DISUSUN OLEH;
REYNALDI
(20202205037)
Disusun Oleh :
RENALDI
(20202205037)
2
PERSETUJUAN MAKALAH
RENALDI
(20202205037)
3
PENGESAHAN MAKALAH
KERANGKA BERFIKIR ILMIAH (KBI)
RENALDI
(20202205037)
Makalah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk menjadi
Anggota Luar Biasa Himpunan Mahasiswa Teknik Informatika.
Tanggal [………………….. 2022]
Mengesahkan,
Ketua Umum
Himpunan Mahasiswa Teknik Informatika
Periode 2021-2022
( David HL)
NIM : 20182205022
4
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
BAB II ........................................................................................................x
PEMBAHASAN ..........................................................................................x
1. Skripitualisme ...................................................................................... xx
2. Idealisme ...............................................................................................xxi
3. Empirisme .............................................................................................xxi
4. Rasionalisme .........................................................................................xxi
5
f. Argumentum Ad Hominem............................................................... xxiv
6
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nyalah sehingga penilis dapat menyelesaikan laporan evaluasi tentang
“Kerangka Berpikir Ilmiah”. Laporan ini disusun sebagai salah satu tanggung jawab
untuk melaksanakan evaluasi Himpunan Mahasiswa Teknik Informatika.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa, dan makalah ini
jauh dari kata sempurna. Untuk itu, saya meminta bagi pembaca agar sekiranya
memberikan dan saran makalah ini
Renaldi
7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemampuan manusia untuk menggunakan akal dalam memahami
lingkungannya merupakan potensi dasar yang memungkinkan manusia berfikir.
Berfikir menjadikan manusia mampu melakukan perubahan dalam dirinya. Dalam
konteks ini, perubahan dalam diri manusia merupakan akibat dari aktivitas berfikir,
oleh karena itu
sangat wajar apabila berfikir merupakan kunci dalam setiap kehidupan
manusia.Berfikir memberikan kesempatan manusia untuk memperoleh
pengetahuan, dalam tahapan selanjutnya pengetahuan itu dapat menjadi landasan
penting bagi kegiatan berfikir secara komperhensif. Kemampuan untuk berubah
dan perubahan yang terjadi pada manusia merupakan makna pokok yang
terkandung dalam kegiatan berfikir. Berfikir mensyaratkan adanya pengetahuan
(Knowledge) atau sesuatu yang diketahui agar pencapaian pengetahuan baru
lainnya dapat berproses dengan benar (metode ilmiah), yang kemudian
melahirkan pengetahuan ilmiah dan kebenaran ilmiah.
Sebagaimana telah di jelaskan, bahwa karakteristik hakiki dari kemanusiaan
adalah Berpikir. Selanjutnya, lahirlah sebuah pertanyaaan mendasar yaitu :
apakah sebenarnya berpikir itu?. Menurut saya berpikir yaitu proses gerak akal
yang awalnya kita tahu, kemudian tidak tahu, dan menjadi tahu sehingga
menghasilkan kesimpulan yang berupa pengetahuan. Dari beberapa referensi
yang saya dapat, bahwa proses berpikir ini menggunakan otak sebagai wadah,
dimana otak adalah tempat untuk menaungi akal sedangkan akal sebagai alat
yang digunakan untuk berfikir. Karena akal adalah sesuatu yang non materi,
sementara otak bersifat materi maka disinilah peran akal sebagai alat berpikir
untuk membantu manusia membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Kesimpulannya, ilmu kerangka berpikir ilmiah sebagai ilmu yang mengajarkan
manusia bagaimana cara berpikir yang benar. Untuk mengetahui lebih jelasnya,
akan di bahas pada penjelasan selanjutnya.
8
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang ada dalam makalah ini, yaitu :
a. Jelaskan pengertian dari definisi ?
b. Jelaskan definisi dari kerangka berpikir ilmiah ?
c. Jelaskan tentang Sejarah filsafat ?
d. Apa saja mahzab-mahzab berpikir ?
e. Apa saja prinsip Berpikir ?
f. Jelaskan apa saja kesalahan berpikir ?
