Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : Irwan Budyarsana


……………………………………..............

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 041950471


………………………………………..........

Kode/NamaMataKuliah : HKUM4403/Ilmu Perundang-Undangan


………………………………………………

Kode/NamaUPBJJ : UPBJJ : 86 / Ambon


………………………………………………

MasaUjian : 2020/21.1 (2020.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAAN UNIVERSITAS TERBUKA
No Soal
1 Pakar: Idealnya, Presiden Keluarkan Perppu Pilkada...
JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar Hukum Tata Negara Zainal Arifin Mochtar menyebut, idealnya,
aturan tentang protokol kesehatan di Pilkada 2020 diatur dalam undang-undang. Atau setidak-tidaknya,
apabila waktu tak mencukupi untuk revisi UU, Presiden bisa menerbitkan peraturan pemerintah
pengganti undang-undang ( Perppu). Hal ini Zainal sampaikan merespons langkah Komisi Pemilihan
Umum ( KPU), pemerintah, dan DPR yang sepakat melanjutkan pilkada di tengah pandemi, dengan
merevisi PKPU Nomor 10 Tahun 2020 tentang Pilkada dalam kondisi bencana non-alam. "Kalau kita
mau bicara soal idealnya itu harusnya undang-undang diubah, harusnya presiden mengeluarkan Perppu,"
kata Zainal saat dihubungi Kompas.com, Kamis (24/9/2020). Zainal mengatakan, apabila aturan protokol
kesehatan hanya diatur di PKPU, bukan tidak mungkin muncul kerancuan antara Undang-Undang
Pilkada dengan PKPU itu sendiri. Dalam situasi ini, undang-undang dipandang peraturan umum yang
berlaku untuk keadaan biasa. Sementara PKPU berlaku untuk keadaan khusus. "Ini bentuk selemah-
lemahnya sebenarnya yang bisa dilakukan, karena paling baik tentu adalah undang-undang diubah.
Artinya kita membiarkan ada kerancuan antara undang-undang dengan Peraturan KPU," ujar dia. Selain
rancunya aturan, lanjut Zainal, apabila ketentuan protokol kesehatan hanya diatur di PKPU, ketentuan itu
menjadi rawan digugat. Apalagi, aturan yang tertuang dalam PKPU bertentangan dengan Undang-
Undang Pilkada. Zainal mengingatkan polemik yang terjadi sekitar akhir tahun 2018 ketika KPU hendak
melarang mantan napi korupsi mencalonkan diri di Pemilu Legislatif melalui PKPU Pencalonan. Meski
aturan dalam PKPU tersebut didukung oleh masyarakat, Mahkamah Agung (MA) pada akhirnya
membatalkan bunyi ketentuan tersebut lantaran dinilai bertentangan dengan UU Pilkada. Menurut Zainal,
hal yang sama bisa saja terjadi pada PKPU Pilkada dalam kondisi bencana non-alam. "Tidak ada jaminan
tidak digugat ya, bisa jadi siapa tahu ada orang mau gugat," katanya. Diberitakan, KPU menerbitkan
Peraturan KPU (PKPU) Nomor 13 Tahun 2020 tentang Pilkada Serentak Lanjutan dalam Kondisi
Bencana Non-alam Covid-19 pada 23 September 2020. PKPU tersebut merupakan bentuk perubahan
kedua atas PKPU Nomor 6 Tahun 2020. Revisi PKPU ini merupakan tindak lanjut dari kesepakatan
antara Komisi II DPR RI bersama pemerintah dan penyelenggara pemilu. Padahal, sebelumnya,
pemerintah sempat mempertimbangkan penerbitan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (
Perppu). Adapun Pilkada 2020 digelar di 270 wilayah di Indonesia, meliputi 9 provinsi, 224 kabupaten,
dan 37 kota. Hari pemungutan suara pilkada rencananya akan digelar serentak pada 9 Desember.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pakar: Idealnya, Presiden Keluarkan Perppu
Pilkada...", Klik untuk baca: https://nasional.kompas.com/read/2020/09/24/20572221/pakar-idealnya-
presiden-keluarkan-perppu-pilkada.

Mekanisme pengajuan PERPPU menjadi UU dan bagaimana kedudukan Peraturan Pemerintah Penganti
Undang-Undang (PERPPU) bila tidak mendapatkan persetujuan DPR:
Pembentukan sebuah Undang-Undang memerlukan waktu yang cukup lama karena harus melalui
pembahasan antara pemerintah dengan DPR, sedangkan dalam terdapat kegentingan yang memaksa, yang
penanganannya memerlukan peraturan setingkat Undang-Undang, lamanya proses pembentukan sebuah
Undang-Undang akan berakibat pada keterlambatan penanganan masalah tersebut. Dalam hal ini,
perumus Undang-Undang Dasar 1945 mengonstruksikan PERPU yang dapat dibuat relatif lebih cepat
daripada Undang-Undang dan kewenangan pembentukannya diserahkan kepada Presiden.
PERPU yang telah ditetapkan Presiden harus segera diajukan kepada DPR untuk mendapatkan
persetujuan pada persidangan yang berikut. Pengajuan PERPU tersebut dilakukan dalam bentuk
pengajuan rancangan Undang-Undang tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti Undang-
Undang menjadi Undang-Undang. Dalam hal DPR tidak memberikan persetujuannya maka PERPU harus
segera dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Sebaliknya, jika PERPU mendapatkan persetujuan DPR
maka PERPU ditetapkan menjadi Undang-Undang.

Kedudukan Peraturan Pemerintah Penganti Undang-Undang (PERPPU) bila tidak mendapatkan


persetujuan DPR adalah PERPU harus segera dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

2 Baleg Setujui Harmonisasi RUU Pendidikan Kedokteran


Badan Legislasi (Baleg) DPR RI menyetujui harmonisasi Rancangan Undang-Undang (RUU) Pendidikan
Kedokteran dibawa dalam Rapat Paripurna untuk dilanjutkan pembahasannya ke tingkat I. "Saya
meminta persetujuan pada semua anggota dan Pimpinan Baleg DPR RI, apakah RUU Pendidikan
Kedokteran bisa disetujui?" kata Ketua Baleg DPR RI Supratman Andi Agtas dalam Rapat Pleno Baleg
secara fisik dan virtual, Senin (11/5/2020). Dalam rapat tersebut, sebanyak delapan fraksi memberikan
persetujuannya melalui pandangan mini fraksi dengan berbagai catatan. Sementara, Fraksi Demokrat
tidak memberikan pandangan fraksinya. "Dengan demikian, delapan fraksi setuju ini diputuskan. Satu
Fraksi tidak memberikan pendapat, yakni Fraksi Partai Demokrat. Dengan demikian saya ingin minta
persetujuan sekali lagi pada semua Anggota Badan Legislasi dan seluruh Pimpinan. Apakah RUU tentang
Pendidikan Kedokteran ini bisa kita setujui?," tanya Supratman disambut ketok palu tanda persetujuan.
Adapun, substansi RUU tentang Pendidikan Kedokteran yang mengemuka dalam pengharmonisasian,
pembulatan dan pemantapan konsepsi yang disepakati dalam rapat Pleno Baleg bersama pengusul dari
Fraksi NasDem, antara lain: Perbaikan judul RUU dari Sistem Pendidikan Kedokteran menjadi RUU
Pendidikan Kedokteran. Selanjutnya, Pendidikan Kedokteran merupakan subsistem dari sistem
Pendidikan Nasional yang tidak terpisah dengan Sistem Kesehatan Nasional dan Sistem Ketahanan
Nasional. Dalam pandangan mini fraksinya, Anggota Baleg DPR RI Ary Egahni Ben Bahat mengatakan
secara substansi RUU Pendidikan memuat seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan kedokteran di
Indonesia. Politisi dari Fraksi NasDem ini menyakini RUU tersebut dapat menghasilkan Sumber Daya
Manusia (SDM) di bidang kedokteran dan dokter gigi yang berkualitas untuk mengabdi kepada bangsa
untuk memenuhi pembangunan nasional. Selain itu, diharapkan SDM kedokteran dapat menerapkan
perkembangan teknologi kedokteran dan mampu menerapkan bio teknologi, dan kecerdasan buatan.
"Kami menyetujui untuk RUU Pendidikan Kedokteran dibawa ketahap selanjutnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku," tandas Ary. (ann/es)
Sumber
http://www.dpr.go.id/berita/detail/id/28717/t/Baleg+Setujui+Harmonisasi+RUU+Pendidikan+Kedokteran

Yang dimaksud dengan pengharmonisasian dan pemantapan Rancangan Undang-Undang adalah:


Menteri hukum dan HAM mengkoordinasikan pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan
konsepsi rancangan undang-undang. Rancangan Undang-Undang yang telah disepakati dalam panitia
antar kementrian disampaikan oleh pemrakarsa kepada Menteri hukum dan HAM dan harmonisasi
konsepsi dan teknik perancangan peraturan perundang-undangan. Dalam pengharmonisasian,
pembulatan, dan pemantapan konsepsi rancangan Undang-Undang yang dikoordinasikan oleh Menteri
hukum dan HAM tersebut juga diselesaikan perbedaan yang terdapat dalam pertimbangan yang
disampaikan oleh menteri dan lembaga yang terkait.
Apabila upaya penyelesaian perbedaan yang terdapat dalam pertimbangan Menteri/Lembaga terkait tidak
memberikan hasil, Menteri hukum dan HAM melaporkan secara tertulis permasalahan tersebut kepada
Presiden untuk memperoleh keputusan. Perumusan ulang rancangan Undang-Undang dilakukan oleh
pemrakarsa bersama-sama dengan Menteri hukum dan HAM.

3 Ketentuan-ketentuan yang ada dalam batang tubuh sebuah peraturan perundang-undangan ?


1. Ketentuan umum
Diletakkan pada bab pertama, atau pasal-pasal pertama dalam peraturan Perundang-undangan. Dalam
kelompok ketentuan ini dimuat ketentuan-ketentuan seperti:
a. definisi atau pengertian dari kata;
b akronim, singkatan, atau penyebutan singkat atas nama; dan
c. hal-hal umum yang berlaku bagi ketentuan-ketentuan pengaturan dalam batang tubuh, misalnya
asas, tujuan, atau ruang lingkup.
2. Ketentuan materi
Ketentuan materi diletakkan setelah ketentuan umum. Berbeda dengan kelompok ketentuan-ketentuan
lainnya, ketentuan materi merupakan ketentuan operasional yang terutama mengandung peraturan-
peraturan yang memerintahkan, melarang, atau mengijinkan para pihak yang dituju untuk berperilaku
sebangaimana yang ditepakan.
3. Ketentuan pidana
Ketentuan pidana ditempatkan setelah ketentuan materi. Ketentuan ini tidak mutlak ada mengingat
bahwa ketentuan pidana tidak selalu diperlukan bagi suatu peraturan Perundang-undangan maka
ketentuan ini tidak mutlak ada di dalam suatu Perundang-undangan.
4. Ketentuan peralihan
Ketentuan peralihan mengatur mengenai penyesuaian terhadap keadaan dan hubungan hukum yang
telah ada atau sedang berlangsung pada saat mulai berlakunya peraturan Perundang-undangan yang
bersangkutan.
5. Ketentuan penutup
Ketentuan penutup merupakan kelompok ketentuan terakhir dari bagian batang tubuh peraturan
perundang-undangan. Ketentuan ini terutama memuat pengaturan mengenai pengaruh peraturan
Perundang-undangan yang bersangkutan terhadap peraturan Perundang-undangan yang telah ada, dan
saat mulai berlakunya peraturan perundang-undangan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai