Anda di halaman 1dari 13

Pengaruh Kebiasaan Belajar dan Motivasi Belajar

terhadap Prestasi Belajar Siswa di Sekolah Dasar


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Belajar

Dosen Pengampuh :

Suparno, M.FlL.I

Oleh :

1. Lathifatul Fauziah (20202600332)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-AZHAR

MENGANTI GRESIK

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT. Yang telah memberi
segala nikmat kepada penulis sehingga mampu meneyelesaikan makalah ini
dengan baik dan tepat waktu. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan
kepada Nabi Mauhammad saw. Yang telah membimbing umatnya menuju arah
terang dan gemilang.

Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


“Psikologi Belajar” Prodi S-1 PGMI STAI Al-Azhar Menganti. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan tugas ini.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi
dan bagi para pembaca, serta dapat dijadikan rujukan untuk penelitian lebih lanjut.

Saya menyadari makalh ini masih banyak kekurangannya, mungkin juga


terdapat kesalahan. Oleh karena itu, semua kritik dan saran yang berguna bagi
perbaikan buku ini amatlah saya harapkan, dari manapun datangnya.

Gresik, 13 Januari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I :PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan Masalah.................................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN
A. SEJARAH KODIFIKASI AL- QUR’AN........................................................2
B. PRIODE KODIFIKASI AL-QURAN.............................................................3
C. PERBEDAAN PRIODE KODIFIKASI AL-QURAN.....................................7
D. PENULISAN AL-QURAN SETELAH MASA KHALIFAH.........................7
BAB III :PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................13
B. Saran..................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................15

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Belajar tentang psikologi pendidikan adalah hal penting bagi tenaga
pendidik, baik guru maupun dosen. Sebab kegiatan mengajar adalah kegiatan
yang penuh dengan unsur psikologi di dalamnya. 
Profesi tenaga pendidik kemudian dekat dengan masalah psikologi
dibandingka dengan profesi lain. Misalnya profesi dokter, ahli hukum seperti
pengacara, dan lain sebagainya. Hal ini terlihat dari kebutuhan tenaga
pendidik untuk memahami karakter anak didiknya. 
Saat menjelaskan suatu materi dan ada peserta didik yang tidak
mendengarkan atau mungkin susah untuk paham. Maka tenaga pendidik yang
sudah paham ilmu psikologi pendidikan tidak akan memarahi mereka.
Melainkan melihat sisi psikologisnya. 
Bisa jadi, pemahaman peserta didik kurang karena menghadapi materi
pembelajaran yang tidak mereka sukai. Semakin susah maka semakin
membuat mereka tidak menyukainya. Lalu, apakah kegiatan belajar harus
dihentikan? 
Tentunya tidak, karena kegiatan belajar mengajar tidak dapat dihentikan
begitu saja hanya karena ada peserta didik yang tidak suka materinya. Hal ini
kemudian menciptakan PR bagi tenaga pendidik untuk menemukan solusinya
supaya peserta didik tersebut perlahan suka dan rajin belajar. 
Ilmu tentang psikologi belajar inilah yang kemudian menciptakan
banyak sekali metode mengajar. Ada yang menggunakan metode tanya
jawab, diskusi, eksperimen, turun ke lapangan langsung, menggunakan materi
berbentuk video, melibatkan teknologi, dan lain-lain. 
Semua metode ini bertujuan untuk menguasai aspek psikologi peserta
didik untuk bisa menyukai atau tertarik dengan materi pembelajaran. Jika
mereka sudah tertarik maka mereka akan menyimak penjelasan dengan
seksama dan perlahan menjadi suka. 
B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana sejarah kodifikasi al-quran?

2. Apa priode-priode kodifikasi al-quran?

3. Apa perbedaan priode kodifikasi al-quran?


1
4. Bagaimana penulisan al-quran setelah masa khalifah?

