Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN HASIL PENGAMATAN

SMOKING CESSATION

Disusun oleh:

Khrisna Aristia Hutomo


01073210104

Pembimbing :
dr. Glory Clementine, MPH
dr. Dicky Soegiharto

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN KESEHATAN


KELUARGA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
PERIODE AGUSTUS - OKTOBER 2022
TANGERANG
I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. G
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 40 Tahun
Pekerjaan : Buruh pabrik
Pendidikan : SMA
Alamat : Kp. Rawa Kidang
Tinggi badan : 170 cm
Berat badan : 65 Kg

Kategori Perokok
Perokok aktif sejak 20 tahun yang lalu dengan jumlah batang rokok yang dihisap rata-rata 15
batang rokok per harinya.
Indeks Brinkman : 20 tahun x 15 batang = 300
Pasien termasuk dalam kategori perkokok sedang.

Riwayat Mencoba Berhenti Merokok


Pasien belum pernah mencoba untuk berhenti merokok karena pasien mengaku ketika belum
merokok setelah beberapa saat, pasien merasa seperti masam di mulut yang hilang setelah pasien
kembali merokok. Di lingkungan dimana pasien bekerja dan tinggal juga banyak yang merokok
sehingga pasien terajak untuk merokok. Pasien juga mengaku dengan merokok pasien terasa lebih
segar dan tidak mudah lelah dalam bekerja.

Niat untuk Berhenti Merokok


Pasien sempat terpikir untuk berhenti merokok karena pernah diberitahu oleh dokter dan keluarga
mengenai bahaya dari merokok serta berbagai penyakit yang dapat terjadi akibat merokok.
Pasien juga sering mendengar berita atau promosi kesehatan mengenai bahaya dari merokok.
Pasien memiliki seorang anak yang masih berusia 5 tahun dan takut anak menjadi sakit karena
terpapar asap rokok sehingga pasien mulai mengurangi merokok disekitar anaknya. Istri pasien
sempat mencoba untuk menyuruh pasien supaya berhenti merokok.
II. METODE

Metode yang digunakan pada program smoking cessation ini adalah metode berdasarkan
panduan dari WHO mengenai European Strategy for Smoking Cessation Policy. Tujuan dari
program ini adalah untuk memotivasi perokok untuk mengatasi ketergantungannya terhadap
rasa ingin merokok. WHO dan American Psychiatric Association menyebutkan bahwa
perokok mengalami kesulitan dalam proses berhenti merokok karena efek ketergantungan
yang disebabkan oleh nikotin yang terkandung dalam rokok. Berikut adalah beberapa metode
yang dapat digunakan dalam proses untuk berhenti merokok :

1. Brief opportunistic advice from a health care professional


Intervensi dilakukan secara langsung oleh tenaga kesehatan kepada perokok berupa
konseling dan edukasi. Intervensi dilakukan selama 10-15 menit. Perokok akan diberikan
edukasi dan penjelasan mengenai bahaya dari merokok, cara dari berhenti merokok, serta
alternatif untuk bisa berhenti merokok. Prinsip dari metode ini adalah mengidentifikasi
pemicu dari merokok dari lingkungan sekitar perokok dan dari perokok sendiri.

2. Individual counseling

Pada metode ini, perokok dapat melakukan konseling secara individu dengan petugas
kesehatan dan menceritakan berbagai kesulitan yang dihadapi dalam proses berhenti
merokok. Dengan memahami berbagai kesulitan yang perokok hadapi dalam proses
berhenti merokok, petugas kesehatan dapat memikirkan solusi yang lebih tepat bagi
perokok tersebut. Selain itu, petugas kesehatan dapat memberikan dukungan moral untuk
lebih membantu memotivasi perokok dalam proses berhenti merokok.

3. Behavioural approach

Dengan metode ini perokok dapat memilih untuk menghentikan penggunaan rokok secara
langsung atau bertahap. Pada metode penghentian rokok bertahap, perokok dapat
mengurangi jumlah penggunaan rokok setiap harinya, menetapkan angka maksimal
konsumsi rokok dalam kurun waktu tertentu, serta menetapkan target waktu untuk
berhenti merokok sepenuhnya. Perokok juga akan diedukasi mengenai prinsip dari
penghentian merokok serta target yang harus dicapai oleh perokok.

4. Nicotine replacement therapy

Pada metode ini perokok disediakan berbagai alternatif dari rokok. Alternatif yang dapat
diberikan berupa permen, permen karet, patch nikotin, inhaler nikotin, maupun tablet
nikotin hisap.

5. Media massa
Tujuan dari metode ini adalah untuk memberikan edukasi kepada perokok mengenai
dampak negatif merokok terhadap kesehatan diri sendiri dan lingkungan. Edukasi dapat
diberikan melalui media massa digital maupun non digital untuk memotivasi perokok agar
dapat lebih terdorong untuk berhenti merokok.

Metode-metode diatas dilakukan dengan menetapkan target yaitu kurang lebih 2 minggu.
Dalam kurun waktu yang ditetapkan, perokok diharapkan dapat mengurangi jumlah rokok
yang dihisap menjadi dibawah 10 batang setiap harinya. Pada jangka waktu tersebut perokok
melakukan kunjungan sebanyak 2 kali dengan rentang waktu antara kunjungan 1 minggu.
Total waktu pengamatan adalah 2 minggu selama bulan september 2022 di Puskesmas
Sukadiri.

III. HASIL PENGAMATAN

Berikut akan dijabarkan dalam bentuk tabel jumlah konsumsi rokok pasien per hari dilakukan
pada tanggal 5 September 20022 - 18 September 2022

Minggu 1: 5-11 September 2022

Jumlah Waktu Tempat Bersama Penyebab

10 Senin 5-22 Rumah Sendiri Mengurangi kantuk

8 Selasa 6-22 Jalan Sendiri Keinginan

7 Rabu 7-22 Tempat Teman Mengurangi kantuk


kerja

9 Kamis 8-22 Tempat Teman Kebiasaan setelah makan


makan

6 Jumat 9-22 Tempat Teman Lingkungan


kerja

7 Sabtuu 10-22 Rumah Sendiri Keinginan

7 Minggu 11-22 Rumah Sendiri Kebiasaan setelah makan

Total : 54 Batang

Minggu 2: 12-18 September 2022


Jumlah Waktu Tempat Bersama Penyebab

6 Senin 12-22 Rumah Sendiri Mengurangi kantuk

7 Selasa 13-22 Jalan Sendiri Keinginan

7 Rabu 14-22 Tempat Teman Mengurangi kantuk


kerja

5 Kamis 15-22 Tempat Teman Kebiasaan setelah makan


makan

6 Jumat 16-22 Tempat Teman Lingkungan


kerja
7 Sabtu 17-22 Rumah Sendiri Keinginan

6 Minggu 18-22 Rumah Sendiri Kebiasaan setelah makan

Total rokok : 44 batang

Hasil pengamatan jumlh konsumsi rokok setiap harinya selama masa observasi :
- Minggu 1: 54 Batang
- Minggu 2: 43 Batang

IV. PEMBAHASAN

Tn G, 40 tahun, merupakan seorang perokok aktif sejak 20 tahun yang lalu dan merokok
sebanyak sekitar 1 bungkus atau 15 batang setiap harinya. Pasien setuju untu ikut serta dalam
program smoking cessation yang diadakan di Puskesmas Sukadiri dengan tujuan untuk
membantu pasien mengurangi konsumsi rokok perharinya. Dalam 2 minggu, target yang
ingin dicapai adalah konsumsi rokok dibawah 10 batang perharinya. Berdasarkan hasil
pengamatan selama program berlangsung, ditemukan bahwa selama 2 minggu ditemukan
penurunan jumlah konsumsi rokok pada pasien secara progresif namun terdapat beberapa
hari dimana jumlah konsumsi rokok bertambah dari hari sebelumnya. Pasien mencapai
target dari jumlah batang rokok yang dihisap perharinya, Menurut pasien, pasien paling
mengalami kesulitan untuk berhenti merokok akibat kebiasaan yang berlangsung selama 20
tahun dimana ketika tidak merokok, pasien selalu teringat untuk merokok dan mulut dirasa
masam. Pasien juga mengalami kesulitan untuk tidak merokok ketika teman-teman
disekitarnya merokok dimana pasien merasa tergoda untuk merokok. Melalui metode
individual counseling yang diberikan oleh pengamat kepada pasien, pengamat memberikan
beberapa saran untuk perlahan-lahan mengurangi jumlah konsumsi rokok. Ditemukan
strategi tersebut cukup berhasil dimana jumlah rokok yang dihisap perharinya perahan
berkurang dan pada akhir program ditemukan bahwa pasien berhasil mencapai target
dibawah 10 batang rokok per harinya. Melalui metode media massa, pasien sudah mencoba
untuk membaca dan mencari informasi mengenai bahaya dari merokok. Metode tersebut
ditemukan cukup efektif karena dengan membaca hal-hal tersebut, pasien mengaku semakin
termotivasi untuk berhenti merokok. Selain itu, pasien juga sudah mencoba untuk
menggunakan pengganti nikotin seperti permen karet sesuai dengan anjuran dari pengamat.
Pasien mengaku metode tersebut cukup membantu dalam mengurangi jumlah konsumsi
rokok karena pasien mengaku ketika mulut pasien mengunyah sesuatu, keinginan untuk
merokok tidak muncul. Menurut pasien, hambatan yang terbesar dalam proses berhenti
merokok ini adalah munculnya keinginan terutama ketika melihat teman-teman pasien
merokok serta keinginan untuk merokok setelah makan. Pasien mengaku melawan keinginan
tersebut dengan cara mengingat bahaya-bahaya dari merokok yang sebelumnya ia baca dan
mengingat kembali keluarga yang menjadi perokok pasif akibat pasien yang merokok.
Melihat hasil yang dicapai selama masa program ini, pasien berhasil mencapai target
meskipun jumlah konsumsi rokok pasien sempat bertambah. Usaha dari pasien harus dihargai
oleh orang disekitar pasien.

V. KESIMPULAN
Upaya berhenti merokok merupakan suatu hal yang sulit bagi para perokok. Hal tersebut
disebabkan oleh efek adiktif dari nikotin yang terkandung dalam rokok. Meski begitu,
berhenti merokok masih dapat dilakukan khususnya apabila perokok mendapat motivasi
dan dukungan untuk berhenti merokok yang cukup dari keluarga maupun lingkungan
sekitar. Keberhasilan dari program pemberhentian merokok ini sangat ditentukan oleh
faktor internal dan eksternal sebagai kesulitan yang dihadapi oleh perkok dalam usahanya
menghentikan konsumsi rokok. Motivasi diri sendiri, pengetahuan, dan niat dari perokok
sendiri merupakan faktor internal sedangkan dukungan dari keluarga dan orang disekitar
serta tenaga kesehatan pemantau program merupakan faktor eksternal. Keluarga masih
menjadi faktor eksternal yang ditemukan paling mempengaruhi motivasi pasien dalam
berhenti merokok dan keberhasilan dari program pemberhentian merokok ini dimana
keluarga dapat memberikan semangat dan motivasi. Lingkungan sekitar seperti teman
kerja juga berperan penting dimana kebanyakan pasien akan semakin tergoda untuk
merokok apabila melihat teman-temannya merokok. Tenaga kesehatan dan pemerintah
juga memiliki peran penting untuk memberikan edukasi sampai pasien paham dan
mengerti dengan jelas akan bahaya dari merokok serta beberapa strategi untuk berhenti
merokok. Edukasi dapat diberikan melalui iklan, rambu-rambu, poster, hingga kegiatan
promosi kesehatan yang dapat dilaksanakan di Puskesmas atau Rumah Sakit.

Anda mungkin juga menyukai