidentifikasi barang atau
jasa jasa dari seseorang atau kelompok penjual dan untuk membedakannya
dari produk penjual dapat dalam bentuk nama, istilah, tanda, simbol atau ran-
cangan atau kombinasi hal-hal tersebut. Dalam melakukan pembelian konsu-
men tidak hanya memperhatikan macam dari produk, tapi juga pembeli mem-
perhatikan merek dari produk tersebut, merek lebih dari sekadar simbol, merek
dapat memiliki 6 tingkatan perhatian sebagai berikut:
a. Atribut.
b. Manfaat.
c. Nilai.
d. Budaya.
e. Kepribadian.
f. Pemakai.

Competencies Entrepreneur | 53
Merek yang baik adalah merek yang mempunyai karakteristik-karakteristik
tertentu, adapun karakteristik merek yang baik adalah:
a. Mengingatkan suatu tentang karakteristik produk dan kegunaannya.
b. Mudah dieja, dibaca dan diingat.
c. Bisa diadaptasi oleh produk-produk baru yang mungkin ditambahkan di
lini produk
d. Bisa didaftarkan dan dilindungi hak paten

Produsen membuat suatu merek untuk produknya karena ada tujuan-tuju-


an tertentu yang dapat diambil manfaatnya oleh penjual (produsen) maupun
pembeli (konsumen). Ada banyak manfaat dari pencantuman merek pada suatu
produk.
Manfaat dari pencantuman merek adalah:
a. Merek memberikan identitas, produk kita akan mudah dikenali dan dicari
oleh pembeli karena merek. Ini adalah fungsi dasar merek yaitu sebagai
pemberi identitas bagi produk kita.
b. Membedakan dengan pesaing, manfaat dasar merek yang kedua adalah
membedakan produk kita dengan produk pesaing. Apa gunanya kita mem-
buat produk yang bagus jika ternyata pelanggan tidak mampu membe-
dakan produk kita dengan produk pesaing yang kualitasnya ada di bawah
produk kita.
c. Meningkatkan penjualan, bila merek kita dipersepsikan dengan baik oleh
konsumen, maka tidak perlu diragukan lagi mereka akan bercerita kepada
siapa saja yang ditemuinya tentang produk kita. Itu berarti naiknya angka
penjualan bisnis kita.
d. Membangun loyalitas, pelanggan yang puas akan produk yang kita jual,
mereka akan dengan sendirinya memasukkan merek kita tidak hanya di
kepala pelanggan tapi juga di hati mereka. Bagi mereka, merek kitalah yang
terbaik. Mereka merasa mendapatkan banyak manfaat dari membeli pro-
duk kita. Tidak hanya manfaat fungsional, namun juga manfaat emosional.
Mereka akan selalu melakukan pembelian ulang tanpa pernah silau oleh
harga murah ataupun promosi dan janji-janji dari pihak pesaing.
e. Membuat pelanggan tidak sensitif harga, sama ketika kita telah jatuh cin-
ta pada seseorang, keluar biaya berapa pun tidak menjadi masalah yang
besar asalkan dapat bersama dengan orang yang kita cintai. Begitu pula

54 | Competencies Entrepreneur
dengan merek, jika para pelanggan telah jatuh cinta dengan merek kita,
mereka tidak akan peduli berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan un-
tuk memperoleh produk kita. Ini berarti ada margin keuntungan yang lebih
besar bagi produk kita.
f. Komunikasi pemasaran jadi lancar, mampir semua pakar pemasaran sepa-
kat bahwa iklan yang terbaik adalah kata-kata yang keluar dari mulut pe-
langgan yang puas. Secara tidak langsung, pelanggan yang puas terhadap
merek kita akan membantu mempromosikan produk dan citra merek kita.
Kita tidak perlu susah-susah mengeluarkan dana, waktu dan tenaga lagi
untuk memperkenalkan merek kita kepada calon pelanggan baru.
g. Terbuka peluang untuk waralaba, merek adalah intangible asset (aset tak
berwujud) bagi perusahaan. Dalam jangka panjang, ketika merek kita telah
mengakar kuat dibenak para konsumen, kita akan dapat mewaralabakan
merek kita dengan nilai yang tinggi.
h. Magnet bagi para stakeholder, merek yang telah dikenal baik, tidak ha-
nya akan menjadi daya tarik bagi para calon konsumen, namun juga akan
menjadi magnet bagi para stakeholder terbaik. Mereka tidak akan kesulitan
untuk mencari pemasok, karyawan, bahkan juga para investor. Hali ini ber-
arti merek yang baik akan meningkatkan daya tawar kita di hadapan para
stakeholder itu.

2. Kualitas Produk
Kualitas merupakan faktor yang terdapat dalam suatu produk yang me-
nyebabkan produk tersebut bernilai sesuai dengan maksud untuk apa produk
itu diproduksi. Kualitas ditentukan oleh sekumpulan kegunaan dan fungsinya,
termasuk di dalamnya daya tahan, ketergantungan dengan produk lain, esklu-
sivitas, kenyamanan wujud (warna, bentuk pembungkus, dsb.) dan harga yang
ditentukan oleh biaya produk. Jadi, bila suatu produk telah dapat menjalankan
fungsi-fungsinya dapat dikatakan sebagai produk yang memiliki kualitas yang
baik.

3. Sifat Produk
Sifat barang merupakan karakter yang melekat pada barang itu sendiri se-
cara fisik dapat dilihat. Sifat produk disebut juga dengan istilah ciri produk yang
dalam bahasa Inggris disebut produk feature. Suatu produk dapat ditawarkan
dalam berbagai sifat, sebuah model “Polos” produk berupa tambahan apapun

Competencies Entrepreneur | 55
merupakan titik awal. Perusahaan dapat menciptakan model dari tingkat lebih
tinggi dengan menambahkan beberapa sifat. Sifat produk adalah alat bersaing
untuk membedakan produk perusahaan dengan produk pesaing. Menjadi pro-
dusen yang pertama yang memperkenalkan sifat baru yang dibutuhkan dan
nilai tinggi oleh pelanggan adalah salah satu cara yang paling efektif untuk
bersaing. Produsen tidak perlu menawarkan produk yang nilainya rendah bagi
pelanggan dalam hubungan dengan biaya sebaliknya. Sebaliknya sifat-sifat
produk yang sifatnya tinggi bagi pelanggan dalam hubungan dengan biaya
perlu untuk ditambahkan.

4. Kemasan
Kemasan berasal dari kata kemas yang berarti teratur (terbungkus) rapi;
bersih; rapi; beres; selesai. Pengertian kemasan lainnya merupakan hasil me-
ngemas atau bungkus pelindung dagangan (niaga). Sedangkan pengertian
bungkus dapat diartikan sebagai kata bantu bilangan untuk benda yang dibalut
dengan kertas (botol, plastik, dan sebagainya); pengertian lainnya barang apa
yang dipakai untuk membalut. Dengan demikian dalam tulisan ini pengertian
kemasan adalah sesuatu (material) dapat berupa botol, kertas, maupun plastik
yang digunakan untuk membungkus makanan.
Kesadaran akan pentingnya kemasan yang menarik dan baik semakin me-
ningkat. Karena pentingnya fungsi kemasan dalam pemasaran dan merupakan
atribut yang dilihat konsumen paling awal. Tidak jarang konsumen bersedia
membayar lebih untuk memudahan penampilan, kehandalan dan prestise dari
kemasan yang lebih baik. Faktor lainnya adalah makin meluasnya penjualan de-
ngan sistem swalayan (self service), makin meningkatnya standar kesehatan dan
sanitasi yang dituntut masyarakat. Dalam pemasaran suatu produk, pemberian
wadah atau kemasan dapat memainkan peran kecil, misalnya paku, sekrup atau
peran yang penting, misalnya pada kosmetika.
Masalah kemasan dirumuskan sebagai segala kegiatan merancang dan
memperbaiki kaidah atau bungkus suatu produk. Kemasan juga didefinisikan
sebagai seluruh kegiatan merancang dan memproduksi bungkus atau kemasan
suatu produk. Ada tiga alasan mengapa kemasan diperlukan kemasan meme-
nuhi sasaran, keamanan (safety) dan kemanfaatan (utilitarian).
Manajemen bisa mengawasi produknya sedemikian rupa untuk mening-
katkan perolehan laba. Dengan adanya keamanan dan kemanfaatan kemasan,

56 | Competencies Entrepreneur
produk akan terlidungi selama dalam perjalananya dari produsen kekonsumen,
bahkan terahir dipakai oleh konsumen selain itu dengan adanya kemasan, iden-
tifikasi produk menjadi lebih efektif dan dengan sendirinya mencegah pertu-
karan oleh produk pesaing. Kemasan juga perlu ditawarkan dengan bentuk dan
ciri yang demikian menariknya sehingga konsumen bersedia membayar lebih
mahal hanya untuk memperoleh kemasan yang lebih baik.

5. Label
Label adalah setiap keterangan mengenai barang yang dapat berupa gam-
bar, tulisan atau kombinasi keduanya atau bentuk lain yang memuat informasi
tentang barang dan keterangan pelaku usaha serta informasi lainnya sesuai de-
ngan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang disertakan pada pro-
duk, dimasukkan kedalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemas-
an. Kegunaan Label adalah memberikan infomasi yang benar, jelas dan lengkap
baik mengenai kuantitas, isi, kualitas maupun hal-hal lain yang diperlukan me-
ngenai barang yang diperdagangkan. Label bagi konsumen adalah konsumen
akan memperoleh informasi yang benar, jelas dan baik mengenai kuantitas, isi,
kualitas mengenai barang/jasa beredar dan dapat menentukan pilihan sebelum
membeli atau mengkonsumsi barang dan jasa.
Bagaimana kewajiban pelaku usaha mencantumkan label? Pelaku Usaha
yang memproduksi atau memperdagangkan dan atau memasukkan barang di
atau ke pasar dalam negeri wajib mencantumkan label dalam dan atau luar
kemasan. Pencantuman label di kemasan dilakukan sedemikian rupa sehingga
tidak mudah lepas, tidak mudah luntur atau rusak, letaknya mudah untuk dili-
hat dan dibaca.
Isi Label terdiri atas:
a. nama barang;
b. ukuran;
c. berat, isi bersih, netto;
d. komposisi;
e. aturan pakai;
f. tanggal kadaluarsa;
g. akibat sampingan;
h. nama dan alamat pelaku usaha; serta
i. keterangan untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang/
dibuat.

Competencies Entrepreneur | 57
Kesesuaian Manfaat Produk dan Harga bagi Konsumen
Harga, menurut Kotler dan Amstrong (2001), adalah sejumlah uang yang di-
tukarkan untuk sebuah produk atau jasa. Lebih jauh lagi, harga adalah jumlah dari
seluruh nilai yang konsumen tukarkan untuk jumlah manfaat dengan memiliki atau
menggunakan suatu barang dan jasa. Saat ini, dimana kompetisi makin ketat dan
banyak perusahaan baru muncul dalam dunia bisnis, persaingan harga menjadi ti-
dak terelakkan lagi. Hal ini buruk bagi bisnis karena persaingan harga sudah jelas
akan berakibat pada berkurangnya margin dalam berbisnis dan akhirnya produk
kita terperosok menjadi produk komoditi.
Bagi banyak perusahaan, persaingan harga ini dielakkan dengan menggunakan
strategi added value. Yaitu, strategi memberikan nilai tambahan bagi konsumen baik
berupa layanan tambahan maupun tambahan fitur produk tanpa tambahan extra.
Harga dilihat dari sudut pandang konsumen, seringkali digunakan sebagai indikator
nilai yang tumbuh melalui presepsi atau anggapan konsumen bilamana harga (be-
sarnya pengorbanan finansial yang diberikan) dihubungkan dengan manfaat yang
dirasakan atas suatu barang atau jasa.
Indikator penilaian harga dapat dilihat dari kesesuaian antara suatu pengorban-
an dari konsumen terhadap nilai yang diterimanya setelah melakukan pembelian.
Dari situlah konsumen akan mempersepsi dari produk atau jasa. Apabila persepsi
harga pada suatu produk dan mencakup pelayanan telah sesuai dengan harapan
dan manfaat produk, maka akan meningkatkan kepuasan. Sebaliknya, apabila pre-
sepsi harga pada produk dan mencakup pelayanan tidak sesuai dengan harapan
dan manfaat produk maka akan menimbulkan ketidakpuasan. Hal tersebut dapat
berakibat konsumen meninggalkan perusahaan dan akan menjadi konsumen peru-
sahaan pesaing. Hal tersebut akan menyebabkan penurunan permintaan yang pada
akhirnya menyebabkan penurunan laba bahkan kerugian.

G. Menciptakan Peluang Bisnis


Rasa bosan karena harus melakukan pekerjaan yang monoton setiap harinya,
serta keinginan untuk mendapatkan penghasilan lebih, memotivasi sebagian orang
untuk coba memulai usaha. Namun ketika ditanya mengenai usaha apa yang akan
dijalankan, mereka menjawab “Masih bingung, belum ada peluang usaha yang pas.”
Alasan itulah yang sering digunakan orang. Padahal, ucapan tersebut merupakan
cermin ketidakmampuan menangkap peluang. Orang-orang seperti ini hanya me-

58 | Competencies Entrepreneur
nunggu datangnya peluaang. Padahal, jika Anda hanya menunggu peluang datang
begitu saja, maka sampai kapan pun Anda tidak akan bisa maju.
Pada dasarnya, peluang itu tidak selalu datang dengan sendirinya. Sebuah pe-
luang datang ketika kita berusaha untuk mencari dan menciptakannya. Misalnya
saja, seorang entrepreneur menciptakan ide bisnis atau peluang bisnis pada saat
menghadapi sebuah masalah. Mungkin sebagian orang menganggap masalah ada-
lah sebuah cobaan. Namun beda halnya dengan seorang entrepreneur. Ia akan ber-
pikir bahwa sebuah masalah akan memberikan satu peluang baru untuk mengem-
bangkan bisnisnya.
Bagaimana cara menciptakan peluang bisnis? Berikut kami berikan beberapa
cara tepat yang dapat Anda coba.
1. Ciptakan peluang bisnis dari problem yang dihadapi lingkungan sekitar. De-
ngan begitu Anda memperoleh peluang atau ide bisnis, untuk memberikan so-
lusi bagi mereka.
2. Ciptakan peluang bisnis yang dapat menggeser para pesaing, melengkapi ke-
kurangan produk yang ada di pasaran, dan mampu menghancurkan market
leader yang sudah ada.
3. Setelah mendapatkan beberapa ide atau peluang bisnis, selanjutnya buat daf-
tar peluang tersebut. Pilihlah tiga peluang bisnis yang paling berpotensi untuk
Anda ciptakan.
4. Tuliskan peluang-peluang tersebut beserta target waktu yang ditetapkan pada
sebuah kertas besar. Bila perlu pasang kertas tersebut di tempat-tempat yang
sering Anda gunakan, sehingga Anda selalu membacanya. Tambahkan visi dan
kata-kata lain yang dapat memotivasi Anda.
5. Mulailah untuk mengambil keputusan, peluang mana yang akan Anda tekuni
terlebih dahulu. Kemudian mulailah bergerak, untuk mencari segala informasi
yang berhubungan dengan peluang bisnis tersebut.
6. Jangan pernah takut untuk mencoba, hilangkan rasa ragu dan takut yang ada.
Karena hanya akan menghambat kesuksesan Anda.
7. Mulailah menciptakan kesuksesan dari usaha kecil terlebih dahulu. Dengan ke-
suksesan kecil, maka akan meningkatkan rasa percaya diri Anda dan mengu-
rangi rasa takut yang ada. Selanjutnya Anda dapat berkreasi dan berinovasi
untuk mengembangkan bisnis Anda.

Competencies Entrepreneur | 59
Jadi, jangan pernah berhenti mencari dan mengamati semua celah yang me-
mungkinkan untuk dijadikan sebagai peluang bisnis. Karena peluang tidak akan
pernah datang dengan tiba-tiba.
Adapun bagi seorang entrepreneur yang sudah memiliki usaha, langkah-lang-
kah menciptakan peluang bisa dilakukan dengan mengevaluasi produk atau jasa
yang telah ia hasilkan. Mencakup bagaimana tanggapan pasar terhadap produk/
jasa tersebut, bagaimana umpan balik dari konsumen, bagaimana kepuasan konsu-
men, apa saja yang konsumen inginkan dari produk yang sudah dihasilkan, dan lain
sebagainya. Berikut ini kita simak beberapa poin terkait produk dan konsumen yang
bisa dijadikan dasar menciptakan peluang dalam wirausaha.

1. Tanggap Terhadap Adanya Permintaan


Permintaan berkaitan dengan keinginan konsumen akan suatu barang dan
jasa yang ingin dipenuhi. Dan, kecenderungan permintaan konsumen akan ba-
rang dan jasa tak terbatas.
Kebutuhan pelanggan perlu dipahami secara akurat dalam menciptakan
atau memenuhi produk dan jasa yang dibutuhkan pelanggan. Banyak perusa-
haan dapat mendefinisikan pasar sasaran namun gagal memahami kebutuhan
pelanggan karena memang untuk dapat memenuhi kebutuhan secara mengun-
tungkan, memahami keinginan dan kebutuhan pelanggan tidak selalu merupa-
kan tugas yang sederhana. Beberapa pelanggan memiliki kebutuhan yang tidak
mereka sadari. Atau, mereka tidak dapat mengutarakan kebutuhan-kebutuhan
ini. Atau, mereka menggunakan bahasa yang membutuhkan penafsiran. Apa
artinya jika pelanggan meminta mobil yang “tidak mahal”, mesin pemotong
rumput yang “kuat”, mesin bubut yang “cepat”, baju renang yang “menarik”,
atau hotel yang “tenang”?
Secara umum, kita dapat membedakan lima jenis kebutuhan pelanggan, di
antaranya:
a. Kebutuhan yang diutarakan (pelanggan menginginkan sebuah mobil yang
tidak mahal).
b. Kebutuhan nyata (pelanggan menginginkan sebuah mobil dengan biaya
operasi yang rendah, bukannya harga beli yang murah).
c. Kebutuhan yang tidak diutarakan (pelanggan mengharapkan pelayanan
yang baik dari penyalur).

60 | Competencies Entrepreneur
d. Kebutuhan kegembiraan/delight (pelanggan membeli mobil dan menda-
patkan hadiah peta jalan dalam suatu negara).
e. Kebutuhan rahasia (pelanggan ingin dipandang teman-temannya sebagai
konsumen cerdas berorientasi nilai).

Perusahaan dapat menangani permintaan pelanggan dengan memberikan


apa yang mereka inginkan, atau apa yang mereka butuhkan, atau apa yang be-
nar-benar mereka butuhkan. Dalam menangkap kebutuhan pelanggan diper-
lukan pemasaran yang profesional guna memahami kebutuhan riil pelanggan
dan memenuhinya dengan lebih baik daripada yang dilakukan para pesaing.
Beberapa pemasar membedakan antara pemasaran yang cepat tanggap
dengan pemasaran yang kreatif. Pemasar yang cepat tanggap menemukan su-
atu kebutuhan yang diutarakan dan mengisinya. Pemasar yang kreatif mene-
mukan dan menghasilkan solusi yang tidak diminta pelanggan, tetapi disambut
hangat.
Mengapa sangat penting untuk memuaskan pelanggan sasaran? Karena
penjualan perusahaan setiap periode berasal dari dua kelompok yaitu pelang-
gan baru dan pelanggan setia. Forum Company memperkirakan bahwa pelang-
gan baru yang tertarik dapat menimbulkan biaya lima kali lipat dari biaya me-
nyenangkan pelanggan yang ada. Dan biaya kehilanggan pelanggan mungkin
enam belas kali lipat biaya menarik pelanggan baru ke tingkat laba yang sama.
Karena itu, mempertahankan pelanggan lebih penting daripada menarik pe-
langgan. Kunci untuk mempertahankan pelanggan adalah kepuasan pelang-
gan. Pelanggan yang sangat puas mampu menjadikan konsumen lebih setia,
membeli lebih banyak jika perusahaan memperkenalkan produk baru dan me-
nyempurnakan produk yang ada, memberikan komentar yang menguntungkan
tentang perusahaan dan produknya, kurang memberikan perhatian pada merek
dan iklan pesaing serta kurang sensitif terhadap harga, memberikan gagasan
produk/jasa pada perusahaan, dan membutuhkan biaya pelayanan yang lebih
kecil daripada pelanggan baru karena transaksi menjadi rutin.

2. Menyediakan Produk yang Dibutuhkan


Semua kebutuhan konsumen (customer wants) memiliki beberapa cara
yang berbeda untuk dipuaskan. Jika mereka memiliki pilihan (choice), mereka
akan memilih produk yang dianggap dapat memberikan manfaat terbanyak
bagi mereka, berapa pun harganya sesuai dengan yang mereka persiapkan.

Competencies Entrepreneur | 61
Perusahaan dalam mengeluarkan produk, tentunya menggunakan biaya.
Begitu juga melemparnya ke pasar. Itu semua memerlukan biaya. Namun, dari
kepuasan konsumen atas pemakaian produk atau jasa yang dikeluarkan peru-
sahaan tersebut merupakan keuntungan bagi perusahaan itu sendiri.
Kepuasan konsumen adalah sebagai salah satau alat ukur terbaik atas kerja
keras perusahaan dalam mengeluarkan produk barang atau jasanya. Alat ukur
lain yang dapat digunakan oleh perusahaan atas produk atau jasanya adalah
biaya rendah, efisiensi, dan kualitas. Namun, alat ukur tersebut bukanlah kri-
teria suatu keefektifan. Tidak banyak manfaatnya untuk memproduksi susuatu
dengan efektif dan efisien jika tidak ada orang yang membutuhkannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan langsung antara ke-
mampulabaan jangka panjang dengan kemampuan suatu perusahaan untuk
memahami kebutuhan konsumennya dan memberi nilai pada mereka. Pada
sektor nirlaba, kepuasan konsumen adalah perwujudan kemampulabaan.

http://bit.ly/2hWWtlV

Perusahaan yang terus menawarkan produk barang atau jasa dengan pe-
makaian jangka panjang, akan mengalami penurunan dalam kebutuhannya.

62 | Competencies Entrepreneur
Kecuali, perusahaan tersebut telah siap untuk berubah dan menyesuaikan diri
dengan apa yang diinginkan pasar. Jika tidak bisa menyesuaikan, perusahaan
tersebut akan terlempar keluar dari persaingan bisnis.
Memproduksi produk barang atau jasa yang tidak dibutuhkan konsumen
secara terus-menerus adalah suatu pemborosan dan kegagalan, walaupun pro-
duksi barang atau jasa tersebut dinilai ekonomis. Apalagi dibenturkan dengan
produk barang atau jasa luar negeri. Dimana konsumen ternyata dapat mem-
beli apa yang mereka inginkan dari produsen luar negeri.
Perusahaan yang mengabaikan kepuasan konsumen dengan memperhati-
kan kebutuhannya, maka akan tertinggal dan tersisihkan oleh perusahaan lain
yang menghasilkan produk barang atau jasa sejenis. Perusahaan tersebut akan
tertinggal jauh dari pesaingnya. Dengan begitu, perusahaan tersebut akan ke-
hilangan pangsa pasarnya. Selanjutnya, akan terlempar dari persaingan.
Pertanyaannya, “Dalam memenuhi kebutuhan konsumen, bagaimana cara
memenangkan persaingan pasar sehingga konsumen menggunakan produk
barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan?”
Produk barang atau jasa yang dibutuhkan konsumen biasanya banyak je-
nisnya (banyak merek). Artinya, banyak perusahaan yang mengeluarkan produk
barang atau jasa yang sejenis. Sehingga, konsumen disuguhkan dengan banyak
merek yang dapat memilihnya untuk ia gunakan.
Untuk memenangkan persaingan pasar, bisa dimulai dengan mengiden-
tifikasi kebutuhan konsumen yang akan membeli atau menggunakan produk
barang atau jasa perusahaan. Ingat, konsumen bukan pasar. Tetapi sebuah pa-
sar (market) hanyalah suatu agregasi dari konsumen yang memiliki kesamaan
kebutuhan dan keinginan. Kenyataan, sebagian besar pasar terdiri dari bebe-
rapa subpasar. Dimana masing-masing subpasar berbeda. Misalnya, pasar pe-
nerbangan terdiri dari transportasi penumpang dan barang. Pasar transportasi
penumpang dapat dibagi menjadi MTK (Mengunjungi Teman dan Keluarga),
peringkat tinggi (perjalanan bisnis), dan sewa.
Kegagalan memahami kebutuhan kelompok-kelompok konsumen yang
berbeda ini akan berdampak pada kegagalan untuk menyediakan layanan yang
diinginkan pada tingkat harga yang diterima. Kemampuan untuk mengidenti-
fikasi kebutuhan kelompok konsumen yang dapat kita puaskan dengan tetap
menghasilkan laba adalah penting dalam manajemen pemasaran.

