Anda di halaman 1dari 23

‫فصل فى بداية السبق وقدره وترتيبه‬

PERMULAN BELAJAR DAN TATA TERTIBNYA

MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Bathsul Kutub

Dosen Pengampu :
Muhammad Saiq Hanani, M.Pd.

Oleh :

Nezart Muhammad P NPM. 17.26.0.1407


Zahrotun Nisa’ NPM. 17.26.0.1412

INSTITUT AGAMA ISLAM TRIBAKTI ( IAIT ) KEDIRI


FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYAH
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr.Wb.

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah Bathsul Kutub ini sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Tak
lupa pula, penulis kirimkan salam dan salawat kepada junjungan kita semua,
Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, dan seluruh sahabatnya.

Makalah Bathsul Kutub yang penulis susun ini berjudul ‫فصل فى بداية‬
‫ السبق وقدره وترتيبه‬Permulan Belajar Dan Tata Tertibnya. Makalah ini
hadir untuk memenuhi tugas Bathsul Kutub yang diberikan oleh dosen. Banyak
pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini. Olehnya,
penulis ucapkan banyak terimakasih. Penulis menyadari, bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, olehnya, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca sekalian.

Besar harapan penulis, dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan


sumbangsih yang berarti demi kemajuan ilmu pengetahuan bangsa.

Kediri, 01 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................1
A. Latar Belakang .....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................................3
C. Tujuan .................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................4
1. Matan Fasl Permulan Belajar dan Tata Tertibnya .....................................................4
2. Terjemah Fasl Permulan Belajar dan Tata Tertibnya ................................................8
3. Isi Kandungan Matan Fasl Permulan Belajar dan Tata Tertibnya............................. 13
4. Dasar Al-Quran dan Hadist fasl Permulan Belajar Dan Tata Tertibnya. .................. 17
5. Perbandingan Dengan Teori Pendidikan................................................................ 18
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 19
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 19
B. Saran ..................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ta‘līm al-Muta‘allim Tharīq al-Ta‘allum adalah sebuah kitab monumental


yang dikarang oleh seorang ulama’ besar yang bernama Burhanuddin al-Islam al-
Zarnuji. Tidak ada kepastian mengenai tempat dan waktu dilahirkannya al-
Zarnuji, sedangkan mengenai waktu wafatnya ada dua pendapat, pendapat yang
pertama mengatakan dia meninggal dunia pada tahun 1195 M. sedangkan
pendapat yang kedua pada tahun 1243 M.

Begitu juga mengenai tempat kelahirannya para peneliti pun berbeda


pendapat mengenai tempat kelahirannya, namun apabila dilihat dari nisbahnya al-
Zarnuji maka dia dianggap berasal dari Zaradj. Dia hidup pada masa kejayaan
ilmu pengetahuan, dia belajar di Bukhara dan Samarqan yang pada saat itu kedua
kota tersebut menjadi pusat kegiatan keilmuan.

Setelah belajar pada banyak guru akhirnya dia menjadi seorang ulama besar,
yang kemudian mengarang kitab Ta‘līm al-Muta‘allim yang sampai sekarang
masih menjadi kitab wajib di pesantren-pesantren salafiyah. Kitab ini ditulis oleh
al-Zarnuji karena keprihatinannya terhadap para peserta didik pada saat
zamannya. Dia melihat banyak orang yang mempunyai ilmu, akan tetapi tidak
diamalkannya dalam kehidupan seharihari sehingga ilmu yang dimilikinya tidak
bisa bermanfaat bagi dirinya sendiri apalagi bagi orang lain dan lingkungannya.

Berangkat dari keprihatinan terhadap keadaan peserta didik pada


zamannyalah yang membuat al-Zarnuji menulis sebuah kitab yang berisikan
tentang bagaimana menuntut ilmu yang baik sehingga bisa bermanfaat bagi
dirinya serta orang lain. Apabila dikaitkan dengan kondisi peserta didik sekarang,
tentu keadaan peserta didik sekarang, tidak jauh berbeda dengan keadaan peserta
didik pada masa al-Zarnuji. Oleh sebab itulah dalam merumuskan tujuan
pendidikan di antaranya adalah mengharapkan ridha Allah SWT, mengharapkan
kebahagiaan akhirat, menghilangkan kebodohan dan menegakkan agama.

Dalam kitab Ta‘līm al-Muta‘allim al-Zarnuji membagi ilmu pengetahuan


menjadi dua macam, yang dibagi menurut kebutuhannya yaitu ilmu yang
hukumnya fardhu ‘ayn dan fardhu kifāyah, 4 dan dia menganjurkan peserta didik

1
agar sebelum belajar maka dia harus memilih ilmu, yaitu ilmu yang terbaik bagi
dirinya dan agamanya baru kemudian ilmu yang lain.

Dalam kitab Ta’līm al-Muta’alim juga terdapat akhlak yang harus dimiliki
oleh peserta didik, terutama akhlak kepada ilmu dan guru, bahkan di dalamnya
terdapat bab khusus yang membahas bagaimana cara menghormati ilmu dan guru,
bahkan menurut al-Zarnuji seorang murid tidak akan memperoleh ilmu kecuali
apabila dia menghormati ilmu dan gurunya, dan ilmu akhlak adalah termasuk
dalam ilmu yang hukumnya fardhu ‘ayn .

Konsep pendidikan al-Zarnuji tentulah sangat penting dikaji saat ini terlepas
dari pro kontra yang ada, karena melihat berbagai kasus yang telah terjadi dalam
dunia pendidikan khususnya di Indonesia ini. Banyak perbuatan yang tidak baik
yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang penuntut ilmu yang bergelut
dengan ilmu pengetahuan.

Melihat akan pentingnya pendidikan bagi terbentuknya generasi baru yang


mempunyai akhlak mulia, di tengah hiruk pikuknya kehidupan yang serba
materialistik dan rasionalistik ini maka perlulah kiranya mengkaji kembali konsep
pendidikan al-Zarnuji dalam kitabnya Ta‘līm alMuta‘allim, yang diasumsikan
sebagai kitab yang memuat konsep pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai
islami.

Sejarah masa lalu juga menjadi bukti bahwa kitab Ta’līm Muta‘allim mampu
membendung pengaruh negatif dari arus rasionalisme, yaitu pada masa Murad
Khan. Oleh sebab itulah peneliti tertarik untuk meneliti Kitab Ta’līm Muta‘allim
Tharīq al-Ta’allum yang dikarang oleh Burhanuddin al-Zarnuji. Penulis sangat
berharap dengan meneliti pemikiran pendidikan al-Zarnuji, pendidikan di
Indonesia akan menjadi lebih baik.

2
B. Rumusan Masalah

1. Apa Matan Fasl Permulan Belajar dan Tata Tertibnya ?


2. Apa Terjemahan Fasl Permulan Belajar dan Tata Tertibnya ?

3. Bagaimana isi kandungan Fasl Permulan Belajar dan Tata Tertibnya ?

4. Bagaiman Dasar Al Qur’an dan Hadist Fasl Permulan Belajar dan Tata
Tertibnya ?

5. Bagaimana perbandingan teori dengan pendidikan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Matan Fasl Permulan Belajar dan Tata Tertibnya ?
2. Untuk mengetahui Terjemahan Fasl Permulan Belajar dan Tata
Tertibnya ?

3. Untuk mengetahui isi kandungan Fasl Permulan Belajar dan Tata


Tertibnya ?

4. Untuk mengetahui Dasar Al Qur’an dan Hadist Fasl Permulan Belajar


dan Tata Tertibnya ?