D. Manfaat Makalah
Pembaca dapat mengetahui tentang kerangka berfikir ilmiah baik itu
pengertian dari kerangka berpikir ilmiah, sejarah filsafat, mahzab-mahzab dalam
berpikir, jenis-jenis pemikiran, prinsip-prinsip berpikir dan apa saja kesalahan
dalam berpikir
9
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Pertama yang harus didefinisikan adalah kata definisi itu sendiri. Mengapa
demikian? Tanpa kita sadari secara penuh, sebenarnya “Definisi” adalah unsur
pengetahuan yang kita butuhkan. Baik dalam kehidupan Ilmiah maupun dalam
kehidupan sehari-hari kita sering berurusan dengan “Definisi”.
Lalu apa defenisi dari “Defenisi”? Secara sedrhana defenisi adalah Batasan
/Membatasi sesuatu sehingga kita dapat memiliki pengertian terhadap sesuatu
atau memberikan pengertian/penjelasan tentang sesuatu hal dan disertai dengan
batasan-batasan sehingga hal tersebut menjadi jelas. Karena teori ini
mengharuskan adanya “Batas” dalam sebuah objek yang hendak didefinisikan,
secara langsung juga membutuhkan sesuatu yang menjadi karakteristiknya. Apa
karakteristik itu? Secara singkat dapat kita sebut sebagai Genera (Jenis) dan
Diferentia (Sifat pembeda). Dapat disimpulkan bahwa inti dari definisi yang
pertama ini adalah menjelaskan sesuatu yang terbatas. Konsekwesinya, jika
sesuatu tidak terbatas maka tidak dapat didefinisikan
Cara mendefinisikan sesuatu terbagi menjadi 2 yaitu;
a. Etimologi
Etimologi dari etimologi yaitu kata etimologi berasal dari bahasa yunani
yaitu etimos yang berarti kata dan logos yang berarti ilmu.
Terminologi dari etimologi yaitu ilmu yang menjelaskan dengan kata
perkata atau asal usul kata.
b. Terminologi
Etimologi dari Terminologi yaitu kata terminologi berasal dari bahasa
yunani yaitu terminus yang berarti istilah dan logos yang berarti ilmu.
Terminologi dari terminologi yaitu ilmu yang menjelaskan dengan
mengistilahkan kata atau keseuruhan kata.
10
Definisi bertujuan untuk menyatukan persepsi setiap orang. Karena
setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda. Dan dengan defenisi kita
bisa menyatukan persepsi setiap orang.
11
C. Sejarah perkembangan filsafat
Kata filsafat berasala dari bahasa Yunani yaitu Filo yang berarti cinta dan Shopia
yang berarti kebijaksanaan.
Perkembangan Filsafat dibagi menjadi 5 tahapan, yaitu :
1. Zaman Pra Yunani Kuno (sebelum 6 SM)
Periode filsafat yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah
peradaban manusia karena pada waktu itu terjadi perubahan pola pikir
manusia dari mite-mite menjadi yang lebih rasional. Pola pikir mite-mite
adalah pola pikir masyarakat yang mengandalkan mitos untuk menjelaskan
fenomena alam. Manusia yang dulunya pasif dalam menghadapi fenomena
alam menjadi lebih proaktif dan kreaktif, sehingga alam dijadikan objek
penelitian dan pengkajian. Dari proses inilah kemudian ilmu berkembang dari
rahim filsafat, yang akhirnya kita nikmati dalam bentuk teknologi.
