Anda di halaman 1dari 44

BAHASA INDONESIA

Dr. Dra. Rohayati Arifin, M. Si.


Hp. 081 241 382 667
E-mail: oya_arifin@yahoo.com
PENULISAN UNSUR SERAPAN, SINGKATAN
DAN TANDA BACA
1. Penulisan Unsur Serapan
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan itu ada
yang sudah disesuaikan dengan kaidah bahasa
Indonesia, baik pengucapan maupun penulisannya ada
pulan yang belum sepenugnya disesuaikan dengan
kaidah bahasa Indonesia
a. Penyerapan secara alamiah
Kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa
Indonesia yang lazim dieja dan dilafalkan dalam
bahasa Indonesia tidak mengalami perubahan
Contoh: meja, imitasi, mode, ilham, abjad, potret
b. Penyerapan seperti bentuk asal
Unsur asing yang belum sepenuhnya diserap ke dalam BI,
dapat dipakai dalam BI dengan jalan masih
mempertahankan lafal bahasa asalnya (asing). Pengucapan
kata tersebut masih seperti bentuk asalnya. Penyerapan
sepert ini tidak terlalu banyak ditemukan dalam BI.
Contoh: otside, bridge, hockey, de facto, curriculum vitae,
status quo dll.
c. Penyerapan dengan terjemahan
Penyerapan unsur bhs asing ke dalam BI dilakukan dengan
melalui penerjemahan kata-kata asing tersebut. Caranya
dengan memilih kata-kata asing tertentu kemudian
diterjemahkan ke dalam BI. Satu kata asing dipadankan
dengan satu atau lebih dalam BI
Contoh:
Kata asing Terjemahan Indonesianya
Volcano gunung api
Feed beck umpan balik (balikan)
Medical pengobatan
Take off lepas landas
Point butir
In put masukan
Ot put keluaran
d. Penyerapan dengan perubahan
Unsur asing yang diserap ke dalam BI ada yang penulisan dan
pelafalannya disesuaikan dengan sistem ejaan dan lafal BI.
Bentuk asalnya mengalami perubahan setelah diserap ke dalam
BI. Dalam hal ini perlu diusahakan agar ejaan dan lafal asing
(asal) hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya
masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya, agar BI
dalam perkembangannya memiliki ciri umum (internasional)
Dalam buku pedoman EYD, penyerapan dengan perubahan
diatur dalam sejumlah kaidah. Ada 57 ketentuan mengenai
perubahan dan penyesuaian bunyi dari kata asing ke kata
Indonesia.
Contoh:
Bentuk Asal Bentuk Serapan Bentuk Asal Bentuk Serapan
octaaf oktaf quitancy kuitansi
haematite hematit structure struktur
construction konstruksi circulation sirkulasi
accomodation akomodasi acclamation aklamasi
accent aksen charisma karisma
tecnique teknik chek cek
affective efektif system sistem
idealist idealis station stasiun
geometry geometri fossil fosil
affect efek central sentral
komfoor kompor phase fase
zoology zoologi aquarium akuarium
gaverneur gubernur rhetoric retorik
e. Penyerapan akhiran asing
BI juga mengambil akhiran asing sebagai unsur serapan. Akhiran
asing tsb. Disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang ada
dalam BI. Akhiran asing tsb. Ada yang diserap sebagai bagian
kata yang utuh, seperti kata standarisasi disamping kata standar,
kata implementasi disamping kata implemen dan kata objektif
di samping kata objek.
Akhiran-akhiran asing antara lain: -is, -isme, -al, -ik, -ika, -wan, -
wati, -log, -tas, -ur
Contoh:
logis, ekonomis, modernisme, ideal, struktural, logika,
dialektika, mekanik, sukarelawan, sukarelawati, dialog, analig,
kualitas, universitas, direktur, faktur, struktur
2. PENULISAN SINGKATAN DAN AKRONIM
a. Singkatan
Prosen pemendekan yang dilakukan dengan pengekalan sebuah
awal berupa huruf yang tidak membentuk kata. Karena proses
pengekalang tidak membentuk kata, cara pelafalannya tetap
disesuaikan dengan cara pelafalan abjad-abjad yang ada dalam BI.
1). Singkatan nama diri, seperti nama resmi lembaga pemerintahan
dan ketatanegaraan, organisasi, instansi, lembaga, departemen
serta nama dokumen resmi tang diambil dari gabungan antara
huruf awal kata dengan huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik
(.)
contoh:
DPR PDI TPI
RCTI KTP SMU
2) Singkatan kata-kata umum yang terdiri atas tiga huruf
ditulis dengan menggunakan huruf kecil dan diakhiri tanda
titik (.)
Contoh: dsb. dll. dkk. dst.sbb. sda.
3) Singkatan kata-kata umum yang terdiri atas dua huruf
semuanya ditulis denngan menggunakan huruf kecil dan
setiap huruf diikuti tanda titik (.)
Contoh: a.n. d.a.a.l. s.d. u.p
4) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau
pangkat ditulis dengan huruf kapital pada awal singkatan
tersebut dan diikuti tanda titik (.)
Contoh: R. A. Kartini, Muh. Akil B. Bpk. Prof. Let.
5) Singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, satuan mata
uang dan lambang kimia tidak menggunakan titik (.)
Contoh: kgRp cm 1 (liter) m (meter)
2. Akronim
Proses pemendekan yang membentuk kata sehingga dilafalkan seperti
kata. Penulisan akronim diatur dalam sejumlah kaidah:
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan antara awal kata dengan awal
kata dari deret kata semuanya ditulis dengan menggunakan huruf kapital
dan tidak diikuti tanda titik (.)
Contoh: LAN MUI SIMNIP IKIP
b. Akronim nama diri yang berupa gabungan antara suku kata dengan suku
kata atau antara awal kata dengan suku kata dari deret kata diawali
dengan huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik (.)
Contoh: Golkar Iwapi Unhas Pertamina Linud Sekjen
c. Akronim yang bukan nama diri dan berupa gabungan antara suku kata
dengan suku kata atau antara suku kata dengan awal kata dari deret kata
semuanya ditulis dengan huruf kecil
Contoh: pemilu rudal rapim bemo patas berdikasi
3. TANDA BACA