5. Untuk mengetahui perbandingan teori dengan pendidikan ?

3
‫‪BAB II‬‬

‫‪PEMBAHASAN‬‬
‫‪1. Matan Fasl Permulan Belajar dan Tata Tertibnya‬‬

‫كان أستاذنا شيخ اإلسالم برهان الدين رحمه هللا يوقف بداية السبق على يوم‬
‫األربعاء‪ ،‬وكان يروى فى ذلك حديثا ويستدل به ويقول‪ :‬قال رسول هللا صلى هللا‬
‫عليه وسلم‪ :‬ما من شيئ بدئ يوم األربعاء إال وقد تم‬
‫وهكذا كان يفعل أبى‪ .‬وكان يروى هذا الحديث عن أستاذه الشيخ اإلمام األجل‬
‫قوام الدين أحمد بن عبد الرشيد رحمه هللا‬
‫وسمعت ممن أثق به‪ ،‬أن الشيخ يوسف الهمذانى رحمه هللا‪ ،‬كان يوقف كل عمل‬
‫‪.‬من الخير على يوم األربعاء‬
‫وهذا ألن يوم األربعاء يوم خلق فيه النور‪ ،‬وهو يوم نحس فى حق الكفار فيكون‬
‫‪.‬مباركا للمؤمنين‬
‫وأما قدر السبق فى اإلبتداء‪ :‬كان أبو حنيفة رحمه هللا يحكى عن الشيخ القاضى‬
‫اإلمام عمر بن أبى بكر الزرنجرى رحمه هللا أنه قال‪ :‬قال مشايخنا رحمهم هللا‪:‬‬
‫ينبغى أن يكون قدر السبق للمبتدئ قدر ما يمكن ضبطه باإلعادة مرتين بالرفق‬
‫ويزيد كل يوم كلمة حتى أنه وإن طال وكثر يمكن ضبطه باإلعادة مرتين‪ ،‬ويزيد‬
‫بالرفق والتدريج‪ ،‬وأما إذا طال السبق فى اإلبتداء واحتاج إلى اإلعادة عشر‬
‫مرات فهو فى اإلنتهاء أيضا يكون كذلك‪ ،‬ألنه يعتاد ذلك‪ ،‬وال يترك تلك اإلعادة‬
‫إال بجهد كثير‬
‫وقد قيل‪ :‬السبق حرف‪ ،‬والتكرار ألف‬
‫وينبغى أن يبتدئ بشيئ يكون أقرب إلى فهمه‪ ،‬وكان الشيخ اإلمام األستاذ شرف‬
‫الدين العقيلى رحمه هللا يقول‪ :‬الصواب عندى فى هذا ما فعله مشايخنا رحمهم‬
‫هللا‪ ،‬فإنهم كانوا يختارون للمبتدئ صغارات المبسوط ألنه أقرب إلى الفهم‬
‫‪.‬والضبط‪ ،‬وأبعد من الماللة‪ ،‬وأكثر وقوعا بين الناس‬
‫وينبغى أن يعلق السبق بعد الضبط واإلعادة كثيرا‪ ،‬فإنه نافع جد‬
‫وال يكتب المتعلم شيئا ال يفهمه‪ ،‬فإنه يورث كاللة الطبع ويذهب الفطنة ويضيع‬
‫‪.‬أوقاته‬
‫وينبغى أن يجتهد فى الفهم عن األستاذ بالتأمل وبالتفكر وكثرة التكرار‪ ،‬فإنه إذا‬
‫قل السبق وكثرة التكرار والتأمل يدرك ويفهم‪ .‬قيل‪ :‬حفظ حرفين‪ ،‬خير من سماع‬
‫وقرين‪ ،‬وفهم حرفين خير من حفظ سطرين‪ .‬وإذا تهاون فى الفهم ولم يجتهد مرة‬
‫أو مرتين يعتاد ذلك فال يفهم الكالم اليسير‬
‫فينبغى أن ال يتهاون فى الفهم بل يجتهد ويدعو هللا ويتضرع إليه فإنه يجيب من‬
‫دعاه‪ ،‬وال يخيب من رجاه‪ .‬وأنشدنا الشيخ األجل قوام الدين حماد بن إبراهيم بن‬

‫‪4‬‬
‫إسماعيل الصفار األنصارى إمالء للقاضى الخليل بن أحمد الشجرى فى ذلك‬
‫‪:‬شعرا‬
‫أخدم العلم خدمـــــــة المستفيد ‪ #‬وأدم درسه بفعل حـــــــميد‬
‫وإذا مـــــــا حفظت شيئا أعده ‪ #‬ثم أكده غاية التأكــــــــــــيد‬
‫كى ال يزول ثم علقه كى تعود ‪ #‬إليه وإلى درسه على التأبيد‬
‫فإذا ما أمنت مــــــــــــنه فواتا ‪ #‬فانتدب بعده لشيئ جــــــديد‬
‫مع تكرار ما تقدم مــــــــــــنه ‪ #‬واقتناء لشأن هـــــذا المـزيد‬
‫ذاكــــــــر الناس بالعلوم لتحيا ‪ #‬ال تكن من أولى النهى ببعيد‬
‫إذا كتمت العلوم أنسيت حــتى ‪ #‬ال ترى غير جـــــاهل وبليد‬
‫ثم ألجمت فـــــــى القيامة نارا ‪ #‬وتلهبت بالعـــــــذاب الشديد‬
‫وال بد لطالب العلم من المذاكرة‪ ،‬والمناظرة‪ ،‬والمطارحة‪ ،‬فينبغى أن يكون كل‬
‫منها باإلنصاف والتأنى والتأمل‪ ،‬ويتحرز عن الشغب [والغضب]‪ ،‬فإن المناظرة‬
‫والمذاكرة مشاورة‪ ،‬والمشاورة إنما تكون الستخراج الصواب وذلك إنما يحصل‬
‫‪.‬بالتأمل والتأنى واإلنصاف‪ ،‬وال يحصل بالغضب والشغب‬
‫فإن كانت نيته من المباحثة إلزام الخصم وقهره‪ ،‬فال تحل‪ ،‬وإنما يحل ذلك إلظهار‬
‫الحق‪ .‬والتمويه والحيلة ال يجوز فيها‪ ،‬إال إذا كان الخصم متعنتا‪ ،‬ال طالبا للحق‪.‬‬
‫وكان محمد بن يحيى إذا توجه عليه اإلشكال ولم يحضره الجواب يقول‪ :‬ما‬
‫‪.‬ألزمته الزم‪ ،‬وأنا فيه ناظر‪ ،‬وفوق كل ذى علم عليم‬
‫وفائدة المطارحة والمناظرة أقوى من فائدة مجرد التكرار ألن فيه تكرارا وزيادة‪.‬‬
‫وقيل‪ :‬مطارحة ساعة‪ ،‬خير من تكرار شهر‪ .‬لكن إذا كان [مع] منصف سليم‬
‫الطبيعة‪ .‬وإياك والمذاكرة مع متعنت غير مستقيم الطبع‪ ،‬فإن الطبيعة متسرية‪،‬‬
‫‪.‬واألخالق متعدية‪ ،‬والمجاورة مؤثرة‬
‫‪:‬وفى الشعر الذى ذكره الخليل بن أحمد فوائد كثيرة‪ ،‬قيل‬
‫العلم من شرطه لمن خـــــدمه ‪ #‬أن يجعل الناس كلهم خـــدمه‬
‫وينبغى لطالب العلم أن يكون متأمال فى جميع األوقات فى دقائق العلوم ويعتاد‬
‫‪.‬ذلك‪ ،‬فإنما يدرك الدقائق بالتأمل‪ ،‬فلهذا قيل‪ :‬تأمل تدرك‬
‫وال بد من التأمل قبل الكالم حتى يكون صوابا‪ ،‬فإن الكالم كالسهم‪ ،‬فال بد من‬
‫تقويمه قبل الكالم حتى يكون مصيبا‪ .‬وقال فى أصول الفقه‪ :‬هذا أصل كبير‬
‫‪.‬وهوأن يكون كالم الفقيه المناظر بالتأمل‬
‫‪.‬قيل‪ :‬رأس العقل أن يكون الكالم بالتثبت والتأمل‬
‫قال قائل شعرا‪:‬‬
‫أوصيك فى نظم الكالم بخمسة ‪ #‬إن كنت للموصى الشفيق مطيعا‬
‫ال تغفلن سبب الكـــــالم ووقته ‪ #‬والكيف والكــــم والمكان جميعا‬
‫ويكون مستفيدا فى جميع األوقات واألحوال من جميع األشخاص قال رسول هللا‬
‫صلى هللا عليه وسلم‪ :‬الحكمة ضالة المؤمن أينما وجدها اخذها‪ .‬وقيل‪ :‬خذ ما‬
‫صفا‪ ،‬ودع ما كدر‪ .‬وسمعت الشيخ اإلمام األجل األستاذ فخر الدين الكاشانى‬

