Anda di halaman 1dari 46

E. Fujiachirusanto. 2002.

“Peran dan Sosok Bung Hatta dalam Dailetika


Perkembangan Sejarah Bangsa Indonesia ”. Semarang

Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan


Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta

Hadiwijoyo, Suryo, Sakti. 2012. Negara, Demokrasi dan Civil Society.


Yogyakarta: Graha Ilmu. Cetakan Pertama

Hakim, Ahmad. M. Thalhah. 2005. Politik Bermoral Agama Tafsir Politik


Hamka.

Yogyakarta: UII Press. Cetakan Pertama

Hamka. 1984. Islam Revolusi Ideologi dan Keadilan Sosia., Jakarta:


Panjimas

Hatta, Mohammad. 2014. Demokrasi Kita. Jakarta: Sega Arsy

. 2010. Berjuang dan Dibuang. Jakarta: Kompas

. 2015, Bukittinggi-Rotterdam Lewat Betawi, Jakarta: PT

Kompas Media Nusantara

. 2015, Menuju Gerbang Kemerdekaan. Jakarta: PT Kompas

Media Nusantara

. Kumpulan Karangan JilidI. Jakarta: Bulan Bintang


43

BIOGRAFI

Nama : Dr. (H.C.) Drs. H. Mohammad Hatta

Tempat / Tanggal Lahir : Bukittinggi / 12 Agustus 1902

Meninggal : 14 Maret 1980 (umur 77) Jakarta, Indonesia

Kebangsaan : Indonesia

Partai politik : Non partai

Istri : Rahmi Rachim

Anak : Meutia Hatta, Gemala Hatta, Halida Hatta

Tanda tangan: :
I

MASA KECIL MOHAMMAD HATTA

Muhammad Hatta lahir pada rumah kakeknya berasal pihak ibu,


Ilyas Bagindo murka (seorang pedagang sukses di Bukittinggi), yang
terletak di Aur Tanjungkang, Bukittingi, Sumatera Barat. ia lahir pada hari
Selasa tanggal 12 Agustus 1902. Hatta lahir pada rumah akbar bertingkat 2
yang terbuat berasal papan serta beratap seng. di belakang tempat tinggal
ada sebuah sebat atau kolam yang berisikan ikan kaluih, semacam gurami.
Di tepi pekarangan, asal sebelah kiri hingga ke belakang terdapat sangkar
kuda yang bisa memuat hingga 18 ekor kuda. Ayahnya bernama
Muhammad Jamil serta bundanya bernama Siti Saleha.

Ayahnya, H. Muhammad Jamil, asal berasal Batuhampar, dekat


Kota Payakumbuh. asal pihak ayah, Hatta merupakan generasi ke-3
keturunan ulama tarekat yang populer di zamannya, Syekh Abdurrahman
yang berasal berasal Batuhampar. Paman Hatta berasal ayahnya, Syekh
Arsyad, ialah anak asal Syekh Abdurrahman yang menurunkan pedagogi
ilmu agama dan menjadi seorang guru kepercayaan yang populer pada
sana. Muhammad Hatta mempunyai nama lahir Muhammad Athar. Diberi
nama Muhammad Athar merujuk pada nama Nabi/Rosul terakhir di agama
Islam yaitu Muhammad, dan Athar (dari berasal bahasa Arab) yang artinya
harum. Muhammad Athar ialah anak ke-dua dari pasangan Siti Saleha dan
Muhammad Jamil (anak pertamanya ialah Rafi’ah yg lahir pada tahun
1900).
1

E. Fujiachirusanto. 2002. “Peran dan Sosok Bung Hatta dalam Dailetika


Perkembangan Sejarah Bangsa Indonesia ”. Semarang

Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan


Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta

Hadiwijoyo, Suryo, Sakti. 2012. Negara, Demokrasi dan Civil Society.


Yogyakarta: Graha Ilmu. Cetakan Pertama

Hakim, Ahmad. M. Thalhah. 2005. Politik Bermoral Agama Tafsir Politik


Hamka.

Yogyakarta: UII Press. Cetakan Pertama

Hamka. 1984. Islam Revolusi Ideologi dan Keadilan Sosia., Jakarta:


Panjimas

Hatta, Mohammad. 2014. Demokrasi Kita. Jakarta: Sega Arsy

. 2010. Berjuang dan Dibuang. Jakarta: Kompas

. 2015, Bukittinggi-Rotterdam Lewat Betawi, Jakarta: PT

Kompas Media Nusantara

. 2015, Menuju Gerbang Kemerdekaan. Jakarta: PT Kompas

Media Nusantara

. Kumpulan Karangan JilidI. Jakarta: Bulan Bintang


42

DAFTAR PUSTAKA

Adolf, Huala. 1991. Aspek-Aspek Negara Dalam Hukum Internasional.


Jakarta: Utara. CV. Rajawali

Alfarisi, Salman. 2010. Mohammad Hatta Biografi Singkat 1902-1980.


Jogjakarta: Garasi

Arfani, Noer Riza. Demokrasi Indonesia Kontemporer. Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada

Asshiddiqie, Jimly. 2011. Konstitusi dan Konstitusialisme Indonesia. Edisi


Kedua. Jakarta

Timur: Sinar Grafika. Cetakan Pertama

. 2011. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta:

Rajawali Pers

B. Setiawan. 1990. Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta: PT. Cipta Adi


Pustaka

Bagum, Rikard. 2003. Bung Hatta. Jakarta: Penerbit Buku Kompas

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa


Indonesia. Jakarta:nBalai Pustaka
41

Belakangan selesainya ia mulai dapat berbicara, ia tidak bisa menyebut


namanya “Athar” sehingga sebutan “Athar” berganti menjadi “Hatta”. pada
usia 7 bulan, ayahnya tewas global. lalu, ibunya menikah lagi dengan Agus
Haji Ning, seorang pedagang asal Palembang. Pernikahan Siti Saleha
dengan Mas Agus Haji Ning dikaruniai 4 orang anak wanita. Meskipun
berstatus anak tiri, Hatta dan Rafi’ah juga menerima afeksi yg sama mirip
anak kandung Mas Agus Haji Ning lainnya. sebagai akibatnya Hatta pun
sempat menduga bahwa Mas Agus Haji Ning lah ayah kandungnya.

MOHAMMAD HATTA MEMASUKI SEKOLAH

Selain menyerap segala ilmu pengetahuan pada pendidikan


formal, Hatta jua menelaah ilmu-ilmu kepercayaan , berhubung keluarganya
artinya keluarga yang taat beragama. Syekh Arsyad, paman Hatta dari pihak
ayahnya, menginginkan Hatta bisa menjadi ulama di lalu hari. namun pihak
ibunya tidak sepakat, mereka ingin Hatta belajar di sekolah umum . Kakek
asal pihak ibu serta kakek dari pihak ayah akhirnya mencapai konvensi.
Rencananya, Hatta akan dimasukkan ke Sekolah masyarakat lebih dahulu,
setelah tamat akan dibawa ke Mekah untuk belajar agama serta meneruskan
ke Kairo Paman Arsyad selalu mengenakan sorban dan jubah.
2

Selain mengajar kepercayaan pada sekolah, pada rumah, waktunya


banyak terpakai untuk mendapatkan tamu yang rata-rata datang asal jauh, yg
sengaja datang buat meminta petunjuk perihal kepercayaan serta persoalan-
masalah lainnya. Hatta mengagumi Paman Arsyad, beliau terpesona melihat
koleksi buku Arsyad yang sangat poly, semua ditulis menggunakan bahasa
Arab. ia pun mempunyai impian buat sebagai ulama. Saat berusia 5 tahun,
Hatta direncanakan masuk ke Sekolah warga .

Tetapi ternyata usianya dianggap belum memenuhi syarat. ketika


itu, minimal usia 6 tahun yang dapat bersekolah di Sekolah warga . Hatta
tidak bisa menyentuh telinga kirinya menggunakan tangan kanan melingkar
pada atas kepala, dari situ dapat diketahui bahwa usia Hatta masih di bawah
6 tahun. Akhirnya Pak Ilyas, kakek Hatta dari pihak bunda, memasukkan
Hatta ke Sekolah partikelir milik kenalannya, bekas anggota tentara
Belanda, namanya Mr. Lederboer.

Sekolah partikelir yang dimaksud adalah sekolah yang dikelola


perorangan. di sana, dia belajar bahasa Belanda. Sore harinya, ia belajar
menulis dan membaca berasal pamannya yang ialah saudara termuda
ibunya, Paman Saleh. Selepas maghrib, Hatta pergi mengaji ke Surau Inyik
Jambek. teman mengaji Hatta, rata-homogen tidak bersekolah di pagi
harinya. Mereka kebanyakan membantu orang tuanya pada sawah atau
menggembala kerbau. pada surau, anak-anak diajari mengaji menggunakan
berlagu. Hatta cepat belajar mengenal huruf Arab, cepat juga pintar
membaca juz Amma, tetapi dalam berlagu, ia tak pandai.
3

KESIMPULAN

Dari penelitian yang telah dilakukan, maka hasil penelitian tersebut dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Kemerdekaan menurut Mohammad Hatta yakni menghilangkan semua


bentuk penjajahan dari suatu bangsa. Sedangkan kedaulatan rakyat dalam
pandangannya, yakni kekuasaan tertinggi terletak pada rakyat sehingga
kedudukan rakyat sama dengan raja, hal tersebut bisa terwujud dengan cara
melakukan pendidikan bagi rakyat agar rakyat sadar akan kedaulatan
tersebut dan tidak akan pernah melucuti kedaulatan mereka sendiri, serta
dengan masyarakat yang pandai tersebut tidak akan ada kelompok yang bisa
melucuti dari kedaulatan rakyat tersebut.

2. Adapun kiprah dari Mohammad Hatta dalam memperjuangkan kedaulatan


rakyat yakni beliau banyak mengajarkan kepada masyarakat bahwa
kedaulatan adalah milik rakyat dan jangan mau diperlakuakan semena-
mena. Serta Mohammad Hatta mengajarkan dan bahkan selalu
mendengungkan bahwa kedaulatan rakyat adalah milik rakyat.
40

Dalam perspektif Islam kedaulatan rakyat itu dapat dipahami terwujud


dalam kekuasaan yang terkait dalam fungsi manusia (setiap pribadi rakyat)
sebagai khalifah Allah. Kedaulatan tuhan itu dalam pelaksanaannya
terwujud dalam kedaulatan rakyat yang akan memberikan amanat kepada
para pemimpin yang dipilih oleh mereka sebagai mandataris, dan
mengangkat “ahl halli wa al-aqli” ataupun “dewan syura” untuk menetapkan
hukum Negara yang tidak dirumuskan berdasarkan rujukan syari‟at ataupun
dirumuskan dalam kerangka syariat tuhan. Dengan demikian dapat dipahami
bahwa kedaulatan rakyat dalam Islam yakni kedaulatan terletak hanya milik
tuhan semata, namun dalam hal ini masyarakat juga memiliki kedaulatan
yang mana kedaulatan tersebut merupakan titipan dari Tuhan, melalui
kedaulatan rakyat inilah manusia berhak untuk memilih wakil-wakil mereka
dalam memimpin Negara demi mendapatkan kesejahteraan bagi masyarakat
itu sendiri

Dengan melihat konsep pemikiran Mohammad Hatta tentang kedaulatan


rakyat yang lebih menegaskan tentang kekuasaan dalam bernegara adalah
milik masyarakat maka dapat dikatakan bahwa keselarasan antara pemikiran
Hatta dengan konsep Islam terkait kedaulatan rakyat hanya berbeda dari cara
melihat hakikat pemilik kekuasaan tersebut, karena dalam konsep Islam
kekuasaan sesungguhnya dalam suatu Negara adalah Allah. Sedangkan
Kedaulatan yang dimiliki oleh Masyarakat merupakan cerminan dari
kekuasaan Allah.
39

Selepas maghrib, Hatta pergi mengaji ke Surau Inyik Jambek.


teman mengaji Hatta, rata-homogen tidak bersekolah di pagi harinya.
Mereka kebanyakan membantu orang tuanya pada sawah atau menggembala
kerbau. pada surau, anak-anak diajari mengaji menggunakan berlagu. Hatta
cepat belajar mengenal huruf Arab, cepat juga pintar membaca juz Amma,
tetapi dalam berlagu, ia tak pandai. Hanya enam bulan Hatta belajar di
sekolah partikelir. Engku guru Thalib mengabari Pak Ilyas bahwa pada kelas
1 Sekolah masyarakat poly kursi yang tersedia. karena usia Hatta telah
genap enam tahun, Hatta pun segera masuk kelas 1 Sekolah masyarakat.

Hatta menempuh pendidikan dasar di Sekolah Melayu Paripat,


Bukittinggi. pada kelas, Hatta terbelakang pada pelajaran berhitung.
Kakaknya, Rafi’ah, dengan tekun membantu Hatta belajar berhitung. Sebab
Hatta sudah mampu membaca serta menulis menggunakan lancar, setelah
empat bulan sekolah, ia dinaikkan ke kelas 2 sehingga bisa satu kelas
dengan kakaknya, Rafi’ah. Sore harinya, dia masih melanjutkan belajar
Bahasa Belanda. Kali ini dia diajar sang seseorang guru berkebangsaan
Belanda bernama Mr.Jansen. 2 tahun bersekolah pada Sekolah rakyat, Hatta
dipindahkan ke Sekolah Belanda, ELS (Europese Lagere School). Awalnya
beliau menolak sebab sudah merasa cocok dengan teman-temannya pada
Sekolah masyarakat.
4

Atas bujukan Mr.Jansen dan Paman Saleh, akhirnya Hatta mau


juga pindah ke ELS. tidak banyak anak Indonesia yang belajar pada ELS. di
ELS, hanya anak pegawai pemerintah serta orang kaya saja yang diterima.
pada ELS, Hatta diterima pada kelas 2. Pagi hari Hatta belajar pada ELS,
sorenya belajar bahasa Belanda, sesudah maghrib belajar mengaji di surau.
Hatta dapat mengatur waktu menggunakan baik sebab dukungan
keluarganya. saat Pak Ilyas akan menunaikan ibadah haji ke Mekah, ia
bermaksud membawa Hatta.

Namun ternyata Paman Idris (pamannya asal pihak mak ) serta ibu
Hatta tidak putusan bulat, menggunakan alasan Hatta masih terlalu mungil
serta Hatta pun belum menamatkan Al-Qur’an. Hatta menamatkan
pendidikan pada ELS di tahun 1916 di Kota Padang. beliau ingin
melanjutkan ke Hogere Burger School, HBS, namun HBS tidak terdapat
pada Sumatera Barat, adanya di Jakarta. Ibunya tidak mengizinkan dia
pulang ke Jakarta, jadi ia melanjutkan pendidikannya di Meer Uitgebreid
Lager Onderwijs, MULO, di Kota Padang. Mulanya Hatta tidak mau masuk
MULO. dia betul-betul ingin melanjutkan sekolah di HBS di Jakarta. sampai
akhirnya dia memutuskan buat menentukan bekerja saja ketimbang sekolah.
akan tetapi pamannya membujuk agar Hatta menuruti ibunya untuk
melanjutkan sekolah ke MULO, ia pun berdasarkan. Maksud ibunya
melarang bukan tanpa alasan, ibunya takut Bila Hatta ke Jakarta, Hatta akan
terpengaruh menggunakan pergaulan kota besar dan lupa menggunakan
agamanya. pada MULO, Hatta mendapat pelajaran sejarah, yang mampu
menumbuhkan pemahamannya terhadap nilai-nilai kebangsaan.
5

Dan masyarakat juga harus sadar akan pentingnya kedaulatan yang mereka
miliki, dengan diberikan pendidikan kepada mereka maka mereka akan bisa
mempertahankan dan menjunjung tinggi kedaulatan tersebut dan bukan
melucuti dari kedaulatan rakyat itu sendiri. Sedangkan dalam Islam
Kedaulatan hanyalah milik Tuhan karena tuhanlah yang memiliki kekuasaan
tertinggi, tuhan bukan saja sebagai pencipta tetapi Tuhan juga sebagai
pemelihara dan sumber hukum. Selain tuhan tidak ada yang berhak memiliki
kedaulatan atau kekuasaan tertinggi. Dalam Islam siapa saja yang
mendapatkan amanat untuk menduduki sesuatu jabatan kenegaraan, diawasi
dan dikendalikan oleh rakyat yang secara sendiri-sendiri maupun bersama-
sama dalam fungsinya sebagai khalifah tuhan. Kekuasaan yang dimiliki oleh
setiap manusia itu pada pokoknya hanyalah sekedar amanah dari Allah
SWT.

