Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS DINAMIKA TINGKAT KEKERUHAN DAN KEDALAMAN RELATIF

PERAIRAN DI WADUK SUTAMI KABUPATEN MALANG

Alfi Nur Rusydia,*, Ferryati Masitohb


a
Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Brawijaya, Malang, Indonesia
b
Program Studi Ilmu Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang, Malang, Indonesia

*Koresponden penulis: alfi.nurrusydi@ub.ac.id

Abstrak

Penurunan fungsi waduk Sutami yang berupa sedimentasi intensif dalam kurun waktu 2013-2019 perlu
dilakukan upaya identifikasi dan monitoring. Upaya ini dilakukan dengan memanfaatkan teknologi
penginderaan jauh yang bertujuan untuk menganalisis dinamika sedimentasi perairan berdasarkan kedalaman
relatif air dan tingkat kekeruhan air di waduk Sutami pada musim kemarau tahun 2013-2019. Citra satelit
Landsat 8 OLI diolah untuk mendapat nilai Relative Water Depth (RWD) dan Normalized Difference
Turbidity Index (NDTI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2013 hingga tahun 2019,
kenampakan air keruh cenderung teridentifikasi di bagian timur waduk yang juga merupakan inlet waduk
Sutami. Analisis kedalaman relatif air dilakukan untuk mengetahui dampak sedimentasi terhadap perubahan
kedalaman perairan. Tingkat kekeruhan dan kedalaman relatif perairan tidak berhubungan langsung yang kuat
secara statistik. Semakin keruh suatu perairan, maka belum tentu kedalaman relatif pada perairan tersebut
menjadi semakin dangkal. Proses sedimentasi perairan di waduk Sutami yang terjadi pada tahun 2013-2019
menunjukkan bahwa proses tersebut dipengaruhi oleh tingkat kekeruhan.

Kata kunci: kekeruhan, kedalaman perairan, kemarau, NDTI, waduk

Abstract

Decrease of Sutami DAM’s function which is intensive sedimentation within time of 2013-2019 requires to
be identified and monitored. It used remote sensing technology to analyze water sedimentation dynamics
based on relative water depth and turbidity level in Sutami DAM on dry season of 2013-2019. Satellite
imagery of Landsat 8 OLI was processed to obtain both Relative Water Depth and Normalized Difference
Turbidity Index (NDTI) values. The results show that turbid water appearance prone to be identified
throughout the year of 2013-2019 in east of the DAM which is Sutami DAM’s inlet. Relative water depth
analysis was done to identify sedimentation impacts to water depth changes. Turbidity level and relative water
depth did not directly strong correlate to each other statistically. The more turbid water, not necessary the
shallower water. Sedimentation process occurred in Sutami DAM within time of 2013-2019 shows that it had
been influenced by turbidity level.

Keywords: turbidity, water depth, dry season, NDTI, DAM

PENDAHULUAN aliran debris [1], pencegah penumpukan


sedimen atau pengendapan [2], pembangkit
Waduk Sutami yang dikenal dengan listrik [1], penyediaan air irigasi [3], dan
bendungan Sutami atau bendungan pariwisata [4] serta perikanan darat [5]. Waduk
Karangkates terletak di Kecamatan ini difungsikan sebagai pengendali banjir
Sumberpucung, Kabupaten Malang, Provinsi dengan periode ulang 50 tahun. Periode
Jawa Timur. Waduk ini menahan sungai tersebut jika dikonversikan ke dalam debit
Brantas dan memiliki sumber air yang berasal adalah setara dengan 1.560 m3/detik. Tenaga
dari mata air Gunung Arjuno dan air hujan. air di waduk ini juga mampu membangkitkan
Saat ini, waduk Sutami dikelola oleh listrik dengan daya 3 x 35.000 kWh (488 juta
Perusahaan Umum Jasa Tirta 1. Waduk kWh/tahun). Waduk Sutami juga mampu
mempunyai fungsi utama sebagai pengendali
Article history: ©2021 at http://jfmr.ub.ac.id
Diterima / Received 16-06-2021
Disetujui / Accepted 26-07-2021
Diterbitkan / Published 31-07-2021
Rusydi & Masitoh / Journal of Fisheries and Marine Research Vol 5 No.2 (2021) 304-317

