Anda di halaman 1dari 5

PENJELASAN MAKKIYAH DAN MADANIYAH

Oleh : Siswanto
NIM: 2281131105
Kelas : A23

1. Metode Mengetahui Makkiyah dan Madaniyah


2. Klasifikasi surah-surah Makkiyah dan Madaniyah
3. Urgensi kajian Makkiyah dan Madaniyah
1. Metode mengetahui Makkiyah dan Madaniyah

Ayat-ayat Makkiyah turun selama 12 tahun 5 bulan dan 13 hari. Tepatnya mulai 17 Ramadhan tahun 41
hingga awal Rabi’ul Awal tahun 54 dari kelahiran Nabi Muhammad Saw, Makkiyah ialah surah-surah atau ayat-
ayat yang ditujukan kepada penduduk Makkah. Ayat-ayat Makkiyah umumnya dimulai dengan lafal.”Ya ayyuha
al-nas”. “Ya ayyuha al-kafirun”.Ya bani adam”. Diawalinya ayat-ayat Makkiyah dengan lafal-lafal tersebut,
karena kebanyakan dari penduduk Makkah saat itu terdiri dari orang-orang kafir dan musyrik. Ayat-ayat
Makkiyah juga menampilkan cerita-cerita mengenai para Nabi dan umat-umat terdahulu,baik menyangkut
kejayaan maupun kehancuran,(khususnya bagi umat-umat itu). Ayat dan surah Makkiyah umumnya pendek,
seperti juz (30) memuat 36 surah pada umumnya surah-surah Makkiyah, dan ayat-ayat Makkiyah kebanyakan
menceritakan tentang masalah ketauhidan.
Sedangkan Madaniyah ialah ayat-ayat al-Qur’an yang ditujukan kepada penduduk Madinah. Ayat-ayat
tersebut biasanya diawali dengan lafal: “ Ya ayyuha al-ladzina amanu”. Diawalinya dengan lafal yang demikian
itu karena mayoritas penduduk Madinah adalah terdiri dari orang-orang beriman, meski juga penduduk-
penduduk lainnya ikut di panggil dalam ayat tersebut. Ayat dan surah Madaniyah memuat mengenai berbagai
ketentuan hukum seperti hudud, fara’id dan lain sebagainya. Hal ini didasarkan pada riwayat yang dinukil dari
Hisyam dari ayahnya al-Hakim yang mengatakan:

ُُّ ِ‫ُكلُّ ُس ْوَرةُّ ذُكَُِّر فِْي َها ا ْْلُ ُد ْوُُّد َوالْ َفَرائ‬
ُّ‫ض فَ ِه َُّي َم َدنِيَّةُّ َوُكلُّ َما َكا َُّن ُّفِْي ُِِّ ِذ ْك ُُّر الْ ُق ُرْو ُِّن املاَ ِضيَُِّة فَ ِه َُّي َم ِكيَّة‬
ْ
Setiap surah yang di dalamnya disebutkan hukum hudud,fara’id adalah termasuk kategori Madaniyyah, dan setiap
surah yang di dalamnya disebutkan kejadian-kejadian masa lalu maka ia adalah termasuk ayat-ayat Makkiyah.
2. Klasifikasi surah-suarah Makkiyah dan Madaniyah
Memperhatikan tema dalam pembahasan ini, para ulama sepakat bahwa secara garis besar surah-surah
dalam al-Qur’an dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu Makkiyah dan Madaniyah. Namun demikian, mereka
berbeda pendapat dalam menetapkan jumlah masing-masing kelompoknya. Sebagian ulama’ ada yang
berpendapat bahwa jumlah surah Makkiyah adalah 94 surah, sedangkan surah Madaniyah berjumlah 20 surah.
Sebagiannya lagi ada yang mengatakan, jumlah surah Makkiyah sebanyak 84 surah dan Madaniyah adalah 30
surah.
Menurut ‘Abdullah Syihhatah, surah-surah al-Qur’an yang disepakati para ulama’ sebagai Makkiyah
adalah 82 surah, sedangkan yang disepakati Madaniyah sebanyak 20 surah. Selebihnya 12 surah masih
diperbincangkan mengenai status ke-Makkiyah-annya dan atau ke-Madaniyah-annya. Atas dasar itulah, maka
surah-surah dalam al-Qur’an dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu:
Pertama, surah-surah yang keseluruhan ayat-ayatnya Makkiyah, tidak terdapat di dalamnya satupun dari
ayat-ayat Madaniyah. Surah-surah yang termasuk kategori ini berjumlah 58 surah. Surah-surah dimaksud
adalah; surah al-Fatihah (1), Yunus (10), al-Ra’ad (13), al-Anbiya’ (21), al-Mukminun (23), al-Naml (27), Shad
(38), Fathir (35), dan surah-surah dalam juz ‘amma (juz ketiga puluh) mulai dari surah an-Naba’ (78) sampai
dengan surah al-Nas (114).
Kedua, surah-surah yang keseluruhan ayat-ayatnya Madaniyah, yang tidak terdapat di dalamnya ayat-
ayat Makkiyah. Surah-surah yang berstatus Madaniyah ini adalah sebanyak 18 surah. Surah-surah yang
dimaksud adalah: surah al-Imran (3), an-Nisa’ (4), an-Nur (24), al-Ahzab (33). Al-Hujurat (49), al-Mumtahnah
(60), al-Munafikun (63).
Ketiga, surah-surah Makkiyah tetapi di dalamnya terdapat ayat Madaniyah; yaitu surah-surah yang
sebagian besar ayat-ayatnya adalah Makkiyah, sehingga berstatus sebagai surah Makkiyah namun di dalamnya
dapat di jumpai satu adau dua ayat yang di nisbatkan kepada Madaniyah. Surah-surah yang termasuk kedalam
kategori ini lebih kurang berjumlah 32 surah antara lain; surah al-An’am (6), surah al-A’raf (7), surah Huh (11),
surah Yusuf (12), surah Ibrahim (14), surah al-Furqan (25), surah al-Zumar (39), surah al-Syura (42), surah al-
Waqi’ah (56), dan lain-lain.
Keempat, surah-surah Madaniyah yang didalamnya ada ayat Makkiyah; yaitu surah-surah yang
kebanyakan ayat-ayatnya berstatus Madaniyah tetapi didalamnya terdapat satu atau dua ayat yang di nisbatkan
kepada Makkiyah. Di dalam al-Qur’an, surah-surah yang terindikasi demikian ada 6 surah; yaitu surah al-
Baqarah (2), surah al-Maidah (5), surah al-Anfal (8), surah al-Taubah (9), surah al-Hajj (22), dan surah
Muhammad (47). Surah yang disebutkan terakhir ini juga dinamakan surah al-Qital.

3. Urgensi kajian Makkiyah dan Madaniyah


Mempelajari dan mengetahui surah-surah dan ayat-ayat Makkiyah-Madaniyah baik dari segi lafal
maupun makna dan isinya sangatlah penting dan akan memberikan manfaat yang sangat berarti kepada setiap
orang, Untuk lebih jelasnya mengenai manfaat dan kegunaan Makkiyah-Madaniyah tersebut, antara lain dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1. Dapat dijadikan sebagai alat bantu dalam menafsirkan al-Qur’an. Sebab dengan mengetahhui tempat
turunnya suatu ayat dapat membantu untuk memahami maksud ayat tersebut serta dapat dilakukan penafsiran
yang benar, walaupun yang menjadi pegangan adalah pengertian umum lafal, bukan sebab khusus. Berdasarkan
hal itu seorang mufassir dapat membedakan antara ayat yang nasikh dengan yang mansukh, bila di antara
kedua ayat tersebut terdapat makna yang tampak kontradiktif. Ayat yang diturunkan belakangan tentu
merupakan nasikh atas yang terdahulu.
2. Dengan ilmu al-Maki dan al-Madani dapat di resapi gaya bahasa al-Qur’an dalam metode
berdakwah menuju jalan Allah. Sebab situasi dan kondisi yang berbeda harus dihadapi dengn bahasa dan
metode tersendiri dengan memperhatikan karesteristik gaya bahasa al-Maki dan al-Madani dalam al-Qur’an
pun oang dapat memahami metode yag sesuai dalam menyampaikan pesan dalm kondisi pesikologis lawan
bicara. Dari sini dapat di ketahui, bahwa setiap tahapan dakwah mempunyai topik dan pola penyampaian
tersendiri berdasarkan situasi dan kondisi masyarakat yang dihadapi.

3. Dengan Ilmu al-Makki dan al-Madani dapat diketengahkan sejarah Nabi Muhammad Saw, dengan
cara mengikuti jejak-langkah beliau dalam berdakwah baik ketika masih berada di Makkah maupun ketika
sudah berada di Madinah. Kondisi Nabi di makkah dapat di jadikan sebagai acuan dalam keteguhan hati dan
kesabaran menghadapi dan memperbaiki kondisi umat, sedangkan kondisi di Madinah dapat di jadikan
sebagai pedoman dalam mengambil kebijakan baik sebagai pemimpin umat maupun sebagai pemimpin
negara.
4. Dengan Ilmu al-Makki dan al-Madani dapat diketahui dan di jelaskan tingkat perhatian kaum
muslimin terhadap al-Qur’an, termasuk didalamnya hal-hal yang berkaitan denagan pengetahuan tentang
sejarah pembentukan sesuatu hukum(tarikh al-tasyri) sekaligus hikmah pensyariatannya (hikmah al-tasyri)
serta fase-fase pembebannya (al-tadarruj fi al-taklif) Demikian keyakinan terhadap kenyataan fase-fase
tersebut tidak di ragukan bahwa itu adalah semata-mata berdasarkan kehendak dari Allah SWT.

( Demikian Terima Kasih )

Anda mungkin juga menyukai