Negara itu sendiri diperlukan sebagai alat kehidupan bersama agar


masyarakat yang diikat atas solidaritas bersama untuk bersama-sama dan
sendiri-sendiri berlomba-lomba melakukan kebajikan-kebajikan
kemanusiaan sesuai dengan perintah tuhan. Dengan demikian, fungsi Negara
sekedar menjadi alat bantu ini tidak boleh keluar dari kerangka hukum tuhan
itu sendiri. Dalam hal ini, kedaulatan yang dimiliki oleh setiap manusia
(rakyat) itu haruslah mengikuti standar-standar yang ditentukan oleh hukum
(kedaulatan hukum) yang ditentukan tuhan. Karena, kedaulatan rakyat itu
hanyalah merupakan “cermin” dari kedaulatan yang hakiki, yaitu kedaulatan
Allah SWT.
38

Kedaulatan dalam pandangan Mohammad Hatta yakni beliau senantiasa


berbicara tentang arti penting pendidikan bagi rakyat, yaitu meningkatkan
kesadaran politik rakyat, agar rakyat mampu mengetahui hak dan kewajiban
dan menggunakan secara bertanggung jawab. Begitulah Hatta yang
mengganggap pentingnya arti pendidikan bagi rakyat, dan Hatta juga
menambahkan, tugas untuk mendidik rakyat berada di tangan para
pemangku atau pejabat pemerintahan. Agar para pejabat pemerintahan
mampu menyelenggarakan pendidikan politik bagi rakyat, para pejabat
pemerintah harus meyakini terlebih dahulu tentang kebenaran prinsip
kedaulatan rakyat sebagai dasar Indonesia merdeka.

Kebenaran di sini yaitu, dalam arti stabil dan kuat bertahan dalam
menghadapi setiap gangguan inkonstitusional, sehingga proses
pembangunan dapat berlangsung dengan lancar. Dalam hal inilah Hatta
mengemukakan dua asumsi yang mendukung kebenaran prinsip kedaulatan
rakyat. Pertama, diasumsikan, di samping berdaulat, rakyat juga
bertanggung jawab terhadap kedaulatan yang diembannya. Kedua, rakyat
yang berdaulat tidak mungkin melucuti kedaulatan sendiri. Dengan
demikian sangat jelas bahwa pemikiran Mohammad Hatta terkait dengan
kedaulatan rakyat, menurut Hatta kedaulatan sepenuhnya berada di tangan
rakyat, karena kedaulatan merupakan milik rakyat maka rakyat harus
diberikan pendidikan agar mereka tidak dibodohi oleh oknum- oknum
tertentu.
37

Ditambah lagi, pada tahun 1918 datang Nazir Datuk Pamontjak


berasal Jakarta ke Padang. dia merupakan galat seseorang berasal beberapa
orang Indonesia yang sudah lulus HBS pada Jakarta. menggunakan donasi
murka Sutan (sekretaris persatuan sosial di Padang yang bernama “Sarekat
usaha”), Nazir Datuk Pamontjak bisa menyelenggarakan kedap dengan para
pelajar sekolah-sekolah menengah pada Padang serta Bukittinggi. Hatta
hadir di rapat tersebut. di rapat itu, Nazir Datuk Pamontjak menyadarkan
pelajar Sumatera pentingnya wadah pemersatu bagi pemuda Sumatera Barat.

Sehabis 5 tahun tidak lagi belajar agama, Hatta serta mitra-mitra


mulai lagi belajar kepercayaan di Haji Abdullah Ahmad. Abdullah Ahmad
artinya guru agama di sekolah yang didirikan sang Sarekat perjuangan. dari
situlah Hatta mengenal Sarekat usaha dan mengenal Engku Thaher murka
Sutan (sekretaris Sarekat usaha). Melalui Thaher murka Sutan, Hatta mulai
mengenal surat berita “Utusan Hindia” yang dipimpin Abdul Muis. sejak
itulah Hatta mulai mengenal serta tertarik pada dunia politik. beliau mulai
seringkali menghadiri rendezvous-rendezvous para tokoh dan pemuka
Sarekat perjuangan yg acapkali mengungkapkan kehidupan politik.
6

Pandangan sosial Hatta semakin luas lagi menggunakan datangnya Abdul


Muis (tokoh Sjarikat Islam) ke Padang. Abdul Muis memberikan beberapa
pidato di beberapa kesempatan mengenai “rodi”. dari Hatta, Abdul Muis
ialah seorang pakar pidato yg hebat. Abdul Muis mampu menyadarkan
Hatta bahwa rodi ialah suatu sistem yang buruk , yang di awalnya Hatta
menerka rodi ialah bagian dari lembaga adat semata. Hatta masuk ke serikat
Jong Sumatranen Bond. Beberapa ketika sesudah masuk sebagai anggota
Jong Sumatranen Bond, dia dianggap menjadi bendahara. Hatta pernah
tergabung dengan klub sepak bola bernama Swallow ketika sekolah di
Padang sesudah menamatkan studi di MULO, Hatta melanjutkan
pendidikannya ke Jakarta dengan mendapatkan restu dari ibunya.

PENDIDIKAN

 Nederland Handelshogeschool, Rotterdam, Belanda (1932)


 Sekolah Tinggi Dagang Prins Hendrik School, Batavia (1921)
 Meer Uirgebreid Lagere School (MULO), Padang (1919)
 Europeesche Lagere School (ELS), Padang, 1916
 Sekolah Dasar Melayu Fort de kock, Minangkabau (1913-1916)
7

Dalam pandangan Hatta kemerdekaan sesungguhnya harus diwujudkan


melalui kesadaran kebangsaan, dan menyadari tentang arti kemerdekaan,
dengan cara menjadikan diri dan rakyat menjadi orang-orang yang memiliki
intelektual, sehingga tidak mudah untuk dibodohi. Dan hal ini bisa dilihat
pada dalil Al-Quran bahwa kemerdekaan merupakan suatu bentuk
pembebasan diri dari kesesatan, kebodohan dan berbagai bentuk
penzhaliman. Namun dalam konsep Islam semua bentuk kemerdekaan
tersebut adalah campur tangan tuhan dan izin Tuhan.

Keselarasan pemikiran ini dibuktikan dengan pembukaan undang- undang


dasar Negara yang menyatakan bahwa berkat rahmat tuhanlah yang mampu
mengantarkan rakyat Indonesia menuju pintu gerbang kemerdekaan.
Artinya pemikiran Mohammad Hatta tentang kemerdekaan memang selaras
dengan konsep kemerdekaan yang terdapat dalam Islam hal ini terlihat dari
bagaimana Mohammad Hatta memaknai kemerdekaan dan
menjaga/menghargai kemerdekaan dengan jalan terus berusaha untuk
mewujudkan masyarakat yang cerdas dan tidak dibodohi oleh pihak
manapun dengan tujuan mengambil keuntungan sendiri.
36

Dalam Majalah Indonesia dan kemudian disadur kedalam Bahasa Belanda


ada dua karya yaitu: Pertama, “Verspreide Geschriften” yang tebalnya lebih
dari 580 halaman. Kedua, terbagi atas IV Jilid berisi karya- karya Hatta
sendiri yang kebanyakan ditulis pada saat sudah kembali di Indonesia. Pada
Jilid IV ini memuat karya-karya ilmiah pada waktu ia menjadi Wakil
Presiden, tebalnya hampir 1000 halaman, sebab karya ini bukan salinan ke
dalam Bahasa Indonesia. Untuk itu, hingga sekarang banyak karya-karya
pemikiran Hatta yang diterbitkan kembali setelah beliau wafat.