1) Tanda Titik (.)


a. Dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau
seruan.
Contoh:
Hari ini 21 September 2008.
Kakakku tinggal di Bogor.
b. Dipakai pada akhiran singkatan nama orang.
Contoh:
Moh. Hatta
J.D. Parera
c. Dipakai pada akhir singkatan gelar jabatan, pangkat dan
sapaan.
Contoh:
dr. Dokter Ny.Nyonya
Ir. Insinyur Sdr. Saudara
Jend. Jenderal Yth. Yang terhormat
S.S. Sarjana Sastra Kep. Kepala
d. Dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah
umum.
Contoh:
a.n. atas nama dkk. dan kawan-kawan
dll. dan lain-lain dsb. dan sebagainya
tgl. tanggal u.p untuk perhatian
e. Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ihtisar atau daftar
Contoh:
A. Bahasa Indonesia
1. Kedudukan
2. Fungsi
B. Bahasa Daerah
3. Kedudukan
4. Fungsi
B. 1 Patokan Umum
5. 1 Isi Karangan

1. 2 Illustrasi
• Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah
bertanda kurung dalam suatu perincian.
Contoh:
1) bahasa nasional berfungsi, antara lain,

a) lambang kebanggaan nasional

b) identitas nasional

c) alat pemersatu bangsa


Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau angka terakhir
dalam penomoran deret digital yang lebih dari satu angka dalam
judul tabel, bagan, grafik, atau gambar.
Contoh:
Tabel 1 Kondisi Kebangsaan di Indonesia
Tabel 1. 1 Kondisi Bahasa Daerah di Indonesi
Bagan 2 Struktur Organisasi
Bagan 2. 1 Bagan Umum
g. Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit dan detik yang
menunjukkan jangka waktu.
Contoh:
1.30.10 jam (pukul 1, 30 menit, 10 detik)
h. Tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri huruf-huruf awal
kata atau suku kata, singkatan lambang kimia, satuan
ukuran, takaran, timbangan dan mata uang, akhir judul yang
merupakan kepala karangan / ilustrasi, tabel dsb.
Tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan tanggal surat
atau nama dan alamat penerima surat.
• Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan
kepala karangan, ilustrasi, atau tabel
Contoh:
Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945)
Gambar 3 Alat Ucap Mamusia
Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) alamat pengirim dan
penerima surat serta (b) tanggal surat
2) TANDA KOMA (,)
a. Untuk memisahkan kalimat setara yang satu dengan
yang berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi,
melainkan.
Contoh:
Saya ingin berangkat sekarang, tetapi hari hujan.
Dia bukan istri Pak Bambang, melainkan istri Pak
Anton.
b. Dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pembicaraan
atau pembilangan.
Contoh:
Saya memesan mie ayam, pangsit goreng, dan es jeruk.
Pensil, penghapus, dan penggaris.
Satu, dua, tiga.
c. Untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk
kalimat.
Contoh:
Kalau diundang, saya akan datang.
Karena baik hati, dia mempunya banyak teman.
• Tanda koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahului anak
kalimat.
Contoh:
Saya akan datang kalau diundang.
Dia mempunyai banyak teman karena baik hati
d. Dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara
kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di
dalamnya, oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu,
akan tetapi.
Contoh:
Oleh karena itu, kita harus belajar lebih giat lagi.
Jadi, semuanya dapat diatur.
e. Dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh,
kasihan, yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
Kasian, sekali anak itu.
O, begitu jalan ceritanya.
Wah, bukan main!
f. Untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik).
Contoh:
Kata adik, ”Saya akan dibelikan sepeda baru.”
”Saya gembira sekali,”kata kakak,”karena nilai ujian saya
memuaskan.”
