Anda di halaman 1dari 7

Ciri-Ciri Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Karya Ilmiah

1. Pilihan Kata dan Istilah yang Tepat


Karena konteksnya adalah penulisan karya ilmiah, pemilihan kata atau diksi serta
pemilihan istilah harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa baku.
a. Menggunakan Kata-kata dan Istilah yang Baku
Tidak Baku Baku
sistim sistem
ekstrim ekstrem
enggauta anggota
hipotesa hipotesis
metoda metode
tehnik teknik
analisa analisis
hakekat hakikat
managemen manajemen
prosentase persentase
ijasah ijazah
kwitansi kuitansi
Jadual jadwal

b. Penggunaan kata dan Istilah yang Tepat, Cermat dan Hemat


Kata yang lazim adalah kata yang sudah dikenal oleh masyarakat luas. Adapun
kata yang hemat adalah kata-kata yang tidak disertai penjelasan yang panjang karena
mempunyai bentuk gabungan kata yang lebih hemat. Kecermatan pemilihan kata
berkaitan dengan ketepatan antara ide dengan bentuk yang dipilih oleh penulis.

2. Kalimat Efektif
Karya tulis ilmiah yang baik tentunya selain menggunakan diksi dan istilah
yang tepat juga harus menggunakan kalimat yang efektif. Kalimat efektif adalah
kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca
(Arifin, 1998:84). Secara lebih rinci, Widjono (2005: 148) mengemukakan beberapa
ciri kalimat efektif adalah sebagai berikut:
a. keutuhan, kesatuan, kelogisan, atau kesepadanan makna dan struktur,
b. kesejajaran bentuk kata, dan (atau) struktur kalimat secara gramatikal,
c. kefokusan pikiran sehingga mudah dipahami,
d. kehematan pengunaan unsur kalimat,

Peneliti mengambil beberapa subjek-sujek penelitian dari siswi


SD N I Cangakan.
3. Paragraf yang Baik
a. Unsur Kesatuan= Semua kalimat yang membentuk kesatuan dalam paragraf tersebut
hanya merujuk pada satu gagasan pokok tersebut.

b. Unsur Kepaduan= kekompakan hubungan atau kohesi dan koherensi antara kalimat yang
satu dengan kalimat yang lain dalam sebuah paragraf. (kata penghubung), paralelisme,
kata ganti, atau repetisi pada kata kunci atau menggunakan rincian peristiwa.

c. kelengkapan dalam paragraf = terpenuhinya kebutuhan akan kalimat penjelas yang


mengantar kalimat utama.
PENULISAN HURUF
1. Huruf Kapital
Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat.
Contoh: Kita harus bekerja keras.
2. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Contoh : Adik bertanya,” Kapan kita pulang?”
3. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama tuhan, termasuk kata
gantinya.
Contoh : Allah, Qur’an, Kristen, Yang Maha Pengasih
4. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan,
keturunan dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh : Haji Agus Salim, Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin.
5. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan Pangkat
yang diikuti nama orang.
Contoh : Gubernur H. Nuryana, Laksmana Muda Udara Husein Sastra Negara
6. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama orang.
Contoh : Amir Hamzah, Halim Perdana Kusumah, Dewi Sartika, Wage Rudolf
Supratman.
7. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku dan
bahasa.
Contoh : bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris
8. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama tahun, bulan, hari, hari
raya, dan peristiwa sejarah.
Contoh : tahun Hijrah, bulan Agustus.
9. Sebagai huruf pertama nama tempat, lokasi secara geografis.

Contoh :
ASEAN terdiri atas 11 negara yang semuanya terletak di Asia Tenggara.
Rumah nenekku berada di kaki Pegunungan Brawijaya.

b. Huruf Miring dalam cetakan dipakai untuk :


1. Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan.
Contoh : Majalah Bahasa dan Kesustraan, Negara Kertagama karangan Prapanca,
Surat kabar Suara Karya.
2. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata atau kelompok kata.
Contoh : Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.

PEMAKAIAN TANDA BACA


1. Tanda Titik ( . )
a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau susunan.
Contoh : Ayahku tinggal di Bandung.

b. Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagian, ikhtisar,
atau daftar.
Contoh :
Departemen Dalam Negeri
Direktorat Jendral Agria

2. Tanda Koma ( , )
a. Tanda koma dipakai di antara unsur – unsur dalam suatu perincian atau pembilangan
Contoh : Saya membeli pena, kertas, tinta, dan penggaris.

b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Contoh : Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Yudi bukan anak saya, melainkan anak Pak Abidin.

c. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mendahului induk kalimatnya..
Contoh : Kalau hari hujan, saya tidak akan datang
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.

d. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Contoh : Saya tidak akan datang kalau hari hujan.

4.. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat, termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagipula,
meskipun begitu, dan akan tetapi.
Contoh : .....Oleh karena itu, kita harus berhati – hati.

5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka
Contoh : Alisjatimana, Sutan Takdir. 1949. Tata Bahasa Baru Indonesia. Jilid 1 dan 2.
Djakarta : PT Pustaka Rakyat.