C. TUJUAN

1. untuk mendeskripsikan Pengaruh Hubungan Motivasi Belajar dan Kebiasaan Belajar


terhadap Prestasi Pelajar.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH KODIFIKASI AL- QUR’AN

Upaya kodifikasi Al-Qur’an dilakukan pada zaman Rasulullah SAW dan


zaman para khalifah. Setiap upaya kodifikasi memiliki keistimewaan dan
kekhasannya masing-masing. 1Menurut As-Shabuni, upaya kodifikasi Al-
Qur’an dilakukan di masa Nabi Muhammad SAW dengan menempuh dua
jalan. Pertama, kodifikasi Al-Qur’an dalam batin dengan jalan hafalan dan
ingatan. Kedua, kodifikasi Al-Qur’an dalam catatan dengan jalan penulisan dan
goresan. Kodifikasi Al-Qur’an dibicarakan secara detail dalam kajian ulumul
qur'an untuk menunjukkan besarnya perhatian kita pada Al-Qur’an, pencatatan
dan kodifikasinya. Besarnya perhatian terhadap Al-Qur’an berikut pencatatan
dan kodifikasinya ini, menurut As-Shabuni, melebihi perhatian orang terhadap
kitab samawi sebelumnya. Adapun Al-Qur’an diturunkan kepada seorang nabi
yang tumbuh dalam kultur masyarakat yang ummi sehingga ia mengerahkan
perhatiannya untuk menghafal Al-Qur’an untuk mengingatnya sebagaimana
diturunkan kepadanya. Ia kemudian membacakannya dengan tenang kepada
para sahabatnya agar mereka menghafalnya sebagaimana keterangan Surat Al-
Jumuah ayat 2. Dalam kultur masyarakat ummi, Rasulullah mengandalkan
daya hafal dan daya ingatnya karena tidak membaca dan menulis. Demikian
kondisi bangsa Arab secara umum ketika Al-Qur’an diturunkan. Bangsa Arab
ketika itu menikmati betul kekhasan bangsanya, yaitu mempunyai daya ingat
yang baik dan mempunyai kecepatan hafalan atas sesuatu. 2Bangsa Arab
sanggup menghafal ratusan ribu syair. Mereka dapat mengenali secara urut
nasab dan keturunan seseorang atau suatu klan di luar kepala. Mereka sanggup

1
Syekh M Ali As-Shabuni, At-Tibyan fi Ulumil Qur’an, [ Darul Mawahib Al-
Islamiyyah: 2016 M], halaman 49.
2
As-Shabuni, 2016 M: 50.
3
memahami sejarah. Jarang sekali mereka yang tidak memahami keturunan dan
nasab keluarganya atau tidak menghafal syair-syair terbaik karya para
sastrawan Arab hebat yang digantung di Ka’bah. Rasulullah SAW memberikan
perhatian luar biasa kepada Al-Qur’an. Rasulullah SAW menghidupkan malam
dengan membaca Al-Qur’an di dalam ibadah sembahyang, membacanya di luar
sembahyang, dan merenungkan maknanya sehingga kedua kakinya memar
karena terlalu lama berdiri dalam shalat malam untuk membaca Al-Qur’an
sebagaimana keterangan Surat Al-Muzzammil. Tentu tidak heran kalau
Rasulullah SAW bergelar sayyidul huffazh. Ia memeliharan Al-Qur;an dalam
hatinya dan menjadi rujukan umat Islam di masanya perihal Al-Qur’an3. Para
sahabat juga memiliki perhatian yang besar terhadap Al-Qur’an. Mereka
berlomba untuk membaca dan mempelajari Al-Qur’an. Mereka mengerahkan
segenap kemampuannya untuk menghafal Al-Qur’an. Mereka mengajari istri
dan anaknya Al-Qur’an di rumah-rumah. Bila melewati rumah para sahabat di
tengah kegelapan malam, niscaya kita akan mendengar suara orang membaca
Al-Qur’an sebagaimana dengung lebah. Rasulullah SAW pernah melewati
sebagian rumah sahabat Anshor di kegelapan malam. Beliau lalu berhenti
sejenak untuk mendengarkan mereka membaca AL-Qur’an dari luar. 4.
Rasulullah SAW mengobarkan semangat untuk menghafalkan Al-Qur’an. Dari
sini lahirnya banyak sahabat penghafal Al-Qur’an. mereka ditugaskan ke
berbagai penjuru daerah dan kota untuk mengajarkan Al-Qur’an untuk
mengajarkan Al-Qur’an kepada penduduk setempat. Sebelum peristiwa hijrah,
Rasulullah SAW mengutus sahabat Mush’ab bin Umair dan Abdullah bin
Ummi Maktum ke Madinah. Rasulullah SAW juga pernah mengutus sahabat
Mu’adz bin Jabal ke Makkah setelah peristiwa hijrah. "Setiap kali ada orang
yang berhijrah, Rasulullah akan membelokkan orang tersebut kepada kami
untuk diajari Islam dan Al-Qur’an," kata Ubadah bin Shamit. (HR Ahmad dan
Al-Hakim). 5Imam Bukhari dalam Kitab Shahih-nya menyebut tujuh sahabat
terkemuka penghafal Al-Qur’an. Mereka adalah Abdullah bin Mus’ud, Salim
3
. As-Shabuni, 2016 M: 50
4
As-Shabuni, 2016 M: 50-51
4
bin Ma’qil budak Hudzaifah, Muadz bin Jabal, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin
Tsabit, Abu Zaid (Qais) bin Sakan, dan Abud Darda. Abu Ubadi dalam Kitab
Al-Qira’at menyebutkan sejumlah ahli Al-Qur’an di kalangan sahabat. Mereka
(kalangan muhajirin) adalah empat khalifah rasul, Thalhah, Sa’ad, Ibnu
Mas’ud, Hudzaifah, Salim, Abu Hurairah, Abdullah bin Sa’ib, abadilah arba’ah
atau empat Abdullah (yang terdiri atas Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Amr
bin Ash, Abdullah bin Umar, dan Abdullah bin Zubair), Aisyah, Hafshah,
Ummu Salamah.. Adapun ahli Al-Qur’an dari kalangan sahabat Ansor adalah
Ubadah bin Shamit, Mu’adz, Majma’ bin Jariyah, Fadhalah bin Ubaid,
Maslamah bin Makhlad, dan banyak sahabat lainnya.)