g. Dipakai di antara:
- nama alamat
- bagian-bagian alamat
- tempat tinggal
- nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh:
Sdr. Wilson, Jalan Pulomas 5, Jakarta.
Surat ini harap ditujukan kepada Dekan Fakultas Kedokteran,
Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.
Jakarta, 22 Agustus 2007.
Bangkok, Thailand.
h. Dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka.
Contoh:
Suhendar, M.E. Bahasa Indonesia, Bandung, Pionir Jaya, 1992.
i. Dipakai di antara tempat penerbitan, nama penerbit dan tahun
penerbit.
Contoh:
Indradi, Agustinus. Cermat Berbahasa Indonesia, Malang,
Dioma, 2003.
j. Dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya, untuk membedakannya dari singkatan nama
keluarga atau marga.
Contoh:
Ahmad Mahfud, S.T.
Iphov Kumala Sriwana, S.T, M.M.
k. Dipakai di muka angka persepuluhan dan di antara rupiah dan
sen dalam bilangan.
Contoh:
18,25 m
Rp 20.000,00
l. Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan. (Lihat juga
pemakaian tanda pisah).
Contoh:
Dosen saya, Ibu Sinta, pandai sekali.
Seorang anggota DPR, selaku wakil rakyat, menyatakan
pendapatnya.
3. TANDA HUBUNG (-)
a. Menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh
pergantian baris.
Contoh:
..........................ada hal ba-
ru yang harus disampaikan.
b. Menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau
akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian
baris.
Contoh:
.................cara baru pe-
manfaatan kelapa sawit.
........cara baru memanfaat-
kan kelapa sawit.
c. Menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh:
adik-adik
anak-anak
berkali-kali
d. Dipakai dalam huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-
bagian tanggal
Contoh:
p-o-l-i-t-e-k-n-i-k
23-8-2008
e. Dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.
Contoh:
Bandingkan ber-evolusi dengan be-revolusi.
Istri-pengusaha yang ramah dengan istri pengusaha-yang ramah
f. Dipakai untuk merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang
dimulai dengan huruf kapital, ke- dengan angka, angka dengan
–an dan singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata,
Contoh:
se-Jakarta
se-Indonesia
hadiah ke-1
tahun 90-an
ber-SMU
g. Dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan
bahasa asing
Contoh:
di-ceasar
di-restart
4. TANDA PISAH (--)
a. Membatasi penyisipan kata kalimat yang memberi
penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
Contoh:
Laki-laki itu -si kacamata- benar-benar tampan.
b. Menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain
sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Contoh:
Kurikulum yang berlaku saat ini-KTSP,kurikulum
berbasis sekolah-telah memberi warna baru dalam dunia
pendidikan kita.
c. Digunakan sebagai pengganti sampai dengan, ke atau
sampai.
Contoh:
1-5 September 2007
Bandung-Jakarta
2005-2007
5. TANDA TANYA (?)
a. Akhir kalimat tanya.
Contoh:
Siapa yang dapat membantu saya?
Kapan berangkat ke Bandung?
b. Menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang
kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Penulisan diapit tanda
kurung.
Contoh:
Buku itu ditulis pada tahun 1925 (?)
Harga tanaman hias itu Rp 350 juta (?)
6. TANDA SERU (!)
a. Digunakan sesudah ungkapan dan pernyataan yang merupakan
seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan atau
ketidakpercayaan atau rasa emosi yang kuat.
Contoh:
Sungguh, presentasimu sangat mengesankan!
Cepat!
6. TANDA TITIK KOMA (;)
- Dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang
lain di dalam kalimat majemuk.
Contoh:
Hari sudah malam; anak-anak masih membaca buku.
 Dipakai pada akhir perincian yang berupa clausa.