Competencies Entrepreneur | 63
3. Menyajikan Produk Lama dengan Cara Baru
Sebuah strategi sangat dibutuhkan dalam dunia bisnis. Strategi tersebut
dimulai dari proses produksi sampai dengan pemasaran. Proses produksi harus
memakai strategi yang efektif dan efesian, agar biaya produksi bisa ditekan
sehemat mungkin serta dapat dengan cepat dalam memproduksi barang dari
awal sampai barang tersebut jadi. Namun, hasilnya tidak mengurangi kualitas.
Dalam proses pemasaran juga diperlukan strategi jitu untuk memasarkan
produk barang atau jasa tersebut. Sehingga, produk tersebut dapat dengan
cepat dan mudah terakses informasinya oleh calon konsumen. Sehingga, kon-
sumen sudah tidak bingung dan ragu lagi untuk membeli dan menggunakan
produk barang atau jasa tersebut.
Jika sebuah perusahaan menggunakan strategi yang baik dalam produksi
maupun dalam pemasaran, maka produk barang dan jasa yang dihasilkannya
akan banyak diminati konsumen. Artinya, produk barang atau jasa tersebut ba-
nyak dibeli oleh konsumen untuk memenuhi kebutuhannya (laku terjual).
Dengan tingkat penjualan produk barang atau jasa tersebut akan berefek
pada laba yang diperoleh perusahaan. Dimana laba perusahaan akan mening-
kat. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap berkembangnya perusahaan.
Untuk meningkatkan penjualan produk barang atau jasa, tentunya strategi
pemasaran harus diperhatikan dengan cermat. Hal itu dilakukan agar tidak sa-
lah dalam memilih strategi pemasaran yang akan digunakan. Selain itu, teknik
pemasaran juga tidak kalah pentingnya. Teknik pemasaran bisa dikatakan seba-
gai kunci keberhasilan dari penjualan produk.
Strategi pemasaran dan teknik pemasaran merupakan dua sisi yang tidak
dapat dipisahkan. Dimana teknik pemasaran yang baik didukung oleh strategi
pemasaran yang efektif akan menghasilkan penjualan produk meningkat. Di
samping itu, loyalitas pelanggan untuk menggunakan produk tersebut akan
terus meningkat. Otomatis hal ini akan memberi keuntungan yang besar bagi
perusahaan.
Dalam penggunaan strategi dan teknik pemasaran harus terus dikaji, die-
valuasi, dan dikembangkan. Artinya, strategi dan teknik pemasaran yang baik
terus dijalankan, sedangkan strategi dan teknik pemasaran yang kurang baik
atau tidak baik diubah atau diganti dengan strategi dan teknik pemasaran baru.
Inilah bisa dikatakan proses memasarkan produk lama dengan cara baru.

64 | Competencies Entrepreneur
Dalam menyusun strategi dan teknik pemasaran harus hati-hati. Karena,
jika salah memilih akan fatal akibatnya. Bisa jadi perusahaan akan gulung tikar.
Buat dan susun strategi dan teknik marketing yang tidak rumit atau mudah
dijalankan serta sederhana. Karena, hal tersebut akan berefek pada keefektifan
dan keefesienan dalam memasarkan produk.
Berikut beberapa tips untuk memasarkan barang dengan lebih mudah:
a. Fokus
Jika menjalankan pemasaran produk dengan fokus, maka keberhasilan
marketing akan cepat diraih. Hal itu disebabkan semua pikiran dan perhati-
an kita terpusat dan kumpul dalam satu masalah, yaitu pemasaran produk.
Tidak sedikit orang yang gagal dalam menjalankan atau membangun usa-
ha. Salah satunya disebabkan tidak fokusnya orang tersebut dalam men-
jalankan atau membangun bisnis tersebut. Mereka beranggapan, bahwa
dengan banyak bisnis yang dijalankan maka pendapatan dirinya akan be-
sar. Ternyata tidak. Bahkan semua usaha yang dirintis dan dijalankannya
gulung tikar.
Fokus memiliki kekuatan yang luar biasa. Dimana energi yang dihasil-
kan akan lebih besar. Ini semua yang mendorong untuk mempercepat per-
tumbuhan dan perkembangan perusahaan. Kekuatan besar dalam menja-
lankan bisnis tersebut disebut dengan kekuatan fokus (the power of focus).
Banyak yang membuktikan, bahwa kekuatan fokus memiliki energi
yang luar biasa dalam menjalankan bisnis. Sebagai bukti, bagaimana peru-
sahaan Apple begitu gemilang dan meraih kesuksesan. Ia bukan hanya di-
kenal di negara asalnya yaitu Amerika Serikat, tetapi juga di seluruh dunia.
Apple fokus pada produknya dan sanggup menghasilkan miliaran dolar
hingga kini. Kesuksesan Apple tersebut karena mereka fokus dengan sum-
ber daya mereka dan produk yang lebih sedikit tapi inovatif. Dan, banyak
lagi perusahaan-perusahaan besar yang mendunia karena menjalankan
bisnisnya dengan menggunakan kekuatan fokus (the power of focus).
Ingat, fokus tidak berarti Anda menjual lebih sedikit. Sebaliknya, Anda
dapat meningkatkan produksi Anda di wilayah tertentu.

b. Kenali Pelanggan Anda


Mengenali calon pelanggan sebenarnya tidak sulit. Namun, diperlukan
kesabaran dan ketelitian. Karena bagaimanapun, calon pelanggan adalah
pemilik karakter yang tentunya berbeda dengan Anda. Oleh sebab itu, me-

Competencies Entrepreneur | 65
ngenali pelanggan pastinya tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat atau
hanya sekadar perkiraan belaka.
Kenali target market Anda. Dengan begitu akan membantu Anda da-
lam menyusun strategi marketing yang efektif. Target pasar Anda bisa me-
ngelompokkan menjadi beberapa kategori. Misalnya kelompok usia. Ambil
contoh usia 20-40 tahun. Di usia segitu merupakan usia produktif. Pastinya
menawarkan produk yang memang dibutuhkan oleh mereka di masa usia
produktif. Bisa saja produk teknologi seperti laptop yang dapat menunjang
mereka dalam bekerja.
Pemilihan kelompok gender juga bisa menjadi segmen yang Anda pilih
sebagai target pasar. Misalnya, Anda membidik wanita dengan kelompok
usia 20-35 tahun, jika ingin memasarkan produk sepatu wedges atau pro-
duk kecantikan.
Mengenal calon pelanggan atau target pasar Anda sangat penting.
Karena, ini akan lebih fokus dan tepat sasaran dalam memasarkan produk.
Jangan sampai salah sasaran dalam memasarkan produk Anda. Hal itu akan
memakan biaya dan waktu yang tidak sedikit. Dengan tepat sasaran dalam
memasarkan produk Anda, berarti Anda akan cepat meraih kesuksesan da-
lam penjualan.

c. Promosi
Promosi atau memperkenalkan produk bisnis Anda kepada konsumen
sangat diperlukan. Karena dengan promosi, produk Anda akan lebih cepat
diketahui oleh calon konsumen. Banyak media atau cara yang bisa dilaku-
kan dalam melakukan promosi. Bisa dengan iklan di media cetak atau elek-
tronik. Dan, masih banyak lagi alat promosi agar produk yang ditawarkan
dapat dengan cepat sampai informasinya kepada calon konsumen.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan promosi
produk, yaitu:
»» Usahakan agar promosi yang Anda lakukan tersebut konsisten, terus-
menerus, dan dengan cara-cara kreatif sehingga para pelanggan tidak
merasa bosan. Misalnya, mengirim pesan singkat kepada para custo-
mer jika sedang ada promo produk-produk Anda.
»» Lihat dan pelajari bagaimana upaya promosi yang dilakukan kompeti-
tor Anda. Jika penawaran Anda lebih unik dan menarik, lanjutkan upa-
ya promosi tersebut.

66 | Competencies Entrepreneur
»» Berikan kepuasan kepada pelanggan pertama yang telah membeli
produk Anda. Dengan mereka puas, maka secara tidak langsung Anda
melakukan promosi kepada teman-teman mereka. Mereka pasti akan
bercerita kepada temannya, bahkan akan merekomendasikan untuk
membeli produk Anda. Inilah yang disebut dengan promosi word of
mouth publicity. Kekuatan promosi dari mulut ke mulut ini memang
ajaib karena dapat menyebar dan menjaring pelanggan hingga berli-
pat-lipat. Oleh karena itu, siapkan diri Anda untuk membuat pelanggan
lebih nyaman berbisnis dengan Anda. Pelanggan yang merasa puas
dengan produk Anda akan menjadi pelanggan loyal yang dapat me-
narik pelanggan baru.

d. Lokasi Strategis
Pemilihan tempat merupakan salah satu faktor penting dalam strategi
pemasaran. Coba perhatikan minimarket selalu berada di jalan yang sibuk,
dimana traffic lalu lalang orang sangat tinggi. Itu merupakan strategi me-
reka dalam membidik pelanggan potensial.
Begitu juga dengan bisnis yang Anda jalankan. Lokasi strategis akan
menggaet lebih banyak pelanggan. Usahakan untuk memilih lokasi yang
tepat, strategis, agar kesempatan bisnis Anda untuk dapat diakses oleh pe-
langgan lebih terbuka.

e. Jalin Hubungan Baik dengan Pelanggan


“Mendapatkan pelanggan baru lebih mudah dibandingkan memper-
tahankannya.”
Ungkapan tersebut sangat benar, karena sekali pelanggan kecewa
maka mereka tidak akan pernah lagi membeli produk Anda. Jangan se-
kali-kali mengecewakan pelanggan. Loyalitas pelanggan akan berdampak
pada kesetabilan penjualan produk Anda, bahkan meningkat jika pelang-
gan baru bertambah sementara pelanggan lama tetap bertahan. Loyalitas
pelanggan harus diimbangi dengan memelihara hubungan baik dengan
mereka.
Ingat, memelihara pelanggan lama lebih murah biayanya dibanding-
kan dengan biaya mendapatkan pelanggan baru. Biaya yang dibutuhkan
untuk menarik pelanggan baru sekitar 6 kali lipat daripada memelihara pe-
langgan lama. Buatlah database pelanggan, masukkan data-data penting

Competencies Entrepreneur | 67
beserta kemajuan yang telah dicapai, hubungi mereka secara berkala, dan
informasikan pelanggan mengenai promo produk yang sedang berjalan,
dan lain-lain.

f. Internet Marketing
Internet marketing merupakan salah satu strategi marketing yang efek-
tif. Karena, hampir semua masyarakat kita sudah menggunakan internet se-
bagai penunjang berbagai kegiatannya. Jika Anda menggunakan internet
marketing sebagai media pemasaran, maka produk Anda akan lebih cepat
menyebar ke masyarakat. Banyak pebisnis yang sukses padahal mereka da-
lam memasarkan produknya hanya dengan menggunakan jejaring sosial
saja. Anda pun bisa menggunakan media internet tersebut. Apalagi kecen-
drungan masyarakat kita sudah bergeser pola belanja atau membeli suatu
produk yang dibutuhkannya. Dimana masyarakat kita sudah menggunakan
media internet untuk membeli produk. Hal ini dikarenakan mereka cen-
derung ingin berbelanja di luar jam buka toko, menghindari kemacetan,
dan lebih privasi. Kecendrungan masyarakat tersebutlah yang dapat Anda
gunakan sebagai salah satu alternatif memasarkan produk, yaitu internet
marketing.
Menciptakan inovasi baru dalam memasarkan produk sangat penting
dilakukan. Meniru pemasaran yang sudah sering digunakan para pesaing
tidak salah. Namun, strategi Anda akan mudah terbaca oleh pesaing Anda.
Beda jika strategi dan teknik pemasaran Anda, memang Anda ciptakan.
Strategi promosi baru tidak mudah dibaca oleh pesaing Anda. selain itu,
produk Anda tidak dinilai sebagai produk pasaran dan memiliki nilai lebih
di mata para konsumen.
Ingat, berbisnis harus beretika. Jangan menjatuhkan produk pesaing.
Karena, akan berefek buruk pada bisnis Anda. Bisa jadi berefek pada keti-
dakyakinan konsumen terhadap kualitas produk Anda.

4. Menyediakan Produk Lama dengan Desain Baru


Sebuah produk, baik produk barang maupun produk jasa, pasti memiliki
nama untuk memudahkan konsumen dalam mengidentifikasi produk yang
ditawarkan perusahaan. Nama yang dimaksud pada sebuah produk disebut
merek.
Merek memiliki nama khas bagi suatu produk. Merek akan dicantumkan
pada kemasan produk. Artinya, setiap produk akan memiliki kemasan yang

68 | Competencies Entrepreneur
menjadi khas bagi suatu produk. Kemasan biasanya memiliki desain yang khas
dan unik. Kehasan dan keunikan suatu produk didesain sedemikian rupa agar
dapat menarik minat konsumen untuk membelinya.
Desain kemasan dilatarbelakangi oleh pemasaran yang relevan. Hal ini
ditinjau dari segmen pasar yang dituju oleh suatu produk. Sehingga, desain
kemasan akan mempermudah segmen pasar sebagai calon konsumen meng-
identifikasi produk tersebut. Intinya, desain kemasan produk akan didesain
berdasarkan jenis produk dan juga segmen pasar yang dituju. Desain kemsan
berkaitan erat dengan strategis pemasaran.
Selain merek, pada kemasan juga akan dicantumkan beberapa informa-
si yang berkaitan dengan suatu produk. Hal ini dimaksudkan agar calon kon-
sumen dapat dengan mudah mengetahui apa saja yang terkandung dalam
produk tersebut serta apa saja fungsi dan kegunaannya. Dari informasi pada
kemasan tersebut, konsumen akan cepat dapat mengetahui keunggulan dan
kelebihan suatu produk dibandingkan dengan produk lain yang sejenis. Maka
dengan begitu, konsumen tau betul bahwa produk tersebut memang benar-
benar dibutuhkannya.
Merek dan desain kemasan juga akan mempengaruhi posisi penempatan
jika di-display di toko ritel. Hal ini memudahkan konsumen untuk mencari ke-
butuhannya yang ia maksud. Desain kemasan akan mempengaruhi terhadap
minat konsumen untuk membeli suatu produk karena ketertarikan kemasan
yang mencolok dibandingkan desain kemasan produk lain yang sejenis.
Selain desain kemasan, desain packaging juga akan mempengaruhi minat
konsumen untuk memilih produk tersebut dan mengabaikan produk lain yang
sejenis. Oleh sebab itu, merek, desain kemasan, spesifikasi produk, dan desain
packaging harus benar-benar diperhatikan dan dibuat semenarik mungkin agar
calon konsumen memilih produk Anda. Artinya, penjualan suatu produk akan
banyak dipengaruhi oleh merek, desain kemasan, spesifikasi produk, dan desa-
in packaging. Tujuan pembuatan desain kemasan menjadi lebih jelas pada saat
parameter pemasaran telah diidefinisikan dengan baik.

Competencies Entrepreneur | 69
Sumber: http://bit.ly/2jdFQWE

Metode desain kemasan, atau “bagaimana cara” pengembangan, ditentu-


kan oleh apakah tujuannya adalah untuk perkembangan produk baru, brand
awareness, perluasan merek yang ada ke lini produk baru, pengenalan varian
produk, atau reposisi merek, produk, atau jasa tanpa mempedulikan apakah
desain kemasan itu untuk produk baru atau produk yang sudah ada sebelumya.
Kuncinya, bagaimana desain kemasan itu dapat mengungguli dan mene-
robos kerumunan visual dalam kompetisi ritel ketika di-display. Mencuri per-
hatian calon pembeli melalui informasi subtle yang dinyatakan dalam kemasan
ini bagus/menarik, saya suka. Contoh bagus dalam kaitan penyesuaian adalah
kemasan minuman merek Coca Cola yang dikemas dengan warna dan sekaligs
penyampaian pesan branding yang berbeda pula.
Desain kemasan yang segar, modern dan dinamis mencerminkan kepriba-
dian merek yang unik dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari pada konsu-
mennya. Desain kemasan seperti ini akan mendapatkan perhatian konsumen
sebagai merek multinasional.
Umumnya, tujuan desain kemasan atau pembuatan desain packaging
menggunakan jasa desain profesional adalah: Pertama, menampilkan atribut
unik pada sebuah produk. Kedua, memperkuat penampilan estetika dan nilai
(value) produk. Ketiga, mempertahankan keseragaman dalam kesatuan merek
produk. Keempat, memperkuat perbedaan antara variasi produk dan lini pro-
duk. Kelima, mengembangkan bentuk kemasan berbeda yang sesuai dengan
kategori. Keenam, menggunakan material baru dan mengembangkan struktur

70 | Competencies Entrepreneur
inovatif untuk mengurangi biaya, lebih ramah lingkungan, aman dipakai, atau
meningkatkan fungsionalitas. Ketujuh, menetapkan nilai produk dengan cara
positioning dalam benak konsumen. Kedelapan, rebranding untuk mencapai
kesesuaian citra produk.
Agar tetap diminati oleh konsumen baru dan pelanggan yang loyal terha-
dap produk Anda, sebaiknya desain kemasan terus dievaluasi secara berkala.
Apalagi produk lain yang sejenis banyak bermunculan. Otomatis mereka meru-
pakan pesaing produk Anda di pasar.
Mengevaluasi desain kemasan secara berkala untuk memastikan, bahwa
desain tersebut sudah sesuai dengan permintaan pasar yang terus berubah.
Berkala yang dimaksud adalah dalam jangka waktu tertentu, misal satu tahun
sekali. Jika sudah dianggap sukses maka sebaiknya dikuatkan bukan dibiarkan
begitu saja. Dikuatkan dengan desain baru yang masih terdapat elemen-ele-
men desain yang mirip dengan desain kemasan yang lama. Dengan cara ini
konsumen tidak kaget dengan perubahan yang ada. Berubah sedikit demi sedi-
kit. Jika kemasan dianggap kurang sukses maka sebaiknya diganti dengan total
baru yang dikemudian diumumkan melalui promo dan iklan media massa.
Pada akhirnya para pengembang produk, pengusaha, pebisnis, produsen
produk, produsen material kemasan, desainer kemasan, dan tenaga pemasar-
an, kesemuanya memainkan peran dalam kesuksesan atau kegagalan desain
kemasan dalam memenuhi tujuan pemasaran suatu merek konsumsi.

5. Menciptakan Produk Baru


Ketika produk lama sukses meraih hati konsumen, maka selanjutnya ba-
gaimana cara mengembangkan produk untuk membuat produk baru yang
memang menopang terhadap produk lama. Para pebisnis harus memiliki jiwa
inovasi untuk memunculkan produk baru. Inovasi dalam membuat produk baru
memegang peranan penting. Ingat, inovasi sebagai bentuk kreativitas sebagai
pebisnis untuk mengembangkan produk merupakan cara utama dalam mera-
ih kesuksesan berwirausaha. Karena, tanpa kreativitas dalam berinovasi akan
mengalami kemunduran dan kelemahan dalam berbisnis. Pebisnis lama yang
kurang inovasi, lambat-laun akan tergilas dengan pebisnis baru yang memiliki
inovasi baru yang lebih unggul. Maka di sinilah hukum alam berlaku. Jika Anda
tidak ingin tersingkir dari dunia bisnis dan tetap berkembang, maka sebaiknya

Competencies Entrepreneur | 71
harus terus memiliki kreativitas dalam berinovasi. Sehingga, bisnis Anda tetap
menjadi pesaing yang handal oleh pebisnis baru.
Daya kreativitas tinggi diperlukan landasan berpikir maju. Gagasan-gagas-
an baru yang berbeda dibandingkan produk-produk yang telah ada. Berbagai
gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, ben-
tuk ataupun waktu. Membuat terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha
merupakan awal dari kemajuan bisnis Anda. Gagasan baru jangan dianggap
mustahil untuk diwujudkan, jika gagasan tersebut memang riil dan dapat dija-
lankan.
Melalui kreativitas dan gagasan baru akan menghasilkan produk yang ung-
gul dibandingkan produk lain yang sejenis. Melalui proses kreatif dan inova-
tif yang tinggi tersebut akan tercipta nilai tambah. Produk yang memiliki nilai
tambah tersebut akan menciptakan berbagai keunggulan termasuk keunggul-
an bersaing. Perusahaan seperti Microsoft, Sony, dan Toyota Motor, merupakan
contoh perusahaan yang sukses dalam produknya karena memiliki kreativitas
dan inovasi di bidang teknologi.
Agar ide-ide yang masih potensial menjadi peluang bisnis riil, maka wirau-
sahawan harus bersedia melakukan evaluasi terhadap peluang secara terus-
menerus. Proses penjaringan ide potensial menjadi produk dan jasa riil dapat
dilakukan melalui penciptakan produk baru dan berbeda. Ketika ide dimuncul-
kan secara riil, seperti dalam bentuk barang dan jasa baru maka produk dan
jasa tersebut harus berbeda dengan produk dan jasa yang ada di pasar. Selain
itu, produk dan jasa tersebut harus menciptakan nilai bagi pembeli atau peng-
gunanya. Oleh sebab itu, wirausahawan harus mengetahui secara terperinci pe-
rilaku konsumen di pasar.

72 | Competencies Entrepreneur
4
KEAHLIAN MENJADI PENGUSAHA
(COMPETENCIES ENTREPRENEUR)

Sumber: http://bit.ly/2ApqXVj

73
A. Pengertian dan Jenis Competencies Entrepreneur
Seorang entrepreneur, mau tidak mau harus berani dan mampu menghadapi
persaingan. Sehingga, seorang entrepreneur dituntut untuk memiliki kompetensi-
kompetensi yang dibutuhkan untuk memenangkan persaingan itu. Tak hanya me-
milikinya, seorang entrepreneur harus pula mampu menerapkan kompetensi-kom-
petensi tersebut dengan baik.

Sumber: http://bit.ly/2hP4Wrf

Kompetensi sebagai modal seorang entrepreneur


mendaki kesuksesan

Entrepreneur sukses adalah mereka yang memiliki kompetensi dalam ilmu pe-
ngetahuan, keterampilan, dan kualitas individu. Itu semua meliputi sikap, motiva-
si, nilai serta tingkah laku yang diperlukan untuk menghadapi kondisi lingkungan
yang mempengaruhi kinerja perusahaannya. Kesuksesan berwirausaha ditentukan
oleh kompetensi seseorang dalam mengelola bisnisnya. Ia mampu memadukan dan
menerapkan kompetensi yang dimilikinya dengan siklus bisnis. Perpaduan tersebut
akan melahirkan dan meningkatkan inovasi, unggul dalam persaingan, dan mening-
katkan kinerja perusahaan.
Kompetensi itu sendiri dibedakan menjadi dua kelompok besar, yakni kompe-
tensi kasat mata (hard competencies) dan kompetensi abstrak (soft competencies).

74 | Competencies Entrepreneur
Hard competencies mencakup kemampuan intelektual (IQ). Sedangkan soft compe-
tencies mencakup kemampuan pengelolaan emosi (EQ). Kedua tipe kompetensi ini-
lah yang wajib dimiliki seorang entrepreneur. Seorang entrepreneur tidak akan ber-
hasil secara maksimal dalam suatu hal jika hanya mengandalkan hard competencies
semata. Selalu dibutuhkan soft competencies untuk mendongkrak keberhasilan itu.
Hard competencies dan soft competencies merupakan modal utama yang mengan-
tarkan seorang entrepreneur mencapai kesuksesan usaha dan memenangkan persa-
ingan di tengah kompetisi lingkungan bisnis yang begitu ketat.

1. Hard Competencies bagi Entrepreneur


Pada saat Anda melamar pekerjaan, pertama dinilai adalah kemampuan
secara akademik. Kemampuan akademik akan menjadi pertimbangan bagi per-
usahaan atau instansi yang Anda lamar untuk menerima atau menolak. Jika
secara akademik bagus, maka Anda memiliki harapan lebih besar untuk diteri-
ma. Sebaliknya, jika kemampuan secara akademik saja kurang bahkan jauh di
bawah kriteria, maka secara otomatis perusahaan atau instansi akan menolak
lamaran Anda.

sumber: http://bit.ly/2i4tlt9

Kemampuan akademik akan terlihat dari nilai-nilai yang tertera pada ijazah
atau sertifikat. Nilai-nilai tersebut didapatkan dari sekolah-sekolah formal ma-
upun nonformal. Nah, kemampuan yang didapat dari sekolah formal maupun
nonformal inilah yang disebut dengan hard competencies. Hard competencies

Competencies Entrepreneur | 75
membicarakan tentang kemampuan intelektual (IQ/Intelligence Quotient) se-
seorang. Atau dalam istilah lain, hard competencies adalah kemampuan teknis
yang dimiliki oleh seseorang. Contoh hard competencies seperti kemampuan
berhitung, kemampuan pemrograman, kemampuan menganalisa, dan yang se-
jenisnya.
Hard competencies merupakan penguasaan keterampilan teknis dari ha-
sil pembelajaran yang berhubungan dengan suatu bidang ilmu tertentu. Hard
competencies diperoleh seseorang dari adanya peningkatan pengetahuannya
atas dasar jenjang pendidikan yang ditempuhnya. Contohnya bidang ilmu ke-
dokteran, science, teknologi, olahraga, seni dan bidang ilmu lainnya. Melihat
atau mengukur hard competencies seseorang dapat melalui riwayat pendidik-
annya. Atau nilai-nilai dalam dokumen-dokumen formal yang ia miliki (ijazah,
sertifikat, dan lain-lain).

2. Soft Competencies bagi Entrepreneur


Soft competencies adalah kompetensi yang terkait dengan keterampilan
seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skills) dan ke-
terampilan seseorang dalam mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skills). Jadi,
soft competencies adalah kompetensi yang berhubungan dengan kecerdasan
emosional (EQ/Emotional Quotient). Dalam wirausaha, contoh soft competenci-
es seperti kemampuan untuk mengelola proses pekerjaan, keterampilan men-
jalin hubungan dengan atasan/bawahan, keterampilan membangun interaksi
dengan orang di luar perusahaan, dan lain sebagainya.
Bisa dibilang, bagi seorang entrepreneur, peran soft competencies ini jauh
lebih vital ketimbang hard competencies . Pernahkah Anda melihat seseorang
yang meskipun selama belasan tahun bekerja, tetapi memiliki karir yang be-
gitu-begitu saja? Padahal orang tersebut punya performa kerja yang bagus dan
kemampuan intelektualnya mumpuni. Lalu, pernahkah Anda melihat seseorang
yang sebenarnya tergolong biasa-biasa saja, tidak lebih pintar dan cerdas dari
rekan kerjanya yang lain, tetapi ia bisa sukses dalam pekerjaannya, bahkan ka-
rirnya dapat terus naik?
Itulah pengaruh kemampuan soft competencies dalam menunjang kesuk-
sesan seseorang. Soft competencies erat kaitannya dengan seni membawa diri.
Orang yang memiliki kemampuan intelektual tinggi tapi tidak pandai memba-
wa diri di dunia bisnis, kemungkinan suksesnya menjadi kecil.

76 | Competencies Entrepreneur
Banyak penelitian dan nasihat orang-orang bijak yang mengkorfirmasi hal
tersebut, bahwa kesuksesan seseorang dalam bidang apa pun yang sedang
ia tekuni tak semata-mata karena kemampuan intelektual yang dimiliki (hard
competencies). Namun juga dipengaruhi oleh kemampuannya dalam mengelo-
la emosi (soft competencies). Bahkan hasil penelitian menunjukkan, 80% kesuk-
sesan manusia ditentukan oleh bagaimana cara ia membawa diri atau menge-
lola emosinya.
Jika dianalogikan, kemampuan yang dimiliki manusia sebagai gunung es.
Yang nampak di luar permukaan air ialah kemampuan hard competencies, se-
dangkan kemampuan yang berada di bawah permukaan air dan memiliki porsi
yang paling besar ialah kemampuan soft competencies. Soft competencies me-
rupakan kemampuan yang tidak tampak dan berhubungan dengan emosi ma-
nusia.
Lingkungan yang menjadi tempat Anda bekerja, tidak selalu menyediakan
suasana yang menyenangkan. Bahkan tak jarang konflik terjadi di tempat ter-
sebut. Misalnya, dengan bawahan, konflik dengan rekan bisnis, dan lain seba-
gainya. Nah, di saat itulah soft competencies memegang peranan. Jika Anda
memiliki soft competencies yang baik, maka konflik tersebut tidak akan mem-
pengaruhi kinerja Anda, karena Anda memiliki kemampuan membawa diri yang
baik. Sebaliknya, jika hal-hal yang mengganggu tidak bisa Anda sikapi dengan
baik, maka kinerja Anda menjadi terganggu, kalau sudah begini apakah kesuk-
sesan dalam bekerja dapat dicapai?
Kemampuan membawa diri yang baik di lingkungan usaha berpengaruh
positif pada usaha itu sendiri. Sebaliknya, Ketidakmampuan dalam membawa
diri menyebabkan kemunduran dan masalah yang dihadapi muncul lebih ba-
nyak.
Di dunia kerja saat ini, soft competencies menjadi kriteria utama yang dicari
oleh atasan selain kualifikasi standar. Dimana soft competencies terbukti lebih
penting dalam jangka panjang daripada keterampilan kerja. Soft competencies
mengacu pada sejumlah fitur, yaitu perilaku, manajemen keuangan pribadi, ko-
munikasi, dan lain-lain. Fitur tersebut mempengaruhi seseorang menjadi peker-
ja yang baik dan cocok untuk bekerja dalam tim.

Competencies Entrepreneur | 77
B. Ragam Kompetensi yang Dibutuhkan Entrepreneur
Bila mau dipecah lebih detail, kompetensi yang dibutuhkan entrepreneur ada
banyak sekali. Namun, diambil pokoknya, ragam kompetensi yang dibutuhkan se-
orang entrepreneur (yang mencakup soft competencies) terdiri atas: Kompetensi
Individu (Personal Cometencies), Kompetensi Bisnis (Business Competencies), dan
Kompetensi Manajemen (Managerial Competencies). Dalam tiga kelompok besar
kompetensi tersebut masing masing kompetensi memiliki beberapa kompetensi
penting yang berbeda-beda. Kompetensi-kompetensi ini bagi seorang entreprene-
ur menjadi modal dalam meningkatkan dan menunjang keberlangsungan kinerja
bisnisnya.

1. Kompetensi Individu (Personal Competencies)


Kompetensi individu merupakan kemampuan kinerja seseorang dalam
mengintegrasikan dan mengimplementasikan pengetahuan, keterampilan, si-
kap serta nilai-nilai pribadi berdasarkan pembelajaran dan pengalaman yang
dimilikinya sebagai upaya pelaksanaan tugas secara profesional, dan dapat
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dan mencocokkannya dengan pe-
luang dan ancaman. Kompetensi inti dalam kompetensi individu yang harus
dimiliki seorang entrepreneur adalah: Kompetensi Analisis (Analytical Thinking
competencies), Kompetensi Kreativitas (Creatibity Competencies), dan Kompe-
tensi Inovasi (Innovation Competencies).

Sumber: http://bit.ly/2lZCAPA

78 | Competencies Entrepreneur
a. Kompetensi Berpikir Analitik (Analytical Thinking Competencies)
Pentingnya kemampuan berpikir analitik (analytical thinking) dalam
membantu seseorang dalam mengumpulkan, mengartikulasikan, memvi-
sualisasikan, dan menganalisis informasi yang ada. Hanya melalui kemam-
puan berpikir analitis ini, peluang bisnis dapat diciptakan atau dibuat ka-
rena pemikiran analitis membantu memberi dukungan pada proses kreatif
melalui sebuah karya kreatif yang ringkas sehingga dapat mengurangi per-
saingan bisnis dengan menciptakan strategi bisnis yang kreatif. Bagi seo-
rang entrepreneur harus dapat berpikir dengan menggunakan otak bagian
kiri dan otak bagian kanan dalam mengelola dan menjalankan bisnisnya.
Pada otak bagian kiri seorang entrepreneur dimanfaatkan untuk berpikir
secara analitikal, sitematikal serta logikal dalam meningkatkan kinerja per-
usahaan guna menghadapi persaingan yang begitu ketat. Sedangkan otak
bagian kanan untuk membantu seorang entrepreneur berpikir secara ima-
jinatif, reaktif, dan inovatif.

b. Kompetensi Kreativitas (Creativity Competencies)


Kreativitas dan tingginya inteligensia seseorang memiliki hubungan
secara tidak langsung. Karena, dalam kehidupan banyak orang yang ber-
pendidikan memiliki kemampuan dalam menciptakan atau menjalankan
ide-ide yang berbeda. Di samping itu, tingginya inteligensia seseorang
juga akan mempengaruhi kepekaan terhadap lingkungan sekitarnya, ter-
masuk sering termotivasi oleh masalah yang menantang. Begitu juga orang
yang memiliki tingkat inteligensia yang tinggi membuat ia lebih fleksibel
serta kaya akan fantasi.
Pembangkitan ide secara individu akan terkait dengan kebebasan dan
beragam pola pikir. Ciri orang yang memiliki daya berpikir kreatif adalah
didasarkan pada (Winardi, 2003):
»» Mencoba mengemukakan ide-ide atau gagasan asli dengan membuat
keterkaitan baru di antara hal-hal yang telah diketahui.
»» Memperhatikan hal-hal yang tidak diduga,
»» Mempertimbangkan karakterisik pribadi seperti fleksibilitas dan spon-
tanitas dalam pemikiran,
»» Kerja keras untuk membentuk gagasan-gagasan sehingga orang lain
dapat melihat nilai dalam dirinya.

Competencies Entrepreneur | 79
Sumber: http://bit.ly/2AB3Win

Orang kreatif adalah:


»» Orang tersebut mampu mengobservasi situasi dan masalah-masalah
yang sebelumnya tidak diperhatikan orang lain.
»» Orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membangkitkan ide-
ide dan masalah-masalah yang dicapainya dari banyak sumber, ter-
masuk cenderung memiliki banyak alternatif terhadap masalah atau
subjek tertentu.
»» Orang tersebut seringkali menentang hal-hal yang bersifat klise dan ia
tidak terhalang oleh kebiasaan-kebiasaan yang terkadang mengham-
bat berpikir kreatif.
»» Orang tersebut memiliki kemampuan dalam mendayagunakan serta
menimba dari kekuatan-kekuatan emosional di bawah sadar yang di-
milikinya termasuk juga memiliki fleksibilitas tinggi dalam pemikiran
dan tindakannya.

Kreativitas merupakan sebuah proses yang dapat dikembangkan dan


ditingkatkan. Kemampuan dan bakat merupakan dasarnya. Tetapi, penge-
tahuan dari lingkungannya akan mempengaruhi kreativitas seseorang. Se-
lama ini terdapat anggapan bahwa hanya orang pintar saja atau jenius saja
yang memiliki kreativitas. Padahal anggapan itu tidak benar. Proses kreatif

80 | Competencies Entrepreneur
adalah proses mental yang di dalam proses itu pengalaman masa lampau
dikombinasikan kembali sering dengan beberapa distorsi dalam bentuk se-
demikian rupa sehingga orang muncul dengan pola-pola baru, konfigurasi
baru, aturan baru sehingga muncul pemecahan yang lebih baik yang dibu-
tuhkan manusia.

c. Kompetensi Inovasi (Innovation Competencies)


Berpikir kreatif akan melahirkan ide-ide brilian. Dari ide-ide brilian itu-
lah memunculkan hal-hal yang baru dan original. Namun, menyajikan se-
buah ide saja tidaklah cukup. Karena harus dibarengi dengan aplikasinya.
Ide brilian tanpa disertai dengan cara aplikasinya, bagaikan langit tanpa
bumi.
Berpikir kreatif entrepreneur harus memiliki ide brilian yang original
dan sekaligus menjadi pelopor dalam hal mengembangkan dan penerap-
annya (berinovasi) (Drucker, 1985). Artinya, inovasi seorang entrepreneur
mampu merubah ide dalam sekumpulan informasi yang berhubungan di
antara masukan dan luaran.
Inovasi terdapat dua hal, yaitu: inovasi produk dan inovasi proses. Ke-
duanya merupakan suatu perubahan terkait dengan upaya meningkatkan
atau memperbaiki sumber daya yang ada. Inovasi bisa dikatakan sebagai
cara memodifikasi untuk menjadikan sesuatu bernilai, menciptakan hal-
hal baru yang berbeda, merubah suatu bahan menjadi sumber daya dan
menggabungkan setiap sumber daya menjadi suatu konfigurasi baru yang
lebih produktif baik langsung atau pun tidak langsung.
Inovasi dipandang sebagai kreasi dan implementasi ‘kombinasi baru’.
Istilah kombinasi baru ini dapat merujuk pada produk, jasa, proses kerja,
pasar, kebijakan dan sistem baru. Dalam inovasi dapat diciptakan nilai tam-
bah, baik pada organisasi maupun masyarakat luas. Oleh karenanya, seba-
gian besar definisi dari inovasi meliputi pengembangan dan implementasi
sesuatu yang baru. Istilah ‘baru’ bukan berarti original tetapi lebih ke new-
ness (kebaruan). Arti kebaruan ini, bahwa inovasi adalah mengkreasikan
dan mengimplementasikan sesuatu menjadi satu kombinasi. ’Kebaruan’
juga terkait dimensi ruang dan waktu. ’Kebaruan’ terikat dengan dimensi
ruang. Artinya, suatu produk atau jasa akan dipandang sebagai sesuatu
yang baru di suatu tempat tetapi bukan barang baru lagi di tempat yang
lain. Namun demikian, dimensi jarak ini telah dijembatani oleh kemajuan

Competencies Entrepreneur | 81
teknologi informasi yang sangat dahsyat sehingga dimensi jarak dipersem-
pit. Implikasinya, ketika suatu penemuan baru diperkenalkan kepada suatu
masyarakat tertentu, maka dalam waktu yang singkat, masyarakat dunia
akan mengetahuinya.
Dengan demikian, ‘kebaruan’ relatif lebih bersifat universal. ‘Kebaruan’
terikat dengan dimensi waktu. Artinya, kebaruan di zamannya.
Terdapat sejumlah inovasi yang menimbulkan suatu perubahan besar
seperti inovasi teknik yang besar dan merupakan hal yang luar biasa. Ino-
vasi yang berhasil adalah inovasi yang sederhana dan mampu memanfaat-
kan perubahan yang sedang berlangsung. Inovasi yang berhasil juga ada-
lah inovasi yang terfokus dan ditujukan pada aplikasi yang didesain khas,
jelas dan cermat.
Inovasi memang lebih banyak melibatkan kerja fisik dari pada pemi-
kiran. Namun, inovasi juga tidak perlu bersifat teknis dan juga tidak perlu
berupa benda sama sekali. Dalam praktiknya, inovasi didasari atas tahapan
pengenalan, persuasi, pengambilan keputusan, implementasi, dan konfir-
masi yang sesuai dengan kemampuan mengadopsi baik aktif (innovator,
early adopter, dan early majority) dan pasif (late majority dan laggard) (Hu-
beis, 2005).
Jika dilihat dari kecepatan perubahan dalam proses inovasi, ada dua
macam inovasi, yaitu inovasi radikal dan inovasi inkremental. Inovasi radikal
dilakukan dengan skala besar, dilakukan oleh para ahli di bidangnya dan
biasanya dikelola oleh departemen penelitian dan pengembangan. Inova-
si inkremental merupakan proses penyesuaian dan mengimplementasikan
perbaikan yang berskala kecil.
Selanjutnya, Hubeis (2005) mengemukakan, bahwa apabila melihat je-
nisnya, terdiri dari empat jenis inovasi, yaitu penemuan, pengembangan,
duplikasi dan sintesis. Suatu inovasi dikatakan penemuan apabila merupa-
kan kreasi suatu produk, jasa atau proses baru yang belum pernah dilaku-
kan sebelumnya.
Inovasi yang efektif dimulai dari kecil. Ini dimaksudkan bahwa sebuah
inovasi tidaklah muluk-muluk dan mencoba untuk melakukan sesuatu yang
khas, karena secara umum gagasan yang terlalu muluk seperti mengarah
ke revolusi industri mungkin tidak dapat berjalan dan sulit terwujud. Kemu-
dian, inovasi tidak perlu mengarah pada tujuan akhir untuk menjadi sebuah

82 | Competencies Entrepreneur
bisnis besar. Karena, dalam kenyataannya tidak seorang pun dapat memas-
tikan terlebih dahulu apakah inovasi tertentu akan berakhir sebagai bisnis
besar atau sebagai sebuah prestasi yang biasa-biasa saja.

2. Kompetensi Bisnis (Business Competencies)


Memulai bisnis bagi kebanyakan orang bukanlah hal yang mudah. Hal
yang klasik, banyak pertimbangan di sana-sini sehingga tak jarang membuat
orang urung memulai bisnis. Semestinya memulai bisnis tidak menjadi salah
satu sumber ketakutan bagi setiap orang. Untuk menghilangkan ketakutan da-
lam memulai bisnis, seseorang bisa membuat persiapan bisnis yang matang
sehingga dapat menjalaninya dengan optimistis.
Secara statistik, hampir seluruh kegagalan bisnis kecil dan menengah di-
sebabkan karena tidak adanya atau kurang efektifnya perencanaan bisnis yang
dibuat.
Asumsi-asumsi seperti kapasitas produksi, tingkat utilisasi produksi, pro-
yeksi kenaikan harga dan biaya dan aspek lainnya dalam perencanaan bisnis
haruslah menggambarkan secara akurat realitas pasar atau praktik yang ada
dalam suatu industri.
Sistematika perhitungan dan proyeksi pendapatan dan biaya harus dibuat
secara tepat sehingga membantu setiap calon pengusaha untuk menghitung
secara akurat kebutuhan modal investasi dan modal kerja termasuk struktur
biaya untuk persiapan awal, tahap percobaan, produksi secara komersial, in-
ventori, distribusi, pemasaran, administrasi, sumber daya manusia dan juga
komponen pendapatan usaha yang terdiri dari pendapatan inti dan tambahan.
Pemahaman yang baik atas hal ini juga akan membantu calon entrepreneur
untuk dapat mengindentifikasi potensi risiko bisnis, manajemen dan keuangan
dan membuat langkah-langkah pengendalian untuk dapat menghindari setiap
risiko tersebut.

a. Kompetensi Strategi Pemasaran (Strategic Marketing Competencies)


Kemampuan strategi pemasaran adalah kemampuan dalam memilih
dan menganalisa pasar sasaran yang tertuju pada suatu kelompok orang
yang ingin dicapai oleh perusahaan dan menciptakan bauran pemasaran
yang cocok dan dapat memuaskan pasar sasaran tersebut.
Strategi dasar diperlukan oleh suatu perusahaan guna dapat mengua-
sai pangsa pasar (market share) dalam penguasaan luas pasar ataupun po-

Competencies Entrepreneur | 83
sisi pasar (market position) yang mantap guna membuat kedudukan yang
kokoh dari suatu produk pada suatu pasar. Misalnya, kita bisa melihat mo-
bil-mobil buatan Jepang memiliki pangsa pasar yang luas di Indonesia. Bila
dibandingkan dengan mobil-mobil buatan Jerman, mereka tidak memiliki
pangsa pasar yang luas di Indonesia, tetapi memiliki market position yang
tidak tergoyahkan.

http://bit.ly/2hhXVid

Strategi pemasaran sangat diperlukan dan merupakan satu kemampu-


an yang sangat penting guna memperhatikan kebutuhan serta keinginan
konsumen, dan bukan sekadar menjual barang atau jasa yang bisa dipro-
duksi dan juga tidak mengutamakan mencari laba sebanyak-banyaknya,
melainkan bagaimana memproduksikan barang yang diproduksi dapat
menarik para konsumen dan menggunakan produk yang kita buat.
Beberapa peranan kemampuan dalam strategi pemasaran barang dan
jasa bagi seorang entrepreneur adalah:
»» Meningkatkan pola berpikir jauh ke depan (out of the box) mencoba
untuk menggebrak pasar dengan sesuatu yang baru.
»» Koordinasi tim pemasaran yang lebih efektif dan terarah dengan ada-
nya strategi pemasaran.
»» Strategi pemasaran membantu wirausahawan mendetailkan tujuan
apa yang ingin perusahaan capai. Baik jangka panjang ataupun jangka
pendek.

84 | Competencies Entrepreneur
»» Untuk peningkatan mutu ataupun kualitas pelayanan sangat diperlu-
kan pengawasan kegiatan pemasaran lebih efektif berdasarkan stan-
dard prestasi kerja yang ditetapkan.

b. Kompetensi Analisis Pasar (Market Analysis Competencies)


Seorang entrepreneur harus pula memiliki kompetensi analisis pasar
agar dapat menganalisa dan mempelajari berbagai masalah pasar me-
nyangkut lokasi pasar, luasnya pasar, sifatnya pasar, dan karakteristik pasar.
Keberhasilan usaha perusahaan dapat ditentukan oleh ketepatan strategi
pemasaran yang diterapkannya, tetapi harus berdasarkan situasi dan kon-
disi dari analisis pasarnya. Di dalam menganalisis pasar, perusahaan perlu
meninjau jenis pasar produknya, motif dan perilaku, segmen pasar, dan
penentu sasaran pasarnya. Masalah yang perlu dianalisis di dalam pasar
adalah besarnya pasar, ruang lingkup pasar, struktur pasar, share pasar,
serta peluang-peluang pasar. Mengenai besarnya pasar dapat ditentukan
oleh besarnya permintaan dan penawaran terhadap barang atau jasa yang
dibutuhkan para konsumen. Sedangkan mengenai ruang lingkup pasar,
biasanya mencakup luasnya pasar, misalnya luas pasar menurut geogra-
fis, pendidikan para konsumen, profesi para konsumen, tingkat umur para
konsumen, dan lain sebagainya.
Struktur pasar adalah susunan suatu kekuatan yang terdapat pada
penjual, maupun pada pihak pembeli sendiri. Di dalam analisis pasar selalu
menyangkut masalah letak (lokasi) pasar, periklanan, luasnya pasar, sifat-
sifat pasar, dan karakteristik pasar.

c. Kompetensi Hubungan Pasar (Relational Marketing Competencies)


Kompetensi relationship marketing sangat penting bagi seorang entre-
preneur dan menjadi pembicaraan menarik di kala perusahaan mencoba
mengembangkan strategi yang tepat menghadapi konsumen yang memi-
liki banyak pilihan. Betapa tidak, berbagai konsep yang selama ini diguna-
kan, ternyata ada kurang tepatnya untuk mengantisipasi masalah-masalah
yang muncul. Konsep-konsep pemasaran yang berbentuk transaksional
ternyata kurang tepat menghadapi situasi persaingan bisnis yang semakin
ketat. Dalam situasi demikian. Kemunculan konsep relationship marketing
merupakan suatu solusi yang tepat. Konsep relationship marketing mene-
kankan pada proses transaksi yang sedang berlangsung dan memanfaat-

Competencies Entrepreneur | 85
kannya sebagai dasar untuk hubungan pemasaran yang berkelanjutan di
masa depan.
Relationship marketing adalah suatu proses berkelanjutan yang
mensyaratkan suatu perusahaan agar menjalin komunikasi tetap dengan
konsumen untuk memastikan tujuan tercapai, dan memadukan proses re-
lationship marketing ke dalam rencana strategik sehingga memungkinkan
perusahaan mengolah sumber daya dengan baik dan memenuhi kebutuhan
konsumen di masa yang akan datang. Tujuan utama dari relationship mar-
keting sebenarnya adalah untuk menemukan lifetime value dari pelanggan.
Setelah lifetime value didapat, tujuan selanjutnya adalah bagaimana agar
lifetime value masing-masing kelompok pelanggan dapat terus diperbesar
dari tahun ke tahun. Setelah itu, tujuan ketiganya adalah bagaimana meng-
gunakan profit yang didapat dari dua tujuan pertama untuk mendapatkan
pelanggan baru dengan biaya yang relatif murah.

Sumber: http://bit.ly/2zs0vwG

Dengan demikian, tujuan jangka panjangnya adalah menghasilkan ke-


untungan terus menerus dari dua kelompok pelanggan, pelanggan yang
sekarang dan pelanggan yang baru. Dengan terwujudnya hubungan yang
kuat antara perusahaan dan pelanggan, diharapkan perusahaan dapat me-
ngetahui dan memahami dari kebutuhan dan keinginan pelanggan, mewu-
judkan harapan-harapan mereka, dan perusahaan dapat melakukan me-
reka dengan lebih baik lagi. Sehingga pelanggan mendapatkan pelayanan

86 | Competencies Entrepreneur
dan kepuasan yang maksimal dari pelayanan yang di berikan oleh perusa-
haan tersebut.

3. Kompetensi Manajemen (Managerial Competencies)


Kemampuan manajerial adalah kemampuan untuk mengatur, mengoordi-
nasikan dan menggerakkan para bawahan ke arah pencapaian tujuan yang te-
lah ditentukan organisasi. Esensi pengusaha adalah memiliki kemampuan ma-
najerial usaha yang profesional yang memiliki pengetahuan mengenai produk.
Namun yang terjadi di lapangan, seringkali ditemukan para pengusaha yang
tidak dapat mengelola usahanya dengan baik atau tidak dikelola sesuai dengan
porsinya sehingga bersifat parsial.
Berdasarkan penelitian, manajerial menjadi fokus pelatihan pengembang-
an kompetensi karena pengetahuan manajemen masih lemah pada empat in-
dikator. Pertama, bagaimana memasarkan gagasan. Kedua, kelemahan dalam
mengelola stakeholder. Ketiga, kemampuan menghadapi risiko (hasilnya ren-
dah). Keempat, pengelolaan sumber daya. Maka melalui kegiatan ini, kelemah-
an tersebut dapat dieliminir.
Dalam organisasi yang berukuran besar, kesempatan manajer untuk meng-
adakan kontrak dengan seluruh bawahan relatif sangat kecil. Lebih-lebih dalam
organisasi yang besar yaitu organisasi yang ruang lingkup operasinya nasional
atau internasional. Dengan demikian, kegiatan mengintegrasikan, mengoordi-
nasikan dan menggerakkan para bawahan oleh manajer puncak dilakukan me-
lalui pendelegasian wewenang kepada manajer dan manajer pengawas.
Kemampuan manajerial tidak begitu saja muncul. Kemampuan ini lahir dari
suatu proses yang panjang yang terjadi secara perlahan-lahan melalui proses
pengamatan dan belajar. Bukti dari kemampuan manajerial adalah sejauhmana
kelompok kerja yang dipimpin mampu berkinerja secara optimal. Dalam hal ini,
manajer di semua tingkatan harus mampu menunjukkan bahwa mereka sang-
gup dekat secara emosional dengan bawahan sehingga bawahan memberikan
dukungan dengan komitmen yang kuat pada kelompok kerjanya.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi manajerial sangatlah pen-
ting bagi seorang entrepreneur dalam mengelola internal perusahaan. Ada tiga
kompetensi inti dari kompetensi manajerial, yaitu: Kompetensi Kerja sama (Te-
amwork competencies), Kompetensi Kepemimpinan (Leadership competencies),
dan Kompetensi Jaringan Bisnis (Network competencies).

Competencies Entrepreneur | 87
a. Kompetensi Kerja Sama (Teamwork Competencies)
Kerja sama (Teamwork) adalah keinginan untuk bekerja sama dengan
orang lain secara kooperatif dan menjadi bagian dari kelompok. Bukan
bekerja secara terpisah atau saling berkompetisi. Kompetensi kerja sama
menekankan peran sebagai anggota kelompok, bukan sebagai pemimpin.
Kelompok disini dalam arti yang luas, yaitu sekelompok individu yang me-
nyelesaikan suatu tugas atau proses.
Di sinilah seorang entrepreneur harus dapat mengelola kerja sama ke-
lompok di dalam perusahaan agar tujuan yang telah ditetapkan perusa-
haaan tercapai. Sukses tidaknya suatu tim, sangat tergantung dari kualitas
anggota tim. Di antaranya kualitas anggota tim dalam membangun kerja
sama di dalam tim (teamwork).

Sumber: http://bit.ly/2hkXG9y

Menurut Suhardjono (2012), setiap anggota tim dituntut untuk mam-


pu dan mau melaksanakan kegiatan dalam mencapai tujuan tim. Karena
itu, kemampuan dan keterampilan yang berkaitan dengan subtansi yang
dipermasalahkan, serta kemampuan dan keterampilan dalam bekerja sama
seperti menghargai orang lain, memperluas wawasan pengetahuan, meng-
ungkapkan ide, pendapat dan tanggapan, serta bernegosiasi, menjadi sa-
ngat-sangat penting.

88 | Competencies Entrepreneur
Perilaku yang harus ditunjukkan oleh seorang entrepreneur untuk
kompetensi kerja sama tim (teamwork) adalah mampu secara konsisten
menampilkan perilaku-perilaku tersebut di tempat kerjanya dengan indi-
kator perilaku di antaranya:
»» Kepercayaan
Mendorong orang lain dalam tim untuk membentuk dan membangun
kepercayaan dan saling membantu dalam melaksanakan pekerjaan ke-
lompok.
»» Menghormati perbedaan dan menonjolkan kekuatan
Membangun sinergi di antara orang-orang dari latar belakang yang
berbeda dan menggunakan kelebihan individu untuk membentuk tim
yang lebih baik yang memberikan hasil yang berarti.
»» Komitmen terhadap tujuan tim
Mendorong orang lain untuk memiliki komitmen terhadap tujuan/ke-
sepakatan tim dan membangkitkan kerja sama tim sebagai cara utama
untuk mencapai tujuan yang luas.
»» Umpan balik yang konstruktif
Mengevaluasi, memeriksa hasil kerja, menyediakan umpan balik dan
rekomendasi dalam bagaimana memperbaiki diri untuk mencapai tu-
juan tim.
»» Keterlibatan dan partisipasi
Memberikan nasihat dan bimbingan pada pihak lain dalam memperki-
rakan lingkup kerja, penilaian kualitas kerja, dan sebagainya. Meyakin-
kan orang lain untuk mengambil inisiatif dalam melaksanakan tugas.
Menjelaskan lingkup kerja dan memberikan kesempatan pada orang
lain untuk berperan lebih aktif dalam kelompok.
»» Penanganan konflik
Mengantisipasi situasi konflik dan menyediakan solusi untuk menga-
tasinya.

b. Kompetensi Kepemimpinan Kelompok (Team Leadership Competencies)


Kepemimpinan kelompok dapat diartikan keinginan untuk mengambil
peran sebagai pemimpin dalam suatu kelompok dan memastikan adanya
kejelasan di antara anggota kelompok. Kepemimpinan kelompok umum-
nya (tetapi tidak selalu) muncul dari posisi atau otoritas formal. Kelompok
juga dapat diartikan secara luas sebagai kelompok apa pun di mana sese-

Competencies Entrepreneur | 89
orang mengambil peran sebagai pemimpin. Tujuannya adalah membuat
orang percaya dan komitmen terhadap visi dan misi organisasi, menimbul-
kan antusiasme, energi dan komitmen bagi kelompoknya.

Sumber: http://bit.ly/2hPBDoH

Realita dilapangan seorang entrepreneur sering mengandalkan pada


satu bidang kemampuan alami yang dimilikinya dengan mengabaikan ke-
terampilan inti untuk meningkatkan efektivitas keterampilannya. Setiap
orang dibekali refleks untuk berkembang, tetapi karena menyadari adanya
persaingan dalam hidup, sehingga seseorang merasa perlu untuk duduk di
bangku pendidikan menimba ilmu guna memiliki kemampuan lebih baik
dari kemampuan alami yang telah dimiliki.
Oleh karena itu, pada titik berikutnya disadari adanya sifat kepemim-
pinan bawaan yang juga cenderung memicu tumbuhnya sikap kewirausa-
haan. Banyak keterampilan yang membuat para pemimpin dan pengusa-
ha sukses yang bisa dipelajari, dikembangkan, dipraktikkan, dan terasah.
Sehingga melalui pengalaman dan pelatihan, seseorang lebih mengenal
tentang kepemimpinan yang berfokus pada keterampilan untuk mengem-
bangkan wawasan dan pengambilan keputusan yang dipandu oleh: visi,
misi dan tujuan, komunikasi, pengorganisasian, dan sinergisme saat pe-
ngelolaan perusahaan. Yang jelas, seseorang yang berjuang mati-matian,
meski tidak memiliki karisma alami, mencoba untuk menyatakan pikiran-
nya pada orang lain. Walaupun dalam penilaian awal seharusnya ia gagal

90 | Competencies Entrepreneur
menjalankan peran kepemimpinan dan wirausaha, maka pertanyaannya,
mengapa seseorang tetap berkembang? Karena dia bekerja keras untuk
belajar dan mengembangkan apa yang dia bisa. Dan orang-orang seba-
gai pimpinannya bisa melihat usahanya dan bersedia mentoleransi keku-
rangan atau kelemahannya. Bahkan, kelemahannya menjadi menawan bagi
yang memimpinnya. Peran kepemimpinan dan kewirausahaan merupakan
faktor kunci dalam melakukan pelbagai terobosan, khususnya dalam me-
ningkatkan intelectual human capital yang tidak dapat ditawar lagi.
c. Kompetensi Jaringan Bisnis (Networking Competencies)
Kompetensi jaringan (networking competencies), sebagai kemampuan
untuk membangun interaksi sosial dalam menunjang pelaksanaan tugas
seperti perencanaan, koordinasi dan pengendalian juga tentang kemam-
puan untuk membangun dan memanfaatkan jaringan dengan mitra seperti
investor, mitra teknologi dan pemasaran, dan pemangku kepentingan lain-
nya. Jaringan semacam itu memfasilitasi interaksi sosial yang memungkin-
kan sumber daya dipertukarkan dan bermanfaat untuk diciptakan.
Pengusaha yang memiliki kompetensi jaringan (networking compe-
tencies) terbukti efektif dalam menggunakan jaringan sebagai bagian dari
perencanaan strategis dalam mencapai hasil yang menguntungkan. Peng-
usaha perlu melakukan banyak negosiasi, dan mereka terus bertemu dan
berinteraksi dengan individu di dalam dan di luar bisnis mereka.

Competencies Entrepreneur | 91
5
KISAH MEREKA
YANG SUKSES BERWIRAUSAHA

Sumber: http://bit.ly/2j7jLJd

92
S
alah satu cara yang cukup efektif mempelejari entrepreneurship adalah de-
ngan meniru praktik-praktik terbaik. Apa maksudnya? Yaitu dengan mem-
pelajari hal-hal terbaik dari tokoh-tokoh entrepreneur yang terbukti sudah
berhasil, lalu menirunya. Mengambil pelajaran dari keberhasilan dan kegagalan me-
reka.
Tidak perlu ragu meniru perjalanan sukses tokoh-tokoh tersebut. Cara-cara
yang mereka tempuh sudah nyata membuahkan hasil. Rugi rasanya jika kita ma-
sih berkutat mencari resep sukses berwirausaha sementara praktik-praktik terbaik
sebenarnya sudah terpampang di depan mata. Meniru mereka, selain menyingkat
waktu tempuh, juga membuat kita dapat meminimalisir terjadinya kegagalan. Di
lingkungan akademis, meniru memang tindakan buruk. Tapi dalam masalah ini, me-
niru justru bisa menjadi hal baik yang kita lakukan.
Sam Walton, pemilik dan pendiri Wal Mart, jaringan supermarket terbesar di
Amerika Serikat, sukses besar karena meniru. Awalnya Sam mempelajari dan meniru
apa yang dilakukan oleh pesaingnya, K-Mart, yang menjadi pemimpin pasar kala itu.
Sam Walton meniru semua yang dilakukan K-Mart mulai dari bagaimana men-
desain outlet, menetapkan harga, melayani pelanggan, bahkan sampai pada bagai-
mana barang-barang K-Mart ditata. K-Mart kala itu dianggap yang terhebat dan
Sam berprinsip semua yang terbaik harus ditirunya. Dan hasilnya? Seiring waktu Wal
Mart berkembang pesat. Dan hebatnya, Wal Mart kemudian tampil sebagai kekuat-
an besar. Supermarket ini mengalahkan K-Mart yang dulu ditirunya.
Dari kisah sukses Sam Walton itu, setidaknya kita bisa mengambil pelajaran
bahwa: jangan malu meniru perjalanan orang-orang sukses dalam mencapai keber-
hasilannya. Bisa jadi, dari meniru itu kita bisa menjadi lebih sukses.
Berikut ini kita simak kisah para entrepreneur menempuh jalan sukses mereka.
Mari kita ambil pelajaran terbaik dari mereka. Selanjutnya, kita aplisakan semua
pelajaran itu di dunia nyata.

Competencies Entrepreneur | 93
A. Tin’Collection: Perpaduan Antara Kreativitas dan Intuisi
Sebuah kreativitas yang diramu dan diolah dengan intuisi yang tajam serta ino-
vasi untuk menyajikan bentuk baru dan berbeda, ternyata mampu menciptakan
karya-karya yang bernilai tinggi. Inilah yang dilakukan Tin’Collection. Tin’Collection
adalah usaha butik yang digeluti oleh kakak beradik, Tini Suniawati dan Maryani,
perempuan-perempuan asli dari kampung Purabaya, Jampang Tengah, Kabupaten
Sukabumi.
Tini Suniawati, awalnya hanyalah seorang biasa yang memiliki sedikit keahli-
an tentang busana. Keahlian itu ia dapat dari kursus tata busana dan menjahit di
tempat kelahirannya. Pada tahun 2004, Tini, begitu sapaan akrabnya, mulai merintis
usaha butiknya di kota Depok, tepatnya di Komplek Timah Blok AA. 1 No. 29, Kota
depok. Waktu itu, ia baru saja menikah dengan pria pujaan hatinya yang asal Betawi.
Seiring waktu, pelan tapi pasti, rintisan usaha butik Tini mulai berkembang. Ini
tak lepas dari kepiawaiannya membuat pola dan memotong kain, sehingga bu-
sana-busana yang ia hasilkan banyak disukai konsumen. Jenis-jenis busana yang
ia hasilkan seperti pakaian kebaya, brukat blus, baju muslim, dan
busana-busana wanita lainnya.
Usaha ini ini didukung oleh adiknya, Maryani, SE. Sang
adik adalah seorang sarjana lulusan STIE MBI, Jakarta. Ma-
suknya Maryani, ternyata memberikan kontribu-
si sangat positif bagi kemajuan Tin’Collection.
Apalagi Maryani mengambil konsentrasi keah-
lian Manajemen Pemasaran dengan penelitiannya
tentang Ekuitas Merek. Maryani mengungkapkan
keterbaruan bentuk model desain pakaian mampu me-
ningkatkan nilai tambah yang akan mampu meningkatkan
merek Tin’Colection.
Kolaborasi kakak beradik ini menjadikan Tin’Collection
semakin berkembang. Tini dengan kreativitas dan ide-idenya,
mampu menciptakan peluang. Sementara, bakat Maryani di bi-
dang pemasaran dan model, menjadi nilai tambah yang signifi-
kan bagi kemajuan usaha. Alhasil, Tin’Collection semakin dikenal
masyarakat, bukan hanya di kota Depok, bahkan gaungnya sudah
sampai ke Jakarta (khususnya Tanah Abang), Bekasi, Bogor, dan

94 | Competencies Entrepreneur
Bandung. Tak berhenti di situ, sekarang ini, karya-karya busana Tin’Colletion bahkan
sudah merambah mancanegara, khususnya Dubay dan Malaysia.

Keberhasilan Tin’Colletion tentu saja membanggakan. Di sisi lain, membesar-


nya Tin’Collection, membuat usaha ini mampu menciptakan lapangan kerja. Ia se-
cara nyata memberikan kontribusi positif bagi kesejahteraan masyarakat. Saat ini,
Tin’Collection memiliki bagian-bagian khusus dalam pengerjaan produknya. Ada
bagian khusus menjahit, bagian sum dan setrika. Sementara itu, untuk menjaga
kualitas produknya tetap prima, bagian pola dan memotong kain masih ditangani
sendiri oleh Tini. Setiap hari, rumah produksi Tin’Collection terus dibanjiri pesanan.
Rata-rata per harinya, Tin’Collection mampu menyediakan produk unggulan mini-
mal enam potong pakaian wanita siap jual. Jasa menjahit ditentukan sesuai dengan
tingkat kesulitan dan model maupun jenis kainnya, dari mulai seratus lima puluh
ribu rupiah hingga jutaan rupiah.

Competencies Entrepreneur | 95
B. Omset Ratusan Juta Rupiah ‘Hanya’ dari Peyek

Sumber: http://bit.ly/2AmvDuk

Filsa Budi Ambia, sukses mendulang omset hingga Rp165 juta/bulan


berkat bisnis peyeknya

Peyek, makanan ringan sejenis keripik khas masyarakat Jawa. Makanan ringan
ini memang cukup digemari, dan siapa sangka, ‘hanya’ dari makanan ringan terse-
but seseorang ternyata bisa meraih kesuksesan besar di dunia usaha.
Adalah Filsa Budi Ambia, 29 tahun, pria asli Banyumas yang lama tinggal di
Balikpapan. Berbekal kreativitas, ia berhasil membuka usaha peyek kepiting dengan
omset penjualan tiap bulannya tembus Rp165 juta.
“Alhamdulillah, sekarang omset per bulan Rp165 juta,” kata Filsa.
Seperti apa kreativitas Filsa yang membuatnya berhasil di usaha ini? Filsa ber-
hasil memadukan peyek yang biasanya hanya dicampur kacang atau teri itu, de-
ngan bahan lain yang belum pernah dicampurkan orang, kepiting. Inilah yang men-
jadikan peyek hasil produksi Filsa memiliki nilai tambah.
“Saya ingin peyek ini naik kelas. Lalu saya pikir nilai tambahnya apa, dengan
kemasan biasa tentu nggak cocok. Di Kalimantan itu banyak kepiting, saya pikir
tes dulu, lalu penggunaan bumbu saya akurasi dan dikemas menarik lalu diberi ke
teman-teman,” paparnya.
Filsa memulai bisnis barunya itu Februari 2013. Saat itu ia hanya mengolah 1 kg
daging kepiting untuk menghasilkan 20 pcs peyek kepiting. Siapa sangka ini awal
pintu masuk Filsa menjadi wirausahawan sukses.

96 | Competencies Entrepreneur
“Dari modal Rp75.000 itu akhirnya banyak yang pesan. Harganya ada yang Rp
20.000/pcs dan ada Rp 10.000/pcs, akhirnya dapat omset Rp150.000,” paparnya.
Pengembangan bisnis dari hari ke hari terus dilakukan Filsa. Saat ini rutinitas
Filsa memproduksi peyek kepiting mencapai 2.000 pcs per hari dari 40 kg kepiting
yang diolah. Berkat jerih payahnya, Filsa sudah memiliki 21 pegawai.
“Produk saya sudah dijual di toko oleh-oleh di Kalimantan Timur, ritel modern
seperti hipermarket. Lalu hubungan dagang partnership dengan distributor di Ja-
karta. Dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi produk saya ada,” tuturnya.
Awalnya, Filsa hanyalah seorang yang hidup susah. Ia pernah bekerja menjadi
sopir, tertipu bisnis gelap, hingga sampai menjual cincin pernikahannya.
“Tahun 2007 saya merantau ke Balikpapan, bekerja jadi sopir di perusahaan
tambang yang gajinya tidak menutupi untuk hidup. Kemudian resign tahun 2010
dan buka usaha ayam goreng, bangkrut. Kemudian saya coba berbisnis martabak
mini franchise, sudah memiliki 35 cabang bangkrut juga di tahun 2012,” tuturnya.
Pada 2012 Filsa pernah kena tipu investasi Rp120 juta dan punya utang banyak.
Pada waktu itu, dirinya sudah punya anak.
“Anak saya menangis minta susu. Di situ titik balik saya sadar. Cincin kawin
akhirnya dilepas dan digadai, uangnya buat beli susu, sama bayar kebutuhan hidup
lain. Tinggal Rp100.000, ini awal mula saya membuat peyek kacang lalu berubah
menjadi peyek kepiting,” katanya.

C. Devi Septalia: Sukses Lewat Kreativitas dan Kejelian Melihat Peluang

Sumber: http://bit.ly/2zAKWjV

Devi Septalia

Competencies Entrepreneur | 97
Peluang usaha itu bisa ada di mana saja. Yang kita butuhkan sebenarnya hanya-
lah kejelian melihatnya, setelah itu dibutuhkan pula keberanian mengeksekusi pelu-
ang tersebut. Hal inilah yang dilakukan Devi Septalia hingga ia berhasil mengubah
hidupnya menjadi wirausahawan sukses.
Awalnya, bekerja sebagai karyawan swasta membuat Devi Septalia merasa je-
nuh dan tidak bisa bebas menuangkan idenya sebagai orang yang memiliki passion
di bidang kreatif. Ia pun kemudian memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya di
salah satu perusahaan swasta di daerah Jawa dan kembali ke kampung halamannya,
Lampung.
“Saat itu saya mulai bosan dengan pekerjaan saya yang monoton, benar-benar
bertolak belakang dengan passion saya yang sukanya bikin hal-hal baru,” akunya.
Melihat sang suami yang memiliki usaha di bidang fotografi, wanita berumur
26 tahun ini merasa tergerak untuk memanfaatkan keahlian yang ia miliki untuk
membantu usaha suaminya.
“Saya tuh orangnya gak bisa diem, pengennya bisa bantu suami cari duit. Cuma
waktu itu terhambat nggak bisa ninggalin pekerjaan rumah, apalagi harus jaga
anak, kan. Tapi saya pikir masih bisa bantu suami tanpa harus kerja di luar rumah,
ya dengan bantu usaha suami, bikin properti pendukung untuk menunjang usaha
dia,” papar ibu 3 anak ini.
Selain untuk mendukung usaha sang suami, Devi tergerak untuk membuat par-
ty stuff karena melihat peluang yang sangat besar dalam bidang ini.
“Setiap hari pasti ada yang ulang tahun, jadi setiap hari pasti ada yang butuh
perlengkapan ulang tahun. Dari situ saya melihat peluang bisnis di bidang party
stuff sangat besar,” katanya.
Menurutnya, salah satu cara untuk bisa menjangkau semua orang yang beru-
lang tahun adalah dengan memasarkan produknya secara online. Ia pun kemudian
memutuskan untuk berjualan di Tokopedia dengan brand “Outlet Kyta”.
Dan benar saja, pemasaran lewat online semakin memudahkan Devi untuk
menjangkau target pasarnya di seluruh Indonesia. Terlebih lagi dari bisnis online
yang ditekuninya, ia mampu menjalani perannya sebagai wirausaha sekaligus ibu
rumah tangga, tanpa harus mengorbankan waktu bersama keluarga.
“Tokopedia sukses membantu saya mengembangkan Outlet Kyta. Saya sebagai
perempuan pun masih bisa berperan sebagai ibu rumah tangga sekaligus menjadi-
kan hobi sebagai sumber penghasilan.”

98 | Competencies Entrepreneur
Bahkan outlet Kyta yang awalnya hanya mendukung usaha sang suami, kini jus-
tru lebih berkembang dan pendapatan dari outlet Kyta pun sudah bisa memenuhi
kebutuhan ekonomi keluarganya.
“Dari semua yang saya tekuni, saya belajar bahwa peluang itu tidak mengenal
status sosial, latar belakang, dan juga pendidikan,” tandasnya.

D. Marshall Utoyo: Raih Sukses dengan kerja keras dan Kemitraan


Apakah Anda pernah mendengar Fabelio.com? Fabelio adalah suatu portal web
dalam bidang furnitur yang menghubungkan antara pembeli dan penjual beragam
furnitur berkualitas tinggi. Produk- produk yang dijual oleh penjual melalui Fabelio
adalah furnitur berkualitas premium dengan harga terbaik.
Co-Founder Fabelio.com, Marshall Utoyo memberikan tips-tips bagaimana se-
seorang bisa menjadi entrepreneur sukses. Katanya, “Kamu nggak bisa leha-leha
kalau mau jadi pengusaha. Kalo emang lo mau leha-leha, ya cari perusahaan yang
mau nerima lo leha-leha!”
Begitulah, apa yang dikatakan Marshall memang benar adanya. Jangan pernah
berpikir kalau menjadi pengusaha itu bisa hidup santai saja dan duduk manis me-
nerima penghasilan dari jerih payah karyawan.

Sumber: http://bit.ly/2yS7ZJQ

Marshall Utoyo

Competencies Entrepreneur | 99
Bagi seorang pengusaha, haram hukumnya jika hanya bermalas-malas ria. Seo-
rang pengusaha punya tanggung jawab yang besar untuk memastikan perusahaan
berjalan dengan baik. Tak hanya itu, kesejahteraan karyawan juga berada di pundak
pengusaha. Apalagi kalau yang dijalankan adalah perusahaan rintisan atau star-
tup. Sudah barang tentu ada banyak hal yang harus dikerjakan pengusaha. Mulai
dari mulai pekerjaan manajerial sampai teknis. Jauh dari kata leha-leha. Karenanya,
untuk mewujudkan mimpi membangun bisnis sendiri, mulai hari ini, kuatkan tekad
dan mental lebih dulu. Agar ke depannya nanti kita siap menghadapi segala tan-
tangan yang menghadang.
Selain kerja keras, berdasarkan pengalaman Marshall Utoyo, bermitra dengan
teman bisa memudahkan langkah saat membangun bisnis. Marshall mengatakan
bahwa teman adalah salah satu kunci kesuksesan. Ketika kita merintis sebuah usaha,
kita butuh partner untuk mewujudkan ide-ide brilian yang kita miliki.
Misalnya, Anda adalah seorang yang pawai membuat aksesoris. Ingin membu-
ka usaha aksesoris di internet tetapi buta sama sekali mengenai dunia e-commerce.
Nah, di saat inilah Anda membutuhkan partner. Tentunya, partner yang dicari adalah
yang memang sudah mumpuni soal e-commerce. Dengan begitu, usaha yang
Anda inginkan bisa segera diwujudkan.

E. Ferry Unardi: Menangkap Peluang dari Sebuah Masalah


Saat ini, Traveloka telah menjadi salah satu situs paling sukses di Indonesia.
Situs ini adalah rujukan penting bagi siapa saja yang sedang mencari dan membu-
tuhkan tiket perjalanan. Baik perjalanan melalui transportasi udara maupun trans-
portasi darat. Tak hanya tiket transportasi, Traveloka juga menyediakan informasi
mengenai penginapan.
Di balik kesuksesannya kini, tahukah Anda, bahwasanya Traveloka pada awalnya
hanyalah lahir dari sebuah ide yang sangat sederhana?
Ferry Unardi, sang CEO Traveloka mengungkap sejarah berdirinya Traveloka.
Awalnya, Ferry kerap mengalami kesulitan setiap kali ia memesan tiket pesawat.
Kesulitan yang dialaminya itu lantas ia ubah menjadi sebuah peluang. Ferry yang
kala itu masih kuliah di Harvard lantas memutuskan berhenti demi membangun
bisnis di bidang reservasi tiket pesawat. Sekarang, bisa kita lihat Traveloka sebagai
salah satu startup reservasi online tiket pesawat terbesar di tanah air. Kembali ke
awal, ternyata semuanya berawal dari hal yang sederhana: sebuah kegelisahan yang
kemudian diubah menjadi peluang.

100 | Competencies Entrepreneur


Sumber: http://bit.ly/2zws0VG

Ferry Unardi

F. Chairul Tanjung Si Anak Singkong, dari Bisnis Fotokopi hingga Raja


Media
Nama Chairul Tanjung sudah barang tentu bukan lagi nama asing di telinga
kita. Pengusaha sukses Indonesia ini merupakan pemilik CT Corpora atau CT Corp
yang menaungi tiga perusahaan sub holding; Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global
Resources yang meliputi layanan finansial, media, ritel, gaya hidup, hiburan, dan
sumber daya alam. Chairul Tanjung adalah sosok pengusaha yang namanya men-
cuat justru ketika Indonesia dilanda badai krisis ekonomi beberapa tahun yang lalu.
Di tengah banyaknya pengusaha-pengusaha besar Indonesia yang terpuruk, bisnis
Chairul Tanjung tetap eksis bahkan melejit naik. Terobosan-terobosan di dunia bis-
nis yang ia lakukan cukup spektakuler, hingga sebutan the rising star sempat diala-
matkan kepadanya.
Perjalanan sukses Chairul Tanjung (selanjutnya disingkat CT) bukanlah perjalan-
an yang mudah, melainkan proses yang penuh liku dan perjuangan. Perjalanan CT
dari awal berbisnis hingga menjadi orang yang masuk jajaran orang-orang terkaya
dunia versi majalah Forbes ini sangat menarik untuk disimak.

Competencies Entrepreneur | 101


Berangkat dari keluarga yang sederhana, CT tumbuh menjadi pribadi yang
tangguh, pekerja keras, serta memiliki tekad atau motivasi yang besar untuk ber-
hasil. Motivasi itu kian tertanam kuat ketika ia memasuki awal kuliah di jurusan
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, biaya masuk kuliah kala itu sebesar Rp 75
ribu rupanya dibayar dengan uang hasil gadaian kain halus dari ibunya. Sejak saat
itu CT pun bersumpah tidak akan meminta uang lagi kepada orang tuanya untuk
membiayai hidup dan kuliahnya.
Petualangan CT di dunia bisnis pun dimulai. CT berusaha keras mencari uang
sendiri di kampus. Saat itu ia menemukan satu celah bisnis. Berawal dari kebiasa-
an mahasiswa yang ketika itu harus fotokopi diktat praktikum dari dosen, CT pun
memanfaatkannya dengan mencari fotokopi dengan harga lebih rendah dibanding
harga fotokopi yang ada di sekitar kampus. Keuntungan pertama yang didapat CT
dari membisniskan fotokopi diktat ini sebesar Rp 15 ribu, jumlah uang yang luma-
yan besar kala itu. Rupanya, keuntungan pertama tersebut menjadi lecutan bagi CT
dalam berbisnis. Selanjutnya CT bekerja sama dengan pemilik mesin fotokopi mem-
buka usaha fotokopi di bawah tangga kampus. Selain itu, masih di area kampus
CT terus mengembangkan kemampuannya dalam berbisnis, ia mencoba bisnis lain
seperti menjual stiker, pembuatan kaos, hingga penjualan buku bekas.
Setelah menyelesaikan kuliahnya di UI, CT meneruskan bisnis dan mencoba
membuka toko yang menjual alat-alat kedokteran gigi di daerah Senen, Jakarta
Pusat. Namun tak lama berselang toko tersebut merugi dan gulung tikar karena
kebiasaan mentraktir teman-teman kampus membuat keuangannya jebol.
Kegagalan tak menjadikan langkah CT terhenti. Ia mencoba bangkit dan me-
langkah lagi dengan menggandeng dua temannya mendirikan pabrik yang mem-
produksi sepatu. Pada perkembangan selanjutnya, pabrik yang rencana awalnya
pabrik sepatu malah menjadi pabrik sandal, pasalnya pesanan yang datang saat itu
bukan sepatu, melainkan sandal. Secara bertahap pabrik yang ia kelola dengan ker-
ja keras dan penuh cucuran keringat tersebut berkembang pesat. Dari satu pabrik
menjadi dua, tiga, empat dan seterusnya hingga memiliki satu kawasan industri di
bawah naungan induk yang bernama Para Group.
Bisnis CT tak berhenti di situ, pada tahun 1996 ia mengakuisisi sebuah bank
yang hampir mati dan menjadikannya sebuah bank besar yang diperhitungkan, yai-
tu bank Mega. Beberapa tahun kemudian CT juga berhasil mendirikan sebuah stasi-
un televisi besar, Trans TV, dilanjutkan dengan mengambil alih TV 7 milik Kelompok

102 | Competencies Entrepreneur


Kompas Gramedia (KKG). Selanjutnya, raksasa ritel asal Perancis, Carrefour, berhasil
juga di akuisisi CT pada tahun 2010.

Sumber: http://bit.ly/2iO3ULI

Caherul Tanjung

Yang menarik dari pribadi CT, di balik kesuksesan besarnya dalam dunia bisnis,
tak menjadikannya lupa diri. Pembawaannya selalu apa adanya dan kepedulian sosi-
alnya pun tinggi. Filosofinya dalam berbisnis adalah jangan serakah dan selalu ber-
bagi. Ini dibuktikannya secara nyata dalam berbagai kegiatan sosial yang dilakukan,
baik atas nama pribadi maupun di bawah bendera korporasi miliknya.
Bagi CT, seorang pengusaha harus memiliki fungsi sebagai lokomotif. Dengan
fungsinya sebagai lokomotif, maka seorang pengusaha menjadi penggerak dalam
pengembangan sektor usaha. Pengusaha tidak boleh memiliki karakter pengisap-
an ekonomi seperti yang dilakukan bangsa asing yang dulu menjajah negara ini
yang notabene memperkaya diri sendiri tanpa menghiraukan kepentingan sosial.
Orang-orang miskin harus digerakkan menuju produktivitas, bukan hanya sebagai
objek sedekah dan kedemarwanan pengusaha-pengusaha kaya. Alih-alih sebagai
pertolongan, menjadikan orang miskin hanya sebagai objek sedekah merupakan
kejahatan kemanusiaan, merampas kehormatan dan harga diri orang miskin.

Competencies Entrepreneur | 103


Mengenai kiat sukses yang dilakoni, CT mengungkapkan bahwa dalam ber-
bisnis jangan terlalu banyak berpikir, berhitung atau banyak renacana. Hal terse-
but malah menjadikan bisnis yang hendak dijalani urung dilakukan. Untuk menjadi
seorang pengusaha harus memiliki keyakinan. Kegagalan bukanlah apa-apa, bu-
kan dosa, juga bukan sesuatu yang memalukan. Yang penting tidak selalu gagal
di tempat yang sama. Dan untuk berhasil, CT mengangap pendidikan memiliki pe-
ran yang amat penting. Sekolah atau pendidikan memang tidak menjadi jaminan
mutlak keberhasilan dapat diraih, kenyataannya ada orang yang tidak sekolah bisa
juga berhasil menjadi pengusaha. Akan tetapi menurut CT pendidikan membuat
kemungkinan berhasil menjadi lebih terbuka lebar dibanding orang yang tidak tidak
sekolah.

Pandai Membangun Networking


Salah satu kemampuan paling menarik yang dimiliki CT, yang secara nyata juga
menjadi modal besar dalam mengantarkannya pada kesuksesan adalah kepiawai-
annya membangun jaringan (networking). Dalam hal ini CT terkenal pandai menjaga
persahabatan dengan berbagai pihak.
Sejak kecil CT memang telah diberi kelebihan sifat mudah bergaul dengan sia-
pa saja. Ia tak pernah punya rasa minder bergaul dengan teman-temannya di SMP
yang mayoritas berasal dari keluarga kaya. Latar belakang keluarganya yang miskin
tak menghalanginya membangun pertemanan dengan siapa saja.
Dengan kemampuannya membangun jaringan pertemanan yang baik, maha-
siswa UI tempat CT kuliah dulu hampir semua mengenal dirinya. Tidak hanya maha-
siswa, dosen, staf hingga rektor kampus pun kenal baik dengannya. Hebatnya lagi,
hubungan pertemanan dengan mahasiswa, dosen hingga rektor ini terus terjaga
hingga CT masuk dalam dunia bisnis di luar kampus. Semua jaringan pertemanan
ini telah ia rasakan manfaatnya dalam mendukung bisnisnya.
Dalam berbagai kesempatan, CT selalu menegaskan pentingnya jaringan (net-
working) dalam membangun bisnis. Pertemanan yang baik akan membantu proses
berkembang bisnis yang dikerjakan. Ketika bisnis pada kondisi tidak bagus maka je-
jaring bisa diandalkan. Berteman dengan siapa saja tidak masalah, bahkan petugas
pengantar surat pun memiliki arti yang penting.
Mengembangkan jaringan merupakan persyaratan terbentuknya kepercayaan.
Dan kepercayaan adalah kunci sukses dalam kehidupan secara luas. Bagi CT, modal

104 | Competencies Entrepreneur


memang penting dalam membangun dan mengembangkan bisnis. Namun menda-
patkan mitra kerja yang andal adalah segalanya.

Sumber: http://bit.ly/2hffFui

Apa yang lakukan CT sejalan dengan pernyataan semua orang sukses dunia.
Jaringan atau networking menjadi hal utama dalam membangun sebuah usaha.
Jaringan memiliki kekuatan untuk mengubah hidup menjadi luar biasa. Seorang
Donald Trump bahkan pernah berkata, jika dia kehilangan semuanya, maka yang
segera dicari adalah perusahaan network marketing yang bisa dipercaya.
Sebagai mahluk sosial, pada dasarnya membangun hubungan dengan sesa-
ma merupakan insting alami yang menjadi kebutuhan setiap orang. Setidaknya ada
empat tujuan atau motif dari terjalinnya hubungan dengan sesama, hal ini telah
dikenal dalam literatur ilmu komunikasi. Motif atau tujuan ini tidak selamanya dike-
mukakan secara sadar oleh pihak-pihak yang terlibat. Artinya, secara umum suatu
proses hubungan yang terjadi mau tidak mau, sadar tidak sadar, pasti mencakup tu-
juan-tujuan tersebut, yaitu; sebagai proses menemukan, membina dan memelihara
hubungan, alat meyakinkan, untuk mencari kepuasan.
Salah satu tujuan utama komunikasi adalah penemuan diri (personal discovery)
Bila kita berhubungan dengan orang lain, pada hakikatnya kita sedang belajar me-
ngenai diri sendiri selain juga tentang orang lain tersebut. Kenyataannya, persepsi-
diri kita sebagian besar dihasilkan dari apa yang telah kita pelajari tentang diri sen-

Competencies Entrepreneur | 105


diri dan orang lain selama proses komunikasi, khususnya dalam perjumpaan-per-
jumpaan antarpribadi.
Dengan berbicara tentang diri kita sendiri dengan orang lain kita memperoleh
umpan balik yang berharga mengenai perasaan, pemikiran, dan perilaku kita. Dari
perjumpaan seperti ini kita menyadari, misalnya bahwa perasaan kita ternyata tidak
jauh berbeda dengan perasaan orang lain. Pengukuhan positif ini membantu kita
merasa “normal.”
Cara lain di mana kita melakukan penemuan diri adalah melalui proses perban-
dingan sosial, melalui perbandingan kemampuan, prestasi, sikap, pendapat, nilai,
dan kegagalan kita dengan orang lain. Artinya, kita mengevaluasi diri sendiri seba-
gian besar dengan cara membanding diri kita dengan orang lain. Kesimpulannya
dari ini, dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara lebih baik diri kita sen-
diri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Tetapi, komunikasi juga memungkin-
kan kita untuk menemukan dunia luar—dunia yang dipenuhi objek, peristiwa, dan
manusia lain.
Tujuan selanjutnya dalam berhubungan dengan orang lain adalah membina
dan memelihara hubungan baik. Kita ingin merasa dicintai dan disukai, dan ke-
mudian kita juga ingin mencintai dan menyukai orang lain. Kadang kala kita di-
tuntut menghabiskan banyak waktu dan energi untuk membina dan memelihara
hubungan sosial. Kita berkomunikasi dengan teman dekat di sekolah, di kantor, dan
barangkali melalui telepon. Kita berbincang-bincang dengan orangtua, anak-anak,
dan saudara.
Hubungan yang terjalin dengan baik pada gilirannya menjadi sarana tumbuh-
nya kepercayaan. Kepercayaan yang tercipta ini sangat bermanfaat untuk berbagai
hal dalam kehidupan. Dalam dunia bisnis kepercayaan ini menjadi modal berharga
yang tak tergantikan. Jika kita belum mengenal seseorang, maka kitapun tidak akan
langsung percaya dengan seseorang tersebut. Sebaliknya jika kita telah mengenal
seseorang, maka kita pun tidak ragu untuk percaya dengan seseorang tersebut.
Dari sini terlihat bahwa, siapa yang memiliki banyak networking, maka dia akan
memiliki peluang besar berhasil dalam karir dan kehidupannya. Karena itu di mana
pun kita berada, sebaiknya kita menjalin hubungan yang baik dengan siapa pun,
tentunya bergaul dengan orang-orang yang tidak memberikan pengaruh buruk da-
lam hidup kita.

106 | Competencies Entrepreneur


Pepatah lama mengatakan, ‘Bukan apa yang Anda tahu, tetapi siapa yang Anda
kenal.’ Pepatah ini mengisyaratkan bahwa, hubungan pribadi biasanya lebih penting
daripada pengetahuan khusus. Dalam dunia bisnis, ketika network sudah terbentuk,
segala strategi bisnis mudah direalisasikan, karena saluran komunikasi terjalin de-
ngan lancarnya. Hal ini juga berlaku di bidang-bidang yang lain. Seorang wartawan
yang kurang pergaulan bisa dipastikan akan mengalami kesusahan meliput peristi-
wa dan mencari narasumber, akibatnya laporan liputan telat terus, hal ini disebab-
kan tidak adanya bantuan dari pihak lain. Banyaknya kenalan, relasi atau networking
juga merupakan aset yang menguntungkan bagi para pelaku agen properti misal-
nya. Dengan adanya network, maka seorang agen properti akan lebih mudah dalam
memasarkan jualannya. Network tersebut bisa jadi adalah para pelaku investor, atau
daftar teman atau kenalan yang memang sedang mencari properti.
Membangun jaringan butuh usaha yang ekstra keras, kita selaku yang berke-
pentingan harus mau keluar dari zona nyaman, turun langsung ke lapangan dan
berinteraksi dengan orang lain. Dari sini kita akan dapat mempelajari berbagai ma-
cam karakter dan wawasan. Setiap orang memiliki ide-ide yang berbeda, di antara-
nya banyak yang bagus dan dapat membantu kita menjalin koneksi yang baik.
Membangun jaringan juga membutuhkan proses yang panjang, bercermin dari
CT, jaringan yang dibangunnya telah dimulai saat ia masih kuliah. Komunikasi yang
buruk menciptakan hubungan yang buruk. Oleh karena itu, untuk dapat memba-
ngun jaringan dengan baik, kita juga harus mengetahui cara berkomunikasi yang
baik.
Ada banyak teknik komunikasi efektif yang telah dikemukakan para ahli komu-
nikasi. Namun bila ingin meneladani apa yang telah dilalui CT dalam membangun
network, setidaknya ada 3 poin penting yang ia lakukan, yaitu:

1. Niat yang Baik


Dalam membangun networking, modal utama CT adalah niat yang baik.
Dirinya tak pernah sedikit pun memiliki niat menjatuhkan siapa pun, dan ini
yang dijadikannya pilar utama memperluas pertemanan dengan siapa saja, baik
yang jauh berada di atas ataupun melebar horizontal ke samping. Berkat hal ini,
CT sukses dalam bisnis dan memiliki jaringan yang amat luas, bahkan mantan
Presiden SBY mengakui profesionalisme CT, SBY menyebut CT sebagai orang
yang piawai menjaga pertemanan.

Competencies Entrepreneur | 107


Membangun hubungan yang baik seperti yang dilakukan CT memang tidak
mudah. Saat menghadapi suatu masalah yang berhubungan dengan interaksi
antar manusia, kita suka sekali mencari-cari pihak yang perlu disalahkan atas
hal yang terjadi. Tak ada hal baik yang terjadi saat kita selalu bersikap menya-
lahkan orang lain dan membenarkan diri sendiri. Alih-alih mendapat manfaat,
sikap menyalahkan orang lain ternyata menjadi salah satu biang yang menye-
babkan munculnya emosi-emosi negatif, yang menjadi pemicu terjadinya rasa
marah, benci, iri hati, cemburu, dan frustasi.
Emosi negatif yang paling umum yang muncul dari sikap menyalahkan
adalah rasa marah. Kemarahan memiliki dampak yang paling merusak diban-
dingkan emosi negatif lainnya. Bahkan kemarahan yang tidak terkendali bisa
merusak kesehatan, hubungan, keluarga, bisnis, dan lain-lain. Selain itu juga
bisa menjadi sumber pemicu timbulnya peperangan dan konflik-konflik besar
lainnya. Kemarahan bisa timbul saat orang dipersalahkan, dikritik secara des-
truktif, selanjutnya seseorang yang merasa diserang akan menunjukkan sikap
membela diri dan perasaan benci, dendam.
Pada kenyataannya, tidak ada seorang pun yang rela dipersalahkan. Ke-
banyakan orang merasa dirinya selalu benar dalam setiap hal yang mereka la-
kukan. Jadi, begitu seseorang mulai menyalahkan orang lain, dan yang lebih
buruk lagi, mulai menuntut orang lain untuk mengaku bahwa dirinya bersalah
maka pertengkaran pun dimulai.
Resep jitu untuk hal ini adalah jangan pernah menyalahkan orang lain se-
cara membabi buta. Jika fakta-fakta memang menunjukkan seseorang bersa-
lah, berusahalah mengemukakan pendapat dengan sehalus mungkin, sebaik
mungkin, untuk meminimalisir emosi-emosi negatif yang bisa ditimbulkannya.
Ingat, sikap menyalahkan orang lain akan selalu menjadi sesuatu yang tidak
menyenangkan apapun keadaannya.
Jika suatu saat kita melakukan kesalahan dan dipersalahkan, untuk meng-
hapuskan rasa marah yang mungkin kita alami adalah dengan menerima tang-
gung jawab. Sikap menerima tanggung jawab ini akan secara langsung meng-
hentikan timbulnya emosi kemarahan. Semua energi yang diperlukan untuk
membentuk amarah diputuskan begitu saja. Katakan, “Saya yang bertanggung
jawab atas hal ini” maka rasa marah akan terhenti.

108 | Competencies Entrepreneur


2. Percaya Diri
Seperti telah disinggung sebelumnya, meskipun berangkat dari keluarga
miskin dan memang menyadari hal itu sepenuhnya, CT tak pernah memiliki rasa
minder saat bergaul. Ini merupakan kunci suksesnya membangun pertemanan
dengan berbagai kalangan.
Kepercayaan diri pada prinsipnya tumbuh dari rasa memiliki, percaya bah-
wa kita mempunyai kapabilitas dan mengetahui sepenuhnya bahwa apa yang
kita kerjakan adalah sebuah karya yang berharga. Rasa percaya diri pada masa
kanak-kanak adalah sebuah landasan yang penting, yang nantinya sangat ber-
manfaat sebagai penunjang kepribadiannya kelak di kemudian hari. Dan se-
bagai orang tua, tujuan utama untuk mengembangkan rasa percaya diri pada
anak, adalah untuk memastikan bahwa anak berkembang menjadi anak yang
bangga dan konsep dirinya positif, menghargai dirinya dan juga percaya pada
kemampuan dirinya untuk dalam mengatasi tantangan di sekitarnya.

Sumber: http://bit.ly/2jlM7jf

Kepercayaan diri memegang peranan penting dalam berinteraksi dengan


orang lain. Jika kita percaya diri, kita akan sanggup mengutarakan gagasan-
gagasan atau ide, dan pendapat yang bagus. Ini akan sangat menguntungkan
dibandingkan ketika kita hanya memendam gagasan-gagasan tersebut hanya

Competencies Entrepreneur | 109


karena tidak PD mengutarakannya pada orang lain. Bagaimana orang lain tahu
kecerdasan yang kita miliki jika kita malu untuk memperlihatkannya. Kepercayaan
diri yang kuat mampu mewujudkan apa yang kita ingin orang lain menilai anda.
Jika saat ini di antara kita merasakan sering menghujat diri sendiri, me-
mandang rendah diri sendiri, minder, tidak percaya diri, maka sudah saatnya
harus mengubah kebiasaan tersebut, kita harus mengubah apa yang telah kita
percayai tentang diri secara negatif tadi.
Langkah untuk menghilangkan keyakinan negatif pada diri dimulai dengan
proses pembebasan potensi diri sendiri. Caranya dengan mempertanyakan
kembali keyakinan-keyakinan yang telah terbentuk yang sifatnya membatasi
potensi diri. Selanjutnya, bayangkan bahwa keyakinan negatif itu semuanya ti-
dak benar atau belum tentu benar. Bayangkan bahwa anda dapat menjadi, atau
melakukan, atau memiliki apapun yang benar-benar diinginkan. Bayangkan
anda berada di dalam kondisi yang tidak memiliki keterbatasan kemampuan
sama sekali.
Dalam berkomunikasi hal ini mampu menentukan keberhasilan dan efek-
tifitasnya. Kita dapat mengubah gambaran diri kita menjadi orang yang ber-
pengaruh, tenang, percaya diri, dan tidak pernah gentar terhadap apa pun.
Dengan begitu anda dapat menetapkan sasaran apa pun dalam berinteraksi
dengan orang lain, kemudian meraihnya.
Saat membayangkan diri sendiri, sebenarnya kita sedang mengirimkan se-
bentuk pesan tertentu pada alam bawah sadar. Alam bawah sadar kemudian
akan menerima pesan ini sebagai layaknya satu perintah, dan kemudian akan
mengoordinasikannya dengan pikiran, kata-kata, dan tindakan-tindakan se-
hingga pikiran, kata-kata, dan tindakan-tindakan itu akan sejalan dengan pola
yang konsisten dengan gambaran yang telah kita ciptakan.
Gambaran mental atau imej yang kita miliki selanjutnya mampu mempe-
ngaruhi berbagai emosi, perilaku, sikap, dan bahkan juga bagaimana orang lain
akan berinteraksi dengan kita. Artinya, orang akan memberikan sikap dan reak-
si terhadap apa yang kita bayangkan sebagai diri kita tadi.
Kualitas kepercayaan diri ini akan menentukan kualitas hubungan sosial
dengan orang lain. Semakin kita menyukai dan menghargai diri sendiri, maka
kita akan cenderung menghargai dan menghormati orang lain, dengan begitu
orang lain akan merasa nyaman bergaul dengan kita.

110 | Competencies Entrepreneur


3. Memahami Lawan Bicara
Ada hal yang menarik ketika melihat cara komunikasi CT yang ia lakukan
dulu dalam melakukan negoisasi. Kala itu ia masih kuliah di UI, ada teman CT
yang mendapat nilai kurang bagus dan meminta bantuannya untuk memperju-
angkan perbaikan nilai mereka kepada dosen pengampu mata kuliah.

Sumber: http://bit.ly/2AwadLr

Dosen yang menjadi target waktu itu adalah seorang militer. Demi melaku-
kan upaya diplomasi dengannya, CT mencari informasi tentang hobi atau kesuka-
an sang jendral. CT sengaja mempelajari seluk-beluk senjata dan perang, kebetul-
an waktu itu sedang berkecamuk perang di Malvinas, Argentina. Beberapa buku
ia baca hingga habis agar memiliki banyak referensi sebagai bahan berbincang
dengan sang jendral. Walhasil, berkat itu komunikasi dengan sang jendral dapat
cair bahkan berlangsung lama, dan diplomasinya pun sukses besar.
Yang dilakukan CT merupakan bentuk totalitas dalam membangun komu-
nikasi yang efektif. Dalam komunikasi efektif, kita memang harus sangat sadar
dengan siapa kita bicara, apakah dengan orang tua, anak-anak, laki-laki atau
perempuan, status sosialnya seperti apa pangkat, jabatan dan semacamnya,
petani, pengusaha, guru, kyai, dan lain-lain. Dengan mengetahui audience kita,
kita harus cerdik dalam memilih kata-kata yang digunakan dalam menyampai-
kan informasi atau buah pikiran kita. Artinya, bahasa yang dipakai harus sesuai
dengan bahasa yang mudah dipahami oleh lawan bicara kita. Berbicara dengan
orang dewasa tentu akan sangat berbeda dengan berbicara kepada anak-anak.

Competencies Entrepreneur | 111


Berbicara dengan atasan tentu akan berbeda berbicara pada bawahan atau
teman sederajat. Pengetahuan mitra bicara kitapun harus diperhatikan. Infor-
masi yang disampaikan mungkin saja bukan hal yang baru bagi mitra kita, tetapi
kalau penyampaiannya dengan menggunakan jargon-jargon atau istilah-istilah
yang tidak dipahami oleh mitra, informasi atau gagasan yang kita sampaikan
bisa saja tidak dapat dipahami. Jadi, dengan memperhatikan mitra bicara kita,
kita akan dapat menyesuaikan diri dalam berkomunikasi dengannya.

G. Resep Sukses Berbisnis ala Ciputra


Ciputra. Siapa yang tak mengenalnya? Mungkin malah aneh bila ada orang
Indonesia tidak mengenal nama ini. Ia adalah seorang pengusaha sukses Indonesia
yang bergerak di bidang utamanya, properti. Kepiawaiannya di bidang ini membu-
atnya dijuluki dengan beberapa sebutan: Sang Begawan Properti, Kaisar Properti,
Sang Maestro Properti, dan Bapak Real Estate.
Ciputra juga terkenal sebagai sosok entrepreneur yang andal. Kiprahnya seba-
gai entrepreneur lebih dari empat dasawarsa, telah menghasilkan karya-karya feno-
menal yang menyebabkan dirinya dijuluki juga sebagai inovator dan pionir di bisnis
yang digelutinya.
Pria dengan nama asli Tjie Tjin Hoan ini, punya ambisi yang sangat kuat untuk
menorehkan prestasi. Majalah Forbes pernah mencatatkan namanya sebagai satu
dari 10 tokoh bisnis yang berhasil di Indonesia. Lewat tangan dinginnya, lahirlah tiga
grup bisnis besar di bidang properti, yaitu Pembangunan Jaya, Metropolitan Deve-
lopment, dan Ciputra Development. Di tiga grup bisnis inilah keringat, pemikiran
dan perjuangan Ciputra dicurahkan. Di sana pula berbagai prestasinya ditorehkan.
Pembangunan Jaya adalah titik awal kiprah karier Ciputra sebagai pengembang
properti. Bersama Pembangunan Jaya, berbagai proyek besar dan fenomenal ber-
hasil ditangani Ciputra. Proyek Senen misalnya. Pusat perbelanjaan modern seluas 8
hektar di kawasan Jakarta Pusat itu adalah yang pertama di Indonesia.
Taman Impian Jaya Ancol adalah contoh lain. Pusat rekreasi yang sangat dige-
mari dan jadi impian anak-anak sentero Indonesia, adalah juga buah karya Ciputra.
Ancol merupakan taman rekreasi terbesar pertama di Tanah Air dan masuk 10 besar
di dunia. Ancol bahkan memberi inspirasi bagi banyak orang untuk menirunya dan
menerapkannya di proyek-proyek lain.
Setelah keberhasilannya memimpin Pembangunan Jaya menjadi perusahaan
besar, karier Ciputra terus melesat tak terbendung. Ia seperti tak pernah ingin ber-

112 | Competencies Entrepreneur


henti bergerak dan terus saja mengembangkan diri. Ciputra terus saja berkarya. Hal
ini terlihat dengan beberapa langkah besar yang kemudian ditorehkannya.
Ciputra secara bertahap mengembangkan jaringan perusahaannya di luar Grup
Jaya, yakni Grup Metropolitan dengan PT Metropolitan Development sebagai induk
perusahaannya, dan Grup Ciputra dengan PT Ciputra Development sebagai induk
perusahaannya. Dari ketiga grup ini, sudah tak terhitung berapa jumlah anak usa-
hanya.
Tak hanya di Pembangunan Jaya, di dua grup bisnis lainnya Ciputra juga banyak
melahirkan berbagai proyek besar. Dari proyek pusat-pusat perbelanjaan hingga
proyek-proyek di bidang perhotelan. Sedikitnya, sudah tujuh hotel bertaraf interna-
sional, di dalam dan luar negeri, yang terwujud dari sentuhan tangan dingin Sang
Maestro Properti ini. Proyek-proyek properti hasil karya Ciputra sendiri terkenal de-
ngan inovasi-inovasi.

Sumber: http://bit.ly/2zBYpb9

Ir. Ciputra

Ciputra juga berhasil membangun kota-kota baru dan beragam produk proper-
ti lainnya, di dalam dan di luar negeri. Dalam berbagai skala, ia telah menyentuh

Competencies Entrepreneur | 113


proses pembangunan 22 kota baru, seperti Pondok Indah, Bintaro Jaya, Bumi Ser-
pong Damai, dan Citra Raya Surabaya. Ia membangun Ciputra International City di
Hanoi-Vietnam, sebuah proyek real estat terbesar di Negara tersebut. Melalui Grup
Ciputra juga ia merambah negara-negara lain untuk proyek pembangunan kota
baru, di antaranya di India, Kamboja, Singapura, Malaysia, China, Emirat Arab, dan
lain-lain.
Melalui grup-grup bisnisnya, Ciputra kini telah menjadi salah satu raksasa pe-
ngembang yang terpandang, baik dalam skala domestik maupun internasional. Se-
deret prestasi dan penghargaan telah diperoleh pengusaha kawakan properti ini
sehingga dijuluki Begawan Properti Indonesia.
Proyek-proyek properti karya Ciputra, sangat berkelas dan menjadi trend setter
di bidangnya. Lebih dari itu, proyek-proyeknya juga menjadi magnit bagi pertum-
buhan wilayah di sekitarnya. Ciputra menjadi yang pertama mengembangkan ka-
wasan hunian bertema di negeri ini, sesuai dengan gaya hidup yang ingin diwujud-
kan, seperti Garden City Bintaro Jaya: Kota Taman Bernuansa Internasional.
Dalam membangun properti, Ciputra memang tidak pernah asal-asalan. Pe-
ngembang ini selalu menerapkan prinsip bangunan hijau (green property) di setiap
proyeknya. Konsep green property diarahkan pada upaya penghematan energi, se-
hingga biaya perawatan bangunan serta emisi buang karbon berkurang.
Konsep tersebut direalisasikan dengan penggunaan double glass pada gedung
bertingkat untuk mengurangi efek negatif panas matahari. Penggunaan double
glass diperkirakan bisa menekan energi hingga 35 persen. Tidak hanya itu, Ciputra
juga menerapkan pengelolaan air buangan untuk dimanfaatkan kembali.
Ciputra juga mengadopsi fitur bangunan hijau pada sejumlah rumah tapak de-
ngan mendesain rumah banyak jendela. Realisasinya lainnya adalah pemanfaatan
energi surya sebagai sumber energi lampu jalan dan taman. Salah satu proyek Ci-
putra yang mendapatkan sertifikasi bangunan hijau adalah Ciputra World Jakarta.
Penerapan konsep green property nyatanya menciptakan keunggulan baru atau di-
ferensiasi bagi proyek-proyek Ciputra. Green property menjadi kekhasan produk
Ciputra dalam menuai sukses.
Saat ini, di usianya yang sudah di atas 80-an tahun, Ciputra tampil sebagai so-
sok baru. Ia kini lebih dikenal sebagai Sang Penebar Virus Entrepreneurship. ‘Profesi’
baru yang disandang Ciputra ini berawal dari kegelisahannya terkait dengan keada-
an bangsa Indonesia saat ini.

114 | Competencies Entrepreneur


Negara yang memiliki sumber daya alam melimpah, dengan keanekaragaman-
nya, Indonesia justru tertinggal jauh dengan negara-negara lain yang relatif sedikit
SDA-nya.

Sumber: http://bit.ly/2hkN9aK

Universitas Ciputra

“Saya terus bertanya, jika faktor kesuksesan itu adalah kerja keras, Indonesia
juga bekerja sangat keras, tak kalah kerasnya dari bangsa lain. Begitu juga belajar,
Indonesia juga belajar dan memiliki banyak akademisi dan cendekiawan. Terlebih
lagi tentang sumber daya alam, kita sangat kaya dengan itu. Lalu apa yang berbeda
dari Indonesia sehingga ia tidak bisa berkembang lebih cepat menjadi bangsa yang
maju? Lalu saya menemukan bahwa bangsa lain lebih piawai dalam hal entreprene-
urship. Dan Indonesia masih harus belajar banyak tentang entrepreneurship. Karena
itulah saya merasa harus membantu bangsa Indonesia semaksimal yang saya bisa
dengan memulainya 12 tahun lalu dengan mengajarkan entrepreneurship pada ma-
syarakat Indonesia.”
Berangkat dari pemikiran itu, dengan komitmennya yang tinggi, Ciputra mengi-
nginkan perubahan yang mendasar bagi bangsa Indonesia. Oleh karenanya, Ciputra
membulatkan tekad menjadi sosok penyebar virus entrepreneurship. Dalam seti-
ap kesempatan, ia selalu menanamkan pentingnya kecakapan entrepreneur untuk
membuat bangsa Indonesia maju. Ciputra tak henti-hentinya mengkampanyekan
pengembangan kewirausahaan di negeri ini, sehingga virus entrepreneurship me-
nyebar ke mana-mana.

Competencies Entrepreneur | 115


Menurut Ciputra, sejumlah permasalahan di Indonesia mengakar kepada kon-
disi sumber daya manusia. Negara ini, menurutnya, kekurangan SDM yang mempu-
nyai integritas, profesionalisme, dan entrepreneur. Dari ketiganya itu, Ciputra mena-
ruh perhatian yang serius kepada entrepreneur.
“Entrepreneurship menjadi faktor yang penting untuk bisa mengubah sesuatu
hal menjadi lebih bernilai. Hal ini penting dimiliki agar Indonesia maju. Bukan hanya
itu, entrepreneurship mau tidak mau harus dimiliki seiring dengan kian dekatnya
Komunitas ASEAN 2015. Kita harus jadi entrepreneur, kalau nggak kita akan kalah
bersaing. Hanya jadi penonton saja,” ujar Ciputra.
Salah satu upaya penyebaran virus entrepreneurship yang dilakukannya, Ciputra
mengembangkan pendidikan kewirausahaan. Sudah ada sekitar 15 sekolah dan 4
universitas yang ia bangun dengan pendidikan yang menggunakan konsep entre-
preneurship.
Buah dari semangat Ciputra menyebarkan virus entrepreneurship ini telah di-
apresiasi oleh Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan memberikan dua rekor ke-
padanya, yakni sebagai wirausahawan peraih penghargaan terbanyak di berbagai
bidang dan penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan kepada dosen terbanyak. Ci-
putra melalui Universitas Ciputra Entrepreneurship Center (UCEC) telah memberikan
pelatihan entrepreneurship kepada setidaknya 1.600 dosen. Ciputra juga dinobatkan
sebagai Entrepreneur of The Year 2007 versi Ernst & Young.
Belakangan, kanal berita bisnis ternama di Asia, Channel NewsAsia memberi
Luminary Awards untuk kategori Lifetime Achievement kepada Ciputra atas dedi-
kasinya dan kesuksesannya yang memotivasi pertumbuhan bisnis di Asia. Penghar-
gaan ini diberikan kepada individu dan korporasi yang mengembangkan semangat
kewirausahaan, menunjukkan inovasi dan mempraktikkan green business. Ciputra
dinilai sukses memadukan passion-nya di bidang edukasi dan kewirausahaan.
Berbicara mengenai kesuksesan Ciputra menjalani peran sebagai entrepreneur,
beberapa hal yang menjadi kuncinya. Hal ini bisa dibaca maupun dilihat dari sepak
terjangnya selama ini, juga dari yang diutarakan oleh Ciputra sendiri dalam bebe-
rapa kesempatan.

1. Memulai dari Hal Kecil


Ciputra yang sekarang memang tampil sebagai sosok pengusaha yang
mumpuni dan andal. Seolah-olah, apa yang disentuhnya berubah menjadi
emas. Bisnis-bisnis yang dikelolanya hampir semua meraja.

116 | Competencies Entrepreneur


Akan tetapi, merujuk jejak perjalanan sukses bisnis Ciputra, ternyata se-
galanya tidak melulu diawali dengan sesuatu yang tinggi, muluk, atau tidak
terjangkau bayangan orang pada umumnya. Justru langkah-langkah bisnis Ci-
putra sendiri berawal dari hal-hal yang ‘sederhana’.
Hal ini seperti yang diungkap Andreas Harefa dalam buku The Ciputra Way.
Ciputra merintis semuanya dari bawah dan dari hal-hal kecil. Langkah menja-
di entrepreneur dirintis Ciputra dengan motif yang sangat biasa, sebagaimana
motif yang juga pernah kita dengar dari entrepreneur lain: ingin menutupi biaya
kuliah yang tidak lagi mampu disediakan oleh ibunya.

Sumber: http://bit.ly/2hlMJ3Z

Mulai dari tangga paling rendah untuk menuju ke puncak teratas

Bagi Ciputra, pilihan bisnis tidak banyak yang tersedia kala itu. Satu-satu-
nya yang dapat ia andalkan adalah pengetahuan, pengalaman, dan kawan-
kawannya. Pada awalnya ia bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan
konsultan, namun semangat entrepreneur-nya berkobar terus sehingga kemu-
dian bersama Budi Brasali dan Ismael Sofyan ia bersepakat membuka perusa-
haan konsultan Biro Arsitek Daja Tjipta yang masih ada sampai sekarang de-
ngan nama PT Perentjana Djaja. Pengalaman berbisnis sebenarnya tidak banyak
tetapi ia sudah mengenal dunia dagang ketika ikut membantu ibunya di tempat
kelahirannya.

Competencies Entrepreneur | 117


Ternyata, perusahaan yang dirintisnya ini kemudian menjadi pembuka jalan
bagi langkah-langkah entrepreneurship Ciputra selanjutnya. Belajar dari peng-
alaman nyata seorang Ciputra, seorang entrepreneur pemula yang mangalami
kebingungan untuk memulai bisnis bisa mengikuti jejaknya dengan: memulai
dari apa yang ada pada diri sendiri, memulai dari apa yang bisa dilakukan.
Apa yang dimiliki sekarang bisa jadi adalah pijakan awal untuk langkah-
langkah besar selanjutnya. Seperti Ciputra yang memulai bisnis dari motif awal
sederhana untuk mampu membiayai diri sendiri. Walaupun ini alasan yang sa-
ngat sederhana tapi terbukti bisa menjadi pembuka jalan Ciputra menuju suk-
ses besarnya kelak.
Memulai dari hal-hal kecil dan sederhana, nyatanya tidak hanya dilakukan
oleh Ciputra. Banyak entrepreneur-entrepreneur sukses lain yang juga melaku-
kan hal yang sama. Bill Hewlett dan Dave Packard, pendiri Hewlett Packard (HP),
menunjukkan hal yang mirip. HP yang dalam buku laris karya James C. Collins
dan Kerry I Porras berjudul Built to Last, Successful Habits of Visionary Compa-
nies 1994 dianggap sebagai salah satu perusahaan visioner di dunia, ternyata
didirikan oleh orang-orang yang memulai bisnis dengan alasan yang sangat
sederhana. Beginilah Hewlett dan Packard menceritakannya.
“Ketika pada suatu saat saya berbicara dengan orang-orang di sekolah bis-
nis, professor manajemen merasa terkejut ketika saya mengatakan bahwa saya
tidak mempunyai rencana ketika usaha kami dimulai-kami hanyalah orang-
orang yang oportunistik. Kami melakukan apa saja yang akan menghasilkan se-
suatu yang bermanfaat. Kami pernah membuat sebuah penanda pelanggaran
pada permainan bowling, memodifikasi sebuah jam untuk menggerakkan tele-
skop, suatu alat tempat kencing yang dapat memancarkan air secara otomatis,
dan sebuah mesin penggetar yang mampu menurunkan berat badan. Itulah
keadaan kami pada saat itu, dengan modal US$500, mencoba memproduksi
apa saja yang dibuat orang yang mungkin bisa kami buat.”
Anda tahu dengan perusahaan Mattel? Mattel merupakan perusahaan ma-
inan terlaris di dunia. Tahukah anda, bagaimana perusahaan ini dapat meraih
sukses besar di industri mainan? Pendiri Mattel yaitu Harold ‘Matt’ Matson dan
Elliot Handler memulai Mattel tadinya berawal hanya untuk membuat bing-
kai foto di sebuah garasi di California Selatan pada tahun 1945. Ide beralihnya
usaha berawal dari ide mereka untuk menggunakan materi yang berlebih. Jadi

118 | Competencies Entrepreneur


mereka menciptakan rumah boneka. Pada akhirnya, orang-orang semakin me-
nyukai rumah boneka mereka dibandingkan bingkai foto.
Akan halnya Mattel, begitu juga dengan Yankee Candle. Di Amerika Serikat
sana, Yankee Candle menjadi perusahaan produsen terbesar untuk lilin wangi.
Menjadi yang terbesar, Yankee Candle ini bermula hanya dari sebuah garasi
rumah Michael Kittredge pada tahun 1969. Michael Kittredge saat itu membuat
lilin beraroma dari lelehan lilin. Ia baru berusia 16 tahun dan tujuannya mem-
buat lilin wangi adalah sebagai hadiah sederhana untuk sang ibu. Ternyata hasil
karyanya ini membuat para tetangganya penasaran dan kemudian berminat
untuk membelinya. Sejak saat itu, Michael pun mulai memperbanyak produksi
lilinnya. Hanya dalam waktu 4 tahun, ia pun mulai mengembangkan usahanya
karena garasinya sudah tidak bisa lagi menampung produk usahanya yang ber-
kembang.
Ciputra pernah membuat gambaran, bahwa membangun sebuah perusa-
haan adalah bagaikan membangun sebuah air terjun artifisial. Satu per satu
bongkah batu-batu besar kita letakkan. Dengan cermat kita atur dan kita seim-
bangkan peletakannya, sehingga kekuatan alam kemudian menciptakan alur air
yang estetis menuju ke satu titik pelimbahan.
Keputusan Ciputra untuk mendirikan konsultan perencanaan Daja Tjipta
ketika masih kuliah, hanyalah salah satu bongkah batu yang kemudian meno-
pang visi besarnya membangun pencapaian-pencapaian besar lainnya dalam
perjalanannya sebagai entrepreneur. Visinya terus memandunya sehingga ke-
tika di tengah perjalanan bersama Daja Tjipta, ia memutuskan bongkah batu
lainnya. Dan itulah keputusan penting berikutnya, yakni menyerahkan penge-
lolaan perusahaan itu kepada kawannya dan ia memutuskan menjadi pengem-
bang atau developer.
Visi dan keberaniannya memasuki dunia bisnis lewat Daja Tjipta telah
memberi pelajaran baginya, bahwa jika ia tetap bertahan dengan perusahaan
konsultannya, gerak langkahnya kurang leluasa karena seorang konsultan bia-
sanya menunggu pekerjaan sedangkan dengan menjadi seorang pengembang
ia bisa aktif menciptakan pekerjaan. Maka Ciputra kemudian memutuskan me-
nerjuni bisnis properti.
Robert Collier punya kalimat menarik tentang hal ini, “Sukses adalah aku-
mulasi dari usaha-usaha kecil, yang dilakukan secara berulang-ulang.”

Competencies Entrepreneur | 119


Apakah saat ini anda memiliki target-target penting yang ingin anda capai
dalam hidup anda di mana untuk memulainya saja anda sangat bersusah pa-
yah? Jika iya, maka ambillah langkah-langkah kecil untuk memulainya
Mungkin akan ada jarak yang sangat besar antara posisi kita saat ini de-
ngan apa yang ingin dicapai, dan kita sepertinya merasa tidak memiliki kekuat-
an, semangat ataupun disiplin untuk mencapainya. Namun, jika kita hanya me-
mikirkan bagaimana mencapai target kita dengan segera, kemungkinan besar
kita akan mengalami frustasi/stress. Maka, daripada begitu lebih baik memulai
semuanya dari hal-hal kecil, hal-hal yang kita bisa lakukan saat ini, sesuai de-
ngan potensi dan kemampuan yang dimiliki.
Sebuah pepatah Arab, “Janganlah meremehkan hal-hal kecil yang terhina.
Bahkan sebuah jarum kecilpun mampu membuat kita berdarah.
Semua kehidupan besar di dunia ini bermula dari hal-hal kecil. Pohon yang
tumbuh besar, bermula dari biji yang kecil, gajah yang besar dahulu yang makh-
luk yang kecil, dan masih banyak analogi lainnya.
Seringkali karena kecil, banyak orang yang tidak menganggapnya ada, atau
meremehkan karena dianggap tidak bernilai. Padahal, hal kecil itu kalau kita la-
kukan dengan serius dan berkesinambungan, nilainya tidak kalah besar dengan
apa yang dianggap besar.

2. Percaya Intuisi
Dikatakan, intuisi bermanfaat di semua kehidupan manusia, apa pun pro-
fesinya, termasuk dalam bisnis. “Nah, itu feeling saya!” Dengan kata-kata ini
seorang presiden direktur mengesampingkan usulan bulat yang disampaikan
bawahannya. Ia sama sekali tidak lagi menganggap penting data yang mereka
sajikan seperti survey pasar, hasil penjualan terakhir, wawancara dengan pe-
langgan, dan tetap ngotot untuk meneruskan suatu produk yang tidak tepat.
Tapi anehnya, ternyata keputusannya benar dan menjungkirkbalikkan semua
logika yang ditawarkan.
Albert Einstein sering berkata bahwa teori relativitasnya muncul lebih ka-
rena pikiran yang berkelebat, bukan karena pola pikir logis yang disajikan oleh
para peneliti di laboratorium yang berorientasi pada data. Tentu saja teori itu
lalu dimatangkan oleh berbagai studi dan perenungan. Tapi seperti yang dika-
takannya kemudian, “Faktor yang paling menentukan di sini adalah intuisi.”

120 | Competencies Entrepreneur


Dalam dunia bisnis acapkali terjadi, keputusan yang dilandaskan pada in-
tuisi tajam sering mengungguli penalaran analitis yang dilakukan dengan hati-
hati. Charles Revson, pendiri Revlon, tampaknya mempunyai kecakapan yang
luar biasa aneh dan ganjil dalam menentukan produk apa yang diinginkan oleh
pelanggan.

Sumber: http://bit.ly/2AwFU7c

Percaya pada intuisi kita

Jack Chamberlain, yang pernah menjadi presiden direktur Lenox dan be-
kerja pada General Electric, bertutur bagaimana ia memutuskan untuk memakai
kaset delapan trak. Pada awal perkembangan dari teknologi itu ada teknologi
yang menawarkan mutu suara yang lebih baik, sedangkan yang lain menawar-
kan kemudahan dalam penggunaan. Dengan “feeling”nya ia memilih yang ter-
akhir. Dan ternyata intuisinya sangat tepat.
Intuisi agak sukar didefinisikan. Ada sementara orang menyebutnya se-
bagai “feeling”, perkiraan, spekulasi, imajinasi atau kreativitas. Tapi intuisi juga
janganlah dikacaukan dengan pengertian impulsif. Yang terakhir ini acapkali
merupakan suatu usaha yang tergopoh-gopoh dalam membuat pertimbangan,
dan seringkali didasari oleh kemalasan atau keinginan untuk menghindari fakta.

Competencies Entrepreneur | 121


Intuisi selalu menyambut baik setiap data yang datang, kendati pun ia me-
nolak untuk hanya dibatasi oleh data. Einstein, misalnya, mendapat gagasan
berdasarkan intuisi. Tetapi ia toh berusaha melakukan serangkaian uji-coba dan
eksperimen untuk mengukur kebenaran gagasannya itu.
Ciputra dikenal sebagai entrepreneur yang sukses antara lain karena mem-
punyai intuisi yang tajam. Intuisi Ciputra selama ini diakui banyak menunjukkan
kebenarannya. Namun begitu, Ciputra juga termasuk sosok entrepreneur yang
rasional, berpikiran modern dan terbuka serta mempunyai latar belakang aka-
demis yang kuat.
Menurut Ciputra, intuisi adalah kata hati yang didasarkan pada pengeta-
huan dan pengalamannya sebagai entrepreneur. Bagi Ciputra, intuisinya tidak
terlepas dari adanya satu dorongan dari dalam dirinya yang sukar diterangkan,
yakni suatu dorongan berupa kombinasi untuk ingin maju dan ingin membuk-
tikan dirinya mampu, dorongan ingin mewujudkan mimpi yang kemudian me-
nyatu menjadi semacam kata hati yang sukar ditolak.
Dengan kata lain, intuisi Ciputra adalah perpaduan antara akal sehat (com-
mon sense) yang diasah dan ditempa oleh pengalaman, dipadukan dengan
visinya yang kuat menyebabkan keputusan-keputusan Ciputra sering kali me-
lampaui pemikiran orang-orang di sekitarnya. Ciputra percaya, intuisi dapat di-
asah melalui pengetahuan dan pengalaman serta tekad yang kuat untuk tidak
berhenti belajar.
Sebaliknya, Ciputra tampaknya kurang percaya bahwa intuisi adalah sema-
cam hadiah, indra keenam yang hanya diberikan kepada orang-orang tertentu.
Ciputra percaya intuisi adalah sebuah ketrampilan yang dapat dipelajari lalu
menjadi semacam bagian dari diri seseorang. Tetapi intuisi bagi Ciputra bukan-
lah sesuatu yang bersifat supernatural, apalagi gaib.
Apakah seseorang itu adalah entrepreneur pemula atau entrepreneur yang
sudah berpengalaman panjang, pada suatu ketika memang dituntut untuk
menggunakan intuisinya dalam memutuskan sesuatu. Seorang entrepreneur
adakalanya dihadapkan pada keharusan untuk mengambil keputusan di saat
informasi yang tersedia tidak mencukupi untuk mengambil keputusan. Pada
saat semacam ini, sering kali yang menjadi dasar pengambilan keputusan ada-
lah akal sehat (common sense), namun ada kalanya pula dengan common sen-
se sendiri ternyata tetap saja dirinya ragu mengambil keputusan. Pada saat se-
macam inilah sang entrepreneur harus mengandalkan intuisinya.