Analisa Tentang Kemerdekaan dan Kedaulatan Rakyat Menurut Mohammad


Hatta Pemikiran Mohammad Hatta dalam melihat kemerdekaan dan
kedaulatan rakyat yakni beliau sangat berjuang keras untuk meujudkan itu
semua dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun bila di tinjau dari
persfektif Islam terkait masalah kemedekaan dan kedaulatan rakyat maka
akan kita temukan adanya keselarasan antara pemikiran Mohammad Hatta
yang menyatakan bahwa kemeredekaan merupakan semangat kebangsaan,
kemerdekaan bukan hanya sekedar terlepas dari jajahan bangsa luar saja,
melainkan rakyat juga harus terlepas dari kekuasaan kaum feudal dan
golongan yang ingin memanfaat kan rakyat Indonesia.
35

KARIR

 Ketua Panitia Lima (1975)


 Penasihat Presiden dan Penasehat Komisi IV (1969)
 Dosen Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta (1954-1959)
 Dosen Sesko Angkatan darat, Bandung (1951-1961)
 Wakil Presiden, Perdana menteri, dan Menteri Luar Negeri NKRIS
(1949-1950)
 Ketua delegasi Indonesia Konferensi Meja Bundar, Den Haag (1949)
 Wakil Presiden, Perdana Menteri, dan Menteri Pertahanan (1948-1949)
 Wakil Presiden RI pertama (1945)
 Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia (1945)
 Wakil Ketua Panitia Persiapan kemerdekaan Indonesia (1945)
 Anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (1945)
 Kepala Kantor Penasehat Bala Tentara Jepang (1942)
 Ketua Panitia Pendidikan Nasional Indonesia (1934-1935)
 Wakil Delegasi Indonesia Liga Melawan Imperialisme dan Penjajahan,
Berlin (1927-1931)
 Ketua Perhimpunan Indonesia, Belanda (1925-1930)
 Bendahara Jong Sumatranen Bond, Jakarta (1920-1921)
 Bendahara Jong Sumatranen Bond, Padang (1916-1919)
 Partai Nasional Indonesia
8

ORGANISASI

 Club pendidikan Nasional Indonesia


 Liga menentang Imperialisme
 Perhimpunan Hindia
 Jong Sumatranen Bond
 Penghargaan
 Pahlawan Nasional
 Bapak koperasi Indonesia
 Doctor Honoris Causa, Universitas Gadjah Mada, 1965
 Proklamator Indonesia
 The Founding Father's of Indonesia

KEMBALI KE INDONESIA

Sebulan selesainya merampungkan pendidikannya pada Belanda,


Hatta balik ke Indonesia. di Indonesia, Hatta disibukkan dengan menulis
artikel politik serta ekonomi pada Daulah Ra’jat dan aneka macam aktivitas
politik lainnya. artikel goresan pena Hatta diantaranya “Soekarno Ditahan”
(10 Agustus 1933), “peristiwa Soekarno” (30 Nopember 1933), dan “sikap
Pemimpin” (10 Desember 1933), seluruh itu ia tulis menjadi reaksi kerasnya
terhadap sikap Soekarno yang ditahan sang Belanda dan berakhir dengan
pengasingan Soekarno ke Ende, Flores.
9

Dari sekian karya Hatta, yang jadi momentum terpenting adalah


pledoinya dihadapan Pengadilan Den Haag negeri Belanda pada tanggal 9
Maret 1928. Dan diantara salah satu sekian karya, merupakan cerminan
sikap Hatta dalam memahami dan melihat pertarungan idiologi kapitalisme
dan sosialisme serta komunisme, yaitu pada karya yang diberi judul
“Indonesche Vrijs” (Indonesia Merdeka). Tetapi demikian, pada dasarnya
kumpulan karya Hatta yang diterbitkan dalam tahun 1952 terbagi atas dua
bagian yang terpisah.

Pertama, terbit pada saat hari ulang tahunnya ke -50, berisi karya
yang ditulis dalam bahasa Belanda dan beberapa buah karya yang ditulis
dalam atau pidato bahasaPerancis dan Inggris, hampir dalam karya -karya
ini ditulis semasa Hatta masih di Belanda, terkecuali dua judul yaitu ;
Pertama, “ Enige Grondtreken Van De Economische Wereldbouw” yang
pada awalnya dimuat dalam Manndblad Sin Titpo, Tahun 1938, No, 6, 7, 8
dan 9. Kedua, Marxisme of Epigonenwijsheid ? yang isinya sebagai
tanggapan atas serangan seorang komunis terhadap karangannya di “Sin Tit
Po“ yang dimuat dalam majalah mingguan “Nationale Commentaren“ No.
10, 11, 12, 13 dan 14 Tahun 1940. Kedua karya tersebut ditulis pada saat ia
dipengasingan Banda Naira.
34

24. Kumpulan Pidato-Pidato Selama Berkunjung di R^C, Peking: Kedutaan

Besar Republik Indonesia.1951.

25. Indonesia Between The Power Bloes, in Foreign Affairs, No. 3


April1958.

26. 25 Tahun Koperasi,1958.

27. Pendidikan Menengah Koperasi, Yogyakarta :Yayasan

Pendidikan Koperasi,1958.

28. Demokrasi Kita, Jakarta : Panji Masyarakat,1960.

29. Ekonomi Terpimpin, Jakarta : Fasco,1960.

30. Colonialism and War Danger, Asian Survey, Nopember,1961.

31. Persoalan Ekonomi Sosialis Indonesia, Jakarta : Djambatan,1963.

32. Nuzulul Qur‟an, Bandung : Angkasa,1966.

33. Pancasila Jalan Lurus, Bandung : Angkasa1966.

34. Peranan Pemuda Menuju Indonesia Merdeka, Bandung : Angkasa,1966.

35. Teori Ekonomi, Politik Ekonomi dan Orde Ekonomi, Jakarta : Tintamas,

1961.
36. Pendidikan Nasional Indonesia, Bogor : Melati,1968.

31. Sekitar Proklamasi 11 Agustus 1945, Jakarta : Tintamas,1969.

33

Sesudah mengasingkan Soekarno, Pemerintah Belanda beralih ke


Partai Pendidikan Nasional Indonesia. Para pemimpin Partai Pendidikan
Nasional Indonesia mirip Moh. Hatta, Sutan Sjahriri, Burhanuddin, Bondan,
Murwoto, serta Maskun ditangkap serta lalu ditahan pada penjara Glodok
dan Cipinang selama hampir setahun. sehabis itu mereka diasingkan ke
Boven Digoel (Papua).

KEMBALI DARI PENGASINGAN DAN MASA KEKUASAAN


JEPANG

Pada 8 Desember 1941, angkatan perang Jepang Menyerang Pearl


Harbor, setelah itu Jepang mulai menguasai beberapa wilayah termasuk
Indonesia. Karena keadaan yang menjadi genting dan ditakutkan para
buangan bekerja sama dengan Jepang, kemudian Belanda memindahkan
semua buangan ke Australia. Namun Hatta dan Sjahrir yang berada di Banda
Neira dipindahkan ke Sukabumi pada 3 Februari 1942. Pada 9 Maret 1942
Belanda menyerah pada Jepang. Lalu pada 22 Maret 1942 , Hatta dan
Sjahrir dibawa kembali ke Jakarta dan bertemu Mayor Jenderal Harada.
Hatta bertanya pada pihak Jepang tentang kedatangannya ke Indonesia dan
pihak Jepang mengatakan tidak akan menjajah Indonesia. Hatta ditawari
kerja sama dengan jabatan penting, namun Ia menolak dan memilih menjadi
penasehat lalu ia diberi kantor dan rumah.
10

MERUMUSKAN DAN MENANDATANGANI NASKAH


PROKLAMASI

Sebelum proklamasi kemerdekaan dilakukan, Mohammad Hatta


serta Soekarno sempat diasingkan ke Rengasdengklok oleh para golongan
muda supaya terhindar berasal efek Jepang. Selama pada pengasingan, Bung
Hatta dan Soekarno terus didesak buat segera memproklamasikan
kemerdekaan. setelah keduanya sepakat, Mohammad Hatta dan Soekarno
dibawa kembali ke Jakarta untuk merumuskan naskah proklamasi beserta
Ahmad Soebardjo. Mohammad Hatta diketahui menyumbang kalimat
pertama dalam teks proklamasi, yang berbunyi, "Hal-hal yang mengenai
pemindahan kekuasaan serta lain-lain diselenggarakan dengan akurat dan
dalam tempo yang sesingkat-singkatnya".