‫‪5‬‬
‫يقول‪ :‬كانت جارية أبى يوسف أمانة عند محمد [ بن الحسن] فقال لها‪ :‬هل‬
‫تحفظين أنت فى هذا الوقت عن أبى يوسف فى الفقه شيئا؟ فقالت‪ :‬ال‪ ،‬إال أنه كان‬
‫يكرر ويقول‪ :‬سهم الدور ساقط‪ ،‬فحفظ ذلك منها‪ ،‬وكانت تلك المسألة مشكلة على‬
‫‪.‬محمد فارتفع أشكاله بهذه الكلمة‪ .‬فعلم أن اإلستفادة ممكنة من كل أحد‬
‫ولهذا قال ابو يوسف حين قيل‪ :‬بم أدركت العلم؟ قال‪ :‬ما استنكفت من اإلستفادة‬
‫من كل أحد وما بخلت من اإلفادة‪ .‬وقيل البن عباس رحمه هللا‪ :‬بم أدركت‬
‫‪.‬العلم؟ قال‪ :‬بلسان سؤول‪ ،‬وقلب عقول‬
‫وإنما سمي طالب العلم‪ :‬ما تقول‪ ،‬لكثرة ما كانوا يقولون فى الزمان األول‪ .‬ما‬
‫‪.‬تقول فى هذه المسألة؟‬
‫وإنما تفقه أبو حنيفة رحمه هللا بكثرة المطارحة والمذاكرة فى دكانه حين كان‬
‫بزازا‪ .‬فبهذا يعلم أن تحصيل العلم والفقه يجتمع مع الكسب‪ .‬وكان أبو حفص‬
‫الكبير يكتسب ويكرر العلوم‪ ،‬فإن كان ال بد لطالب العلم من الكسب لنفقة العيال‬
‫‪.‬وغيره فليكتسب وليكرر وليذاكر وال يكسل‬
‫وليس لصحيح العقل والبدن عذر فى ترك التعلم والتفقه‪ ،‬فإنه ال يكون أفقر من‬
‫‪.‬أبى يوسف‪ ،‬ولم يمنعه ذلك من التفقه‬
‫فمن كان له مال كثير فنعم المال الصالح للرجل الصالح‪ ،‬المنصرف فى طريق ‪.‬‬
‫العلم‪ .‬قيل لعالم‪ :‬بم أدركت العلم؟ قال‪ :‬بأب غني‪ .‬ألنه كان ينتفع به أهل العلم‬
‫والفضل‪ ،‬فإنه سبب زيادة العلم ألنه شكر على نعمة العقل والعلم‪ ،‬وإنه سبب‬
‫الزيادة‪ .‬قيل‪ :‬قال أبو حنيفة رحمه هللا‪ :‬إنما أدركت العلم بالحمد والشكر‪ ،‬فكلما‬
‫‪.‬فهمت ووفقت على فقه وحكمة قلت‪ :‬الحمد هلل‪ ،‬فازداد علمى‬
‫وهكذا ينبغى لطالب العلم أن يشتغل بالشكر باللسان والجنان واألركان والحال‬
‫ويرى الفهم والعلم والتوفيق من هللا تعالى ويطلب الهداية من هللا تعالى بالدعاء له‬
‫‪.‬والتضرع إليه‪ ،‬فإن هللا تعالى هاد من استهداه‬
‫فأهل الحق ـ وهم أهل السنة والجماعة ـ طلبوا الحق من هللا تعالى‪ ،‬الحق المبين‬
‫الهادى العاصم‪ ،‬فهداهم هللا وعصمهم عن الضاللة‪ .‬وأهل الضاللة أعجبوا برأيهم‬
‫وعقلهم وطلبوا الحق من المخلوق العاجز وهو العقل‪ ،‬ألن العقل ال يدرك جميع‬
‫األشياء كالبصر‪ ،‬فإنه ال يبصر جميع األشياء فحجبوا وعجزوا عن معرفته‪،‬‬
‫وضلوا وأضلوا‪ .‬قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‪ :‬الغافل من عمل بغفلته‬
‫والعاقل من عمل بعقله‪ .‬فالعمل بالعقل أوال‪ :‬أن يعرف عجزنفسه‪ ,‬قال رسول هللا‬
‫صلى هللا عليه وسلم‪ :‬من عرف نفسه فقد عرف ربه‪ ,‬فإذا عرف عجز نفسه‬
‫عرف قدرة هللا عزوجل‪ ,‬وال يعتمد على نفسه وعقله بل يتوكل على هللا‪ ,‬ويطلب‬
‫‪.‬الحق منه‪ .‬ومن يتوكل على هللا فهو حسبه ويهد يه إلى صراط مستقيم‬
‫ومن كان له مال كثير فال يبخل‪ ,‬وينبغى أن يتعوذ باهلل من البخل‪ .‬قال النبى عليه‬
‫السالم‪ :‬أي دواء أدوأ من البخل‪ .‬وكان أبو الشيخ اإلمام األجل شمس األئمة‬
‫الحلوانى‪ ,‬رحمه هللا فقيرا يبيع الحلواء‪ ,‬وكان يعطى الفقهاء من الحلواء ويقول‪:‬‬

‫‪6‬‬
‫أدعوا البنى‪ ,‬فببركة جوده واعتقاده وشفقته وتضرعه إلى هللا تعالى نال ابنه ما‬
‫نال‬
‫ويشترى بالمال الكتب ويستكتب فيكون عونا على التعلم والتفقه‬
‫وقد كان لمحمد بن الحسن مال كثير حتى كان له ثالثمائة من الوكالء على ماله‬
‫وأنفقه كله فى العلم والفقه‪ ,‬ولم يبق له ثوب نفيس فرآه أبو يوسف فى ثوب خلق‬
‫فأرسل إليه ثيابا نفيسة فلم يقبلها فقال‪ :‬عجل لكم‪ ,‬وأجل لنا‪ ,‬ولعله إنما لم يقبله وإن‬
‫كان قبول الهدية سنة‪ ,‬لما رأى فى ذلك مذلة لنفسه‪ .‬قال رسول هللا عليه الصالة‬
‫والسالم‪ :‬ليس للمؤمن أن يذل نفسه‬
‫وحكي أن الشيخ فخر اإلسالم األرسابندى رحمه هللا جمع قشور البطيخ الملقاة فى‬
‫مكان خال فأكلها فرأته جارية فاخبرت بذلك موالها فاتخذ له دعوة فدعاه إليها فلم‬
‫يقبل لهذا‬
‫وهكذا ينبغى لطالب العلم أن يكون ذا همة عالية ال يطمع فى أموال الناس‪ .‬قال‬
‫النبى صلى هللا عليه وسلم‪ :‬إياك والطمع فإنه فقر حاضر‪ .‬وال يبخل بما عنده من‬
‫‪.‬المال بل ينفق على نفسه وعلى غيره‬
‫قال النبى عليه الصالة والسالم‪ :‬الناس كلهم فى الفقر مخافة الفقر وكانوا فى‬
‫الزمان األول يتعلمون الحرفة ثم يتعلمون العلم حتى اليطمعوا فى أموال الناس‪.‬‬
‫وفى الحكمة من استغنى بمال الناس افتقر‬
‫والعالم إذا كان طماعا ال يبقى له حرمة العلم وال يقول بالحق ولهذا كان يتعوذ‬
‫‪.‬صاحب الشرح عليه السالم ويقول أعوذ باهلل من طمع يدنى إلى طبع‬
‫وينبغى أن ال يرجو األمن هللا تعالى وال يخاف إال منه ويظهر ذلك بمجاوزة حد‬
‫الشرع وعدمها فمن عصى هللا تعالى خوفا من المخلوق فقد خاف غير هللا تعالى‪،‬‬
‫فإذا لم يعص هللا تعالى لخوف المخلوق وراقب حدود الشرع فلم يخف غير هللا‬
‫‪.‬تعالى بل خاف هللا تعالى وكذا فى جانب الرجاء‬
‫وينبغى لطالب العلم أن يعد ويقدر لنفسه تقديرا فى التكرار فإنه ال يستقر قلبه حتى‬
‫‪.‬يبلغ ذلك المبلغ‬
‫وينبغى لطالب العلم أن يكرر سبق األمس خمس مرات وسبق اليوم الذى قبل‬
‫األمس أربع مرات والسبق الذى قبله ثالثا والذى قبله اثنين والذى قبله واحدا فهذا‬
‫‪.‬أدعى إلى الحفظ‬
‫وينبغى أن ال يعتاد المخافة فى التكرار ألن الدرس والتكرار ينبغى أن يكون بقوة‬
‫ونشاط‪ ،‬وال يجهر جهرا يجهد نفسه كيال ينقطع عن التكرار‪ ،‬فخير األمور‬
‫أوسطها‪ .‬وحكى أن أبا يوسف رحمه هللا كان يذاكر الفقه مع الفقهاء بقوة ونشاط‪،‬‬
‫وكان صهره عنده يتعجب فى أمره ويقول‪ :‬أنا أعلم أنه جائع منذ خمسة أيام‪ ،‬ومع‬
‫‪.‬ذلك يناظر بقوة ونشاط‬
‫وينبغى أن ال يكون لطالب العلم فترة فإنها آفة‪ ،‬وكان أستاذنا شيخ اإلسالم برهان‬
‫الدين رحمه هللا يقول‪ :‬إنما غلبت شركائى بأنى ال تقع لى الفترة فى التحصيل‪.‬‬
‫وكان يحكى عن الشيخ األسبيجابى أنه وقع فى زمان تحصيله وتعلمه فترة اثنتى‬

‫‪7‬‬
‫ فخرج مع شريكه فى المناظرة [إلى حيث يمكنهما‬،‫عشرة سنة بانقالب الملك‬
‫اإلستمرار فى طلب العلم وظال يدرسانه معا] ولم يتركا الجلوس للمناظرة اثنتى‬
‫ فصار شريكه شيخ اإلسالم للشافعيين وكان هو شافعيا‬.‫عشرة سنة‬.
‫ ينبغى للمتفقه‬:‫وكان أستاذنا الشيخ القاضى اإلمام فخر اإلسالم قاضى خان يقول‬
‫أن يحفظ [كتابا] واحدا من [كتب] الفقه دائما فيتيسر له بعد ذلك حفظ ما سمع من‬
‫الفقه‬.
2. Terjemah Fasl Permulan Belajar dan Tata Tertibnya
Guru kita Syaikhul Islam Burhanuddin memulai belajar tepat Pada hari
rabu. Dalam hal ini beliau telah meriwayatkan sebuah hadist sebagai dasarnya,
dan ujarnya: Rasulullah saw bersabda: ” tiada lain segala sesuatu yang di mulai
pada hari rabu, kecuali akan menjadi sempurna.” Dan seperti ini pula yang
dikerjakan Abu Hanifah. Mengenai hadist di atas, beliau juga diriwayatkan dari
guru beliau Syaikhul Imam Qawamuddin Ahmad bin Abdur Rasyid. Saya
mendengar dari orang kepercayaanku, bahwa Syekh Abu Yusuf Al-Hamdani juga
menepatkan semua perbuatan bagus pada hari rabu. Demikianlah, karena pada
hari rabu itu Allah menciptakan cahaya, dan hari itu pula merupakan hari sial bagi
orang kafir yang berarti bagi orang mukmin hari yang berkah.

Mengenai tata tertib seberapa panjang yang baru dikaji, menurut


keterangan Abu Hanifah adalah bahwa Syaikh Qadli Imam Umar bin Abu Bakar
Az-Zanji berkata: guru-guru kami berkata: “sebaiknya bagi oarang yang mulai
belajar, mengambil pelajaran baru sepanjang yang kira-kira mampu dihapalkan
dengan faham, setelah diajarkannya dua kali berulang. Kemudian untuk setiap
hari, ditambah sedikit demi sedikit sehingga setelah banyak dan panjang pun
masih bisa menghapal dengan paham pula setelah diulanga dua kali. Demikianlah
lambat laun setapak demi setapak.

Apabila pelajaran pertama yang dikaji itu terlalu panjang sehingga para
pelajar memerlukan diulanganya 10 kali, maka untuk seterusnya sampai yang
terakhirpun begitu. Karena hal itu menjadi kebiasaan yang sulit dihilangkan
kecuali dengan susah payah.” Ada dikatakan: “pelajaran baru satu huruf,
pengulangannya seribu kali.” Sebaiknya dimulai dengan pelajaran-pelajaran yang
dengan mudah telah bisa di fahami. Syaikhul Islam Ustadz Syarifuddin Al-Uqaili
berkata; “Menurut saya, yang benar dalam masalah ini adalah seperti yang telah
dikemukakan oleh para guru kita. Yaitu untuk murid yang baru, mereka pilihkan
kitab-kitab yang ringkas/kecil. Sebab dengan begitu akan lebih mudah di fahami
dan di hapal, serta tidak membosankan lagi pula banyak terperaktekan. Sebaiknya

8
sang murid membuat catatan sendiri mengenai pelajaran-pelajaran yang sudah di
fahami hafalannya, untuk kemudian sering diulang-ulang kembali. Karena dengan
cara begitu, akan bermanfaat sekali. Jangan sampai menulis apa saja yang ia
sendiri tidak tahu maksudnya, karena hal ini akan menumpulkan otak dan
waktupun hilang dengan sia-sia belaka. Pelajar hendaknya mencurahkan
kemampuannya dalam memahami pelajaran dari sang guru, atau boleh juga
dengan cara diangan-angan sendiri, di fikir-fikir dan sering diulang-ulang sendiri.
Karena bila pelajaran yang baru itu hanya sedikit dan sering diulang-ulang sendiri,
akhirnyapun dapat dimengerti.

Orang berkata : “Hafal dua huruf lebih bagus daripada mendengarkan saja
dua batas pelajaran. Dan memahami dua huruf lebih baik daripada menghapal dua
batas pelajaran. Apabila seseorang telah pernah satu atau dua kali mengabaikan
dan tidak mau berusaha, maka menjadi terbisakan, dan menjadi tidak bisa
memahami kalimat yang tidak panjang sekalipun. Hendaknya pula, dengan
sungguh-sungguh memanjatkan do’a kepada Allah dan meratap serta meronta.
Allah pasti mengabulkan do’a yang di mohonkan, dan tidakmengabaikan orang
yang mengharapkan.

Sya’ir Imlak Al-Qadli Al-Khalil Asy-Syajarzi dibawakan kepada kami


oleh guru kami syaikh Qawamuddin Hammad bin Ibrahim bin ismail As-Shaffar,
sebagai berikut : Seorang pelajar seharusnya melakukan Mudzakarah (forum
saling mengingatkan), munadharah (forum saling mengadu pandangan) dan
mutharahah (diskusi).
Hal ini dilakukan atas dasar keinsyafan, kalem dan penghayatan serta
menyingkiri hal-hal yang berakibat negatif. Munadharah dan mudzakarah adalah
cara dalam melakukan musyawarah, sedang permusyawaratan itu sendiri
dimaksudkan guna mencari kebenaran. Karena itu, harus dilakukan dengan
penghayatan, kalem dan penuh keinsyafan. Dan tidak akan berhasil, bila
dilaksanakan dengan cara kekerasan dan berlatar belakang yang tidak baik.
Apabila di dalam pembahasan itu dimaksudkan untuk sekedar mengobarkan
perang lidah, maka tidak diperbolehkan menurut agama. Yang diperbolehkan
adalah dalam rangka mencari kebenaran. Bicara berbelit-belit dan membuat alasan
itu tidak diperkenankan, selama musuh bicaranya tidak sekedar mencari
kemenangan dan masih dalam mencari kebenaran.

Bila kepada Muhammad bin Yahya diajukan suatu kemuskilan yang beliau
sendiri belum menemukan pemecahannya, maka ia katakan : “pertanyaan anda
saya catat dahulu untuk kucari pemecahannya. Diatas orang berilmu, masih ada

9
yang lebih banyak ilmunya.” Faedah mutharahah dan mudzakarah itu jelas lebih
besar daripada sekedar mengulang pelajaran sendirian, sebab disamping berarti
mengulang pelajaran, juga menambah pengetahuan yang baru. Ada dikatakan :
“Sesaat mutharahah dilakukan, lebih bagus mengulang pelajaran sebulan. “Sudah
tentu harus dilakukan dengan orang yang insaf dan bertabiat jujur. Awas jangan
mudzakarah dengan orang yang sekedar mencari menang dalam pembicaraan
semata, lagi pula bertabiat tidak jujur. Sebab tabiat itu suka merampas, akhlak
mudah menjalar sedang perkumpulan pengaruhnya besar.

Syi’ir yang dibawakan oleh Khalil bin ahmad di atas, telah banyak
membawa petunjuk. Ada dikatakan : Pelajar hendaknya membiasakan diri
sepanjang waktu untuk mengangan-angan dan memikirkan. Karena itu, orang
berkata : “angan-anganlah, pasti akan kau temukan.” Tidak bisa tidak, agar
omongan tepat itu harus terlebih dahulu di angan-angan sebelum berbicara.
Ucapan adalah laksana anak panah, dimana tepat pada sasaran bila dibidikan
terlebih dahulu dengan mengangan-angan.

Dalam Ushul Fiqh ada dikatakan bahwa mengangan-angan adalah dasar


yang amat penting. Maksudnya, hendaklah ucapan ahli fiqh yang teliti itu terlebih
dahulu harus diangan-angan. Ada diaktakan : “Modal akal ialah ucapan yang tidak
sembarangan serta diangan-angan terlebih dahulu.” Lain orang berkata : Seluruh
waktunya dan dalam situasi bagaimanapun, pelajar hendaknya mengambil
pelajaran dari siapapun. Rasulullah saw bersabda: “Hikmah itu barang hilangnya
orang mukmin dimana asal ia temui supaya diambil juga.” Ada dikatakan:
“Ambillah yang jernih tinggalkanlah yang keruh.” Saya mendengar ucapan
Syaikhul Imam Ustadz Fakhrudin Al-Kasyani : “Adalah jariyah Abu Yusuf
menjadi amanat buat Muhammad, lalu kepada Muhammad bertanya: Adakah
sekarang saudari masih hafal sedikit tentang fiqh dari Abu Yusuf? Jawabnya : ah,
tidak tuan, hanya saya ketahui ia sering mengulang-ulang ilmunya dan pernah
berkata: “Saham daur itu gugur tak dapat bagian. “Dengan itu Muhammad lalu
menjadi hafal dan yang tadinya masalah saham daur terasa sulit bagi muhammad,
sekarang sudah terpecahkan. Akhirnya tahulah bahwa belajar itu bisa
dilaksanakan dari siapa saja.” Dikala kepada Abu Yusuf ditanyakan: “Dengan
apakah tuan memperoleh ilmu? beliau menjawab: “Saya tidak merasa malu
belajar dan tidak kikir mengajar”.

Ada ditanyakan kepada Ibnu Abbas ra : “dengan apakah tuan mendapat


ilmu?” beliau menjawab : “Dengan lisan banyak bertanya dan hati selalu
berpikir.”Adanya pelajar digelari dengan “Ma Taqulu” (Bagaimana
keteranganmu) sebab pada masa dulu mereka amat terbiasa untuk mengucapakan
“Bagaimana keterangan anda dalam masalah ini?” Hanya dengan banyak
mutharahah dan mudzakarah di kedainyalah, Abu Hanifah pedagang kain itu
menjadi alim fiqh. Melihat kenyataan tersebut, kita bisa tahu bahwa menuntut

10
ilmu dan fiqh itu bisa pula dilakukan bersama-sama dengan bekerja mencari uang.
Abu Hafsh Al-Kabir sendiri bekerja sambil mengulang-ulang pelajarannya
sendiri. Karena itu, apabila seorang pelajar harus juga mencarikan nafkah
keluarga dan segenap tanggungannya, bisalah kiranya di tengah-tengah keasyikan
bekerjanya itu sambil mempelajari sendiri pelajarannya dengan semangat dan
segiat mungkin. Orang yang kebetulan sehat badan dan pikirannya, tiada lagi
alasan baginya untuk tidak belajar dan tafaqquh sebab tidak ada lagi yang lebih
melarat daripada Abu Yusuf, tapi toh tidak pernah melupakan pelajarannya.
Apabila seseorang kebetulan kaya raya, alangkah bagusnya bila harta yang halal
itu di miliki orang shaleh. Ada ditanyakan kepada seorang yang alim “dengan apa
tuan mendapatkan ilmu?” lalu menjawabnya: “Dengan ayahku yang kaya. Dengan
kekayaan itu, beliau berbakti kepada ahli ilmu dan ahli keutamaan”.

Perbuatan seperti ini, berarti mensyukuri nikmat akal dan ilmu, yang hal
itu menyebabkan bertambahnya ilmu. ada dikatakan orang, bahwa Abu Hanifah
berucap: “Hanya saja kudapatkan ilmu dengan Bersyukur dan Hamdallah. Tiap-
tiap berhasil kufahami fiqh dan hikmah selalu saja kuucapkan Hamdalah. Dengan
cara itu, jadi berkembanglah ilmuku.” Demikianlah, pelajar harus menyatakan
syukurnya dengan lisan, hati, badan dan juga hartanya. Mengetahui/menyadari
bahwa kefahaman, ilmu dan taufik itu semuanya datang dari hadirat Allah Swt.
Memohon hidayahnya dengan berdo’a dan meronta, karena hanya Dialah yang
memberikan hidayah kepada siapa saja yang memohon.

Akhlul Haq yaitu Ahli Sunah Wal Jama’ah selalu mencari kebenaran dari
Allah yang maha benar, petunjuk, penerang yang memelihara, Maka Allahpun
menganugrahi mereka hidayah dan membimbing dari jalan yang sesat. Lain
halnya dengan ahli sesat, dimana ia membanggakan pendapat dan akal sendiri,
mereka mencari kebenaran berdasar akal semata, yaitu suatu makhluk yang
lemah. Merekapun lemah dan terhalangi dari kebenaran, serta sesat yang
menyesatkan, kerena akal itu tak ubahnya seperti pandangan mata yang tidak
mampu mencari segala yang ada secara menyeluruh.

Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa mengetahui dirinya sendiri, maka dia


mengetahui Tuhannya. “Artinya, siapa tahu kelemahan dirinya, maka akan
tahulah kebesaran kekuasaan Allah. Karena orang itu jangan berpegang dengan
diri dan akal sendiri, tapi haruslah bertawakal kepada Allah, dan kepadaNya pula
ia mencari kebenaran. Barang siapa bertawakal kepada Allah, maka akan
dicukupinya dan di bimbing ke jalan yang lurus.
Orang kaya jangan kikir, dan hendaklah mohon perlindungan kepada
Allah agar tidak kikir. Nabi saw bersabda: “Manakah penyakit yang lebih keras
daripada kikir? Bapaknya Syaikhul Imam Agung Syamsul Aimmah Al-Halwaniy
adalah seorang fakir penjual kue halwak. Bapak ini menghadiahkan beberapa biji

11
tersebut kepada fuqaha, dan katanya: “Kumohon tuan mendo’akan putraku.”
Demikianlah, sehingga atas berkah dermawan, I’tikad baik, suka rela dan
merontanya itu, sang putra mendapat kesuksesan cita-citanya. Dengan harta yang
dimiliki, hendaklah suka membeli kitab dan mengaji menulis jika diperlukan.
Demikian itu akan lebih memudahkan belajar dan bertafaqquh. Muhammad Ibnul
Hasan adalah seorang yang hartawan besar yang mempunyai 300 orang pegawai
yang mengurusi kekayaannya, toh suka membelanjakan sekalian kekayaannya
demi ilmu, sehingga pakaiannya sendiripun tiada yang bagus. Dalam pada itu,
Abu Yusuf menghaturkan sepotong pakaian yang masih bagus untuknya, namun
tidak berkenan menerimanya dan malah ujarnya: Untukmulah harta dunia, dan
untukku harta akherat saja. “Yang demikian itu sekalipun menerima hadiah
sendiri hukumnya sunnah, barangkali memandangnya dapat mencemarkan
dirinya. Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda: “Orang yang mencemarkan
dirinya sendiri, tidaklah termasuk ke dalam golongan kaum muslimin.”

Suatu hikayat, bahwa fakrul Islam Al-Arsyabandiy makan kulit-kulit


semangka yang dibuang orang, dimana ia kumpulkan sendiri dari tempat-tempat
yang sepi. Pada suatu ketika ada seorang jariyah yang mengetahuinya, lalu
melaporkan hal itu kepada tuannya. Maka setelah disediakan jamuan makan,
Fakhrul Islampun dimohon kehadirannya. Namun demi menjaga dirinya agar
tidak tercemar, beliau tidak berkenan menghadiri jamuan tersebut. Demikianlah,
sehingga para pelajar jangan sampai tama’ mengharapkan harta orang lain. Ia
hendaknya memiliki Himmah yang luhur. Nabi saw bersabda : “Hindarilah tama’
karena dengan tama’ berarti kemiskinan telah menjadi”. Tapi tuan juga jangan
kikir, sukalah membelanjakan hartanya untuk keperluan diri sendiri dan
kepentingan orang lain. Nabi saw bersabda : “Karena khawatir melarat, semua
manusia telah jadi melarat’.

Pelajar-pelajar dimasa dulu sebelum mempelajari ilmu agama, lebih


dahulu belajar bekerja, agar dengan begitu tidak tama’ mengharap harta orang
lain. Dalam kata hikmah disebutkan: “Barangsiapa mencukupi diri dengan harta
orang lain, berarti ia melarat.” Jika orang alim bersifat tama’, hilanglah nilai
ilmunya dan ucapannya tidak bisa dibenarkan lagi. Karena itu, Rasulullah saw
pembawa syareat berlindung diri dari sabdanya: “Aku berlindung diri kepada
Allah dari sifat tama’ yang membawa kepada tabiat jahat.” Tumpuan harapan
sang pelajar hanyalah kepada Allah, takutpun hanya kepadaNya. Sikap tersebut
bisa di ukur dengan melampaui batas-batas agama atau tidak. Barangsiapa takut
kepada sesama makhluk lalu ia mendurhakai Allah, maka berarti telah takut
kepada selain Allah. Tapi sebaliknya bila ia telah takut kepada makhluk namun
telah taat kepada Allah dan berjalan pada batas-batas syareat, maka tidak bisa
dianggap telah takut kepada selain Allah.

12
Ia masih dinilai takut kepada Allah. Begitu pula dalam masalah harapan
seseorang. Hendaknya (yang lebih efisien dan efektif untuk menghafalkan
pelajaran yaitu) : Pelajaran hari kemarin diulang 5 kali, hari lusa 4 kali hari
kemarin lusa 3 kali, hari sebelum itu 2 kali dan hari sebelumnya lagi 1kali. Suatu
cara yang efisien dan efektif untuk menghafalkan pelajaran yaitu : Pelajaran hari
kemarin diulang 5 kali, hari lusa 4 kali, hari kemarin lusa 3 kali, hari sebelum itu
2 kali, dan hari sebelumnya lagi satu kali. Seyogyanya pelajar tidak panik dan
kebingungan, sebab itu semua adalah afat.

Guru kita Syaikhul Islam Burhanuddin berkata: “Sesungguhnya saya dapat


melebihi teman-temanku adalah karana selama belajar tidak pernah merasa panik,
kendor dan kacau”. Hikayat menceritakan, bahwa Syaikh Al-Asbijabiy di masa
belajarnya mengalami masa jumud selama 12 tahun lantaran pergantian Raja.
Iapun pergi keluar negeri bersama seorang sahabatnya guna mengadakan
munadharah setiap hari di sana. Demikian munadharah dilakukan selama 12
tahun. Akhirnyapun sahabat tadi menjadi Syaikhul Islam beraliran madzhab
Syafi’I ikutan kaum syafi’iyyin. Guru kami Syaikh Qadli Imam Fakhrul Islam
Qadlikhan berkata: Bagi pelajar Fiqh, agar selalu hafal di luar kepala sebuah kitab
fiqh. Dengan begitu, akan lebih memudahkan dalam mnghafalkan ilmu fiqh yang
baru yang di dengarkan.

3. Isi Kandungan Matan Fasl Permulan Belajar dan Tata Tertibnya


kitab yang menjelaskan tentang adab atau etika pelajar dalam menuntut
ilmu. Kitab ini merupakan karya penelitian atas ulama-ulama sebelumnya yang
dianggap berhasil. Dalam kitab Ta‟lîm diterangkan tiga belas bab 3 agar berhasil
dalam mencari ilmu. Adapun isi kandungannya adalah sebagai berikut:

a. Bab tentang hakikat ilmu dan fiqih serta keutamaannya. Dalam bab ini
diterangkan panjang lebar tentang keutamaan orang yang memiliki ilmu
pengetahuan dibanding orang yang tidak memiliki ilmu. Dalam konteks
ke-Islaman mencari ilmu adalah kewajiban yang tidak bias ditawar
dimulai dari buaian sampai liang lahat. Mencari ilmu wajib bagi muslim
dan muslimat. Perlu digaris bawahi bahwa dalam bab ini kewajiban
yang paling utama mencari ilmu adalah ilmu agama. Kemudian setelah
meiliki ilmu diwajibkan orang tersebut memahami fiqh dengan
mendalam.

b. Bab tentang niat di waktu belajar. Dalam bab ini, mencari ilmu harus
diniati dengan niat yang baik sebab dengan niat itu dapat mengantarkan
pada pencapaian keberhasilan. Niat yang sungguh-sungguh dalam
mencari ilmu dan keridaan Allah akan mendapatkan pahala. Dalam
mencari ilmu tidak diperkenankan niat mendapatkan harta banyak.

13
c. Bab tentang memilih ilmu, guru dan teman. Dalam bab ini diterangkan
bagaimana memilih ilmu, bagaimana cara memilih guru, dan teman
karena hal tersebut bisa mempengaruhi kehidupan peserta didik.

d. Bab tentang menghormati ilmu dan ahlinya. Bab ini menerangkan


bahwa memuliakan guru adalah paling utama dibanding memuliakan
yang lain. Sebab dengan gurulah manusia dapat memahami tentang
hidup, dapat membedakan antara yang hak dan batil. Memuliakan tidak
terbatas pada sang guru namun seluruh keluarganya juga harus
dimuliakan.

e. Bab tentang tekun, kontinuitas dan minat cita-cita. Bab ini menerangkan
bahwa orang yang mencari ilmu itu harus bersungguh-sungguh dan
kontinyu. Orang yang mencari ilmu tidak boleh banyak tidur yang
menyebabkan banyak waktu terbuang sia-sia, dan dianjurkan banyak
waktu malam yang digunakan belajar. Untuk memperoleh ilmu yang
berkah harus menjauhi maksiat.

f. Bab tentang permulaan, ukuran dan tata tertib belajar. Dalam bab ini
diterangkan bahwa permulaan dalam mencari ilmu yang lebih utama
adalah hari Rabu. Kemudian ukuran dalam belajar sesuai dengan kadar
kemampuan seseorang dan dalam belajar harus tertib artinya harus
diulang kembali untuk mengingat pelajaran yang telah diajarkan.

g. Bab tentang tawakal. Dalam bab ini diterangkan bahwa setiap pelajar
hendaknya selalu bertawakal selama dalam mencari ilmu. Selama
dalam mencari ilmu jangan sering disusahkan mengenai rezeki, hatinya
jangan sampai direpotkan memikirkan masalah rezeki. Dalam belajar
harus diimbangi dengan tawakal yang kuat.

h. Bab tentang masa belajar yang efektif. Dalam bab ini diterangkan
bahwa waktu menghasilkan ilmu tidak terbatas, yaitu mulai masih
dalam ayunan bayi sampai ke liang lahat kubur, dan waktu yang utama
untuk belajar adalah waktu sahur menjelang subuh, dan antara magrib
dan Isya‟.

i. Bab tentang kasih sayang dan nasihat. 1 Dalam bab ini diterangkan bahwa
orang yang berilmu hendaklah mempunyai sifat belas kasihan kalau
sedang memberi ilmu. Tidak dibolehkan mempunyai maksud jahat dan

1
https://text-id.123dok.com/document/eqo5w81my-kandungan-kitab-ta-lim-al-muta-
allim.html#:~:text=Isi%20kandungannya%20Kitab%20Ta'l%C3%AEm,etika%20pelajar%20dalam%
20menuntut%20ilmu.&text=Perlu%20digaris%20bawahi%20bahwa%20dalam,tersebut%20mema
hami%20fiqh%20dengan%20mendala diakses 01 maret 2021

14
iri hati, sebab sifat itu adalah sifat yang membahayakan dan tidak ada
manfaatnya.

j. Bab tentang mencari faedah. Dalam bab ini diterangkan bahwa dalam
mencari ilmu dan mendapatkan faedah adalah agar dalam setiap waktu
dan kesempatan selalu membawa alat tulis pulpen dan kertas untuk
mencatat segala yang didengar, yang berhubungan dengan faedah ilmu.

k. Bab tentang wara ’ ketika belajar. Dalam bab ini diterangkan bahwa
sebagian dari wara’ adalah menjaga diri dari kekenyangan, terlalu
banyak tidur, terlalu banyak bicara membicarakan sesuatu yang tidak
ada manfaatnya dan sedapat mungkin menjaga jangan sampai memakan
makanan pasar.

l. Bab tentang faktor penyebab hafal dan lupa dalam belajar. Dalam bab ini
diterangkan bahwa yang menyebabkan mudah hafal adalah bersungguh-
sungguh dalam belajar, rajin, tetap, mengurangi makan dan
mengerjakan salat malam. Adapun yang menyebabkan mudah lupa
adalah maksiat, banyak dosa, susah, dan prihatin memikirkan perkara
dunia.

m. Bab tentang faktor yang mendatangkan dan penghalang rezeki serta


faktor penyebab panjang dan pendek umur. Dalam bab ini diterangkan
bahwa sabda Rasulullah “Tidak ada yang mampu menolak takdir
kecuali doa. Dan tidak ada yang bisa menambah umur, kecuali berbuat
kebaikan. Orang yang rezekinya sial sempit, disebabkan dia melakukan
dosa”.

Kemudian yang menyebabkan kefakiran adalah tidur telanjang, kencing


telanjang, makan dalam keadaan junub, dan sebagainya. Kemudian sesuatu yang
dapat menambah umur adalah berbuat kebaikan, tidak menyakiti hati orang lain,
memuliakan orang tua.Penampilan Materi Dari segi logika, penampilan materinya
bisa dikatakan baik, hal ini dapat dibuktikan dengan urutannya sebagai berikut:
setelah basmalah, hamdalah dan shalawat secukupnya, kemudian menyebutkan
judul kitab yang sesuai dengan isinya yang diabstraksikan sebelumnya. Sebelum
itu pula dikemukakan alasan penyusunannya. Kemudian menampilkan keutamaan
dan pengertian ilmu, hukum mempelajarinya sampai kepada bagaimana cara
mengagungkan ilmu.

Materi yang dibahas di dalam kitab Ta’lîm al-Muta’allim mencakup semua


hal yang dibutuhkan oleh para santri dalam menuntut ilmu yang bermanfaat.
Ayat-ayat al- Qur‟an dan hadis-hadis Nabi saw yang menjelaskan tentang
pentingnya menuntut ilmu dipaparkan oleh al-Zarnûjî dengan bahasa yang mudah
dipahami dan gamblang. Ujaran-ujaran sahabat dan petuah- petuah para salaf

15
saleh juga menghiasi lembaran-lembaran kitab ini sehingga dapat dijadikan
semacam catatan penting atau petunjuk bagi para santri agar meraih ilmu yang
bermanfaat. Tidak jarang al-Zarnûjî juga menyampaikan saran-saran berharga
bagi para pelajar serta menyarikan nasihat-nasihat bijak dari para salaf saleh
tersebut.

Segi Kebenaran Isinya Kitab Ta’lîm al-Muta’allim adalah kitab adab


bukan kitab hukum, artinya penekanannya bukan pada masalah salah d an benar
atau shahih dan dha‟if. Kitab ini menjelaskan adab atau etika yang membawa
kesuksesan orang menuntut ilmu. Akan tetapi apa yang disampaikan oleh al-
Zarnûjî, selain mendapatkan apresiasi yang tinggi juga tak dapat dimungkiri ada
beberapa kritik dan saran yang diajukan kepada kitab Ta’lîm al-Muta’allim, antara
lain: kitab tersebut kurang menumbuhkan minat dan gairah belajar serta tidak
memberikan ruang bagi perbedaan pendapat antara guru dan murid. Dalam kitab
tersebut, murid sepertinya harus ikut kepada guru dan tidak boleh mengkritiknya.

Kemudian kita bisa melihat, misalnya komentar Dr. Fuad al-Ahnawi


sebagai berikut: Nilai buku kecil ini Ta’lîm al-Muta’allim menurut saya tidaklah
tinggi. Formatnya kecil menyerupai satu pasal tentang pendidikan dalam kitab-
kitab fiqih. Penulisnya tidak ada membawa soal-soal yang baru. Dia hanya
menulis hal-hal yang sudah umum diketahui, dan pendapatnya diselingi dengan
hikayat-hikayat, syair-syair dan matsal-matsal. Dia memberi konsumsi kepada
masyarakat awam mengenai masalah iktiqadiyah dengan pemikiran-pemikiran
imajinatif waham-waham yang tidak mempunyai dasar ilmiyah. Mengenai hal-hal
yang menghambat rezeki, penulis mengatakan suatu yang tidak patut bagi seorang
ulama. Di antara yang menghambat rezeki itu dia mengatakan “menyapu rumah di
malam hari, membakar kulit bawang, bersisir dengan sisir patah dan lain- lain.”

Sebab dapat saja saya mengatakan: untuk membentuk generasi penerus


yang terdidik lagi bertakwa kepada Allah swt belum ada pedoman khususnya
selain kitab Ta’lîm al-Mutaalim. 7 Terlepas dari pro dan kontra di atas, kita tetap
harus memberikan apresiasi yang tinggi terhadap al-Zarnûjî lewat kitab Ta’lîm-
nya karena tujuan dari beliau menulis kitab tersebut semata-mata karena ingin
mengungkapkan bagaimana cara yang sepantasnya bagi seorang pelajar dalam
mencari ilmu. Akan tetapi hal ini perlu kita kaji kembali dan disesuaikan dengan
kontekas pendidikan masa kini khususnya di Indonesia.

16
4. Dasar Al-Quran dan Hadist fasl Permulan Belajar Dan Tata Tertibnya.

“bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia


telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.”
Dari surah al-alaq ayat 1-5 dijelaskan bahwasanya keutamaan
dalam belajar yakni kuncinya adalah iqra’. Nabi Muhammad SAW tidak
bisa menulis dan membaca, maka Allah menurunkan Ayat ini “Iqra’ ya
Muhammad”. Lalu Nabi Muhammad menjawab “apa ya Allah”? “iqra”
sampai diulang 3 kali. Lalu Nabi Muhammad mulai mengngeja dalam
bahasa modern saat ini “Iqra’ Bismi robbikalladzi kholaq” saat itu lah
wahyu pertama Nabi Muhammad diturunkan di Bumi ini dan sampai
sekarang.2
Diriwayatkan dari Syaikhul Islam burhanuddin bahwa Rasulullah
SAW Bersabda :

‫ ما من شيئ بدئ يوم األربعاء إال وقد تم‬:‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬:
‫ وكان يروى هذا الحديث عن أستاذه الشيخ اإلمام األجل‬.‫وهكذا كان يفعل أبى‬
‫قوام الدين أحمد بن عبد الرشيد رحمه هللا‬
‫ كان يوقف كل‬،‫ أن الشيخ يوسف الهمذانى رحمه هللا‬،‫وسمعت ممن أثق به‬
‫عمل من الخير على يوم األربعاء‬
“Tiada lain segala sesuatu yang dimulai pada hari rabu kecuali akan
benar-benar menjadi sempurna”
Dan seperti ini pula yang dikerjakan Abu Hanifah. Mengenai hadist di
atas, beliau juga diriwayatkan dari guru beliau Syaikhul Imam
Qawamuddin Ahmad bin Abdur Rasyid. Saya mendengar dari orang
kepercayaanku, bahwa Syekh Abu Yusuf Al-Hamdani juga menepatkan
semua perbuatan bagus pada hari rabu.

2
Lillah, M. Fathu, Ta’lim Muta’allim Kajian Dan Analisis Serta Dilengkapi Tanya Jawab. Kediri:
Santri Salaf Press,2015.

17
5. Perbandingan Dengan Teori Pendidikan
Penekanan belajar dan pembelajaran terletak pada hubungan guru dan
murid, seperti yang di tegaskan oleh imam al ghazali yakni pendidikan yang
bermuara pada moral peserta didik, serta metode-metode khusus pengajaran bagi
anak-anak. Itu semuanya dalam pandangan psikologi yang mengarah pada paham
behavioral deketahui dengan adanya keteraturanyang harus di lakukan oleh
seorang pengajar dan peserta didik dariulasan-ulasan yang disampaikan oleh para
tokoh pemikir islam tadi, dan dalam hal-hal yang baru dalam proses belajar dan
pembelajaran itu dianggap perlu adanya penilaian-penilaian yang lebih terhadap
penilaian moral dan etika. Imam zarmuji menyajikan basis moral dalam karyanya
yakni ta’lim muta’alim walaupun banyak yang mengkritik atau
mempermasalahkan tentang ta’lim dalam pendidikan karena lemahnya dalam sisi
metodologi, tapi kita yakin imam zamruji tidak menginginkannkematian yang
dinamika dalam pendidikan. Ta’lim adalah sebuah jawaban ketika pendidikan kita
dalam proses belajar dan pembelajaran sudah tidak memiliki moral yang mapan.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
a) Kitab Ta’lim Muta’allim sebagai metode pengajaran adalah sesuai dengan
metode pembelaharan modern.

b) Pembelajaran yang dikandungnya meliputi: aspek spiritual dan material;


atau meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan afektif.

c) Menekankan moral agama Islam, baik yang berhubungan dengan Sang


Khaliq maupun dengan makhluk.

B. Saran
a) Kitab Ta’lim Muta’allim hendaklah dimodernisasi penulisannya, agar
dapat diterima di kalangan umum.

b) Hadits-hadits yang terdapat di dalamnya perlu dikaji ulang tentang


keshahihannya

c) Hendaklah ada mahasiswa yang mengangkat kitab ta’lim untuk dijadikan


disertasi doctor.

19
DAFTAR PUSTAKA
Lillah, M. Fathu, Ta’lim Muta’allim Kajian Dan Analisis Serta Dilengkapi Tanya
Jawab. Kediri: Santri Salaf Press,2015.

https://text-id.123dok.com/document/eqo5w81my-kandungan-kitab-ta-lim-al-
muta-
allim.html#:~:text=Isi%20kandungannya%20Kitab%20Ta'l%C3%AEm,eti
ka%20pelajar%20dalam%20menuntut%20ilmu.&text=Perlu%20digaris%
20bawahi%20bahwa%20dalam,tersebut%20memahami%20fiqh%20denga
n%20mendalam.

https://m.facebook.com/nt/screen/?params=%7B%22note_id%22%3A649742195
686837%7D&path=%2Fnotes%2Fnote%2F&__tn__=%2As-R

20

Anda mungkin juga menyukai