122 | Competencies Entrepreneur


Bagi Ciputra, semakin berpengalaman seorang entrepreneur, semakin ba-
nyak ia belajar dari praktik berbisnis, semakin sering pula dia akan mengha-
dapi saat-saat mengambil keputusan secara intuitif. Pengalaman dan latihan
semacam ini, menurut Ciputra sangat baik bagi seorang entrepreneur dalam
mengasah intuisinya.
Intuisi bisa membantu kita dalam membuat keputusan. Banyaknya infor-
masi yang diterima, bahkan kadang overload, dapat membuat kebingungan.
Atau bisa terjadi pula informasi atau fakta yang ada sedikit atau minim, sehing-
ga kita seperti berada dalam gelap dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Intuisi yang dibentuk oleh pengalaman dan proses pembelajaran mampu men-
jadi garis pedoman untuk menghasilkan keputusan setepat-tepatnya dalam si-
tuasi persaingan ketat dan persoalan yang semakin kompleks.
Senada dengan Ciputra, pengusaha properti sukses Amerika Serikat, Do-
nald Trump, juga percaya intuisi memberi sumbangan besar dalam kesukses-
an bisnis. “Ikuti intuisi anda. Hanya anda yang tahu ke mana sebenarnya anda
ingin melangkah,” begitu pesannya.
Donald Trump adalah orang yang sangat mempercayai intuisi. Ini bisa jadi
merupakan salah satu rahasia suksesnya. Dalam beberapa kesempatan Donald
menyatakan bahwa naluri baginya menjadi semacam kompas, menunjukkan
arah yang benar ketika ia menetapkan sebuah keputusan bisnis.
Donald mencontohkan, ketika ia memperoleh 40 wall street, semua orang
menyarankan agar tempat itu dijadikan unit tempat tinggal. Tapi Donald ti-
dak setuju. Intuisinya mengatakan ini adalah lokasi bisnis yang bagus. Donald
mempercayai intuisinya dan gedung tersebut kini menjadi pusat perkantoran
bagi berbagai bisnis maju. Gedung ini menjadi bisnis yang menguntungkan.
Ketika Donald Trump pertama kali mulai membangun lapangan golf, intu-
isinya mengatakan ini adalah keputusan bisnis yang baik. Ia yakin bahwa bila
ia menggabungkan gairahnya terhadap golf dengan pengetahuannya tentang
real estate, maka ia akan berhasil. Dan ternyata hal tersebut terbukti benar.
Trump Golf menjadi ventura bisnis yang berhasil, mengoperasikan berbagai
klub golf spektakuler di Westchester, New York; Bedminster, New Jersey; Los
Angeles, California; Palm Beach, Florida; dan Canoun Island, Grenadines.

Competencies Entrepreneur | 123


Percaya kepada intuisi, menurut Donald, bukanlah sesuatu yang remeh. Pa-
salnya, intuisi pada dasarnya merupakan produk dari segala hal yang membu-
atnya seperti sekarang ini.
Donald menegaskan, intuisi merefleksikan nilai-nilai, perasaan, ketakutan,
pengalaman, dan tujuan. Intuisi adalah penyulingan pelajaran-pelajaran yang
kita peroleh dari orang tua, keluarga, guru, dan teman kita. Intuisi didasarkan
pada pengalaman hidup kita, terutama ketika kita mendapat masalah. Intuisi
adalah logika yang kita kembangkan dari proses hidup, bertindak, memperha-
tikan, dan menyimak. Pada gilirannya, intuisi memandu kita ke arah yang be-
nar. Intuisi merupakan bagian dari diri kita sebagaimana halnya anggota tubuh.
Mengabaikan intuisi bagaikan tidak mempercayai mata kita.
Dengan selalu mendengar intuisinya sendiri, Donald merasakan bisa tahu
bila seseorang sedang mengulur waktu atau tidak serius dan hanya membuang
waktu. Ia juga bisa tahu bila seseorang sedang berbohong dan dapat merasa-
kan bila ada sesuatu yang tidak beres pada sebuah kesepakatan karena kese-
pakatan tersebut tampak terlalu bagus. Dengan intuisi maka ia tahu saat lawan
lemah dan kapan harus menghabisinya.
Namun begitu, sebagaimana Ciputra, dalam berbisnis Donald Trump tidak
serta merta menafikan informasi berupa data-data. Ia tetap berpikir logis dan
rasional. Perpaduan antara logika dan naluri menghasilkan keputusan terbaik.
Donald selalu berusaha memahami sebuah situasi sulit secara mendalam. Ia
menggunakan logika dan akal untuk menafsirkan data, membuat estimasi ber-
dasarkan kejadian masa lalu dan pengalaman. Lalu setelah itu, ia menggunakan
intuisi.
Jika Donald merasa harus menunggu beberapa hari untuk mendapatkan
lebih banyak informasi, ia akan menimbang untung ruginya menunggu dengan
keuntungan dari lebih banyak informasi. Jika merasa tak masalah jika menung-
gu beberapa hari untuk mendapatkan lebih banyak hasil, Donald akan me-
nunggu. Jika Donald merasa harus segera bertindak untuk meraup laba yang
signifikan, ia segera bertindak.
Mengambil tindakan berdasarkan intuisi adalah sesuatu yang memerlu-
kan latihan. Donald Trump pernah berpesan, “Berlatihlah mendengarkan intuisi
anda. Bermainlah dengan keterampilan ini, dan praktikkan saat anda membuat
keputusan kecil. Belajar mempercayainya. Anda akan mendapatkan keunggulan
pada bisnis maupun kehidupan pribadi anda.”

124 | Competencies Entrepreneur


3. Pentingnya Integritas dalam Bisnis
Suatu saat Ciputra pernah ditanya, apa yang paling Ciputra hargai dari ke-
pribadian manusia? Jawaban Ciputra: integritasnya.
Kenapa integritas? Menurut Ciputra, integritas itulah kunci segala-galanya.
Integritas merupakan bentuk dedikasi dalam menjalankan bisnis yang baik.
Tanpa integritas, bisnis akan berjalan tanpa melihat hati nurani sehingga akan
merugikan orang lain bahkan masyarakat di sekitarnya.
Adapun dalam berbisnis, Ciputra sendiri sangat menghayati karakter ini.
Dikatakannya, integritas merupakan salah satu kunci kesuksesan Grup Ciput-
ra yang dirikannya. Bagi Ciputra, seperti yang sering ia ungkapkan, integritas
menjadi salah satu poin penting dalam berbisnis selain profesionalisme dan
entrepreneurship.
Berkaitan dengan integritas, Ciputra pernah mencontohkan bentuk integri-
tas dalam grup bisnis miliknya. Hal ini jelas tampak dalam kata-katanya berikut
ini.
“Pada suatu ketika, staf penjualan kami mampu menjual rumah di Citra Gar-
den. Sold out, terbeli semua. Saat itu, harga setiap rumah sama. Harga rumah
tersebut berlaku bagi semua lokasi rumah baik yang lokasinya baik maupun
yang tusuk sate. Saya bilang, kita tidak bisa seperti itu. Masa orang yang men-
dapat rumah dengan posisi tusuk sate harus membayar sama dengan orang
lain yang mendapatkan lokasi lebih baik. Oleh sebab itu, saya perintahkan ke-
pada staf penjualan untuk memberikan potongan harga kepada pembeli rumah
tersebut. Kita sudah mendapatkan bayaran penuh, tapi kita kembalikan kepada
orang tersebut potongan harga dari uang yang dibayarkan. Inilah yang disebut
sebagai integritas.”
Ciputra juga tak pernah bosan mengingatkan seluruh karyawan Grup Ci-
putra untuk menerapkan karakter integritas itu. Para karyawan dihimbau untuk
tidak mengejar profit dengan mengorbankan integritas.
“Bisa dilihat, bisnis yang saya kembangkan harus bermanfaat baik berman-
faat bagi orang-orang yang bekerja kepada saya dan masyarakat luas. Makanya
saya tidak pernah memasuki bisnis yang merugikan atau merusak. Rumah judi
misalnya, saya tidak akan terjun ke bisnis itu,” begitu tegas Ciputra.
Tidak mudah mencari definisi yang lengkap tentang integritas. Tapi seca-
ra umum integritas dapat didefinisikan sebagai kesesuaian antara hati, ucapan

Competencies Entrepreneur | 125


dan tindakan. Atau, sebagai kemampuan untuk senantiasa memegang teguh
prinsip-prinsip moral dan menolak untuk mengubahnya meski situasi yang di-
hadapi sangatlah sulit. Integritas berarti keterpaduan antara idea dengan per-
wujudan nyatanya.
Lawan dari integritas adalah hipokrit atau munafik. Jadi, orang yang memi-
liki integritas adalah orang yang terhindar dari sifat-sifat yang dimiliki seorang
yang munafik atau pendusta. Orang yang berintegritas, apabila bertindak, maka
tindakannya sesuai dengan nilai, keyakinan, dan prinsip yang dipegangnya.
Lebih jauh, makna integritas berkaitan dengan kekuatan. Lidi-lidi yang
tercecer tidak memiliki kekuatan besar, fungsinya pun akan terbatas. Namun
menjadi lain kala batang-batang lidi tersebut bersatu, terintegral menjadi satu,
maka kekuatannya akan sangat besar dan manfaatnya pun menjadi lebih besar
juga.
Integritas juga dapat dimaknai sebagai kejujuran, ketulusan, kemurnian, ke-
lurusan, yang tak dapat dipalsukan, dan bukan kepura-puraan. Dan barangkali
sudah cukup sebuah kualitas jujur sebagai pilar utama kualitas moral seseo-
rang. Sebagaimana kata orang bijak, bahwa kejujuran adalah mata uang yang
laku di mana-mana. Integritas juga adalah ketulusan, sesuatu yang sungguh-
sungguh berasal dari dalam hati. Itulah mengapa, integritas bukan cuma jujur
pada orang lain. Namun, terutama adalah jujur pada diri sendiri. Integritas bu-
kan kata yang dapat terlihat indera saja, namun harus terasa oleh hati.
Integritas adalah gambaran keseluruhan pribadi seseorang. Ia berfungsi
sebagai kompas yang mengarahkan perilaku seseorang. Integritas juga menja-
di karakter kunci bagi seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang mempunyai
integritas akan mendapatkan kepercayaan dari bawahannya. Pimpinan yang
berintegritas dipercayai karena apa yang menjadi ucapannya juga menjadi tin-
dakannya. Sebuah lembaga yang dipimpin oleh pemimpin yang mengalami
krisis integritas akan mengalami kemerosotan akibat proses pembusukan dari
dalam unsur-unsur organisasi sendiri, karena pondasi dalam membangun or-
ganisasi adalah kepercayaan dan hubungan antara individu dalam organisasi.
Apa yang diungkap Ciputra memang sangat tepat. Kejujuran dalam dunia
bisnis sangat diperlukan. Ibarat sebuah rumah, kejujuran adalah pondasi. Tanpa
modal pondasi kejujuran, sebuah rumah bisnis akan runtuh dan tidak bertahan
lama. Sudah barang tentu dari jaringan bisnis, baik partner maupun customer

126 | Competencies Entrepreneur


(pelanggan) akan merasa nyaman ketika dalam sebuah hubungan bisnis dida-
sari dengan sebuah kejujuran.
Pada gilirannya, kejujuran pada hakekatnya dapat memberikan manfaat
dan berkah pada sang pelakunya sendiri. Perusahaan yang memiliki nama baik
akan semakin mudah dalam melakukan penetrasi pasar. Karena mereka sudah
dikenal dan dipercaya oleh konsumennya sehingga akan menurunkan biaya
promosi yang akan mereka keluarkan. Apapun produk yang mereka hasilkan
jika memiliki nama baik dan kepercayaan dari konsumennya akan mampu me-
reduksi pengeluaran perusahaan yang tinggi. Karena nama perusahaan adalah
sebuah sebuah nilai yang paling tinggi.
Dalam mengikat perjanjian dan kontrak tertentu, semua pihak pelaku bisnis
harus saling percaya satu sama lain, masing-masing pihak tulus dan jujur dalam
membuat perjanjian dan kontrak tertentu dan dalam melaksanakan janjinya.
Seandainya salah satu pihak berlaku curang dalam memenuhi syarat-syarat
perjanjian tersebut, maka pihak yang dicurangi itu tidak akan mau lagi menjalin
relasi bisnis dengan pihak yang curang tersebut. Hal tersebut bisa berakibat
keburukan di masa akan datang akibat dari kejadian tersebut. Di era informasi
teknologi yang semakin canggih kini segala informasi yang bersifat buruk akan
dapat membuat perusahaan yang memiliki kecacatan nama akan ditinggalkan
oleh para klien dan para stakeholdernya.
Sebuah perusahaan tidak akan dapat bertahan kalau hubungan kerja dalam
perusahaan itu tidak dilandasi oleh kejujuran. Apabila karyawan terus-menerus
ditipu oleh atasan dan sebaliknya, maka perusahaan itu lambat laun akan han-
cur kalau suasana kerjanya penuh dengan akal-akalan dan tipu-menipu. Maka,
kejujuran dalam sebuah perusahaan justru akan menjadi inti dari kekuatan per-
usahaan tersebut untuk berkembang atau malah sebaliknya.
Begitulah arti penting kejujuran. Dan pada hakikatnya, pentingnya keju-
juran ini menyentuh semua aspek kehidupan, tidak hanya dalam berbisnis. Ke-
jujuran merupakan satu kata yang amat sederhana namun di zaman sekarang
menjadi sesuatu yang langka dan sangat tinggi harganya. Memang ketika kita
merasa senang dan segalanya berjalan lancar, mengamalkan kejujuran secara
konsisten tidaklah sulit, namun pada saat sebuah nilai kejujuran yang kita pe-
gang bertolak belakang dengan perasaan, kita mulai tergoncang apakah akan
tetap berpegang teguh, atau membiarkan tergilas oleh suatu keadaan.

Competencies Entrepreneur | 127


Di dalam perjalanan hidup ini, kejujuran merupakan sebuah kartu inden-
titas yang dapat diandalkan, walaupun berada di tempat manapun senantiasa
disambut dengan hangat. Jujur juga merupakan kartu kredit yang sangat dapat
diandalkan, walaupun hendak membeli barang apapun tidak akan menimbul-
kan kecurigaan orang lain. Jujur di dalam pergaulan masyarakat ibarat sebuah
tali pengikat.
Orang yang jujur, walaupun berada di tempat manapun, pada waktu apa-
pun, akan dengan tulus hati menghadapi segala masalah, tidak ada penyesalan,
tidak ada rasa takut, dapat hidup dengan tenang, rileks dan aman. Di dalam
kehidupan ini jika tidak ada rasa jujur, seperti hidup di dalam lingkungan ke-
jahatan, seperti menghirup udara yang tercemar, seperti berada di cuaca yang
berawan tidak ada sinar matahari, seluruh alam kelihatannya penuh kejahatan
dan jebakan, setiap melangkah maju setapak harus sangat berhati-hati.
Apabila tidak ada rasa jujur, akan seperti sebuah gunung yang gersang.
Jangankan tumbuh sebatang pohon, sebatang rumputpun susah tumbuh. Gu-
nung yang seperti itu walaupun sangat besar dan tinggi, sama sekali tidak akan
menarik karena tidak ada pemandangan yang cantik yang bisa memikat orang.
Kebalikannya dari itu, orang yang licik, hatinya senantiasa mengandung
rasa iri, berpikiran picik, dan hatinya tidak akan tenang. Ia akan selalu merasa
takut, di dalam sanubarinya kehilangan kedamaian, keharmonisan, juga tidak
akan memiliki barang yang paling berharga didunia ini yaitu cinta kasih dan
rasa persabahatan yang setia. Seumur hidupnya tidak dapat dengan gagah per-
kasa menghadapi kehidupan ini.
Orang yang jujur jika menjumpai kesulitan, senantiasa dihadapi dengan
rasa bahagia, walaupun menghadapi kesulitan apapun, akan mendapat rasa
simpati dari orang lain. Ada orang yang menolong, ada yang membantu, ada
yang memperhatikan. Orang yang picik, walaupun menghadapi kebahagiaan,
akan merasa sengsara, walaupun setenar apapun, akan ditertawai orang lain,
dicaci maki, dikucilkan, dipermalukan, dan dipermainkan orang lain.

4. Jangan Cepat Berpuas Diri


Bagi Ciputra, entrepreneur yang berkemungkinan sukses biasanya adalah
seseorang yang tidak cepat puas, yang ingin mengetahui sesuatu lebih banyak
lagi sampai ia dapat memahami dan mewujudkan sesuatu dari yang baru dike-
tahuinya itu.

128 | Competencies Entrepreneur


Ciputra sendiri adalah sosok yang tidak cepat berpuas diri, dalam artian
positif tentunya. Ia tak pernah berhenti bekerja dan belajar demi menciptakan
sesuatu yang lebih bernilai. Ia bahkan tidak malu belajar dan merasa bangga
serta berterima kasih jika ada banyak orang yang mengajarkan sesuatu yang
baru kepadanya. Tidak hanya ketika dia masih merangkak dari bawah, tetapi
juga sampai saat ini, ketika dia telah menjadi salah satu tokoh terkemuka di
Indonesia.
Suatu saat Ciputra pernah membuat konsep mal untuk sebuah proyek di
Solo. Untuk mendapatkan pendapat kedua, Ciputra memanggil manajer pema-
saran dan manajer operasi di perusahaan itu. Kedua manajer itu memang mem-
punyai latar belakang pendidikan arsitektur. Ciputra meminta mereka menilai
konsep mal yang dia buat. Ternyata mereka kurang puas. Mereka menganggap
konsep bikinan Ciputra mempunyai banyak kelemahan. Masing-masing dari
mereka mempunyai pendapat sendiri tentang kelemahan konsep itu. Sampai
hampir sebulan lebih, dengan memasukkan saran-saran yang diajukan oleh
para manajer itu, konsep tersebut masih dianggap kurang di sana sini.
Akhirnya Ciputra membentuk sebuah tim untuk merumuskan konsep yang
unggul yang terdiri dari dua orang manajer dan sebuah biro konsultan, sampai
lahirlah sebuah konsep yang terbaik.
Contoh kasus di atas menjadi satu bukti bahwa Ciputra bukan seorang
yang merasa paling pintar, melainkan orang yang mau belajar, terbuka dan mau
mengakui keunggulan orang lain. Ciputra adalah sosok orang yang percaya
bahwa ada orang yang punya pikiran sama baik, dan terkadang lebih baik dari
dirinya.
Belajar dari Ciputra, menjadi entrepreneur perlu memiliki karakter untuk
tidak cepat berpuas diri ini. Orang-orang muda yang akan maupun tengah me-
nyiapkan diri menjadi entrepreneur layaknya memiliki rasa ingin tahu yang be-
sar untuk mewujudkan atau menciptakan sesuatu yang lebih baik dan bernilai,
harus menjadi manusia pembelajar, tak pernah berhenti belajar dan menghin-
darkan diri dari terjebak dalam zona nyaman.
Comfort zone atau zona nyaman merupakan situasi ketika kita sudah nya-
man dengan suatu keadaan. Seseorang yang sudah berada dalam posisi nya-
man biasanya cenderung menikmati yang sudah ada dan tidak mendorong
dirinya untuk meraih hal yang lebih baik lagi serta sudah merasa puas dengan
keadaan saat ini.

Competencies Entrepreneur | 129


Mayoritas orang mengartikan bahwa ketika sudah lama di satu perusa-
haan dan melakukan pekerjaan secara rutin, berarti kita sudah sampai di zona
nyaman. Dalam hal ini, kita memasuki zona nyaman, jika dalam berkarier atau
bekerja tidak menetapkan suatu target yang lebih tinggi lagi atau melakukan
peningkatan yang lebih menantang kemampuan, pengetahuan, atau keteram-
pilan kita sendiri.
Orang-orang bijak mengatakan bahwa kenyamanan dapat menjadi tipuan.
Ia bisa menarik anda ke dalam perasaan aman, akan tetapi perasaan aman itu
sangatlah semu karena hanya akan membuat anda diam tak bergerak di tempat
yang sama. Kenyamanan dapat membuat anda berpuas diri dan malas serta
tidak maju-maju.
Oleh karenanya, saat mulai merasa nyaman, kenyamanan itu seharusnya
menjadi alarm yang mengingatkan anda bahwa anda mungkin sedang terjatuh
dalam jebakan.
Entrepreneur seharusnya tidak pernah berhenti berusaha berkembang dan
memperluas pengalaman. Berdiam diri mungkin memberi kehidupan yang
aman bagi seseorang, tapi kediaman itu dapat berarti pula kebosanan, keman-
dekan, dan ketidakproduktifan. Sambutlah tantangan, terima perubahan dalam
kehidupan dan bisnis kita.
Ada kalimat bijak dari Briana Scurry, seorang pemain sepak bola Amerika
pada Olimpiade 1996, “Seorang pemenang adalah seseorang yang tidak ber-
puas diri pada latihan hari itu, pertandingan hari itu, dan performa hari itu. Jiwa
pemenang selalu berjuang untuk menjadi lebih baik. Pemenang tidak hidup
dalam kemenangan masa lalu.”
Setelah menggapai tujuan, entrepreneur yang sukses tidak merasa telah
mencapai titik tertinggi. Mereka berpikir itu hanyalah sebuah awal. Entreprene-
ur sukses memiliki penggerak yang setiap saat mendorong mereka untuk ber-
gerak maju. Mereka tidak memiliki gigi netral atau gigi mundur. Mereka selalu
mencari proyek berikutnya dan memiliki suatu tujuan atau urusan yang harus
dikejar.
Keberhasilan mencapai suatu goal atau target dalam hidup, seharusnya
tidak membuat kita kemudian pantas untuk cepat berpuas diri dan merasa
nyaman. Menikmati satu keberhasilan memang tidak buruk. Asal hal itu tidak

130 | Competencies Entrepreneur


membuat kita terlena dan menghentikan langkah. Beryukur sangat dianjurkan,
tetapi berpuas diri dengan sebuah pencapaian adalah sebuah kelalaian.
Setelah satu target tercapai, jangan menganggap itu sebuah prestasi ter-
tinggi. Jadikan ia sebagai semangat. Buatlah target baru yang lebih besar untuk
kemudian kembali dikejar.
Menghadapi tantangan memang tidak mudah, karena kita harus berani
mengorbankan beberapa hal untuk meraih hasil yang belum tentu menyenang-
kan. Tapi coba pikirkan ini, jika kita selalu berada di zona nyaman dan tidak
berani mengambil risiko, kita mana tahu hasilnya? Siapa tahu kita bisa lebih
sukses dan bahagia. Di lain pihak, jika kita tidak pernah berusaha sedikit pun
untuk mewujudkan mimpi, maka hati kita pasti akan terasa hampa. Menjadi risk
taker (pengambil risiko) memang tidak semudah membalikkan telapak tangan,
tapi juga tidak sesulit yang dibayangkan. Asal kita memiliki tujuan yang positif,
pasti hasilnya akan sepadan dengan pengorbanan yang kita lakukan.
Sedari kecil, kita sebenarnya telah dilatih untuk keluar dari zona nyaman
oleh orang tua. Misalnya dorongan untuk terus belajar berjalan atau naik se-
peda. Sekarang ketika sudah dewasa, kita malah sering menahan diri di zona
nyaman, pergi ke kafe yang sama setiap harinya, berteman dengan teman yang
itu-itu saja, dan lain sebagainya. Berada di zona nyaman tidak hanya menghin-
darkan kita dari risiko, tapi juga kesuksesan. Begitu bunyi salah satu kalimat bi-
jak. Saat kita menolak untuk mengambil kesempatan yang ada, kita pun hanya
akan bergerak di tempat dan tidak maju sedikitpun. Tentu saja hal itu berarti
Anda tidak akan pernah bisa mendekati zona kesuksesan.
Persoalan klasik yang kerap dihadapi perusahaan mapan adalah karena
orang-orangnya tidak mau berubah. Mereka sudah terlanjur hidup dan bekerja
di zona nyaman (comfort zone). Jika suatu perusahaan sudah sangat mapan
dan orang-orang yang ada di dalamnya sudah merasa hidup nyaman, maka
perusahaan akan cenderung berjalan stagnan. Jika perusahaan seperti itu tidak
melakukan perubahan dan terobosan melalui inovasi dan diversifikasi produk,
tinggal menyongsong kematian saja. Karena itu tidak heran jika ada jargon
yang berbunyi, change or die.
Agar tidak terjebak dalam zona nyaman, tips-tips berikut kiranya layak un-
tuk dicoba, di antaranya yaitu:

Competencies Entrepreneur | 131


a. Temukan Tantangan Baru
Ketika kita sudah menyelesaikan satu tantangan, kita akan cenderung
merasa menang. Jika membiarkan diri terlalu lama tanpa tantangan atau
target baru, maka pekerjaan yang dijalani atau bisnis yang sedang dilaku-
kan akan terasa hambar. Maka tentukan target dan tujuan baru yang mam-
pu memicu selera juang ketika kita berhasil mengurai sebuah tantangan.
b. Miliki Niat yang Kuat
Setiap aktivitas harus dilandasi dengan niat yang kuat. Termasuk da-
lam hal perubahan. Ketika memilih untuk keluar dari comfort zone dengan
cara melakukan perubahan, sebaiknya kita melakukannya dengan penuh
konsistensi. Atau jika memilih untuk tetap bertahan pada pekerjaan saat
ini, kita juga harus melandasinya dengan niat yang kuat. Memang terkesan
klise, namun hidup adalah pilihan. Niat yang kuat akan membantu meng-
hadapi konsekuensi yang muncul karenanya.
c. Rajin Mengevaluasi Diri
Evaluasi juga diperlukan ketika ingin berubah. Kita perlu mengetahui
dulu apakah semua goal dalam hidup sudah terlaksana, atau minimal kini
tengah dalam proses mencapainya. Apakah aktivitas yang selama ini kita
lakukan sudah sesuai dengan visi misi kita. Jika tidak, maka ada yang perlu
dibenahi segera. Jangan menunda hal yang dapat dilakukan hari ini.
d. Mulai Dari hal Kecil
Mulailah perubahan dalam segala bidang yang ingin diperbaiki de-
ngan melakukan hal-hal kecil. Seperti minimal merubah penampilan kita
ketika hendak ke kantor. Tujuannya bukanlah untuk mengubah diri atau
kepribadian kita. Hanya saja kita berusaha mencari suasana baru agar tidak
bosan. Dengan membiasakan berubah untuk hal-hal kecil, kita akan terlatih
dan siap ketika harus menghadapi perubahan besar dalam kehidupan.
e. Melakukan Sesuatu yang Berbeda
Yang namanya perubahan tentu saja berbeda dengan apa yang biasa
kita lakukan setiap hari. Coba tulis apa-apa saja yang biasa kita lakukan se-
tiap hari. Hal apa saja yang terasa sama? Kita bisa mencoba dengan mulai
keluar dari kegiatan yang sama. Kita akan menemukan hal-hal baru di luar
kebiasaan kita setiap hari.

