Anda di halaman 1dari 9

1

MAKALAH
“ SYEKH BURHANUDDIN PEMBAWA TAREKAT SYATHARIYAH KE
ULAKAN PADANG PARIAMAN ”

Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Kajian Syekh Burhanuddin

OLEH:
KELOMPOK 7
1. FITRI FADILLAH
2. NECI ALFARANI

DOSEN PENGAMPU
Prof. Dr. Drs. Tk. H. SIDI NAZAR BAKRY, M. Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
(STIT)SYEKH BURHANUDDINPARIAMAN
1444 H / 2022
2

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji serta syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan
hidayah-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tak
lupa kami ucapkan shalawat dan salam mudah-mudahan senantiasa Allah SWT
karuniakan kepada Nabi paling mulia yaitu Nabi Muhammad SAW. Kami
bersyukur kepada Illahi Rabbi yang telah memberikan taufik serta hidayah-NYA
kepada penulis sehingga makalah kajian Syekh Burhanuddin yakni " Syekh
Burhanuddin Pembawa Tarekat Syathariyah ke Ulakan Padang Pariaman "
dapat terselesaikan.
Semoga makalah yang sederhana ini bisa dengan mudah dimengerti dan dapat
dipahami maknanya. Kami meminta maaf bila ada kesalahan kata dalam penulisan
makalah ini, serta bila ada kalimat yang kurang berkenan untuk dibaca. Akhirnya
kritik dan saran yang bersifat membangun kami harapkan dari semua pihak demi
sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak
yang berkepentingan.

Pariaman, 26 November 2022

Kelompok 7

i
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................2
A. Syekh Burhan Al-Din Pembawa Tarekat Syathariyah Ke Ulakan
Padang Pariaman ................................................................................2
BAB III PENUTUP.......................................................................................6
A. Kesimpulan ............................................................................................6
B. Saran........................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Syekh Burhan Al-Din adalah ulama pertama yang mendirikan pusat agama
Islam di Minangkabau, bukan sebagai ulama pertama yang membawa dan
menyebarkan Islam di Minangkabau. Hal itu, karena ketika Syekh Burhan Al-Din
masih belajar di Aceh, Islam telah mulai menjalar di Minangkabau melalui para
mubaligh dan pedagang.
Mengenai syekh Burhan Al-Din Ulakan Pariaman para ahli sependapat
mengatakan bahwa ia adalah pembawa tarekat Syathariyah ke Pariaman. Menurut
Hamka Syekh Burhan al-Din sebagai pengembang Islam di Minangkabau
membawa Islam yang bermazhab Syafi'I, bukan Islam dalam mazhab Syi'ah
seperti yang dinyatakan oleh Onggang Parlindungan. Akan tetapi ia diyakini
membawa sebagai pembawa tarekat ke Minangkabau.
Tarekat yang dikembangkan Syekh Burhan Al-Din di Ulakan Pariaman
adalaah Tarekat Syathariyah yang dipelajarinya di Aceh dari gurunya Syekh
Abdur Rauf Singkel. Syekh Burhan Al-Din adalah salah seorang murid Abdur
Rauf yang sangat aktif mengembangkan tarekat Syatariyah. Dia bahkan dianggap
berhasil mengkombinasikan ajaran syariat mazhab Syafi'I dengan ajaran Tarekat
Syathariyah di Sumatera Barat berdasarkan petunjuk dari gurunya yang wali Allah
itu.
Selain sebagai seorang yang menganjurkan tarekat Syathariyah, Syekh Burhan
Al-Din dalam riwayat hidupnya dikenal juga sebagai seorang yang sangat
bijaksana mengembangkan dakwah Islamiyah. Dia sangat lemah lembut dan
penuh kasih saying dalam berdakwah, menyampaikan perintah dan larangan
agama Islam kepada masyarakat. Dalam sebuah tulisan disebutkan bahwa setelah
Syekh Burhan Al-Din mengajarkan agama Islam di Ulakan, murid-muridnya
membawakan bermacam makanan untuknya, antara lain rending babi dan tikus.
Ketika mereka menghidangkan untuk Syekh Burhan Al-Din, dia berkata "
2

makanlah dek awak, ambo tidak rajan " ( silahkan, makanlah sendiri, saya
kebetulan tidak suka ). Ungkapan Syekh Burhan Al-Din seperti ini menunjukkan
bahwa dia tidak tergesa-gesa untuk mencela atau menyatakan haramnya daging
babi dan tikus tersebut. Dia tidak serta merta melarang mereka memakannya,
sampai iman mereka dapat dikokohkan dan pengetahuan mereka tentang hokum-
hukum Islam dapat diperluas.
Karena itulah, pengaruh Syekh Burhan Al-Din di Ulakan Pariaman secara
khusus dan Minangkabau secara luas sangat dirasakan oleh maysrakat, baik dari
segi ajaran Islam maupun tarekat Syathariyahnya. Bahkan, tareka syatariyah
inipun pernah berperan penting pada perjuangan fisik di Sumatera Barat. Hal itu
sesuai dengan pendapat Hamka sebagaimana dikemukakan oleh Hawash
Abdullah. Menurut Hawash, Hamka pernah mengatakan bahwa di zaman
perjuangan fisik (1945-1948), ada satu barisan pemberontak yang disebut
PEMSYI, yaitu kependekan dari Persatuan Muslimin Syathariyah Indonesia, yang
namanya urut terdaftar sebagai anggota Front Pertahanan Nasional.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Syekh Burhan Al-Din membawa Tarekat Syathariyah Ke Ulakan


Padang Pariaman?
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Syekh Burhan Al-Din Pembawa Tarekat Syathariyah Ke Ulakan Padang


Pariaman
Dia adalah salah seorang ulama terkenal yang berhasil melaksanakan dakwah
dalam rangka menanamkan ajaran-ajaran Islam pertama di Padang Pariaman
Sumatera Barat.
Syek Burhan Al-Din adalah orang Minang asli. Diwaktu kecil, dia diberi nama
oleh orang tuanya Pono, anak Pampak suku Guci, dan ibunya bernama Cukuik.
Dia lahir tahun 1066 H/1646 M di Batipuh Padang Panjang dan meninggal pada
bulan syafar tahun 1111 H/ 1693 M di Ulakan Pariaman.
Pendapat yang lebih diyakini mengenai hal ini dikemukakan oleh Azyumardi
Azra. Menurut Azra, yang paling terkenal diantara para murid 'Abd Rauf di
Sumatera adalah Burhan Al-Din, yang lebih dikenal sebagai Tuanku Ulakan. Dia,
tentu saja bukan ulama pertama yang memperkenalkan Islam ke wilayah
Minangkabau, tetapi tak diragukan lagi, dia memainkan peranan menentukan
dalam menguatkan Islamisasi di kalangan penduduk setempat. Dia bahkan
mendirikan surau Syathariyah, sebuah lembaga pendidikan di Ulakan. Tak lama
kemudian, surau ulakan itu termasyur sebagai satu-satunya pusat keilmuan Islam
di Minangkabau.
Setelah si Pono alias Kanun (nama asli Syekh Burhan al-Din) kira-kira
berumur tujuh tahun, karena kesulitan mencari penghidupan di Batipuh Padang
Panjang, maka si Kanun bersama orang tuanya pergi merantau ke Nagari Sintuk
Kecamatan Lubuk Alung Padang Pariaman. Dalam konteks ini, Amiruddin
Tuanku Bagindo menyatakan bahwa ketika si Pono telah mulai besar dan telah
bisa menolong orangtuanya dalam mengembalakan ternak, dia tumbuh dan
berkembang bahkan termasuk anak yang baik dan jujur di dalam pergaulan,
sehingga tidak ada anak-anak yang tidak mau bergaul dengannya. Dia telah dapat
membedakan buruk dan baik, bahkan dia sudah mengerti adat sopan santun.
4

Selanjutnya sipono bersama ayah dan ibunya pergi untuk meninggalkan kampung
untuk merantau mencari hidup baru dan tanah baru. Ketiga anak beranak itu
berjalan melalui daerah Malalo dan terus menyusuri Batang Tapakis yang
akhirnya sampai ke Nagari Sintuk.
Karena Tapakis Ulakan ini telah ada ulama, maka si Kanun ingin belajar
agama Islam kesana. Imam Maulana Abdul Manaf Amin menjelaskan bahwa
keinginan si Kanun untuk belajar agama Islam karena dia mendengar ada seorang
India di tapakis yang selalu memberikan penerangan agama Islam dan telah
mempunyai banyak mirid. Si Kanun alias Pono dalam menuntut ilmu sangatlah
rajinnya serta sangat hormat kepada guru yang mengajarnya. Begitu juga di dalam
pergaulan, dia sangat disegani dan disenangi oleh semua orang disebabkan budi
pekertinya yang halus. Satu hal yang harus dicatat, yaitu dari Tuangku Madinah
inilah Si Kanun alias Pono mula-mula pandai mengucapkan dua kalimat syahadat.
Pendapat di atas semakin memperjelas bahwa di Tapakislah si Kanun
memeluk agama Islam dengan sempurna, dan diislamkan oleh gurunya yang
pertama yaitu Syekh Abdullah Arief, yang datang dari Madinah. Kanun sangat
tekun dalam belajar, otaknya terang, seluruh ilmu yang diajarkan guru dihafalnya,
sehingga si Kanun digelari oleh gurunya "sampurno", artinya ialah murid yang
sempurna pandainya dibanding dengan murid-murid Tuangku Madinah yang lain.
Karena itu, berubahlah nama si Kanun menjadi si Pono. Berkaitan digelari oleh
gurunya dengan " faqih sempurna " sebab dalam murid yang banyak itu dialah
yang sempurna terang hatinya dan sempurna ingatannya kepada pengajian. Maka,
kawan-kawan yang sama-sama menuntuk ilmu memanggilnya "faqih sampono".
Tapi, akhirnya secara cepat dipanggilkan saja faqih pono (pakleh pono), sebab
kebanyakan orang-orang daerah Pariaman dalam mengucapkan bahasa sehari-hari
lazim tertinggal "ra" seperti untuk menyebut Sampono, maka secara cepat
dipanggil saja si Pono.
Tiga tahun lamanya, Pono belajar agama Islam dengan Tuanku Madinah.
Stelah gurunya meninggal dunia, pono kembali ke Sintuk. Dia telah dapat
mengislamkan beberapa warganya. Sebagai da'i dia telah menyampaikan dakwah
5

islamiyah kepada masyarakat, namun masih ada halangan dan tantangan yang
dialaminya, terutama dari penghulu-penghulu suku.
Karena itu, suatu ketika Pono sesuai pesan gurunya (agar Pono pergi menuntut
ilmu ke Aceh) memutuskan untuk meninggalkan nagari Sintuk dengan cara diam-
diam, hanya diketahui oleh kedua orang tuanya saja. Dengan memohon
keselamatan kepada Tuhan di tengah malam yang sunyi, berangkatlah Pono
meninggalkan nagari Sintuk dengan tujuan Aceh untuk memperdalam ilmunya
kepada Syekh Abd Al Rauf Singkel.
Tahun kembalinya Burhan al-Din ke negeri aslalnya Sintuk pariaman ini,
kurang dapat diyakini kebenarannya karena Syekh Abd Rauf Singkel baru pulang
dari arab ke Aceh pada tahun 1661 M.
Bersama-sama dengan teman akrabnya Idris Majolelo, dimulailah oleh Syekh
Burhan al-Din menyampaikan dan menyiarkan ajaran Islam di Tanjung Medan.
Sehubungan dengan hal tersebut, M. Sanusi Latif mengemukakan bahwa dengan
bantuan seorang sahabat dan penyokongnya bernama Idris Majo Lelo, maka
Syekh Burhan al-Din membangun sebuah surau di Tanjung Medan, Ulakan, yang
kemudian menjadi pusat pengembangan agama Islam pertama terbesar di
Minangkabau. Bahkan, sekaligus merupakan pusat pengembangan Tareka
Syathariyah pertama pula di daerah lain.
Penyiaran Islam terlebih dahulu ditujukan kepada keluarga Idris Majolelo
sendiri, dan setelah keluarga Idris Majolelo mengikuti ajaran Islam yang dibawa
oleh Syekh Burhan al-Din, lalu dilanjutkan kepada tetangga terdekat. Maka,
dengan cara berangsur-angsur maka lama-kelamaan islamlah seluruh masyarakat
Tanjung Medan. Syekh Burhan al-Din menyampaikan ajaran islam dengan lemah
lembut dan penuh hikmat kebijakan Syekh Burhan al Din berusaha dengan
sungguh dan tawakal kepaa Allah SWT agar tidak gagal lagi sebgaimana yang
pernah dialaminya di Sintuk Dulu. Ternyata cara atau taktik yang dilakukannya ia
mendapatkan hasil yan gemilang sekali. Dididiknya anak-anak muda yang masih
bersih jiwanya dan disayanginya mereka itu, sehingga ramai mereka datang
bermain di halaman suraunya.
6

Anda mungkin juga menyukai