menyediakan air irigasi 24 m3/detik pada membawa material tersebut mengalami


musim kemarau yang dapat mengairi lahan penurunan kecepatan aliran secara signifikan
seluas 34.000 ha melalui pengairan ke hilir [6]. [16]. Penurunan kecepatan ini dapat
Perikanan darat di waduk Sutami dilakukan dipengaruhi oleh perubahan topografi dari
dengan metode jaring terapung atau keramba. gradien topografi miring ke topografi yang
Sekitar 90 % air di waduk Sutami lebih datar. Semakin kuat arus air yang
dimanfaatkan untuk irigasi pertanian. Fungsi mengangkut material sedimen dan semakin
waduk Sutami tersebut ternyata cukup penting miring gradien topografi suatu penampang
untuk menjaga ketahanan pangan, energi, dan saluran aliran airnya, maka kemungkinan
pengendalian banjir di wilayah Provinsi Jawa proses sedimentasi untuk terjadi cenderung
Timur [6]. semakin kecil [17].
Kondisi waduk Sutami ternyata mengalami Identifikasi proses sedimentasi pada suatu
penurunan fungsi waduk berupa penurunan perairan dapat dikontrol dengan faktor
kapasitas pada tahun 2018 [7]. Penurunan kedalaman perairan. Perairan akan
kapasitas ini terjadi karena kerusakan daerah teridentifikasi sebagai perairan yang
tangkapan waduk yang menyebabkan mengalami sedimentasi jika kondisi perairan
sedimentasi yang sangat intensif. Erosi yang dangkal tetapi keruh [18], [19]. Perairan yang
terjadi di daerah tangkapan air yang berada di dalam tetapi keruh juga dapat menjadi
hulu merupakan faktor dominan yang indikator bahwa perairan tersebut membawa
memengaruhi penambahan material sedimen material sedimen terlarut dalam jumlah yang
pada daerah yang lebih rendah [8]. Waduk cukup banyak, tetapi arus air cenderung kuat,
Sengguruh sebagai waduk kontrol sedimentasi sehingga proses yang telah terjadi bukan
di waduk Sutami pada tahun 2018 mempunyai pengendapan, melainkan penggerusan dasar
kapasitas tampungan 0,98 m3 atau sekitar 5,2% perairan [19], [20].
dari kondisi tampungan awal. Volume Penanganan masalah sedimentasi
sedimentasi di Waduk Sutami terukur sebesar merupakan usaha yang sangat penting untuk
± 23,881 m3. Perusahaan Jasa Tirta 1 sebagai dilakukan akan dapat berjalan dengan efektif
pengelola waduk Sutami melaporkan bahwa dan efisien jika didukung oleh teknologi,
pada tahun 2018 telah terjadi percepatan proses terutama dalam proses identifikasi dan
sedimentasi. Tindakan pengerukan telah monitoring [21]. Teknologi ini harus dapat
dilakukan di waduk Sengguruh dan waduk diandalkan untuk identifikasi dan monitoring
Sutami, serta waduk Wlingi, waduk Selorejo pada area perairan yang luas seperti waduk
dan waduk Siruar dengan total pengerukan Sutami. Penginderaan Jauh merupakan salah
sebesar 1.315.953 m3 [7]. satu teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk
Permasalahan sedimentasi merupakan kegiatan pengukuran dan monitoring proses
masalah yang sangat penting untuk segera sedimentasi pada daerah yang memiliki
ditangani di suatu waduk [9]. Sedimentasi cakupan luas [13], [22], [23]. Penginderaan
dapat mengurangi kapasitas tampungan suatu jauh memiliki keunggulan yaitu proses
waduk [10], [11] dan memengaruhi kondisi perolehan data spasial yang cukup luas dalam
kualitas air [12], [13]. Sedimentasi mempunyai waktu yang relatif singkat [24], [25]. Hal ini
hubungan dengan tingkat kekeruhan dan tidak dapat dilakukan dengan survei
kedalaman perairan [14], [15]. Air yang keruh konvensional terestrial yang umumnya
dapat diidentifikasi sebagai air yang berlangsung lebih lama [21], [24]. Identifikasi
mengandung material sedimen atau bahan hasil proses sedimentasi pada suatu obyek
pencemar, sehingga jika semakin keruh air, perairan dapat dilakukan dengan
maka air tersebut akan memberikan kontribusi memanfaatkan respons spektral obyek perairan
lebih besar terhadap proses sedimentasi [14]. tersebut terhadap panjang gelombang tertentu
Proses sedimentasi dapat terjadi jika arus yang [26].
305 ©2021 at http://jfmr.ub.ac.id
Rusydi & Masitoh / Journal of Fisheries and Marine Research Vol 5 No.2 (2021) 304-317