3. Tanda Titik Koma ( ; )


a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang
sejenis dan setara.
Contoh : Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
b. Tanda koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Contoh : Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur.
Adik menghafal nama–nama pahlawan nasional; saya sendiri asik menonton
siaran bola.
4. Tanda Titi Dua ( : )
a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian.
Contoh : Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja dan lemari.

b. Tanda titik dua dipakai jika rangkaian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri
pernyataan.
Contoh : Kita memerlukan: kursi, meja ,dan lemari.

2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Ketua : Tono
Sekretaris : Dian
Bendahara : Yeni

PENOMORAN

BAB I {Judul Bab}


1.1 ……
1.2 ……
1.2.1 ……
1.2.2 ……
1.3 ……
1.4 ……
dst.

Pengkodean bab serta bagian-bagiannya dalam Penulisan Skripsi, Makalah serta Karya
Ilmiah lainnya dilakukan dengan Format dan teknik sebagai berikut :

1. Format Penulisan Angka Romawi Besar untuk bab secara berurutan, contoh : I, II,
III, dst.
2. Sistematika Penulisan Huruf Latin Besar untuk sub bab secara alphabetis, contoh :
A, B, C, dst.
3. Cara Penulisan Huruf Arab untuk paragraf secara berurutan, contoh : 1, 2, 3, dst.
4. Penulisan Huruf Latin Kecil untuk sub paragraf secara Alphabetis, contoh: a, b, c,
dst.
5. Format Penulisan Huruf Arab dengan tanda kurung tutup untuk pasal secara
berurutan, contoh : 1), 2), 3), dst.
6. Penulisan Huruf Latin Kecil dengan tanda kurung tutup untuk sub pasal secara
berurutan, contoh : a), b), c), dst.
7. Penulisan Huruf Arab dengan tanda kurung ( ) untuk ayat secara berurutan, contoh :
(1), (2), dst.
8. Penulisan Huruf Latin Kecil dengan tanda kurung ( ) untuk sub ayat secara
berurutan, contoh : (a), (b), (c), dst

LATIHAN A
1. Diskusikan tulisan abstrak di bawah ini menggunakan tanda baca dan
huruf besar yang sesuai
Kerjakan dalam kelompok, 1 kelompok 5 orang

gout (pirai) yang juga dikenal dengan sebgaai gouthy arthritis merupakan penyakit
metabolik yang di tandai dengan endapan urat di sendi yang menyebabkan sendi artritik
yang
menyakitkan.pemberian kompres dilakukan pada radang persendian kekejangan otot perut
kembung dan kedinginan tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian
kompres hangat memakai parutan jahe tehadap perubahan skala nyeri pada penderita gout
arthritis sampel yang ditemukan 30 responden metode penelitian ini menggunakan
preeksperimentaldengn desain one group pretest postest pemilihan sampel dengan
purposive
sampling. penelitian ini menggunakan analisis statistic uji wilcoxon signed ranks test
dengan á 0,05
hasil penelitian didapatkan nilai p value 0,000 dimana p < á 0,05 maka h0
ditolak dan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pemberian
kompres
hangat memakai parutan jahe merah (zingiber officinale roscoe var rubrum) terhadap
penurunan skala nyeri pada penderita gout artritis di desa tateli dua kecamatan mnadolang,
kabupaten minahasa simpulan penelitian ini yaitu kompres hangat memakai parutan jahe
merah (zingiber officinale roscoe var rubrum) terhadap penurunan skala nyeri pada
penderita
gout artritis
kata kunci gout artritis nyeri kompres hangat jahe merah

2. Cari contoh (10 kata tidak baku – baku )


contoh: kwitansi – kuitansi
(tdk baku) (baku)
LATIHAN B
1. Diskusikan tulisan abstrak di bawah ini menggunakan tanda baca dan
huruf besar yang sesuai
Kerjakan dalam kelompok, 1 kelompok 5 orang

puskesmas pekauman merupakan puskesmas dengan angka kejadian ispa tertinggi di


kota banjarmasin, terdiri dari 427 kasus ispa pneumonia dan 3531 kasus ispa non
pneumonia, dengan jumlah penderita terbanyak berada pada kisaran umur 12-59 bulan
status gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ketahanan balita terhadap
ispa non-pneumonia
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan ketahanan
terhadap ispa non-pneumonia pada balita (12-59 bulan) di puskesmas pekauman
banjarmasin. rancangan penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan
pendekatan cross-sectional
sampel diperoleh melalui teknik systematic random sampling dengan jumlah 50 orang
hasil penelitian didapatkan 36% balita status gizi kurang, 64% balita status gizi baik
32% balita tidak memiliki ketahanan dan 68% balita memiliki ketahanan terhadap ispa
non-pneumonia
analisis data hasil penelitian menggunakan uji statistik chi-square
kesimpulan penelitian ini terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan
ketahanan balita (12-59 bulan) terhadap ispa non-pneumonia di puskesmas pekauman
banjarmasin (p = 0,007)
balita (12-59 bulan) di puskesmas pekauman banjarmasin dengan gizi baik memiliki
ketahanan terhadap ispa non-pneumonia 5 kali lebih besar dibandingkan balita (12-59
bulan) dengan gizi kurang

2. Cari contoh (10 kata tidak baku – baku )


contoh: kwitansi – kuitansi
(tdk baku) (baku)

Anda mungkin juga menyukai