132 | Competencies Entrepreneur


f. Tangkap Setiap Kesempatan yang Diberikan
Kesempatan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari sebu-
ah perubahan. Kesempatan disediakan untuk kita ambil sebagai langkah
menuju hasil terbaik. Kesempatan yang sama tidak akan pernah datang
dua kali. Jadi jangan sia-siakan setiap kesempatan yang datang. Siapa tahu
kesempatan itu merupakan jalan untuk mencapai kesuksesan yang kita
inginkan.

5. Jatuh? Bangun Lagi!


Tidak ada seorang pun yang mengatakan jalan menuju sukses itu mudah.
Di samping intensitas dan kerja keras, terkadang kita akan mengalami yang
namanya kegagalan. Beberapa pengusaha sukses mengalami kemuduran dan
kekalahan, bahkan bangkrut. Namun mereka segera bangkit untuk membuat
perhitungan.
Menurut Ciputra, menjadi pengusaha atau pebisnis butuh mental baja dan
kuat, karena tak jarang jalan seorang pengusaha atau pebisnis disapa gagal dan
jatuh.
Tak boleh cepat menyerah bila ingin menjadi pengusaha sukses.
Kegagalan akan selalu berdiri di depan kesuksesan. Kita harus berani mele-
watinya sebelum berhasil mendapatkan kesuksesan. Ada dua pilihan, mengeluh
dan menyalahkan kegagalan atau mendorong diri kita untuk menyikapi kega-
galan dengan sikap terbaik.
Kita boleh berkeluh kesah saat kegagalan datang. Tapi cobalah pikirkan,
apakah kegagalan akan teratasi dengan keluh kesah kita? Apakah kegagalan
bisa menjadi pelajaran berharga jika kita menyikapinya dengan negatif? Tidak.
Sikap negatif dalam menghadapi kegagalan hanya akan memperparah ‘luka’
kegagalan. Sikap negatif hanya akan membawa kita terjerumus dalam penye-
salan yang tak berujung, dan akhirnya kita akan menyerah dan tak berani me-
lanjutkan langkah meraih sukses.
Kegagalan sebagai syarat sukses, bukan untuk ditakuti tetapi harus diha-
dapi. Banyak orang yang takut gagal, takut gagal saat mencoba usaha, takut
gagal saat mengikuti ujian test masuk kerja bahkan takut gagal dalam menja-
lani hidupnya. Sebenarnya perasaan takut akan kegagalan yang ada pada diri
seseorang hanya akan menghambat kesuksesan yang telah menunggu mereka.

Competencies Entrepreneur | 133


Sumber: http://bit.ly/2hqxoTl

Orang-orang yang kita sebut sebagai orang-orang sukses, adalah orang-


orang yang berhasil menyikapi kegagalan dengan tepat. Mereka semua pernah
mengalami kegagalan, satu dua kali hingga berkali-kali gagal. Namun, mereka
tetap tegar menghadapi kegagalan dan tetap berani mencoba dan terus mem-
perbaiki penyebab kegagalan yang pernah mereka alami. Kegagalan tidak me-
reka sikapi sebagai bencana. Malahan, kegagalan mereka jadikan pijakan dan
pengalaman untuk bisa melompat lebih tinggi menggapai kesuksesan.
Kita bisa melihat kisah sukses tokoh-tokoh besar kaliber dunia, seperti
Steve Jobs, Kolonel Sanders, Soichiro Honda, Steven Spielberg, Oprah Winfrey,
dan Thomas Alva Edison. Mereka adalah orang-orang yang telah meraih kesuk-
sesan. Mereka terkenal sebagai orang sukses; inovator sukses, pekerja sukses,
pebisnis sukses, sutradara sukses, dan pemandu acara TV sukses, dan ilmuwan
sukses. Dan mereka semua adalah orang-orang yang pernah gagal sebelum-
nya. Namun, kegagalan membuat mereka bisa belajar dan bangkit kembali un-
tuk memperbaiki diri hingga dapat meraih kesuksesan.
Steve Jobs gagal dalam kuliahnya dan dipecat dari Apple. Kolonel Sanders
ditolak sebanyak seribuan kali ketika ingin menjual resep ayam gorengnya sam-

134 | Competencies Entrepreneur


pai satu restoran di Kentucky Amerika Serikat mau membeli idenya. Soichiro
Honda tidak diterima lamarannya untuk jadi teknisi di Toyota Motor Corpora-
tion. Steven Spielberg ditolak tiga kali ketika ingin mendaftar di sekolah film.
Oprah Winfrey pernah mengalami trauma pelecehan dan pernah dikeluarkan
dari industri televisi dan terakhir Thomas Alva Edison yang pernah gagal ribuan
kali, namun sukses mematenkan ribuan perangkat dan dikenal sebagai penemu
yang inspiratif.
Ciputra sendiri pernah berpesan dalam bukunya yang berjudul Quantum
Leap, bahwa jika 10 kali gagal, 11 kali bangkit. “Waktu saya gagal pada 1998,
saya bersyukur karena sekarang saya punya ilmu pengalaman. Saat gagal ada-
lah kebanggaan dari entrepeneur. Karena entrepreneur harus berani mengambil
risiko. Tetaplah Optimistis. Jadi kalau gagal, tidak apa-apa. Tetap harus bangkit.
Jangan takut gagal dan bangkit kembali.”
Inilah salah satu rahasia sukses Ciputra dalam berbisnis. Tidak takut gagal.
Tidak takut jatuh. Bila gagal dan jatuh, maka hal yang penting dilakukan adalah
kembali bangkit. Seberapapun kegagalan atau kejatuhan terjadi, sebanyak itu
pula kita harus bangkit.

Competencies Entrepreneur | 135


Daftar Pustaka

Ahmad, N.H. et. al. 2017. "Entrepreneurial Competencies and Firm Performance in
Emerging Economies: A Study of Women Entrepreneurs in Malaysia." © Sp-
ringer International Publishing AG 2018, Knowledge, Learning and Innovation,
Contributions to Management Science, DOI 10.1007/978-3-319-59282-4_2
Alma, Buchari. 2008. Kewirausahaan. Bandung : Alfabeta
Antoni, Edwin. 2007. Merumuskan Profil Kompetensi Lunak (Soft Competence) Jabat-
an dan Karyawannya untuk Menentukan Kesenjangan sebagai Masukan untuk
Program Pengembangan Karyawan di Departemen SCM Bisnis Chevron. Ban-
dung: ITB.
Ardyan, Elia & Putri, Olivia T. tt. "Dampak Positif Seorang Wirausaha yang Memiliki
Kompetensi Kewirausahaan pada Kesuksesan Inovasi Produk dan Kinerja Bis-
nis." Jurnal Kewirausahaan dan Usaha Kecil Menengah, 1 (1), 11-19 ISSN 2477-
2836, Surakarta.
Assauri, S. 2007. Manajemen Pemasaran: Dasar, Konsep dan Strategi. Penerbit Jakar-
ta: PT. Rajagrafinda Persada.
Blythe, Jim & Megicks, Phil. 2010. Marketing Planning Strategy, environment and
context, First edition 2010, ISBN: 978-0-273-72471-1, British Library Catalogu-
ing-in-Publication Data A catalogue record for this book is available from the
British Library.
Deden, Sudirham J.J. 2007. Kreativitas dan Inovasi Penentu Kompetensi Pelaku Usaha
Kecil. UNIKOM.
Erasmus, Barney, et al. 2010. "Competencies for Human Resource Development
Practitioners." International Business & Economics Research Journal, Vol. 9, No.
8, August 2010.
Hendrayani, Rulita. 2011. Mengembangkan Kompetensi Personal Mahasiswa Pendi-
dikan Ekonomi sebagai Calon Guru melalui Soft Competency Training. Sema-
rang: UNNES.
Hisrich, R.D. et. al. 2005. Entrepreneurship. Sixth edition. New York: McGraw-Hill.

136
Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakat-
kan dan Membudayakan Kewirausahaan.
Ismaila, Verni Y. ; Zainb, Efendy; Zuliharc. 2014. The Portrait of Entrepreneurial Com-
petence on Student Entrepreneurs. 2015. Published by Elsevier Ltd. This is an
open access article under the CC BY-NC-ND license.
Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusahan Kecil Nomor 961/KEP/M/
XI/1995.
Kotler, Philip & Keller, Kevin Lane. 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi 12, cetakan 4.
Jakarta: PT Indeks.
Kristanto, Ch. 2017. "Pengaruh Relationship Marketing terhadap Kepuasan Nasabah
pada PT. Maskara Brilliant Bayu Zada." Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen, Vol. 6,
No. 1, Januari 2017, ISSN: 2461-0593.
Mitchelmore S, Rowley J., May. 2009. "Entrepreneurial Competencies: A Literature
Review and Development Agenda." International Journal of Entrepreneurial Be-
haviour & Research, Vol. 16, No. 2, 2010, pp. 92-111 q Emerald Group Publishing
Limited 1355-2554 DOI 10.1108/13552551011026995.
Modular Employable Skills (Mes) 1 Skill Development Initiative Scheme (Sdis). 2014.
Soft & Entrepreneurship Skills, Government of India Ministry of Labour & Em-
ployment Directorate General of Employment & Training Central Staff Training
and Research Institute Block - EN -81, Sector -V, Salt Lake Kolkata -700091.
Riyanti, Benedicta Prihatin Dwi, et al. 2016. "Soft Skill Competencies, Hard Skill Com-
petencies, and Intention to Become Entrepreneur of Vocational Graduates." In-
ternational Research Journal of Business Studies, Vol. IX, No. 02 (2016) ISSN:
2089-6271 | e-ISSN: 2338-4565.
Soegoto, Eddy Soeryanto. 2009. Entrepreneurship, Menjadi Pebisnis Ulung. Jakarta:
Kompas Gramedia.
Suryana. 2006. Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses.
Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat.
Swastha, D.H. & Irawan. 2008. Manajemen Pemasaran Modern. Edisi ke-13. Yogya-
karta: BPFE.
Untoro, Joko & Tim Guru Indonesia. 2010. Buku Pintar Pelajaran. Jakarta: Wahyu-
Media.

Competencies Entrepreneur | 137


Vijaya, C. et al. 2015. "Entrepreneurship Competencies and Competitive Advantage
of Small and Medium Enterprises of Odisha – A Statistical Analysis." Internatio-
nal Journal of Management (Ijm), ISSN 0976 – 6502(Print), ISSN 0976 - 6510(On-
line), Vol. 6, Issue 1, January (2015), pp. 740-757 © IAEME.
Waymon. 2010. The Well-Connected Employee: 8 Networking Competencies That
Lead to Career & Organization Success, CEO, Contacts Count LLC 301-589-8633
in the Metro Washington, DC area.
Zimmerer, W. Thomas M. Scarborough. 1996. Entrepreneurship and The New Venture
Formation. New Jersey: Prentice Hall International Inc.

138 | Competencies Entrepreneur


Glosarium

Berpikir analitik (analytical thinking), kemampuan seseorang dalam mengum-


pulkan, mengartikulasikan, memvisualisasikan, dan menganalisis informasi
yang ada.
Entrepreneur, disebut juga wirausahawan/pengusaha adalah pelaku atau orang
yang melakukan aktivitas sebagai wirausaha dengan memegang teguh etika
usaha dan kaidah yang ada dalam teori kewirausahaan.
Entrepreneurial, disebut juga wirausaha adalah aktivitas yang dilakukan oleh se-
seorang dengan keberanian mengambil risiko dengan cara atau metode yang
baru.
Entrepreneurship, disebut juga kewirausahaan adalah konsep dari teori teori yang
mengajarkan bagaimana menjadi seorang wirausahawan/pengusaha yang baik.
Etika wirausaha, adalah norma yang diciptakan supaya para wirausaha sepakat
menjalani aturan yang telah ada baik yang dibuat sesama wirausaha ataupun
oleh pemerintah.
Hard competencies, merupakan penguasaan keterampilan teknis dari hasil pem-
belajaran yang berhubungan dengan suatu bidang ilmu tertentu.
Inovasi, adalah proses menemukan atau mengimplementasikan sesuatu yang baru
ke dalam situasi yang baru dan memikirkan dan melakukan sesuatu yang baru
yang menambah atau menciptakan nilai-nilai manfaat.
Interpersonal skills, adalah keterampilan seseorang yang diperlukan dalam berhu-
bungan dengan orang lain.
Intrapersonal skills, adalah keterampilan seseorang dalam mengatur diri sendiri.
Intuisi, adalah daya atau kemampuan mengetahui atau memahami sesuatu tanpa
dipikirkan atau dipelajari; bisikan hati; gerak hati.
Jiwa kewirausahaan, adalah naluri yang timbul untuk memberikan dorongan jiwa
sehinga mengakibatkan ketertarikan untuk melakukan kreativitas merubah

139
produk lama menjadi baru melalui inovasi dengan mengedepankan kompeten-
si yang dimiliki.
Kemampuan manajerial (managerial competencies), kemampuan seseorang da-
lam mengatur, mengoordinasikan dan menggerakkan para bawahan ke arah
pencapaian tujuan yang telah ditentukan organisasi.
Kemampuan strategi pemasaran (strategic marketing competencies), kemam-
puan seseorang dalam memilih dan menganalisa pasar sasaran yang tertuju
pada suatu kelompok orang yang ingin dicapai oleh perusahaan dan mencip-
takan bauran pemasaran yang cocok dan dapat memuaskan pasar sasaran ter-
sebut.
Kompetensi analisis pasar (market analysis competencies), kemampuan seseo-
rang dalam menganalisa dan mempelajari berbagai masalah pasar menyangkut
lokasi pasar, luasnya pasar, sifatnya pasar dan karakteristik pasar.
Kompetensi bisnis (business competencies), kemampuan seseorang dalam meng-
indentifikasi potensi risiko bisnis, manajemen dan keuangan dan membuat
langkah-langkah pengendalian untuk dapat menghindari setiap risiko tersebut.
Kompetensi hubungan pasar (relational marketing competencies), kemampuan
seseorang dalam menjalin komunikasi tetap dengan konsumen.
Kompetensi individu (personal competencies), kemampuan kinerja seseorang
dalam mengintegrasikan dan mengimplementasikan pengetahuan, keteram-
pilan, sikap serta nilai-nilai pribadi berdasarkan pembelajaran dan pengalaman
yang dimilikinya sebagai upaya pelaksanaan tugas secara professional, dan da-
pat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dan mencocokkannya dengan
peluang dan ancaman.
Kompetensi inovasi (innovation competencies), kemampuan seseorang dalam
berinovasi produk dan inovasi proses yang merupakan suatu perubahan yang
terkait dengan upaya meningkatkan atau memperbaiki sumber daya yang ada,
memodifikasi untuk menjadikan sesuatu bernilai, menciptakan hal-hal baru
yang berbeda, merubah suatu bahan menjadi sumber daya dan menggabung-
kan setiap sumberdaya menjadi suatu konfigurasi baru yang lebih produktif
baik langsung atau pun tidak langsung.
Kompetensi jaringan (networking competencies), kemampuan seseorang da-
lam membangun interaksi sosial dalam menunjang pelaksanaan tugas seperti
perencanaan, koordinasi dan pengendalian juga tentang kemampuan untuk
membangun dan memanfaatkan jaringan dengan mitra.

140 | Competencies Entrepreneur


Kompetensi kepemimpinan kelompok (team leadership competencies), ke-
mampuan seseorang yang memiliki keinginan untuk mengambil peran sebagai
pemimpin dalam suatu kelompok dan memastikan adanya kejelasan di antara
anggota kelompok.
Kompetensi kerja sama (team work competencies), kemampuan seseorang da-
lam bekerja sama dengan orang lain secara kooperatif dan menjadi bagian dari
kelompok.
Kompetensi kewirausahaan, karakteristik, perilaku dan kemampuan individu yang
dapat bertahan demi mengarah pada kesuksesan kinerja bisnis dalam mengha-
dapi persaingan yang semakin ketat.
Kompetensi kreativitas (creativity competencies), kemampuan seseorang dalam
mengobservasi situasi dan masalah-masalah yang sebelumnya tidak diperha-
tikan orang lain.
Kreativitas, melakukan atau mengembangkan sesuatu dengan cara baru.
Out of the box, bagaimana kita bisa berpikir tajam, kritis, dan kreatif.
Peluang, semua celah yang memungkinkan untuk dijadikan sebagai bisnis.
Pola pikir, disebut juga mindset, adalah sekumpulan kepercayaan (belief) atau cara
berpikir yang mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang, yang akhirnya akan
menentukan level keberhasilan hidupnya.
Relasi, adalah suatu hubungan kita dengan manusia lain atau dengan teman, bisa
juga berarti jejaring.
Risk bearing, kemampuan dan keberanian untuk menanggung risiko.
Soft competencies, merupakan kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan
untuk mengelola proses pekerjaan, hubungan antarkaryawan serta memba-
ngun interaksi dengan orang di luar perusahaan
Stand out of the crowd, tampil di antara kerumunan orang dengan pemikiran out
of the box.
Start up, kemampuan dan kemauan untuk memulai usaha.

Competencies Entrepreneur | 141


Indeks

B K
Bisnis 7, 8, 12, 13, 23, 24, 25, 26, 27, 28, Kewirausahaan iii, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10,
29, 31, 44, 46, 50, 53, 54, 65, 66, 68, 12, 13, 19, 20, 21, 25, 123, 124, 155,
72, 77, 78, 79, 80, 84, 85, 87, 88, 89, 156, 187
90, 91, 92, 97, 101, 103, 104, 106, Kompetensi iii, 16, 100, 101, 103, 105,
112, 113, 116, 124, 127, 128, 130, 106, 115, 118, 119, 120, 124, 188,
131, 133, 134, 135, 136, 137, 138, 190
139, 140, 142, 143, 144, 150, 152, Konsumen 25, 27, 46, 57, 60, 63, 66, 68,
156, 157, 158, 160, 161, 163, 165, 69, 70, 71, 72, 73, 75, 76, 77, 78, 80,
166, 168, 169, 170, 171, 176, 178, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 89, 92, 93, 94,
188, 190 95, 96, 98, 114, 115, 116, 117, 189
Kreatif 7, 8, 10, 12, 16, 24, 32, 33, 34, 35,
E 36, 37, 40, 41, 45, 46, 47, 48, 49, 50,
Entrepreneur iii, 5, 6, 8, 10, 11, 12, 14, 16, 51, 53, 56, 59, 67, 81, 82, 89, 97,
17, 20, 21, 22, 24, 26, 27, 31, 32, 56, 106, 107, 108, 109, 130, 190
57, 62, 78, 79, 80, 100, 101, 103, M
105, 106, 107, 109, 113, 114, 115,
116, 119, 120, 123, 126, 127, 132, Marketing 87, 88, 91, 92, 116, 117, 140
150, 155, 156, 157, 158, 160, 163,
164, 165, 173, 175, 176, 182 N
Entrepreneurial 2, 6, 8 Nilai 7, 8, 9, 16, 19, 49, 53, 54, 56, 57,
Entrepreneurship 5, 6, 7, 8, 9, 10, 16, 17, 58, 70, 73, 74, 77, 78, 81, 83, 92, 95,
18, 24, 126, 154, 155, 156, 158, 168 97, 98, 101, 102, 103, 105, 108, 110,
Etika 26, 27, 53, 187 128, 141, 148, 166, 169, 171, 172,
I 188, 189

Ide 6, 8, 22, 33, 34, 36, 37, 41, 44, 45, 46, P
47, 50, 51, 53, 54, 56, 58, 62, 65, 66, Pasar 25, 48, 50, 62, 63, 66, 76, 80, 82, 84,
67, 68, 78, 79, 97, 98, 107, 108, 109, 85, 88, 89, 93, 96, 98, 110, 113, 114,
110, 120, 133, 143, 146, 159 115, 116, 126, 162, 171, 188
Inovasi iii, 4, 6, 7, 8, 13, 16, 17, 27, 31, 32, Peluang iii, 7, 8, 9, 10, 12, 16, 21, 22, 31,
33, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 68, 92, 34, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 73, 78,
96, 97, 101, 109, 110, 111, 112, 152, 79, 80, 97, 105, 106, 115, 130, 131,
156, 178, 188, 189 134, 142, 189
Integritas 27, 155, 168, 169, 170 Perusahaan iii, 26, 27, 28, 29, 32, 57, 58,
59, 60, 73, 74, 77, 78, 80, 82, 83, 84,
85, 86, 87, 88, 92, 97, 101, 103, 107,

142
113, 115, 116, 117, 118, 119, 123,
129, 130, 132, 135, 140, 151, 157,
158, 159, 160, 171, 172, 174, 175,
177, 178, 188
Produk 6, 7, 9, 16, 25, 44, 45, 48, 52, 53,
54, 56, 57, 58, 60, 65, 67, 68, 69, 70,
71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80,
82, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91,
92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 110, 112,
113, 114, 118, 128, 131, 152, 153,
160, 162, 163, 166, 171, 178, 188,
189
R
Relasi 25, 26, 142, 171
Risiko 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 12, 16, 113, 118,
177, 182, 187, 190
W
Wirausaha 2, 4, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 18,
20, 21, 24, 25, 62, 80, 103, 123, 131,
187
Wirausahawan iii, 3, 4, 5, 8, 10, 11, 12, 13,
21, 22, 24, 28, 57, 97, 98, 115, 128,
130, 156, 187

Competencies Entrepreneur | 143


ISBN 602-5717-12-5

Jl. Nata I No. 10 Kopo Sayati, Margahayu, Bandung, Jawa Barat


Telp.: 082214136659, E-mail: manggumedia@gmail.com
Web.: www.manggumedia.com
9 786025 717123

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai