Anda di halaman 1dari 4

Nama : Hidayatullah

NIM : 2281131617
Kelas : A33

Korelasi antara ayat dengan ayat dan surah dengan surah

Cara mengetahui asbabun nuzul yang mempengaruhi pemahaman dan penafsiran makna
ayat, mengetahui rasionalitas atau korelasi ayat dengan ayat dan surah dengan surah juga
membantu dalam pentakwilan dan pemahaman ayat dengan baik dan hati-hati. Dan di antara
wawasan ini adalah hukum munaasabah 'illat, yang merupakan sifat yang dekat dengan hukum.
Munaasabah di sini berarti hubungan antara kalimat dalam satu ayat dengan kalimat yang lain,
antara ayat yang satu dengan ayat yang lain dalam beberapa ayat, atau antara satu surah dengan
surah yang lain.

Mengetahui korelasi dan hubungan ayat-ayat tersebut bukanlah masalah tauqiifi,


melainkan berdasarkan ijtihad para mufassir dan penilaiannya terhadap kemukjizatan Al-Qur'an.
Rahasia Retorika dan Penegasan Independennya. Jika korelasi tersebut konsisten maknanya,
selaras dalam konteksnya, dan sesuai dengan kaidah-kaidah kebahasaan dalam ilmu bahasa
Arab, maka korelasi tersebut dapat diterima. Ini tidak berarti bahwa penafsir harus mencari
konsistensi dengan setiap ayat, karena Al-Qur'anul Karim diturunkan secara bertahap sesuai
dengan peristiwanya. Seorang mufasir kadang dapat menemukan hubungan antara ayat-ayat dan
kadang-kadang tidak. Beberapa penafsir telah sangat berhati-hati dalam menjelaskan hubungan
antara kalimat, ayat dengan ayat surah dangan surah dan telah menarik kesimpulan berdasarkan
kesesuaian yang cermat.

Setiap ayat memiliki keterkaitan dengan ayat sebelumnya dalam hal kandungan wajib,
seperti perbandingan atau keseimbangan antara sifat orang yang beriman dan sifat orang
musyrik, ancaman dan janji yang diberikan kepada mereka, penyebutan ayat rahmat sesudah ayat
azab, ayat-ayat tauhid dan kesucian Allah setelah ayat-ayat tentang alam ... dll.

Terkadang munaasabah itu terjadi antara satu surah dengan surah lain, misalnya
pembukaan surah al-An’am dengan al-fatihah: “Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan
langit dan bumi dan mengadakan gelap dan terang.” (al-An’am: 1)
Munaasabah terjadi pula antara awal surah dengan akhir surah. Contohnya adalah apa
yang terdapat dalam surah al-Qashash. Surah ini diawali dengan menceritakan Musa,
menjelaskan langkah awal dan pertolongan yang diperolehnya; kemudian menceritakan
perlakuannya ketika ia mendapati dua orang laki-laki yang sedang berkelahi.

Munaasabah terjadi pula antara awal surah dengan akhir surah. Contohnya adalah apa
yang terdapat dalam surah al-Qashash. Surah ini diawali dengan menceritakan Musa,
menjelaskan langkah awal dan pertolongan yang diperolehnya; kemudian menceritakan
perlakuannya ketika ia mendapati dua orang laki-laki yang sedang berkelahi.

Allah mengisahkan doa Musa: “Musa berkata: „Ya Rabb, demi nikmat yang telah Engkau
anugerahkan kepadaku, aku sekali-sekali tidak akan menjadi penolong bagi orang-orang yang
berdosa.‟” (al-Qashash: 17)

Kemudian surah itu diakhiri dengan menghibur Rasul kita Muhammad bahwa ia akan keluar dari
Makkah dan dijanjikan akan kembali lagi ke Makkah serta melarangnya menjadi penolong bagi
orang-orang yang kafir.

contoh Munasabah ayat dan ayat :

Korelasi Penafsiran Ayat Q.S. Al-Hujarat ayat 9 dan 10 dengan Mediasi

Islam adalah agama yang mengajarkan teologi anti-kekerasan dan menyerukan


kedamaian, yakni rahmatan li al-'alamin, atau kasih sayang bagi semesta alam. Alquran telah
menjelaskan panduan praktis untuk mengelola perdamaian.

Pertama, perintah untuk saling menjaga dan mempererat tali persaudaraan sebagaimana
dalam QS al-Hujurat/49: 9 dan 10

‫علًَ ٱ ۡۡل ُ ۡخ َر ٰي‬ َ ‫ص ِل ُحىا َب ۡيىَ ُه َم ۖا فَئ ِ ۢن َبغ َۡت ِإ ۡحدَ ٰى ُه َما‬ ۡ َ ‫طآئِفَتَا ِن ِمهَ ٱ ۡل ُم ۡؤ ِمىِيهَ ٱ ۡقتَتَلُىا فَأ‬ َ ‫َو ِإن‬
‫ط ٓى ۖا‬
ُ ‫ص ِل ُحىا بَ ۡيىَ ُه َما بِٲ ۡل َع ۡد ِل َوأ َ ۡق ِس‬
ۡ َ ‫للِ فَئِن فَا ٓ َء ۡت فَأ‬‫فَ ٰقَتِلُىا ٱلَّتِي ت َ ۡب ِغي َحت َّ ًٰ ت َ ِف ٓي َء إِلَ ٰ ًٓ أ َ ۡم ِر ٱ َّ ه‬
ِ ‫إِ َّن ٱ َّللَ يُ ِحبُّ ٱ ۡل ُم ۡقس‬
َ‫ِطيه‬
Terjemahnya:

Dan apabila ada dua golongan orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara
keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim terhadap (golongan) yang lain, maka
perangilah (golongan) yang berbuat zalim itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah
Allah. Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara
keduanya dengan adil. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.

َ‫َّللاَ لَ َعلَّ ُكم تُر َح ُمىن‬


َّ ‫ِإوَّ َما ال ُمؤ ِمىُىنَ ِإخ َىة ٌ فَأَص ِل ُحىا بَيهَ أَخ ََىي ُكم َواتَّقُىا‬
Terjemahnya:

Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua
saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.

Kedua ayat di atas dengan jelas menerangkan bahwa kalau dua golongan kaum mukmin
bersengketa hingga menimbulkan perang, maka kewajiban bagi orang Islam untuk mendamaikan
dengan segera kedua golongan yang berperang itu. Dengan demikian, maka perdamaian
merupakan tujuan dalam Islam dan makna Islam adalah damai. Hasbi ash-Shiddieqy menafsirkan
bahwa dalam ayat ini, Allah swt. menjelaskan bagaimana para mukmin mendamaikan dua
golongan yang bersengketa dan menyuruh para mukmin memerangi golongan yang kembali
membuat aniaya (zalim) sesudah diadakan perdamaian, sehingga dengan demikian mereka bisa
kembali kepada perdamaian yang mereka langgar. Perdamaian, sebagaimana wajib dilakukan
antara dua golongan yang bermusuhan, begitu pula antara dua orang bersaudara yang
bersengketa. Pada akhirnya Allah swt. menyuruh kita bertaqwa kepada-Nya dan mengakui
hukum-Nya.

Perintah mendamaikan antara yang bertikai bukan semata mendamaikan kedua kelompok
mukmin saja. Kata ikhwah dalam Alquran yang hanya terulang tujuh kali ternyata berbeda
maknanya dengan kata ikhwah dalam QS al-Hujurat ini. Hal ini agaknya untuk mengisyaratkan
bahwa persaudaraan yang terjalin antara sesama muslim adalah persaudaraan yang dasarnya
berganda. Sekali atas dasar persamaan iman dan kali kedua adalah persaudaraan nasab walaupun
yang kedua ini bukan dalam pengertian yang hakiki. Dengan demikian, tidak ada alasan untuk
memutuskan hubungan persaudaraan itu.
Adapun penggunaan bentuk dual pada kata akhawaikum di sini memberi arti bahwa
jangankan antara banyak orang, dua pun jika mereka berselisih harus di (islah)-kan sehingga
harmonislah hubungan mereka. Oleh karena semua dipandang bersaudara, maka damaikanlah di
antara saudara-saudaramu yang se-agama itu, sebagaimana kamu mendamaikan saudaramu yang
seketurunan.

Quraish Shihab menutup tafsirannya terhadap ayat ini dengan penekanan bahwa Islam
jelas-jelas menuntut terbentuknya persatuan dan kesatuan bukan sebaliknya. Mengenai jika ada
yang mengkhianati, maka perangilah, namun dengan tujuan agar mereka kembali bukan
membasmi apalagi melakukan pelanggaran-pelanggaran berat yang sering terjadi dalam
peperangan seperti genosida dan sebagainya. Islam memiliki ketentuan-ketentuan hukum dalam
hal ini. Sedangkan dalam ayat ke-10 adalah Implikasi dari persaudaraan ini ialah hendaknya rasa
cinta, perdamaian, kerja sama dan persatuan menjadi landasan utama masyarakat muslim.
Hendaklah perselisihan atau perang merupakan anomali yang mesti dikembaikan kepada
landasan tersebut begitu suatu kasus terjadi. Dibolehkan memerangi kaum mukmin lain yang
bertindak zalim kepada saudaranya agar mereka kembali kepaa barisan muslim. Juga agar
mereka melenyapkan anomali itu berdasarkan prinsip dan kaidah Islam, Itulah penanganan yang
tegas dan tepat.

Benang merah yang bisa ditarik dari perintah ini adalah untuk mewujudkan perdamaian,
semua orang harus merasa bersaudara. Jika sudah merasa bersaudara, baik persaudaraan
seagama, sebangsa, senegara, dan persaudaraan sesama manusia, maka tatanan hidup damai pasti
akan terwujud.

Anda mungkin juga menyukai