Anda di halaman 1dari 2

Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 menentukan dengan tegas bahwa Indonesia merupakan

Negara Hukum. Hal ini mengandung konsekuensi bahwa segala tindakan pemerintah maupun
masyarakat harus berdasarkan hukum. Dalam mengatur kehidupan masyarakat produk hukum
yang dapat dihasilkan adalah produk hukum nasional maupun produk hukum daerah.
Pembentukan peraturan perundang-undangan (legal drafting) adalah merupakan istilah yang
lazim dipakai. Kamus Besar Bahasa Indonesia1 menjelaskan kata “legal” berarti sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan atau (berarti) hukum. Kata “draft” dalam Kamus
InggrisIndonesia2, diartikan sebagai “konsep”, dengan penambahan kata “ing”, maka “drafting”
berarti “pengonsepan”, “perancangan”. Jadi “legal drafting” adalah pengonsepan hukum atau
perancangan hukum yang berarti “cara penyusunan rancangan peraturan sesuai tuntutan teori,
asas dan kaidah perancangan peraturan perundang-undangan”3
Burkhardt Krems4, menyatakan bahwa pembentukan peraturan perundang-undangan
(Staatliche Rechtssetzung) meliputi dua hal pokok yaitu kegiatan menentukan isi peraturan
(inhalt der regeling) di satu pihak, dan kegiatan yang menyangkut pemenuhan bentuk peraturan
(form der regeling). Pembentukan peraturan perundang-undangan merupakan kegiatan
interdisipliner. T. Koopman menyatakan fungsi pembentukan peraturan perundang-undangan itu
semakin terasa diperlukan kehadirannya, karena di dalam negara yang berdasarkan atas hukum
modern (verzorgingsstaat),5 tujuan utama pembentukan undang-undang bukan lagi menciptakan
kodifikasi bagi nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang sudah mengendap dalam
masyarakat melainkan menciptakan modifikasi atau perubahan dalam kehidupan masyarakat.
Pada Pasal 1 angka 1 UU No. 12 Tahun 2011 menentukan bahwa pembentukan peraturan
perundang-undangan adalah pembuatan peraturan perundang-undangan yang mencakup tahapan
perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan.
Sedangkan yang dimaksud dengan pembentukan produk hukum daerah adalah pembuatan
peraturan perundang-undangan daerah yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan,
pembahasan, pengesahan atau penetapan, pengundangan , dan penyebarluasan.6 Dengan
demikian, kata “pembentukan” berarti “proses, perbuatan, cara membentuk.”7 Itu menunjukkan
bahwa, kata pembentukan memiliki makna yang luas, tidak sekedar berkaitan dengan halhal
yang bersifat teknis, melainkan juga mencakup aspek substansial. Pasal 1 angka 2 UU No. 12
Tahun 2011 menentukan bahwa yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan adalah
peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau
ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan
dalam Peraturan Perundang-undangan.
Dari difinisi tersebut maka suatu peraturan baru dapat disebut sebagai peraturan
perundang-undangan jika:
a. merupakan keputusan tertulis,
b. memuat norma hukum;
c. mengikat umum;
d. dibentuk oleh pejabat yang berwenang; dan
e. dengan prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
Begitupun produk hukum daerah adalah Produk hukum yang berbentuk peraturan
meliputi peraturan daerah (Perda) atau nama lainnya, Peraturan Kepala Daerah (Perkada),
Peraturan Bersama Kepala Daerah (PB KDH), Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(Peraturan DPRD) dan berbentuk keputusan meliputi keputusan kepala daerah, keputusan
DPRD, keputusan pimpinan DPRD dan keputusan badan kehormatan DPRD.

Anda mungkin juga menyukai