Setelah naskah proklamasi selesai disusun dan ditandatangani,


Soekarno didesak oleh para golongan muda untuk segera membacakannya.
Namun, Soekarno tidak akan membacakannya jika Mohammad Hatta belum
hadir. Lima menit sebelum upacara dimulai, Mohammad Hatta akhirnya
muncul dan mengikuti upacara bersama dengan Soekarno. Mohammad
Hatta mendampingi Soekarno selama pembacaan teks proklamasi
berlangsung. Usai upacara proklamasi kemerdekaan dilangsungkan,
Mohammad Hatta secara resmi dilantik sebagai Wakil Presiden Indonesia
pertama. Ia mendampingi Soekarno sebagai Presiden Indonesia pertama
sejak 1945 hingga 1956. Setelah pembacaan proklamasi, Mohammad Hatta
juga terus berjuang untuk mendapatkan pengakuan kedaulatan Republik
Indonesia.

11

14. The Cooperativ Movement In Indonesie, Ithaca, New York : Cornel

University Press,1956.

15.Lampau dan Datang, Jakarta : Djembatan,1956.

16. Meninjau Sumatera Tengah, dalam Pikiran Rakyat, 3 Juni 1957 dan 24

Juni 1957.

17. Meninjau Tugas Kita, 8 Juli1957.

18. Pembentukan Tugas dan Konstitusi, Pikiran Rakyat : bulan 17


April1957.

19. Rakyat Terpaksa Menderita akibat Tindakan Gila-gilaan, Indonesia

Raya, 27 Desember1957.

20. Mari Memperbaiki Nasib Sendiri, 9 Maret1957.

21. The Cooperative Movement in Indonesia, Ithaca, New York : The


Modern

Indonesian Project Sontheast Asia Program :Cornel University


Press,1951.

22. Di atas Jalan yang Salah, Pikiran Rakyat, 13 Agustus1951.


23. Islam Masyarakat Demokrasi dan Perdamaian, terj. L. E. Hakim,
Jakarta:

Tintamas,1951.

32

1. Rasionalisasi, Surabaya,1939

2. Mencari Volkend Bond dari Abad ke Abad, Bukittinggi : Penyiaran Ilmu,

1939.

3. Bank dalam Masyarakat Indonesia, Bukittinggi : Bank Nasional,1942.

4. Beberapa Pasal Ekonomi, Jakarta : Balai Pustaka, 2 Jilid, Jilid I, Cet. Ke


4,

tahun 1950 dan Jilid II, Cet. Ke-2,1951.

5. Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta : Kementerian Penerangan,1950.

6. Kooperasi Jembatan ke Demokrasi Ekonomi, Jakarta : Kementrian

Penerangan,1953.

7. Dasar Politik Luar Negeri Republik Indonesia, Jakarta : Tintamas,1953.

8. Meninjau Masalah Kooperasi, Jakarta : Pembangunan,1954.

9. Verspreide Geschriften, Jakarta : Van deer Peet,1952.


10. Pengantar ke Jalan Ekonomi Perusahaan, Jakarta : Pembangunan,1955.

11. Pengantar ke Jalan Ilmu dan Pengetahuan, Jakarta :Pembangunan,1954.

12. Indonesia‟s Foreign Policy, in Foreign Affairs, No. 3, April,1953.

13. Kooperasi dan Pembangunan, Jakarta : Kementerian Penerangan,1956.

31

Sebelum proklamasi kemerdekaan dilakukan, Mohammad Hatta


dan Soekarno sempat diasingkan ke Rengasdengklok oleh para golongan
muda agar terhindar dari pengaruh Jepang. Selama di pengasingan, Bung
Hatta dan Soekarno terus didesak untuk segera memproklamasikan
kemerdekaan. Setelah keduanya setuju, Mohammad Hatta dan Soekarno
dibawa kembali ke Jakarta untuk merumuskan naskah proklamasi bersama
Ahmad Soebardjo. Mohammad Hatta diketahui menyumbang kalimat
pertama dalam teks proklamasi, yang berbunyi, "Hal-hal yang mengenai
pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan saksama dan
dalam tempo yang sesingkat-singkatnya". Makna di balik kalimat itu adalah
untuk bisa mencapai kemerdekaan, maka harus ada pelaksanaan yang nyata.

USAHA DAN PERGERAKAN

1921–1932: Sewaktu pada Belanda

Hatta (berdiri, kedua asal kanan) bersama para pengurus


Perhimpunan Indonesia, pada ketika itu (tahun 1925) Hatta masih berstatus
seseorang bendahara pada sana konvoi politik dia mulai sewaktu bersekolah
pada Belanda dari 1921–1932. Ia bersekolah di Handels Hogeschool (kelak
sekolah ini disebut Economische Hogeschool, sekarang menjadi Universitas
Erasmus Rotterdam), selama bersekolah di sana, beliau masuk organisasi
sosial Indische Vereeniging yang lalu menjadi organisasi politik dengan
adanya impak Ki Hadjar Dewantara, Cipto Mangunkusumo, dan Douwes
Dekker.

12

Pada tahun 1923, Hatta menjadi bendahara serta mengasuh


majalah Hindia Putera yang berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.
Pada tahun 1924, organisasi ini berubah nama sebagai Indische Vereeniging
(Perhimpunan Indonesia; PI). Pada tahun 1926, ia sebagai pimpinan
Perhimpunan Indonesia. menjadi akibatnya, beliau terlambat menyelesaikan
studi. di bawah kepemimpinannya, PI menerima perubahan. Perhimpunan
ini lebih banyak memperhatikan perkembangan konvoi pada Indonesia
menggunakan menyampaikan poly komentar, dan banyak ulasan di media
massa di Indonesia. Setahun lalu, dia seharusnya telah berhenti berasal
jabatan ketua , namun dia dipilih balik hingga tahun 1930.

Pada Desember 1926, Semaun berasal PKI tiba kepada Hatta buat
memperlihatkan pimpinan pergerakan nasional secara awam pada PI, selain
itu dia serta Semaun menghasilkan suatu perjanjian bernama "kesepakatan
Semaun-Hatta". Inilah yang dijadikan alasan Pemerintah Belanda ingin
menangkap Hatta.saat itu, Hatta belum meyetujui paham komunis. Stalin
membatalkan asa Semaun, sebagai akibatnya korelasi Hatta menggunakan
komunisme mulai memburuk. sikap Hatta ini ditentang sang anggota PI
yang telah dikuasai komunis.
13

KARYA-KARYA MOHAMMAD HATTA

Mohammad Hatta adalah orang yang sangat produktif, aktif dan


memiliki kecerdasan spiritual serta intelektual yang memadai. Dengan
kecerdasannya, setiap pemikirannya selalu ia bukukan. Sudah lebih dari 40
buah buku karangan Hatta yang dibukukan. Buku yang ditulis dan pertama
kali diterbitkan tahun 1926 semasa di Den Haag Belanda Be‫؟‬judul
“Economische Werelbouw En Macthtstegen Stellingen“ dan karya lain yang
terkenal adalah “Portrait of a Patriot“, 55adapun karya-karya lain
diantaranya adalah :

1. L ‟ Indonesie et Son Probleme de ‟t Independence (Indonesia dan


Masalah Kemerdekannya tahun1928.
2. Indonesia Merdeka (Indonesia Vrijs) tahun1928.
3. Tujuan dan Politik PNI, tahun 1931. Bersamaan ini pula selama
memimpin PNI Baru, di Jakarta ia sempat menulis buku dengan
judul Krisis Ekonomi dan Kapitalisme pada tahun1934.
Disamping beberapa karya tersebut ada banyak karya lain yang berupa
artikel dan makalah serta naskah pidato yang telah disadur, dicetak dan
diterbitkan oleh beberapa tokoh nasional sekarang dan penerbit, diantaranya
sebagai berikut :

30

Hatta dipercaya oleh Presiden Soeharto untuk menjadi Anggota


Dewan Penasehat Presiden. Pada 15 Agustus 1972, Bung Hatta mendapat
anugerah Bintang Republik Indonesia Kelas I dari Pemerintah Republik
Indonesia. Kemudian, pada tahun yang sama Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta mengangkat dia sebagai warga utama Ibukota Jakarta dengan segala
fasilitasnya, seperti perbaikan besarnya pensiun dan penetapan rumah dia
menjadi salah satu gedung yang bersejarah di Jakarta. Kemudian, pada tahun
1975, Bung Hatta menjadi anggota Panitia Lima bersama Prof Mr.
Soebardjo, Prof Mr. Sunario, A.A. Maramis, dan Prof Mr. Pringgodigdo
untuk memberi pengertian mengenai Pancasila sesuai dengan alam pikiran
dan semangat lahir dan batin para penyusun UUD 1945 dengan
Pancasilanya.

Ternyata, Bung Hatta resmi menjadi Ketua Panitia Lima. Tak


hanya itu, Bung Hatta kembali mendapatkan gelar doctor honouris causa
sebagai tokoh proklamator dari Universitas Indonesia yang seharusnya
diberikan pada tahun 1951. Pemberian gelar tersebut dilakukan di Jakarta
pada 30 Juli 1975 dan diberikan secara langsung oleh Rektor Mahar
Mardjono. Pada Tahun 1978 bersama dengan Jenderal Abdul Haris
Nasution, Bung Hatta mendirikan Yayasan Lembaga Kesadaran
Berkonstitusi yang bertujuan mengkritik penggunaan Pancasila dan UUD
1945 untuk kepentingan rezim otoriter Suharto. Dan pada tahun 1979, di
mana tahun tersebut merupakan tahun ke-5 Bung Hatta masuk ke rumah
sakit. Kesehatan Bung Hatta semakin menurun. Walaupun begitu,
semangatnya tetap saja tinggi. Ia masih mengikuti perkembangan politik
dunia.

29

Hatta beserta para pengurus Perhimpunan Indonesia

Pada tahun 1927, ia mengikuti sidang "Liga Menentang


Imperialisme, Penindasan Kolonial dan untuk Kemerdekaan Nasional" di
Frankfurt. Dalam sidang ini, pihak komunis dan utusan dari Rusia tampak
ingin menguasai sidang ini, sehingga Hatta tidak bisa percaya terhadap
komunis. Pada waktu itu, majalah PI, Indonesia Merdeka masuk dengan
mudah ke Indonesia lewat penyelundupan, karena banyak penggeledahan
oleh pihak kepolisian terhadap kaum pergerakan yang dicurigai.

Mohammad Hatta bersama Abdulmadjid Djojohadiningrat, Nazir


Datuk Pamuntjak, dan Ali Sastroamidjojo Pada 25 September 1927, Hatta
bersama Ali Sastroamidjojo, Nazir Datuk Pamuntjak, dan Abdulmadjid
Djojoadiningrat ditangkap oleh penguasa Belanda atas tuduhan mengikuti
partai terlarang yang dikait-kaitkan dengan Semaun, terlibat pemberontakan
di Indonesia yang dilakukan PKI dari tahun 1926–1927, dan menghasut
(opruiing) supaya menentang Kerajaan Belanda. Moh.

14

Hatta sendiri dihukum tiga tahun penjara. Mereka semua dipenjara


di Rotterdam. Dia juga dituduh akan melarikan diri, sehingga dia yang
sedang memperkenalkan Indonesia ke kota-kota di Eropa sengaja pulang
lebih cepat begitu berita ini tersebar. Pidato Hatta yang berjudul Indonesië
Vrij yang dibukukan oleh Perhimpunan Indonesia. Semua tuduhan tersebut,
ia tolak dalam pidatonya "Indonesia Merdeka" (Indonesië Vrij) pada sidang
kedua tanggal 22 Maret 1928. Pidato ini sampai ke Indonesia dengan cara
penyelundupan. Ia juga dibela 3 orang pengacara Belanda yang salah
satunya berasal dari parlemen. Yang dari parlemen, bernama J.E.W. Duys.
Tokoh ini memang bersimpati padanya. Setelah ditahan beberapa bulan,
mereka berempat dibebaskan dari tuduhan, karena tuduhan tidak bisa
dibuktikan.
Sampai pada tahun 1931, Mohammad Hatta mundur dari
kedudukannya sebagai ketua karena hendak mengikuti ujian sarjana,
sehingga ia berhenti dari PI; namun demikian ia akan tetap membantu PI.
Akibatnya, PI jatuh ke tangan komunis, dan mendapat arahan dari partai
komunis Belanda dan juga dari Moskow. Setelah tahun 1931, PI mengecam
keras kebijakan Hatta dan mengeluarkannya dari organisasi ini. PI di
Belanda mengecam sikap Hatta sebab ia bersama Soedjadi mengkritik
secara terbuka terhadap PI. Perhimpunan menahan sikap terhadap kedua
orang ini.

15

Rakyat sana masih menganggap dia sebagai “a great son of his


country”, terbukti dari penyambutan yang seharusnya diberikan kepada
seorang kepala negara di mana PM Zhou Enlai sendiri menyambut dia yang
bukan lagi sebagai wakil presiden. Mereka yang sibuk pada masa Revolusi
berkumpul kembali tahun 1979 ketika Richard C. Kirby, yang dulu
mewakili Australia dalam Komite Jasa Baik PBB untuk Indonesia (KTN),
berkunjung ke Jakarta. Dari kanan : Ali Budiardjo (pembantu politik
Hamengkubuwono IX menjelang RIS), Mohammad Hatta, Richard C.
Kirby, Mohammad Roem, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Subadio
Sastrosatomo, Mohammad Natsir, Tamzil, dan Thomas K. Critchley yang
menggantikan Kirby dalam Komite PBB.

Tahun 1963 Bung Hatta pertama kali mengalami jatuh sakit dan
mendapatkan perawatan di Stockholm, Swedia atas perintah Soekarno,
dengan biaya negara, karena perlengkapan medis di sana lebih lengkap.
Pada 31 Januari 1970, melalui Keppres No. 12/1970 telah dibentuk Komisi
Empat yang bertugas mengusut masalah korupsi. Untuk keperluan itu Dr.
Moh. Hatta (mantan Wakil Presiden RI) telah diangkat menjadi Penasehat
Presiden dalam masalah pemberantasan Korupsi. Komisi Empat ini diketuai
oleh Wilopo, SH, dengan anggota-anggota: IJ Kasimo, Prof. Dr. Yohanes,
H. Anwar Tjokroaminoto, dengan sekretaris Kepala Bakin/Sekretaris
Kopkamtib, Mayjen. Sutopo Juwono. Dr. Moh. Hatta juga ditunjuk sebagai
Penasehat Komisi Empat tersebut. Tetapi secara kontroversial, Presiden
Suharto membubarkan komisi tersebut dan hanya memberikan izin untuk
mengusut tuntas 2 kasus korupsi saja.

28

Di akhir tahun 1956 juga, Hatta tidak sejalan lagi dengan Bung
Karno karena dia tidak ingin memasukkan unsur komunis dalam kabinet
pada waktu itu. Sebelum ia mundur, dia mendapatkan gelar Doctor Honoris
Causa dari Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Sebenarnya gelar Doctor
Honoris Causa ingin diberikan pada tahun 1951. Namun, gelar tersebut baru
diberikan pada 27 November 1956. Demikian pula Universitas Indonesia
pada tahun 1951 telah menyampaikan keinginan itu tetapi Bung Hatta belum
bersedia menerimanya. Kata dia, “Nanti saja kalau saya telah berusia 60
tahun.”

1956–1980: SETELAH PENSIUN

Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang juga pernah menjabat


sebagai Wakil Presiden RI tampak serius berbicara dengan Mohammad
Hatta. Setelah mundur dari jabatannya sebagai Wakil Presiden RI pada 1
Desember 1956 (yang kemudian disahkan melalui Keputusan Presiden RI
Nomor 13 Tahun 1957 tentang Pemberhentian Dr. Mohammad Hatta dari
Jabatan Sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia tertanggal 5 Februari
1957), dia dan keluarga berpindah rumah dari Jalan Medan Merdeka Selatan
13 ke Jalan Diponegoro 57. Bung Hatta tak pernah menyesal atas keputusan
yang telah ia buat. Kegiatan sehari-hari Bung Hatta setelah pensiun adalah
menambah dari penghasilan menulis buku dan mengajar. Meskipun sudah
tak menjabat lagi sebagai Wakil Presiden, pada tahun 1957 dia berangkat ke
Cina karena mendapat undangan dari Pemerintah RRC.

27

Pada Desember 1931, para pengikut Hatta segera membuat


gerakan tandingan yang disebut Gerakan Merdeka yang kemudian bernama
Pendidikan Nasional Indonesia yang kelak disebut PNI Baru. Ini mendorong
Hatta dan Syahrir yang pada saat itu sedang bersekolah di Belanda untuk
mengambil langkah konkret untuk mempersiapkan kepemimpinan di sana.
Hatta sendiri merasa perlu untuk menyelesaikan studinya terlebih dahulu.
Oleh karenanya, Syahrir terpaksa pulang dan untuk memimpin PNI. Kalau
Hatta kembali pada 1932, diharapkan Syahrir dapat melanjutkan studinya.

1932–1941: PENGASINGAN

Rumah Pengasingan Bung Hatta di Banda Neira

Sekembalinya ia dari Belanda, ia ditawarkan masuk kalangan


Sosialis Merdeka (Onafhankelijke Socialistische Partij, OSP) untuk menjadi
anggota parlemen Belanda, dan menjadi perdebatan hangat di Indonesia
pada saat itu. Pihak OSP mengiriminya telegram pada 6 Desember 1932,
yang berisi kesediaannya menerima pencalonan anggota Parlemen. Ini
dikarenakan ia berpendapat bahwa ia tidak setuju orang Indonesia menjadi

anggota dalam parlemen Belanda. Sebenarnya dia menolak masuk, dengan


alasan ia perlu berada dan berjuang di Indonesia. Namun, pemberitaan di
Indonesia mengatakan bahwa Hatta menerima kedudukan tersebut, sehingga

Soekarno menuduhnya tidak konsisten dalam menjalankan sistem non-


kooperatif.

16

Setelah Hatta kembali dari Belanda, Syahrir tidak bisa ke Belanda


karena keduanya keburu ditangkap Belanda pada 25 Februari 1934 dan
dibuang ke Digul, dan selanjutnya ke Banda Neira. Baik di Digul maupun
Banda Neira, ia banyak menulis di koran-koran Jakarta, dan ada juga untuk
majalah-majalah di Medan. Artikelnya tidak terlalu politis, namun bersifat
lebih menganalisis dan mendidik pembaca. Ia juga banyak membahas
pertarungan kekuasaan di Pasifik

Semasa diasingkan ke Digul, ia membawa semua buku-bukunya


ke tempat pengasingannya. Di sana, ia mengatur waktunya sehari-hari. Pada
saat hendak membaca, ia tak mau diganggu. Sehingga, beberapa kawannya
menganggap dia sombong. Ia juga merupakan sosok yang peduli terhadap
tahanan. Ia menolak bekerja sama dengan penguasa setempat, misalnya
memberantas malaria. Apabila ia mau bekerja sama, ia diberi gaji f 7.50
sebulan. Namun, kalau tidak, ia hanya diberi gaji f 2.50 saja. Gajinya itu
tidak ia habiskan sendiri. Ia juga peduli terhadap kawannya yang
kekurangan.

Di Digul, selain bercocok tanam, ia juga membuat kursus kepada


para tahanan. Di antara tahanan tersebut, ada beberapa orang yang ibadah
shalat dan puasanya teratur; baik dari Minangkabau maupun Banten. Tapi,
mereka ditangkap karena -pada umumnya- terlibat pemberontakan komunis.
Pada masa itu, ia menulis surat untuk iparnya untuk dikirimi alat-alat
pertukangan seperti paku dan gergaji. Selain itu, dia juga menceritakan nasib
orang-orang buangan dalam surat itu.

17
Mohammad Hatta membuat pernyataan bahwa bila parlemen dan
konstituante pilihan rakyat sudah terbentuk, dia akan mengundurkan diri
sebagai wakil presiden. Menurutnya, dalam negara yang mempunyai kabinet
parlementer, Kepala Negara adalah sekadar simbol saja, sehingga Wakil
Presiden tidak diperlukan lagi. Pada tanggal 20 Juli 1956, Mohammad Hatta
menulis sepucuk surat kepada Ketua DPR pada saat itu, Sartono yang isinya
antara lain, "Merdeka, Bersama ini saya beritahukan dengan hormat, bahwa
sekarang, setelah Dewan Perwakilan Rakyat yang dipilih rakyat mulai
bekerja, dan Konstituante menurut pilihan rakyat sudah tersusun, sudah tiba
waktunya bagi saya untuk mengundurkan diri sebagai wakil presiden.
Segera, setelah Konstituante dilantik, saya akan meletakkan jabatan itu
secara resmi.

DPR menolak secara halus permintaan Mohammad Hatta tersebut,


dengan cara mendiamkan surat tersebut. Kemudian, pada tanggal 23
November 1956, Bung Hatta menulis surat susulan yang isinya sama, bahwa
tanggal 1 Desember 1956, dia akan berhenti sebagai Wakil Presiden RI.
Akhirnya, pada sidang DPR pada 30 November 1956, DPR akhirnya
menyetujui permintaan Mohammad Hatta untuk mengundurkan diri dari
jabatan sebagai Wakil Presiden, jabatan yang telah dipegangnya selama 11
tahun.
26

Mohammad Hatta berpidato di hadapan para peserta Konferensi


Persiapan Nasional di Jakarta pada 26 November 1949. Tampak Sartono
(duduk deretan depan no.2 dari kiri) mendengarkan dengan saksama. Pada
Juli 1949, terjadi kemenangan Cochran dalam menyelesaikan perundingan
Indonesia. Tahun ini, terjadilah sebuah perundingan penting, Konferensi
Meja Bundar (KMB) yang diadakan di Den Haag sesudah berunding selama
3 bulan, pada 27 Desember 1949 kedaulatan NKRI kita miliki untuk
selamanya. Ratu Juliana memberi tanda pengakuan Belanda atas kedaulatan
negara Indonesia tanpa syarat kecuali Irian Barat yang akan dirundingkan
lagi dalam waktu setahun setelah Pengakuan Kedaulatan kepada Bung Hatta
yang bertindak sebagai Ketua Delegasi Republik Indonesia di Amsterdam
dan di Jakarta.

Di Amsterdam dari Ratu Juliana kepada Drs. Mohammad Hatta


dan di Jakarta dari Dr. Lovink yang mewakili Belanda kepada Sri Sultan
Hamengku Buwono IX. Sehingga pada akhirnya negara Indonesia menjadi
negara Republik Indonesia Serikat (RIS), Bung Hatta terpilih menjadi
Perdana Menteri RIS juga merangkap sebagai Menteri Luar Negeri RIS dan
berkedudukan di Jakarta dan Bung Karno menjadi Presiden RIS. Ternyata
RIS tidak berlangsung lama, dan pada 17 Agustus 1950, Indonesia menjadi
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan ibu kota Jakarta dan
Perdana Menteri Mohammad Natsir. Bung Hatta menjadi Wakil Presiden RI
lagi dan berdinas di Jalan Medan Merdeka Selatan 13 Jakarta.
25

Selain itu, di Banda Neira, Hatta juga mengajar kepada beberapa

orang pemuda. Anak dr. Cipto belajar tata-buku dan sejarah. Ada juga anak
Kemudian, ipar Hatta mengirim surat itu ke koran Pemandangan di Jakarta
dan segera surat itu dimuat. Surat itu dibaca menteri jajahan pada saat itu,
Colijn. Colijn mengecam pemerintah dan segera mengirim residen Ambon
untuk menemui Hatta di Digul. Maka uang diberikan untuknya, Hatta
menolak dan ia juga meminta supaya kalau mau ditambah, diberikan juga
kepada pemimpin lain yang hidup dalam pembuangan.

Pada 1937, ia menerima telegram yang mengatakan dia dipindah


dari Digul ke Banda Neira. Hatta pindah bersama Syahrir pada bulan
Februari pada tahun itu, dan mereka menyewa sebuah rumah yang cukup
besar. Di situ, ada beberapa kamar dan ruangan yang cukup besar. Adapun
ruangan besar itu digunakannya untuk menyimpan bukunya dan tempat
bekerjanya.

Sewaktu di Banda Neira, ia bercocok tanam dan menulis di koran


"Sin Tit Po" (dipimpin Liem Koen Hian; bulanan ini berhenti pada 1938)
dengan honorarium f 75 dalam Bahasa Belanda. Kemudian, ia menulis di
Nationale Commantaren (Komentar Nasional; dipimpin Sam Ratulangi) dan
juga, ia menulis di koran Pemandangan dengan honorarium f 50 sebulan per
satu/dua tulisan. Hatta juga pernah menerima tawaran Kiai Haji Mas Mansur
untuk ke Makassar, dia menolak dengan alasan kalaupun dirinya ke
Makassara dia masih berstatus tahanan juga. Waktu itu, sudah ada Cipto
Mangunkusumo dan Iwa Kusumasumantri. Mereka semua sudah saling
mengenal.
18

Asli daerah Banda Neira yang belajar kepada Hatta. Ada seorang kenalan
Hatta dari Sumatra Barat yang mengirimkan dua orang kemenakannya untuk
belajar ekonomi dan juga sejarah. Selain itu, dari Bukittinggi dikirim Anwar
Sutan Saidi sebanyak empat orang pemuda yang belajar kepada Hatta. Pada
tahun 1941, Mohammad Hatta menulis artikel di koran Pemandangan yang
isinya supaya rakyat Indonesia jangan memihak kepada baik ke pihak Barat
ataupun fasisme Jepang. Kelak, pada zaman Jepang tulisan Hatta dijadikan
bahan oleh penguasa Jepang untuk tidak percaya Hatta selama Perang
Pasifik. Yang mana, kelak tulisan Hatta dibaca Murase, seorang Wakil
Kepala Kempeitai (dinas intelijen) dan menyarankan Hatta agar mengikuti
Nippon Seishin di Tokyo pada November 1943.

Rumah Pengasingan Bung Hatta


19

Kemudian, Bung Hatta dengan kewibawaannya sebagai Wakil


Presiden hendak memperjuangkan sampai berhasil Perjanjian Renville
dengan berakibat jatuhnya Kabinet Amir dan digantikan oleh Kabinet Hatta.
Pada era Kabinet Hatta yang dibentuk pada 29 Januari 1948, Bung Hatta

menjadi Perdana Menteri dan merangkap jabatan sebagai Menteri


Pertahanan. Suasana panas waktu timbul Pemberontakan PKI Madiun dalam
bulan September 1948, memuncak pada penyerbuan tentara Belanda ke
Yogyakarta pada 19 Desember 1948.

Bung Hatta bersama Bung Karno diangkut oleh tentara Belanda


pada hari itu juga. Pada tahun yang sama, Bung Hatta bersama Bung Karno
diasingkan ke Menumbing, Bangka. Beberapa waktu setelah pengasingan
karena mengalami adanya sebuah perundingan Komisi Tiga Negara (KTN)
di Kaliurang, di mana Critchley datang mewakili Australia dan Cochran
mewakili Amerika.

Kunjungan kerja Wakil Presiden ke Yogyakarta 1950


24

1945–1956: MENJADI WAKIL PRESIDEN PERTAMA DI


INDONESIA

Pada 17 Agustus 1945, hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh


seluruh rakyat Indonesia dia bersama Soekarno resmi memproklamasikan
kemerdekaan di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta pukul 10.00 WIB. Dan
keesokan harinya pada tanggal 18 Agustus 1945, dia resmi dipilih sebagai
Wakil Presiden RI yang pertama mendampingi Presiden Soekarno. Selama
menjadi Wakil Presiden, Bung Hatta amat gigih bahkan dengan nada sangat
marah, menyelamatkan Republik dengan mempertahankan naskah
Linggarjati di Sidang Pleno KNIP di Malang yang diselenggarakan pada 25
Februari – 6 Maret 1947 dan hasilnya Persetujuan Linggajati diterima oleh
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sehingga anggota KNIP menjadi
agak lunak pada 6 Maret 1947.

Pada saat terjadinya Agresi Militer Belanda I pada 21 Juli 1947,


Hatta dapat meloloskan diri dari kepungan Belanda dan pada saat itu dia
masih berada di Pematangsiantar. Dia dengan selamat bersama dengan
Gubernur Sumatra Mr. T. Hassan tiba di Bukittinggi. Sebelumnya pada 12
Juli 1947 Bung Hatta mengadakan Kongres Koperasi I di Tasikmalaya yang
menetapkan tanggal 12 Juli sebagai Hari Koperasi di Indonesia. Kemudian
dalam Kongres Koperasi II di Bandung tanggal 12 Juli 1953, Bung Hatta
diangkat sebagai Bapak Koperasi Indonesia.
23

1942–1945: PENJAJAHAN JEPANG

Pada tanggal 8 Desember 1941, angkatan perang Jepang


menyerang Pearl Harbor, Hawaii. Ini memicu Perang Pasifik, dan setelah
Pearl Harbor, Jepang segera menguasai sejumlah daerah, termasuk
Indonesia. Dalam keadaan genting tersebut, Pemerintah Belanda
memerintahkan untuk memindahkan orang-orang buangan dari Digul ke
Australia, karena khawatir kerjasama dengan Jepang. Hatta dan Syahrir
dipindahkan pada Februari 1942, ke Sukabumi setelah menginap sehari di
Surabaya dan naik kereta api ke Jakarta. Bersama kedua orang ini, turut pula
3 orang anak-anak dari Banda yang dijadikan anak angkat oleh Syahrir.

Setelah itu, ia dibawa kembali ke Jakarta. Ia bertemu Mayor


Jenderal Harada. Hatta menanyakan keinginan Jepang datang ke Indonesia.
Harada menawarkan kerjasama dengan Hatta. Kalau mau, ia akan diberi
jabatan penting. Hatta menolak, dan memilih menjadi penasihat. Ia dijadikan
penasihat dan diberi kantor di Pegangsaan Timur dan rumah di Oranje
Boulevard (Jalan Diponegoro). Orang terkenal pada masa sebelum perang,
baik orang pergerakan, atau mereka yang bekerja sama dengan Belanda,
diikutsertakan seperti Abdul Karim Pringgodigdo, Surachman, Sujitno
Mangunkususmo, Sunarjo Kolopaking, Supomo, dan Sumargo
Djojohadikusumo. Pada masa ini, ia banyak mendapat tenaga-tenaga baru.
Pekerjaan di sini, merupakan tempat saran oleh pihak Jepang. Jepang
mengharapkan agar Hatta memberikan nasihat yang menguntungkan
mereka, malah Hatta memanfaatkan itu untuk membela kepentingan rakyat.
20

1945: MEMPERSIAPKAN KEMERDEKAAN RI

Saat-saat mendekati Proklamasi pada 22 Juni 1945, Badan


Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) membentuk
panitia kecil yang disebut Panitia Sembilan dengan tugas mengolah usul dan
konsep para anggota mengenai dasar negara Indonesia. Panitia kecil itu
beranggotakan 9 orang dan diketuai oleh Ir. Soekarno. Anggota lainnya
Bung Hatta, Mohammad Yamin, Achmad Soebardjo, A.A. Maramis,
Abdulkahar Muzakir, Wahid Hasyim, H. Agus Salim, dan Abikusno
Tjokrosujoso.

Kemudian pada 9 Agustus 1945, Bung Hatta bersama Bung Karno


dan Radjiman Wedyodiningrat diundang ke Dalat (Vietnam) untuk dilantik
sebagai Ketua dan Wakil Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI). Badan ini bertugas melanjutkan hasil kerja BPUPKI dan
menyiapkan pemindahan kekuasaan dari pihak Jepang kepada Indonesia.
21

Pelantikan dilakukan secara langsung oleh Panglima Asia


Tenggara Jenderal Terauchi. Puncaknya pada 16 Agustus 1945, terjadilah
Peristiwa Rengasdengklok hari dimana Bung Karno bersama Bung Hatta
diculik kemudian dibawa ke sebuah rumah milik salah seorang pimpinan
PETA, Djiaw Kie Siong, di sebuah kota kecil Rengasdengklok (dekat
Karawang, Jawa Barat). Penculikan itu dilakukan oleh kalangan pemuda,
dalam rangka mempercepat tanggal proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Malam hari, mereka mengadakan rapat untuk persiapan


proklamasi Kemerdekaan Indonesia di kediaman Laksamana Tadashi Maeda
di Jalan Imam Bonjol 1 Jakarta. Sebelum rapat, mereka menemui somabuco
(kepala pemerintahan umum) Mayjen Nishimura untuk mengetahui
sikapnya mengenai pelaksanaan proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Pertemuan tersebut tidak menghasilkan kesepahaman sehingga tidak adanya
kesepahaman itu meyakinkan mereka berdua untuk melaksanakan
proklamasi kemerdekaan itu tanpa kaitan lagi dengan Jepang.
22

Anda mungkin juga menyukai