Contoh:
Syarat penerima pegawai di lembaga ini yaitu:
(1) berkewarganegaraan Indonesia;

(2) berijazah sarjana S-1;

(3) Berbadan sehat.


Dipakai untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam
kalimat yang sudah menggunakan tanda koma.
Contoh:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus;
pisang, apel, dan jeruk.
Tanda Titik Dua (:)

Dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti


pemerincian atau penjelasan.
Contoh:
Mereka memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan
lemari.
* Titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Contoh:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Tahap penelitian yang harus dilakukan meliputi
a. persiapan,
b. Pengumpulan data
c. Pengolahan data.
Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemerian.
Contoh:
a. Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : Siti Aryani
Bendahara: Aulya Arimbi
Tanda titi dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman,
(b) surah dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul
suatu karangan, (d) nama kota dan penerbit dalam daftar pustaka.
Tanda Elipsis (…)

Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam


suatu kalimat atau kutipan ada bagian yang dihilangkan.

Tanda Petik (“…”)


Digunakan untuk mengapit petikan langsung yang
berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis
lain.
Contoh:
“Merdeka atau mati!” seru Bung Tomo dalam pidatonya.
Tanda petik digunakan untuk mengapit judul sajak, lagu, film,
sinetron, artikel, naskah, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat.
Contoh:
Marilah kita menyanyikan lagu “Syukur”
Tanda petik digunakan untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang
dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Contoh:
Dilarang memberikan “amplop” kepada petugas!
TANDA PETIK TUNGGAL (‘…’)
Tanda Peting Tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang
terdapat yang terdapat dalam petikan lain.
Contoh:
Tanya dia, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
Tanda petik tunggal dipakai mengapit makna terjemahan, atau
penjelasan kata atau ungkapan
Contoh
Tergugat ‘yang digugat’
Retina ‘dinding mata sebelah dalam’
Policy ‘kebijakan’
TANDAKURUNG ((…))
Tanda Kurung dua dipakai untuk mengapit tambahan
keterangan atau penjelasan.
Contoh:
Dia memperpanjang surat izin mengemudi (SIM)
Tanda kurung dua dipakai untuk mengapit keterangan
atau penjelsan yang bukan bagian utama kalimat.
Contoh:
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus …
Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata
yang keberadaannya dalam teks dapat dimunculkan atau
dihilangkan.
Contoh:
Pesepak bola itu berasal dari (Kota) Padang.
Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau angka yang
digunakan sebagai penanda perincian.
Contoh:
Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi,
dan (c) tenaga kerja.
TANDA KURUNG SIKU ([…])
Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata atau
kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan atas kesalahan atau
kekurangan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain.
Contoh:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam
kalimat penjelas yang terdapat dalam tanda kurung.
Contoh:
…proses itu (perbedaannya dibicarakan dalam bab II [lihat
halaman 35-38])
TANDA GARIS MIRING (/)
Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat, nomor tanda
alamat, dan penandaan masa atau tahun.
Contoh:
Nomor : 07/PK/II/2017
Jalan Kramat III/10
Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau,
serta setiap.
Contoh:
Mahasiswa/mahasiswa
Buku dan/atau majalah
Tanda garis miring dipakai untuk mengapit hutuf, kata
atau kelompok kata sebagai koreksi atau pengurangan
atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli yang
ditulis orang lain.
Contoh:
Dia sedang menyelesaikan /h/utangnya di bank.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai