A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
2) Umur : 2 bulan
4) Agama : Islam
8) Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
9) Alamat : Suryodiningratan MJ
II/1012 RT 52 RW 14
Yk
1
b. Penanggung Jawab/Keluarga
1) Nama : Tn. AA
2) Umur : 26 tahun
3) Pendidikan : SLTA
RT 52 RW 14 Yk
KK
Swasta
2
3. Genogram
Keterangan :
: laki-laki hidup : garis pernikahan
: perempuan hidup : garis keturunan
: laki-laki meninggal
Pasien
: perempuan meninggal
4. Fungsi keluarga
sebuah hotel di Kota Yogyakarta. Semua kebutuhan dicukupi oleh Tn. AA.
istri, anak, dan mertuanya. Tn. AA memiliki satu anak yang masih bayi.
3
praktiknya, pengasuhan bayi dan permasalahan bayi ditangani oleh ibunya.
Ny. D menyatakan tidak paham dengan apa yang harus dilakukan terhadap
7. Struktur keluarga
Tn. AA tinggal bersama istri dan anak kandungnya. Pengambil keputusan oleh
a. Nutrisi
sehari.
2. An. Y berusia 2 bulan. Sejak usia 1,5 bulan, An. Y tidak minum
b. Pola Istirahat
05.00 WIB. Tn. AA bangun lebih pagi pukul 04.00 WIB untuk
4
c. Pola Eliminasi
d. Pola Kebersihan
e. Pola Aktivitas
bayi.
Faktor Sosial: Tn. AA dan keluarga memiliki hubungan baik dengan tetangga dan
diselenggarakan oleh masjid dan RT/RW. Tn. AA dan keluarga termasuk individu
5
6
B. Faktor Rumah dan Lingkungan
a. Rumah
>10% dari luas rumah. Pencahayaan cukup. Kebersihan cukup. Tidak lembab
b. Sarana Memasak
c. Pengelolaan sampah
Sampah dikelola oleh petugas sampah yang datang 2 hari sekali. Keluarga Tn.
d. Sumber air
Sumber air diambil dari sumur gali di samping rumah. Jarak sumur
e. Jamban Keluarga
rumah.
g. Kandang ternak
peliharaan.
h. Halaman
tertata rapi.
i. Lingkungan rumah
7
Lingkungan rumah tampak bersih. Barang ditata rapi. Tidak ada tikus,
j. Fasilitas Pendidikan
k. Fasilitas Kesehatan
l. Fasilitas Perdagangan
200 m dari rumah. Jarak rumah dengan pasar terdekat adalah 500 m.
m. Pasilitas peribadatan
Keluarga Tn. AA beragama Islam. Masjid terdekat berjarak 150 m dari rumah.
n. Sarana Hiburan
o. Sarana Transportasi
Keluarga Tn. M memilliki satu sepeda motor. Apabila motor sedang dipakai,
a. Kesehatan Keluarga
An. Y lahir dengan berat badan 2500 gram. Saat ini AN. Y berada pada garis
kuning dilihat melalui KMS Balita. An. Y berhenti minum ASI sejak usia 1,5
bulan karena ASI Ny. D sukar keluar. An. Y kemudian meminum susu formula.
Sampai saat ini An. Y masih diberikan susu formula tanpa ada makanan
tambahan, padahal giginya sudah tumbuh dua. Tubuh An. Y terlihat kurus
8
penyakit.
9
b. Kebiasaan minum obat
Tidak ada kebiasaan minum obat pada Keluarga Tn. AA karena tidak ada
ditanggung BPJS.
tindakan lanjutan.
b) Ibu Hamil
Tidak ada anggota keluarga yang sedang hamil pada keluarga Tn. AA.
c) Persalinan
d) Masa Nifas
e) Keluarga Berencana
10
D. Pemeriksaaan Fisik
badan: 2,2 kg. Tinggi Badan: 40 cm. Lingkar Lengan Atas: 7 cm.
b. Keadaan Umum
An. Y tidak pernah sakit. An. Y lahir dengan berat badan 2500 gram.
Tn. AA menyatakan berat badan An. Y tidak naik selama 1 bulan. Makanan
E. Pemeriksaan Persistem.
a. Sistem Kardiovaskuler
Wajah
Leher
irama reguler)
Dada
11
Perkusi : Batas jantung (atas instracosta 4, kiri midclavicula sinstra,
jantung.
b. Sistem pernafasan
Hidung
Mulut
Dada
c. Sistem Pencernaan
Abdomen
hipoaktif (-)
12
Palpasi:
Liencsplenomegali (-).
Kuadran III : masa (skibala, tumor) (-), nyeri tekan (tidak terkaji).
d. Sistem Perkemihan
Ginjal
e. Sistem Muskuluskeletal
Kekuatan otot : 5 5
5 5
Kepala
13
Leher
g. Sistem Neurologi
h. Sistem Reproduksi
Anamnesa : (-)
Genetalia
Mata
a. Mengenal masalah
Tn. AA menyatakan tidak tahu bahwa anaknya mengalami gizi kurang. Ny. D
dan Ny. J ketika ditanya mengatakan tidak mengetahui tentang interpretasi garis
14
b. Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga
Tn. AA menyatakan bahwa AN. Y perlu dilakukan perawatan agar status gizinya
baik.
Ny. D mengatakan ketika usia AN. Y 1,5 bulan, ASInya tidak lancer. Ny. D
makanan tambahan. NY. D dan Ny. J ketika ditanya tidak mengetahui jenis
makanan yang tepat untuk anak usia 2 bulan. Ny. D ketika ada masalah dengan
menanganinya.
Linkungan rumah Tn. AA tampak bersih. Lingkungan tidak ada barang tajam
15
B. ANALISA DATA
1. DS: Ketidakseimbangan
sekarang.
DO:
16
DS: Ketidakmampuan
KMS balita.
DO:
KMS.
DS: Ketidakmampuan
sekarang.
Ny. J.
17
DO:
C. SKORING
harus segera
Ditangani 18
Ibu menyatakan berat badan bayinya sulit naik. Ibu mengatakan tidak
DO:
Ketika ditanya perawat, ibu tidak dapat menjawab tentang masalah gizi
DS:
Ibu menyatakan memberikan ASI mulai lahir sampai usia 1,5 bulan. ASI
19
C. PERENCANAAN ( INTERVENSI)
a. Perencanaan
dewasa.
20
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
a. Implementasi keperawatan
Kurang meliputi:
(1) Definisi,
(2) Penyebab,
(3) Akibat,
(4) Penatalaksanaan.
sudah diberikan.
21
Dari diagnosis yang tegak, semua masalah dapat diatasi. Masalah
E. PEMBAHASAN
1. Proses Keperawatan
dilakukan perbandingan data dan hasil pada tinjauan kasus dengan data atau
a. Pengkajian
kurang.
22
b) Keluarga belum mengetahui tentang gejala gizi kurang.
KMS.
An. Y mendapatkan ASI sampai usia 1,5 karena pada umur tersebut
pada An. Y. Susu formula yang diberikan sejak usia baru lahir sampai
usia 2 bulan tidak berbeda dalam hal kandungan gizi. Pada usia 2 bulan
23
b. Diagnosis Keperawatan
An. Y pada keluarga Tn. AA kurang dari kebutuhan tubuh. Diagnosis ini
Data subyektif: Ibu menyatakan berat badan bayinya sulit naik. Ibu
balita.
Data obyektif:
Data subyektif:
Ibu menyatakan memberikan ASI mulai lahir sampai usia 1,5 bulan.
ASI berhenti karena ASI yang keluar hanya sedikit- sedikit. Ibu
kepada Ny. J.
Data obyektif: Usia Bayi: 2 bulan, Berat Badan: 2,2 kg, Lingkar
Lengan Atas: 7 cm, Status Gizi An. Y pada KMS Balita pada garis
1
2. Keterbatasan Studi Kasus
Studi kasus hanya dilakukan selama tiga hari. Dengan kasus terkait
dari peningkatan berat badan An. Y belum dapat diketahui secara nyata.
F. Evaluasi Keperawatan
dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilan bila hasil dan
evaluasi tidak berhasil sebagian perlu disusun rencana keperawatan yang baru (Gusti, 2013).
Pada masalah gizi kurang pada balita, evaluasi yang dilakukan setelah memberikan asuhan
i. Evaluasi Struktur
1. Ruang kondusif untuk melakukan kegiatan
2. Pelaratan memadai dan berfungsi
3. Media dan materi tersedia dan memadai
4. SDM memadai dan bersedia untuk diberi asuhan keperawatan
ii. Evaluasi Proses
1. Ketepatan waktu pelaksanaan
2. Peran serta aktif dari anggota keluarga
3. Kesesuaian peran dan fungsi dari kegiatan
4. Faktor pendukung dan penghambat kegiatan
iii. Evaluasi Hasil
1. Keluarga paham tentang gizi kurang yang dialami balita
2. Keluarga mampu mengambil keputusan
3. Keluarga mempu membuat makanan menarik untuk balita
4. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang kondusif dengan
cara mendekorasi ruang makan
5. Keluarga membawa balita ke pelayanan kesehatan
6. Tidak ada tanda-tanda gizi kurang
2
PENDAHULUA
A. Latar Belakang
menyatakan malnutrisi sebagai penyebab lebih dari 1/3 dari 9,2 juta kematian
global di tahun 2007, tetapi tetap terdapat rentang yang sangat jauh antara
(CWS, 2008).
sebuah peran utama dari semua kematian anak di bawah usia 5 tahun setiap
bayi dan anak-anak mempunyai berat badan rendah. Survei yang dipublikasi
oleh Church World Service (CWS), pada suatu studi kasus di 4 daerah
3
wilayah Timor Barat (Kupang, Timur Tengah Selatan (TTS), Timur Tengah
4
Utara (TTU), dan Belu) menunjukkan sekitar 50% dari bayi dan anak-anak
malnutrisi akut, sedangkan 61,1% dari bayi baru lahir sampai umur 59 bulan
ditemukan sebanyak 26.518 balita gizi buruk secara nasional. Kasus gizi buruk
badan balita Zscore < -3 standar deviasi (balita sangat kurus). Sedangkan
menurut hasil Riskesdas 2013 prevalensi gizi sangat kurus pada balita sebesar
5,3%. Jika diestimasikan terhadap jumlah sasaran balita (S) yang terdaftar di
posyandu yang melapor (21.436.940) maka perkiraan jumlah balita gizi buruk
keperawatan.
5
PENYULUHAN PENDIDIKAN KESEHATAN
TENTANG PERAWATAN ANAK DENGAN GIZI KURANG
6
kurus adalah
sebanyak 7,2%. Masalah gizi di Indonesia tidak hanya merupakan sindroma kemiskinan
yang erat kaitannya dengan masalah ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga. Masalah
gizi juga menyangkut aspek pengetahuan, sikap dan juga perilaku yang kurang dalam
menciptakan pola hidup yang sehat. Masih tingginya angka anak balita yang menderita gizi
kurang di Indonesia menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat mengenai gizi masih kurang.
Kurangnya pengetahuan dan persepsi mengenai kebutuhan dan nilai pangan pada balita
adalah hal yang umum dijumpai. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi balita akan
berdampak pula pada pemenuhan nutrisi pada balita karena pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting dari terbentuknya perilaku seseorang, termasuk perilaku dalam
pemenuhan gizi. Perilaku seseorang diketahui akan lebih langgeng apabila didasari dengan
adanya pengetahuan mengenai suatu hal tersebut. Adisasmito menjelaskan bahwa
pengetahuan gizi keluarga dapat membantu menemukan berbagai alternatif solusi untuk
pemecahan masalah gizi balita. Demikian halnya dengan sikap ibu balita, apabila sikap ibu
kurang perhatian terhadap gizi balitanya maka dapat berakibat pada kurangnya pemenuhan
gizi balita tersebut. Sehingga kejadian gizi kurang bahkan gizi buruk dapat terjadi.
7
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Sasaran : Ibu di RW 2
21 Maret 2016
Jam : 10.00 – 10.30 Wib
Waktu : 30 menit
IV. Materi
Terlampir
VI. Struktur Kelompok
VII. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi
VIII. Media
1. Leaflet
8
IX. Kegiatan Penyuluhan
No. Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Lansia Waktu
1. Pembukaan 5 menit
3. Penutup 10 menit
9
TINJAUAN TEORITIS
1.1 Pengertian
Kurang gizi adalah penyakit yang disebabkan karena kekurangan energi dan protein (marasmus)
serta kekurangan protein saja (kwashiorkor). Baik marasmus maupun kwashiorkor keduanya
disebabakan oleh kekurangan protein. Akan tetapi pada marasmus disamping kekuarangan protein
terjadi juga kekurangan energi. Sedangkan pada kwashiorkor yang kurang hanya protein, sementara
kalori cukup. Istilah marasmus berasal dari bahasa Yunani yang sejak lama digunakan sebagai istilah
dalam ilmu kedokteran untuk menggambarkan seorang anak yang berat bedannya sangat kurang dari
berat badan seharusnya.
10
Penyebab Kurang Gizi
Ada beberapa penyebab kurang gizi, diantaranya yaitu :
1. Jarak antara usia kakak dan adik yang terlalu dekat
2. Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan bergizi bagi tubuh
3. Lingkungan yang kurang bersih, sehingga anak mudah sakit-sakitan. Karena sakit-sakitan
tersebut, anak menjadi kurang gizi
4. Kurangnya pengetahuan orangtua terutama ibu mengenai gizi
5. Kondisi sosial ekonomi keluarga yang sulit
6. Laju pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan bertambahnya ketersediaan bahan
pangan
11
Pencegahan
12
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Alpers, Ann. 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Jakarta: EGC.
Behrman, Richard E. 2010. Esensi Pediatri Nelson. Jakarta: EGC.
Berman, Audrey. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & Erb.
Jakarta: EGC.
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku saku diagnosis keperawatan. Jakarta:
EGC.
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2011. Gizi dan
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers.
Direktorat Bina Gizi. 2013. Rencana Kerja Bina Gizi Masyarakat
Tahun 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Effendi, F & Makhfudli (2007). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori
dan Praktik dalam Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.
Heriyanto, Bambang. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif. Surabaya: Putra Media
Nusantara.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak
untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
Salemba Medika.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2012. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Muscari, Mary E. 2005. Panduan belajar: keperawatan pediatrik. Jakarta: EGC.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC.
Sjarif, Damayanti Rusli. 2011. Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan
Penyakit Metabolik. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2007. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Supariasa, I Dewa Nyoman. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
13
Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:
EGC.
Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Jakarta: EGC.
Marimbi, H. Tumbuh Kembang Status Gizi dan Imunisasi Dasar Pada Balita. (Nuha Medika,
2010).
Kementerian Kesehatan. Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) 2016. Biro Komun. dan Pelayanan
Masy. (2017).
Baliwati, Y. F., Khomsan, A. & Dwiriani, C. M. Pengantar pangan dan gizi. (Penebar Swadaya,
2004).
14