Pada zaman ini ilmu pengetahuan dicirikan berdasarkan know how yang
dilandasi pengalaman empiris.masa ini juga banyak pembasahan tentang
bumi (bumi pada dasarnya apa?), yang akhirnya memunculkan beberapa
teori. Yaitu :
a. Thales
adalah seorang filsuf yang mengawali sejarah filsafat Barat pada
abad ke-6 SM. Sebelum Thales, pemikiran Yunani dikuasai cara berpikir
mitologis dalam menjelaskan segala sesuatu. Pemikiran Thales
dianggap sebagai kegiatan berfilsafat pertama karena mencoba
menjelaskan dunia dan gejala-gejala di dalamnya tanpa bersandar pada
Mitos melainkan pada rasio manusia, ia juga disebut the father of
Philosophy (bapak filsafat). Ia juga dikenal sebagai salah seorang dari
Tujuan Orang Bijaksana (dalam bahsa Yunani hoi hepta sophie), yang
oleh Aristoteles diberi gelar “Filsuf Pertama” selain sebagai filsuf,
Thales juga dikenal ahli geometri, astronomi, dan politik. Bersama
dengan Anaximandros dan Anaximenes. Thales memperkembangkan
filsafat alam (kosmologi) yang mempertanyakan asal mula, sifat dasar,
dan struktur komposisi alam semesta. Dalam penyelidikan keilmuannya,
12
Thales menyatakan bahwa ”Air” adalah prinsip dasar(arche) segala
sesuatu. Air menjadi pangkal, pokok, dan dasar dari segala-galanya
yang ada di dalam semesta. Karna kekuatan dan kreatifnya sendiri,
tanpa ada sebab-sebab di luar dirinya, air mampu tampil dalam segala
bentuk, bersifat netral dan tak terbianasakan. Argumentasi Thales
terhadap pandangan tersebut adalah bagaimana bahan makanan
semua makhluk hidup mengandung air dan bagaimana semua makhluk
hidup juga memerlukan air untuk hidup. Selain itu, air adalah zat yang
dapat berubah-ubah bentuk (padat, cair, dan gas) tanpa menjadi
berkurang.
b. Anaxsimandros
merupakan seorang filsuf dari Mazhab Miletos dan merupakan
murid dari Thales. Seperti Thales, dirinya dan Anaximenes tergolong
sebagai filsuf-filsuf dari Miletos yang menjadi perintis filsafat Barat.
Anaximandros merupakan filsuf pertama yang meninggalkan bukti
tulisan berwujud prosa. Meskipun Anaximandros merupakan murid
Thales, namun ia menjadi terkenal karena mengkritik teori dari gurunya
thales mengenai “Air adalah prinsip dasar dari segala sesuatu”.
Menurutnya, bila air merupakan prinsip dari segalanya, karena
seharusnya air terdapat di dalam segala sesuatu dan tidak mempunyai
lagi zat yang berlawanan dengannya, namun kenyataannya air dengan
api saling berlawanan sehingga air bukanlah zat yang mempunyai
segala sesuatu. jadi Anaxsimandros berpendapat bahwa tidak mungkin
mencari prinsip dasar tersebut dari zat yang empiris. Prinsip dasar itu
haruslah pada sesuatu yang lebih mendalam dan tidak dapat dilihat oleh
panca indera. Anaximandros menyebut bahwa prinsip dasar segala
sesuatu adalah “To Apeiron”, berasal dari bahasa Yunani yang
merupakan “a” yaitu tidak dan “eras” yaitu batas. To Apiron merupakan
suatu prinsip tidak terwujud yang menjadi prinsip dasar segala sesuatu.
Ia bersifat ilahi, tidak berkesudahan, tak terubahkan, dan meliputi segala
sesuatu. Dari prinsip inilah berasal segala sesuatu yang mempunyai di
13
dalam jagad raya sebagai unsur-unsur yang berlawanan (yang panas
dan dingin, yang kering dan yang basah, malam dan terang).
Kesudahan untuk prinsip ini juga semua pada akhirnya akan kembali.
c. Anaximenes
adalah seorang filsuf yang berasal dari kota Miletos, sama seperti
Thales dan Anaximandros. Anaximenes hidup sezaman dengan kedua
filsf tersebut, kendati dia leih muda dari Anaximandros. Sebagaimana
kedua filsuf Miletos yang lain, ia berbicara tentang filsafat alam.
Anaximenes berpendapat bahwa prinsip dasar dari segala sesuatu
adalah udara. Satu kesulitan untuk menerima filsafat Anaximandros
tentang to apeiron yang metafisik adalah bagaimana menjelaskan
hubungan saling memengaruhi selang yang metafisik dengan yang
fisik. Karena itulah, Anaximenes tidak lagi melihat sesuatu yang
metafisik sebagai prinsip landasan segala sesuatu, melainkan kembali
pada zat yang bersifat fisik yakni udara. Tidak seperti cairan yang tidak
terdapat di api (pemikiran Thales), udara merupakan zat yang terdapat
di dalam semua hal, baik cairan, api, manusia, maupun segala sesuatu.
Karena itu, Anaximenes berpendapat bahwa udara adalah prinsip
landasan segala sesuatu. Udara adalah zat yang mengakibatkan
seluruh benda muncul, telah muncul, atau akan muncul sebagai wujud
lain. Perubahan-perubahan tersebut mengalami proses dengan prinsip
"pemadatan dan pengenceran" (condensation and rarefaction. Bila
udara semakin kepadatannya maka muncullah beruntun angin, cairan,
tanah, dan kemudian batu. Sebaliknya, bila udara mengalami
pengenceran, maka yang timbul adalah api. Proses pemadatan dan
pengenceran tersebut meliputi seluruh peristiwa alam, sebagaimana
cairan dapat berubah menjadi es dan uap, dan bagaimana seluruh
substansi lain diproduksi dari kombinasi perubahan udara.
14
2. Zaman yunani kuno (6 SM-6 M)
Periode Yunani Kuno ini lazim disebut periode puncak dari filsafat
Yunani Kuno (zaman keemasan). karena pada periode ini ditandai dengan
munculnya para ahli pikir alam yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Ada
beberapa teori yang muncul pada masa ini, yaitu :
a. Kaum Sophia
berpendapat bahwa segala hal yang berada diluar diri manusia
hanyalah persepsi semata.
b. Ocrates
adalah seorang guru. Setiap kali socrates mengajarkan
pengetahuannya, Socrates tidak pernah memungut bayaran kep
ada murid-muridnya. Oleh karena itulah, kaum sofis menuduh dirinya
memberikan ajaran baru yang merusak moral dan menentang
kepercayaan negara kepada para pemuda. Kemudian ia ditangkap dan
dihukum mati dengan minum racun pada umur 70 tahun yakni pada
tahun 399 SM. Pemikiran filsafatnya untuk menyelidiki manusia secara
keseluruhan yaitu dengan menghargai nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah
yang keduanya tidak dapat dipisahkan karena dengan keterkaitan kedua
hal tersebut banyak nilai yang dihasilkan.
c. Plato (428-348 s.M)
adalah seorang Filsuf besar yunani dan ilmuan spekulatif, yang
menegaskan bahwa filsafat atau ilmu merupakan pencarian yang
bersifat perekaan (spekulatif) tentang seluruh kebenaran. Plato
berpendapat bahwa “manusia itu sesungguhnya berada dalam dua
dunia yaitu dunia ide (suci) yang bersifat tetap, di dunia ini manusia telah
mengetahui seluruh pengetahuan yang ada, dan dunia pengalaman
(kotor) yang bersifat tidak tetap.” Manusia pernah hidup di dunia
ide(suci) sebelum dilahirkan di dunia pengalaman/materi. Di dunia
pengalaman/materi manusia hanya melakukan proses mengingat
kembali tentang pengatahuan yang dia ketahui di alam ide(suci).
15
d. Aristoteles
merupakan seorang murid dari Plato, dalam banyak hal sering tidak
setuju/berlawanan dengan apa yang diperoleh dari gurunya (Plato). Bagi
Aristoteles “dunia ide” bukanlah terletak dalam dunia “abadi”
sebagaimana yang dikemukakan oleh Plato, tetapi justru terletak pada
kenyataan atau benda-benda itu sendiri. Setiap benda mempunyai dua
unsur yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi (“hylé”) adalah prinsip
yaug tidak ditentukan dan bentuk (“morfé”) adalah prinsip yang
menentukan. Bahkan dikatakan bahwa “ide” tidak dapat dilepaskan atau
dikatakan tanpa materi, sedangkan presentasi materi harus dengan
bentuk.
16
kenyataannya bangsa Eropa tidak mengakui atas peranan ahli pikir
Islam yang mengantarkam kemoderenan bangsa Barat.
b. Pada masa ini Scholastik Kristen
kekuasaan agama masih begitu berpengaruh terhadap
perkembangan kehidupan filasafat, khususnya di kawasan Eropa.
Adanya tren perbudakan membuat para pemikir ahli terbatas hanya dari
kaum agamis yang berada di gereja saja, karena mereka yang diluar
gereja terlalu disibukkan dengan urusan melayani orang lain, daripada
memikirkan hal- hal yang tidak mengenyangkan seperti filsafat. Pada
masa inilah perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan sangat
buruk.Karena pihak gereja membatasi dan melarang para filosof dalam
berfikir, sehingga ilmu pengetahuan dan filsafat tidak berkembang.
17
Pada saat ini manusia mulai dianggap sebagai pusat kenyataan, hal itu
terlihat secara nyata dalam karya-karya seniman zaman renaisans seperti
Donatello, Botticelli, Michelangelo (1475-1564), Raphael (1483-1520,
Perugino (1446-1526, dan Leonardo da Vinci (1452-1592). Sedangkan dalam
bidang ilmu pengetahuan terdapat beberapa tokoh hebat antara lain Nicolaus
Copernicus (1478-1543), Andreas Vasalius (1514-1564), Galileo Galilei
(1546-1642), Johannes Kepler (1571-1642), dan Francis Bacon (1561-
1632). Bangsawan Inggris yang meletakkan dasar filosofis untuk
perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dengan mengarang suatu
maha karya yang bermaksud menggantikan teori Aristoteles tentang ilmu
pengetahuan dengan suatu teori baru dalam bukunya Novum Organon.
18
Pengetahuan yang dimiliki manusia merupakan hasil sintesis antara yang
apriori (yang sudah ada dalam kesadaran dan pikiran manusia) dengan
impresi yang diperoleh dari pengalaman. Bagi Kant yang terpenting
bagaimana pikiran manusia mamahami dan menafsirkan apa yang direkam
secara empirikal, bukan bagaimana kenyataan itu tampil sebagai benda itu
sendiri.
19
yang diambil-oper oleh ilmu-ilmu sosial (Social sciences) yang berkembang
sesudahnya. Pada periode terkini (kontemporer) setelah aliran-aliran
sebagaimana disebut di atas munculah aliran-aliran filsafat, misalnya :
“Strukturalisme” dan “Postmodernisme”. Strukturalisme dengan tokoh-
tokohnya misalnya Cl. Lévi-Strauss, J. Lacan dan M. Faoucault. Tokoh-tokoh
Postmodernisme antara lain. J. Habermas, J. Derida. Kini oleh para
epistemolog (ataupun dari kalangan sosiologi pengetahuan) dalam
perkembangannya kemudian, struktur ilmu pengetahuan semakin lebih
sistematik dan lebih lengkap (dilengkapi dengan, teori, logika dan metode
sain), sebagaimana yang dikemukakan oleh Walter L.Wallace dalam bukunya
The Logic of Science in Sociology. Dari struktur ilmu tersebut tidak lain
hendak dikatakan bahwa kegiatan keilmuan/ilmiah itu tidak lain adalah
penelitian (search dan research). Pada periode ini juga muuncul aliran
“Pragmatisme”. Pragmatisme berasal dari kata pragma yang artinya guna.
Maka pragmatisme adalah suatu aliran yang benar adalah apa saja yang
membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang
bermanfaat secara praktis. Tokohnya William James (1842-1910) lahir di New
York, memperkenalkan ide-idenya tentang pragmatisme kepada dunia. Ia ahli
dalam bidang seni, psikologi, anatomi, fisiologi dan filsafat. Selain itu juga
muncullah filsafat analitis. Tokoh aliran ini adalah Ludwig Josef
Johan Wittgenstein (1889-1951). Ilmu yang ditekuninya adalah ilmu
penerbangan yang memerlukan studi dasar matematika yang mendalam.
Filsafat analitis ini berpengaruh di Inggris dan Amerika sejak tahun 1950
Filsafat ini membahas mengenai analisis bahasa dan anlisis konsep-konsep.