B. PRIODE-PRIODE KODIFIKASI AL-QURAN

Ada tiga priode pengumpulan al-quran sejak zaman rasulullah, yaitu


priode rasulullah saw, khalifah abu bakar as-shidiq dan khalifah utsman bin
affan.

1. Kebanggaan Rasulullah saw


Al-quran setelah dihafal dan dapat dipahami isinya juga ditulis sewaktu
rasulullah masih hidup. Jumlah sahabat yang telah menulis al-quran tidak
bisa kurang dari 43 orang. Namun yang paling sering bersama rasulullah
dan banyak menulis ayat-ayat al-quran yang diturunlkan di kota madiniyah
adalah Zaid Thabil, karena memag dialah sekertaris wahyu pribadi
rasulullah, maka ia selalu mendampingi beliau berada. Nabi muhammad
akan menunjuk yang lainnya jika Zaid berhalangan.

2. Kebanggaan Khalifah Abu Bakar As-Shidiq


Setelah rasulullah wafat, sahabat Abu Bakar diangkat menjadi Khalifah,
terjadilah gerakan pembangkangan membayar zakat bahkan ada yang
keluar dari agama islam (murtad) yang dibawah pimpinan seorang yang

5
M Abdul Azhim Az-Zarqani, Manahilul Irfan fi Ulumil Qur’an, [Kairo, Darul
Hadits: 2017 M/1438 H], halaman 194-195.
5
mengaku nabi musailimkah al-Kadzab. Khalifah abu bakar memerintahkan
Khalod bin walid untuk menghadapi mereka hingga terjadilah perang
yamamah, pada tahun 12 H, yang sekitar tujuh ratus huffadzil quran.
Pengumpulan pada masa khaifah Abu Bakar berhasil dengan
kesepakatan para sahabat dan penelitiannya, serta berdasarkan atas tidak
adanya tambahan dan pengurangan. Mereka menerimanya sungguh sampai
berperan aktif terhadap apa yang memang dibutuhkan.
Mushaf karya zaid yang telah dibukukan kemudian disimpan oleh abu
bakar, setelah kematian beliau selanjutnya disimpan oleh sayyidatina
Hafsah binti Umar atas pesan Umar dengan pertimbangan. Bahwa Hafsah
adalah isti rasulullah yang juga penghafal al-quran dan pandai membaca
tulis. Selain itu masalah khalifah pengganti Umar masih harus
dimusyawarahkan terlebih dahulu.

3. Priode Khalifah Utsman Bin Affan


Ketika islam terhadap wilayah-wilayah lain semakin meluas, para
sahabat rasulullah menyebar ke berbagai wilayah tersebut. Mereka
mengajarkan al-quran kepada para penduduk, juga masalah keagamaan.
Setiap sahabat mengajarkan al-quran dengan tujuh dialek.
Diasahkan bahwa ketika pengeriman ekspedisi militer ke armenia dan
azerbaijan, pengiriman tentang bacaan al-quran muncul di kalangan
tentara-tentara muslim yang sebagaimana direkrut dari syiriah dan
sebagiannya lagi dari irak.
Setelah terjadi kesepakatan antara Khalifah Utsman denganpara sahabat
tentang pengumpulan al-qursn dengan satu metode dan cara yang bersih,
maka utsman membebaskannya dari pembebasannya dari persoalan dialek
dan terhadap kedalaman dan ketetapannya.

C. PERBEDAAN PRIODE KODIFIKASI AL_QURAN

6
Perbedaan “pengumpulan” secara lahir adalah pada pengumpulan al-quran
priode Abu Bakar yang pada saat itu tulisan al-quran masih terpisah-pisah, lalu
abu bakar memerintahkan untuk mengumpulkannya. Dengan demikian, maka
pengertian “pengumpulan” tidak memerlukan perbedaan antara masa rasulullah
saw. Dengan masa abu bakar. Akan tetapi permasalahan dan kesamaran
terdapat pada “dua pengumpulan”, yakni pada priode kedua (abu bakar) dan
priode ketiga (Utsman).

Sesungguhnya para ulama mengambil perbedaan pengumpulan pada priode


Abu Bakar dan priode Utsman sebagai partisipasi mereka untuk
menghilangkan kesamaran dalam pengumpulan al-quran itu sendiri. Sehingga
dengan sendirinya tidak ada beberapa perbedaan yang cukup banyak.

Sebagian ulama berpendapat, kata al-quran itu pada asalnya tidak berhamzah
sebagai kata jadian. Mungkin karena itu dijadikan seagai satu nama bagi suatu
firman yang diturunkan kepada nabi Shollallahu alaihi wa Sallam,
mungkinjuga karena ia berasal dari kata qurina asy sya’i yang berarti
menggandengkan sesuatu dengan lainnya. Al-Quran memang sukur dibatasi
dengan definisi rasional yang dimiliki jenis jenis dan bagian-bagian bahkan
ketentuannya yang khas. Dapat dikatakan bahwa al-quran adalah apa yang ada
diantara dua kitab. Atau anda katakan al-quran adalah berisi bismillah sampain
dengan min-an jinnati wa an-nas. Ulama menyebutkan definisi yang khusus,
berbeda dengan lainnya bahwa al-quran adalah firman allah yang diturunkan
kepada Muhammad Shallallahualaihi Wasallam, yang pembacanya menjadi
suatu ibadah.6

Allah menurunkan al-quran kepada Rasulbkita Muhammad Shallallahu Alaihi


wa Wasallam untuk membimbing manusia. Turunnya al-quran pertama kali
kepada lailatul qodar yang merupakan pemberitahuan kepada alam samawi
yang dihuni para malaikat tentang kemuliaan umat Muhammad. Umat ini telah

6
Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Al-Quran (Pustaka Al-Kausar: 2015), google books,
hal 18.
7
dimuliakan oleh Allah dengan risalah barunya agar menjadi umat yang paling
baik yang dikeluarkan bagi manusia. Turunnya al-quran kedua kalinya yaitu
secara bertahap yang berbeda denan kitab-kitab yang turun sebelumnya. Sangat
mengejutkan orang dan menimbulkan keraguan terhadapnya sebelum jelas bagi
mereka rahasia hikmah ilahi yang ada di balik itu.7

D. PENULISAN AL-QURAN SETELAH MASA KHALIFAH

Mushaf di tulis di atas perintah Khalifah Utsman tidak memiliki harkat


dan tanpa titik sehingga dapat dibacakan satu qiraat. Mereka merasa kesulitan
membaca mushaf yang tidak berharakat dan bertitik itu. Oleh karena itu
perbaikan pun segera dilakukan. Tersebutlah dua tokoh yang berjasa dalam hal
ini, yaitu Ubaidillah bin Ziyad yang memerintahkan seseorang lelaki dari
persia untuk meletakkan alif sebagai pengganti dari huruf yang dibuang.

Upaya penyempurnaan itu tidak berlangsung segera, tetapi bertahap dan


dilakukan oleh setiap generasi sampai abad 311 (atau akhir abad 9 M). ketika
proses penyempurnaan naskah mushaf Utsman selesai dilakukan, tercatat pula
tiga nama yang bernama: Abu al Aswad ad Du’ali, Yahya bin Ya’mar (45 129
11) DAN Nashr binAshim al Laits (w. 89 H). adapun orang tersebut pertama
kali meletakkan hamzah dan tasydid adalah al-Khalil bin Ahmadal Farahidi al
Azdi yang diberi kun yah Abu Abdirrahman (w. 175 H).

Upaya penulisan al-quran yang bagus merupakan upaya yang telah


dilakukan generasi terdahulu. Yang diberitahukan bahwa Khalifh al Walid
memerintahkan Khalid bin Khayyaj yang terkenal tulisannya untuk menulis
mushaf al-quran.

7
Syaikh Manna Al-Qaththan, Turunnya Al-Quran, (Maktabah Wahbah, Kairo: 2004 M-1425 H),
halaman 124.
8
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dalam priode penulisan ini terdapat naskah al-quran yang sangat banyak
dikenal dengan para kaum muslimin. Priode Rasulullah sawv ini dimulai
dengan adanya penulisan dan pengumpulan pada media tulis namun masih
bertebaran. Pada priode Khalifah Abu Bakar beliau berhasil mengumpulkan
suhuf menjadi mushaf dengan mempertahankan dengan baik dialek tersebut
diterima oleh Khalifah Utsman bin Affan ynag berhasil mempersempit dialek
al-quran menjadi satu dialek bangsa quraisy.

Setelah kodifikasi priode tersebut yang paling dikenal itu masih ada
beberapa bentuk kodifikasi namun lebih pada penyempurnaan mushaf utsman
yang ada

B. SARAN

Kami menghimbau kepada para pembaca terkhusus seluruh umat islam


untuk mempelajari al-quran dengan baik dan benar terutama dari segi turunnya,
sejarah pembukuannya dan juga pemahaman, begitu juga dengan artinya.
Karena dengan adanya zaman modern saat ini banyan non-muslim yang
berusaha mencerminkan islam. Jadi kita sebaiknya harus mempelajari nya agar
kita tidak mudah di bohongi dan bisa menjaga keorisinalan al-quran dari
mereka yang ingin mengubahnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Syekh M Ali As-Shabuni, At-Tibyan fi Ulumil Qur’an, [ Darul Mawahib Al-


Islamiyyah: 2016 M], halaman 49.

As-Shabuni, 2016 M: 50.

As-Shabuni, 2016 M: 50

As-Shabuni, 2016 M: 50-51

M Abdul Azhim Az-Zarqani, Manahilul Irfan fi Ulumil Qur’an, [Kairo, Darul


Hadits: 2017 M/1438 H], halaman 194-195

Taufik Adnan Amal, Rekontruksi Sejarah Al-Quran (PT Pustaka Alvabet 2005),
google books, 3.

Syeikh Manna Al-Qaththan, Penggemar Studi Al-Quran (Pustaka Al-Kausar:


2015), halaman 18.

Syeik Manna Al-Qaththan, Turunnya Al-Quran, (Maktabah Wahbah, Kairo: 2004


M-1425 H), halaman 124.

10

Anda mungkin juga menyukai