Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TEKNIK TEKNIK MANAJEMEN RESIKO


Dosen pengampu: ridho rafqi ilhamalimy, SE.,MM,

Disusun oleh:
Kelompok 5
1. Opan David Gandi (20301004)
2. Yuli Agustina (20301019)
3. Dwi Rahayu Maulani P (20301034)
4. Nurul Madani Liausoffa (20301009)

FAKULTAS BUDAYA,MANAJEMEN DAN BISNIS (FBMB)


UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA (UNDIKMA) TAHUN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah-Nya penulis dapat

menyelesaikan makalah manajemen resiko ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa

tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw. yang telah menunjukkan kepada

kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta

rahmat bagi seluruh alam semesta.

Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang berjudul

“TEKNIK TEKNIK MANAJEMEN RESIKO”. Di samping itu, saya mengucapkan banyak

terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama pembuatan makalah

ini.

i
DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR .......................................................................................................i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ....................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH ...............................................................................1

C. TUJUAN .........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Bagaimana Pngendalian Risiko Risk (Risk Control) ? ...................................3

B. Bagaimana Menghindari Risikon Ris ? ..........................................................6

C. Bagaimana Pemisahaan risiko risk ? ..............................................................7

D. Bagaimana Pooling Atau Kombinasi dalam risiko risk ? ...............................7

E. Bagaimana Pemindahan risiko risk ? ..............................................................8

F. Bagaimana Pembiayaan Risiko (Risk Financial) ? .........................................8

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ............................................................................................11

B. SARAN .........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. RUMUSAN MASALAH

Risiko berhubungan dengan ketidak pastian ini terjadi karena kurang atau

tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak

pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Menurut Wideman,

ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal dengan

istilah peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan akibat

yang merugikan disebut dengan istilah resiko (risk). Dalam beberapa tahun terakhir,

manajemen resiko menjadi trend utama baik dalam perbincangan, praktik, maupun

pelatihan kerja. Hal ini secara konkret menunjukkan pentingnya manajemen resiko

dalam bisnis pada masa kini.

Secara umum resiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi

seseorang atau perusahaan di mana terdapat kemungkinan yang merugikan.

Bagaimana jika kemungkinan yang dihadapi dapat memberikan keuntungan yang

sangat besar, dan walaupun mengalami kerugian sangat kecil sekali. Misalnya

membeli lotere. Jika beruntung maka akan mendapat hadiah yang sangat besar, tetapi

jika tidak beruntung uang yang digunakan membeli lotere relatif kecil. Apakah ini

juga tergolong resiko? Jawabannya adalah hal ini juga tergolong resiko. Selama

mengalami kerugian walau sekecil apapun hal itu dianggap resiko.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Pengendalian Resiko Risk (Risk Control) ?
2. Bagaimana Menghindari Resiko Risk ?
3. Bagaimana Pemisahan Dari Resiko Risk ?
4. Bagaimana Pooling Atau Kombinasi Dari Resiko Risk ?

1
5. Bagaimana Pemindahan Risiko Risk Terjadi ?
6. Bagaiamana Pembayaran Risiko (Risiko Financial) ?
C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Pengendalian Risiko Risk (Risk Control)
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Menghindari Risiko Risk
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Pemisahaan Dari Risiko Risk
4. Untuk Mengeetahui Pooling Atau Kombinasi Dari Risiko Risk
5. Untuk Mengetahui Pemindahan Risiko Risk
6. Untuk Mengetahui Pembayaran Risiko (Risiko Financial)

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGENDALIAN RISIKO RISK (RISK CONTROL)

Untuk risiko yang tidak bisa dihindari, organisasi perlu melakukan pengendalian
risiko. Dengan menggunakan dua dimensi, probabilitas dan severity, pengendalian
risiko bertujuan untuk mengurangi probabilitas munculnya kejadian, mengurangi
tingkat keseriusan (severity), atau keduanya.
Agar bisa mengendalikan risiko lebih baik, pemahaman terhadap karateristik risiko
diperlukan. Dalam upaya memahami risiko tersebut ada beberapa teori yang ingin
menelusuri penyebab munculnya risiko. Dua teori dibicarakan dalam bagian ini
yaitu teori domino dan teori rantai risiko (lihat juga Bab 4 mengenai identifikasi dan
pengukuran risiko).

1. Teori Domino (Heinrich, 1959)


Menurut teori ini, kecelakaan bisa dilihat sebagai urutan tahap seperti digambarkan
dalam kartu domino berikut ini. Jika satu kartu jatuh, maka akan mendorong kartu
kedua jatuh, dan seterusnya sampai kartu domino terakhir jatuh (ingat permainan
merubuhkan deretan kartu domino

Ada lima tahap yang merupakan rangkaian kecelakaan, yaitu :

1.      Lingkungan sosial dan faktor bawaan yang menyebabkan seseorang


berperilaku tertentu (misal mempunyai temperamen tinggi sehingga gampang
marah)

2.      Personal fault (kesalahan individu), dimana individu tersebut tidak


menpunyai respon yang tepat (benar) dalam situasi tertentu

3.      Unsafe act or physical hazard (tindakan yang berbahaya atau kondisi fisik
yang berbahaya)

4.      Kecelakaan

3
5.      Cidera.

Sebagai contoh adalah kecelakaan kerja yang di alami seseorang. Misalkan orang
itu mempunyai temperamen tinggi karena tumbuh dewasa di lingkungan keras
( factor pertama). Kemudian orang tersebut tidak mendengarkan saran orang lain
atau tidak suka memperhatikan kondisi sekitarnya (factor kedua). Kemudian orang
tersebut bekerja di lingkungan mesin atau bangunan yang rentan terhadap
munculnya resiko kecelakaan kerja (factor ketiga). Tiga factor tersebut cukup
potensial untuk memmunculkan terjadinya kecelakaan. Misalkan kecelakaan
terjadi,  dan orang tersebut ( dan barangkali orang lain di sekitar) mengalami
cidera.

2. Rantai Risiko (Risk Chain)

Menurut Mekhofer, 1987 ,risiko yang muncul bias di pecah kedalam beberapa
komponen :

1.      Hazard (kondisi yang mendorong terjadinya risiko)

2.      Lingkungan di mana hazard   tersebutberada

3.      Interaksi antara hazard   dengan lingkungan

4.      Hasil dari interaksi

5.      Konsekuensi dari hasil tersebut

Sebagai contoh, di gudang yang banyak bahan mudah terbakar  (missal kertas)
terdapat kompor dengan menggunakan minyak tanah. Gudang adalah
lingkungannya, sedangkan kompor tersebut adalah hazard. Kompor dengan
menggunakan minyak tanah meningkatkan resiko kebakaran (hazard). Interaksi
antar gudang dengan kompor didalamnya akan semakin meningkatkan resiko
kebakaran, sehingga suatu saat terjadi kebakaran (factor keempat). Konsekuensi
dari kebakaran tersebut adalah kerugian yang sangat signifikan

Dengan melihat komponen resiko tersebut, manajer resiko bias mnegatasi resiko
malalui cara menghilangkan hazard. Dalam contoh diatas, kompor minyak tanah
bias di ganti dengan kompor listrik.  Lingkungan bias di buat lebih tahan terhadap
munculnya resiko, misalnya dengan menyingkirkan bahan-bahan yang mudah
terbakar. Dengan kompor listrik dan lingkungan yang bersih dari bahan yang

4
mudah terbakar, interaksi antara keduanya menjadi lebih kecil kemungkinan untuk
terjadi. Konsekuensi dari hasil ( kebakaran dalam hal ini ) yang berupa kerugian
bias dikurangi missal dengan membuat tembok lebih tahan api., sehingga
kebakaran pada ruang tersebut tidak akan mudah menjalar keruang lainnya.

3. Fokus dan Timing PengendalianResiko

            a. Focus PengendalianResiko

Pengendalian resiko bisa difokuskan pada usaha mengurangi


kemungkinan (probability),  munculnya resiko dan mengurangi keseriusan
(severity), konsekuensi resiko tersebut. Sebagai contoh mengganti kompor minyak
tanah dengan kompor listrik bisa mengurangi kemungkinan mengurangi resiko
kebakaran. Memakai peralatan pengaman selama bekerja bisa mengurangi resiko
terjadinya kecelakaan kerja.

Sebaliknya, memasang alat pemadam kebakaran di gedung merupakan suatu usaha


untuk mengirangi keseriusan resiko. Perhatikan bahwa alat pemadam kebakaran
tidak mencegah terjadinya kebakaran, tetapi kebakaran bisa dengan cepat di
padamkan, sehingga kerugian akibat kebakaran tersebut bisa diminimalkan.
Memasang airbag  (kantong udara) di mobil merupakan contoh untuk
mengurangi severity kecelakaan mobil. Perhatikan bahwa kantong udara tersebut
tidak mencegah terjadinya kecelakaan.

Pemisahan (separation)  dan duplikasi (duplivation) merupakan dua bentuk umum


metode untuk mengurangi keseriusan resiko. Contoh pemisahan adalah menyebar
operasi perusahaan, sehingga jika terjadi kecelakan kerja, karyawan yang menjadi
korban akan terbatas. Contoh lain ,perusahaan mempunyai aturan direktur utama
dan wakil direktur tidak boleh berada pada satu pesawat terbang. Jika terjadi
kecelakaan pada salah satu pesawat terbang, maka yang lain masih bisa hidup dan
menggantikan yang lainnya. Duplikasi dilakukan dengan cara menyimpan produk 
yang serupa atau mirip di temapat yang terpisah. Sebagai contoh, kita barangkali
akan menyimpan fike  di bebrapa tempat, di hard-disk FC kita di kantor, di hard-
disk note book kita , dan flash disk atau CD. Jika salah satu file  mengalami
kerusakan atau serangan virus, file di tempat lain masih bisa di selamatkan.

5
Tentunya kita bisa menggunakan metode untuk mengurangi kemungkinan
munculnya resiko dengan pengurangan severity secara bersamaan. Sebagai contoh,
dokter ahli bedah belajar metode baru dalam pembedahan yang lebih canggih dan
lebih aman.Dengan metode baru tersebut, dokter tersebut bisa mengurangi
probabilitas terkena risiko digugat akibat mal-praktik, dan juga sekaligus
menurunkan severity tuntutan jika risiko gugatan terjadi.

b. Timing  Pengendalian Risiko

            Dari sisitiming (waktu) , pengendalian risiko bisa dilakukan sebelum,


selama, dan sesudah resiko terjadi. Sebagai contoh, perusahaan bisa
melakukan timing untuk karyawanya mengenai peraturan, prosedur, dan teknik
untuk menghindari kecelakaan kerja. Karena aktifitas tersebut dilakukan sebelum
terjadinya kecelakaan kerja, maka aktivitas tersebut merupakan aktivitas sebelum
resiko terjadi.

            Pengendalian risiko juga bisa dilakukan pada saat terjadinya resik. Sebagai
contoh, kantong udara pada mobil secara otomatis akan mengembang jika terjadi
kecelakaan. Pengendalian resiko bisa juga di lakukan setelah resiko terjadi.
Sebagai contoh, perusahaan bisa mengelola analisisa dari bangunan yang terbakar,
atau memperbaiki mobil.

B. MENGHINDARI RISIKO RISK

Dalam menjalankan sebuah bisnis, tentu terdapat berbagai macam tantangan


dan risiko yang akan dihadapi. Terlebih lagi jika bisnis yang dijalankan dengan skala
besar yang berbasis perusahaan. Dalam hal ini pemimpin perusahaan harus dapat
mengelola dan mengatur setiap sumber daya yang dimiliki dengan baik sehingga
dapat mencapai tujuan yang direncanakan.

Untuk mengelola bisnis dengan baik, perlu menerapkan apa yang disebut
dengan manajemen risiko. Manajemen risiko ini merupakan suatu upaya yang
dilakukan untuk melindungi perusahaan atau organisasi dari kemungkinan bahaya
yang dapat terjadi di kemudian hari. Dalam hal ini meliputi perlindungan terhadap
karyawan, properti, reputasi, dan berbagai hal penting yang dimiliki perusahaan.

6
Terdapat beberapa cara manajemen risiko yang dapat diterapkan untuk
mengatasi berbagai masalah yang akan terjadi. Bukan hanya itu, manajemen risiko
juga dapat merencanakan upaya pencegahan sebagai antisipasi terhadap berbagai
masalah. Jika manajemen risiko ini dapat diterapkan dengan baik, maka berbagai
kemungkinan masalah atau hambatan dapat diminimalisir dan diatasi dengan lebih
efektif.

Cara manajemen risiko ini dapat dilakukan dengan beberapa tahap. Mulai dari
a. identifikasi,
b. assessment,

c. respon, hingga

d. evaluasi.
Beberapa tahapan ini harus dilakukan secara berurutan untuk mempermudah
antisipasi dan penanganan masalah.

C. PEMISAHAN
Yang dimaksud dengan pemisahan disini ialah menyebabkan harta yang
menghadapi risiko yang sama, menggantikan penempatan dalam satu lokasi. Misalnya
jika banyak mempunyai truk, maka tindakan pemisahan dilakukan dengan
menempatkannya dalam beberapa pool yang berlainan, menempatkan barang
persediaan tidak dalam satu gudang saja, tapi dipisahkan dalam dua atau lebih.
Maksud pemisahan ini adalah mengurangi jumlah kerugian untuk satu peristiwa.
Dengan menambah banyaknya independent exposure unit maka probabilitas kerugian-
harapan diperkecil. Jadi, memperbaiki kemampuan perusahaan untuk meramalkan
kerugian yang akan dialami.

D. POOLING ATAU KOMBINASI


Kombinasi atau Pooling menambah banyaknya exposure unit dalam batas
kendali perusahaan yang bersangkutan, dengan tujuan agar kerugian yang akan
dialami lebih dapat diramalkan, jadi risiko dikurangi.Salah satu cara perusahaan
mengkombinasikan risiko adalah dengan perkembangan internal. Misalnya,
perusahaan angkutan memperbanyak jumlah truknya ; satu perusahaan merger

7
dengan perusahaan lain ; perusahaan asuransi mengkombinasikan risiko murni
dengan jalan menanggung risiko sejumlah besar orang atau perusahaan.

E. PEMINDAHAN RISIKO

Pemindahan risiko dapat dilakukan dengan tiga cara :

1. Harta milik atau kegiatan yang menghadapi risiko dapat dipindahkan kepada
pihak lain, baik dinyatakan dengan tegas, maupun berikut dengan transaksi atau
kontrak.
Contoh :
Perusahaan yang menjual salah satu gedungnya, dengan sendirinya telah
memindahkan risiko yang berhubungan dengan pemilikan gedung itu kepada
pemilik baru. Ada perusahaan yang menyerahkan sebagian kegiatan perusahaan
kepada kontraktor, dengan tujuan untuk memindahkan segala risiko yang
berhubungan dengan pekerjaan itu.

2.Risikoitu sendiri yang dipindahkan.


Contoh :
Pada suatu kasus persewaan gedung, penyewa mungkin sanggup mengalihkan
kepada pemilik berkenaan tanggung jawab kerusakan gedung karena kealpaan si
penghuni.

Contoh yang dikemukakan diatas transfree memaafkan transfertor dari tanggung


jawab, karena itu exposure itu sendirilah yang dihilangkan.

3. Suatu risk financing transfer menciptakan suatu loss exposure untuk transferee.
Pembatalan perjanjian itu oleh transferee dapat dipandang sebagai cara ketiga
dalam risk control transfer. Dengan pembatalan itu, transferee tidak bertanggung
jawab secara hukum untuk kerugian yang semula ia setujui, untuk dibayar.

F. PEMBAYARAN RESIKO (RISK FINANCIAL)

8
Ada dua cara dalam proses pembiayaan risiko, yaitu: risk financing transfer
(memindahkan risiko disertai dengan pembiayaan) dan risk retention (risiko
ditangani sendiri oleh perusahaan yang bersangkutan).

1) Risk Financing Transfer Memindahkan risiko melalui risk financing berarti


memerlukan dana yang akan membayar kerugian yang bersangkutan, jika kerugian
itu nanti sungguh terjadi. Risk financing transfer dapat dilakukan dengan cara:

a) Transfer risiko pada perusahaan asuransi,

b) Transfer risiko pada perusahaan lain yang bukan perusahaan asuransi


(noninsurance transfer).

Kebanyakan pemindahan risiko kepada pihak nonasuransi ini dilakukan


melalui kontrak-kontrak bisnis biasa, dan melalui kontrak khusus untuk pemindahan
risiko. Namun noninsurance transfer ini mempunyai keterbatasan yang harus
diperhatikan oleh manajer risiko, yaitu:

a) Kontrak itu mungkin hanya memindahkan sebagian risiko daripada risiko


yang menurut pendapat manajer telah dipindahkan kepada pihak luar. Oleh karena
itu, manajer harus mempelajari isi kontrak itu dengan hati-hati.

b) Bahasa yang tertulis di dalamnya adalah bahasa “hukum” yang sangat


sukar dipahami sehingga bisa salah mengerti.

c) Surat kontrak bisa dibatalkan oleh pengadilan, jika isinya bertentangan


dengan undang-undang, peraturan pemerintah, atau kebijaksanaan pemerintah atau
tidak wajar bagi transferee.

Contoh daripada noninsurance transfer tersebut adalah pemindahan risiko yang


terjadi dalam kontrak pengiriman barang, kontrak penyimpanan barang, kontrak
pembuatan suatu bangunan dan sebagainya, di mana dalam kontrak dicantumkan
adanya pembayaran premi risiko.

2) Risk Retention (Menanggung sendiri risiko)

Metode yang paling umum penanganan risiko ialah penanggungan sendiri


oleh perusahaan yang bersangkutan. Sumber dananya diusahakan oleh perusahaan
yang bersangkutan. Penanggungan sendiri ini bisa bersifat pasif atau tidak

9
direncanakan (unplanned retention) bisa bersifat aktif atau direncanakan (planned
retention).

Dikatakan pasif atau tidak terencana, bila manajer risiko tidak memperhatikan
tentang adanya exposure dan tidak melakukan usaha apapun untuk menanganinya.
Retention disebut aktif, bila manajer mempertimbangkan metode-metode lain untuk
menangani risiko dan kemudian memutuskan secara sadar untuk tidak memindahkan
kerugian potensial itu.

Adapun alasan sebuah perusahaan melakukan retention bisa saja karena alasan
keharusan (karena tidak tersedia alternatif lain), faktor biaya premi asuransi yang
tinggi, keyakinan perusahaan bahwa kerugian harapan yang dihitungnya lebih
rendah dari

perkiraan asuransi, opportunity cost menyangkut pembayaran premium


dibandingkan dengan pengeluaran untuk kerugian maupun kualitas pertanggungan.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam program retention dapat dilakukan baik
dengan cara pembentukan dana dan cadangan, asuransi sendiri (self insurance)
maupun dengan captive insurance (perusahaan asuransi yang sebagian besar
nasabahnya adalah perusahaan itu sendiri)

10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Untuk risiko yang tidak bisa dihindari, organisasi perlu melakukan


pengendalian risiko. Dengan menggunakan dua dimensi, probabilitas
dan severity, pengendalian risiko bertujuan untuk mengurangi probabilitas
munculnya kejadian, mengurangi tingkat keseriusan (severity), atau
keduanya.

Agar bisa mengendalikan risiko lebih baik, pemahaman terhadap


karateristik risiko diperlukan. Dalam upaya memahami risiko tersebut ada
beberapa teori yang ingin menelusuri penyebab munculnya risiko. Dua teori
dibicarakan dalam bagian ini yaitu teori domino dan teori rantai risiko (lihat
juga Bab 4 mengenai identifikasi dan pengukuran risiko).

B. SARAN

Penulis tentunya masih menyadari jika makalah di atas masih terdapat


banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan.Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang
membangun dari para pembaca

11
DAFTAR PUSTAKA

http://gloriaprisiliarantung.blogspot.com/2015/10/

https://www.merdeka.com/jateng/6-cara-manajemen-risiko-upaya-
pencegahan-hingga-penangan-masalah-dengan-tepat-kln.html

file:///C:/Users/acer/Downloads/
67d2c8d89df16e3b321ec45dc3f4b37d.pdf

12
13

Anda mungkin juga menyukai