D. Mazhab-Mazhab Berpikir
1. Skripitualisme
Orang yang berpikir menggunakan mazhab skripitualisme adalah orang
yang menjadikan teks (kitab) sebagai tolak ukur kebenarannya. Contohnya
yaitu kitab (Al-Qur’an, Zabur, Injil, dan Zabur)
20
2. Idealisme
Orang yang berpikiran menggunakan Mazhab Idealisme adalah orang
yang Mempercayai teori dari Plato (platonian) yang berpendapat bahwa kita
pernah hidup di dunia ide (suci), sebelum kita dilahirkan di dunia materi.
3. Empirisme
Orang yang berpikir menggunakan Mazhab Empirisme adalah orang
yang menggunakan hal-hal yang Nampak seperti dari indra dan pengalaman
sebagai tolak ukur kebenaran. Indera terbatas mata misalnya memiliki daya
jangkau penglihatan yang berbeda. Begitupun telinga dan indera lainnya.
Olehnya indera hanya bisa menangkap hal-hal yang bersifat terbatas atau
material pula. Makanya fenomena penyembahan dan jatuh cinta misalnya,
tidak dapat dijawab dengan tepat oleh kaum empiris. Indera dapat mengalami
distorsi. Sebagai contoh terjadinya fatamorgana atau pembiasan benda pada
dua zat dengan kerapatan molekul berbeda. Ketika kita masukkan pensil
kedalam gelas berisi air kita akan melihatnya bengkok karena kerapatan
molekul air, gelas dan udara sebagai medium berbeda. Padahal jika kita
periksa ternyata pensil tetap lurus.
4. Rasionalisme
Orang yang berpikir menggunakan Mazhab Rasionalisme adalah orang
yang menggunakan akal/logika sebagai tolak ukur kebenaran. kebenaran
hanya dapat diterima jika sesuai dengan kebenaran yang dipahami ide.
Namun dari manakah kita dapat memperoleh kebenaran yang pasti ketika
kebenaran itu suadah tercerai dari pengalaman manusia yang nyata ?.
disinilah kemudian kaum rasionalis menemukan kebuntuan yang
mendapatkan konsesus bagi cara berpikir bersama. Tiap orang cenderung
percaya terhadap kebenaran yang dipahaminya sendiri, misalnya yang benar
menurut A belum tentu benar untuk B, begitupun seterusnya. Cara berpikir
ini, membuat kita terperangkap pada solipsism yaitu kebenaran menurut
anggapan kita masing-masing.
Ada tiga macam “ADA” oleh ibnu sina :
21
Wajib ada/ Wujud (hujan itu wajib ada maka tidak ada kehidupan).
Mungkin ada/ Wujud (manusia berkepala babi)
Mustahil adanya/ Wujud (manusia yang setinggi langit). Jadi terjadi
kesalahan berpikir bukan akalnya yang salah, tapi penggunaannya yang
tidak tepat. Untuk itu kita harus mengetahui bagaimana aturan berpikir
yang mutlak adanya, yang itupun harus dinilai kebenarannya.
Di dalam diri kita ada beberapa fakultas pengetahuan, diantaranya:
1. Panca Indera, panca indera terdiri dari Idera Penglihatan seperti
warna/cahaya, indera pendengaran seperti bunyi, indera penciuman
seperti aroma/bau, indera pengecap seperti rasa, dan indera peraba
seperti tekstur/suhu. perbedaan dengan empirisme, empirisme
menjadikan indera sebagai tolak ukur sedangkan rasionalisme
menjadikan indera sebagai sumber pengetahuan namun bukan utama.
2. Khayal, proses menggabungkan suatu ide hal yang tidak memilki wujud
nyata atau realitas eksternal, Misalnya seorang manusia memikirkan
tentang gunung dan emas, lalu ia menggabungkan gunung dan emas
yang ia pikirkan tadi, maka jadilah gunung emas. Gunung dan emas
memiliki realitas eksternal, namun jika digabungkan menjadi gunung
emas yang hanya memiliki realitas internal (dalam ide) tapi tidak
direalitas internal.
3. Wahmi(perasaan), tidak punya wujud nyata. Contoh yang bekaitan
dengan perasaan yaitu benci, cinta, rindu, jengkel dan sebagainya. Di
mana hal-hal tersebut hanya bisa di rasakan oleh orang yang
merasakannya atau diri sendiri, tidak bisa di rasakan oleh orang lain.
4. Akal, fakultas dalam diri kita yang mengontrol semuanya atau tempat
menyimpulkan.
22
semacam ini banyak terjadi dalam berbagai telah social, Argument yang
overgeneralized ini biasanya agak sulit dipatahkan karena satu kasus rujukan
itu sering kali diambil dari pengalaman pribadi orang (Individual’s personal
experience). Misalnya, seorang wanita yang baru putus karena pria tersebut
brengsek, kemudian dia pacaran lagi pria lain lalu putus lagi dengan alasan
yang sama, Karena keduanya pria tersebut brengsek jadi dia beranggapan
bahwa semua pria itu brengsek. jadi Kadang overgeneralisasi terjadi dalam
pemikiran kita saat memandang seseorang, sesuatu atau tempat. Padahal
orang itu selalu berubah sehingga hal yang sama tidak bisa kita terapkan
pada orang yang sama terus menerus dan selamanya.
23
jernih berpikir. Padahal, belum tentu persepsi dia itu benar. Berpikir ini
sebenarnya bersandar pada ketidak mampuan seseorang dalam
membedakan antara persoalan yang abstrak dan kongkret.
d. Fallacy of Composition
e. Argumentum ad Verecundiam
Adalah pemikiran yang ambigu, tidak relevan, dan otoritas. Berargumen
dengan menggunakan otoritas walaupun otoritas itu tidak relevan atau
ambigu. Contoh si A berdiskussi dengan si B . Lalu A berkata pada si B,
pendapat anda bertentangan dengan Al-Quran dan sunnah. Ini bentuk
kesalahan berpikirnya. Bahwa, sebenarnya B tidak bertentangan dengan Al-
Quran dan sunnah, tetapi bertentangan dengan Al-Quran dan sunnah
sepanjang pemahaman si A.
f. Argumentum Ad Hominem
Adalah pemikiran yang tidak mengacu pada argument, tapi pada latar
belakang. Salah satu contoh pernyataan ad hominem yaitu, Carl Sagan
adalah seorang pemakai ganja, maka karya-karyanya ngawur.
24
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Kerangka adalah suatu yang menyusun atau menopang yang lain,sehingga
sesuatu yang lain dapat berdiri. Berfikir merupakan gerak akal dari suatu titik ke
titik yang lain atau bisa juga gerak akal dari pengetahuan yang satu
kepengetahuan yang lain. Ilmiah adalah sesuatu hal/pernyataan yang bersifat
keilmuan yang sesuai dengan hukum-hukum ilmu pengetahuan. Atau sesuatu
yang dapat dipertanggung jawabkan, dengan menggunakan metode ilmiah
(procedure atau langkah-langkah sistematisyang perlu di ambil guna memperoleh
pengetahuan yang didasarkan atas uji coba hipotetis serta reori secara terkendali).
2. SARAN
Akhirnya, seluruh penjelasan diatas diharapkan sedikit banyak mampu
membentuk kerangka berpikir tentang sesuatu yang ilmiah (benar). Hal ini sangat
dibutuhkan sebagai landasan awal untuk mencari, menafsirkan dan menggunakan
pengetahuan yang lebih luas. Namun, suatu hal yang pasti bahwa dengan
bertambahnya pengetahuan bukan lantas membuat kita berbuat semenah-menah
terhadap kehidupan ini, misalnya dengan membangun klaim-klaim kebenaran
yang merusak dan hanya menguntungkan diri sendiri, atau tunduk sepenuhnya
terhadap itu semua. Tetapi lebih dari itu, ia haruslah di jadikan sabagai alat untuk
mencapai tujuan hidup yang lebih besar dan sempurnah. Olehnya dalam bahasa
agama orang yang berilmuh pengetahuan dianggkat derajatnya lebuh dari yang
lain
25
DAFTAR PUSTAKA
Alimaksum,”Pengantar filsafat dari masa klasik hingga post modernism”, 4 Juni 2022.
http://www.Alimaksum.com./pengantar-filsafat-dari-masa-klasik-hingga-post-
modernism,Ar-RuzzMedia:2008
26