Tingkat kekeruhan air merupakan faktor Satellite) Enhanced Thematic Mapper+


penting dan dominan yang dipertimbangkan (ETM+) [37], [41] dan Landsat 8 [35].
dalam identifikasi kondisi perairan Pengukuran kedalaman perairan menggunakan
menggunakan penginderaan jauh [27], [28]. formula Relative Water Depth yang merupakan
Kekeruhan merupakan ukuran hamburan parameter independen albedo bawah yang
cahaya yang masuk ke dalam suatu obyek mengindikasikan tutupan dasar perairan oleh
perairan yang dipengaruhi oleh kandungan lamun atau material pasir pada bagian perairan
material terlarut dalam air [28]. Identifikasi dengan kedalaman yang sama [42].
hasil sedimentasi pada suatu perairan dapat Kedangkalan suatu perairan ditentukan dari
dilakukan dengan menggunakan Normalized keberadaan atau tingkat keterlihatan tutupan
Difference Turbidity Index (NDTI) yang perairan oleh lamun atau pasir. Semakin
merupakan rasio antara pantulan band merah dangkal suatu tubuh perairan, maka seharusnya
dan spektrum hijau untuk analisis tingkat obyek lamun atau material dasar yang
kekeruhan perairan di suatu waduk [9], [27]. menutupi dasar perairan dapat terlihat.
Pantulan spektral yang berasal dari obyek air Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
keruh akan menyerupai kenampakan obyek dinamika sedimentasi perairan berdasarkan
lahan terbuka [29], [30]. Data satelit Landsat kedalaman relatif air dan tingkat kekeruhan air
dapat digunakan secara efektif untuk di waduk Sutami pada musim kemarau tahun
identifikasi dan analisis tingkat kekeruhan di 2013-2019. Data citra satelit yang digunakan
perairan [9], [28], [31]. adalah Landsat 8 Operational Land Imager
Kekeruhan pada perairan pada dasarnya (OLI). Hasil penelitian ini dapat dimanfaakan
merupakan suatu faktor yang dapat sebagai data untuk manajemen sumber daya
menentukan dinamika topografi dasar perairan perairan sekaligus sebagai bahan evaluasi
dengan berbagai variasi kedalaman, seperti kemampuan teknologi Penginderaan Jauh
alur kelokan sungai (meandering), parit untuk mengontrol dinamika sedimentasi di
(gully), tanggul, dan dapat memengaruhi waduk Sutami. Penelitian ini juga memberikan
struktur perlapisan sedimen [32]–[34]. Hal ini kontribusi terhadap peningkatan monitoring
mengindikasikan bahwa terdapat hubungan secara dini terhadap dampak proses
antara tingkat kekeruhan dan kedalaman sedimentasi di waduk Sutami.
perairan pada proses sedimentasi di suatu
perairan. Penginderaan jauh memberikan METODE
berbagai macam keuntungan dalam
pengukuran kedalaman perairan yang meliputi Data
durasi pengukuran lebih singkat, biaya dan
tenaga lebih efisien [35], [36]. Citra satelit Data yang digunakan dalam riset ini
optis dalam teknologi penginderaan jauh telah meliputi data satelit Landsat 8 OLI yang dapat
terbukti dapat dimanfaatkan secara luas untuk diperoleh dan diunduh pada halaman situs
mengukur kedalaman perairan [36], [37]. http://earthexplorer.usgs.gov/. Data Landsat 8
Pengukuran kedalaman perairan dapat yang digunakan adalah data perekaman pada
dilakukan dengan memanfaatkan pantulan bulan-bulan musim kemarau (Mei-Oktober)
optis pada kolom perairan tersebut [38], [39]. tahun 2013 hingga tahun 2019. Data tersebut
Kriteria citra optis yang banyak dimanfaatkan harus mempunyai keawanan minimal pada
untuk analisis ke dalam perairan adalah citra daerah sekitar waduk Sutami (Gambar 1).
multispektral [40]. Pemilihan citra dengan tingkat keawanan
Penelitian sebelumnya berusaha minimal dilakukan untuk menghindari
mengindentifikasi variasi kedalaman suatu hamburan dan serapan oleh partikel aerosol
perairan secara relatif dengan memanfaatkan yang akan memengaruhi pada kemurnian nilai
citra multispektral seperti Landsat (Land piksel suatu obyek. Koreksi radiometrik

306 ©2021 at http://jfmr.ub.ac.id


Rusydi & Masitoh / Journal of Fisheries and Marine Research Vol 5 No.2 (2021) 304-317

dilakukan pada tiap citra satelit yang diamati rasio kedalaman perairan bukan nilai absolut
untuk menghilangkan pengaruh hamburan dan kedalaman, sehingga nilai kedalaman yang
serapan partikel aerosol pada suatu nilai piksel diperoleh bersifat relatif. Semakin besar nilai
obyek [43]. rasio Relative Water Depth, maka semakin
dangkal suatu obyek perairan, dan begitu pula
Pengolahan dan Analisis Data sebaliknya [42].
Deteksi perubahan (change detection)
Data citra satelit Landsat 8 OLI diolah indeks Relative Water Depth dilakukan antar
untuk mendapatkan data kedalaman relatif air dua citra dengan tahun pengamatan berurutan.
dengan menggunakan tool SPEAR Relative Tahun pengamatan tersebut adalah: tahun
Water Depth pada perangkat lunak ENVI. Pada 2013-2014, tahun 2014-2015, tahun 2015-
tahap ini, hasil yang diperoleh adalah citra 2016, tahun 2016-2017, tahun 2017-2018, dan
hasil Relative Water Depth pada tiap tahun tahun 2018-2019.
pengamatan. Relative Water Depth adalah

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

Analisis tingkat kekeruhan air sebagai dengan keterangan: NDTI adalah indeks
salah satu indikator air mengandung material kekeruhan; Red adalah band merah pada citra
sedimen dilakukan melalui perhitungan Landsat 8 OLI; Green adalah spektrum hijau
Normalized Difference Turbidity Index pada citra Landat 8 OLI.
(NDTI) pada citra satelit Landsat 8 OLI. Semakin besar indeks NDTI, maka semakin
Normalized Difference Turbidity Index keruh suatu obyek perairan [9]. Deteksi
(NDTI) dihitung menggunakan Persamaan 1 perubahan dilakukan untuk mengetahui
sebagai berikut: dinamika perubahan kondisi kekeruhan di
waduk Sutami. Deteksi perubahan nilai NDTI
𝑅𝑒𝑑 − 𝐺𝑟𝑒𝑒𝑛 dilakukan antar dua citra dengan tahun
𝑁𝐷𝑇𝐼 = (1) pengamatan yang sama dengan RWD.
Red+ Green'

307 ©2021 at http://jfmr.ub.ac.id


Gambar 2. Peta lokasi pengambilan sampel

Analisis statistik dilakukan untuk Penelitian ini menunjukkan bahwa telah


mengetahui hubungan antara nilai indeks terjadi perubahan tingkat kekeruhan dan
Relative Water Depth dengan nilai NDTI pada kedalaman relatif perairan selama kurun waktu
30 titik lokasi sampel di waduk Sutami 2013-2019 di waduk Sutami (Gambar 3).
(Gambar 2). Titik lokasi sampel ditentukan Perubahan tersebut menunjukkan pola bahwa
secara merata di bagian tengah waduk. Hal ini semakin banyak material sedimen yang terlarut
dilakukan agar data yang diperoleh tidak dalam air, maka air tampak semakin keruh.
terlalu dipengaruhi oleh proses-proses yang Material yang terlarut dalam air akan
ada di tepi waduk, misalnya intensitas berkontribusi terhadap akumulasi sedimen
sedimentasi dan kedangkalan dasar perairan. pada salah satu bagian tubuh perairan akibat
Pengaruh yang terlalu dominan, baik perubahan gradien dasar perairan dan
sedimentasi maupun kedangkalan dasar penurunan kuat arus air [34]. Jika akumulasi
perairan akan menyebabkan informasi material sedimen tersebut terus terjadi,
hubungan kedua variabel tersebut menjadi terutama di bagian dasar perairan dan
bias. berlangsung dalam waktu yang lama, maka hal
ini akan menyebabkan dasar perairan tersebut
HASIL DAN PEMBAHASAN berubah menjadi semakin dangkal.
Pendangkalan ini ditunjukkan dengan
peningkatan nilai Relative Water Depth.

Article history: ©2021 at http://jfmr.ub.ac.id


Diterima / Received 16-06-2021
Disetujui / Accepted 26-07-2021
Diterbitkan / Published 31-07-2021
Gambar 3. Peta tingkat kekeruhan perairan Waduk Sutami tahun 2013-2019

Nilai kekeruhan pada peta ditampilkan daratan, khususnya di batas daerah pasang
sebagai warna coklat. Semakin berwarna surut air waduk Sutami (Gambar 4). Pada tahun
coklat suatu perairan, maka semakin tinggi 2013-2014, tahun 2016-2017, tahun 2018-
tingkat kekeruhan perairan tersebut. Hal ini 2019 hasil penelitian menunjukkan bahwa
mengindikasikan kondisi air semakin keruh. telah terjadi penurunan tingkat kekeruhan air.
Semakin keruh air, maka semakin banyak Penurunan tingkat kekeruhan air ini
material sedimen yang terlarut dalam air mengakibatkan penurunan tingkat sedimentasi
tersebut [14]. Pada tahun 2013 hingga tahun yang terjadi, karena semakin sedikit material
2019, kenampakan air keruh cenderung terlarut oleh air sungai Brantas yang
teridentifikasi di bagian timur waduk yang juga diendapkan pada bagian tertentu pada waduk
merupakan inlet waduk Sutami. Batas daerah Sutami. Hal ini ditandai dengan perluasan
pasang surut di Waduk Sutami juga mengalami batas daerah pasang surut waduk yang diamati
perubahan karena dinamika sedimentasi dan berdasarkan perubahan garis perimeter batas
erosi yang berlangsung di beberapa tempat. Air daerah pasang surut waduk Sutami. Perluasan
yang keruh ini diduga berasal dari material batas daerah pasang surut waduk dapat terjadi
sedimen yang terbawa arus sungai Brantas. jika material sedimen yang terlarut sedikit dan
Tingkat kekeruhan air paling tinggi di bagian kuat arus air cenderung meningkat [19].
inlet waduk terjadi pada pada tahun 2014. Pada Peningkatan kuat arus akan menyebabkan erosi
tahun 2015, batas daerah pasang surut waduk pada beberapa bagian tubuh perairan [20].
di bagian sebelah timur mengalami perubahan, Penurunan tingkat sedimentasi dapat terjadi
berupa penambahan area daratan akibat karena beberapa macam faktor. Faktor tersebut
akumulasi material terlarut yang terendapkan meliputi penurunan intensitas erosi pada
di bagian tersebut. bagian hulu sungai sebelum inlet sehingga
Perubahan tingkat kekeruhan tahunan juga jumlah material terlarut akibat erosi relatif
dianalisis untuk mengetahui dinamika luas area yang masuk ke waduk menjadi relatif lebih
Article history: ©2021 at http://jfmr.ub.ac.id
Diterima / Received 16-06-2021
Disetujui / Accepted 26-07-2021
Diterbitkan / Published 31-07-2021
Rusydi & Masitoh / Journal of Fisheries and Marine Research Vol 5 No.2 (2021) 304-317

sedikit. Penurunan intensitas erosi dapat terjadi efficiency) pada waduk melalui penggalian,
jika lereng mengalami perubahan kemiringan pengerukan, dan penggelontoran sedimen.
menjadi lebih landai [44], perubahan intensitas Ketiga kegiatan optimalisasi tersebut
curah hujan [45], dan tindakan konservasi merupakan kegiatan yang umum dilakukan
lahan [46]. Penurunan tingkat sedimentasi untuk mengurangi akumulasi sedimen yang
waduk Sutami juga disebabkan oleh masuk ke dalam waduk [47]–[49]
optimalisasi efisiensi tangkapan (trap-

Gambar 4 Peta perubahan tingkat kekeruhan perairan Waduk Sutami tahun 2013-2019

Pada tahun 2014-2015, tahun 2015-2016, manusia juga dapat memengaruhi peningkatan
dan tahun 2017-2018, terjadi peningkatan tingkat kekeruhan air [14].
tingkat kekeruhan air di Waduk Sutami Analisis perubahan kedalaman relatif
(Gambar 4). Peningkatan kekeruhan ini perairan dilakukan untuk mengidentifikasi
berdampak pada penyempitan luas daerah dinamika proses sedimentasi yang ditandai
pasang surut air waduk. Beberapa bagian tepi dengan perubahan tingkat kekeruhan air di
daerah pasang surut waduk mengalami waduk Sutami. Analisis kedalaman relatif
penyempitan area karena semakin banyaknya perairan dilakukan pada rentang tahun yang
akumulasi endapan material terlarut di bagian sama dengan analisis tingkat kekeruhan yakni
tersebut. Peningkatan tingkat kekeruhan ini pada tahun 2013-2019 (Gambar 5).
dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Perbandingan data kedalaman relatif perairan
Faktor yang memengaruhi hal tersebut antara dan kekeruhan menunjukkan bahwa area-area
lain peningkatan intensitas erosi di daerah hulu yang mengalami peningkatan tingkat
sebelum inlet waduk. Material hasil erosi kekeruhan, ternyata diikuti dengan
tersebut masuk ke dalam sungai dan terbawa pendangkalan kedalaman relatif perairan, baik
oleh arus sungai hingga pada akhirnya masuk pada bagian tepi maupun tengah waduk. Hal ini
ke waduk melalui inlet dan memberikan memberikan pemahaman bahwa pada periode
kontribusi terhadap penambahan jumlah tersebut, semakin air keruh, maka semakin
material sedimen [50]. Peningkatan aktivitas dangkal perairan tersebut secara relatif.
pembuangan limbah atau bahan pencemar oleh Sedimentasi akan berdampak pada
pendangkalan dasar perairan, karena
310 ©2021 at http://jfmr.ub.ac.id
Rusydi & Masitoh / Journal of Fisheries and Marine Research Vol 5 No.2 (2021) 304-317

akumulasi endapan material menutupi dasar


perairan tersebut [34].

Gambar 5 Peta tingkat kedalaman relatif perairan Waduk Sutami tahun 2013-2019

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di kuat pada area tersebut sehingga proses yang
waduk Sutami, terdapat area-area yang terjadi adalah pengikisan dasar perairan, dan
masing-masing berwarna merah pada peta bukan proses pengendapan atau sedimentasi.
NDTI, tetapi berwarna biru pada peta RWD Hasil lain dalam penelitian ini
(Gambar 6). Area tersebut merupakan daerah menunjukkan bahwa pada bagian tengah
perairan yang mengalami pendangkalan dan waduk mempunyai tren yang dinamis. Arus air
jernih (tidak keruh). Area yang mengalami yang kuat memungkinkan untuk menggerus
pendalaman dasar perairan dan tidak keruh dasar perairan lebih dalam [19].
ditunjukkan pada area yang berwarna merah Kecenderungan arus ini terjadi pada rentang
tahun 2013-2014, tahun 2015-2016, dan tahun
pada baik pada peta NDTI maupun peta RWD.
2018-2019. Hal ini berdasarkan pada tren
Area sedimentasi akibat akumulasi material kenaikan nilai NDTI dan penurunan nilai
sedimen dapat diidentifikasi pada area yang RWD. Pada rentang tahun tersebut, pola yang
berwarna biru baik pada peta NDTI maupun terjadi adalah banyak area perairan yang
peta RWD. Beberapa area juga tampak berubah menjadi lebih keruh dan dasar
berwarna biru pada peta NDTI yang berarti air perairannya menjadi lebih dalam. Sedimentasi
di area itu mengalami kekeruhan, tetapi area di bagian tengah waduk terjadi pada rentang
tersebut berwarna merah pada peta RWD. tahun 2016-2017. Identifikasi proses
Warna merah ini menunjukkan bahwa area sedimentasi ini didasarkan pada tren kenaikan
tersebut meskipun keruh, tetapi dasar nilai NDTI dan RWD, sehingga kondisi
perairannya mengalami pendalaman secara perairan pada rentang tahun tersebut cenderung
relatif. Hal ini disebabkan arus yang cukup keruh dan dasar perairannya lebih dangkal.

311 ©2021 at http://jfmr.ub.ac.id


Gambar 6 Peta perubahan tingkat kedalaman relatif perairan Waduk Sutami tahun 2013-2019
Analisis statistik menunjukkan bahwa Hubungan antara kekeruhan dan kedalaman
kekeruhan dan kedalaman perairan relatif tidak perairan tidak mempunyai pola yang jelas
mempunyai korelasi yang kuat (Tabel 1). (Gambar 7).Perubahan tingkat kekeruhan pada
Tabel 1. Koefisien korelasi NDTI dan RWD
suatu perairan juga tidak dapat memengaruhi
Tahun Koefisien korelasi secara langsung terhadap perubahan
kedalaman relatif dasar perairan. Faktor
2013 0,2629
pengontrol yang memungkinkan untuk
2014 0,0138
memengaruhi perubahan kedalaman dasar
2015 0,0483
perairan adalah kuat arus air [19], [20],
2016 0,1067
material dasar perairan [34], bentuk saluran
2017 0,2573
air/sungai dan bentuk topografi dasar perairan
2018 0,0061 [17].
2019 0,0561

Article history: ©2021 at http://jfmr.ub.ac.id


Diterima / Received 16-06-2021
Disetujui / Accepted 26-07-2021
Diterbitkan / Published 31-07-2021
Gambar 7. Sebaran dan korelasi nilai NDTI dan RWD tahun 2013-2019

Tingkat kekeruhan air dapat dijadikan sebagai Waduk Sutami sering dimanfaatkan oleh
indikasi utama bahwa suatu perairan penduduk sebagai lahan budidaya tambak,
mengandung material terlarut yang dapat sehingga perairan di bagian tepi menjadi
memberikan kontribusi bagi proses terkesan tidak homogen. Penelitian ini
sedimentasi perairan [14]. memperkuat pernyataan penelitian sebelumnya
Hubungan antara tingkat kekeruhan dengan bahwa jika diinterpretasi secara visual pada
kedalaman relatif perairan difokuskan di bagian tepi waduk, maka lahan budidaya
bagian tengah perairan. Jika analisis hubungan tambak tersebut tampak seperti perairan keruh.
ini juga dilakukan pada bagian tepi perairan Semakin perairan tampak keruh secara visual,
waduk, maka hasil keluaran dapat menjadi maka nilai NDTI juga akan semakin mendekati
bias, terutama hasil yang terkait dengan 1. Perairan yang telah dimanfaatkan menjadi
analisis NDTI untuk identifikasi tingkat lahan budidaya dapat menurunkan akurasi
kekeruhan. Hasil penelitian lain menunjukkan identifikasi tingkat kekeruhan perairan
bahwa nilai bias ini dapat terjadi apabila menggunakan NDTI. Nilai NDTI yang
terdapat bentukan budidaya di atas perairan dihasilkan bukan hanya merupakan hasil
tersebut atau perairan yang diamati merupakan respons spektral obyek perairan saja, namun
perairan yang tidak homogen [35]. Penelitian nilai respon spektral tersebut telah dipengaruhi
tersebut menegaskan bahwa citra Landsat oleh respon spektral dari obyek yang lain, yaitu
memberikan hasil analisis sedimentasi yang bangunan budidaya yang ada di perairan
baik pada area yang tidak mempunyai kesan tersebut. NDTI akan lebih akurat untuk
perbedaan rona yang jelas (gelap atau terang) digunakan pada identifikasi tingkat kekeruhan
pada perairan, misalnya pada bagian tengah perairan apabila tidak ada bentukan budidaya
perairan. apa pun di perairan tersebut.

Article history: ©2021 at http://jfmr.ub.ac.id


Diterima / Received 16-06-2021
Disetujui / Accepted 26-07-2021
Diterbitkan / Published 31-07-2021
Rusydi & Masitoh / Journal of Fisheries and Marine Research Vol 5 No.2 (2021) 304-317

KESIMPULAN the Brazilian semiarid region,”


Hydrobiologia, vol. 847, no. 18, pp.
Kondisi perairan waduk Sutami pada 3877–3895, 2020.
tahun 2013 hingga tahun 2019 menunjukkan [6] Dinas Komunikasi dan Informatika
bahwa kenampakan air keruh cenderung Pemerintah Provinsi Jawa Timur,
teridentifikasi di bagian timur waduk yang juga “Sebesar 90% Air Bendungan Sutami
merupakan inlet waduk Sutami. Area-area Untuk Irigasi Pertanian,” 2018.
yang mengalami peningkatan tingkat [Online]. Available:
kekeruhan, ternyata diikuti dengan http://kominfo.jatimprov.go.id/read/um
um/sebesar-90-air-bendungan-sutami-
peningkatan kedalaman relatif perairan, baik
untuk-irigasi-pertanian.
pada bagian tepi maupun tengah waduk.
[7] Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta 1,
Tingkat kekeruhan dan kedalaman relatif “Laporan Tahunan Perusahaan Umum
perairan tidak berhubungan kuat secara (Perum) Jasa Tirta I Tahun 2018,”
statistik. Hubungan kedua variabel tersebut Malang, 2019.
dipengaruhi oleh variabel kontrol yaitu [8] V. Mano, J. Nemery, P. Belleudy, and
sedimentasi dan topografi perairan tersebut A. Poirel, “Assessment of suspended
Hasil ini menegaskan bahwa semakin keruh sediment transport in four alpine
suatu perairan, maka belum tentu kedalaman watersheds (France): influence of the
relatif pada perairan tersebut menjadi semakin climatic regime,” Hydrol. Process., vol.
dangkal. 23, no. 5, pp. 777–792, 2009.
[9] S. Bid and G. Siddique, “Identification
DAFTAR PUSTAKA of seasonal variation of water turbidity
using NDTI method in Panchet Hill
[1] M. M. R. Tabari, M. N. Azadani, and R. Dam, India,” Model. Earth Syst.
Kamgar, Development of operation Environ., vol. 5, no. 4, pp. 1179–1200,
multi-objective model of dam reservoir 2019.
under conditions of temperature [10] S. Afshar, A. Shamsai, and B.
variation and loading using NSGA-II Saghafian, “Dam sediment tracking
and DANN models: a case study of using spectrometry and Landsat 8
Karaj/Amir Kabir dam, vol. 24, no. 16. satellite image, Taleghan Basin, Iran,”
Springer Berlin Heidelberg, 2020. Environ. Monit. Assess., vol. 188, no. 2,
[2] D. Ralston, B. Yellen, and J. Woodruff, pp. 1–10, 2016.
“Watershed sediment supply and [11] I. E. Issa, N. Al-Ansari, G. Sherwany,
potential impacts of dam removals for and S. Knutsson, “Evaluation and
an estuary,” Earth Sp. Sci. Open Arch., modification of some empirical and
no. Lane 1955, 2020. semi-empirical approaches for
[3] A. Mohseni-Bandpei et al., “Water prediction of area-storage capacity
quality assessment of the most curves in reservoirs of dams,” Int. J.
important dam (Latyan dam) in Tehran, Sediment Res., vol. 32, no. 1, pp. 127–
Iran,” Environ. Sci. Pollut. Res., vol. 25, 135, 2017.
no. 29, pp. 29227–29239, 2018. [12] S. R. Chalov, V. O. Bazilova, and M. K.
[4] J. C. Alais, P. Carpentier, and M. De Tarasov, “Modelling suspended
Lara, “Multi-usage hydropower single sediment distribution in the selenga
dam management: chance-constrained river delta using LandSat data,” Proc.
optimization and stochastic viability,” Int. Assoc. Hydrol. Sci., vol. 375, no.
Energy Syst., vol. 8, no. 1, pp. 7–30, August 1993, pp. 19–22, 2017.
2017. [13] L. H. Trinh et al., “Estimation of
[5] M. F. G. Brito, V. S. Daga, and J. R. S. suspended sediment concentration
Vitule, “Fisheries and biotic using VNREDSat – 1A multispectral
homogenization of freshwater fish in data, a case study in Red River, Hanoi,
314 ©2021 at http://jfmr.ub.ac.id
Rusydi & Masitoh / Journal of Fisheries and Marine Research Vol 5 No.2 (2021) 304-317

Vietnam,” Geogr. Environ. Sustain., Gharabaghi, “Applying upstream


vol. 11, no. 3, pp. 49–60, 2018. satellite signals and a 2-d error
[14] X. Xu, H. Fan, X. Chen, and C. Mi, minimization algorithm to advance
“Estimating low eroded sediment early warning and management of flood
concentrations by turbidity and spectral water levels and river discharge,” IEEE
characteristics based on a laboratory Trans. Geosci. Remote Sens., vol. 57,
experiment,” Environ. Monit. Assess., no. 2, pp. 902–910, 2019.
vol. 192, no. 2, 2020. [23] A. H. Zaji, H. Bonakdari, and B.
[15] M. Bergen et al., “Relationship Gharabaghi, “Reservoir water level
between depth, sediment, latitude, and forecasting using group method of data
the structure of benthic infaunal handling,” Acta Geophys., vol. 66, no.
assemblages on the mainland shelf of 4, pp. 717–730, 2018.
southern California,” Mar. Biol., vol. [24] K. A. Hakeem, P. V. Raju, E. S. Sankar,
138, no. 3, pp. 637–647, 2001. and S. Jonna, “Role of IRS-1C in
[16] A. Krajewski and A. E. Sikorska- Developing Remote Sensing
Senoner, “Suspended sediment routing Applications for Water Management in
through a small on-stream reservoir India,” J. Indian Soc. Remote Sens., vol.
based on particle properties,” J. Soils 8, 2021.
Sediments, 2021. [25] S. Yu and V. S. Mantravadi, “Study on
[17] T. Sabzevari and A. Talebi, “Effect of Distribution Characteristics of
hillslope topography on soil erosion and Suspended Sediment in Yellow River
sediment yield using USLE model,” Estuary Based on Remote Sensing,” J.
Acta Geophys., vol. 67, no. 6, pp. 1587– Indian Soc. Remote Sens., vol. 47, no. 9,
1597, 2019. pp. 1507–1513, 2019.
[18] A. Sadeghian, J. Hudson, H. Wheater, [26] C. Zhan et al., “Remote sensing
and K. E. Lindenschmidt, “Sediment retrieval of surface suspended sediment
plume model—a comparison between concentration in the Yellow River
use of measured turbidity data and Estuary,” Chinese Geogr. Sci., vol. 27,
satellite images for model calibration,” no. 6, pp. 934–947, 2017.
Environ. Sci. Pollut. Res., vol. 24, no. [27] V. Garg et al., “Spectral similarity
24, pp. 19583–19598, 2017. approach for mapping turbidity of an
[19] A. Movahedi, M. R. Kavianpour, and O. inland waterbody,” J. Hydrol., vol. 550,
Aminoroayaie Yamini, “Evaluation and pp. 527–537, 2017.
modeling scouring and sedimentation [28] W. H. Chien, T. S. Wang, H. C. Yeh,
around downstream of large dams,” and T. K. Hsieh, “Study of NDVI
Environ. Earth Sci., vol. 77, no. 8, pp. Application on Turbidity in Reservoirs,”
1–17, 2018. J. Indian Soc. Remote Sens., vol. 44, no.
[20] E. Sebok, P. Engesgaard, and C. Duque, 5, pp. 829–836, 2016.
“Long-term monitoring of streambed [29] J. Gardelle, P. Hiernaux, L. Kergoat,
sedimentation and scour in a dynamic and M. Grippa, “Less rain, more water
stream based on streambed temperature in ponds: A remote sensing study of the
time series,” Environ. Monit. Assess., dynamics of surface waters from 1950
vol. 189, no. 9, 2017. to present in pastoral Sahel (Gourma
[21] R. Foteh, V. Garg, B. R. Nikam, M. Y. region, Mali),” Hydrol. Earth Syst. Sci.,
Khadatare, S. P. Aggarwal, and A. S. vol. 14, no. 2, pp. 309–324, 2010.
Kumar, “Reservoir Sedimentation [30] J. P. Lacaux, Y. M. Tourre, C.
Assessment Through Remote Sensing Vignolles, J. A. Ndione, and M. Lafaye,
and Hydrological Modelling,” J. Indian “Classification of ponds from high-
Soc. Remote Sens., vol. 46, no. 11, pp. spatial resolution remote sensing:
1893–1905, 2018. Application to Rift Valley Fever
[22] A. H. Zaji, H. Bonakdari, and B. epidemics in Senegal,” Remote Sens.
315 ©2021 at http://jfmr.ub.ac.id
Rusydi & Masitoh / Journal of Fisheries and Marine Research Vol 5 No.2 (2021) 304-317

Environ., vol. 106, no. 1, pp. 66–74, Stephens, C. O. Davis, R. A. Leathers,


2007. and D. T. Valerie, “Optical remote
[31] M. K. Tarasov and O. V. Tutubalina, sensing of benthic habitats and
“Estimating the Water Turbidity in the bathymetry in coastal environments at
Selenga River and Adjacent Waters of Lee Stocking Island, Bahamas: A
Lake Baikal Using Remote Sensing comparative spectral classification
Data,” Izv. - Atmos. Ocean Phys., vol. approach,” Limnol. Oceanogr., vol. 48,
54, no. 9, pp. 1353–1362, 2018. no. 1part2, pp. 511–521, 2003.
[32] W. R. Normark, D. J. W. Piper, H. [41] D. G. Hadjimitsis, M. G. Hadjimitsis, C.
Posamentier, C. Pirmez, and S. Migeon, Clayton, and B. A. Clarke,
Variability in form and growth of “Determination of Turbidity in Kourris
sediment waves on turbidite channel Dam in Cyprus Utilizing Landsat TM
levees, vol. 192, no. 1–3. 2002. Remotely Sensed Data,” Water Resour.
[33] R. B. Wynn and D. A. V. Stow, Manag., vol. 20, no. 3, pp. 449–465,
“Classification and characterisation of 2006.
deep-water sediment waves,” Mar. [42] R. P. Stumpf, K. Holderied, and M.
Geol., vol. 192, no. 1–3, pp. 7–22, 2002. Sinclair, “Determination of water depth
[34] M. M. Nasr-Azadani and E. Meiburg, with high-resolution satellite imagery
“Influence of seafloor topography on over variable bottom types,” Limnol.
the depositional behavior of bi-disperse Oceanogr., vol. 48, no. 1part2, pp. 547–
turbidity currents: A three-dimensional, 556, 2003.
depth-resolved numerical investigation,” [43] K. C. Tan, H. S. Lim, M. Z. MatJafri,
Environ. Fluid Mech., vol. 14, no. 2, pp. and K. Abdullah, “A comparison of
319–342, 2014. radiometric correction techniques in the
[35] Y. Darama, Z. Selek, B. Selek, M. A. evaluation of the relationship between
Akgul, and M. Dagdeviren, LST and NDVI in Landsat imagery,”
“Determination of sediment deposition Environ. Monit. Assess., vol. 184, no. 6,
of Hasanlar Dam using bathymetric and pp. 3813–3829, 2012.
remote sensing studies,” Nat. Hazards, [44] X. Jiang and Y. Wei, “Erosion
vol. 97, no. 1, pp. 211–227, 2019. characteristics of outburst floods on
[36] J. F. Mas, “Mapping land use/cover in a channel beds under the conditions of
tropical coastal area using satellite different natural dam downstream slope
sensor data, GIS and artificial neural angles,” Landslides, vol. 17, no. 8, pp.
networks,” Estuar. Coast. Shelf Sci., 1823–1834, 2020.
vol. 59, no. 2, pp. 219–230, 2004. [45] M. Abdellah, H. Mohamed, and D.
[37] H. Jiang et al., “Remote Sensing Farouk, “The implication of climate
Reversion of Water Depths and Water change and precipitation variability on
Management for the Stopover Site of sedimentation deposits in Algerian
Siberian Cranes at Momoge, China,” dams,” Arab. J. Geosci., vol. 11, no. 23,
Wetlands, vol. 35, no. 2, pp. 369–379, 2018.
2015. [46] I. Kocaman, F. Konuccu, and A.
[38] D. R. Lyzenga, “Passive remote sensing Istanbulluoglu, “Research on the
techniques for mapping water depth and sedimentation and erosion problem of
bottom features,” Appl. Opt., vol. 17, no. the Ergene River Basin in Western
3, pp. 379–383, Feb. 1978. Turkey and precautions to control it,”
[39] M. A. Fonstad and W. A. Marcus, Eurasian Soil Sci., vol. 40, no. 10, pp.
“Remote sensing of stream depths with 1110–1116, 2007.
hydraulically assisted bathymetry [47] G. M. Kondolf et al., “Sustainable
(HAB) models,” Geomorphology, vol. sediment management in reservoirs and
72, no. 1–4, pp. 320–339, 2005. regulated rivers: Experiences from five
[40] E. M. Louchard, R. P. Reid, F. C. continents,” Earth’s Futur., vol. 2, no.
316 ©2021 at http://jfmr.ub.ac.id
Rusydi & Masitoh / Journal of Fisheries and Marine Research Vol 5 No.2 (2021) 304-317

5, pp. 256–280, 2014. “Effectiveness of artificial floods for


[48] P. Espa, E. Castelli, G. Crosa, and G. benthic community recovery after
Gentili, “Environmental Effects of sediment flushing from a dam,”
Storage Preservation Practices: Environ. Monit. Assess., vol. 191, no. 2,
Controlled Flushing of Fine Sediment 2019.
from a Small Hydropower Reservoir,” [50] S. Dutta, “Soil erosion, sediment yield
Environ. Manage., vol. 52, no. 1, pp. and sedimentation of reservoir: a
261–276, 2013. review,” Model. Earth Syst. Environ.,
[49] A. Doretto, T. Bo, F. Bona, M. vol. 2, no. 3, pp. 1–18, 2016.
Apostolo, D. Bonetto, and S. Fenoglio,

317 ©2021 at http://jfmr.ub.ac.id

Anda mungkin juga menyukai